KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG. Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG. Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil study EHRA Kabupaten Magelang Tahun Laporan Study EHRA Kabupaten Magelang Tahun 2012 di susun dari hasil kajian dan pemetaan sanitasi yang merupakan gambaran awal dalam penyusunan Buku Putih sanitasi kabupaten untuk jangka menengah dilengkapi dengan informasi dari hasil kajian kelembagaan,keuangan,priority setting,studi media serta survey Penilaian resiko Kesehatan lingkungan atau EHRA juga survey yang berkaitan untuk diintegrasikan dalam Buku Putih Sanitasi ini. Laporan hasil Study EHRA merupakan dasar penyusunan Rencana Strategi Sanitasi kabupaten (SSK) tahun Penyusunan rencana SSK melibatkan unsure elemen yang terlibat dalam sanitasi tingkat Kabupaten dan menjadi dasar yang kuat bagi pembahasan mengenai tahap,kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi. Tim Pokja AMPL Kabupaten Magelang mengucapkan terimakasih kepada semua pihak serta seluruh komponen steakholder,masyarakat,skpd dan berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,tenaga dan waktu untuk proses penyusunan dan penyempurnaan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang Tahun Harapan Buku putih Sanitasi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan Sanitasi di kabupaten Magelang. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP i

2 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG Assmualaikum wr.wb Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa Hanya dengan rahmat dan hidayah-nya kegiatan Study Penilaian Resiko Kesehatan atau Study EHRA (Environmental Healt Risk Assessment ) sebagai bahan dari data Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang dapat terselesaikan sesuai dengan Jadwal Penilaian resiko kesehatan lingkungan atau EHRA (Environmental Health Risk Assessment) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Kegiatan Sanitasi Kabupaten Magelang dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kabupaten Pada saat sekarang ini, penanggulangan kemiskinan telah menjadi isu besar bagi pembangunan di Indonesia terutama tentang kondisi sanitasi di kawasan kumuh perkotaan. Segala proses yang berkenan dengan pembangunan sektor sanitasi sudah selayaknya menjadi perhatian bagi pemerintah kabupaten, sebagai wujud komitmennya untuk mensejahterakan masyarakat. Melalui studi EHRA ini, kami berharap bisa memberikan wawasan tentang permasalahan sanitasi di kabupaten Magelang untuk terwujudnya buku putih yang akan kami susun dalam program percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP), agar nantinya hasil ini bermanfaat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya kerjasama dan partisiapsi berbagai pihak, penyelenggaraan Study EHRA ini dapat berhasil dengan baik. Maka dalam hal ini kami memberikan penghargaan kepada seluruh Kader Kesehatan dan Sanitarian juga Kelompok Kerja pokja AMPL Kabupaten Magelang dan beberapa pihak yang telah mendukung Study EHRA. Akhirnya, semoga Study EHRA ini bermanfaat bagi semua pihak, kami pun menyadari laporan hasil Study Ehra ini masih banyak kekurangan. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua dalam membangun masa Depan Kabupaten Magelang khususnya dan Indonesia umumnya yang lebih baik. Amin Wassalamualaikum Wr.Wb Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang dr. HENDARTO.M.Kes Pembina Utama Muda NIP ii

3 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG DAFTAR ISI... iii DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR DIAGRAM I. PENDAHULUAN... 1 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA Penentuan Target Area Survey Penentuan Jumlah/Besar Responden Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN/ KOTA Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pembuangan Air Limbah Domestik Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Perilaku Higiene Kejadian Penyakit Diare IV. CATATAN PENUTUP LAMPIRAN TABEL AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN MAGELANG iii

4 DAFTAR SINGKATAN APBD Bapedalda Bappeda Bappenas BPD BP BPN BPS CF DPU CSS CTPS DAK DAS DBD Depkes Diknas Dinkes Dispenda Ecoli EHRA FGD HU Infokom IPA IPAL Anggaran Perencanaan Pembangunan daerah Badan Pengendali Dampak Lingkungan Hidup Badan Perencana Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Permusyawaratan Desa Buku Putih Badan Pertanahan Nasional Badan Pusat Statistik City Facilitator Dinas Pekerjaan Umum City Sanitation Strategy Cuci Tangan Pakai Sabun Dana Alokasi Khusus Dana Anggaran Satuan Demam Berdarah Dengue Departemen Kesehatan Dinas Pendidikan Nasional Dinas Kesehatan Kabupaten Dinas Pendapatan Daerah Escherichia Coli Environmental Health Risk Assessement Focused Group Discusion Hidran Umum Dinas Informasi dan Komunikasi Instalasi Pengolahan Air Istalasi Pengolahan Air Limbah iv

5 IPLTL ISPA IMB JAGA JAMBU Kel. Kec. KepMenKes Kesmas KU KK KMNLH KSM LSM LPM M & E MCK MDGs MUI Musrenbangkab Monev MPA MS MTP Musrenbang PAD Pamsimas PDAM PD. PAL Pemkab Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dan Lindi Infeksi Saluran Pernafasan Akut Izin Mendirikan Bangunan Jamban Keluarga Jamban Umum Kelurahan Kecamatan Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kran Umum Kepala Keluarga Kementerian Lingkungan Hidup Kelompok Swadaya Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Monitoring dan Evaluasi Mandi Cuci Kakus Millenium Development Goals Majelis Ulama Indonesia Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten Monitoring dan Evaluasi Methodology for Participatory assessment Memenuhi Syarat Mini Treatment Plan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pendapatan Asli Daerah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah Pemerintah Kabupaten v

6 Pemprov Perda PHBS PKK PLN POKJA PSA Pemerintah Provinsi Peraturan Daerah Pola Hidup Bersih dan Sehat Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Perusahaan Listrik Negara Kelompok Kerja Participatory Sanitation Assessment PT Posyandu PromKes PU Puskesmas PPSP Rakor RBC RKPD RPJP RPJM RPJMD RSU RSUD RT RUTRK RW Sanimas Satpol PP SDM Sekda SIM Perseroan Terbatas Pos Pelayanan Terpadu Promosi Kesehatan Pekerjaan Umum Pusat Kesehatan Masyarakat Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Rapat Koordinasi Rotating Biological Contactor Rencana Kerja Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Pendek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Rukun Tetangga Rencana Umum Tata Ruang Kota Rukun Warga Sanitasi Oleh Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Sumber Daya Manusia Sekretaris Daerah Sistim Informasi vi

7 Simpadu SK SKPD SPM SR SSK SWOT SWPG TA TMS Sistem Informasi Manajemen Terpadu Surat Keputusan Satuan Kerja Pembangunan Daerah Standar Minimal Pelayanan Sambungan Rumah Strategi Sanitasi Kota Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats Satuan Wilayah Pengendali Genangan Terminal Air Tidak Memenuhi Syarat TP TPA TPS TOGA TOR TTU TTPS Tupoksi UKS UPTD WB WC WSP-EAP Yankes 3R Tim Penggerak Tempat Pemprosesan Akhir Tempat Pembuangan Sementara Tokoh Agama Term of Reference Tempat-temat Umum Tim Teknis Pembangunan Sanitasi Tugas Pokok dan Fungsi Usaha Kesehatan Sekolah Unit Pelayanan Terpadu White Book Water Closed Water Sanitation Program East Asia & Pacific Layanan Kesehatan Reuse, Reduce, & Recycle vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan terpilih untuk survey EHRA Kab.Magelang Tabel 3.1 Cara Pembuangan Sampah Tabel 1. Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Beresiko Tabel 2. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kab. Magelang Tabel 3.6 Anggota Keluarga Terakhir Yang Menderita Diare Tabel 3.2 Tempat BAB Tabel 3.3 Sumber Air Minum Tabel 3.4 Sumber Air Minum-Recode Tabel 4.1 Area Beresiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya Kab.Magelang Tahun 2012 viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sosialisasi Kegiatan EHRA Gambar 2.1 Diskusi Pemetaan Klastering Desa/Kelurahan Studi EHRA Grafik 1.1 Distribusi Desa per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA Gambar 3.1 Enumerator dan Responden Gambar 3.2 Diagram Usia Ibu/Responden Gambar 3.3 Pengolahan Sampah Gambar 3.4 Diagram Penerima Layanan Gambar 3.5 Diagram Pemilihan Sampah 2 Gambar 3.6 Diagram Wadah Sampah Gambar 3.7 Contoh Jamban Cubluk Gambar 3.8 Diagram Pemilahan Sampah 1 Gambar 3.9 Diagram Kebersihan Gambar 3.8 MCK Komunal Gambar 3.9 Kualitas Tangki Septik 2-Indikatif Gambar 3.10 Cara Pengosongan Tangki Septik Gambar 3.11 Tempat Pembuangan Isi Tangki Septik Gambar 3.12 Grafik Kemampuan Anak Menggunakan Jamban Gambar 3.13 Grafik Tempat BAB Anak Gambar 3.14 Tempat BAB Anak 2 Gambar 3.15 Keamanan Penanganan Kotoran Anak Gambar 3.16 Sarana Pembuangan Air Limbah & Air Hujan Gambar 3.17 Peta Topografi Kab. Magelang Gambar 3.18 Genangan Air Gambar 3.19 Sarana Air Bersih Gambar 3.20 Diagram Kualitas Sumur Gambar 3.21 Diagram Kelangkaan Sumber Air Gambar 3.22 Diagram Pemakaian Sabun Gambar 3.23 Diagram Cuci Tangan pakai Sabun-Umum Gambar 3.24 Cuci Tangan pakai Sabun-Ibu dengan Balita Gambar 3.25 Cuci Tangan pakai Sabun-Umum Gambar 3.26 Skor Cuci Tangan pakai Sabun-Ibu dengan Balita ix

10 DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1 Kualitas Tangki Septik - Indikatif x

11 Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai ke Desa/Kelurahan. Dari Hal ini. Kabupaten Magelang dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: gambar 1.1 sosialisasi hasil studi ehra 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Magelang 1

12 Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL Kabupaten Magelang. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Magelang dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. 2

13 EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL Kabupaten Magelang Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan Gambar 2.1 Diskusi pemetaan klastering desa / kelurahan studi ehra pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hakhaknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. 3

14 Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri direcheck kembali oleh tim Pokja AMPL Kabupaten Magelang. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten semata. Agar efektif, Pokja AMPL Kabupaten Magelang diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab : Pokja-Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2. Koordinator Survey : Pokja AMPL Kabupaten Magelang 3. Anggota : BAPPEDA, Bappermas, KLH, DKP, Infokom, dll 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 6. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS 7. Tim Analisis data : Pokja AMPL Kabupaten Magelang 8. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll) 2.1 Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Magelang mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: 4

15 ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Magelang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Magelang Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Klastering wilayah di Kabupaten Magelang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. 5

16 Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Magelang No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan desa desa Salaman Salaman Muntilan Pucungrejo Mungkid Blondo Mertoyudan Sukorejo Ngargoretno Salaman Paripurno Kalirejo Menoreh Ngadirejo Kebonrejo Kalisalak Sriwedari Tanjunganom Banjarharjo Purwosari Ngampeldento Sidosari Margoyoso Kaliabu Borobudur Giripurno Giritengah Tuksongo Manjaksingi Kenalan Ngargogondo Wanurejo Borobudur Tanjungsari Karanganyar Karangrejo Ngadiharjo Kebonsari Tegalarum Wringinputih 6

17 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Salam Srumbung Dukun Sawangan Muntilan Mungkid Mertoyudan Tersangede Sucen Mantingan Pandanretno Tegalrandu Jerukagung Kradenan Ngablak Bringin Mranggen Ngadipuro Kalibening Ngargomulyo Mangunsoko Sewukan Sengi Paten Krinjing Gantang Tanjung Adikarto Keji Gunungpring Taman Agung Sedayu Muntilan Ngrajek Mendut Paremono Pabelan Bojong Pagersari Mungkid Bumirejo Senden Treko Pasuruan Bondowoso Banjarnegoro Bulurejo 7

18 8 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Tempuran Ringinanom Kalisari Jogomulyo Growong Temanggal Pringombo Tugurejo Kajoran Bumiayu Madugondo Bangsri Wadas Pandansari Banjaragung Sidorejo Kaliangkrik Ngawonggo Munggangsari Ngargosoko Ngendrokilo Temanggung Pangarengan Mangli Selomoyo Banjarejo Giriwarno Girirejo Kebonlegi Balerejo Beseran Bumirejo Ketangi Adipuro Bandongan Trasan Rejosari Candimulyo Tempak Candimulyo Giyanti Kembaran Tembelang Trenten Bateh Surodadi

19 9 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Pakis Pakis Daseh Gumelem Kaponan Kragilan Ketundan Munengwarangan Gondangsari Muneng Ngablak Ngablak Jogonayan Pandean Jogoyasan Kanigoro Selomirah Pagergunung Seloprojo Grabag Grabag Sumurarum Banyusari Ngasinan Banaran Baleagung Klegen Seworan Tlogorejo Salam Sugihmas Lebak Tegalrejo Tegalrejo Soroyudan Sidorejo Sukorejo Kebonagung Mangunrejo Secang Donorejo Candisari Jambewangi Payaman Sidomulyo Purwosari Donomulyo

20 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Windusari Salaman Borobudur Ngluwar Salam Srumbung 10 Pasangsari Bandarsedayu Balesari Kembangkuning Tanjungsari Wonoroto Genito Kentengsari Umbulsari Dampit Girimulyo Gunungsari Mangunsari Gondangrejo Krasak Sawangargo Jebengsari Sidomulyo Kembanglimus Bumiharjo Candirejo Sambeng Bigaran Bligo Pakunden Somokaton Ngluwar Plosogede Blongkeng Salam Kadiluwih Somoketro Jumoyo Tirto Baturono Sirahan Seloboro Gulon Sudimoro Kaliurang Kamongan Banyuadem Srumbung Kemiren Nglumut

21 11 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Dukun Ketunggeng Wates Banyubiru Banyudono Dukun Sumber Keningar Sawangan Gondowangi Sawangan Krogowanan Kapuhan Ketep Wonolelo Banyuroto Wulunggunung Mangunsari Muntilan Sukorini Sriwedari Congkrang Menayu Gondosuli Mungkid Progowati Sawitan Rambeanak Ambartawang Gondang Mertoyudan Deyangan Donorejo Kalinegoro Jogonegoro Danurejo Sumberejo Banyurojo Mertoyudan Tempuran Sumberarum Sidoagung Tanggulrejo Girirejo Tempurejo Prajeksari Bawang

22 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Kajoran Kaliangkrik Bandongan Candimulyo Pakis 12 Wonogiri Kwaderan Ngargosari Ngendrosari Lesanpuro Banjaretno Krinjing Mangunrejo Sambak Bambusari Wuwuharjo Pandanretno Krumpakan Sangen Pucungroto Sukomulyo Sukorejo Sutopati Sukomakmur Kaliangkrik Maduretno Balekerto Bandongan Gandusari Banyuwangi Kebonagung Ngepanrejo Surojoyo Sidomulyo Mejing Podosoko Tampir kulon Tampir Wetan Purworejo Sonorejo Banyusidi Losari Daleman Kidul Petung Bawang Kajangkoso Kenalan Pogalan Gejagan Jambewangi

23 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan Ngablak Grabag Tegalrejo Tejosari Sumberejo Girirejo Genikan Madyogondo Keditan Magersari Kartoharjo Sidogede Citrosono Kleteran Kalikuto Banjarsari Sambungrejo Tirto Ketawang Cokro Losari Ngrancah Pesidi Giri Wetan Pucungsari Purwosari Dlimas Banyusari Tampingan Banyuurip Glagahombo Purwodadi Wonokerto Dawung Klopo Japan Ngasem Girirejo Ngadirejo Donorojo 13

24 No. Klaster Jumlah Kecamatan Kelurahan desa Secang Windusari Ngluwar Srumbung Sawangan Muntilan Tempuran Kajoran Bandongan Candimulyo Pakis Grabag Secang 14 Secang Madusari Madyocondro Ngabean Candiretno Pancuranmas Kalijoso Ngadirojo Karangkajen Pucang Girikulon Pirikan Windusari Candisari Banjarsari Semen Ngemplak Kalijoso Jamuskauman Karangtalun Ngargosoko Polengan Jati Butuh Tirtosari Podosoko Soronalan Ngawen Kemutuk Madukoro Kajoran Sidowangi Salamkanci Sukodadi Tonoboyo Sidorejo Kedungsari Sukosari Kalegen Tegalsari Tempursari Rejosari Kalipucang Krincing

25 Jadi hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Magelang yang terdiri atas 372 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1) klaster 0 sebanyak 6,99 %. 2) klaster 1 sebanyak 47,04 %, 3) klaster 2 sebanyak 44,89 %, 4) klaster 3 sebanyak 1,08 %. Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA Klaster Jumlah Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten Magelang dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 40 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tetapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 40, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 40 hanya terealisir sekitar saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sederhana untuk yaitu dengan menggunakan Tabel Krejcie-Morgan yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%, sebagai berikut. 15

26 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah % % KK Sampel KK Sampel KK Sampel % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 10, % % % 15, % % % 20, % % % 30, % % % 40, % % % 50, % % % 75, % % % 100, % 2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 20 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke 372 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut: 16

27 Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Magelang No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah Dusun Jumlah RT Jml Dusun/R T terpilih Jumlah Responden Mertoyudan Sukorejo 40 Salaman Purwosari 40 Borobudur Wringinputih 40 Dukun Krinjing Mungkid Treko 40 Tempuran Temanggal 40 Kaliangkrik Ngendrokilo 40 Grabag Seworan 40 Windusari Mangunsari 40 Salaman Sawangargo 40 Salam Somoketro 40 Muntilan Sriwedari 40 Tempuran Girirejo Kajoran Sukomulyo 40 Candimulyo Tampir Wetan 40 Pakis Losari 40 Grabag Giri Wetan 40 Tegalrejo Girirejo 40 Secang Candiretno Grabag Kalipucang Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. Urutkan RT per RW per kelurahan. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z 17

28 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z=... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, = 7 dst. 18

29 Persentase Responden dalam studi EHRA, seperti yang dipaparkan dalam bagian metodologi, di fokuskan kepada Ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia tahun. Pembatasan usia ini diperlakukan secara fleksibel, terutama pada pelaksanaan study yang dilakukan pada masyarakat. Hal ini tergantung pada penilaian kader Posyandu sebagai enumerator yang banyak menentukan respondennya. Terkait Gambar 3.1 enumerator dan responden dengan usia responden, bilamana ditemukan usia responden melebihi batas atas 55 tahun dan responden tersebut masih terlihat cukup merespon pertanyaan-pertanyaan dari enumerator, maka calon responden tersebut dipertimbangkan dapat masuk dalam perioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, apabila performa komunikasinya kurang memadai maka ibu itu dapat di keluarkan dari daftar calon responden. Usia Responden Kelompok Usia Tahun Tahun Tahun Tahun Lebih dari 55 Tahun Gambar 3.2 Diagram Usia Ibu/Responden N= 800, bobot, Filter- wawancara, jawaban tunggal A4 Usia responden Berdasarkan Gambar 3.2, sebagian besar ibu yang menjadi responden berusia antara tahun, yaitu sebesar 34,3 % dari total responden. Urutan kedua usia ibu yang menjadi responden berusia tahun, sekitar 26,1 % dari total responden. Sementara ibu dengan usia 26 35, yaitu sebesar 20,8 %. Usia ibu lebih dari 55 tahun namun dapat diprioritaskan sebagai responden sebesar 14%. Proporsi terkecil usia ibu sebagai responden 19

30 adalah ibu dengan rentangan umur termuda tahun sebesar 4,9 % dari total responden. 3.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan dan merupakan sumber penyakit terutama rumah tangga yang semakin hari-semakin komplek (Gambar 3.3) permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem peran yang ada. Maka untuk menangani limbah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan/ pengolahan Gambar 3.3 pengolahan sangat penting dilakukan di tingkat rumah tangga dengan pemilahan dan pemanfaatan atau penggunaan ulang, misalnya dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Seperti yang telah dilakukan di Desa Gunungpring, Desa Pasuruhan dimana rumah tangga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan hasil penjualannya dapat menambah penghasilan rumah tangga. Permasalahan per yang dipelajari dalam studi EHRA antara lain: 1) cara pembuangan 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan 3) praktek pemilahan. Pembuangan di tingkat rumah tangga diindentifikasikan melalui jawaban verbal yang di sampaikan oleh responden. Kuesioner study EHRA terdiri dari 44 opsi jawaban yang di katagorikan menjadi 6 pertanyaan yaitu; 1) Bagaimana kondisi di lingkungan RT/RW rumah ibu 2) Bagemana rumah tangga di kelola 3) Jika mendaur ulang,apa saja jenis yang dipilah/dipisahkan sebelum di buang 4) Seberapa sering petugas mengangkut dari rumah 5) Apakah selalu di angkut tepat waktu 6) Layanan pengangkutan oleh tukang yang di bayar. Dimana 2 kelompok pertanyaan ini untuk katogori 1 dan 2 atau yang mendapatkan layanan pengangkutan merupakan cara-cara yang memiliki resiko kesehatan yang paling rendah. Katogori 3 dan 4 merupakan resiko yang paling berpotensi resiko kesehatannya terutama di daerah yang padat penduduknya (wilayah perkotaan). Tentang sisi layananan pengaangkutan juga melihat dari aspek frekuensi atau kekerapan dan ketetapan waktu pengangkutan. Walau sebuah rumah tangga menerima pelayanan,resiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Ketepatann pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan yang berlaku. Enumerator dalam kegiatan studi EHRA di wajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan di rumah tangga. Secara mendetail data yang di peroleh dari cara utama membuang rumah tangga 20

31 baik di desa maupun kelurahan di Kabupaten Magelang secara sampel bisa di lihat pada tabel terlampir. Tabel 3.1 menggambarkan secara mendetail cara-cara pembuangan oleh rumah tangga di Kabupaten Magelang. Umumnya rumah tangga di Kabupaten Magelang mengelola sendiri penanganan rumah tangganya. Terlihat di dalam tabel 3.1 bahwa pembuangan di Kabupaten Magelang oleh rumah tangga paling banyak dijumpai adalah membuang dihalaman rumah, dalam lubang yang kemudian di bakar atau didiamkan membusuk, yaitu sebanyak 51,4 %. Proporsi pembuangan dikumpulkan dirumah untuk kemudian diangkut oleh petugas sangat kecil, proporsi ini terdiri dari 0,2 % diangkut oleh petugas Pemda/kelurahan, 1,2% diangkut oleh masyarakat/rt/rw. Kelompok kedua adalah rumah tangga yang membuang dihalaman rumah tanpa ada lubang kemudian dibakar, yaitu sebanyak 12,4%. Sementara kelompok rumah tangga yang membuang ke sungai proporsinya sangat kecil, yaitu 1,6%. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak membuang di sungai mulai tumbuh. Selain membuang ke sungai sebagian kelompok membuang diluar rumah seperti di sungai kecil, parit, kolam ikan/ tambak. Tabel 3.1 : Cara Pembuangan Sampah N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal C2 Utamanya, Sampah rumah tangga di kelola? Frekuensi Persentase Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan di buang ke TPS Dibakar Dibuang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun dan di biarkan membusuk Lainnya (sebutkan) Total Cara pembuangan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat resiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Penanganan yang aman yaitu rumah tangga mendapatkan pelayanan pengangkutan yang memadai. Untuk mengidentifikasi tingkat resiko kesehatan lingkungan, cara pembuangan kemudian di sederhanakan menjadi dua kategori besar, yaitu 1) penerima layanan, dan 2) non penerima layanan Terkait dengan penerima layanan pengangkutan, Gambar 3.4 menunjukkan bahwa sekitar 4,1 % rumah tangga di Kabupaten Magelang yang 21

32 menerima layanan pengangkutan, sementara 84,4 % tidak menerima layanan pengangkutan. Hal ini disebabkan, karena mayoritas masyarakat membuang di dalam lubang yang berada di halaman rumahnya. Pelayanan Pengangkutan Sampah menerima layanan, 4.1 tidak spesifik, 11.6 tidak menerima layanan, 84.4 tidak menerima layanan menerima layanan tidak spesifik persentase Gambar 3.4: Diagram Penerima Layanan N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C4 Seberapa sering petugas mengangkut dari rumah? Volume yang dihasilkan oleh rumah tangga semakin hari semakin meningkat sebanding dengan tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat, maka yang dihasilkan juga semakin banyak. Gaya hidup manusia memiliki peran penting, karena jenis yang dihasilkan tidak terlepas dari pola konsumsi masyarakat. Semakin kompleksnya aktivitas manusia dan perkembangan teknologi, jenis yang dihasilkannyapun beragam. Sampah tidak hanya terdiri dari organik dan anorganik, tetapi juga dihasilkan yang sulit diurai di alam, bahkan golongan bahan berbahaya dan beracun. Rumah tangga sebenarnya dapat berperan aktif dalam mengurangi volume. Pengurangan volume ini dapat dilakukan dengan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah kembali - tertentu. Studi EHRA ini mencoba mengetahui sejauh mana pengurangan volume telah dilaksanakan. Pemilahan rumah tangga di Kabupaten Magelang belum banyak dilakukan, seperti terlihat pada Tabel 3.1 hanya 0,2 % rumah tangga yang melakukan pemilahan. Berdasarkan Gambar 3.5, pemilahan yang terbuat dari logam, gelas atau plastik sekitar 54,3% dari rumah tangga yang melaporkan melakukan pemilahan. Sementara 45,7% melakukan pemilahan bahan organik atau basah atau dikenal sebagai dapur 22

33 Pemilahan Sampah persentase organik/ basah/dapur logam/gelas/plastik Gambar 3.5: DiagramPemilahan Sampah 2 N=, 800, Filter:EO.2.3=1 Bobot: per kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C3 Jenis apa yang ibu pisahkan?organi/ basah/ dapur,logam/gelas/ plastik Informasi mengenai wadah sementara yang digunakan rumah tangga untuk menyimpan. Wadah permanen yang tertutup merupakan wadah paling aman dari wadah lainnya. Namun sayangnya wadah paling aman ini memilki proporsi sedikit, yaitu hanya 0,1%. Mayoritas rumah tangga di Magelang menyimpan nya di keranjang yang diletakkan di dalam rumah, yaitu sekitar 41,7%. Secara umum rumah tangga yang menyimpan nya pada wadah yang kurang aman masih cukup banyak, contohnyan: 1) Lobang 28,1%, 2kantong plastik ditumpuk di luar rumah 9,2%, 3)keranjang diluar rumah 7,9 %, dan 4) kantong plastik ditumpuk di dalam pekarangan rumah 6%. Terlihat pada gambar wadah 41.7 kantong plastik di dalam pekarangan rumah kantong plastik digantung di pagar kantong plastik ditumpuk di luar rumah keranjang di dalam rumah keranjang di pekarangan rumah keranjang di luar rumah bak permanen tertutup bak permanen terbuka lobang di tumpuk saja di wadah Gambar 3.6 : Diagram Wadah Sampah 23

34 N=800, Bobot: per kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; C2 Bagemana rumah tangga di kelola, AO4.1Penangan rumahtangga di dapur, Pembuangan Air Limbah Domestik Praktek BAB (buang air besar) di tempat yang kurang memadai merupakan salah satu faktor meningkatnya resiko status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), juga mencemari sumber air minum warga. Tempat BAB yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti sungai/kali/got/kebun tetapi juga menggunakan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, tapi sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai. Sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misal yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Dalam studi EHRA untuk jamban dapat klasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori besar yakni 1) Jamban siram/leher angsa 2) jamban/ non siram/ tanpa leher angsa dan 3) tak ada fasilitas. Dimana pilihan-pilihan pada dua katogeri pertama akan dispesifikasikan dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup ke pipa pembuangan khusus (sewerage), tangki septik, cubluk, lobang galian, sungai, kali, parir, got. Gambar 3.7 Contoh Jamban Cubluk Informasi tentang jenis jamban rumah tangga didapat dari wawancara dan pengamatan secara langsung maka akan terbuka munculnya salah persepsi tentang jenis yang di miliki, terutama bila dikaitkan dengan sara penyimpanan /pengolahan hal ini disebabkan masyarakat/warga bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Sedangkan tangki septik yang di maksud tangki yang tidak kedap air atau cubluk dimana isinya dapat merembes ke tanah. 24

35 Untuk studi EHRA ini juga mengajukan sejumlah pertanyaan konformasi yang dapat mengindentifikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga, seperti Kapan tangki septik dikosongkan?; Siapa yang mengosongkan tangki septic ibu dan sudah berapa lama tangki septick itu di bangun? Sedangkan untuk pengamatan yang dilakukan oleh enumerator ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamati misalnya ketersediaan air, sabun, Juga kebersihan jamban dengan melihat,apakah terlihat jentikjentik nyamuk dalam bak air/ember? Hasil survey EHRA tentang Jamban dan BAB memaparkan informasi tentang jumlah pengguna jamban yang mengindikasikan besarnya beban yang di tanggung oleh fasilitas sanitasi rumah tangga. Tabel 3. 2 : Tempat BAB N=800, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; D.1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar? Tempat BAB Frekuensi Persentase Jamban pribadi MCK/WC umum Ke WC helicopter di Empang/Kolam Ke Sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan rumah Keselokan/parit/got Ke lubang galian Lain-lain Tidak tahu Total Fasilitas BAB yang banyak digunakan di Kabupaten Magelang adalah jamban siram/ leher angsa yang disalurkan ke tangki septik yaitu sekitar 40,0%, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.2. Sementara rumah tangga yang langsung membuang tinja ke ruang terbuka terdiri dari 1) jamban siram/leher angsa disalurkan ke cubluk 18,3%, 2)gantung diatas sungai 11,4%, 3) tidak ada fasilitas: disungai/kali/parit/got 8,2 %, 4) jamban siram/ leher angsa disalurkan ke kolam 5,4%, dan 5) jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/ parit 4,5%. Hasil survei EHRA rumah tangga yang melaporkan menggunakan tangki septik di Kabupaten Magelang hanya sekitar 47,,4%. Data ini tidak memberikan informasi verbal mengenai kualitas dan keamanan tangki septik yang digunakan rumah tangga tersebut. Untuk mengetahui apakah benar yang dilaporkan tanki septik adalah benar tangki septik. EHRA kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan: apakah tanki septik itu pernah dikosongkan?; kapan tangki septik dikosongkan?; dan sudah berapa lama tangki septik itu dibangun?. Secara mudah dapat diketahui tangki septik yang diragukan atau keliru bila lebih dari lima tahun namun belum dikuras/ dikosongkan 25

36 sama sekali. Jika pernah dikosongkan berarti responden benar, bahwa benar tangki septik. Melaporkan menggunakan tangki (47,4%) 947,4%septiik N=800 N=800 Dibangun kurang dari 2th lalu (9,8%) atau antara 2-5 th lalu(18,5%) Dibangun lebih dari 5 th lalu (65%) Tidak bisa dispesifikkan Suspek cubluk Tidak pernah dikosongkan (86%) Pernah dikosongkan (9,2%) N=800 N=800 Dikosongkan kurang dari 2 th lalu(33%) Gam Dikosongkan 2-5 th lalu (34,8%) Dikosongkan 5 th lalu (21,7%) Suspek tangki septik Suspek tangki septik Suspek cubluk Diagram 3.1 : Kualitas Tangki Septik 1-indikatif N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal ; D1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar?; D5Sudah berapa lama tangki septik di buat/dibangun?; D6 Kapan tangki spetik terakhir dikosongkan? Secara visual proses pengidentifikasian kasus suspek(dicurigai) tangki septik ataupun cubluk atau bukan tangki septik adalah sebagai berikut: dasar pengidentifikasian suspek tangki septik atau cubluk dalam studi EHRA menggunakna rentang waktu pengurasan atau pengosongan tinja di tangki septik. Ukuran dan teknologi yang digunakan dalam tangki septik yang paling umum adalah mengosongkan atau dikuras paling tidak sekali dalam lima tahun. Bila dalam waktu lima tahun belum pernah dikuras atau dikosongkan maka responden yang mengaku menggunakan tangki septik dapat dicurigai sebagai cubluk. Bila diringkas kriterianya seperti ditunjukkan Diagram 3.1 Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut: 1. dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/ dikuras kurang dari lima tahun lalu. Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/ dikuras lebih dari lima tahun lalu. 26

37 Berdasarkan Diagram 3.1 dari responden yang melaporkan menggunakan tangki septik, sekitar 65% di bangun lebih dari lima tahun lalu dan 86% melaporkan belum pernah dikosongkan. Tangki septik yang belm pernah dikosongkan tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa yang digunakan bukan tangki septik melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap dan dapat merembes keluas tangki. Sebanyak 21,7 % mengosongkan lebih dari 5 tahun lalu dari 115 responden yang mengaku pernah mengosongkan tangki septik. Kasus ini dapat diidentifikasikan sebagai suspek cubluk. Sebaliknya rumah tangga yang masuk kategori pernah mengosongkan 2 tahun lalu 33 % dan antara 2-5 tahun lalu 34,8% dapat dikategorikan suspek aman. Berdasarkan Gambar 3.9, hasil penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 800 rumah tangga di Kabupaten Magelang yang memiliki akses terhadap tangki septik 35, 9% dapat dicurigai sebagai suspek tidak aman (menggunakan cubluk/tangki tidak kedap). Rumah tangga yang memiliki tangki septik dalam kategori suspek aman adalah 14,9%. Sekitar 49,2% tidak dapat dispesifikkan apakah menggunakan tangki septik atau cubluk. Gambar 3.10 menjelaskan cara pengosongan tangki septik, dari rumah tangga yang pernah mengosongkan tangki septik 16,3% mengosongkan sediri, 15,2 % menggunakan layanan sedot tinja dan 10,1% menyuruh tukang untuk mengosongkan. Dampak negatif terhadap lingkungan juga dapat terjadi akibat tangki septik yang tidak aman dan akibat pembuangan isi tinja yang tidak tepat dan aman. Studi EHRA mempelajari tempat pembuangan isi tangki septik, namun hanya berlaku pada rumah tangga yang melaporkan mengosongkan tangki sendiri atau menyuruh tukang. Rumah tangga yang menggunakan jasa layanan sedot WC dengan truk tidak mengetahui kemana isi tangki septik tersebut dibuang/diolah. Gambar. 3.8 MCK komunal 27

38 KUALITAS TANGKI SEPTIK TIDAK DAPAT DISPESIFIKASIKAN SUSPEK TIDAK AMAN SUSPEK AMAN Persentase Gambar 3.9 : Kualitas Tangki Septik 2- Indikatif N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; Cara pengosongan tangki septik tidak tahu mengosongkan sendiri tukang yang disuruh layanan sedot tinja persentase Gambar 3.10 : Cara Pengosongan Tangki Septik N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; 28

39 Tempat pembuangan isi tangki septik tidak tahu lainnya dikubur di lahan milik orang lain dikubur ke pekarangan/lahan rumah ke kolam ke sungai/kali/parit/got persentase Gambar 3. 11: Tempat Pembuangan Isi Tangki Septik N=800, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal;? Rumah tangga yang menguras sendiri atau menyuruh tukang pada Gambar 3.11 (N=800) sekitar 31,1% menguburnya di pekarangan atau lahan rumah. Sekitar 26,2% membuang isi tangki septik ke suangai/ kali/ parit/ got, 8,2% dikubur dilahan milik orang lain dan sekitar 1,6% membuangnya ke kolam. Sedangkan untuk Kotoran anak juga merupakan sumber pencemaran bagi lingkungan melalui dua hal, yaitu: 1) Praktik anak yang BAB di tempat-tempat terbuka, baik dibantu oleh orang dewasa maupun atas inisiatif anak itu sendiri; dan 2) praktik orang dewasa yang membiarkan atau membuang kotoran anak di ruang terbuka. Pembuangan tinja anak menurut masyarakat umumnya dianggap sepele. Kotoran/ tinja anak dianggap berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak dianggap tidak berbahaya dan bisa di buang kemana saja, termasuk ke ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang ataupun keranjang tempat rumah tangga. Anggapan seperti ini sangat keliru karena pembuangan tinja baik anak maupun orang dewasa adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diperhatikan karena sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan berbagai pathogen penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya. 29

40 kemampuan anak Ya tidak 13.2 tidak memiliki anak balita atau anak diatas 10 tahun Gambar Grafik Kemampuan Anak menggunakan Jamban N=800, Bobot: besar populasi Desa kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggal; D9 bila memiliki anak dibawah 10 tahun, apa si (sebut nama anak) terbiasa BAB di lantai,dikebun,di jalan,diselokan/got atau sungai? Pembuangan kotoran/tinja anak termasuk kategori aman apabila : 1) anak BAB di jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai; atau 2) kotoran anak yang tertinggal di penampung (seperti popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita ataupun celana) di buang ke jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai. Jika dicuci, maka air bekas cuciannya harus di buang ke fasilitasi sanitasi. Peran orang dewasa sangat besar terhadap anak yang belum dapat BAB sendiri. Orang dewasa menentukan cara yang diterapkan aman ataukah mencemari lingkungan. Hasil analisis data EHRA pada Gambar 3.12 menunjukkan bahwa 13, 2 % dari total populasi belum dapat BAB sendiri. Tempat BAB Anak 1 Jamban rumah penampung popok pakai ulang/gurita popok seklai pakai/pampers di celana dilahan/ ruang terbuka di halaman rumah" di lahan/ ruang terbuka di luar rumah lainnya tidak tahu Gambar Grafik Tempat BAB anak N=800, Filter P40=2Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggal; 30

41 Berdasarkan hasil wawancara, pada Gambar 3.12 ditemukan umumnya anak balita yang belum dapat BAB sendiri, dan BAB di celana sekitar 51,5%. Responden juga melaporkan bahwa anak yang masih bayi BAB di popok pakai ulang/gurita yaitu sebesar 14,6 %. Tidak sedikit pula anak balita yang BAB di lahan/ ruang terbuka, yaitu dihalaman rumah (13 %) maupun diluar halaman rumah (7,1%). Namun sebagian responden melaporkan bahwa 6,1 % anak yang belum dapat BAB sendiri, sekitar (5,1%) BAB di jamban dengan pengawalan maupun pengawasan. Tempat praktik BAB anak dari Gambar 3.14, maka tempat praktik tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu BAB dijamban, ruang terbuka dan penampung sementara. Tempat BAB anak lainnya tidak tahu dilahan/ruang terbuka jamban penampung persentase Gambar Tempat BAB Anak 2 N=8007, Filter P40=2Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, recorded, jawaban tunggalterakhir kali dimana si...(sebut nama anak termuda)buang air besar? Rumah tangga dengan anak yang BAB diruang terbuka, memiliki resiko kesehatan lingkungan yang lebih tinggi di banding rumah tangga lainnya. Rumah tangga yang anaknya memakai penampung, belum tentu juga terhindar dari resiko kesehatan lingkungan. Jika air buangan bekas cuci penampung atau kotoran dalam penampung tidak dibuang ke dalam sarana sanitasi yang memadai, maka rumah tangga ini juga memiliki kontribusi terhadap kesehatan lingkungan. Pembuangan kotoran anak dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. praktik pembuang yang aman a. anak yang diantar BAB di jamban b. anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana) 2. Praktik pembuangan yang relatif tidak aman a. anak BAB diruang terbuka (lahan dirumah atau di luar rumah) 31

Kehutanan & Pertanian Lain. Transportasi & Pergudangan Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi. Pertambangan/ Penggalian Industri Pengolahan

Kehutanan & Pertanian Lain. Transportasi & Pergudangan Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi. Pertambangan/ Penggalian Industri Pengolahan ANAK Rumah Tangga Dengan Rumah 1 Salaman Desa NGARGORETNO 3 1 168 - - - - 50-1 3 1 5 3 - - - 1 8-240 33 12 4 - - 199 207 406 437 7 387 419 2 Salaman Desa PARIPURNO 3 3 20 - - - - - - 26 2 - - 4 - - - -

Lebih terperinci

DATA JUMLAH RUMAH TIDAK LAYAK HUNI / RTLH (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

DATA JUMLAH RUMAH TIDAK LAYAK HUNI / RTLH (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG DATA RUMAH TIDAK LAYAK HUNI / RTLH (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 0) KABUPATEN MAGELANG No 4 5 6 7 8 9 0 Salaman D NGARGORETNO - 99 07 406 Salaman D PARIPURNO - 7 68 95 Salaman D KALIREJO

Lebih terperinci

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG No Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa 7 Salaman Desa KEBONREJO 3 1 454 1 71 Srumbung

Lebih terperinci

Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Arti Luas. Pertanian tanaman padi & palawija

Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Arti Luas. Pertanian tanaman padi & palawija Kepala Ruta Usia Produktif (18- Kepala Rumah Tangga yang Di Sektor Pertanian Arti Luas Anak yang Tidak Bersekolah 1 Salaman Desa NGARGORETNO 3 1 32 419 274-3 - - 13 1 291 13 31 455 11 60 84 155 2 Salaman

Lebih terperinci

PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 ISBN : Katalog : No. Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Hala

PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 ISBN : Katalog : No. Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Hala PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 Katalog : 93.06.2017.33.08 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 ISBN : 978-602-0916-68-2 Katalog : 93.06.2017.33.08 No.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 KAJIAN SANITASI

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 KAJIAN SANITASI LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 KAJIAN SANITASI LAMPIRAN 1: HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN 1.1: STRUKTUR ORGANISASI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH Sumber: Pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Analisis Kesesuaian dan Alternatif Pemanfaatan

Lampiran 1. Tabel Analisis Kesesuaian dan Alternatif Pemanfaatan LAMPIRAN 97 97 Lampiran 1. Tabel Analisis Kesesuaian dan Alternatif Pemanfaatan Aspek Analisis Alternatif Pemanfaatan Kesesuaian untuk Pengembangan Evakuasi Kemiringan 0-8% (datar) Kemiringan 8-30% Kemiringan

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

568,500,000 Oktober Distanbunhut Kab. Magelang. 21,000,000 Oktober Kabupaten Magelang. 13,000,000 Oktober Kabupaten Magelang

568,500,000 Oktober Distanbunhut Kab. Magelang. 21,000,000 Oktober Kabupaten Magelang. 13,000,000 Oktober Kabupaten Magelang 1 Pengembangan budidaya tanaman kacang tanah Pengadaan benih kacang tanah dan pupuk organik 41,600,000 Oktober Kec. Kec. Kec. Salaman 2 Peningkatan Produksi Produktivitas MutuTembakau (DBHCHT) RENCANA

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

JADWAL MUSRENBANG DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019

JADWAL MUSRENBANG DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019 JADWAL MUSRENBANG DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019 No. Tanggal Waktu Tempat Alamat Pelaksanaan Nama Alamat Telp 1 02-08-2017 09.00-12.30 Giripurno GIRIPURNO SUKISNO Giripurno, Borobudur SARJONO 2 01-08-2017

Lebih terperinci

17,400,000 Juni Distanbunhut Kabupaten Magelang (Pengadaan Almari) 3 Pengadaan peralatan gedung kantor Barang Pengadaan Peralatan Kantor

17,400,000 Juni Distanbunhut Kabupaten Magelang (Pengadaan Almari) 3 Pengadaan peralatan gedung kantor Barang Pengadaan Peralatan Kantor RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MAGELANG ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 NO PROGRAM DAN KEGIATAN JENIS BELANJA

Lebih terperinci

POTRET PEMBANGUNAN AIR MINUM, SANITASI DAN HIGIENE DI KABUPATEN MAGELANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG

POTRET PEMBANGUNAN AIR MINUM, SANITASI DAN HIGIENE DI KABUPATEN MAGELANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG POTRET PEMBANGUNAN AIR MINUM, SANITASI DAN HIGIENE DI KABUPATEN MAGELANG Oleh Drs: Aman,M.Kes. Kabid Kesmas Dinkes Kab Magelang Optimalisasi pariwisata kab magelang pendukung KSPN borobudur di UMM 1 Februari

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

Daftar RA/BA/TA Tahun Jml Siswa

Daftar RA/BA/TA Tahun Jml Siswa Lk Pr Lk Pr 7,561 012330711084 RA/BA/TA Masyithoh Manggisan Mojo Tengah Wonosobo Jawa Tengah 8 13 10 12 2-2 7,562 012330711085 RA/BA/TA Masyithoh Al Munawaroh Klesman Mojo Tengah Wonosobo Jawa Tengah 14

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB PENCAIRAN BULAN JULI-SEPTEMBER TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG) ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG) Diharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati,

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB PENCAIRAN BULAN APRIL-JUNI TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN 1 SD NEGERI SRIWEDARI 2 Jl. Pemuda, Bebengan SD NEGERI SRIWEDARI

Lebih terperinci

Aspek Geografi dan Demografi

Aspek Geografi dan Demografi Aspek Geografi dan Demografi Topografi Datar 8.599 ha Bergelombang 44.784 ha Curam 41.037 ha Sangat curam 14.155 ha Ketinggian antara 153 3.065 m dpa PETA ADMINISTRASI LUAS : 108.573 Ha ( 1.085,73 Km²

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG) ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG) Diharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati,

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2017 TAHUN 2017

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

Aspek Kesejahteraan Rakyat

Aspek Kesejahteraan Rakyat Aspek Kesejahteraan Rakyat 78 77 76 7 Indek Pembangunan Manusia Tahun 0 7.7 77.6 7 7 7. 7. 7 7.86 7. 7 70 69 68 Kab. Kebumen Kab. Purworwjo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Temanggung Kota Magelang Tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA SALATIGA PROPINSI JAWA TENGAH 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 i KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten 2011 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum

Lebih terperinci

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN LAPORAN STUDI EHRA LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) ( ENVIRONMENTAL HEALTH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tapin Kabupaten/ Kota Tapin Bulan Mei 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 0 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

KEGAGALAN TEKNOLOGI BANJIR LAPINDO

KEGAGALAN TEKNOLOGI BANJIR LAPINDO KEGAGALAN TEKNOLOGI BANJIR LAPINDO PARADIGMA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Paradigma Lama Sebelum Terbit UU No. 24 Tahun 2007 Reaktif, Responsif, Fatalistik Tanggap Darurat Sentralistis Sektoral Tanggung

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Januari 2014 1 P a g e 2 P a g e DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1. BAB 2. Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Program/Kegiatan : Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah : DPU dan ESDM Mengingat makin banyaknya pemukiman pada wilayah-wilayah perkotaan seperti Muntilan, Mertoyudan, Secang,

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU 2012 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR DIAGRAM... 7 I. PENDAHULUAN... 8 II. METODOLOGI DAN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang Kota Sabang November 2012 KATA PENGANTAR Bismillahiraahmanirrahim Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Bulan Nopember 2012 LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012 13 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Teuku Umar No. 12 Ngawi Kode Pos 63211 Telp. (0351) 746709 Fax (0351) 745956 Email:Bappeda@ngawikab.go.id LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau DISIAPKAN OLEH: POKJA SANITASI KOTA

Lebih terperinci

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) 1 P a g e KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan faktor kunci dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera. Berkaitan dengan hal tersebut, aspek kesehatan memegang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 4 PROGRAM KEGIATAN

LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 4 PROGRAM KEGIATAN LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 4 PROGRAM KEGIATAN A. KOMPONEN AIR LIMBAH A. PERENCANAAN UMUM (1). Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) (2). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat)

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Balangan Kabupaten Balangan Bulan Agustus 2013 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...0 KATA PENGANTAR...2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Envirotment Health Risk Assessment) KABUPATENBENER MERIAH PROVINSI ACEH DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN BENER MERIAH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG.. Geografis, Admistrasi dan Kondisi Fisik... Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di propinsi jawa tengah yang letaknya antara 5 dan

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Laporan EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Oktober 2011 Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 21 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR Hal 2 2. CATATAN

Lebih terperinci

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si KATA PENGANTAR Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG.. Geografis, Admistrasi dan Kondisi Fisik... Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di propinsi jawa tengah yang letaknya antara dan

Lebih terperinci

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 ENABLING AND SUSTAINABILITY ASPECT Aspek-aspek non teknis yang menunjang keberlanjutan program dimaksudkan dalam bagian ini adalah isu-isu

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN ROTE NDAO PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci