EFEKTIFITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA FISIK DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA FISIK DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA FISIK DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG Oleh : Eki Purwanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pemerintahan baik dipusat dan daerah, atau kota sering ditemui adanya penyimpangan penyimpangan dari aturan aturan yang ditetapkan. Meskipun dibentuk badan pengawasan, namun hal itu belum mampu untuk menghadapi penyimpangan penyimpangan tersebut. Pengawasan disini dimaksudkan adalah upaya pengendalian untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kebocoran, penyalahgunaan wewenang ataupun menjadi tolak ukur keberhasilan. Tindakan pengawasan sangat dibutuhkan dalam setiap organisasi termasuk lingkungan pemerintahan, karena tanpa adanya pengawasan maka aktivitas yang dilakukan oleh aparatur pemerintah tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Harus kita sadari bahwa pelaksanaan pembangunan sarana fisik ditingkat kecamatan desa atau kelurahan di daerah daerah mendapat perhatian utama karena disinilah bermukimnya lebih dari 80% penduduk Indonesia yang sekaligus pula sebagai subjek pembangunan. Oleh sebab itu wajar apabila pembangunan diwilayah Kecamatan di daerah daerah yang jauh dari kota besar mendapatkan penanganan yang serius dari aparat pemerintah. Pembangunan yang sudah direncanakan di Kecamatan Aertembaga oleh aparat Pemerintah Kecamatan sering tidak berjalan sebagaimana yang telah 1

2 diharapkan masyarakat setempat. Keikutsertaan semua pihak dalam pembangunan daerah dikecamatan sangatlah menentukan pula, oleh karena itu bagaimanapun juga potensi daerah yang memiliki potensi yang baik jika aparat pelaksanaan kurang memahami keterpaduan pembangunan, dan dengan sendirinya pembagunan kecamatan juga tidak akan tercapai dan terlaksana sebagaimana yang diharapkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah masalah yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Efektivitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung? 2. Apa saja kendala Efektivitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. 2. Untuk mengetahuai apa saja kendala Efektivitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. D. Manfaat Penelitian 1. Diharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat terhadap pengembangan ilmu sosial terlebih khusus ilmu pemerintahan dalam pelaksanana pembangunan saran fisik di kecamatan Aertembaga Kota Bitung. 2

3 2. Bagi kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi serta solusi terhadap Efektivitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas Efektivitas dapat diartikan seperti yang diutarakan oleh Handayaningrat Soeseno (1986:17) adalah apabila suatu tujuan atau sasaran telah tercapai sesuai dengan rencana. Efektivitas sebagai pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dapat pula diartikan suatu kondisi atau keadaan. Dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai atau sasaran atau peralatan yang digunakan disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. B. Konsep Pengawasan Seperti yang telah disebutkan sebelum ini bahwa pengawasan (controling) adalah salah satu fungsi organik manajemen. Sebagai fungsi manajemen, pengawasan mengandung pengertian sebagai usaha mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana rencana. C. Konsep Camat Camat menurut Bayu Suryaningrat (1981) adalah seseorang yang mengepalai dan membina suatu wilayah yang biasanya terdiri dari beberapa desa atau kelurahan. Camat juga seorang eksekutif yaitu seorang pelaksana tugas 3

4 pemerintah. Seperti salah satu tugas dan fungsinya sebagai kepala wilayah kecamatan yaitu mengendalikan pembangunan. Disamping itu juga camat menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah menyebutkan bahwa : 1. Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh Camat. 2. Kepala kecamatan disebut Camat. 3. Kepala kecamatan diangkat Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. 4. Kepala kecamatan menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/ Walikota. 5. Kepala kecamatan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. 6. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. D. Konsep Pembangunan Sarana Fisik Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu paling tepat mengartikan pembangunan. sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, sehingga pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 4

5 A. Jenis Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2000 : 3) merupakan prosedur meneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dari perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan penelitian yang berupaya memahami gejala-gejala yang sedemikian rupa tidak memerlukan kuantifikasi, karena gejala tidak memungkinkan untuk diukur secara cepat (Garna, 1991 : 32). B. Fokus Penelitian Dari pemaparan diatas telah dikemukakan bahwa efektivitas pengawasan camat adalah pengawasan yang dilaksanakan untuk meningkatkan program kinerja aparatur pemerintah dalam rangka meningkatkan efektivitas kerja dan program aparatur pemerintah dalam pembangunan sarana fisik. Hal itu berhubungan erat dengan kemampuan Camat dalam meningkatkan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan pembangunan sarana fisik. Berangkat dari pemahaman ini, maka penelitian ini difokuskan pada : 1. Pengawasan Camat 2. Adanya dukungan dan kerjasama dari masyarakat 3. Pelaksanaan pembangunan sarana fisik di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. C. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kantor Kecamatan Aertembaga Kota Bitung sebagai sumber utama dalam memperoleh informasi mengenai beberapa program Camat Kecamatan Aertembaga dalam 5

6 proses Pembangunan sarana fisik yang telah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan. D. Informan Dalam penelitian ini, informannya sebagai berikut : 1. Camat Kecamatan Aertembaga 2. Sekretaris Kecamatan Aertembaga 3. Staf Pegawai Kecamatan Aertembaga 4. Kepala-Kepala Lingkungan 5. Warga Masyarakat E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggung jawabkan maka penulisan menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Kepustakaan F. Teknik Analisa Data Analisis dalam upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang temuan-temuan yang berdasarkan permasalahannya yang diteliti. Analisa data menurut Patton (dalam Maloeng, 2003 : 103) adalah proses mengatur ukuran data, mengorganisasika ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar. 6

7 Dalam penelitian berlangsung. Sejak pengumpulan data dimulai, analisis data yang dilangsungkan secara terus menerus hingga pembuatan laporan penelitian. BAB IV ORIENTASI WILAYAH A. Keadaan Geografis Secara geografis, Kecamatan Aertembaga terletak pada: Lintang Utara, Bujur Timur. Dan berada dibagian Timur dari wilayah Kota Bitung dengan luas wilayah 33,90 Km² dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Utara Selatan Timur Barat : Laut Maluku : Kecamatan Maesa : Selat Lembeh : Kecamatan Ranowulu B. Keadaan Demografis Jumlah penduduk Kecamatan Aertembaga pada tahun 2012 adalah jiwa, yang dimana berarti setiap satu km² ditempati penduduk sebanyak 853,08 jiwa. Secaraumum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. C. Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Aertembaga memiliki penduduk dengan mata pencaharian yang beragam namun, yang menempati jumlah tertinggi adalah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Ini dikarenakan karena kebanyakan 7

8 penduduk yang tinggal didaerah ini dari beberapa kelurahan mereka tinggal dipesisir pantai. D. Keadaan Sosial Budaya 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Agama E. Keadaan Pemerintahan Kecamatan adalah lingkungan kerja pemerintah kecamatan yang meliputi beberapa kelurahan. sedangkan pemerintahan kecamatan adalah Camat beserta perangkat lainnya yang menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah kecamatan. Kecamatan Aertembaga yang terdiri dari 10 kelurahan merupakan wilayah kerja Kota Manado yang dijalankan oleh Camat. Dalam menjalankan roda pemerintahan Camat berada langsung dibawah Walikota. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan sarana fisik di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung, perlu adanya sarana perhubungan yaitu, pembangunan jalan, baik jalan setapak atau trotoar maupun jalan besar untuk kepentingan bersama dan pembangunan saluran air untuk kepentingan kesehatan, 8

9 sedangkan sarana sosial yaitu meliputi pembangunan tempat-tempat ibadah, lapangan olah raga, dan lain-lain. Kegiatan ini membutuhkan dana yang besar namun dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong rata-rata dapat diselesaikan dengan baik dan juga tidak ketinggalannya juga dengan adanya pengawasan Camat dan koordinasi yang sangat penting sehingga program pembangunan bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh informasi melalui wawancara dari beberapa informan, yaitu : a. Camat Kecamatan Aertembaga b. Sekretaris Kecamatan Aertembaga c. Staf Pegawai Kecamatan Aertembaga d. Kepala-Kepala Lingkungan e. Warga Masyarakat Kita akan melihat sejauh mana efektifitas pengawasan camat dalam meningkatkan pembangunan sarana fisik di Kecamatan Aertembaga oleh aparatur pemerintah dapat dilihat dengan mengetahui antara lain tingkat pendidikan dan tingkat golongan yang mereka miliki berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian. Untuk tingkat pendidikan dari para informan tersebut adalah : a) Sarjana Strata Dua (S2) b) Sarjana Strata Satu (S1) c) SMA Latar belakang pendidikan seseorang sangat menentukan dan mencerminkan tingkat kemampuan yang mereka memiliki baik dalam mengerjakan, menganalisa dan menanggapi tugas yang diembannya. 1. Efektifitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Di Kecamatan Aertemabaga Kota Bitung 9

10 Camat Aetembaga selalu juga melakukan kegiatan-kegiatan pengawasan berupa pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, pengendalian, dan berbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan apabila perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terdapat kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi. Apabila kemudian ada penyimpangan, penyelewengan, bahkan ketidak cocokan maka Camat dihadapkan pada keharusan menempuh langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan, dan apabila semuanya berjalan dengan baik, ini semua dilakukan demi kemajuan Kantor Kecamatan yang harus melakukan atau diadakan aktivitas penyempurnaan ini. Dari hasil wawancara-wawancara Dengan beberapa informan, penulis mengambil kesimpulan bahwa pemerintah Kecamatan Aertembaga benar-benar telah melakukan kerja sama yang baik dengan warga masyarakat untuk kegiatan peningkatan kesejahteraan dengan pembangunan. Bahkan Camat serta para staf pegawai lainnya dengan caranya sendiri bisa membujuk atau mempengaruhi masyarakatnya dalam meningkatkan suatu kesejahteraan. Jadi walaupun kita ketahui bersama kalau melihat efektifitas pengawasan Camat dalam memberikan pembinaan serta melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat dalam menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat, maka masyarakat akan mengetahui pentingnya pembangunan terutama pembangunan sarana fisik yang telah dilaksanakan. Demikian juga dengan Camat kiranya mampu mendengar atau mengelola segala bentuk dukungan dan masukan apapun dari masyarakat sehingga Camat sendiri akan memberikan hasil yang terbaik dari motivasi dan kepercayaan dari masyarakat. 2. Kendala Efektifitas Pengawasan Camat Dalam Meningkatkan Pembangunan Sarana Fisik Berdasarkan dari berbagai uaraian diatas mengenai efektifitas pengawasan camat dalam pembangunan sarana fisik tidak terlepas juga dengan kendala ataupun tantangan. Kendala itu meliputi kurangnya sarana prasarana berupa 10

11 teknologi komputer dan internet yang dipakai unutuk memperlancar demi perkembangan pembangunan di Kecamatan. Camat Aertembaga selalu mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan program pembangunan terlaksana sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan. Namun rencana yang betapa pun baiknya akan gagal apabila tidak adanya juga pengawasan dari Camat itu sendiri. Dengan kendala-kendala tersebut juga nanti akan jelas mengganggu kinerja dalam pembangunan. Sehingga dalam hal ini suatu efektifitas pengawasan Camat dalam meningkatkan pembangunan sarana fisik perlu adanya juga dorongan sendiri dari pemerintah Kota dan warga masyarakat, baik itu berupa bantuan pendanaan dari pemerintah Kota Bitung maupun masyarakat Kecamatan Aertembaga. Bantuan dan kerjasama antara Aparatur Pemerintah dengan masyarakat sendiri pun bisa jadi pegangan yang kuat sehingga program-program Kecamatan Aertembaga bisa berjalan sesuai tetap waktu, tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. B. Pembahasan Pembahasan dalam hal ini ditekankan pada efektifitas pengawasan Camat dalam Pembangunan sarana fisik, yang dimana suatu pembangunan tidak akan berhasil pelaksanaannya jika tidak ada orang-orang didalamnya, dalam hal ini adalah seorang Camat, karena Camat yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik yaitu kemampuan menanggapi berbagai macam permasalahan yang terjadi di masyarakat pasti akan bisa menyelesaikan tugas-tugas diembannya. Dengan kata lain bahwa sumber daya manusia mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan pengawasan Camat terutama yang menyangkut dengan hasil kerjanya, sehingga diperlukan Camat yang memiliki sumber daya manusia yang profesional dibidangnya dan mampu bersaing dalam era globalisasi dalam pencapaian tujuan yang dilakukan secara efektif dan efesien. Hal ini menunjukan salah satu unsur penting yang berperan disini adalah perlu adanya pengawasan Camat itu Sendiri. Oleh sebab itu Camat dituntut untuk 11

12 lebih mempunyai adanya kemampuan menyelenggarakan program-program pembangunan secara meluas dan efektif, dengan perkataan lain bahwa penyelenggaraan program-program pembangunan secara baik setidak-tidaknya dapat dilakukan, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap Pemerintah. Sehingga mereka akan turut pula mendukung usaha-usaha pemerintah dalam melaksanakan pembagunan sarana fisik dikecamatan. Akan tetapi tidak selalu menutup kemungkinan kendala atau hambatan yang dihadapi Camat itu sendiri selalu ada dalam pelaksanaan program-program pembangunan sarana fisik itu sendiri, baik dalam segi pendanaan yang kadang kala terjadi keterlambatan, waktu pelaksanaan program pembangunan yang telah ditetapkan tidak tepat atau masih tertunda pelaksanaannya, namun masih adanya juga kurangnya koordinasi dan komunikasi dari pemerintah Kota, dan masih kurangnya keterbukaan dari pemerintah kota kepada pemerintah Kecamatan. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Efektifitas pengawasan Camat dalam meningkatkan pembangunan sarana fisik telah berhasil sesuai dengan kemampuan Camat dan para staf pegawai yang ada di Kecamatan Aertembaga baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun kesadaran masyarakat juga untuk bersama-sama membantu program pemerintah Kecamatan Aertembaga dalam menciptakan Pembangunan sarana fisik, ketercapaian kerja para staf pegawai Kecamatan 12

13 yang efektif dan efisien, dan juga program-program pembangunan yang telah terlaksanakan sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Kendala yang mempengaruhi efektifitas pengawasan camat dalam meningkatkan pembangunan sarana fisik di Kecamtan Aertembaga Kota Bitung berupa terbatasnya dan lambatnya bantuan pendanaan yang diberikan dari pemerintah Kota Bitung kepada Kecamatan Aertembaga sehingga masih ada juga program-program yang belum terlaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, karena kurangnya koordinasi dan komunikasi dari pemerintah Kota, dan masih kurangnya keterbukaan dari pemerintah kota kepada pemerintah Kecamatan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat saran yang diberikan oleh Penulis sebagai berikut : 1. Efektifitas pengawasan Camat yang ada di Kecamatan Aertembaga yang sudah baik harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan lagi supaya menjadi lebih baik melalui menyelenggarakan program-program pembangunan baik dari program Kecamatan maupun program pembangunan kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum, dan perlu adanya lagi peningkatan khususnya juga buat staf pegawai Kecamatan Aertembaga sehingga bisa dapat bekerja sama dengan baik, baik dengan Camat maupun dengan para staf lainnya, sehingga bisa menghasilkan sumber daya yang berkualitas, dan bisa bekerja lebih baik lagi. 2. Setiap pembangunan sarana fisik harus lebih diperhatikan dalam hal-halnya seperti pendanaan, lokasi, dan waktu pelaksanaan, namun perlu juga adanya kerja sama yang begitu erat sehingga tidak adanya keterlambatan dalam koordinasi dan komunikasi dari pemerintah kota khususnya Dinas Pekerjaan Umum kepada Kecamatan yang selalu bekerjasama dalam program pembangunan di Kecamatan, sehingga apa yang diharapkan dalam 13

14 pelaksanaan program pembangunan di Kecamatan akan berdaya guna dan berhasil guna semua bagi masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Bina Aksara Jakarta. BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bitung, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung Dalam Angka, Katalog BPS, Bitung, 2012 Gibson dkk. 1998, Organization. (Terjemahan Dhana Agus) Erlangga. Jakarta. Handayani Soeseno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi danmanajemen. Gunung Agung. Jakarta. Handayaningrat Soerwarno, 1982, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Sosial, CV. Haji Masaagung, Jakarta. Martoyo Perencanaan sumber daya manusia. Cetakan pertama. Bandar Maju. Bandung. Moertopo Ali, 1981, Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta, CSIS. Moleong, Lexy, J Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya. Nawawi, H (1989) Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah.Erlangga, Jakarta. Ndraha Taliziduhu, 1986, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, Jakarta, Yayasan Karya Dharma. Paul Herersey dan Kent Blanchard Produktivitas Manajemen. LSUI, Jakarta. Siagian, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, LAN, Jakarta. Sinagan, Administrasi Pembangunan. gunung Agung, Jakarta. 14

15 Siagian P. Sondang, 2001, Administrasi Pembangunan, Jakarta, Bumi Aksara. Subagyo Joko P Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta, Ricka Cipta. Sudjana Nana, 1995, Metode Statiska, Tarsito Bandung. Surianingrat, Bayu, 1981, Wewenang, Tugas dan Tnggung Jawab Camat. Pasco. THE Liang Gie, Unsur-Unsur Administrasi. Erlangga. Jakarta. Terry R. George. 1986, Prinsip Prinsip Manajemen. Bumu Aksara; Jakarta. Sumber-sumber lain : Undang Undang Nomor 32 Tahun Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 15 Tentang Kecamatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

EFEKTIVITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN WENANG KOTA MANADO (StudiTentangPelayananRekam Data e-ktp)

EFEKTIVITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN WENANG KOTA MANADO (StudiTentangPelayananRekam Data e-ktp) EFEKTIVITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN WENANG KOTA MANADO (StudiTentangPelayananRekam Data e-ktp) Oleh : Clauwdya M. Lampah Abstrak Wacana pelayanan publik yang baik

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO. Oleh RICHY SUAWAH. Abstrak BAB I PENDAHULUAN

PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO. Oleh RICHY SUAWAH. Abstrak BAB I PENDAHULUAN PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Oleh RICHY SUAWAH Abstrak Pembangunan yang sudah di rencanakan di tingkat kecamatan oleh aparat Pemerintah kecamatan sering tidak

Lebih terperinci

MADE WIDHITAMA HARIANTO

MADE WIDHITAMA HARIANTO PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Oleh : MADE WIDHITAMA HARIANTO Abstrak Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan

Lebih terperinci

KOORDINASI CAMAT SECARA VERTIKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI WILAYAH KECAMATAN NANUSA KABUPATEN TALAUD. Oleh : Serly Rosali Tawatuan

KOORDINASI CAMAT SECARA VERTIKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI WILAYAH KECAMATAN NANUSA KABUPATEN TALAUD. Oleh : Serly Rosali Tawatuan KOORDINASI CAMAT SECARA VERTIKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI WILAYAH KECAMATAN NANUSA KABUPATEN TALAUD 1. Latar Belakang Penelitian Oleh : Serly Rosali Tawatuan BAB I PENHDAHULUAN Dewasa

Lebih terperinci

ASEP NURWANDA Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Universitas Galuh ABSTRAK. Kata Kunci : Pelaksanaan, Pemungutan Retribusi, Bahan Beton Jalan

ASEP NURWANDA Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Universitas Galuh ABSTRAK. Kata Kunci : Pelaksanaan, Pemungutan Retribusi, Bahan Beton Jalan PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGUJIAN BAHAN JALAN DAN BETON (Studi pada UPTD Laboratorium dan Peralatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ciamis) ASEP NURWANDA Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE

EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE 090814005 ABSTRACT Efektivitas kinerja pelayanan pemerintah adalah penyelesaian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Oleh JEANY KAPARANG ABSTRAK Pembangunan yang ada di kelurahan Pondang tidak terlepas dari peranan pemerintah

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN LANGOWAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA (Studi Tentang Pelayanan Pembuatan Akte Jual Beli) 1

PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN LANGOWAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA (Studi Tentang Pelayanan Pembuatan Akte Jual Beli) 1 PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN LANGOWAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA (Studi Tentang Pelayanan Pembuatan Akte Jual Beli) 1 Oleh : Novri Manoppo 2 ABSTRAK Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan

Lebih terperinci

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : STEVANY ANGGREANI WENAS (NIM : 100813109, JUR : ILMU

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi Penyelenggaraan, Pemerintahan Desa

Kata Kunci: Evaluasi Penyelenggaraan, Pemerintahan Desa Oleh: Rahmawati Halim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tugas Camat terhadap evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Adapun populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga tempat dia bekerja. Dengan demikian

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Efektivitas Peranan Camat dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan e-ktp di Kecamatan Wanea. Oleh : Jons. F. Langi

Efektivitas Peranan Camat dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan e-ktp di Kecamatan Wanea. Oleh : Jons. F. Langi Efektivitas Peranan Camat dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan e-ktp di Kecamatan Wanea Oleh : Jons. F. Langi Abstrak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 126 ayat 1 dengan Perda berpedoman

Lebih terperinci

Kata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Publik. A. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Masalah :

Kata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Publik. A. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Masalah : Efektivitas Pelayanan Publik di Kecamatan Singkil Kota Manado (Studi tentang Pelayanan Pembuatan Akte Jual Beli dan Legalisir Surat surat Keterangan di Kecamatan Singkil Kota Manado) Oleh Ivana Sandra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH (Suatu Studi di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : GERALDO TAKAPENTE ABSTRAK Upaya pemerintah

Lebih terperinci

Jurnal Administratie

Jurnal Administratie Jurnal Administratie Edisi 1. September 213 Vol. 1 Jurnal Administratie http://ojs.unsimar.ac.id/index.php/administratie PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYELENGGARAN PEMERINTAHAN DI KANTOR CAMAT PAMONA

Lebih terperinci

PROFESIONALISME CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DIKECAMATAN PULUTAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

PROFESIONALISME CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DIKECAMATAN PULUTAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROFESIONALISME CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DIKECAMATAN PULUTAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Glendy Harris Manumbalang 1 Johannis Kaawoan 2 Herman Nayoan 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK DI DESA MUKTI UTAMA KECAMATAN LONG MESANGAT KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK DI DESA MUKTI UTAMA KECAMATAN LONG MESANGAT KABUPATEN KUTAI TIMUR ejournal llmu Pemerintahan, 2017 5 (2) :711-720 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (Print), ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PERAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK DI DESA

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU 1 KOTA PALEMBANG

PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU 1 KOTA PALEMBANG PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU 1 KOTA PALEMBANG Nifi Lamingthon 1) 1) Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Tamansiswa Jl. Taman Siswa No.261,20 Ilir Timur 1

Lebih terperinci

Nomor : 03 Tahun : 2005 Seri : D Nomor : 06

Nomor : 03 Tahun : 2005 Seri : D Nomor : 06 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA Nomor : 03 Tahun : 2005 Seri : D Nomor : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG 1 / 20 PEMBENTUKAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM

Lebih terperinci

PENINGKATAN ETOS KERJA PEGAWAI DALAM PROSES PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN TAHUNA INDUK KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE. Oleh :

PENINGKATAN ETOS KERJA PEGAWAI DALAM PROSES PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN TAHUNA INDUK KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE. Oleh : PENINGKATAN ETOS KERJA PEGAWAI DALAM PROSES PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN TAHUNA INDUK KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Oleh : Wulan Sari Moningkey Makatipude, ABSTRAK Sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, perekonomian dunia juga telah mengalami perubahan serta kemajuan cukup pesat. Hal ini pasti membawa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 14, 2003 PEMERINTAH DAERAH. Pemerintahan Daerah. Provinsi. Kabupaten. Kota. Desentralisasi. Dekosentrasi. Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. ANANDA PUTRA PALEMBANG. Oktariansyah *) ABSTRAK

PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. ANANDA PUTRA PALEMBANG. Oktariansyah *) ABSTRAK PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. ANANDA PUTRA PALEMBANG Oktariansyah *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengawasan yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERAN LURAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA APARATUR SIPIL NEGARA

PERAN LURAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA APARATUR SIPIL NEGARA PERAN LURAH DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA APARATUR SIPIL NEGARA (Studi di kelurahan Tarorane Kecamatan Siau Timur Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) 1 Oleh : Royke Alfidi Gensa 2 ABSTRAK Peran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................1 B. Perumusan Masalah......3 C. Tujuan Penulisan. 3 BAB II PEMBAHASAN A.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMPERDAYAAN MASYARAKAT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMPERDAYAAN MASYARAKAT PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMPERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT BAGI INSTANSI PEMERINTAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi memiliki prosedur kerja yang baik, struktur organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi memiliki prosedur kerja yang baik, struktur organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi organisasi. Manusia adalah promotor utama dalam organisasi, apabila suatu organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat (1)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/2004, PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA *40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MADIDIR 1. Oleh : Billdy Sondakh 2

PERAN CAMAT DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MADIDIR 1. Oleh : Billdy Sondakh 2 PERAN CAMAT DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MADIDIR 1 Oleh : Billdy Sondakh 2 ABSTRAK Perubahan undang-undang pemerintahan daerah yang mengatur pemerintahan kecamatan, dibawah UU

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014

PENGARUH PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014 PENGARUH PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014 TEDI MZ SUMARNA ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah rasa

Lebih terperinci

KINERJA PEGAWAI KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI

KINERJA PEGAWAI KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI KINERJA PEGAWAI KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI Oleh : Priska Rompas ABSTRAK Pelayanan merupakan tugas utama bagi aparatur negara sebagai abdi negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Bagja Waluya, penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI KERJA PEGAWAI MELALUI PENERAPAN AZAS-AZAS MOTIVASI OLEH SEORANG PEMIMPIN. Oleh : H. Firman Yudhanegara.

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI KERJA PEGAWAI MELALUI PENERAPAN AZAS-AZAS MOTIVASI OLEH SEORANG PEMIMPIN. Oleh : H. Firman Yudhanegara. UPAYA PENINGKATAN PRESTASI KERJA PEGAWAI MELALUI PENERAPAN AZAS-AZAS MOTIVASI OLEH SEORANG PEMIMPIN Oleh : H. Firman Yudhanegara Abstrak Dalam memasuki suatu organisasi setiap orang secara implisit selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan Otonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan baru dalam pelaksanaan Pemerintahan Indonesia dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan Otonomi Daerah, dan UU No. 33 tahun

Lebih terperinci

PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG. Oleh Andika Lontoh

PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG. Oleh Andika Lontoh PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG Oleh Andika Lontoh Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan perangkat

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Oleh : Mordekai Pinatik

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Oleh : Mordekai Pinatik PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA Oleh : Mordekai Pinatik NIM. 090813171, Program Studi Ilmu Pemerintahan Jurusan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan politik dan penyelenggaraan negara yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan kebutuhan masyarakat dalam

Lebih terperinci

PROFESIONALISME APARATUR PEMERINTAH di BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Oleh : Elvis Laoh ABSTRAK

PROFESIONALISME APARATUR PEMERINTAH di BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Oleh : Elvis Laoh ABSTRAK PROFESIONALISME APARATUR PEMERINTAH di BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : Elvis Laoh ABSTRAK Dalam memberikan pelayanan publik terhadap masyarakat aparatur pemerintah daerah dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era otonomi daerah ini pemerintah memberikan kewenangan pada masing-masing daerah untuk mengurus daerahnya dengan menggunakan azas demokrasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Pokok Kepegawaian yaitu Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 telah dirubah melalui Undang - Undang nomor 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat

I. PENDAHULUAN. daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Daerah terdiri dari pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang tersirat dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Page 1 of 9 NO.14.2003 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemerintah Daerah Provinsi. Kabupaten. Kota. Desentralisasi. Dekosentralisasi. Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. (Penjelasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa pembagian daerah-daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa salah satu cara dalam penyelenggaraan sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PANGKEP

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PANGKEP EFEKTIVITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PANGKEP Welimas Kristina Parinsi 1 ABSTRAK Perusahaan Daerah Air Minum merupakan badan usaha yang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 159 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KELURAHAN MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 159 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KELURAHAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 159 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KELURAHAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang: bahwa dalam rangka, melaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI (Suatu Studi di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Julio Saroinsong

PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI (Suatu Studi di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Julio Saroinsong PERAN CAMAT DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTE JUAL BELI (Suatu Studi di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Julio Saroinsong Abstrak Fungsi utama pemerintah daerah menurut Undang Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut keefektifan dari program GSMK/K di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Aspek Kemampuan Lurah Dalam Perencanaan

BAB VI PENUTUP. 1. Aspek Kemampuan Lurah Dalam Perencanaan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kemampuan manajerial lurah dalam penyelenggaraan pemerintah kelurahan di Kelurahan Tangge dapat dilihat dari 4 aspek yaitu: Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: PP 7-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 77, 2001 Pemerintah Daerah.Tugas Pembantuan.APBN.APBD.Pembinaan.Pengawasan. (Penjelasan

Lebih terperinci

Efektivitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD)Dalam Penyusunan. Peraturan Desa

Efektivitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD)Dalam Penyusunan. Peraturan Desa Efektivitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD)Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Suatu Studi di Desa Watudambo Dua Kec. Kauditan Kab. Minahasa Utara) OLEH : OLIVIA P.I PANAWAR 100813037 ABSTRAKSI Keberadaan

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA AMBON TIPE A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan organisasi. Oleh sebab itu, organisasi yang baik tidak akan pernah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN LAMONGAN 27 LEMBARAN A DAERAH Nopember KABUPATEN LAMONGAN 3/D 2007 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN LAMONGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ALOKASI DANA KHUSUS KELURAHAN DI PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan lembaga yang berdiri dan dibentuk untuk melaksanakan roda pemerintahan yang berfungsi untuk melaksanakan kepentingan negara khususnya pada

Lebih terperinci

PERANAN CAMAT SEBAGAI KOORDINATOR DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN FISIK DI KECAMATAN BOLANGITANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA 1

PERANAN CAMAT SEBAGAI KOORDINATOR DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN FISIK DI KECAMATAN BOLANGITANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA 1 PERANAN CAMAT SEBAGAI KOORDINATOR DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN FISIK DI KECAMATAN BOLANGITANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA 1 Oleh : Rahmat Tegila 2 ABSTRAK Mengacu dari makna pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Pembentukan Kecamatan Alok Timur Kabuaten Sikka Kecamatan Alok Timur merupakan Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Alok

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG ejournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (4): 1-7 ISSN 2477-2458, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO Oleh Reifan A.H Chorneles Abstrak : Sesuai dengan Misi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode penelitian atau metodologi penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Di Kota Manado

Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Di Kota Manado Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Di Kota Manado Oliviani Y. Mokodaser 090813272 Abstrak Pengembangan Sumber Daya Manusia bagi Aparatur Pemerintah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut diberlakukannya Undang-Undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perangkat Daerah Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam ketentuannya mengatur tentang perangkat daerah. Pasal 120 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun dengan potensi unggulan dan karakteristik daerah.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun dengan potensi unggulan dan karakteristik daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang berdasarkan prinsip otonomi daerah dengan pelaksanaan yang membuat masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja Menurut Soewarno Handayaningrat (2004: 19), kinerja adalah cara menjalankan tugas dan hasil yang diperoleh. Kinerja adalah cara dalam

Lebih terperinci

Al Ulum Vol.65 No.3 Juli 2015 halaman

Al Ulum Vol.65 No.3 Juli 2015 halaman Al Ulum Vol.65 No.3 Juli 2015 halaman 28-38 28 OPTIMALISASI PENGELOLAAN KEARSIPAN DALAM AKTIFITAS KERJA ADMINISTRASI OLEH PERANGKAT DESA DI KANTOR DESA GIRI MULYA KECAMATAN KURANJI KABUPAEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengawasan (control) sebagai berikut : control is the process by which an executive

BAB II KAJIAN TEORI. pengawasan (control) sebagai berikut : control is the process by which an executive BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pengawasan Secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangkat dari kenyataan bahwa manusia sebagai penyelenggara operasional organisasi merupakan mahluk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dari pihak IAIN Palangka Raya yakni tanggal 30 Maret 2015

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dari pihak IAIN Palangka Raya yakni tanggal 30 Maret 2015 BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dalam 2 bulan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian dari pihak IAIN Palangka Raya yakni tanggal 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup organisasi, karena berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup organisasi, karena berhasil atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam setiap organisasi peran manajemen sangat penting artinya dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup organisasi, karena berhasil atau tidaknya organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TUAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci