SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT"

Transkripsi

1 SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT Jemaat GPM Waipirit adalah salah satu jemaat di Klasis Kairatu dan merupakan pintu masuk keluar Pulau Seram. Perjalanan dari jemaat Wiapirit menuju pusat Klasis di Kairatu menempuh jarak 3 Km. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat, roda tiga, dan kendaraan roda dua. Secara geografis jemaat Waipirit terletak pada kabupaten Seram Bagian Barat kecamatan Kairatu yang memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan petuanan jemaat Hatusua dan Dusun/ Jemaat Kawatu Sebelah selatan berbatasan dengan laut Seram Sebelah timur berbatasan dengan Desa Waimital dan Dusun Telaga Sebelah barat berbatasan dengan Jemaat Hatusua. Jemaat GPM Waipirit secara historis merupakan jemaat yang terbentuk oleh adanya program transmigrasi lokal penduduk oleh Pemerintah Daerah Maluku. Masyarakatnya berasal dari Desa Paperu, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 1965, sebanyak 40 KK dengan jumlah jiwa 150 orang. Mereka menempati wilayah seluas 97,25 Ha, yang dibebaskan oleh pemerintah daerah provinsi Maluku dari wilayah petuanan Negeri Hatusua. Awal kehadirannya, warga jemaat waipirit belum memiliki gedung Gereja untuk beribadah begitu pula dengan tenaga pendeta untuk melayani. Beberapa kali, warga jemaat memilih beribadah bersama di gedung Gereja Jemaat GPM Hatusua, dan di gedung Gereja Jemaat GPM Kairatu. Sedangkan untuk ibadah selanjutnya mereka tetap melakukan persekutuan ibadah minggu yang pada awalnya berlangsung di barak atau asrama (tempat tinggal mereka). Ibadah yang pertama terjadi tepat pada hari minggu tanggal 10 maret Bpk. J. BERNARD ( salah seorang mantan penatua, yang ikut dalam kelompok translok pada saat itu) dipercayakan untuk melayani jemaat ini. Pada tahun kedua, warga mulai membangun sebuah gedung Gereja darurat untuk beribadah. Atas permintaan warga untuk pelayanan pastoralia, pihak Klasis dan Majelis Jemaat Kairatu kemudian menugaskan dua orang penatua dan diaken untuk bisa melayani warga jemaat waipirit untuk sementara sampai di tugaskannya seorang pendeta. Salah seorang pelayan dengan status pendeta detaser kemudian melayani jemaat waipirit yakni Pdt. Soumokil. Beliau di gantikan oleh Pdt. Umnehopa, setelah itu Pdt. Bram Hukubun sampai dengan akhir tahun 1970 jemaat GPM Waipirit mendapat seorang penghentar jemaat tetap yakni penginjil Anthony Radianto. Setelah itu diangkatlah Majelis Jemaat ; penatua dan syamas pertama dari warga jemaat waipirit, yaitu 1). Bpk. Jacop. Soukotta, dan 2). Bpk M Luhukay ; sebagai penatua 1). Bpk Paulus Souhuat dan 2). Bpk Semuel Soukotta, sebagai diaken. Setelah itu periodisasi penghentar jemaat dan majelis jemaat berganti sesuai dengan mekanisme organisasi gereja GPM. Seiring perkembangan dan pertumbuhan jemaat, timbullah inisiatif jemaat untuk memilik sebuah gedung Gereja permanent yang representatif. Untuk mewujudkan cita cita tersebut, maka dibentuklah panitia pembangunan gedung Gereja yang diketuai oleh Bapak B.O Soukotta. Panitia dan semua anggota jemaat dengan semangat bekerja keras, dibawah kepemimpinan penghentar jemaat Nn Nety Pattirajawane Sm,Th dan oleh pertolongan Tuhan Jesus Kristus kepala Gereja, pada tanggal 15 januari 1978, Gereja yang dibangun oleh jemaat tersebut diresmikan dan ditabiskan oleh badan pekerja harian sinode GPM, bersama Pemerintah Daerah Maluku, dan di beri nama MENORAH Yang artinya Tujuh Kaki Dian yang sama artinya dengan Imanuel Tuhan Beserta Kita.

2 Dalam perkembangannya, ternyata kapasitas gedung Gereja sudah tidak mampu menampung umat untuk beribadah. Bertepatan dengan penyelenggaraan sidang klasis GPM Kairatu ke XXVI Tahun 1995, dimana jemaat Waipirit sebagai Tuan Rumah penyelenggara, maka dilakukanlah rehabilitasi perluasan gedung Gereja, mengalami penambahan panjang 6 m dan balkon. Kondisinya sebagaimana sekarang ini. Untuk memaksimalkan pelayanan dan merupakan bagian dari penataan suatu organisasi dalam hal ini Gereja, maka pada Tahun 1986 Jemaat GPM Waipirit di mekar menjadi tiga unit pelayanan yaitu unit satu, unit dua dan unit tiga oleh Pdt. H. Koipuy dan pada tahun 1987 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka ketiga unit ini diberi nama yaitu Unit Syalom, Unit Pniel dan Unit Ebenhaizer. Oada sidang jemaat ke XX tahun 2010, salah satu hasil keputusan sidang yaitu pemekaran unit dan pembentukan sektor menjadi dua sektor dan 6 Unit pelayanan yaitu sektor Galilea yang terdiri dari unit satu,unit dua dan unit tiga, sedangkan sektor Efrata yang terdiri dari unit empat, unit lima dan unit enam. dan ketika persidangan ke XXII Jemaat GPM Waipirit tahun 2012 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka unit- unit diberi nama yaitu pada Sektor Galilea terdiri dari unit Syalom, unit Eden, dan unit Elim sedangkan Sektor Efrata yang terdiri dari unit Damsik, Unit Petra, dan Unit Imanuel. Berdasarkan peraturan Gereja maka pembentukan unit-unit pelayanan sesuai jumlah kepala keluarga yaitu satu unit terdiri dari KK. Sejak dibentuknya unit-unit bahkan sektor pelayanan maka proses pelayanan sangat terarah sehingga tiap-tiap unit bahkan sektor dapat mengatur pelayanannya secara maksimal sesuai tupoksi. adanya kesadaran umat untuk terus bersaksi dan melayani. Untuk lebih memaksimalkan pelayanan maka dibentuklah persekutuan kaum bapa dan kaum ibu yang kemudian di ganti dengan nama wadah pelayanan laki-laki dan perempuan, seiring dinamika pelayanan Gereja. persekutuan kaum bapa di bentuk pada tanggal 4 mei 1997 oleh Pdt Uni Resimanuk Sm,Th sedangkan Persekutuan kaum ibu ini dibentuk pada tahun 1968 oleh Pdt Umnehopa Sm,Th. awalnya hanya pada tingkat jemaat namun seiring perkembangan Gereja maka pada tahun 2010 telah di bagi menjadi dua sesuai sektor pelayanan dan disambut dengan sukcita oleh umat di jemaat Waipirit dan sampai saat ini umat terus berproses. perkembangan wadah ini dari terbentuk hingga saat ini sangat baik adanya kemitraan yang terus dibangun antara laki-laki dan perempuan. Setelah adanya persekutuan untuk orang dewasa lakilaki dan perempuan maka adanya ruang yang dibuka khusus untuk anak-anak supaya mereka dapat memahami kehendak Allah di dalam Alkitab. Seiring berjalannya waktu maka Terbentuklah SMTPI pada tahun 1967 dan dipimpin oleh seorang pengasuh yaitu bapak Paulus Souhuwat dan kemudian bertambahnya seorang pengasuh. Pada tahun 1978 terjadi penambahan pengasuh dari waktu ke waktu. Pada tanggal 28 April 1996 SMTPI di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak dan kelompok Remaja,dan pada tahun 2005 SMTPI di bagi ke sub jenjang. Hingga saat ini jumlah pengasuh di jemaat GPM Waipirit 24 orang. Sejak terbentuk hingga saat ini proses SMTPI terus berlanjut dan sesuai perkembangan zaman juga letaknya dekat pusat klasis maka proses Sekolah minggu tunas pekabaran injil dilengkapi dengan media baik buku maupun alat peraga, bahkan telah menggunakan teknologi VCD player untuk menampilkan gambar atau Film yang berhubungan dengan cerita Alkitab bagi anak-anak. Pada tanggal 10 Agustus 1986 dibentuklah organisasi AMGPM oleh Pdt Hermanus Koipuy dan Diberi nama Toma. Pemberian nama dengan alasan pemuda-pemudi Gereja harus siap menghadapi tantangan Toma maju pantang mundur. Sejak di bentuk hingga saat ini kepemimpinanpun berganti sesuai masa periodesasi,awalnya dipimpin oleh Bpk. M. Pormes, Sdr.P. Soukotta, Sdr.B. Souhuwat, Sdr.J. Sokotta, Sdr.H. Lekatompessy, Sdr.A. Maelisa, Sdr.Y.Luhukay (alm), Sdr. W. Luhukay/S, Sdr. Y. Lawalata. Sejak terbentuk hingga saat ini perkembangan AMGPM Ranting Toma tergolog aktif dalam menopang kegiatan dan program baik oleh Gereja maupun Pemerintah Desa.

3 Dalam rangka menunjang seluruh eksistensi dan aktifitas pelaksanaan program dan pelayanan Gereja yang selalu berkembang sesuai kebutuhan anggota jemaat dan institusi, maka dengan sendirinya Gereja dituntut untuk dapat mandiri secara teologi, ekonomi, maupun sosial budaya. Gereja dikatakan mandiri apabila umat mengalami pembaharuan dalam hidup dan berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi dari Gereja tersebut. Langkah-langkah yang diambil adalah adanya ibadah-ibadah yang dilakukan didalam jemaat, kekunjungan pastoralia, memberikan pemahaman terhadap umat tentang persepuluhan. Pembinaan terhadap keluarga Kristen melalui binakel dan sampai saat ini proses pelayanan ini terus berlangsung secara maksimal karena Pihak Gereja lebih berusaha sungguh-sungguh. Kemandirian teologi dari sisi ketersediaan kompetensi anggota jemaat dan pelayan yang memiliki latar belakang theologi sangat sedikit. Namun, pemahaman dan pengetahuan teologi yang dimiliki oleh anggota jemaat khususnya sesuai ajaran Alkitabiah dan dogma Kristen, menunjukan kemajuan yang sangat berarti. Hal ini terbukti dari meningkatnya kesadaran, partisispasi dan respons anggota jemaat terhadap berbagai program Gereja. Panggilan bersekutu, melayani dan bersaksi melalui aktifitas peribadahan, juga kesadaran dan kesediaan anggota jemaat dalam menyongsong pelayanan Sakramen Gereja dan pastoralia. Terlebih kerelaan jemaat untuk memberi nazar syukur dan persepuluhan serta donasi jemaat lainnya, yang selalu meningkat dari waktu ke waktu. Kemandirian Jemaat Waipirit dalam hal dana, sudah boleh tercapai dalam kurun waktu 5 periodesasi majelis jemaat terakhir ini. APBJ Waipirit mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Kemandirian dibidang daya belum tercapai karena masih rendahnya sumber daya manusia anggota jemaat, yang sebagian besar masih berusia muda dan menekuni pendidikan pada jenjang SMA dan sebagian di perguruan Tinggi. Majelis jemaat telah mengambil langkah untuk membangun kehidupan jemaat yang mandiri. Adanya pemeliharaan sapi jemaat yang digaduh pada beberapa Keluarga, adanya dana bergulir yang diberikan dari kas jemaat yang kemudian dikelola oleh umat. Kemudian proses pemberdayaan terhadap umat pada masing-masing unit berdasarkan keputusan sidang jemaat yaitu suntikan dana dari kas jemaat untuk pemberdayaan. Seiring perkembangan zaman maka selalu saja ada perubahan namun kehidupan sosial budaya anggota jemaat GPM Waipirit secara umum sangat baik. Walaupun ada beberapa aspek yang secara serius mendapat perhatian Gereja untuk digumuli dan dilakukan Pembinaan pelayanan secara berkelanjutan. Di Jemaat Waipirit masih ada umat yang dapat dikategorikan Ekonomi lemah, untuk menyikapi hal ini maka Gereja dalam berbagai pelayanan dan pembinaan tetap memotivasi jemaat untuk kreatif berusaha dan bekerja. Hal ini terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang tersedia dalam berbagai sektor dan langkah ini direspons secara baik oleh umat, bahkan terlibat dalam sosialisasi tentang pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi khususnya untuk meningkatkan perekonomian umat. Situasi ketertiban dan keamanan dalam wilayah pelayanan jemaat Waipirit sangat kondusif walaupun belum maksimal, baik pengaruh minuman keras maupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah berkurang. Hal ini karena telah timbul kesadaran umat tentang kesehatan dan ketentraman hidup melalui sosialisasi serta pendampingan oleh Majelis Jemaat. Kondisi ini menunjukan bahwa umat di jemaat Waipirit sudah menyadari tentang hidup yang selalu rukun dan damai untuk menghadirkan sukacita bagi dunia. Jemaat dan masyarakat tidak dapat dilepas-pisakan, warga Gereja adalah warga masyarakat dan Gereja hadir di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu maka pentingnya membangun relasi dan komunikasi. Sejauh ini hubungan antara Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa tergolong sangat

4 baik. Hal ini nampak dalam setiap program maupun kegiatan Gerejawi melibatkan Pemerintah Desa begitu juga sebaliknya. Bentuk kerjasama Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa dapat dilihat pada persekutuan Tibaku untuk menata kehidupan bersama dalam Negeri dan Jemaat, dengan rancangan program yang di buat bertolak dari konteks hidup umat yang juga adalah warga masyarakat. Bahkan kordinasi yang dibangun oleh pemerintah Desa dan Majelis Jemaat dalam Rangka Perayaan 50 tahun Ulang Tahun Negeri Waipirit. Hal ini menunjukan dalam dinamika hidup ini adanya rasa saling membutuhkan realita ini yang dibangun dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat di Jemaat Waipirit. Daftar Pelayan Jemaat GPM Waipirit PENDETA YANG PERNAH MELAYANI DI JEMAAT WAIPIRIT No. NAMA KETERANGAN 1 Pendeta Soumokil ( Pdt detaser) 2 Pendeta umnehopa, Sm,Th 1968 (pdt detaser) 3 Pendeta Bram Hukubun Sm,Th 1969 (pdt detaser) 4 Penginjil Anthony Radianto ( ) 5 Pendeta Nn Netty Pattirajawane,Sm.Th (1975-agustus 1978) 6 Pendeta Nn Ety Wattimena,Sm.Th agustus 1984-mei Pendeta Nn Hobertina Salakory,S.Th mei juni Pendeta Hermanus Koipuy, Sm.Th Juni 1985-agustus Pendeta uni resimanuk,sm.th Agustus oktober Pendeta sulyanto P.A Elwarin,S.th Oktober juni Pendeta Ny.M.Pelupessy/L 25 juni sekarang Majelis Jemaat GPM Waipirit Periode Penatu 1. Jacob Soukotta 1. Misael Luhukay Periode Jacob Soukotta 2. Semuel Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Mozes Road Periode Jacob Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Semuel Soukotta 2. Mozes Road Periode Otniel Luhukay 1. Benoni.O.Soukotta 2 Max.R.Joseph 2. Simon Lopulalan

5 Periode Otniel Luhukay 1. Benoni.O.Soukotta 2. Max.R.Joseph 2. Simon Lopulalan Periode Simon Mailissa 1. George Lawalata 2. Mateis Mailissa 2. Simon Luhukay 3. Yuliana Joseph 3. Yosina Talakua Periode George Lawalata 1. Simon Luhukay 2. Semuel Lawalata 2. Yosina Talakua 3. Frangky Maelissa 3. Alfer Bernard Periode Niko. Talakua 2. Alex.Luhukay 3. Frangky Maelissa 1. Roberth.J.Hiskya 2. Yuliana Luhukay 3. Jhon Tahya Periode Elisa Maipauw 1. Adonia Soukotta 2. Jhon Tahya 3. Benoni Soukotta 4. Any Amanupunyo 5. Nelci Latuperissa/S 2. Costavina Luhukay/L 3. Grita.A.Luhukay/P 4. Yuliana Luhukay/S 5. Jefry Badar Periode Benoni Soukotta 1. Costavina Luhukay/L 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 2. Mienctje Soukotta/P 3. George Soulissa 4. Roberth. J.Hiskya 4. Christina Talakua/K 5. Elisa Maipauw 5. Adonia Soukotta/L 6. Johan Mayaut 6. Hendrik Pattipawaej

6 Periode Hengki.Pattiasina 1. George Solissa 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 2. Hendrik Patipawaej 3. Mienctje.Soukotta/P 4. Roberth.J. Hiskya 4. Selina.Palapessy/N 5. Matheos Pelaury 6. Simon Luhukay 5. Jefry.Badar 6. Hani.D. Soukotta/T

Sejarah Jemaat GPM Kawatu

Sejarah Jemaat GPM Kawatu Sejarah Jemaat GPM Kawatu Jemaat Kawatu merupakan salah satu jemaat di klasis Kairatu yang secara administratif Dusun Kawatu merupakan anak Dusun dari Desa Rumberu. Untuk menempuh perjalanan ke pusat klasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN Jemaat GPM Imanuel adalah salah satu Jemaat yang berada di Klasis Kota Ambon, dengan memiliki status kemajemukan dalam berbagai hal oleh karena itu perkembangan

Lebih terperinci

Sejarah Jemaat GPM Manusa

Sejarah Jemaat GPM Manusa Sejarah Jemaat GPM Manusa Jemaat Manusa merupakan salah satu jemaat terpencil (daerah pegunungan) yang terisolasi dari keramaian kota. Namun, di balik itu Anugerah Tuhan Yang sangat Luar biasa dengan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

SEJARAH JEMAAT GPM SERIHOLO

SEJARAH JEMAAT GPM SERIHOLO SEJARAH JEMAAT GPM SERIHOLO Jemaat GPM Seriholo merupakan bagian integral dari Gereja Protestan Maluku dalam lingkup Klasis Kairatu. Dalam pertumbuhannya Jemaat GPM Seriholo merupakan bagian dari Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan Sejarah awal berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan atau GKJW adalah berasal dari proses pekabaran Injil yang dilakukan oleh Coenrad Laurens

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penulisan pada bab IV ini akan membahas tentang hasil dari penelitian dan pembahasan selanjutnya dalam bab ini, akan mencoba menganalisis tentang persepsi jemaat

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis. BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI JEMAAT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA

KATA PENGANTAR. [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA 2016-2020 KATA PENGANTAR Dengan pertolongan Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang telah memberi kekuatan dan kemampuan kepada Tim

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI RESORT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Bab ini merupakan pembahasan mengenai analisa suatu studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana di GPIB Kasih Karunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo Sekitar tahun 1963 setelah keluarga dalam jemaat menjadi ± 10 keluarga, maka dipilihlah anggota Majelis jemaat, lalu dimintakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1931, Sinode GKJ resmi menjadi organisasi gereja yang mandiri dari bayang-bayang kewenangan zending. Pada masa ini terlihat bahwa corak yang ada dalam praktik-praktik

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Upaya Majelis Sinode GMIT untuk merumuskan pedomanan penilaian kinerja bagi pendeta GMIT, adalah bagian dari tanggungjawab Majelis Sinode, untuk menata GMIT dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara LAMPIRAN 1 Padoman Wawancara Sampel. Anggota tetap dan anggota simpatisan Anggota yang beralih Pertanyaan Mengapa sampai anda beralih? Menurut seoang guru, mengatakan bahwa mengapa saya beralih? Bagi saya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang menunjukan bahwa Sinode GPM terdapat 32 klasis dengan jumlah keseluruhan jemaat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja.

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU BAB I AMANAT PELAYANAN Pasal 1 1. Melaksanakan misi Allah di dunia yaitu panggilan untuk memberitakan keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO. Pdt. Beni Kawoco. Pada saat itu mereka menempati sebuah rumah yang

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO. Pdt. Beni Kawoco. Pada saat itu mereka menempati sebuah rumah yang BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO A. Sejarah Dimulai pada awal bulan Mei tahun 1992 sekelompok kecil jemaat yang berasal dari Pos PI Gereja Pante Kosta Pusat Surabaya dibawah kepemimpinan Pdt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB III BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL

BAB III BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL BAB III BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL Bab ini secara mendasar mengetengahkan hasil penelitian di lapangan dan akan mengemukakan

Lebih terperinci

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP 2010-2015 Pendahuluan Kebaktian Anak Kebaktian Remaja (KAKR) adalah salah satu wadah beribadah dan pengembangan iman para anak dan remaja GBKP, yang juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

GPIB Jemaat KASIH KARUNIA

GPIB Jemaat KASIH KARUNIA NO GPIB Jemaat KASIH KARUNIA Jl. Karya Agung No. 87 Parung Serab Ciledug, Tangerang 15153 Banten 021-7302108, Fax 021-7311862 email kantorkasihkarunia@yahoo.co.id www.gpibkaskar.blokspot.com GEREJA PROTESTAN

Lebih terperinci

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja? LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah

Lebih terperinci

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 : Bung pernah mendengar kata penatalayanan? Bung David :

Lebih terperinci

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan:

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan: III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan Kota Pasuruan (RKPD Kota Pasuruan tahun 2015) termasuk salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota pasuruan

Lebih terperinci

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar Bab

Lebih terperinci

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU II PRAPASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah GKJ Salatiga, jika dibandingkan dengan GKJ yang lain khususnya di Salatiga, tergolong sebagai gereja yang besar. Dari segi wilayah pelayanan GKJ Salatiga terbagi

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai BAB V P E N U T U P 5.1. Kesimpulan Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai tercermin dalam kehidupan bersama dalam mengangkat tugas dan tanggung jawab pelayanan secara bersama.

Lebih terperinci

Sejarah Jemaat GPM Kairatu

Sejarah Jemaat GPM Kairatu Sejarah Jemaat GPM Kairatu Jemaat GPM Kairatu merupakan jemaat pinggiran yang terletak pada pusat Klasis dari 32 Jemaat di Klasis Kairatu. Secara geografis Jemaat Kairatu terletak pada Kabupaten Seram

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I

BAB I BAB I PENDAHULUAN 11. LATAR BELAKANG Kepemimpinan yang baik merupakan salah satu syarat bagi pertumbuhan, kestabilan, dan kemajuan kelompok apa pun. Ini berlaku bagi kelompok berskala raksasa, seperti

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP Rumusan Amandemen P2P MAMRE GBKP POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP 2015 2020 BAB I HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN TUGAS PANGGILAN Pasal 1 Nama dan Kedudukan 1. Perbapan (Kaum Bapak) merupakan salah satu Lembaga

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB TEMA : CERDAS DAN KREATIF DI DALAM KRISTUS Minggu, 03 Juli 2016 Persiapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 GKI BLIMBING, www.gkiblimbing.com RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 1 Hasil Survei dalam grafik 1. Usia Responden sebagian besar di atas 51 tahun (46%). Usia Responden 51 th

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci