PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR KE BAWAH PADA PENUKAR KALOR SALURAN REKTANGULAR BERCELAH SEMPIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR KE BAWAH PADA PENUKAR KALOR SALURAN REKTANGULAR BERCELAH SEMPIT"

Transkripsi

1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR KE BAWAH PADA PENUKAR KALOR SALURAN REKTANGULAR BERCELAH SEMPIT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : TAUFAN SULISTYO DARMAWAN NIM : I JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR KE BAWAH PADA PENUKAR KALOR SALURAN REKTANGULAR BERCELAH SEMPIT Disusun oleh : Taufan Sulistyo Darmawan NIM. I Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Tri Istanto, ST., MT NIP Dosen Pembimbing II Wibawa Endra J., ST., MT NIP

3 Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Senin tanggal 2 Juni Zainal Arifin, ST., MT NIP Rendhy Adhi R, ST.,MT... NIP Syamsul Hadi, ST.,MT... NIP Mengetahui: Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir Dody Ariawan, ST., MT Syamsul Hadi, ST., MT NIP NIP

4 PERSEMBAHAN Alloh SWT, hidup dan matiku kupersembahkan kepada-mu Dan sebuah karya singkat yang seolah menjadi rangkuman perjalanan pendidikanku dalam menjalani jenjang pendidikan S1 ini aku persembahkan kepada : Bapak Sudarman, S.Pd (Bapak), Ibu Dyah Suprihanti (Ibu), Mas Beta, dan Mbak Beti, yang telah memberikan bimbingan dan bombongan dengan penuh kesabaran Seluruh anggota keluarga besar almarhum Simbah Tjokrowitjono dan keluarga besar Simbah Sutarno. Mr.3G dan Prof Bawa yang bersedia mengerahkan segala kemampuan dan kecakapan dalam membimbing pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi Seluruh dosen pengajar dan karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS-Solo Teman-teman tim the loss galacticos narrow channel; Yusno, Febri, Mindy, Assen, dan Santa dengan kelebihannya masing-masing, serta teman-teman kuliah di Jurusan Teknik Mesin UNS-Solo Teman-teman dekat yang bersedia menjadi tempat luapan spontanitasku ; Agung, M Nur, Mbak Dyan, Niar serta seluruh teman-teman kos BMW dan Puri Rahma Dan kepada seseorang yang telah meng-gembleng-ku untuk bersabar menghadapi sebuah masalah.

5 MOTTO Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain (HR. Bukhari). Keraguan hanya dapat dihilangkan dengan tindakan. (Johann Wolfgang von Goethe) Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya. (Anatole France) Kelakukan kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan terhadap kita. (Earl Nightingale) Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan. (Mario Teguh) The enemy must down. (Penulis)

6 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR VERTIKAL KE BAWAH PADA PENUKAR KALOR SALURAN REKTANGULAR BERCELAH SEMPIT Taufan Sulistyo Darmawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia diktopan@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menguji karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah dengan/tanpa pertukaran kalor pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. Seksi uji adalah sebuah penukar kalor pipa konsentrik. Pipa dalam terbuat dari aluminium dengan panjang sisi dalam dan sisi luar adalah 17,4 mm dan 18,4 mm. Pipa luar terbuat dari aluminium dengan panjang sisi dalam dan sisi luar adalah 23,68 mm dan 24,68 mm. Panjang pengukuran tekanan mm. Diameter hidraulik saluran sempit adalah 5,28 mm. Aliran dalam pipa dalam dan dalam anulus adalah berlawanan arah. Fluida kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah air. Untuk aliran dengan pertukaran kalor, temperatur air yang masuk ke pipa dalam dipertahankan pada 60 o C. Pada penelitian ini, laju aliran air dan penurunan tekanan pada saluran sempit diukur pada kondisi tunak. Hasil penelitian dibandingkan dengan perkiraan teori aliran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik aliran air yang melalui saluran sempit berbeda dengan aliran air melalui pipa pipa normal. Pada aliran tanpa pertukaran kalor dalam saluran sempit, transisi dari aliran laminar ke turbulen dimulai lebih awal dibanding dalam pipa pipa normal,yaitu pada kisaran bilangan Reynolds dari hingga Transisi aliran dengan pertukaran kalor terjadi pada kisaran bilangan Reynolds antara hingga Faktor gesekan aliran pada aliran air vertikal ke bawah dengan pertukaran kalor lebih besar dibanding dalam aliran tanpa pertukaran kalor pada bilangan Reynolds yang lebih rendah dari 301. Karakteristik gesekan aliran dalam saluran sempit berhubungan dengan beda temperatur air yang masuk dan keluar saluran sempit. Pengaruh beda temperatur air yang masuk dan keluar saluran terhadap gesekan aliran terkonsentrasi pada daerah aliran laminar. Pada aliran tanpa pertukaran kalor, pada daerah aliran laminar (Re < 1.600), nilai bilangan Poiseuille (Po) adalah 47,57% 92,53 % lebih besar dibanding dalam pipa pipa normal. Bilangan Poiseuille (Po) pada aliran dengan pertukaran kalor adalah 53,79 % 324,52 % lebih besar dibanding dalam pipa pipa normal pada daerah bilangan Reynolds di bawah 301. Kata kunci : faktor gesekan, saluran rektangular sempit, bilangan Reynolds, bilangan Poiseuille.

7 INVESTIGATION ON FLOW CHARACTERISTICS OF SINGLE-PHASE VERTICAL DOWNWARD WATER FLOW IN NARROW GAP RECTANGULAR CHANNEL HEAT EXCHANGER Taufan Sulistyo Darmawan Department of Mechanical Engineering Sebelas Maret University Surakarta, Indonesia diktopan@yahoo.com Abstract This research was conducted to investigate the flow characteristics of single-phase vertical downward water flow with/without heat exchange in a narrow rectangular channel heat exchanger. Test section was a concentric tube heat exchanger. The inner tube was made of aluminium with inner side and outer side lengths of 17.4 mm and 18.4 mm. The outer tube was made of aluminium with inner side and outer side lengths of mm and mm. The pressure measuring length was 1,200 mm. The hydraulic diameter of the narrow rectangular channel was 5.28 mm. Flows in the inner tube and in annulus were in opposite directions. The working fluid used in this research was water. For the flow with heat exchange, the water temperature at the inlet of inner tube was maintained at 60 o C. In this research, the water flow rate and the pressure drop in the narrow channel were measured at the steady state condition. The results of the research were compared with predictions from conventional flow theory. The results show that the characteristics of water flow through the narrow rectangular channel were distinct from which through normal pipes. At the flow without heat exchange in the narrow channel, the flow transition from laminar to turbulent flow was initiated earlier than that in normal pipes, that is at a Reynolds number range from 1,633 2,239. The flow transition with heat exchange at a Reynolds number range from 1,510 1,728. The flow frictions in the vertical downward water flow with heat exchange were larger than those without heat exchange at the Reynolds number area lower than 301. Flow friction characteristics in the narrow rectangular channel had relations to the water temperature difference at the inlet and outlet of narrow rectangular channel. The influence of water temperature difference at the inlet and outlet of channel to the flow friction was concentrated at laminar flow area. At the flow without heat exchange, at the laminar area (Re < 1600), the Poiseuille number (Po) was 47% % larger than those in the normal pipes. Poiseuille number (Po) at the flow with heat exchange was 53.79% % larger than those in normal pipes at Reynolds number area lower than 301. Keyword : friction factor, narrow rectangular channel, Reynolds number, Poiseuille number

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi Pengujian Karakteristik Aliran Fasa Tunggal Aliran Air Ke Bawah (Downward) Pada Narrow Rectangular Channel ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam Penyelesaian Skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang setulus - tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dody Ariawan, ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin UNS Surakarta. 2. Bapak Tri Istanto, ST. MT, selaku Pembimbing I atas bimbingannya hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 3. Bapak, selaku Wibawa Endra J, ST. MT Pembimbing II yang telah turut serta memberikan bimbingan yang berharga bagi penulis. 4. Bapak Nurul Muhayat, ST. MT, selaku Pembimbing Akademis yang telah menggantikan sebagai orang tua penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret ini. 5. Bapak Syamsul Hadi, ST. MT, selaku koordinator Tugas Akhir 6. Seluruh Dosen serta Staf di Jurusan Teknik Mesin UNS, yang telah turut mendidik dan membantu penulis hingga menyelesaikan studi S1. 7. Bapak, Ibu, Mas Beta, Mbak Beti, atas do a restu, motivasi, dan dukungan material maupun spiritual selama penyelesaian Tugas Akhir. 8. Rekan Skripsi Ahmad (Assen), Yusno (Yesno), Indri (Mindy), Santa (Dek San), dan Febri yang telah bersama-sama mengerjakan penelitian ini, terima kasih yang tak terkira atas bantuan kalian semua. Thanks Guys, matur nuwun, sukron kasiiro, arigato gozaimasu.!!!

9 9. Rekan rekan asisten yang pernah bekerjasama dengan saya dalam berbagai praktikum dan berbagi pengalaman. 10. Rekan - rekan Teknik Mesin semua, khususnya angkatan 2005 terima kasih atas kerjasamanya selama ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kita semua Amin. Surakarta, Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman Abstrak... v Kata Pengantar... vii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Notasi... xiv Daftar Lampiran... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan dan manfaat Sistematika Penulisan... 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dasar Teori Klasifikasi Saluran (Channel) dalam Alat Penukar Kalor Pertimbangan-pertimbangan Hidrodinamik Kondisi-kondisi Aliran Kecepatan Rata-Rata (Mean Velocity) Profil Kecepatan di dalam Daerah Kembang Penuh Perubahan Tekanan dan Faktor Gesekan di dalam Aliran Kembang Penuh Aliran Melalui Pipa Annulus Karakteristik Aliran dalam Internal Flow Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty)... 19

11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan Penelitian Alat Penelitian Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Tahap Pengujian Analisis Data Diagram alir penelitian BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Hasil Pengujian Data Hasil Pengujian Tanpa Pertukaran Kalor (Without Heat Exchange) Data Hasil Pengujian Dengan Pertukaran Kalor (With Heat Exchange) Perhitungan Data Tanpa Pertukaran Kalor Dengan Pertukaran Kalor Ketidakpastian Pengukuran Contoh perhitungan ketidakpastian pada bilangan Reynolds terbesar pada variasi tanpa pertukaran kalor Contoh perhitungan ketidakpastian pada bilangan Reynolds terbesar pada variasi dengan pertukaran kalor Analisis Data Pengaruh Variasi Bilangan Reynolds Terhadap Karakteristik Gesekan Pada Aliran Tanpa Pertukaran Kalor Pengaruh Variasi Bilangan Reynolds Terhadap Karakteristik Gesekan Pada Aliran Dengan/Tanpa Pertukaran Kalor Pengaruh Ketidakpastian Bilangan Reynolds Terhadap Ketidakpastian Faktor Gesekan... 80

12 4.4.4 Pengaruh Ketidakpastian Bilangan Reynolds Terhadap Ketidakpastian Bilangan Poiseuille BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran... 88

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Data hasil pengujian variasi bilangan Reynolds aliran air di anulus sempit tanpa pertukaran kalor Tabel 4.2 Data hasil pengujian variasi bilangan Reynolds aliran air di anulus sempit dengan pertukaran kalor Tabel 4.3 Hasil pengukuran dimensi seksi uji Tabel 4.4 Hasil perhitungan ketidakpastian dimensi seksi uji Tabel 4.5 Hasil pengambilan data massa dan waktu pada Re terbesar Tabel 4.6 Hasil pembacaan beda ketinggian air pada manometer Tabel 4.7 Hasil pengambilan data massa dan waktu pada Re terbesar Tabel 4.8 Hasil pembacaan beda ketinggian air pada manometer Tabel 4.9 Kontribusi ketidakpastian pada variasi tanpa pertukaran kalor.. 81 Tabel 4.10 Kontribusi ketidakpastian pada variasi dengan pertukaran kalor... 81

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Karakteristik gesekan tanpa pertukaran kalor pada tiga arah aliran (Lu dan Wang, 2007) Gambar 2.2 Karakteristik gesekan aliran vertikal dengan atau tanpa pertukaran kalor (Lu dan Wang, 2007)... 7 Gambar 2.3 Perbandingan bilangan Poiseuille hasil eksperimen dengan korelasi fungsi Re (Mokrani et al, 2008)... 8 Gambar 2.4 Perkembangan kecepatan lapis batas pada pipa (Y. A. Cengel, 2003) Gambar 2.5 Skema pengukuran beda tekanan pada seksi uji aliran vertikal ke bawah dengan menggunakan manometer pipa U Gambar 2.6 Penukar kalor pipa ganda yang terdiri dari 2 pipa konsentrik (Y. A. Cengel, 2003) Gambar 2.7 Skema penampang melintang saluran sempit berbentuk segiempat Gambar 3.1 Air dingin dalam bak penampung Gambar 3.2 Air panas dalam bak penampung Gambar 3.3 Skema instalasi alat penelitian Gambar 3.4 Skema seksi uji alat penkar kalor saluran rektangular bercelah sempit dengan titik-titik penempatan termokopel Gambar 3.5 Foto instalasi alat penelitian tampak depan Gambar 3.6 Foto instalasi alat penelitian tampak belakang Gambar 3.7 Skema pemasangan termokopel untuk mengukur temperatur air.. 26 Gambar 3.8 Termokopel tipe T Gambar 3.9 (a) Lem Araldite ; (b) Konektor termokopel Gambar 3.10 Flange Gambar 3.11 Display Termokopel Gambar 3.12 Pompa Sentrifugal Gambar 3.13 Bak penampung atas Gambar 3.14 Stop kran Gambar 3.15 (a) Stop kran dan (b) Ball valve Gambar 3.16 (a) Thermocontroller, (b) Relay/contactor Gambar 3.17 Electric heater Gambar 3.18 Manometer U Gambar 3.19 Penjebak air Gambar 3.20 Timbangan digital Gambar 3.21 Stopwatch Gambar 4.1 Grafik variasi massa air terhadap waktu Gambar 4.2 Grafik variasi massa air terhadap waktu Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Kurva karakteristik gesekan pada aliran tanpa pertukaran kalor Kurva karakteristik gesekan pada aliran dengan/tanpa pertukaran kalor Hubungan antara faktor gesekan aliran dengan perbedaan temperatur air dalam anulus sempit... 79

15 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Ketidakpastian faktor gesekan pada aliran tanpa pertukaran kalor Ketidakpastian faktor gesekan pada aliran dengan pertukaran kalor Ketidakpastian bilangan Poiseuille pada aliran tanpa pertukaran kalor Ketidakpastian bilangan Poiseuille pada aliran dengan pertukaran kalor... 84

16 DAFTAR NOTASI a = Panjang sisi bagian luar inner tube (m) A c = Luas penampang melintang aliran (m 2 ) b D D h D i D o P z ε ε/d f = Panjang sisi bagian dalam outer tube (m) = Diameter dalam pipa (m) = Diameter hidrolik (m) = Diameter luar inner tube (m) = Diameter dalam outer tube (m) = Penurunan tekanan dalam pipa (Pa) = Perubahan elevasi (m) = Kekasaran absolut (m) = Kekasaran relatif = Faktor gesekan g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h f l m = Kerugian head karena gesekan (m) = Panjang pipa (m) = laju aliran massa (kg/s) µ = Viskositas dinamik (kg/m s) µ w = Viskositas dinamik air dalam saluran sempit (kg/m s) p Po P f = Keliling basah pipa / wetted perimeter (m) = Bilangan Poiseuille = Frictional pressure drop (Pa) ρ = Massa jenis fluida (kg/m 3 ) ρ m = Massa jenis fluida dalam manometer (kg/m 3 ) ρ w = Massa jenis air dalam saluran sempit (kg/m 3 ) Re u m = Bilangan Reynolds = Kecepatan rata-rata fluida (m/s) u xi u y v = Ketidakpastian x i = Ketidakpastian variable yang dihitung = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A Data hasil pengujian Tabel A.1 Tabel A.2 Data hasil pengujian variasi bilangan Reynolds aliran air di anulus sempit pada variasi tanpa pertukaran kalor Data hasil pengujian variasi bilangan Reynolds aliran air di anulus sempit pada variasi dengan pertukaran kalor Lampiran B Properti Air (Zat Cair Jenuh) Lampiran C Properti air yang mengalir dalam anulus sempit \ Tabel C.1 Properti air yang mengalir dalam anulus sempit pada variasi tanpa pertukaran kalor Tabel C.2 Properti air yang mengalir dalam anulus sempit pada variasi dengan pertukaran kalor Lampiran D Hasil perhitungan data pengujian Tabel D.1 Tabel D.2 Hasil perhitungan data pengujian pada variasi tanpa pertukaran kalor...94 Hasil perhitungan data pengujian pada variasi dengan pertukaran kalor...96 Lampiran E Hasil perhitungan ketidakpastian data pengujian Tabel E.1 Hasil perhitungan ketidakpastian pada pengujian tanpa pertukaran kalor Tabel E.2 Hasil perhitungan ketidakpastian pada pengujian dengan pertukaran kalor Lampiran F Hasil perhitungan kontribusi ketidakpastian Tabel F.1 Hasil perhitungan kontribusi ketidakpastian pada variasi tanpa pertukaran kalor Tabel F.2 Hasil perhitungan kontribusi ketidakpastian pada variasi dengan pertukaran kalor

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penukar kalor atau lebih sering disebut dengan heat exchanger adalah suatu alat yang digunakan sebagai media transfer kalor antara fluida panas dan fluida dingin. Penukar kalor banyak digunakan dalam bidang rekayasa, misalnya: dalam hal pemanas ruangan, pengkondisian udara, pembangkit tenaga, dan proses proses kimia. Dalam perkembangannya, alat-alat penukar kalor mengaplikasikan teknologi struktur mikro untuk meningkatkan perpindahan kalor, salah satunya adalah penukar kalor dengan menggunakan saluran sempit (narrow channel). Penukar kalor dengan saluran sempit digunakan dalam produk atau peralatan yang memiliki fluks panas tinggi seperti : reaktor nuklir, bioreaktor (berfungsi memodifikasi dan memisahkan sel sel makhluk hidup dan membran sel), piranti piranti elektronik, dan automobile. Teknik peningkatan perpindahan kalor dengan saluran sempit memiliki keunggulan-keunggulan yang besar di dalam perbedaan temperatur yang kecil, efisiensi perpindahan kalor yang tinggi, dan konfigurasi yang ringkas (compact) tanpa proses permesinan yang rumit atau pemrosesan permukaan tambahan. Geometri penampang dan ukuran saluran sempit sangat penting dalam sebuah penukar kalor. Sebagai contoh saluran non circular dalam sebuah penukar kalor dapat mempengaruhi pola aliran. Karakteristik aliran dari saluran-saluran sempit ini memegang sebuah peranan penting dalam keamanan dan keandalan dari alat penukar kalor. Dasar pemahaman karakteristik aliran pada suatu saluran adalah distribusi kecepatan dan penurunan tekanan. Hal tersebut merupakan hal dasar dalam desain dan proses kontrol pada peralatan microfluidic. Penurunan tekanan pada penukar kalor saluran bercelah sempit merupakan parameter desain yang penting dalam aplikasi rekayasa karena menentukan daya pemompaan (pumping power) yang dibutuhkan. Adanya penurunan tekanan berarti terdapat kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dengan permukaan saluran. Semakin besar penurunan tekanan dalam penukar kalor saluran bercelah sempit semakin besar pula daya

19 pemompaan yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran, yang berdampak pada biaya pemompaan yang semakin besar pula. Sehingga menentukan daya pemompaan fluida yang diperlukan adalah hal yang utama sebagai bagian dari desain sistem dan analisis biaya operasi. Daya pemompaan dihubungkan dengan gesekan fluida (fluid friction) dan kontribusi penurunan tekanan lain sepanjang lintasan aliran fluida. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai karakteristik aliran sebuah penukar kalor dengan saluran sempit, yang diyakini mempunyai karakteristik aliran yang berbeda dengan penukar kalor konvensional. Penelitian ini akan menguji pengaruh bilangan Reynolds aliran air di saluran bercelah sempit dan pengaruh tanpa pertukaran kalor dan dengan pertukaran kalor terhadap karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah (downward) yang terjadi pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 1.2 Perumusan masalah a. Bagaimanakah pengaruh bilangan Reynolds aliran air pada saluran rektangular bercelah sempit terhadap karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah (downward) pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. b. Bagaimanakah pengaruh tanpa pertukaran kalor dan dengan pertukaran kalor terhadap karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah (downward) yang terjadi pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 1.3 Batasan masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut ini : 1. Alat penukar kalor berupa penukar kalor pipa konsentrik (concentric tube heat exchanger) satu laluan dengan bentuk penampang pipa (tube) adalah segiempat (rectangular) dengan lebar celah (gap) antar pipa seragam sebesar 2,64 mm (diameter hidrolik = D h = 5,28 mm). Panjang penukar kalor mm dan panjang pressure tap sebesar mm. 2. Pipa-pipa yang digunakan terbuat dari aluminium di mana friction factor diperhatikan. Pada pipa segiempat luar (outer tube); dimensi sisi luar 24,68

20 mm dan sisi dalam 23,68 mm dan pipa segiempat dalam (inner tube); dimensi sisi luar 18,4 mm dan sisi dalam 17,4 mm. 3. Arah aliran fluida dalam penukar kalor adalah berlawanan arah (counter flow heat exchanger). 4. Seksi uji diisolasi sehingga perpindahan panas ke lingkungan diabaikan. 5. Pengujian karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah (downward) dalam saluran rektangular bercelah sempit dilakukan pada posisi vertikal. 6. Pengujian dilakukan dalam keadaan diam (static experiment). 7. Penelitian dilakukan pada temperatur kamar. 8. Faktor pengotoran (fouling factor) diabaikan. 9. Jumlah titik pembacaan temperatur yang akan diamati pada pengujian ini adalah 4 titik, yaitu 2 titik untuk mengukur temperatur air dingin dan air panas masuk seksi uji dan 2 titik lagi untuk mengukur temperatur air dingin dan air panas keluar dari seksi uji. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh bilangan Reynolds aliran air pada saluran rektangular bercelah sempit terhadap karakteristik aliran fasa tunggal aliran air vertikal ke bawah (downward) pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 2. Membandingkan karakteristik aliran fasa tunggal di penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit aliran air vertikal ke bawah (downward) dengan pertukaran kalor dan tanpa pertukaran kalor. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Mampu memberikan pengetahuan baru yang berguna dalam ilmu mekanika fluida khususnya mengenai karakteristik aliran pada penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 2. Menjadi dasar bagi penelitian berikutnya, yakni pada aliran dua fasa dalam penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 3. Dapat diterapkan dalam bidang industri dan reaktor nuklir sebagai alat penukar kalor yang kompak, ringan, murah, dan mempunyai karakteristik aliran yang baik.

21 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pengujian karakteristik aliran, dan teori tentang karakteristik aliran di dalam sebuah saluran. BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan pengambilan data. BAB IV : Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data hasil pengujian serta analisa hasil dari perhitungan. BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

22 BAB II LANDASAN TEORI 1.2 Tinjauan Pustaka Li, dkk (2003) menyelidiki karakteristik tahanan gesekan pada aliran deionized water dengan menggunakan microtubes dari bahan kaca, silikon, dan stainless steel berdiameter 79,9-166,3 mm, 100,25-205,3 mm, dan 128,76-179,8 mm. Microtubes dari kaca dan silikon dapat dianggap sebagai material halus, sedangkan microtubes dari stainless steel dengan kekasaran relatif 3-4% dapat dianggap material kasar. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa untuk aliran air kembang penuh dalam microtubes dari kaca dan silikon yang halus, hasil perkalian dari faktor gesekan Darcy (f) dan bilangan Reynolds (Re) mendekati 64, dimana sesuai dengan hasil dalam macrotubes. Sedangkan nilai f Re untuk aliran air dalam microtubes dari stainless steel yang kasar adalah 15% - 37% lebih tinggi dari 64. Celata, dkk (2004) menyelidiki perpindahan panas dan aliran fluida pada micropipes berdiameter 130 mm dan kekasaran permukaan 2,65 % dengan variasi bilangan Reynolds dari menggunakan R114 sebagai fluida kerjanya. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dengan teori Hagen - Poiseuille pada daerah laminar untuk bilangan Reynolds Sedangkan untuk bilangan Reynolds yang lebih besar menunjukan harga faktor gesekan (friction factor) lebih besar dari hukum Hagen Poiseuille. Daerah transisi dari aliran laminar ke turbulen terjadi pada kisaran bilangan Reynolds Lu dan Wang (2007) melakukan penelitian terhadap karakteristik aliran dengan pertukaran kalor dan tanpa pertukaran kalor pada anulus sempit dengan diameter dalam pada inner tube 12,93 mm dan diameter dalam pada outer tube 22,09 mm, sedangkan diameter hidroliknya 6,16 mm. Bilangan Reynolds divariasi dari 3 sampai Penelitian ini menggunakan fluida air dengan arah aliran horizontal, ke atas (upward), dan ke bawah (downward). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik aliran air yang melalui anulus sempit berbeda bila dibandingkan dengan pipa ukuran konvensional. Karakteristik aliran dalam anulus sempit berhubungan dengan perbedaan temperatur cairan pada bagian

23 masuk dan keluar anulus. Hal ini relatif terlihat jelas pada daerah aliran laminar. Ketika bilangan Reynolds lebih besar dari , terdapat sedikit perbedaan antara faktor gesekan aliran dengan pertukaran kalor dan tanpa pertukaran kalor. Transisi aliran dimulai lebih awal dibandingkan dengan pipa normal pada kisaran bilangan Reynolds dari sampai Melalui perbandingan antara kurva karakteristik gesekan (friction characteristic) aliran air dalam anulus sempit dan pipa normal dalam Gambar 2.1 oleh Lu dan Wang (2007), terlihat bahwa pada daerah aliran laminar faktor gesekan dalam anulus sempit adalah 19 47% lebih besar dibanding dalam pipa pipa normal. Akan tetapi dalam daerah aliran turbulen, kedua kurva karakteristik gesekan ini mempunyai sedikit perbedaan. Dalam daerah aliran laminar, persamaan regresi untuk faktor gesekan adalah, 88,9 f = (2.1) Re Dalam daerah aliran laminar, hasil yang didapat dengan regresi Persamaan (2.1) adalah 1,389 kali sebesar nilai yang dihitung dengan persamaan f=64/re. Gambar 2.8 Karakteristik gesekan tanpa pertukaran kalor pada tiga arah aliran (Lu dan Wang, 2007). Penelitian Lu dan Wang (2007) terhadap karakteristik aliran dilakukan dengan pertukaran kalor dan tanpa pertukaran kalor dalam anulus sempit. Karakteristik aliran dalam anulus sempit itu dianalisa dengan faktor gesekan (f) yang diplot terhadap bilangan Reynolds seperti dalam Gambar 2.2 berikut:

24 Gambar 2.9 Karakteristik gesekan aliran vertikal dengan atau tanpa pertukaran kalor (Lu dan Wang, 2007) Dari Gambar 2.2 disimpulkan bahwa pada range bilangan Reynolds 3<Re<1.100 merupakan daerah aliran laminar, dan pada range bilangan Reynolds, Re >1.500 merupakan daerah aliran turbulen. Daerah dimana terjadi perubahan trendline nilai faktor gesekan (f) untuk daerah aliran laminar ke trendline faktor gesekan (f) untuk daerah aliran turbulen disimpulkan sebagai daerah transisi, dimana dalam penelitian ini terletak pada range bilangan Reynolds < Re < Ketika terjadi pertukaran panas pada aliran di anulus, arah aliran mempunyai dampak yang kecil terhadap gesekan aliran begitu juga dengan aliran tanpa pertukaran panas. Akan tetapi, pertukaran kalor mempunyai pengaruh besar pada gesekan aliran khususnya pada daerah dengan bilangan Reynolds rendah. Jie Jiang, dkk (2008) meneliti karakteristik aliran fluida dan pertukaran kalor pada rectangular microchannels. Seksi uji terbuat dari tembaga dengan tebal 3 mm, lebar 20 mm dan panjang 80 mm. Pada seksi uji terdapat 30 parallel rectangular micro-slot dengan lebar 900 µm, tinggi 350 µm, panjang 80 mm dan dipisahkan dengan tebal dinding 500 µm. Deionized water dipanaskan dengan pemanas listrik dan konduktor termal kemudian dialirkan melalui seksi uji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor gesekan (friction factor) pada microchannel mengalami penurunan dengan peningkatan bilangan Reynolds dan nilainya lebih kecil daripada kondisi konvensional yaitu sekitar %. Bilangan Reynolds kritis terjadi lebih kecil daripada kondisi konvensional yaitu sekitar Mokrani, dkk (2009) melakukan penelitian aliran fluida dan pertukaran panas konveksi pada flat microchannels menggunakan air sebagai fluida kerjanya.

25 Microchannel berpenampang segiempat (rectangular) dengan ketinggian saluran sempit divariasi mm dan melakukan variasi diameter hidrolik antara 100 mm dan 1 mm. Penurunan tekanan ditandai dengan bilangan Poiseuille, yaitu untuk macrochannel bilangan Poiseuille bernilai konstan pada daerah aliran laminar tergantung pada bentuk dari penampang saluran, dan pada daerah aliran turbulen nilai dari bilangan ini akan meningkat seiring dengan peningkatan bilangan Reynolds. Koefisien gesekan aliran diperkirakan dengan pengukuran penurunan tekanan (pressure drop) di dalam microchannel secara langsung pada daerah dimana aliran telah kembang penuh. Bilangan Poiseuille diukur secara eksperimental untuk semua tinggi microchannel dalam daerah laminar dan turbulen. Hasil eksperimen di daerah laminar dibandingkan dengan korelasi Shah dan London, sedangkan untuk daerah turbulen dibandingkan dengan korelasi Blasius dan Kakaç. Hasil eksperimen dan hasil teoritis untuk Po sebagai fungsi bilangan Reynolds (Re) untuk berbagai tinggi saluran (e) dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.10 Perbandingan bilangan Poiseuille hasil eksperimen dengan korelasi fungsi Re (Mokrani et al, 2008).

26 Dari Gambar 2.3 dapat diambil kesimpulan bahwa hasil eksperimen P o untuk daerah laminar sesuai dengan nilai teoritis, sedangkan untuk daerah turbulen kehilangan tekanan (pressure losses) yang didapat dalam korelasi Blasius agak lebih rendah dibanding hasil eksperimen, tetapi perbedaannya lebih kecil dibanding ketidakpastian pengukuran (measurement uncertainties). Pengukuran terletak diantara korelasi Blasius yang didapat dari saluran segiempat dengan aspect ratio yang besar dan korelasi Kakac, dkk untuk saluran segiempat. Disimpulkan juga bahwa untuk tinggi saluran antara 100 mm dan 500 mm, transisi antara daerah laminar dan turbulen terjadi pada bilangan Reynolds antara dan Dasar Teori Klasifikasi Saluran (Channel) dalam Alat Penukar Kalor Saat ini telah banyak dikembangkan sistem penukar kalor baru dengan penampang saluran yang bervariasi mulai dari dimensi nanometer hingga yang besar (konvensional). Ini tidak terlepas juga dengan tuntutan akan alat penukar kalor untuk sistem-sistem mikro dalam dunia rekayasa. Klasifikasi saluran menurut Mehendale, et.al (2000) adalah sebagai berikut : 1. Conventional passages D > 6 mm 2. Compact passages 1 mm < D < 6 mm 3. Meso-channels 100 µm < D < 1 mm 4. Microchannels 1 µm < D < 100 µm Pertimbangan-pertimbangan Hidrodinamik 1. Kondisi-kondisi Aliran Dimisalkan terdapat aliran laminar di dalam sebuah pipa bulat dengan jari jari r o, dimana fluida memasuki pipa dengan kecepatan yang seragam. Ketika fluida mengalami kontak dengan permukaan, efek kekentalan menjadi penting dan lapis batas (boundary layer) akan berkembang dengan meningkatnya x. Perkembangan ini terjadi pada saat aliran mulai mengalami pengerutan pada daerah aliran tak kental ( inviscid flow ).

27 Gambar 2.11 Perkembangan kecepatan lapis batas pada pipa (Y. A. Cengel, 2003). Efek kekentalan akan memanjang ke seluruh luasan permukaan pipa dan profil kecepatan berubah dengan bertambahnya jarak x. Aliran ini yang disebut dengan aliran kembang penuh ( fully developed flow ), dan jarak dari arah masukan hingga kondisi ini dicapai disebut dengan hydrodynamic entry length, x fd,h. Profil kecepatan aliran kembang penuh berbentuk parabola untuk aliran laminar. Untuk aliran turbulen berbentuk lebih datar karena aliran berputar pada arah pipa. Untuk pipa berbentuk anuli, panjang saluran yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi kembang penuh adalah antara 20 hingga 25 kali diameter hidrolik (Olson et.al, 1963). Ketika berhadapan dengan aliran internal (aliran dalam pipa), sangat penting untuk mengenal sifat masukan aliran, apakah aliran tersebut bersifat laminar atau turbulen. Angka Reynolds untuk pipa bulat didefinisikan : r u D Re = m (2.2) m dimana : Re = bilangan Reynolds r = massa jenis fluida (kg/m 3 ) m = viskositas dinamik (kg/m.s) u m D = kecepatan rata rata fluida (m/s) = diameter dalam pipa (m) Untuk aliran yang melewati pipa tidak bulat, bilangan Reynolds, dihitung berdasarkan diameter hidrolik (D h ), yang didefinisikan : 4Ac Dh = (2.3) p

28 dimana : D h A c p = diameter hidrolik (m) = luas penampang aliran (m) = keliling basah pipa (wetted perimeter) (m) Sangat penting mengetahui nilai bilangan Reynolds yang tepat untuk aliran laminar, transisi, dan aliran turbulen. Pergantian aliran laminar ke turbulen juga dipengaruhi oleh gangguan yang ada pada pipa, seperti : kekasaran pipa, getaran pipa, dan fluktuasi aliran. Untuk prakteknya, nilai bilangan Reynolds untuk aliran laminar, transisi, dan turbulen adalah sebagai berikut : aliran laminar, Re < aliran transisi, < Re < aliran turbulen, Re > Pada aliran transisi, aliran berubah antara aliran laminar dan turbulen secara acak. Perlu diingat bahwa aliran laminar dapat dijaga pada nilai bilangan Reynolds yang tinggi pada pipa yang sangat halus dengan kondisi tanpa gangguan aliran dan tanpa getaran pada pipa. Di dalam aliran kembang penuh, nilai bilangan Reynolds untuk terjadinya aliran turbulen adalah Re» 2.300, meskipun untuk mencapai aliran turbulen sepenuhnya bilangan Reynolds harus mencapai nilai lebih besar dari Transisi aliran ke turbulen terjadi pada perkembangan lapis batas pada daerah masukan. 2. Kecepatan Rata-Rata (Mean Velocity) digunakan Karena kecepatan selalu bervariasi sepanjang masukan pipa, maka kecepatan rata rata, u m, untuk menyelesaikan permasalahan mengenai aliran dalam pipa. Ketika kecepatan rata rata, u m, dikalikan dengan massa jenis fluida, r, dan luasan pipa A, maka akan didapat nilai laju aliran massa ( m& ) yang melalui pipa : m& = r u A (2.4) m Untuk aliran stedi, tidak termampatkan di dalam sebuah pipa dengan luas permukaan melintang yang seragam, m& dan um konstan tidak tergantung pada x. Dari persamaan (2.2) dan (2.4), untuk aliran di dalam sebuah pipa bulat (A=πD 2 /4), bilangan Reynolds diturunkan menjadi :

29 = 4 m Re (2.5) p Dm 3. Profil Kecepatan di dalam Daerah Kembang Penuh Sebuah tanda yang penting untuk kondisi hidrodinamik pada daerah kembang penuh adalah kedua komponen baik komponen kecepatan arah radial u dan gradien komponen kecepatan arah aksial u x di setiap tempat adalah nol. æ uö u = 0 dan ç = 0 è xø (2.6) Komponen kecepatan arah aksial hanya tergantung pada r, u(x,r) = u(r). komponen kecepatan arah radial didapat dari penyelesaian persamaan momentum arah x. Dengan perhitungan lebih lanjut didapat rumus profil kecepatan : u u 2 ( r) é æ r ö ( ) ú ú ù = ê1- ç m êë è r0 ø û u m dapat dicari dari rumus laju aliran massa. (2.7) 4. Perubahan Tekanan dan Faktor Gesekan di dalam Aliran Kembang Penuh Penurunan tekanan diperlukan untuk menopang sebuah aliran internal dan parameter ini menentukan kebutuhan daya pompa atau fan. Untuk menentukan penurunan tekanan, sangat sesuai bila menggunakan faktor gesekan Moody (Moody/Darcy friction factor) yang merupakan parameter tanpa dimensi yang didefinisikan sebagai : æ dpö -ç D dx f = è ø (2.8) r. v 2 2 Faktor gesekan (friction factor) pada aliran laminar kembang penuh fluida fasa tunggal dalam pipa pipa normal berbentuk bulat dapat dihitung dengan persamaan berikut: 64 f = ; Re < (2.9) Re

30 Persamaan (2.9) ini menunjukkan bahwa dalam aliran laminar, faktor gesekan hanya merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dan tak tergantung pada kekasaran permukaan pipa. Untuk aliran turbulen kembang penuh, selain tergantung pada bilangan Reynolds, faktor gesekan merupakan fungsi dari kondisi permukaan pipa. Pada permukaan halus nilai faktor gesekan minimum dan meningkat dengan meningkatnya kekasaran permukaan, e. Hubungan yang mendekati kondisi permukaan halus untuk aliran turbulen kembang penuh: -0,25 f = 0,3164 Re ; -0,2 f = 0,184 Re ; < Re< 3 10 (2.10) 3 < < Re 10 (2.11) Diagram Moody dikembangkan untuk pipa pipa bulat, tapi dapat digunakan untuk pipa tidak bulat dengan menggunakan diameter hidrolik. Diagram Moody merupakan representasi grafis dari persamaan Colebrook. Bagian turbulen pada diagram Moody dinyatakan oleh persamaan Colebrook (akurasi sampai ± 15%) : 1 æ ç e / D 2,51 =-2log + f è 3,7 Re f dimana : ö (2.12) ø f = faktor gesekan ε = kekasaran absolut (m) D = diameter dalam pipa (m) Re = bilangan Reynolds ε/d = kekasaran relatif Kesulitan dalam penggunaannya adalah bahwa persamaan (2.12) ini berbentuk implisit dalam ketergantungannya terhadap f. Artinya, untuk suatu kondisi yang diberikan (Re dan ε/d), tidaklah mungkin mencari penyelesaian untuk f tanpa melakukan suatu metode iteratif. Dengan penggunaan Excel atau aplikasi komputer matematis, perhitungan seperti itu tidaklah sulit. Miller (1996), menyarankan sebuah iterasi tunggal yang akan menghasilkan f dalam 1% jika nilai perkiraan dihitung dengan persamaan :

31 -2 é æ s / D 5,74 öù f o = 0,25êlogç + 0,9 ú (2.13) ë è 3,7 Re øû dp Bila = konstan, dan diintegrasikan dari x = 0 dimana adalah tekanan dx P 1, ke x = L dimana adalah tekanan P 2, maka didapat : dp dx P2 - P1 = l DP =- l (2.14) Dalam mekanika fluida, pressure drop ( D P ) adalah kuantitas positif, dan didefinisikan sebagai D P= P 1 - P2, frictional pressure drop dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.15) : dimana : f D P DP= f l d rv 2 2 = r g Dh (2.15) d DP f = 2 (2.16) 2 l rv = faktor gesekan = penurunan tekanan dalam pipa (Pa) r = densitas aliran fluida dalam pipa (kg/m 3 ) d l v = diameter pipa (m) = panjang pipa (m) = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

32 Gambar 2.12 Skema pengukuran beda tekanan pada seksi uji aliran vertikal ke bawah dengan menggunakan manometer pipa U Perhitungan penurunan tekanan air di dalam pipa vertikal dengan menggunakan persamaan energi adalah sebagai berikut : P g v P z1 = + + z2 w 2g g w 2g v + h f (2.17) 2 2 P2 - P1 v1 - v2 = + z1- z2- hf g w 2g (2.18) 2 2 v1 - v2 P2 - P1 = g w( + z1- z2- hf ) 2g (2.19) Pipa berdiameter konstan ( D h1 = Dh2 ) sehingga V 1 = V 2 = V, kerugian tinggi tekan akibat gesekan (h f ) : P - P = g z - z - h ) (2.20) 2 1 w( 1 2 f g. Dh ( ) m w Dz- h f ( g. Dz) -( g. Dh) h f h f =g (2.21) = = w g w ( ρ g Δz) -( r. g. Dh) w ρ w m g m (2.22) (2.23)

33 h f = ( ρ g Δz) -( DP) w ρ w g (2.24) Penurunan tekanan air akibat gesekan (frictional pressure drop), P f, pada pipa vertikal adalah : DP = r g h (2.25) f w f Faktor gesekan aliran dihitung dengan persamaan (2.24) : dimana : h f f 2 Dh g hf = (2.26) 2 l v = kerugian head gesekan (m) P f = frictional pressure drop (Pa) r m = massa jenis air dalam manometer (kg/m 3 ) r w = massa jenis air dalam annulus sempit (kg/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) z = perubahan elevasi (m) h = beda ketinggian fluida dalam manometer (m) g w g m = berat jenis air dalam saluran rektangular bercelah sempit (kg/(m².s²)) = berat jenis fluida dalam manometer (kg/(m².s²)) Blasius (1913) membuat korelasi nilai faktor gesekan untuk daerah turbulen dengan rentangan nilai bilangan Reynolds Re , sebagai berikut : f = 0,3164 Re -0,25 (2.27) Aliran Melalui Pipa Annulus Peralatan penukar kalor yang sederhana terdiri dari dua buah pipa konsentrik, dan sering disebut dengan penukar kalor pipa ganda (double pipe heat exchanger). Pada penukar kalor tersebut, salah satu fluida mengalir melalui pipa, dan fluida yang lain mengalir melalui ruang anulus (ruang antara pipa satu dengan pipa yang lain). Aliran laminar yang stedi melalui pipa anulus dapat dipelajari secara analitis dengan menggunakan kondisi batas yang cocok.

34 Gambar 2.13 Penukar kalor pipa ganda yang terdiri dari 2 pipa konsentrik (Y. A. Cengel, 2003). Anggap sebuah pipa konsentrik annulus dengan diameter luar inner tube D i, dan diameter dalam outer tube D o, diameter hidrolik annulus adalah: 2 2 4Ac 4p ( D0 - Di ) / 4 Dh = = = Do - p p ( D0 + Di ) D i (2.28) dimana : D h D o D i = diameter hidrolik (m) = diameter dalam pipa luar/outer tube (m) = diameter luar pipa dalam/inner tube (m) A c = luas penampang melintang aliran (m 2 ) p = keliling basah / wetted perimeter (m) Jika penampang dari concentric tube berbentuk segiempat, maka diameter hidroliknya adalah : Gambar 2.14 Skema penampang melintang saluran sempit berbentuk segiempat D h 4A = p c 4 = 2 2 ( b - a ) ( a+ b) 2 2 ( b - a ) ( 4a+ 4b) ( b- a) ( b+ a) ( b a) D h = = + (2.29) (2.30) ( b a) D h = - (2.31)

35

36 dimana : D h b a = diameter hidrolik (m) = panjang sisi dalam outer tube (m) = panjang sisi luar inner tube (m) Dalam perhitungan faktor gesekan untuk aliran dalam anulus dengan persamaan (2.16) diameter saluran diganti dengan diameter hidrolik anulus. Pressure losses dapat dikarakterisasikan dengan bilangan Poiseuille. Untuk macrochannels, dalam daerah laminar bilangan ini merupakan konstanta yang hanya tergantung pada bentuk penampang melintang saluran. Ketika aliran menjadi turbulen, bilangan Poiseuille akan meningkat sebanding dengan bilangan Reynolds. Dalam penyelidikan yang dilakukan Mokrani, dkk (2009), bilangan Poiseuille pada daerah turbulen dapat diperkirakan seperti dalam daerah laminar dimulai dari pengukuran secara simultan laju aliran dan penurunan tekanan (pressure drop) antara bagian pemasukan dan keluaran pada microchannel. Pressure drop diukur secara langsung dalam saluran dimana aliran telah kembang penuh secara hidrodinamis (hydrodynamically fully developed). Nilai bilangan Poiseuille diperoleh dari: dimana : Po f Re Po = f.re (2.32) = bilangan Poiseuille = faktor gesekan = bilangan Reynolds Karakteristik Aliran dalam Internal Flow Ada 2 hal dasar yang biasanya menjadi pertimbangan dalam analisis konfigurasi internal flow, yaitu gesekan antara fluida dengan dinding saluran dan laju perpindahan panas (heat transfer rate) atau tahanan termal (thermal resistance) antara fluida dan dinding dinding pembatas. Gesekan fluida berhubungan dengan penurunan tekanan yang dialami oleh aliran sepanjang arah aliran. Untuk menghitung laju perpindahan panas dan distribusi temperatur melewati aliran, pertama harus mengetahui aliran tersebut, atau distribusi

37 kecepatan. Prediksi yang akurat mengenai penurunan tekanan dan karakteristik perpindahan kalor adalah hal yang dasar untuk merancang suatu penukar kalor. Kelakuan aliran fluida dan perpindahan kalor di internal flow berkaitan erat dengan jenis dan daerah aliran fluida tersebut. Kelakuan aliran fluida di daerah aliran laminar, transisi, dan daerah turbulen mempunyai karakteristik tersendiri. Aplikasi internal flow dalam suatu alat penukar kalor tersebut merupakan hal yang dasar. Data menunjukkan bahwa parameter geometris saluran pada penukar kalor seperti; diameter hidrolik (D h ), perbandingan tinggi dan lebar saluran, dan perbandingan diameter hidrolik dan jarak antar pusat saluran (untuk multi-channel), semuanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daerah aliran dan perpindahan kalornya. Pembagian daerah aliran dalam internal flow (laminar, transisi, dan turbulen) dihubungkan dengan nilai bilangan Reynolds (Re) yang terjadi. Perlu sekali mengetahui nilai bilangan Reynolds yang tepat untuk daerah aliran laminar, transisi, dan turbulen untuk geometri saluran tertentu. Beberapa peneliti membuat korelasi karakteristik gesekan aliran laminar dan turbulen fasa tunggal dalam saluran konvensional, saluran sempit (narrow channel), dan microchannel dalam nilai faktor gesekan (f) fungsi bilangan Reynolds (Re). Sehingga dalam banyak penelitian untuk mengetahui karakteristik aliran dari suatu saluran, biasanya dibuat grafik hubungan antara faktor gesekan (f) dengan bilangan Reynolds (Re) Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty) Kesalahan (error) merupakan unsur yang tak dapat dihindari dalam proses pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran biasanya didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai sebenarnya dengan nilai terukur. Efek error adalah menciptakan ketidakpastian (uncertainty) dalam nilai sebuah hasil pengukuran. Ketika digunakan dalam konteks pengukuran, ketidakpastian mempunyai sebuah angka dan satuan yang berhubungan dengannya. Lebih spesifik lagi, ketidakpastian pengukuran mempunyai satuan yang sama dengan hasil pengukuran. Perhitungan ketidakpastian yang teliti tak hanya memberikan perkiraan yang tepat mengenai data penelitian yang didapat, tapi juga dapat digunakan untuk menentukan pengukuran pengukuran yang memerlukan kepresisian lebih tinggi agar didapat hasil yang akurat. Analisis ketidakpastian

38 merupakan alat yang sangat berguna untuk menetapkan tingkat reliabilitas sebuah pengukuran dan untuk validasi model model teoritis dan simulasi. Selain itu, analisis ketidakpastian dapat memberikan kontribusi nyata dalam merencanakan penelitian penelitian. Analisis ketidakpastian digunakan untuk mengukur seberapa baik data eksperimental mengambarkan nilai-nilai faktor gesekan aktual. Metode yang diuraikan oleh R.J Moffat (1988) untuk ketidakpastian pengukuran sampel tunggal digunakan untuk melakukan analisis. Persamaan dasar dalam analisis ketidakpastian : dimana y u y n æ y ö u y =± å = ç u i 1 x è x i ø = variabel yang diukur/diinginkan = ketidakpastian variabel yang diinginkan 2 (2.33) x i u x i y x i = salah satu dari variabel-variabel terukur untuk mendapatkan nilai y = ketidakpastian x i = koefisien kepekaan (sensitivity coefficient) y terhadap x i Variabel yang diukur sering tak dapat ditentukan secara langsung. Sebagai gantinya, diukur kuantitas kuantitas input yang menentukan nilai dari variabel yang diukur. Jika terdapat n input kuantitas, x,..., 1, x2 xn, digambarkan hubungan mereka terhadap variabel yang diukur, y, dengan hubungan fungsional. y f ( x x,..., ) = (2.34) 1, 2 x n Ketika y tergantung pada angka sembarang dari kuantitas kuantitas input, seperti dalam persamaan 2.37, ketidakpastian u ( x i ) i = 1, 2,, n berpropagasi ke dalam y menurut : æ ö u 2 ( y) çæ ö æ ö æ ö = ± ( ) ( ) ( ) ç ç y y 2 y u x + ç u x + + ç u xn (2.35) èè x1ø è x2 ø è xn ø ø

39 x ( i = 1, 2,, n) tak terhubung satu sama lain. Jika y x = 1 untuk semua i = i 1, 2,, n sehingga didapat : atau ( ) i u ( y) = ± u ( x ) + u ( x ) u ( ) (2.36) u ( y) = ± u ( x ) + u ( x ) u ( ) (2.37) x n ( 1 2 x n ) Persamaan 2.40 menunjukkan bahwa u ( y) adalah akar penjumlahan kuadrat (root-sum-square) dari u (x).

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Termodinamika dan Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dimulai pada bulan Agustus 2009 hingga bulan Maret Bahan Penelitian Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah : 1. Air Dingin 2. Air Panas Gambar 3.1 Air dingin dalam bak penampung Gambar 3.2 Air panas dalam bak penampung 3. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema instalasi alat penelitian dan seksi uji pada gambar 3.3 dan 3.4, sedangkan foto instalasi alat penelitian dapat dilihat pada gambar 3.5 dan 3.6.

41 Gambar 3.3 Skema instalasi alat penelitian Gambar 3.4 Skema seksi uji alat penkar kalor saluran rektangular bercelah sempit dengan titik-titik penempatan termokopel

42 Gambar 3.5 Foto instalasi alat penelitian tampak depan

43 Gambar 3.6 Foto instalasi alat penelitian tampak belakang

44 Spesifikasi alat penelitian a. Penukar kalor saluran rektangular bercelah sempit. 1) Kontruksi : penukar kalor pipa konsentrik (concentric tube heat exchanger) atau double tube heat exchanger satu laluan dengan bentuk penampang kedua pipa adalah segiempat (rectangular). 2) Bahan tube : inner tube : aluminium outer tube : aluminium 3) Dimensi : inner tube : panjang sisi luar 18,4 mm, panjang sisi dalam 17,4 mm outer tube : panjang sisi luar 24,68 mm, panjang sisi dalam 23,68 mm panjang inner dan outer tube : 1620 mm lebar celah : 2,64 mm diameter hidrolik : 5,28 mm 4) Pola aliran : counterflow (aliran berlawanan arah) inner tube : aliran air panas ke atas (upward) outer tube/ saluran rektangular bercelah sempit : aliran air dingin ke bawah (downward). 5) Instrumentasi dan alat tambahan : Termokopel tipe T. Pemasangan termokopel untuk mengukur temperatur air masuk dan keluar penukar kalor baik itu untuk air dingin maupun air panas dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut ini: Posisi Termokopel Lem Pipa Ujung Termokopel Gambar 3.7 Skema pemasangan termokopel untuk mengukur temperatur air.

PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR VERTIKAL KE ATAS PADA PENUKAR KALOR SALURAN RECTANGULAR BERCELAH SEMPIT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR VERTIKAL KE ATAS PADA PENUKAR KALOR SALURAN RECTANGULAR BERCELAH SEMPIT 14 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR VERTIKAL KE ATAS PADA PENUKAR KALOR SALURAN RECTANGULAR BERCELAH SEMPIT Wibawa Endra J 1, Tri Istanto 1, Ahmad Khusaeni 1 Sta Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR HORISONTAL PADA ANNULUS SEMPIT DARI PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK

PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR HORISONTAL PADA ANNULUS SEMPIT DARI PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK 95 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN FASA TUNGGAL ALIRAN AIR HORISONTAL PADA ANNULUS SEMPIT DARI PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK Wibawa Endra J, Tri Istanto, Yusno Yulianto Sta Pengajar Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SLANT ANGLE TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN FORWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT Dosen Pembimbing I : Agung Tri Wjayanta, ST, M.Eng, Ph.D Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN TWISTED TAPE INSERT WITH CENTRE WINGS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT SKRIPSI Diajukan sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : FIRGO

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENGARUHCOOLANT BERBAHAN DASAR AIR DENGAN ETILEN GLIKOL TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN PERSEGI DENGAN PERFORATED, NOTCHED, DAN JAGGED TWISTED TAPE INSERT SKRIPSI Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,

Lebih terperinci

Disusun oleh : Arif ad Isnan NIM. I D. Danardono, ST., MT, Ph.D. NIP

Disusun oleh : Arif ad Isnan NIM. I D. Danardono, ST., MT, Ph.D. NIP Pengaruh Wing Pitch Ratio dan Wing Width Ratio Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan Pada Penukar Kalor Kalor Pipa Konsentrik Dengan Double Sided Delta Wing Tape Insert Susunan Forward

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Heat exchanger (alat penukar kalor) adalah sebuah alat yang digunakan untuk memfasilitasi perpindahan kalor antara dua fluida atau lebih yang memiliki perbedaan temperatur

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasa (phase) adalah suatu wujud atau kondisi dari suatu zat yang dapat berupa cair, padat, dan gas. Aliran multi fasa (multiphase flow) adalah aliran simultan dari

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.I, No.2, Oktober 2013, 161-168 161 Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Mustaza Ma a Program

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

MEKANIKA Volume 10 Nomor 2, Maret 2012

MEKANIKA Volume 10 Nomor 2, Maret 2012 74 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN ALTERNATE CLOCKWISE AND COUNTER CLOCKWISE TWISTED TAPE INSERT Sudardi Gus Utama

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Tugas Akhir Perancangan Hydraulic Oil Cooler bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube TUGAS AKHIR Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube (Analysis of Fluid Flow Rate Effect On The Rate of Heat Transfer Shell and Tube

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-198 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh: IMRON HAMZAH NIM. I1414022

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: MUHAMMAD NAOFAL HAITAMI NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: MUHAMMAD NAOFAL HAITAMI NIM. I PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN PERSEGI DENGAN STRAIGHT DELTA WINGLET TWISTED TAPE (S-DWT) INSERT DAN OBLIQUE DELTA WINGLET TWISTED

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF

PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana teknik Oleh : DIDIK

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: TAUFAN APHA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SIMULASI PENGARUH KEMIRINGAN BAFFLES TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS DAN EFEKTIVITAS PADA ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN SOLIDWORKS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh: UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR MULTI FLAT PLATE HEAT EXCHANGER ALUMINIUM DENGAN ALIRAN CROSS FLOW TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat Untuk memperoleh

Lebih terperinci

MEKANIKA Volume 11 Nomor 2, Maret Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Indri Yaningsih 1

MEKANIKA Volume 11 Nomor 2, Maret Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Indri Yaningsih 1 75 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PIPA PENUKAR KALOR BERPENAMPANG BUJURSANGKAR DENGAN HALF LENGTH DAN FULL LENGTH TWISTED TAPE INSERT Tri Istanto 1, Wibawa

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fasa (phase) adalah kondisi atau wujud dari suatu zat, yang dapat berupa padat, cair, atau gas. Aliran multi fasa (multiphase flow) adalah aliran simultan dari beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1 1 Lab. Perpindahan Panas & Termodinamika

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction Indra Koto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan koto.indra@gmail.com

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGITIGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perangkat mikro berkembang sangat pesat seiring meningkatnya teknologi mikrofabrikasi. Aplikasi perangkat mikro diantaranya ialah pada microelectro-mechanical

Lebih terperinci

Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 2, Nopember Jurnal Politeknik Caltex Riau Mustaza Ma a

Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 2, Nopember Jurnal Politeknik Caltex Riau  Mustaza Ma a Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 2, Nopember 2015 21 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Distribusi Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Daerah Entrance Dan Fully Developed Perbandingan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOT MARHUALA SARAGIH NIM. 080401147 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN PERFORATED TWISTED TAPE INSERT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN PERFORATED TWISTED TAPE INSERT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN PERFORATED TWISTED TAPE INSERT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: SEPTIAN FATCHURAHMAN NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: SEPTIAN FATCHURAHMAN NIM. I PENGARUH TWIST RATIO TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN TWISTED TAPE INSERT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG 7 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit TUGAS AKHIR Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD Agus Waluyo 1, Nathanel P. Tandian 2 dan Efrizon Umar 3 1 Magister Rekayasa

Lebih terperinci

Menghitung Pressure Drop

Menghitung Pressure Drop Menghitung Pressure Drop Jika di dalam sebuah pipa berdiameter dan panjang tertentu mengalir air dengan kecepatan tertentu maka tekanan air yang keluar dari pipa dan debit serta laju aliran massanya bisa

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA A.10. Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Pitch Coiled Tube... (Rianto Wibowo) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI PERPINDAHAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY Oleh: Taqwim Ismail 2111.105.007 Dosen Pembimbing: Ary Bachtiar K. P, ST.,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci