Pengaruh Media Perendam Terhadap Permeabilitas Membran Polisulfon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Media Perendam Terhadap Permeabilitas Membran Polisulfon"

Transkripsi

1 Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal Pengaruh Media Perendam Terhadap Permeabilitas Polisulfon Cynthia L. Radiman*, Yuliany dan Veinardi Suendo Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 10, Bandung 40132, INDONESIA * kepada siapa koresponden harus ditujukan: cynthia@fmipa.itb.ac.id Diterima tanggal 19 April 2002, disetujui untuk dipublikasikan 16 September 2002 Abstrak Kinerja membran dalam suatu proses pemisahan secara umum dapat dinyatakan oleh nilai permeabilitas dan selektivitas membran tersebut. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi permeabilitas membran dalam proses filtrasi larutan air adalah nilai hidrofilisitas membran. Dalam penelitian ini, pengaruh berbagai jenis media perendam membran yaitu: etanol, isopropanol dan butanol dipelajari terhadap permeabilitas membran polisulfon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dalam etanol memberikan pengaruh yang paling besar terhadap permeabilitas membran. Hal ini ditunjukkan oleh nilai fluks air sebelum dan sesudah perendaman dalam etanol yaitu sebesar 263,57 dan 645,69 L/m 2.jam yang meningkat secara drastis. Sebaliknya rejeksi membran terhadap larutan dekstran T-500 sebelum dan sesudah perendaman dalam etanol hanya menunjukkan sedikit penurunan yaitu dari 96 % menjadi 95 %. Lebih lanjut, sudut kontak antara air dengan membran yang direndam dalam etanol juga memberikan nilai yang terkecil yaitu sebesar 19,8. Interaksi antara alkohol dengan membran polisulfon diduga sebagai suatu proses adsorpsi fisik bersifat reversibel yang ditunjukkan oleh pengembalian permeabilitas membran pada keadaan awal setelah direndam kembali dalam air untuk jangka waktu lama. Dari data percobaan disimpulkan bahwa etanol dapat meningkatkan permeabilitas membran polisulfon melalui peningkatan hidrofilisitas tanpa menimbulkan penurunan yang berarti terhadap selektivitasnya. Kata kunci : Permeabilitas, hidrofilisitas, membran polisulfon, adsorpsi fisik, reversibel Abstract The performance of membrane separation processes can be generally expressed by membrane permeability and permselectivity. One of the important factors affecting membrane permeability in the filtration process of aqueous solution is membrane hydrophilicity. In this experiment, the effects of various soaking mediums, i.e. ethanol, isopropanol and butanol on the permeability of polysulfone membrane were studied. The results showed that soaking in ethanol gave the greatest effect proved by the drastic increase in permeability for membrane before and after soaking, i.e. from L/m 2.h to L/m 2.h. On the other hand, the membrane rejection against dextran T-500 before and after soaking in ethanol only showed a slight decrease from 96 % to 95 %. In addition, the contact angle between water and soaked-in-ethanol membrane gave the smallest value, i.e The interaction between alcohol and soaked membrane is then considered as a reversible physical adsorption since the permeability reached its initial value after being soaked again in water for a long period. The experimental data showed that ethanol could enhance the permeability of polysulfone membrane by increasing the membrane hydrophilicity without giving any significant decrease in the membrane permselectivity. Keywords : Permeability, hydrophilicity, polysulfone membrane, physical adsorption, reversible 1. Pendahuluan Teknologi membran berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini baik dalam skala laboratorium maupun skala komersial. Hal ini disebabkan karena membran memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh proses pemisahan konvensional lainnya. Kondisi optimal dalam kinerja membran pada umumnya dinyatakan oleh besarnya permeabilitas dan selektivitas membran terhadap suatu spesi kimia tertentu. Makin besar nilai permeabilitas dan selektivitas membran, membran memiliki kinerja yang semakin baik. Namun pada kenyataannya, dalam suatu proses pemisahan dengan membran akan ditemukan suatu fenomena umum yaitu apabila permeabilitas membran besar maka selektivitasnya akan rendah, demikian pula sebaliknya jika selektivitasnya tinggi maka permeabilitasnya juga akan rendah. Solusi yang harus dicari dalam dilema ini ialah suatu cara untuk mengoptimalkan kinerja membran baik dalam aspek permeabilitas maupun selektivitasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja membran yang digunakan untuk proses pemisahan larutan air ialah sifat hidrofilisitas membran 1). dengan permukaan yang bersifat hidrofil akan memiliki permeabilitas yang lebih baik. yang digunakan pada penelitian ini ialah membran polisulfon. Polisulfon merupakan salah satu jenis polimer yang banyak digunakan 77

2 78 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 dalam teknologi membran karena memiliki kestabilan kimia dan termal yang cukup baik. Sebaliknya, polisulfon cenderung bersifat hidrofobik sehingga permeabilitasnya untuk sistem larutan air tidak terlalu baik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menaikkan hidrofilisitas membran ialah melalui perendaman membran dalam alkohol 1). Adapun mekanisme serta sifat kenaikan hidrofilisitas membran dengan proses perendaman dalam alkohol ini belum diketahui secara pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai media perendam terhadap hidrofilisitas dan beberapa sifat fisik membran polisulfon, serta mekanismenya. Media perendam yang digunakan ialah senyawa alkohol berantai karbon pendek. Mengingat gliserol adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai media penyimpan membran polisulfon secara komersial, dipelajari pula pengaruh gliserol terhadap permeabilitas membran polisulfon. 2. Metode Penelitian 2.1 Pembuatan Polisulfon polisulfon dibuat dengan komposisi 18 % b/b polisulfon, 64 % b/b dimetilasetamida, dan 18 % b/b polietilen glikol. Ketiga bahan tersebut diaduk hingga diperoleh larutan polimer yang homogen. Selanjutnya larutan polimer tersebut dicetak menjadi membran pada suatu plat kaca menggunakan pisau casting dengan teknik inversi fasa hingga diperoleh membran dengan ketebalan 0,05 0,07 mm. yang terbentuk dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan pelarut. 2.2 Pengukuran Fluks Pengukuran fluks air dan dekstran T-500 dilakukan dengan menggunakan sel ultrafiltrasi. Adapun tekanan operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 2 kg/cm 2 yang diperoleh dari pengaliran udara ke dalam sel ultrafiltrasi menggunakan kompresor. Pada setiap pengukuran, dilakukan proses kompaksi selama menit yang bertujuan agar struktur pori dalam membran menjadi lebih rapat dan stabil. Pengukuran fluks dilakukan setelah proses kompaksi dengan mengukur volume larutan yang dapat ditampung selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan hingga nilai fluks mencapai suatu nilai yang mendekati konstan. Pengukuran fluks dekstran dilakukan dengan menggunakan prosedur yang hampir sama dengan pengukuran fluks air. Perbedaannya hanya terletak pada jenis larutan yang digunakan yaitu larutan dekstran T-500 dengan konsentrasi 1000 ppm. 2.3 Pengukuran Rejeksi Dengan menggunakan sel ultrafiltrasi yang sama dengan yang digunakan pada proses pengukuran fluks membran, rejeksi membran polisulfon terhadap larutan dekstran T-500 ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri. Pertama-tama, larutan dekstran T-500 dengan konsentrasi 1000 ppm dimasukkan ke dalam sel ultrafiltrasi dan diberi tekanan sebesar 2 kg/cm 2. Kemudian larutan permeat dan konsentrat diambil sebanyak 10 ml yang masing-masing akan diencerkan secara kuantitatif dan direaksikan dengan larutan fenol 5 % v/v dan H 2 SO 4 pekat. Adapun perbandingan dari larutan alikuot hasil pengenceran sampel konsentrat atau permeat terhadap reagenreagen tersebut adalah sebagai berikut : larutan alikuot : larutan fenol 5 % v/v : H 2 SO 4 pekat = 1 : 1 : 5. Semua larutan dikocok dan ditunggu hingga dingin sebelum diukur nilai transmitansnya dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak, Spectronic-20, pada panjang gelombang 490 nm Karakterisasi Karakterisasi membran polisulfon meliputi pengukuran nilai sudut kontak antara membran dengan air, uji tarik membran dan pengambilan citra penampang membran dengan scanning electron microscope (SEM). Karakterisasi ini dilakukan terhadap membran dengan berbagai media perendam. Pengukuran uji tarik pada sampel membran dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material Jurusan Kimia ITB. Pengukuran sudut kontak dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan dan Arus Tinggi Jurusan Teknik Elektro ITB. Analisa SEM dilakukan di Laboratorium Geologi Kuarter bagian Laboratorium Paleontologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (LPP3G) menggunakan SEM JEOL JSM 35 C. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Permebilitas dan sudut kontak Dalam suatu proses pemisahan menggunakan membran dengan tekanan operasional yang sama, nilai permeabilitas membran pada satu proses dapat langsung dibandingkan terhadap proses yang lain berdasarkan nilai fluksnya. Pada proses filtrasi, nilai fluks yang umum dipakai adalah fluks volume yang dinyatakan sebagai volume larutan umpan yang dapat melewati membran per satuan waktu per satuan luas membran 2). Dalam percobaan untuk mencari nilai permeabilitas membran biasanya dilakukan proses kompaksi. Kompaksi merupakan suatu proses deformasi mekanik pada matriks polimer penyusun membran yang mengakibatkan struktur pori membran menjadi lebih rapat dan fluks menurun hingga mencapai suatu nilai yang mendekati konstan. Nilai fluks yang mendekati konstan inilah yang diambil sebagai nilai permeabilitas membran. Perendaman membran polisulfon dalam senyawa golongan alkohol berantai pendek menghasilkan kenaikan fluks. Gambar 1 menunjukkan permeabilitas membran yang direndam dalam berbagai media.

3 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober Perendaman membran dalam larutan etanol 80% v/v mengakibatkan kenaikan nilai fluks air yang lebih besar dibandingkan dengan perendaman membran dalam larutan 2-propanol 80% v/v, butanol 80% v/v maupun gliserol 10% v/v. Kenaikan fluks air yang paling kecil terjadi dalam membran yang direndam dalam larutan gliserol 10% v/v Fluks (L/m 2.jam) Etanol 2-propanol Butanol Gliserol Waktu (menit) Gambar 1. Fluks air pada membran polisulfon terhadap waktu setelah perendaman dalam berbagai media perendam Dekstran T-500 Fluks (L/m2 jam) Etanol 2-propanol Butanol Gliserol Media Perendam Gambar 2. Perbandingan nilai fluks membran setelah perendaman dalam berbagai media perendam

4 80 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 Panjang rantai hidrokarbon dari suatu senyawa alkohol sangat berpengaruh pada kelarutannya dalam air. Hal ini disebabkan oleh rantai hidrokarbon yang bersifat hidrofobik. Makin panjang rantai hidrokarbon dalam suatu senyawa alkohol, kelarutannya dalam air akan makin rendah 3). Etanol memiliki rantai karbon yang cukup pendek dibandingkan 2-propanol dan butanol sehingga sifat hidrofilisitasnya besar. Gliserol memiliki tiga gugus hidroksil tetapi perendaman membran dalam gliserol 10% v/v memiliki nilai fluks yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perendaman dalam etanol 80% v/v. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya interaksi intermolekuler antara gliserol dengan membran polisulfon yang akan dibahas lebih lanjut. Selain fluks air, pengukuran fluks juga dilakukan pada larutan dekstran T ppm. Seperti halnya dengan nilai fluks air, nilai fluks larutan dekstran T-500 juga meningkat dengan adanya proses perendaman dalam berbagai media perendam. Gambar 2 menunjukkan bahwa kenaikan fluks larutan dekstran setelah perendaman memberikan kecenderungan yang sama dengan kenaikan fluks air. Hal ini ditunjukkan dengan urutan yang sama dari nilai fluks untuk larutan dekstran dan air yang dihasilkan setelah proses perendaman dalam berbagai media perendam, dimana peningkatan nilai fluks yang paling besar terjadi pada membran yang direndam dalam etanol 80% v/v. Hal ini menandakan bahwa interaksi antara membran dengan air ditingkatkan dengan kehadiran etanol di permukaan pori membran. Data sudut kontak yang diperlihatkan pada Tabel 1 menunjang data fluks air. Sudut kontak antara membran polisulfon hasil perendaman dalam etanol 80% v/v dengan air memberikan nilai yang paling kecil yaitu 19,8 o. Dari data sudut kontak dapat disimpulkan bahwa hidrofilisitas membran polisulfon meningkat dengan adanya perendaman dalam alkohol terutama dalam etanol 80% v/v. Hal ini mendukung pernyataan bahwa interaksi antara membran dengan air diperkuat dengan adanya etanol. Tabel 1. Nilai sudut kontak membran polisulfon pada berbagai media perendam Media perendam Sudut kontak ( o ) 52,8 o Etanol 80% v/v 19,8 o 2-propanol 80% v/v 23,6 o Butanol 80% v/v 35,8 o Gliserol 10% v/v 47,7 o Nilai fluks air akan kembali seperti semula dalam suatu rentang waktu tertentu seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Kenaikan fluks air akibat perendaman dalam etanol 80% v/v dapat bertahan selama kurang lebih dua hari sedangkan kenaikan nilai fluks air dalam media yang lain hanya bertahan selama kurang lebih satu hari. Tabel 2. Data penurunan fluks air membran sesudah perendaman dalam berbagai media Media perendam Etanol 80% v/v 2-propanol 80% v/v Butanol 80% v/v Gliserol 10% v/v Perendaman dalam media Sebelum Fluks air (L/m 2.jam) Sesudah Perendaman ke dua dalam air 1 hari 328.8* *Nilai fluks menjadi 255,6 L/m 2.jam setelah dua hari perendaman dalam air. Gambar 3. Profil tetesan air pada permukaan membran setelah perendaman dalam (a) air, (b) gliserol 10 % v/v, (c) butanol 80 % v/v, (d) 2-propanol 80 % v/v (d) dan (e) etanol 80 % v/v. Gambar 3 menunjukkan profil tetesan air di atas permukaan membran yang telah direndam dalam air, gliserol 10% v/v, butanol 80% v/v, 2-propanol 80% v/v, dan etanol 80% v/v. 3.2 Selektivitas Dekstran T-500 Larutan dekstran biasanya digunakan sebagai salah satu larutan standar dalam perhitungan nilai selektivitas karena ketersediaan senyawa dekstran dalam spektrum massa molekul relatif yang luas. Dalam penelitian ini digunakan dekstran Mr dengan konsentrasi 1000 ppm.

5 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober Tabel 3. Rejeksi membran polisulfon terhadap Dekstran T-500 setelah perendaman dalam berbagai media perendam Media perendam Rejeksi (%) 96 Etanol 80% v/v 95 2-propanol 80% v/v 94 Butanol 80% v/v 97 Gliserol 10% v/v 91 Proses pemisahan membran dengan gaya pendorong tekanan bergantung pada perbandingan ukuran pori membran dengan diameter atau ukuran molekul yang akan dipisahkan 2). Bila ukuran pori membran jauh lebih kecil dari ukuran molekul maka proses pemisahan akan terjadi. Sebaliknya bila ukuran pori membran lebih besar dari ukuran molekul yang akan dipisahkan maka molekul tersebut akan melewati membran. Nilai rejeksi membran dalam berbagai media perendaman terhadap dekstran T-500 dapat dilihat pada Tabel 3. Rejeksi membran pada berbagai media perendaman tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menandakan bahwa ukuran pori membran tidak banyak mengalami perubahan dengan adanya perendaman dalam berbagai media perendam. 3.3 Citra dari Mikroskop Elektron Gambar 4 menunjukkan citra SEM untuk penampang lintang (cross section) dan permukaan membran. Citra penampang lintang diperbesar dengan nilai perbesaran kali sedangkan citra permukaan diperbesar dengan nilai perbesaran kali. Bentuk pori membran polisulfon menyerupai bentuk jari seperti yang terlihat pada Gambar 4(a) dan 4(b). Berbagai citra penampang lintang dan permukaan membran dalam berbagai media perendam tidak memperlihatkan adanya perubahan yang berarti pada ukuran dan bentuk pori membran. Fenomena ini sesuai dengan data rejeksi membran yang memberikan kesimpulan yang hampir sama mengenai pori membran. Ukuran diameter pori yang dapat diukur dari citra penampang permukaan membran pada Gambar 4(c) dan 4(d) yaitu berkisar antara 0,12 µm hingga 0,18 µm. Gambar 4. Citra mikroskop elektron membrane polisufon: citra penampang lintang membran setelah perendaman dalam (a) air dan (b) etanol 80 % v/v, citra permukaan membran setelah perendaman dalam (c) air dan (d) etanol 80 % v/v. Tabel 4. Modulus Young membran polisulfon dalam berbagai media perendam Media perendam Modulus Young (N/m 2 ) 2, Etanol 80% v/v 2, propanol 80% v/v 2, Butanol 80% v/v 2, Uji Tarik Elastisitas dan ketahanan tarik membran polisulfon ditentukan melalui uji tarik. Uji tarik mengukur besarnya gaya yang diperlukan untuk membuat membran polisulfon terputus. Dari hasil uji tarik terhadap membran dengan perendaman dalam etanol 80% v/v, 2-propanol 80% v/v, dan butanol 80% v/v tidak didapati perbedaan yang berarti yang

6 82 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 ditunjukkan oleh nilai Modulus Young yang hampir sama, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Hal ini berarti sifat elastisitas membran polisulfon tidak banyak berubah setelah perendaman dalam berbagai media. 3.5 Interaksi Antara dengan Media Perendam Semua data yang telah dipaparkan memberikan gambaran mengenai interaksi yang mungkin terjadi antara membran polisulfon dengan media perendamnya. Data fluks air maupun fluks dekstran T-500 menunjukkan adanya kenaikan nilai fluks. Kenaikan nilai fluks dapat disebabkan oleh ukuran pori membran yang bertambah besar atau ada modifikasi tertentu pada membran yang menyebabkan laju larutan umpan makin cepat dan makin banyak yang melewati membran. Data rejeksi dekstran T-500, data uji tarik, dan citra mikroskop elektron tidak memperlihatkan adanya perubahan yang berarti dalam ukuran pori. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan fluks bukan disebabkan oleh kenaikan diameter pori membran polisulfon. Selain kenaikan nilai fluks dan keadaan pori membran yang tidak banyak berubah, salah satu fenomena kunci yang dapat digunakan sebagai titik tolak dalam menjelaskan interaksi yang terjadi antara membran dengan media perendamnya ialah sifat reversibel dari kenaikan nilai fluks. Fenomena ini mirip dengan fenomena adsorpsi fisik seperti yang digambarkan pada Gambar 5. Adsorpsi fisik merupakan suatu gejala permukaan yang sering terjadi pada suatu antarmuka 4). Molekul-molekul teradsorpsi Gambar 5. Fenomena adsorpsi molekul-molekul alkohol pada membran polisulfob Adsorpsi fisik antara membran polisulfon dengan media perendamnya dapat terjadi karena adanya interaksi van der Waals antara keduanya. Bila ditinjau dari struktur unit ulang polisulfon, polimer tersebut dapat dikatakan bersifat mendekati nonpolar. Hipotesa yang dikemukakan ialah rantai hidrokarbon dari alkohol akan teradsorpsi ke permukaan membran polisulfon sedangkan gugus hidroksil dari alkohol akan berinteraksi dengan air. Hal ini didasarkan pada sifat rantai hidrokarbon dari senyawa alkohol yang bersifat nonpolar dan gugus hidroksil yang bersifat polar sehingga yang berinteraksi dengan membran adalah rantai hidrokarbon dari alkohol, bukan gugus hidroksilnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Rantai hidrokarbon Gambar 6. Adsorpsi rantai hidrokarbon pada permukaan membran. Interaksi lain seperti ikatan hidrogen mungkin saja terjadi tetapi dengan kemungkinan yang lebih kecil. dan alkohol memiliki kemungkinan untuk mengadakan ikatan hidrogen dengan membran polisulfon. yang memiliki dua atom H dan satu atom O memiliki kemungkinan yang lebih besar daripada alkohol untuk berikatan hidrogen dengan membran polisulfon. Apabila ikatan hidrogen merupakan interaksi utama maka permeabilitas membran polisulfon sebelum perendaman akan lebih besar dibandingkan dengan setelah perendaman dengan alkohol. Perbedaan dalam kenaikan permeabilitas membran yang direndam dalam etanol 80% v/v, 2- propanol 80% v/v, dan butanol 80% v/v disebabkan oleh perbedaan kepolaran antara ketiga senyawa alkohol ini. Nilai kepolaran suatu senyawa dapat dilihat dari tetapan dielektriknya. Semakin besar nilai tetapan dielektriknya, semakin polar senyawa tersebut. Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai tetapan dielektrik beberapa senyawa yang digunakan dalam penelitian ini 5). Etanol memiliki kepolaran yang lebih besar daripada 2-propanol maupun butanol. Hal ini menyebabkan etanol memiliki sifat hidrofilisitas yang lebih besar sehingga air akan lebih tertarik pada etanol dibandingkan dengan 2-propanol maupun butanol. Perendaman membran dalam etanol akan menyebabkan permukaan membran lebih hidrofil sehingga permeabilitas membran akan meningkat. Perendaman membran dalam 2-propanol atau butanol juga akan meningkatkan permebilitas membran, tetapi persentase kenaikannya tidak sebesar yang ditimbulkan oleh etanol.

7 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober (a) (b) Gambar 7. Gambar skematis pengaruh panjang rantai hidrokarbon pada molekul alkohol terhadap konsentrasi gugus hidroksil yang teradsorpsi pada permukaan membran: alkohol berantai karbon (a) pendek and (b)panjang. Tabel 5. Nilai tetapan dielektrik berbagai media perendam membran polisulfon Media perendam Etanol 2-propanol Butanol Gliserol Tetapan dielektrik 76,5 24,3 18,3 17,8 42,5 Bagian dari alkohol yang teradsorpsi pada membran adalah rantai hidrokarbonnya. Makin panjang rantai hidrokarbon alkohol maka jumlah gugus hidroksil yang teradsorpsi dalam suatu luas permukaan membran akan menjadi lebih sedikit. Ilustrasi mengenai hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. Dalam hal ini, rantai hidrokarbon pada etanol lebih pendek dibandingkan dengan butanol, sehingga jumlah gugus hidroksil yang ada dalam suatu luas permukaan membran yang sama akan lebih banyak terdapat dalam membran yang direndam dalam etanol. Makin banyak gugus hidroksil maka pemisahan membran polisulfon untuk sistem larutan air akan makin efektif karena gugus hidroksil akan memudahkan perpindahan molekul air melewati membran melalui interaksi dipol-dipol dan ikatan hidrogen. Gliserol memiliki nilai tetapan dielektrik yang lebih besar dibandingkan dengan etanol, tetapi kenaikan permeabilitas membran yang direndam dalam gliserol tidak sebesar kenaikan permeabilitas membran yang direndam dalam etanol. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi intramolekuler antar gugus hidroksil dalam gliserol untuk mengadakan ikatan hidrogen. Interaksi intramolekur merupakan gaya yang lebih kuat dibandingkan interaksi intermolekuler sehingga fenomena yang terjadi dalam gliserol ialah gugus hidroksilnya lebih suka saling mengadakan ikatan hidrogen dibandingkan dengan rantai hidrokarbon gliserol yang harus teradsorpsi ke permukaan membran. 4. Kesimpulan Perendaman membran polisulfon dalam media perendam etanol 80% v/v, 2-propanol 80% v/v dan butanol 80% v/v dapat meningkatkan permeabilitas membran tanpa menurunkan selektivitasnya secara berarti. Kenaikan permeabilitas ini bersifat reversibel yang dapat bertahan selama kurang lebih 1-2 hari setelah proses perendaman. Interaksi yang terjadi antara membran dengan alkohol dalam larutan perendam ialah interaksi van der Waals yang mengakibatkan terjadinya proses adsorpsi fisik. Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasih kepada Departemen Kimia ITB yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini dan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Kulkarni, A., Mukherjee, D. and Gill, W.N., Flux Enhancement by Hidrophilization of Thin Film Composite Reverse Osmosis es, Journal of e Science, 114, 39-50, (1996). 2. Mulder, M., Basic Principles of e Technology, edisi 2, Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, (1996). 3. Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., Kimia Organik, edisi 3, halaman 261, Erlangga, Jakarta, (1994). 4. Boer, J.H., The Dynamical Character Of Adsorption, edisi 2, Oxford University Press, London, (1968). 5. Weast, R.C., Handbook of Chemistry and Physics, edisi 58, halaman E-56, CRC Press, Florida, (1978).

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F 344 PENGARUH PERENDAMAN ETANL PADA MEMBRAN PLISULFN TERHADAP FILTRASI DEKSTRAN T-70 (Effect of ethanol immersion of polysulfone membrane on Dextran T-70 filtration ) Edi Pramono 1, Cynthia L. Radiman 2

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 441-447, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 3 October 2014, Accepted 3 October 2014, Published online 10 October 2014 PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

Membran Polisulfon dengan Teknik UV-Fotografting dan Aplikasinya pada Proses Filtrasi Susu Kedelai

Membran Polisulfon dengan Teknik UV-Fotografting dan Aplikasinya pada Proses Filtrasi Susu Kedelai Jurnal ILMU DASAR, Vol. 14 No. 1, Januari 2013 :39-44 39 Membran Polisulfon dengan Teknik UV-Fotografting dan Aplikasinya pada Proses Filtrasi Susu Kedelai Polysulfone Membrane with UV-Photografting Technique

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat ABSTRACT

Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat ABSTRACT Jurnal ILMU DASAR, Vol. 13 No. 1, Januari 2012: 11-15 11 Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat Effect of Variation Solvent Composition on Performance

Lebih terperinci

KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)

KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) Jurnal ILMU DASAR, Vol. 14 No. 1, Januari 2013: 33-37 33 KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE ( Cellulose Acetate Membranes characters Due To Additions Additive

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Membran komposit dibuat cara teknik pengendapan-pencelupan. Pertama polisulfon dilarutkan dalam N-N-dimetilasetamida (DMAC) dan dituangkan pada penyokong yang sesuai lalu dicelupkan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM SKRIPSI Oleh SAKINAH JAWAS NIM 091810301035 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Komposit Kitosan-PVA dan Pemanfaatannya pada Pemisahan Limbah Pewarna Rhodamin-B. Abstrak

Pembuatan Membran Komposit Kitosan-PVA dan Pemanfaatannya pada Pemisahan Limbah Pewarna Rhodamin-B. Abstrak Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 212 ISBN : 978-979-28-55-7 Surabaya, 25 Pebruari 212 Pembuatan Membran Komposit Kitosan-PVA dan Pemanfaatannya pada Pemisahan Limbah Pewarna Rhodamin-B Indah F. Farha,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT C. L. Radiman, dan I. Eka Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

Perolehan Kembali NaOH Dari Limbah White Liquor Hasil Pengelantangan Sistem Fotosensitizer Katil Bergerak *

Perolehan Kembali NaOH Dari Limbah White Liquor Hasil Pengelantangan Sistem Fotosensitizer Katil Bergerak * Akta Kimindo Vol. 1 No. 1 Oktober 2005: 35-40 AKTA KIMIA INDONESIA Perolehan Kembali NaOH Dari Limbah White Liquor Hasil Pengelantangan Sistem Fotosensitizer Katil Bergerak * Syafsir Akhlus ** dan Nurul

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBRAN HIBRID NILON 6,6-KAOLIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS WARNA AIR GAMBUT

KEMAMPUAN MEMBRAN HIBRID NILON 6,6-KAOLIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS WARNA AIR GAMBUT KEMAMPUAN MEMBRAN HIBRID NILON 6,6-KAOLIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS WARNA AIR GAMBUT D. Astuti 1, A. Linggawati 2, Muhdarina 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 2, September 2012

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 2, September 2012 THE MANUFACTURE OF CHITOSAN-PVA COMPOSITE MEMBRANE AND APPLIANCE IN WASTE RHODAMIN-B SEPARATION PEMBUATAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-PVA DAN PEMANFAATANNYA PADA PEMISAHAN LIMBAH PEWARNA RHODAMIN B Indah

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh M. ALAUHDIN NIM : 20506017

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON T 541.3 RAT ABSTRAK Membran serat berongga.. dibuat dengan proses pemintalan kering-basah

Lebih terperinci

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008 VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 28 SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA PADA AIR LIMBAH ARTIFISIAL Muhammad Lindu 1, Tita

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) Selulosa pulp kayu sengon yang digunakan pada penelitian ini berwarna putih

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) 172 Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Eri Aidio Murti 1 *, Sri Handani 1, Yuli Yetri 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

PENGARUH PVA TERHADAP MORFOLOGI DAN KINERJA MEMBRAN KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B

PENGARUH PVA TERHADAP MORFOLOGI DAN KINERJA MEMBRAN KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B PENGARUH PVA TERHADAP MORFOLOGI DAN KINERJA MEMBRAN KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B Indah F. Farha, Nita Kusumawati Jurusan Kimia Fmipa Universitas Negeri Surabaya Abstrak Pada penelitian ini,

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) ISBN : 98-99-1533-85-0 PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA Evy Ernawati Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN MIKROPORI POLIPROPILENA MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPLATE-LEACHING

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN MIKROPORI POLIPROPILENA MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPLATE-LEACHING SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 213

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BLENDING DAN NON PELARUT TERHADAP KINERJA MEMBRAN Polyvinylidene fluoride(pvdf) - KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B

PENGARUH KOMPOSISI BLENDING DAN NON PELARUT TERHADAP KINERJA MEMBRAN Polyvinylidene fluoride(pvdf) - KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B PENGARUH KOMPOSISI BLENDING DAN NON PELARUT TERHADAP KINERJA MEMBRAN Polyvinylidene fluoride(pvdf) - KITOSAN DALAM PEMISAHAN PEWARNA RHODAMIN-B INFLUENCE OF BLENDING AND NON-SOLVENT H 2 O/C 2 H 5 OH COMPOSITION

Lebih terperinci

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Penambahan Massa Nilon pada Preparasi Membran Nilon terhadap Karakteristik Fisik Membran

Analisa Pengaruh Variasi Penambahan Massa Nilon pada Preparasi Membran Nilon terhadap Karakteristik Fisik Membran Analisa Pengaruh Variasi Penambahan Massa Nilon pada Preparasi Membran Nilon terhadap Karakteristik Fisik Membran Aris Fanani*, Wahyunanto Agung Nugroho, Yusuf Hendrawan Jurusan Keteknikan Pertanian -

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap sintetis, karakterisasi serta uji kinerja. Tahap sintesis dan uji kinerja

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

Kajian Fouling Protein pada Membran Berbasis Polisulfon

Kajian Fouling Protein pada Membran Berbasis Polisulfon Kajian Fouling Protein pada Membran Berbasis Polisulfon Bambang Piluharto *, Karlina, Dwi Indarti Jurusan Kimia, FMIPA,Universitas Jember *E-mail: bampito.fmipa@unej.ac.id ABSTRAK Adsorpsi protein pada

Lebih terperinci

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KHITOSAN/ POLISULFON TERHADAP PELARUT ABSTRAK. Kata kunci: Membran komposit, khitosan, persentase swelling, Waktu operasi

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KHITOSAN/ POLISULFON TERHADAP PELARUT ABSTRAK. Kata kunci: Membran komposit, khitosan, persentase swelling, Waktu operasi KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KHITOSAN/ POLISULFON TERHADAP PELARUT Maria Erna dan Sri Haryati Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau Universitas Riau, Kampus Binawidya km 12 Pekanbaru ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejadian penyakit gagal ginjal di Indonesia semakin meningkat. Menurut data statistik yang dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON SELULOSA ASETAT UNTUK PROSES ULTRAFILTRASI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON SELULOSA ASETAT UNTUK PROSES ULTRAFILTRASI /68 Juma/ Pendidikan Matematika dall Saills. Edisi 3 Tahun VIII. :00 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON SELULOSA ASETAT UNTUK PROSES ULTRAFILTRASI PREPARATION AND CHARACTERISATION

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) Disusun oleh: Felix Christopher Dr. I Gede Wenten Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132 JMS Vol. 3 No. 1, hal. 32-40, April 1998 Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132 Diterima tanggal 20 Desember

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi optimal dari kinerja membran umumnya dinyatakan oleh besamya permeabilitas, selektivitas membran terhadap suatu spesi kimia tertentu, fluks permeat dan rejeksi kandungan

Lebih terperinci

Dwi Indarti, Tri Mulyono, Lia Kartika Sari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember

Dwi Indarti, Tri Mulyono, Lia Kartika Sari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN METODE KERING/BASAH UNTUK PEMISAHAN SURFAKTAN SODIUM DODESIL SULFAT (SDS) (SYNTHEZIS OF CELLULOSE ACETATE MEMBRANES BY DRY/ WET METHODE FOR THE SEPARATION OF SODIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin penting dan juga langka dengan semakin majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Sebaliknya berkat perkembangan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Disusun Oleh : Nama : Veryna Septiany NPM : E1G014054 Kelompok : 3 Hari, Jam : Kamis, 14.00 15.40 WIB Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung Lestari Nike Situngkir Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

MODIFIKASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI: STUDI PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP KINERJA MEMBRAN

MODIFIKASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI: STUDI PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP KINERJA MEMBRAN PKMP-2-12-1 MODIFIKASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI: STUDI PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP KINERJA MEMBRAN Ali Muhammad Yusuf Shofa, Lutviatus Soliha, Ratna Tri Fauzia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

Pengaruh Rasio Aditif Polietilen Glikol Terhadap Selulosa Asetat pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat Secara Inversi Fasa

Pengaruh Rasio Aditif Polietilen Glikol Terhadap Selulosa Asetat pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat Secara Inversi Fasa Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9, No. 1, hal. 25-29, 2012 ISSN 1412-5064 Pengaruh Rasio Aditif Polietilen Glikol Terhadap Selulosa Asetat pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat Secara Inversi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Pengertian membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN CETAK (PVDF/NMP/PEG) DAN NON PELARUT (H 2 O/CH 3 OH) TERHADAP KINERJA MEMBRAN PVDF DALAM PEMISAHAN PEWARNA INDIGO

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN CETAK (PVDF/NMP/PEG) DAN NON PELARUT (H 2 O/CH 3 OH) TERHADAP KINERJA MEMBRAN PVDF DALAM PEMISAHAN PEWARNA INDIGO PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN CETAK (PVDF/NMP/PEG) DAN NON PELARUT (H 2 O/CH 3 OH) TERHADAP KINERJA MEMBRAN PVDF DALAM PEMISAHAN PEWARNA INDIGO THE EFFECT OF CASTING SOLUTION COMPOSITION (PVDF/NMP/PEG) AND

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI 52 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI Preparation and Characterization of Ceramic Membrane with Variations of Rice Flour as

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010

Lebih terperinci