STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2)"

Transkripsi

1 STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2) Pendahuluan Secara umum aktivitas pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan melalui penciptaan kemajuan diberbagai bidang. Meski bersifat multidimensinal aspek eknmi nampak menjadi unsur pkk. Tingkat pertumbuhan eknmi (grwth rate) yang tinggi, diwakili angka pertumbuhan Prduk Dmestik (Reginal) Brut / PDRB, sering menjadi indikatr kemajuan pembangunan. Padahal, untuk menjamin terujudnya hal tersebut secara mapan dan berkesinambungan diperlukan perkembangan (develpment) seluruh kmpnen secara kualitatif dan kuantitatif, berupa sftware (sistem dan aturan main), hardware (institusi atau kelembagaan), dan yang lebih penting brainware ( pla pikir dan kapasitas/kapabilitas SDM). Dalam knteks daerah, seperti dikemukakan Slihin (accessed n July 2008), pembangunan bertujuan untuk: Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan). Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Menciptakan atau menambah lapangan kerja. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang (berkelanjutan). Untuk mencapai tujuan pembangunan diperlukan strategi yang tepat. Strategi menjadi kridr bagi berbagai langkah sistematis yang knsisten untuk mencapai tujuan ataupun visi dan misi pembangunan. Didalamnya tersusun priritas-priritas yang harus dilaksanakan sebagai kunci keberhasilan dengan mempertimbangkan segala sumberdaya internal dan eksternal yang ada. Strategi pembangunan nasinal sejak era rde baru dikenal dengan Trilgy Pembangunan, yang terdiri dari Pertumbuhan, Pemerataan, dan Stabilitas. Penekanan ditetapkan secara dinamis sesuai dengan situasi dan kndisi aktual yang dihadapi. Perujudan jaminan keadilan eknmi ditempuh melalui 8 (delapan) jalur pemerataan. Kabinet Indnesia Bersatu saat ini menetapkan prgram pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pr-grwth, pr-emplyment dan pr-pr. Operasinalisasi knsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut: Peningkatan pertumbuhan eknmi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspr. Pembenahan sektr riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkntribusi pada pengentasan kemiskinan. Frmulasi strategi pembangunan daerah adalah bagian dari prses perencanaan. Berbagai metde, seperti analisis SWOT, Ballanced Screcard, AHP, dan lain-lain dapat diterapkan untuk menyusun strategi pembangunan. 1) Disampaikan di Banjarmasin pada acara Strategic Frum Peningkatan Prduktivitas dan Daya Saing Reginal held by Disnakertrans Kalsel, 6 Agustus ) Dsen Fakultas Eknmi Unlam Banjarmasin

2 Pada intinya, syarat kualitas strategi yang baik dimulai dari pemahaman akan masalah yang ada. Untuk itu diperlukan analisis tentang kndisi internal dan eksternal bagi daerah secara menyeluruh dan tepat. Slihin (accessed n July 2008) menjelaskan : Analisis Daerah adalah suatu prses Pemahaman Daerah yang bertujuan untuk memperleh data dan infrmasi secara sistematis tentang kndisi utama lingkungan, fisik, ssial, eknmi, budaya, plitik, administratif dan kelembagaan dari suatu daerah yang sedang dikaji dan direncanakan pembangunannya. Tujuan yang menyeluruh dari analisis daerah adalah untuk meningkatkan pemahaman para perencana daerah dan masyarakat tentang situasi kini yang mendasar dan relevan untuk perumusan kebijakan dan pembuatan keputusan bagi pembangunan daerah. Analisis Daerah dimulai dengan analisis kndisi kualitatif pembangunan daerah pada saat ini, analisis kuantitatif, hingga pengidentifikasian persalan (prblems) daerah beserta sebab dan akibatnya, serta penggalian ptensi daerah yang ada. Hal ini diperlukan untuk merumuskan dan mendefinisikan tujuan, untuk mengevaluasi strategi atau pilihan dan dampaknya, serta untuk pengambilan keputusan strategi pembangunan yang akan diterapkan. Masalah Prduktivitas dalam Pembangunan Eknmi Salah satu masalah atau issue aktual dalam pembangunan daerah adalah rendahnya tingkat prduktivitas. Tingkat prduktivitas yang rendah akan melemahkan daya saing eknmi daerah ditingkat nasinal apalagi glbal. Pada gilirannya, pereknmian daerah yang bersangkutan tidak mampu menciptakan nilai tambah yang besar dalam prduksi atau cenderung mengeksplitasi sumber-sumber eknmi secara brs sehingga mengancam kesinambungan pembangunan. Taraf kesejahteraan tidak dapat ditingkatkan dengan ptimal dan cenderung terpuruk dalam keterbelakangan. Berdasarkan pengalaman, lemahnya daya saing eknmi daerah dan bisnis individual di daerah disebabkan leh ketergantungan atas mdal/kapital (input driven) secara kuantitatif. Sumberdaya itu digunakan secara tidak efisien dan tmatis tidak prduktif. Sementara itu, kualitas keahlian dan keterampilan tenaga kerja sebagai the man behind th gun tidak dikembangkan secara ptimal. Tenaga kerja dengan kapasitas dan kapabilitas yang signifikan tidak pernah menjadi tulang punggung kekuatan riil. Yang terjadi justru setiap peningkatan pendapatan dan pertumbuhan eknmi diciptakan melalui dminasi kapital, i.e. ngks yang besar. Peringkat Index Daya Saing Glbal (IDG) Indnesia dan Beberapa Negara Lain Negara Scre Rank Rank Rank USA Jepang Malaysia China Thailand India Indnesia Philippines Chad Sumber : The Glbal Cmpetitivness Reprt, Wrld Ecnmic Frum, 2004 dan 2008 Terdapat 12 (dua belas) Pilar yang menentukan tingkat kmpetisi glbal, seperti chart dibawah ini. Dapat dikatakan, prduktivitas terkait dengan pilar efisiensi dan invasi. 2

3 Sumber : The Glbal Cmpetitivness Reprt, Wrld Ecnmic Frum, 2004 dan 2008 Peranan sektral dari berbagai lapangan usaha dalam membentuk PDRB merupakan gambaran struktur eknmi. Seperti terlihat pada tabel dibawah ini, selama prduksi masih didminasi sektr Pertanian. Selanjutnya, sumbangan bagi PDRB diciptakan dari Pertambangan, Perdagangan, industri penglahan, dan lain-lain. N 1 Pertanian Struktur Eknmi Kalimantan Selatan Lapangan Usaha 2 Pertambangan&Pnggalian 3 Industri Penglahan 4 Listrik-Gas-Air Bersih 5 Knstruksi 6 Perdagangan-Htel-Rest 7 Transprtasi-Kmunikasi 8 Keuangan, Sewa dan JP 9 Jasa-jasa Lain PDB Sumber : BPS Kalsel Share (%)

4 Keadaan ini sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan kmpsisi penduduk menurut lapangan kerja yang ditekuni. Seperti terlihat pada tabel dibawah, pertanian menampung pekerja dengan begitu besarnya jauh melebihi share dalam PDRB. Sektr Industri yang ptensial, meski relatif lebih seimbang, namun trendnya terus menurun. Akhirnya, seperti sudah diduga, sebagai kebalikan dari pertanian maka pertambangan menjadi tumpuan penciptaan prduksi padahal sifatnya rendah nilai tambah. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kalimantan Selatan Tahun Lapangan Pekerjaan Pertanian A 45.3 Pertambangan & Pnggalian Industri Penglahan Listrik, gas & air minum M 15.4 Bangunan & Knstruksi Perdagangan Angkutan & Kmunikasi Keuangan S 39.3 Jasa Lainnya Sumber : Susenas beberapa edisi, dan Sakernas 2007, BPS Kalsel *) Agriculture (A) = Pertanian Manufacture (M) = Pertambangan, Industri, Listrik, Gas, Air Dan Bangunan/Knstruksi Services (S) = Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Perusahaan Dan Jasa Perrangan Knsep TFP sebagai indikatr Prduktivitas Secara umum prduktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai utput/hasil yang dicapai dengan input/sumber daya yang digunakan, atau dapat difrmulasikan sebagai berikut : Prduktivitas = Jumlah Keluaran Jumlah Masukan Jika berkait dengan tenaga kerja, inputnya bisa dihitung dengan jumlah pekerja atau ngks yang dikeluarkan bagi penggunaan pekerja dalam prduksi (biasanya upah dan gaji). Menurut NN (manual), secara umum pertumbuhan eknmi dan penguatan daya saing dapat bersumber dari penambahan mdal dan tenaga kerja. Akan tetapi yang lebih penting dari hal di atas adalah berasal dari pertumbuhan nilai lebih yang biasa disebut Prduktivitas Faktr Ttal (TFP). Pertumbuhan TFP merupakan hasil dari kemampuan melakukan invasi (innvatin) dan penciptaan nilai yang bermanfaat (value creatin). Selama ini kebijakan yang dilakukan hanya mengejar pertumbuhan eknmi, sementara peningkatan prduktivitas dan penguatan daya saing belum mendapat perhatian yang serius dalam prses pembangunan baik secara makr (nasinal dan daerah) maupun di tingkat mikr (perusahaan/lembaga bisnis) sehingga sumbangan pertumbuhan prduktivitas terhadap pertumbuhan pendapatan nasinal/daerah dan perusahaan belum banyak berarti. 4

5 Frmulasi Ttal Factr Prductivity Sebagaimana diuraikan Sugiyant (2006, accessed n Juli 2009), dalam teri pertumbuhan eknmi klasik yang dikembangkan leh Slw, faktr input tenaga kerja dan mdal adalah determinan pertumbuhan eknmi suatu negara. Selain tenaga kerja dan mdal terdapat faktr sisa (Slw residual) yang mempengaruhi pertumbuhan eknmi yang disebut dengan ttal factr prductivity (TFP). Secara matematis difrmulasikan : Berasal dari persamaan mdel makr :, Y = ttal utput A = ttal-factr prductivity K = capital input L = labr input α = is the capital input share f cntributin 1- α = is the labr input share f cntributin Ttal Factr Prductivity (TFP) atau A adalah Y/F(K,L) Pertumbuhan dalam ttal-factr prductivty (TFPG) menunjukkan pertumbuhan utput yang berada diluar pengaruh factr input (secara fisik). Lebih lanjut, Sugiant menjelaskan knsep TFP mengungkap pengaruh technlgical prgress (perkembangan teknlgi) seperti penguasaan teknlgi prduksi, tingkat pendidikan dan keahlian tenaga kerja, kemampuan penguasaan teknlgi dan lain sebagainya terhadap pertumbuhan eknmi. Secara empiris jelas tidak mudah untuk mengetahui pengaruh dan peran teknlgi ini karena sifatnya yang embdied kedalam peran mdal dan tenaga kerja itu sendiri. Dekmpsisi peran teknlgi dalam prses ini untuk menunjukkan peran managerial yang akhirnya terkait perumusan kebijakan untuk meningkatkan prduktivitas. Pendekatan mdel empiris perhitungan TFP Untuk mengaplikasikannya kedalam tataran praktis, umumnya parameter faktr didekati dengan indikatr sesuai data yang tersedia, yakni Y diukur dengan Prduk Dmestik (Reginal) Brut/PDRB, stk kapital dicerminkan leh data pembentukan mdal tetap brut (PMTB), Labr diwakili rata-rata labr cst yang diukur dengan rata-rata upah dan gaji. Lebih lanjut, frmulasi pertumbuhan utput diketahui sebagai hasil kntribusi pertumbuhan kapital, pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan TFP, sebagaimana frmula berikut: Yt = TFPGt* + St Kt* + St Lt* dimana Yt = Pertumbuhan Output (Added Value) TFP* = Kntribusi Pertumbuhan Ttal Factr Prductivity (TFPG) St Kt* = Kntribusi Pertumbuhan Kapital (Fixed Asset) St Lt* = Kntribusi Pertumbuhan Tenaga Kerja (Emplyees) 5

6 Cnth Simulasi: Sumber : Nugrh, Bashkr Agung, (Accessed n July 2009) TFP yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja menjadi beban eknmi reginal. Output yang dihasilkan hanya cukup untuk meningkatkan pendapatan per kapita yang habis dipakai untuk knsumsi. Tidak ada sisa lebih utput yang dapat digunakan sebagai investasi tahun-tahun berikutnya. Sebagai gambaran, TFP Indnesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Bahkan, sejak tahun 1960-an tidak mencapai 2%. Bank Indnesia pada tahun 2007 mengestimasi TFP Indnesia pada peride 1985 hingga 2006 hanya mencapai 1,38%. Bahkan beberapa studi lain menunjukkan TFP Indnesia masih dibawah 1%. Malaysia dan Thailand telah mencapai diatas 2% sedangkan Krea telah mencapai TFP 3,1%. Menuju Perumusan Strategi Pembangunan Daerah Berbasis TFP Dari bentuk hubungan dalam simulasi dan frmula diatas, sedikitnya ada dua skenari untuk meningkatkan TFP. Pertama, meningkatkan pertumbuhan nilai tambah utput, dan kedua menurunkan beban biaya atas input, yakni pekerja dan mdal. Dengan situasi speperti ini maka indikasi TFP jika dipandang secara parsial dapat mengech dan mengarahkan pada rientasi strategi yang keliru. Baier (2005) dalam risetnya berjudul Hw Imprtant Are Capital and Ttal Factr Prductivity fr Ecnmic Grwth menemukan dari 145 negara yang diteliti, dimana sebagiannya menggunakan rentang data lebih dari 100 tahun, hanya 14%-nya yang menunjukkan knsistensi hubungan psitif antara rata-rata pertumbuhan utput perpekerja dengan pertumbuhan TFP. Ini merupakan petunjuk agar kebijakan dapat dibuat dengan cara yang paling tepat karena kenaikan TFP tidak selamanya berarti psitif bagi kesejahteraan pekerja. Hasil penelitian Suparyati (Accessed Juli, 2009) menyatakan kebijakan prmsi ekspr memiliki tingkat signifikan yang tinggi terhadap pertumbuhan TFP industri, sedangkan kebijakan subtitusi impr menunjukkan tingkat signifikan yang rendah. Ekspr dan keluasan pasar sebagai wujud daya saing adalah wahana meningkatkan nilai tambah utput suatu perreknmian. Jika ini direspn secara linear maka berarti baik bagi Kalsel untuk terus menjual bahan mentahnya ke pasar ekspr. Sebuah riset internasinal menunjukkan labr-cst unit pekerja di Indnesia relatif tinggi dibanding negara lain. Hal ini terjadi karena nilai tambah utput industri yang umumnya bersifat padat karya juga relatif rendah. Jika ini direspn secara linear maka berarti baik bagi Indnesia untuk terus menekan tingkat upah supaya rendah. Oleh karena itu, pemanfaatan indikatr TFP dalam knteks visiner/jangka panjang, kiranya lebih tepat. Secara mendasar prduktivitas adalah bagian supply-side macr ecnmy yang bersifat jangka panjang. Langkah kebijakan yang ditempuh akan terkait pada upaya peningkatan gradual atas kapasitas dan kapabilitas SDM, skala akumulasi mdal, dan kemajuan teknlgi. 6

7 Dengan menerapkan Ttal Faktr Prduktivitas sebagai strategi pembangunan dan penguatan daya saing maka sedikitnya terdapat 6 level strategi, yaitu: 1. Sumber Daya Manusia - Mendrng peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (educatin and training) secara terarah. Hasil survey tahun 1990-an di Indnesia kegiatan pelatihan hanya dilakukan leh 18,9% perusahaan sedangkan di Malaysia sudah mencapai 84%. Ini memerlukan sinergi antara pemerintah dan swasta. - Menjaga kelayakan upah sebagai insentif bagi peningkatan prduktivitas - Dalam skala mikr, mengembangkan reward and punishment dengan berbasis kinerja 2. Struktur Mdal - Mengembangkan prgram penguatan permdalan bagi KUKM - Pemberian priritas bagi keikutsertaan pengusaha daerah dalam berbagai kegiatan pembangunan - Pemberian priritas bagi pengusaha daerah dalam berbagai kepemilikan asset diberbagai bidang usaha 3. Struktur Eknmi - Penganekaragaman prduk industri/manufaktur berbasis SD lkal untuk memperkuat basis industri - Pengembangan prduksi berrientasi pemenuhan kebutuhan secara mandiri (pemenuhan pasar lkal) 4. Teknlgi - Mendrng berlangsungnya invasi dan pengembangan teknlgi tepat guna. - Mengembangkan riset dan penerapan iptek - Mengembangkan kearifan lkal - Menjamin berlangsungnya transfer teknlgi dalam setiap pryek investasi asing (belajar dari fenmena Nike, dan lain-lain) 5. Pasar - Mengembangkan ptensi pasar seluas-luasnya, termasuk melalui sarana e-cmmerce - Menghilangkan distrsi pasar pada semua tingkatan 6. Infrastruktur - Menjamin kepastian, keadilan, dan transparansi dalam regulasi sembri memberantas praktik Undegrund Ecnmy - Pengembangan infrastruktur dasar - Pengembangan sistem infrmasi dengan cara yang paling efisien - Mengembangkan kerja sama reginal Kesimpulan Strategi pembangunan daerah menjadi kridr bagi berbagai langkah sistematis yang knsisten untuk mencapai tujuan ataupun visi dan misi pembangunan di daerah. Melalui pendekatan Ttal Faktr Prductivity (TFP) rientasi pembangunan harus diarahkan untuk menjamin tercapainya peningkatan prduktivitas. Perlu adanya kecermatan dalam merumuskan strategi agar tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek. Pemanfaatan indikatr TFP dalam knteks visiner/jangka panjang, kiranya lebih tepat bagi pembangunan karena secara mendasar persalan prduktivitas adalah bagian supply-side macr ecnmy yang bersifat jangka panjang. Untuk itu, strategi peningkatan prduktivitas menyangkut 6 (enam) level pembenahan: SDM, Struktur Mdal, Struktur Eknmi, Teknlgi, Pasar, dan Infrastruktur. 7

8 Daftar Pustaka Baier, Sctt L, Hw Imprtant Are Capital And Ttal Factr Prductivity Fr Ecnmic Grwth?, Federal Reserve Bank Of Atlanta, Accessed On July 2009 BPS Kalsel, , Susenas dan Sakernas beberapa edisi, 2007, Nugrh, Bashkr Agung,. Simulasi Perhitungan TFP Grwth, Accessed n July 2009 Prter, Michael E, & Schwab, Klaus, The Glbal Cmpetitivness Reprt , Wrld Ecnmic Frum, Geneva, 2008, Accessed On July 2009 Slihin, Dadang, Perencanaan Pembangunan Daerah: Knsep, Strategi, Tahapan, dan Prses, Transkrip Presentasi pada Diklat Perencanaan Pembangunan Eknmi Daerah Depdagri, Jakarta, Accessed On July 2009 Sugiyant, FX dan Farah, Alfa,.Ttal Factr Prductivity (Tfp) Dan Pertumbuhan Eknmi Jawa Tengah ( ). Labratrium Studi Kebijakan Eknmi FE UNDIP, Semarang Suparyati, Agustina,.Analisis Dampak Keterbukaan Eknmi Terhadap Ttal Factr Prductivity Industri Indnesia, Fakultas Eknmi, Universitas Trisakti, Accessed On July

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA Disampaikan leh Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Pada acara Indnesia Eximbank Investr Gathering 2017 Jakarta, 7 Februari 2017

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 A. VISI DAN MISI DAERAH V isi merupakan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa kmitmen murni,

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Energi Energi yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi dapat dirasakan adanya. Energi atau yang sering disebut tenaga, adalah suatu pengertian yang sering

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat? Seminar Nasinal Apakah Pereknmian Indnesia Melambat? Disampaikan leh: PT. Danareksa (Perser) Jl. Medan Merdeka Selatan N. 14 Jakarta Agustus 2017-0 - Outline A. Prspek Pereknmian Glbal dan Ekspr Indnesia

Lebih terperinci

UPAH MINIMUM SEBAGAI JARING PENGAMAN, BUKAN SEBAGAI UPAH STANDAR Oleh:

UPAH MINIMUM SEBAGAI JARING PENGAMAN, BUKAN SEBAGAI UPAH STANDAR Oleh: UPAH MINIMUM SEBAGAI JARING PENGAMAN, BUKAN SEBAGAI UPAH STANDAR Oleh: GIBSON SIHOMBING, SE., MMl A. PENDAHULUAN Definisi upah menurut UU N. 13/2003: IJpah adatah hak pekerja/buruh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IX PERENCANAAN, PENGELOLAAN, DAN EVALUASI USAHA JASA ALAT MESIN PERTANIAN Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja ICRA Indnesia Rating Feature May 2013 ICRA Indnesia Metdlgi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan eknmi. Baja merupakan kmpnen umum pada beberapa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Elektr Fakultas Teknlgi Industri Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Lampiran 1 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 PENDAHULUAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dkumen pembangunan yang disusun untuk kurun waktu

Lebih terperinci

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang PERANAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1) Oleh : Nur Arifatul Ulya 2) ABSTRAK Prvinsi Sumatera Barat merupakan salah satu prvinsi di Pulau Sumatera yang memiliki kawasan

Lebih terperinci

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA Sunars Fakultas Eknmi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Indnesia just cnvalesce frm ecnmic crisis

Lebih terperinci

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT 4.1. Visi dan Misi Visi adalah gambaran realistis masa depan yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu

Lebih terperinci

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Seminar Nasinal Peternakan clan Vetermer 1000 RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Kats kunch Respn, ayam ras pedaging, pendapatan ELAN MAssutAN', A. PRIYANTO, dan U. KusNAD12

Lebih terperinci

Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metde penganggaran yang digunakan adalah metda tradisinal atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan

Lebih terperinci

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Manajemen Risik K3 di Perusahaan Pertambangan Psted n 21 Januari 2011 by Aria Gusti by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Pendahuluan Pertambangan memiliki peran

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Fakultas Sastra Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Fakultas Sastra tetap mampu memberikan sumbangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Sipil, Andi Tenrisukki Tenriajeng, ST, MT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Sipil, Andi Tenrisukki Tenriajeng, ST, MT KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Kmputer Prgram Diplma Tiga Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015 N.31 / 05 / 63 / Th XIX/ 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,07 juta rang, terjadi penambahan sebesar 50,7 ribu rang dibanding Februari

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Manajemen

Manajemen Proyek. Manajemen Manajemen Pryek Manajemen Aktivitas yang meliputi perencanaan, pengrganisasian, pelaksanaan dan kepemimpinan, serta pengawasan terhadap pengellaan sumber daya yang dimiliki suatu rganisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

Pedoman Perlidungan Kawasan Ekosistem Esensial

Pedoman Perlidungan Kawasan Ekosistem Esensial Rancangan Peraturan Menteri LHK tentang Pedman Perlidungan Kawasan Eksistem Esensial Bgr 7 Mei 2018 Direktrat Jenderal Knservasi Sumber Daya Alam dan Eksistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai eknmi, eklgi dan ssial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah ppulasi 8.389.443 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 12.682,1/ 2 km, diperkirakan akan terus bertambah. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) & !

SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) & ! ROAD MAP SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) 2017-2019 & 2020-2024 Direktrat Aparatur Negara Kedeputian Plitik Hukum Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berupaya untuk menunjukan keunggulankeunggulannya agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dimana perusahaan dituntut

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN Peluncuran Dkumen Kebijakan Respnsif Gender: Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan Gender dalam Adaptasi Perubahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknlgi Industri Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS

STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS 2012 STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS Seri Analisis Pryek 5/24/2012 1. Pengertian Studi Kelayakan Sebelum menyusun Prpsal usaha pada uumnya dilakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu. Studi kelayakan usaha

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Sistem Kmputer Fakultas Ilmu Kmputer dan Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembang pesat dan semakin kuat nya persaingan bisnis di bidang tmtif saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki ptensi yang menjanjikan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

Kabupaten :. Kelompok Hutan :.

Kabupaten :. Kelompok Hutan :. Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Bina Prduksi Kehutanan Nmr : P.05/VI-SET/2005 Tanggal : 3 Agustus 2005 FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN

Lebih terperinci

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1 MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1. Pendahuluan Di era refrmasi ini, kebutuhan masyarakat akan transparansi pelayanan pemerintah sangatlah penting diperhatikan. Perkembangan teknlgi infrmasi menghasilkan titik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Analisa-analisa yang penulis telah lakukan pada bab sebelumnya memiliki tujuan untuk dapat memberikan kesimpulan pada bab ini mengenai masalah-masalah yang

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1 Prfil Perusahaan PT. Megah Lestar Packind adalah perusahaan yang bergerak di bidang Percetakan kardus yang mulai berdiri sejak 9 Maret 1988 dengan lkasi yang bertempat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2016 N.28/05/63/Tahun XX/4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,05 juta jiwa, berkurang sebanyak 16,2 ribu jiwa dibandingkan 2015. Jumlah pekerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Bambang Wahyudi, SKom., MMSI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Bambang Wahyudi, SKom., MMSI KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Fakultas Ilmu Kmputer dan Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Fakultas Ilmu Kmputer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metde Penilaian Investasi Metde Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan penambahan gudang pada PT. Prima Lintas Express dapat dikatakan layak

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA JURUSAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM KERJA JURUSAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM KERJA JURUSAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN 2011 2012 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 ii Prgram Kerja Jurusan Teknlgi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN a. Penilaian Praktikum: 1. Penilaian praktikum terdiri dari 2 kelmpk nilai: tugas kelmpk dinilai leh pembimbing asistensi yang bersangkutan

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM Perencanaan secara klabratif Pengellaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSABM) dilakukan untuk menyusun acuan dan prgram bersama di antara pemangku kepentingan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi. KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Psiklgi Fakultas Psiklgi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi Psiklgi tetap

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Berdasarkan System Develpment Life Cycle (SDLC) metde waterfall yang digunakan dalam pembuatan aplikasi penentuan harga jual, terdapat beberapa tahapan yang terdiri

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi Kmpensasi Definitin hmas H. Stne : Cmpensatin is any frm f payment t emplyees fr wrk they prvide t their emplyer Kmpensasi adalah segala bentuk pembayaran kepada karyawan karena pekerjaan yang dia telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI Nama Peneliti : Ir. Achmad Farid Wadjdi, MM Dra. Aries Setyani, M.Si Santi Andriany,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI

BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI 4.1 PRODI MATEMATIKA 4.1.1 Visi Prdi Matematika Menjadi pusat pengkajian dan pengembangan ilmu matematika terkemuka pada tahun 2025 yang mensinergikan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 N.29/ 05 / 63 / Th XXI/ 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,15 juta rang, terjadi penambahan sebesar 100,18 ribu rang dibanding 2016. Jumlah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA 2007 2011 DIREKTORAT DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA 2007 Rencana Strategis Prgram Studi

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Riset Operasi Sejak revlusi industri, dunia usaha mengalami perubahan dalam hal ukuran (besarnya) dan kmpleksitas rganisasi-rganisasi perusahaan. Bagian

Lebih terperinci

Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan

Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan Lapran Kajian ke-5 Ar5 ( Assessment Reprt 5) IPCC Pkja Basis Ilmiah Salah satu kegiatan utama Intergvermental Panel n Climate Change (IPCC) adalah menyusun Lapran Kajian

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat 1 *

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat 1 * Fitur Pemeringkatan ICRA Indnesia Maret 2014 Metdlgi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat 1 * Tinjauan sekilas Industri real estate memiliki tingkat vlatilitas dan siklus yang tinggi dan kinerjanya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk

III. METODE PENELITIAN. dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Knseptual Identifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keuntungan dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk dipahami

Lebih terperinci

LKjIP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016

LKjIP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan Lapran Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Banyuwangi Tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

Oleh : Yuli Nurmayanti 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : Yuli Nurmayanti 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran RESPO PETAI TERHADAP PEERAPA USAHATAI JAGUG HIBRIDA (Zea Mays spp.) POLA TUMPAGSARI (Studi Kasus di Desa Sagalaherang Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) Oleh : Yuli urmayanti, Dini Rchdiani, Cecep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indnesia merupakan negara penghasil rtan terbesar di dunia, diperkirakan 80% bahan baku rtan di seluruh dunia dihasilkan leh Indnesia, sisanya dihasilkan leh Negara

Lebih terperinci

DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL

DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL Sebagai alternatif pengellaan subsidi bantuan untuk peningkatan mutu pendidikan Oleh : Danny Meirawan Bahan News Letter Kantr Dinas Pendidikan Jawa Barat A. LATAR BELAKANG Wajib

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PASAR Visi dan Misi Struktur Organisasi Prgram Kerja Prgram Kegiatan 2013 PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN PENDAHULUAN Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan 7 BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teri 2.1.1 Teri Penetapan Tujuan (Gal Setting) Teri penetapan tujuan adalah prses kgnitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku.

Lebih terperinci

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih! Ini adalah Cnth: Jika ada yang berminat dengan Frmat *.Dc Silahkan kntak: Telp/SMS : 085 255 989 455 email : sedarmn.s@gmail.cm Terima kasih! PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA STANDAR KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis pada desain terpadu antara tata guna lahan, berbagai elemen rancang lingkungan serta sarana dan prasarana lingkungan. Oleh karena itu, melalui prgram Penataan Lingkungan Berbasis Kmunitas (PLP-BK) maka

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT Dkumen ini mendefinisikan misi, tujuan, tata kella, dan prinsip-prinsip perasinal Pantau Gambut yang perlu disepakati bersama leh para rganisasi mitra.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Pertemuan 6 AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Halaman 1 dari Pertemuan 6 6.1 Ciri ciri dan Penyebab Perkiraan Biaya yang Kurang Akurat Anggaran pryek dihasilkan dari perkiraan biaya kmpnen-kmpnennya dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Komentar dan Rekomendasi. 2. Cholis Abrori

Komentar dan Rekomendasi. 2. Cholis Abrori Kmentar dan Rekmendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : FK Universitas Sriwijaya : C : 1. Rachmad Sarw Bekti 2. Chlis Abrri 1. Kmentar Umum Prgram Hibah Kmpetensi Peningkatan Kualitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 64 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria ptimasi yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah dengan studi kelayakan bisnis yang berdasarkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknlgi selalu berkembang setiap saat, ada saja yang dilakukan manusia untuk memberikan kemudahan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu cnth kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pada sektr industri di Semarang semakin meningkat seiring dengan perkembangan kta. Salah satunya di Kecamatan Pedurungan, Semarang. Di wilayah ini tingkat

Lebih terperinci

A. IDENTITAS B. DESKRIPSI MATAKULIAH C. TUJUAN MATAKULIAH

A. IDENTITAS B. DESKRIPSI MATAKULIAH C. TUJUAN MATAKULIAH A. IDENTITAS Nama Mata Kuliah : Sistem Infrmasi Akuntansi Kde Mata Kuliah : AKT 207 Tipe : Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) Bbt SKS : 3 SKS / 3 JP Prasyarat : Aplikasi Kmputer Pengantar B. DESKRIPSI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Tit Mau Pelu Benjamin*, Yudha Prasetyawan, Ahmad Rusdiansyah Prgram Pasca Sarjana, Bidang Keahlian Manajemen Kualitas

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs

DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs 15 MEI 2017 TARGET DAN INDIKATOR: NASIONAL SDG s 80 juta penduduk miskin Indnesia tidak lagi miskin di tahun 2030 Jumlah anak stunting dan wasting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci

Peran Penyaluran Kredit Non Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif dari Negara Emerging G20

Peran Penyaluran Kredit Non Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif dari Negara Emerging G20 Peran Penyaluran Kredit Nn Perbankan dan Pertumbuhan Eknmi: Perspektif dari Negara Emerging G20 Adriyant 1 Pendahuluan Krisis keuangan glbal tahun 2008 yang diawali dari keruntuhan sektr keuangan di Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun CHAPTER V Harga menurut Philip Ktler (2001 : 439) ialah sebagai berikut, charged fr a prduct r service. Mre bradly, price is the sum f all the value that cnsumer exchange fr the benefits f having r using.

Lebih terperinci

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan Dalam beberapa kesempatan training, saya sering menanyakan, apa yang lebih penting: target atau activity plan? Hampir 90% peserta training

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016 Pengadilan Tinggi Agama Grntal Jl. Tinalga N. 5 Kta Grntal Telp. 0435-831591 Fax. 0435-831625 E-mail: admin@pta-grntal.g.id KATA PENGANTAR Assalamualaikum

Lebih terperinci

Wonosobo, Juli 2014 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonosobo. M. ZUHRI, S.Sos., M.Si

Wonosobo, Juli 2014 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonosobo. M. ZUHRI, S.Sos., M.Si KATA PENGANTAR Undang-Undang Nmr 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 68 (ayat) 1 dan 2 menyatakan PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah. (2) Pengangkatan

Lebih terperinci

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sewaktu kita anak-anak, kita memiliki cita-cita yang kita impikan. Kita sering membayangkan bagaimana kalau ketika sudah dewasa nanti kita akan bekerja ataupun menekunin

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Km Abstraks Dalam teri rekayasa perangkat lunak ada 2 jenis prduk perangkat lunak. Prduk generik, yaitu prduk yang dibuat dan ditentukan fungsinalitasnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa persaingan bebas pada era Glbalisasi ini, dimana perusahaan manufaktur bersaing dengan ketat dalam memprduksi barang, knsumen menjadi sangat menyadari

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Yang menjadi dasar evaluasi untuk menjadikan sistem ptimal di prduksi tekstil pada PT. ISTEM adalah dengan menggunakan metde DMAIC. Define

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekwisata 2.1.1 Perkembangan Ekwisata di Indnesia Menurut Gatt (1999), ekwisata mulai menjadi isu nasinal di Indnesia semenjak Seminar dan Lkakarya (Semilka) Nasinal yang diselenggarakan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS

ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS (Studi Kasus : Persimpangan Jl.Melati-Jl.Hayam Wuruk sampai persimpangan Jl.Nusa Indah-Jl.Hayam Wuruk Denpasar) Agung Yana, A.A. Gde Agung 1, Suparsa,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY MATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER DIREVISI P = 1 Analisis dan Perancangan Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knsep ekwisata pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable develpment). Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM INFORMASI UNTUK MANAJEMEN DATA MINERAL

PENERAPAN SISTEM INFORMASI UNTUK MANAJEMEN DATA MINERAL PENERAPAN SISTEM UNTUK MANAJEMEN DATA MINERAL Teguh Prayg Peneliti Pusat Teknlgi Sumber Daya Mineral BPPT yg@webmail.bppt.g.id Abstract Mineral rmatin System (SIM) is an added value and integrated base

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2028 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2028 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Issue yang sedang hangat menjadi pembicaraan adalah rencana pemindahan aktivitas pelabuhan laut khusus penumpang lintas Semarang - Kumai pada Pelabuhan Tanjung Emas.Tanjung

Lebih terperinci

BAB III PROFIL RESPONDEN DAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III PROFIL RESPONDEN DAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III PROFIL RESPONDEN DAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Prfil Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Tiara Utffar Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang industri pertambangan mineral

Lebih terperinci