BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah fanatisme cenderung dipandang oleh masyarakat Indonesia sebagai suatu
|
|
- Dewi Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah fanatisme cenderung dipandang oleh masyarakat Indonesia sebagai suatu bentuk sikap negatif karena sering menjadi penyebab perpecahan antarkelompok. Tidak hanya dipandang sebagai penyebab perpecahan kelompok, fanatisme sering kali juga dikaitkan dengan tindakan agresif. Hal ini terlihat dari hasil-hasil penelitian para peneliti di Indonesia yang banyak mengkaji fanatisme dan mengkaitkannya dengan perilaku agresif (Kusumaningtyas, 2011 & Syarif, 2010). Selain mengaitkan fanatisme dengan perilaku agresif, beberapa bahasan mengenai fanatisme antara lain mengenai fenomena fanatisme pendukung tim sepak bola (Silwan, 2012 & Pritasari, 2010), fenomena para penggemar yang fanatik terhadap sosok idola (Pertiwi, 2013) dan juga fanatisme kelompok keagamaan (Raharjo, 2008). Pandangan negatif terhadap fanatisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun, terjadi juga di berbagai belahan dunia seperti Eropa dan Amerika. Pembahasan mengenai fanatisme oleh peneliti Barat dan Indonesia tidak jauh berbeda, fanatisme yang dikaji antara lain fanatisme di bidang olahraga (Seidman, 2014; Brown, 2002), fanatisme konsumen (Chung, 2005, Chung, 2008; Pimentel & Reynolds, 2004) dan fanatisme agama (Gila & Firman, 2004; Cavanaugh, 2007; Watt, 2010; Harrington, 2013; Chukwuemeka & Jude, 2014; Alschuler, 2014; Omomia, 2015). Hal yang menarik di dalam kajian mengenai fanatisme yaitu banyaknya peneliti yang mengaitkan fanatisme terhadap agama. Jika dipandang melalui kacamata masyarakat Indonesia, hal ini tidak mengherankan karena masyarakat sering menganggap fanatisme sebagai sikap yang memicu konflik antaragama di Indonesia. Konflik antaragama di 1
2 2 Indonesia yang sering terjadi yaitu konflik antarkelompok keagamaan dengan agama yang berbeda yaitu Islam dan Kristen. Misalnya, konflik Talikora yang terjadi pada 19 Juli 2015 antara kelompok penganut agama Islam dan Kristen yang juga merupakan dua agama dengan penganut terbanyak di Indonesia. Berbeda dengan fanatisme di Indonesia yang dinilai menyebabkan konflik antar kelompok keagamaan, di negara-negara Eropa dan Amerika fanatisme agama banyak dikaitkan oleh fenomena terorisme terutama sejak peristiwa pengeboman di World Trade Center (WTC) yang juga dikenal sebagai peristiwa 9/11. Akibat kejadian tersebut banyak kelompok memandang agama merupakan suatu hal yang tidak lagi memberikan keharmonisan, justru sebuah ancaman bagi penganut agama lain. Berbagai penelitian di kalangan akademisi pun banyak memunculkan bahasan mengenai fanatisme pada kelompok agama yang dikaitkan dengan terorisme (Iannaccone & Berman, 2004; Cavanaugh, 2007; Watt, 2010; Maarimaa, 2011; Shuriye, 2011; Harrington, 2013; Alschuler, 2012; Usche, 2012; Bloom, 2014; Omomia, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa pembahasan mengenai fanatisme dianggap penting untuk dikaji lebih jauh sebagai bagian dari cara untuk menjelaskan fenomena fanatisme yang sering dikaitkan dengan isu-isu terorisme yang akhir-akhir ini sering terjadi. Permasalahan mengenai fanatisme agama di Indonesia tidak hanya terjadi antar kelompok dengan agama yang berbeda. Namun, juga terjadi pada kelompok-kelompok dengan agama yang sama, misalnya konflik antara organisasi keagamaan Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama (selanjutnya ditulis NU). Penyebab utama konflik dua kelompok organisasi keagamaan tersebut dinilai karena adanya perbedaan hal-hal yang bersifat khilafiyah. Hal yang bersifat khilafiyah yaitu perbedaan paham yang berkaitan dengan masalah bid ah. Bid ah diartikan sebagai sesuatu hal atau kegiatan yang menurut hukum Islam tidak berasal dari aturan-aturan ibadah yang telah ditetapkan dan merupakan
3 3 aktivitas peribadatan tanpa dasar hukum agama Islam yang jelas atau kuat dasar ketentuannya (Muhammad, 2009; Raharjo, 2007). Perbedaan pandangan lain antara Muhammadiyah dan NU yang menojol, yaitu perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Syawal (bulan pada kalender Islam), perbedaan tersebut diseabkan oleh penggunaan metode penentuan yang berbeda. Metode yang digunakan oleh NU yaitu melalui pendekatan rukyat, sementara Muhammadiyah menggunakan pendekatan hisab dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal (Azhari, 2013). Perbedaan secara teknis inilah yang membuat Hari Lebaran kelompok NU dan Muhammadiyah berbeda, sehingga hal ini berdampak pada perbedaan pelaksanaan lebaran masyarakat Indonesia karena dua kelompok tersebut merupakan dua kelompok keagamaan dengan pengikut terbanyak di Indonesia saat ini. Konflik antara dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan pandangan Muhammadiyah dan NU menimbulkan ketegangan antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan salat Id dan Idul Fitri yang dilakukan tidak pada hari yang sama (Hamka, dalam Azhari 2013). Pemerintah yang dalam menentukan Idul Fitri sama dengan hari yang ditentukan oleh Muhammadiyah, dianggap oleh pihak NU sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap Muhammadiyah dan tidak melibatkan NU dalam pengambilan keputusan. Keadaan ini sangat tampak pada saat menteri agama yang memimpin saat itu adalah K.H. Irgan Zidny selama dua periode (Azhari, 2013). Konflik antara Muhammadiyah dan NU yang menjadi masalah nasional dipandang oleh mantan menteri agama yaitu Alamsjah Ratoe Perwiranegara sebagai bentuk fanatisme buta yang dapat membahayakan kerukunan umat, karena menganggap pemahaman dirinya (kelompok) yang benar, dan kelompok lain salah berarti menganggap aliran lain sesat (Abdillah, 2016).
4 4 Padahal jika dikaji lebih mendalam mengenai sejarah Muhammadiyah dan NU, dua organisasi ini pada mulanya merupakan satu kesatuan organisasi di bawah organisasi Sarikat Islam (selanjutnya ditulis SI). Muhammadiyah dan NU pula lah yang kemudian membentuk dua organisasi militer untuk memerangi kolonialisme pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu Hizbullah dan Sabilillah. Hal ini menunjukkan bahwa pada mulanya baik Muhammadiyah maupun NU dalam proses pencapaian tujuan saling bekerja sama dan melibatkan diri satu sama lain. Namun, nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang dahulu ada kini tempak berkurang dengan berbagai konflik antardua kelompok yang kerap terjadi. Konflik antar dua kelompok keagamaan juga terjadi di Desa Suka Makmur, Banjarnegara, Jawa Tengah, namun di daerah ini konflik tersebut terjadi antara Muhammadiyah dan Sarikat Islam (selanjutnya ditulis SI). Organisasi SI di dalam sejarah nasional Indonesia merupakan organisasi agama islam tertua, organisasi ini telah berdiri sebelum Muhammadiyah dan NU terbentuk, yaitu pada awal abad ke-20, tepatnya pada tanggal 16 Oktober 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) (Miftahuddin, Widiyanta, & Dwikurniarini, 2012). Organisasi SI banyak menyumbangkan peran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Hal ini tampak dari banyaknya tokoh sukses yang lahir setelah menempuh pendidikan di bawah naungan SI. Misalnya, Sunarto yang pernah menjadi ketua Pramuka se-jawa Tengah. Selain itu, Ir. Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia pun pernah mendapat pendidikan di SI. Selain tokoh nasional, beberapa ulama dan tokoh NU seperti KH. Arwani Amin yang merupakan ulama besar keturunan Diponegoro serta pewaris pesantren Arwaniyah, Kudus dan KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah pun banyak mendapat pendidikan di SI (Mansur, 2013). Hal ini menunjukan bahwa di dalam sejarah perkembangan organisasi Islam, SI memiliki peran yang besar dalam kelahiran Muhammadiyah maupun NU.
5 5 SI sebagai organisasi keagamaan Islam tertua di Indonesia yang telah mengalami pasang surut dalam sejarah perkembangan keorganisasian. Walaupun SI pernah mencetak sejarah sebagai organisasi terbesar di Indonesia. Namun, saat ini tidak banyak lagi wilayah di Indonesia yang tercatat sebagai wilayah dengan organisasi SI yang masih aktif. Berbeda halnya di daerah Banjarnegara, Jawa Tengah, organisasi SI masih cukup banyak memiliki kekuatan dan pengaruh dari segi politik. Bahkan berdasarkan data ditahun 2012 SI tercatat memiliki 152 institusi pendidikan yang terdiri dari 78 TK / RA, 56 SD / MI, 11 SMP / MTs, 4 SMU / MA dan 3 SMK. Jumlah ini merupakan jumlah institusi SI dengan total terbanyak di wilayah Indonesia dan secara lebih spesifik jumlah ini merupakan jumlah terbanyak jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di wilayah Jawa Tengah (Mansur, 2013). Hal ini memnunjukkan bahwa menurunnya eksistensi SI di daerah-daerah lain di Indonesia, tidak terjadi di daerah Banjarnegara. SI berdasarkan sejarah perkembangan di Desa Suka Makmur telah lama berkembang di desa tersebut dibandingkan Muhammadiyah, sehingga organisasi SI lebih dahulu berkembang dan dikenal masyarakat. Hampir seratus persen dari total masyarakat di desa tersebut merupakan anggota organisasi SI yang berdiri sekitar tahun 1930 tersebut (SP1.KL.39-42). Kemudian di akhir tahun 40-an masuk lah organisasi Muhammadiyah, munculnya organisasi Muhammadiyah membuat perpecahan di dalam tubuh SI yaitu pecahnya program-program yang dimiliki SI. Banyak penolakan yang diberikan masyarakat terhadap kehadiran organisasi Muhammadiyah tersebut. Adanya dua organisasi di dalam satu desa memberikan perubahan pada beberapa bidang, seperti aktivitas keagamaan dan juga pada bidang pendidikan. Pertentangan dan perselisihan di antara dua kelompok tersebut dianggap muncul akibat sikap fanatik kedua kelompok yang tinggi.
6 6 Berdasarkan hasil wawancara dalam studi awal dengan salah satu anggota Muhammadiyah yaitu Ibu Zaza, ia menilai bahwa permasalahan yang ada di Desa Suka Makmur timbul karena sikap fanatik. Berikut ini kutipan dari Ibu Zaza : kan sangat itu itu sekali..apa namanya fanatik, jadi fanatik sekali, jadi apapun serba menjadi masalah, yang diunggul-unggulkan organisasi, seperti itu. (terjemahan SP1.ZY, 14-16). Pendapat Ibu Zaza didukung oleh pendapat dari mantan Ketua Muhammadiyah Desa Suka Makmur, Bapak Fathan, ia mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi bukan karena perbedaan prinsip yang terdapat pada Muhammadiyah dan SI, namun karena sikap fanatik terhadap kelompok. Adapun kutipan wawancara dari Bapak Fathan : Sebenarnya tidak ada bedanya, beda itu tidak ada, sebenarnya pribadinya. Itu ya itu fanatisme golongan. (SP1.NF,53-54). Perselisihan yang diduga disebabkan sikap fanatik terhadap dua kelompok membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap ini dapat terjadi. Jika dilihat dari total jumlah penduduk yaitu jiwa (Statistik, 2015) dengan luas wilayah 527 ha (Makmur, 1998) membuat Desa Suka Makmur masuk dalam kategori desa kecil dengan kepadatan penduduk sekitar 390 jiwa/km 2. Selain masuk ke dalam kategori desa kecil, sebagian besar masyarakat di Desa Suka Makmur berasal dari satu keturunan (nenek moyang) yang sama (Field Note 1). Hal tersebut membuat masyarakat Desa Suka Makmur yang merupakan anggota Muhammadiyah ataupun SI masih memiliki hubungan persaudaraan. Jika ditinjau lebih jauh, sebagai desa kecil yang tidak padat penduduk, kerukunan masyarakat diharapkan dapat terjalin lebih mudah, ditambah lagi ikatan hubungan keluarga yang mendominasi sebagian besar masyarakat masih terlihat. Konflik yang terjadi antar dua kelompok masyarakat yang mengetahui organisasi Muhammadiyah dan SI terjadi karena perbedaan pendapat, diharapkan mampu teratasi lebih cepat dengan asumsi bahwa
7 7 jumlah penduduk yang lebih sedikit dan ikatan keluarga dapat membuat koordinasi dan musyawarah konflik lebih mudah dilakukan. Namun, hal ini tidak terbukti pada kehidupan bermasyarakat di Desa Suka Makmur. Keadaan yang terjadi di Desa Suka Makmur tidak menggambarkan hasil kajian Mulder (1984) bahwa masyarakat Jawa cenderung menyesuaikan diri dengan harapanharapan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa keamaanan secara psikologis dari perasaan akrab dan menyatu terhadap lingkungan sekitar (Mulder, 1984). Berdasarkan masalah tersebut peneliti mencoba untuk menggali dengan pendekatan studi kasus terhadap fanatisme di Desa Suka Makmur. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh dinamika fanatisme yang terjadi pada individu-individu di dalam salah satu kelompok organisasi tersebut. Bagaimana karakteristik fanatisme yang ada pada individu, bagaimana proses terjadinya fanatisme serta akibat yang ditimbulkan dari sikap fanatik individu tersebut?. Melihat penelitian-penelitian yang mengkaji dinamika fanatisme kelompok yang masih sedikit membuat penelitian ini memiliki urgensi yang cukup tinggi, terlebih lagi jika dikaitkan dengan konflik-konflik kelompok agama yang disebabkan oleh sikap fanatik. Alasan lain mengapa fenomena ini penting dikaji yaitu tidak adanya perbedaan pandangan khilafiyah antara Muhammadiyah dan SI seperti yang menjadi alasan konflik antara Muhammadiyah dan NU. Muhammadiyah dan SI pada dasarnya memiliki pandangan yang sama. Namun, konflik antara SI dan Muhammadiyah di Desa Suka Makmur tetap tidak dapat dihindari. Permasalahan ini yang menimbulkan dugaan peneliti bahwa terdapat fanatisme yang kuat pada pada individu-individu di dalam kelompok keagamaan di Desa Suka Makmur dimana identitas sosial banyak berperan pada pembentukan sikap tersebut. Banyaknya konflik yang muncul antara Muhammadiyah dan SI seringkali direpresentasikan oleh perbedaan pandangan para tokoh baik Muhammadiyah
8 8 maupun SI. Tidak jarang perbedaan pendapat menimbulkan perseteruan yang tidak kunjung terselesaikan, bahkan banyak permasalahan dimasa lalu yang hingga kini belum ditemukan titik solusi. B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan pemahaman pada bagian sebelumnya, di dalam penelitian peneliti mencoba memahami dinamika kecenderungan sikap fanatik yang diduga sebagai penyebab terjadinya konflik panjang antara Muhammadiyah dan SI. Peneliti juga menggali sejarah terbentuknya kedua organisasi guna melihat kaitan identitas kelompok dengan sikap fanatik individu di dalam kelompok tersebut. Sikap fanatik tersebut diperdalam oleh peneliti sebagai penjabaran dari karakteristikkarakteristik yang muncul pada individu yang dianggap memiliki tingkat fanatisme yang tinggi. Hal yang juga menarik yaitu fanatisme tersebut terus menyebabkan konflik di tengah kondisi masyarakat di desa kecil dan memiliki keterikatan keluarga. C. Pertanyaan Penelitian Bagaimana dinamika kecenderungan fanatisme terhadap kelompok pada individu di di dalam kelompok organisasi keagamaan yang dibahas didalam penelitian ini dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja karakteristik fanatisme terhadap kelompok yang muncul pada individu-individu yang ada di dalam organisasi keagamaan tersebut? 2. Bagaimana dinamika kecenderungan sikap fanatik pada individu-individu di dalam organisasi keagamaan yang ada di Desa Suka Makmur?
9 9 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lebih jauh mengenai dinamika fanatisme kelompok pada individu di dalam kelompok keagamaan di Desa Suka Makmur melalui pengalaman-pengalaman individu selama menjadi anggota di salah satu organisasi keagamaan yang ada. Secara lebih terperinci, tujuan penelitian ini adalah : 1. Memperoleh pemahaman mengenai karakteristik-karakteristik fanatisme yang terjadi di dalam diri individu serta dampaknya terhadap proses bermasyarakat. 2. Memahami dinamika kecenderungan sikap fanatik individu di dalam salah satu organisasi keagamaan di Desa Suka Makmur. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memahami fanatisme, khususnya fanatisme terhadap kelompok keagamaan di Desa Suka Makmur. b. Memahami dinamika fanatisme kelompok keagamaan dan kaitannya dengan identitas sosialdi individu di Desa Suka Makmur, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. c. Mengidentifikasi proses perkembangan fanatisme pada individu di dalam organisasi keagamaan. d. Memberikan fokus dinamika fanatisme yang terjadi di Desa Suka Makmur dengan tipikal konteks sosial desa setempat.
10 10 2. Manfaat Praktis Penelitian ini nantinya akan memberikan gambaran mengenai permasalahan fanatisme kelompok keagamaan yang terjadi di Desa Suka Makmur, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan masyarakat maupun perangkat desa dalam menyatukan dua organisasi yang mengalami konflik.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciPEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang
LAMPIRAN 98 Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI Hari/Tanggal Observasi : Tempat : No Aspek yang diamati Keterangan 1 Lokasi 2 Kehidupan sosial masyarakat 3 Interaksi antar warga 4 Keterlibatan warga masyarakat
Lebih terperinciPlenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions
Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. dan observasi yang diperoleh dari responden. Adapun Angket yang penulis
BAB III PENYAJIAN DATA Dalam pembahasan ini penulis menyajikan data hasil angket, wawancara, dan observasi yang diperoleh dari responden. Adapun Angket yang penulis sebarkan sebanyak 95 exksemplar. Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciNOVIYANTI NINGSIH F
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebebasan beragama di Indonesia adalah kebebasan yang berprinsip kekeluargaan. Hal ini bermakna tidak ada perbedaan antara penganut yang mayoritas dengan penganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada akhir abad 19, mulai berkembang sebuah disiplin ilmu baru yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Pada awal perkembangannya ilmu
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai
148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai Masyumi di Jawa Barat periode tahun 1950-1960. Maka penulis dapat menyimpulkan. Pertama,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-
1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh) yang bernama Margakaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Martapura Kabupaten Banjar diidentikan dengan pondok pesantrennya, dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan santri yang ada di dalamnya. Nilai-nilai religius yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran nasionalisme yang pertama kali muncul di Indonesia adalah kesadaran etnis yang kemudian melahirkan keragaman. Keragaman ini selanjutnya dipersatukan
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses
Lebih terperinciBAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO
BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO A. Tantangan Aliran Kerokhanian Sapta Darma di Desa Balongdowo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merupakan salah satu forum yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama dan Menteri
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperincicara damai dan tanpa paksaan maupun kepentingan pribadi.
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab pembahasan, penulis membuat kesimpulan dan saran bagi masyarakat Kecamatan Onanrunggu terkhusus yang beragama Islam. 1.1 Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduk yang besar. Masyarakat Indonesia tinggal di pulau pulau Indonesia, dengan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Novel biografi Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta mengisahkan perjalanan hidup seorang Amien Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mantan Wakil Presiden Boediono juga menganjurkan kepada seluruh peserta didik untuk mau membaca buku biografi seperti biografi para pemimpin yang inspiratif.
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM
BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciBAB III MASJID AL-IJABAH GUNUNG PATI SEMARANG DAN ARAH KIBLATNYA. 1. Sejarah berdirinya Masjid Al-Ijabah Gunung Pati
BAB III MASJID AL-IJABAH GUNUNG PATI SEMARANG DAN ARAH KIBLATNYA A. Masjid Al-Ijabah Gunung Pati 1. Sejarah berdirinya Masjid Al-Ijabah Gunung Pati Masjid Al-Ijabah Gunung Pati terletak di daerah Kauman,
Lebih terperinciUrgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS
Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS www.lembagakeris.net Sebagai Bangsa yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, etnis,
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciPerbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah
Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciBAB III URGENSI PERNIKAHAN DINI DI DESA LABUHAN KECAMATAN SRESEH KABUPATEN SAMPANG. A. Gambaran Umum Wilayah Desa Labuhan Kecamatan Sreseh
BAB III URGENSI PERNIKAHAN DINI DI DESA LABUHAN KECAMATAN SRESEH KABUPATEN SAMPANG A. Gambaran Umum Wilayah Desa Labuhan Kecamatan Sreseh Keadaan umum wilayah disuatu daerah sangat menentukan watak dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciRATIOLEGIS HUKUM RIDDAH
BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan
BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG A. Letak dan Sejarah Desa. Letak Desa Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatea Selatan. Luas areal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciMengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.
Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terkenal kaya akan keanekaragamannya. Keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya berbagai suku, agama, ras, dan kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Maaf, Saya Muslim
Mam MAKALAH ISLAM Maaf, Saya Muslim 29 Desember 2014 Makalah Islam Maaf, Saya Muslim M. Fuad Nasar (Wakil Sekretaris BAZNAS) Bagaimana sikap elegan seorang pejabat beragama Islam dalam kapasitas sebagai
Lebih terperinciIMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)
IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia, karena konflik memang merupakan bagian yang mendasar dari eksistensi manusia itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang. Desa Kampung Panjang adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kampar Utara
Lebih terperincisebelumnya bahwa Haryadi Suyuti dan Zuhrif Hudaya juga memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah. Sebenarnya tim sukses dari Haryadi
sebelumnya bahwa Haryadi Suyuti dan Zuhrif Hudaya juga memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah. Sebenarnya tim sukses dari Haryadi Suyuti maupun Zuhrif Hudaya tetap berusaha untuk memperoleh dukungan dari
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang
1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang bersifat majemuk dan heterogen, yaitu terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar mulai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama internasional memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian nasional,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya
Lebih terperinciRELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR
RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja KEpala Desa dalam Mendukung Program Wajardikdas 9 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia karena lemahnya semangat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang mempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Di dalam karya
Lebih terperinciKONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)
KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisoris Kemampuan keilmuan dan intelektualitasya K.H. Hasyim Asy ari merupakan hasil dari belajar keras selama waktu yang tidak pendek. Hal ini menyebabkan beliau dihargai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN 2 2012 ITK Triwulan 2 2012 Jawa Timur sebesar 108,71 dan Perkiraan ITK Triwulan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 1. Menggali Latar Belakang Keluarga Subjek. perolehan identitas subjek? dengan orang tua kamu? (ayah dan ibu)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 1. Menggali Latar Belakang Keluarga Subjek a. Bagaimana bentuk relasi subjek dengan orang tuanya (ayah, ibu), dan bagaimana relasi tersebut mempengaruhi atau berkontribusi
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dari keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,
PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciUnifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari
Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,
Lebih terperinciPeningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Penulis akan menggunakan dua pihak yang saling berhubungan dalam kehidupan beragama di Indonesia secara umum dan di Bali secara khusus. Dua pihak yang penulis
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil
Lebih terperinciPERANAN SAREKAT ISLAM DAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK DAN PENDIDIKAN PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN PENELITIAN
PERANAN SAREKAT ISLAM DAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK DAN PENDIDIKAN PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN 1911-1942 PENELITIAN Oleh IYUS JAYUSMAN, DRS,. M.PD NIDN. 0429066201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinci