Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
|
|
- Erlin Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Variasi Morfologi Kerapu Hybrid Cantik (Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion) dengan Populasi Asal Berdasarkan Penciri Morfometrik dan Meristik Daniar Kusumawati dan Suko Ismi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ornamental_research@yahoo.co.id Abstract Daniar Kusumawati dan Suko Ismi Morphological variation of The Beautiful Hybrid Grouper (Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion) with The Original Population Base on Morphometrics and Meristik Identifier. Konferensi Akuakultur Indonesia Hibridization impact on increasing diversity of many grouper. Increasing diversity, increasing morphological variation. This diversity can be expressed by meristic and morphometric. The aim of this observation was to know the variation of morphological between cantik hybrid grouper and the wild type, tiger grouper and camouflage grouper based on morphometric and meristic character. Morphological variation analysis was performed descriptively based on pigment pattern. Quantitative analysis of meristic was performed based on the number of spine fin. And morphometric was performed based on total lenght of whole body and some part of body. The observation showed that pigment pattern of cantik grouper has similarities with camouflage grouper. In meristic, showed that soft spine of dorsal fin can be used as distinguishing character between cantik grouper and the wild type (tiger and camouflage grouper). In morphometric, head proportion of cantik and camouflage grouper was tend to similar with correlation value Furthermore, body proportion of cantik and tiger grouper was tand to similar with correlation value And based on correlation on overall proportion of comparison morphometric character, cantik grouper has similarities to tiger grouper with correlation value Keywords: Cantik; Grouper; Hybrid; Meristic; Morphometric Abstrak Kegiatan hibridisasi berdampak terhadap peningkatan diversitas pada berbagai jenis kerapu. Semakin meningkatnya diversitas kerapu maka variasi morfologinyapun akan semakin meningkat. Variasi morfologi dapat dilihat secara meristik maupun morfometrik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk mengetahui variasi morfologi antara kerapu hibrid cantik dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik berdasarkan penciri morfometrik dan meristik. Analisis variasi morfologi dilakukan secara deskriptif meliputi pola pigmen yang muncul. Analisa kuantitatif meristik berdasarkan jumlah jari-jari sirip dan morfometrik berdasarkan ukuran panjang total dan pada beberapa komponen bagian tubuh yang telah ditentukan. Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi kerapu cantik. Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki kecederungan lebih mirip dengan kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu macan dengan nilai korelasi 0, Dan jika berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi perbandingan karakter morfometrik, performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung memiliki kemiripan dengan kerapu macan sebesar 0, Kata kunci: Cantik; Kerapu; Hybrid; Meristik; Morfometrik Pendahuluan Budidaya kerapu sudah cukup berkembang di masyarakat khususnya di daerah Buleleng, Bali. Seiring dengan berkembanganya budidaya kerapu, trend hibridisasi pada ikan kerapu juga semakin berkembang sebagai salah satu terobosan dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pemeliharaan larva maupun benih kerapu yaitu rentan penyakit dan tumbuh lambat. Hibridisasi dilakukan sebagai langkah dalam meningkatkan variasi genetik dari para tetuanya (Gjedrem, 2005) akibat adanya kegiatan inbreeding dalam kurun waktu lama yang menyebabkan 192
2 terjadinya reduksi variasi genetik (Pillay, 1990) pada masing-masing spesies kerapu. Dengan berkembanganya kegiatan hibridisasi di masyarakat, maka berdampak pula terhadap meningkatnya diversitas jenis kerapu baik dilihat secara genetic maupun fenotip. Dalam identifikasi awal, morfologi merupakan karakter fenotip yang dijadikan informasi awal dalam membedakan suatu spesies. Variasi morfologi dapat ditinjau berdasarkan karakter morfometrik dan meristik. Karakter morfometrik merupakan karakter yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan sebagainya, sedangkan meristik adalah karakter yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi et al., 1992; Afrianto et al., 1996). Secara umum variasi karakter morfometrik dan meristik merupakan studi pendekatan awal yang dapat dijadikan informasi pelengkap dalam identifikasi suatu individu (Cadrin, 2000). Jika ditinjau secara lebih khusus, karakter morfometrik dapat digunakan dalam membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Widianto, 2008; Murta, 2000), membedakan antar spesies ikan (Astarloa et al., 2011; Rahmawati, 2009), serta varietas ikan (Kuhajda et al., 2007). Ikan kerapu cantik yang merupakan ikan hybrid hasil persilangan antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik, memiliki peforma morfologi yang berbeda dengan populasi asalnya (wild type). Identifikasi variasi morfologi berdasarkan karakter morfometrik dan meristik pada ikan kerapu hybrid cantik perlu dilakukan untuk melihat dan mendeskripsikan pola keragaman morfologis antara populasi asal serta hubungan kekerabatan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Tujuan dilakukannya penetian ini adalah untuk mengetahui variasi morfologi berdasarkan penciri morfometrik dan meristik antara kerapu cantik dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi awal untuk mendeskripsikan keragaman morfologis yang dapat dijadikan penciri serta hubungan kekerabatan antara kerapu cantik dengan populasi asalnya. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Ikan sampel yang diteliti merupakan hasil perbenihan dengan umur yang sama yaitu 5 bulan. Ikan diambil secara acak sebanyak 25 ekor, kemudian dilakukan pengamatan karakter fenotipik yang meliputi pola pigmen (warna tubuh), morfometrik dan meristik. Penentuan karakter morfometrik dan meristik berdasarkan morfologi ikan yang diamati. Pada ikan kerapu ditentukan 19 karakter morfometrik (Tabel 1 dan Gambar 1) dan 5 karakter meristik yang meliputi penghitungan jumlah jari-jari keras maupun jari- jari lemah pada tiap-tiap sirip yang dimiliki oleh ikan kerapu. Tabel 1. Karakter morfometrik yang diamati. No. Karakter Morfometrik Keterangan 1 Panjang total (TL) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling ujung 2 Panjang standar (SL) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal sirip cudal 3 Tinggi badan (TB) Jarak tertinggi antara dorsal dan ventral 4 Lebar badan (LB) Jarak lurus terbesar antara kedua sisi abdomen 5 Panjang kepala (PK) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum) 6 Tinggi kepala (TK) Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 7 Lebar kepala (LK) Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala 8 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata 9 Jarak interorbital (JO) Jarak lurus antara kedua mata 193
3 10 Pajang predorsal (P.Pd) Panjang prepectoral (P.Pp) Panjang rahang atas (P.Ra) Panjang rahang bawah (P.Rb) Panjang batang ekor (P.Be) Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terdepan dari sirip dorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan pangkal sirip pectoral Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah Jarak antara pangkal belakang sirip dorsal dengan pangkal sirip ekor Gambar 1. Skema karakter morfometrik yang diukur. Panjang total (a); panjang standar (b); panjang kepala (c); tinggi kepala (d); tinggi badan (e); diameter mata (f); panjang predorsal (g); panjang prepectoral (h); panjang batang ekor (i). Dari data karakter morfometrik yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan melakukan perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan (Tabel 2). Perbandingan antara karakter morfometrik digunakan sebagai standarisasi dalam identifikasi karakter fenotip yang memiliki ukuran (Affandi et al., 1992). Hal ini dikarenakan ukuran tiap ikan pada umur yang sama bersifat relative tidak stabil karena dipengaruhi oleh lingkungan habitat tempat tinggal. Tabel 2. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus), batik (E. polyphekadion) dan cantik (E. fuscoguttatus X E. polyphekadion). No Karakter Morfometrik 1 SL : TL 2 PK : TL 3 TB : TL 4 LB : TL 5 P.Pd : TL 6 P.Pp : TL 7 P.Be : TL 8 JO : LB 9 TK : PK 10 LK : PK 11 P.Pd : PK 12 P.Pp : PK 13 DM : PK 14 P.Ra : PK 15 P.Rb : PK 16 TK : TB 17 P.P.p : P.Pd 18 P.Rb : P.Ra 194
4 Hasil dan Pembahasan Pola pigmen Pola pigmen pada ikan merupakan salah satu karakter fenotip penciri yang paling mudah untuk membedakan antar spesies. Pada ikan kerapu cantik yang merupakan hasil kawin silang antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik, pola pigmen mengalami perubahan (Gambar 2). Hasil perbandingan pola pigmen antara kerapu cantik dan populasi asal yaitu kerapu macan dan kerapu batik, menunjukkan bahwa pola pigmen pada kerapu cantik cenderung berbintik rapat dengan terdapat bercak berwarna hitam pada bagian dorsal (Gambar 2 C ). Pada populasi asalnya yaitu kerapu batik memiliki pola pigmen yang berbintik memanjang (oval) namun tidak rapat (Gambar 2 B ). Sementara itu pada kerapu macan, pola pigmen bergaris membentuk motif octagonal dengan terdapat bercak dengan motif abstrak memanjang dari dorsal hingga ventral (Gambar 2 A ). Jika dilihat secara keseluruhan, ikan kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan pola pigmen dengan kerapu batik namun dengan bentuk berbintik yang cenderung lebih bulat dan rapat, selain itu juga memiliki ciri dari kerapu macan yaitu bercak berwarna hitam pada bagian dorsal. Meristik Gambar 2. Pola pigmen pada ikan kerapu macan (A), Batik (B), dan Cantik (C). Secara meristik, pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jari jari pada sirip yang terbagi dalam 2 jenis yaitu jari-jari sirip keras dan jari-jari sirip lemah mengeras. Jari- jari sirip keras secara umum tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), dan tidak dapat dibengkokkan. Biasanya jari keras ini berupa duri cucuk atau patil, dan berupa alat untuk mempertahankan diri. Sedangkan jari-jari lemah mengeras kurang lebih seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku. Bentuknya berbeda-beda tergantung dari jenis ikannya. Jari-jari lemah mengeras ini sebagian keras atau mengeras, pada satu samping bergigi-gigi, bercabang atau satu sama lain saling berdekatan atau menempel (Rahardjo, 1985). Berdasarkan hasil pengamatan pada karakter meristik, ikan kerapu cantik memiliki ciri spesifik yang dapat membedakan antara populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik yaitu pada jari-jari lemah sirip dorsal memiliki jari-jari sirip lemah jauh lebih sedikit yaitu berkisar antara jika dibandingkan dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik yang memiliki jari-jari lemah sirip dorsal berkisar antara (Tabel 3). Tabel 3. Karakter meristik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. Jenis Kerapu No Karakter Meristik 1 Jumlah jari-jari sirip caudal (ekor) C C. 17 C Jumlah jari-jari sirip anal (belakang) A. III, 8 A. III, 8 9 A. III, 8 3 Jumlah jari-jari sirip dorsal (punggung) D. XI, D. XI - XII, 14 D. X - XI, Jumlah jari-jari sirip ventral (perut) V. I, 5 V. I, 5 V. I, 5 5 Jumlah jari-jari sirip pectoral (dada) P P. 15 P
5 Morfometrik Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa karakter morfometrik yang telah ditentukan, antara ikan kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik pada umur yang sama memiliki ukuran yang berbeda-beda secara morfometrik (Tabel 4). Jika dilihat berdasarkan ukuran panjang totalnya (TL), tinggi badan (TB) dan lebar badan (LB), ikan kerapu cantik memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar dan panjang jika dibandingkan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Pada kerapu batik memiliki ukuran panjang total, tinggi dan lebar badan paling kecil diatara kedua kerapu yang lain. Nampaknya, kerapu cantik hasil persilangan antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik mampu memperbaiki performansi pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan dengan populasi asal dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui benih kerapu hybrid cantik mampu memperbaiki kualitas performansi dari tetuanya dengan meningkatkan efisiensi hasil produksi sebesar 28,95% 81,17% dan menurunkan abnormalitas hingga mencapai 86,33% (Ismi et al., 2013). Hibridisasi pada interspesies dimaksudkan untuk tujuan meningkatkan laju pertumbuhan, mentransfer sifat yang diinginkan antara spesies, menggabungkan sifat yang diinginkan dari dua spesies dalam satu kelompok ikan, mengurangi reproduksi yang tidak diinginkan melalui produksi ikan steril atau keturunan mono-seks, memanfaatkan dimorfisme seksual, meningkatkan produksi, meningkatkan toleransi terhadap lingkungan, dan meningkatkan ketahanan tubuh pada kondisi budaya (Bartley et al., 2001). Performa ikan hasil hibridisasi diketahui memiliki peforma yang jauh lebih baik dari pada kedua induknya. Tabel 4. Karakter Morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. No Karakter Morfometrik MACAN BATIK CANTIK 1 Panjang total (TL) 12,15 + 0,27 10,15 + 0,31 13,25 + 0,78 2 Panjang standar (SL) 10,15 + 0,21 8,50 + 2,12 10,90 + 0,57 3 Tinggi badan (TB) 3,55 + 0,35 2,60 + 0,42 3,65 + 0,49 4 Lebar badan (LB) 1,57 + 0,01 1,06 + 0,12 1,71 + 0,00 5 Panjang kepala (PK) 3,91 + 0,09 2,69 + 0,19 3,93 + 0,37 6 Tinggi kepala (TK) 3,23 + 0,06 2,16 + 0,37 3,22 + 0,37 7 Lebar kepala (LK) 1,86 + 0,13 1,20 + 0,14 1,91 + 0,01 8 Diameter mata (DM) 0,76 + 0,00 0,53 + 0,01 0,77 + 0,04 9 Jarak orbital (JO) 1,21 + 0,08 0,85 + 0,06 1,28 + 0,09 10 Panjang predorsal (P.Pd) 3,34 + 0,18 2,21 + 0,14 3,41 + 0,32 11 Panjang prepectoral (P.Pp) 3,80 + 0,23 2,77 + 0,16 4,03 + 0,31 12 Panjang rahang atas (P.Ra) 1,78 + 0,13 1,32 + 0,07 1,72 + 0,11 13 Panjang rahang bawah (P.Rb) 2,22 + 0,01 1,54 + 0,02 2,34 + 0,10 14 Panjang batang ekor (P.Be) 1,43 + 0,08 0,95 + 0,09 1,39 + 0,12 11 Panjang sirip punggung 5,10 + 0,14 4,10 + 0,14 5,70 + 0,14 12 Panjang sirip ekor 1,95 + 0,07 1,40 + 0,14 2,60 + 0,14 13 Lebar sirip ekor 2,90 + 0,14 2,35 + 0,21 3,25 + 0,07 14 Panjang sirip perut 1,51 + 0,01 1,45 + 0,07 1,65 + 0,07 15 Panjang sirip belakang 2,05 + 0,07 1,45 + 0,07 2,30 + 0,14 16 Panjang sirip dada 2,25 + 0,07 1,25 + 0,07 2,05 + 0,07 Tabel 5. Perbadingan antara karakter morfometrik pada ikan kerapu macan, batik dan cantik. No Karakter Morfometrik 1 SL : TL 0,84 0,84 0,82 2 PK : TL 0,32 0,27 0,30 3 TB : TL 0,29 0,26 0,28 4 LB : TL 0,13 0,11 0,13 196
6 5 TK : TL 0,27 0,21 0,24 6 P.Pd : TL 0,28 0,22 0,26 7 P.Pp : TL 0,31 0,28 0,30 8 P.Be : TL 0,12 0,09 0,10 9 JO : LB 0,77 0,80 0,75 10 TK : PK 0,83 0,80 0,82 11 LK : PK 0,48 0,45 0,49 12 P.Pd : PK 0,86 0,82 0,87 13 P.Pp : PK 0,97 1,03 1,03 14 DM : PK 0,19 0,20 0,20 15 P.Ra : PK 0,46 0,49 0,44 16 P.Rb : PK 0,57 0,57 0,60 17 TK : TB 0,91 0,83 0,88 18 P.P.p : P.Pd 1,14 1,25 1,18 19 P.Rb : P.Ra 1,25 1,16 1,36 Berdasarkan 16 karakter morfometrik yang telah ditentukan, terdapat 19 perbadingan antara masing-masing karakter morfometrik (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisa data morfometrik, terdapat variasi proporsi hasil perbadingan karakter morfometrik antara kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik (Tabel 5). Berdasarkan proporsi bentuk tubuh melalui hasil korelasi antara komponen perbandingan karakter morfometrik SL:TL, TB:TL, LB:TL, P.Be:TL (Tabel 6), kerapu cantik dan kerapu macan memiliki nilai korelasi yang paling tinggi yaitu 0,99979 dibandingkan korelasi antara kerapu cantik dan kerapu macan serta kerapu macan dan kerapu batik yang masing-masing memiliki nilai korelasi sebesar 0,99978 dan 0, Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk tubuh kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan dengan kerapu macan dari pada dengan kerapu batik. Tabel 6. Matrik korelasi proporsi bentuk tubuh berdasarkan perbandingan karakter morfometrik SL:TL, TB:TL, LB:TL, P.Be:TL pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0, Cantik 0, , Berdasarkan proporsi bentuk kepala melalui analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik komponen kepala, PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan P.Pp:PK diperoleh nilai korelasi bentuk kepala kerapu cantik dengan kerapu batik yang paling tinggi yaitu sebesar 0,99919 sedangkan nilai korelasi antara kerapu cantik dengan kerapu macan sebesar 0,99885 dan kerapu macan dengankerapu batik sebesar 0,99749 (Tabel 7). Berdasarkan nilai korelasi tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa proporsi pada seluruh komponen kepala pada kerapu cantik cenderung memiliki kesamaan proporsi dengan kerapu batik. Tabel 7. Matrik korelasi proporsi bentuk kepala berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik PK:TL, TK:TL, P.Pd:TL, P.Pp:TL, TK:PK, LK:PK, P.Pd:PK dan P.Pp:PK pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0, Cantik 0, , Sementara itu, pada proporsi bentuk rahang melalui analisis korelasi komponen perbandingan karakter morfometrik P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb (Tabel 5), diketahui 197
7 bahwa korelasi kerapu cantik dengan kerapu macan maupun kerapu cantik dengan batik tidak terlalu dekat dengan masing-masing nilai korelasi sebesar 0,99958 dan 0,9987 (Tabel 8). Korelasi antara kerapu macan dan batik diketahui memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0, Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk rahang baik rahang atas maupun bawah pada kerapu cantik telah mengalami modifikasi. Sehingga secara morfologi proporsi bentuk rahang cenderung tidak memiliki kedekatan hubungan dengan populasi asalnya yaitu kerapu macan dan batik. Tabel 8. Matrik korelasi proporsi bentuk rahang berdasarkan perbandingan komponen karakter morfometrik P.Ra : PK, P.Rb : PK dan P.Ra : P.Rb pada kerapu cantik dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik. Macan 1 Batik 0, Cantik 0, , Sementara itu pada perbandingan diameter mata dengan panjang kepala (DM : PK) (Tabel 5), ketiga kerapu memiliki proporsi diameter mata yang hampir sama besar yaitu masing-masing sebsar 0,19; 0,20; 0,20. Dan jika melihat proporsi jarak orbital dengan lebar badan (JO : LB) (Tabel 5), ketiga kerapu juga memiliki kecenderungan proporsi yang sama, namun pada kerapu batik memiliki proporsi jarak orbital yang lebih lebar yaitu sebesar 0,80 dan kerapu cantik memiliki proporsi yang paling sempit yaitu sebesar 0,75. Jika berdasarkan hasil korelasi tiap-tiap bentuk badan, kepala dan rahang, dapat dikatakan bahwa proporsi bentuk badan pada kerapu cantik memiliki kecenderungan kemiripan dengan kerapu macan. Sementara itu pada proporsi bentuk kepala, kerapu cantik cenderung memiliki kecenderungan kemiripan dengan kerapu batik. Pada proporsi bentuk rahang, rahang kerapu cantik telah mengalami modifikasi sehingga korelasi kemiripan dengan populasi asal yaitu kerapu macan dan batik tidak cukup dekat. Pada proporsi bentuk rahang, kerapu macan cenderung memiliki kemiripan dengan kerapu batik. Namun demikian, apabila seluruh proporsi perbandingan karakter morfometrik di antara ketiga kerapu yaitu dikorelasikan, maka diperoleh nilai korelasi yang tinggi pada ikan kerapu macan dan kerapu cantik yaitu sebesar 0,995637, sementara itu nilai korelasi antara kerapu macan dengan batik dan kerapu batik dengan cantik dengan masing masing bernilai sebesar 0, dan 0, (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan daripada dengan kerapu batik. Tabel 9. Matrik korelasi seluruh komponen perbandingan karakter morfometrik antara kerapu cantik, macan dan batik. Macan 1 Batik 0, Cantik 0, , Kesimpulan Berdasarkan pola pigmen, ikan cantik memiliki pola pigmen yang cenderung mirip dengan kerapu batik. Secara meristik, jumlah jari-jari lemah pada sirip dorsal merupakan penciri bagi kerapu cantik. Secara morfometrik, proporsi bentuk kepala pada kerapu cantik memiliki kecederungan lebih mirip dengan kerapu batik dengan nilai korelasi 0,9975 sementara pada proporsi bentuk badan cenderung mirip kerapu macan dengan nilai korelasi 0, Dan jika berdasarkan korelasi antara keseluruhan proporsi perbandingan karakter morfometrik, performansi morfologi ikan kerapu cantik cenderung lebih mirip dengan kerapu macan sebesar 0,
8 Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo dan Sulistiono Ikhtiologi: Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 344pp. Afrianto, E., S.A. Rifai, E. Liviawaty dan H. Hamdhani Kamus Istilah Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148pp. Astarloa, J.M.D., S.I. Bezzis, M.G. Castro, E. Mabragana, D. Hernandes, S.M. Delpiani, D.E. Figueroa, M.B. Cousseau, M.Y.D. Antoni and L. Tringalis Morphological, Morphometric, Meristic and Osteological Evidence for Two Species of Hake (Actinopterygii: Gadiformes: Merluccius) in Argentinean Waters. Journal of Fish Biology, 78: Bartley, D.M., K. Rana and A.J. Immink The Use of Inter-specific Hybrids in Aquaculture and Fsheries. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 10 : Cadrin, S. X Advances in Morphometric Identification of Fshery Stocks. Fish Biology and Fisheries, 10: Gjedrem, T Selection and Breeding Programs in Aquaculture. Springer. Netherland. 364 pp. Ismi, S., Y.N. Asih dan D. Kusumawati Peningkatan produksi dan kualitas benih kerapu Dengan program hibridisasi. Laporan Teknis Kegiatan tahun Belum dipublikasi. Kuhajda, B.R., R.L. Mayden and R.M. Wood Morphologic comparisons of hatchery-reared specimens of Scaphirhynchus albus, Scaphirhynchus platorynchus, and S. albus X S. platorynchus hybrids (Acipenseriformes: Acipenseridae). Journal of Applied Ichtyology, 23 : Murta, A.G Morphological Variation of Horse Mackerel (Trachurus trachurus) in The Iberian and North African Atlantic: Implications for Stock Identification. Journal of Marine Science, 57: Pillay, T.V.R Aquaculture. Principles and Practices. Capture 8. Reproduction and Genetic Selection. Handbook. The University Press. Cambridge Rahardjo, M.F Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut Pertanian Bogor Rahmawati, P.F Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 97pp. Widianto, I.N Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 82pp. 199
IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi
IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011 hingga April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Rawa Bawang Juyeuw, DAS Tulang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten
Lebih terperinciInduk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok
Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR HIBRIDA IKAN LELE SANGKURIANG 2 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1
Lebih terperinciIkan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk
Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau. Sampel ikan diperoleh dari
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG
Menimbang KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG PELEPASAN IKAN TORSORO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa guna lebih memperkaya
Lebih terperinciAnalisis keragaan pertumbuhan benih kerapu hibrida... (Tatam Sutarmat)
ANALISIS KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH KERAPU HIBRIDA HASIL HIBRIDISASI KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus) DAN KERAPU BATIK (Epinephelus microdon) Tatam
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciStudi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang
Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Morphometric and Meristic Study of Lemeduk Fish (Barbodes schwanenfeldii) in Belumai River
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6488.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciKARAKTER FENOTIPE DAN GENOTIPE IKAN KERAPU HIBRIDA CANTIK (Epinephelus fuscoguttatus x E. polyphekadion)
Jurnal Riset Akuakultur, (), 26, -3 Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra KARAKTER FENOTIPE DAN GENOTIPE IKAN KERAPU HIBRIDA CANTIK (Epinephelus fuscoguttatus x E. polyphekadion)
Lebih terperinciMORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (8)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU Ade Rahmayanti, Roza Elvyra, Yusfiati Mahasiswa Program Studi SI Biologi,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA GESIT SEBAGAI GALUR UNGGUL INDUK JANTAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA
TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Enjah Rahmat Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 15 Maret 2011; Diterima
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT
KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT MULYASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya
Lebih terperinciSTUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG
STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANGGA ALAN SURAWIJAYA C02499069 SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
Lebih terperinciJUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG
IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG Sri Nopita Primawati, Ismail Efendi, Marnita Pendidikan Biologi, FPMIPA, IKIP Mataram Email : then_de@yahoo.com Abstrak: Ikan merupakan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU
KEPUTUSAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya jenis dan varietas serta menambah sumber plasma nutfah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ginogenesis Ginogenesis pada penelitian dilakukan sebanyak delapan kali (Lampiran 3). Pengaplikasian proses ginogenesis ikan nilem pada penelitian belum berhasil dilakukan
Lebih terperinciKAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077 SKRIPSI
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinci-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS
STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II
ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II Ari Burhani, I Wayan Karmana, dan Nofisulastri Pendidikan
Lebih terperinciPERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,, Imron Hamsyah C SKRIPSI
PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,,, < Imron Hamsyah C01499033 SKRIPSI PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN
Lebih terperinciIkan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk
Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan
Lebih terperinciJ. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :
AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Studi Karakter Morfometrik
Lebih terperinciFluktuasi asimetri ikan nila (Oreochromis niloticus) di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Dunia Air, Banyuwangi
Journal of Aquaculture Science April 2017 vol 2 (3) : 72-80 ISSN : 2579-4817 Fluktuasi asimetri ikan nila (Oreochromis niloticus) di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Dunia Air, Banyuwangi
Lebih terperinciMERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU
1 MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU By: Sri Rezeki 1), Ridwan Manda Putra 2) and Windarti 3) Faculty of Fisheries and
Lebih terperinciAbstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns
1 Study on Morphometric, Meristic and Growth Patterns of Osteochilus wandersii from the Rokan Kiri River, Rokan Hulu Regency, Riau Province By Abdullah Hamid 1) ; Windarti 2) ; Deni Efizon 2) abdullahhamid350@gmail.com
Lebih terperinciEFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN
EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN Silka Tria Rezeki 1), Irwandy Syofyan 2), Isnaniah 2) Email : silkarezeki@gmail.com 1) Mahasiswa
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)
4i 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Spesies 2.1.1. Klasifikasi Ikan Belida (Chitala lopis) Klasifikasi ikan belida (Chitala lopis) menurut Bleeker (1851) in www.fishbase.com (2009) adalah sebagai berikut
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG DAN SUNGAI SIAK
KARAKTERISTIK MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG DAN SUNGAI SIAK 1 Riri Anggraini Putri, 2 Roza Elvyra, 2 Yusfiati 1 Mahasiswa Program S1 Biologi
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : Juni 2015
STUDI MENGENAI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN PAYUS (Elops hawaiensis) DI WILAYAH PERAIRAN UTARA PROVINSI BANTEN (Study on Morphometric and Meristic Trait of Lady Fish Elops hawaiensis in the Northern Waters
Lebih terperinciKAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077 SKRIPSI
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Agung Pamuji Rahayu*
DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN Agung Pamuji Rahayu* *Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran no. 53A Lamongan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan
Lebih terperinciIrin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: brpbat@yahoo.
507 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini) KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKeywords: Kampar rivers, Ompok sp, relative growth, Siak rivers
Jurnal Peran PERTUMBUHAN RELATIF IKAN SELAIS (Ompok sp) YANG TERTANGKAP DI SUNGAI KAMPAR DAN SUNGAI SIAK, RIAU Ridwan Manda Putra 1), Windarti 1) dan Yanti 1) 1) Fakultas Peran dan Ilmu Kelautan Universitas
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6483.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...
Lebih terperinciSTUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN
STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN 100302040 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciSWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)
Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)
Lebih terperinciMORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 1851) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU
MORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 85) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU N. Nathasya, R. Elvyra, Yusfiati Mahasiswa Program Studi S Biologi FMIPA-UR Bidang Zoologi Jurusan Biologi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU DAN INDUK IKAN NILA BETINA KUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciIKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)
IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.
Lebih terperinciGambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur
6 memiliki jari-jari bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang ditambah dua. Sedangkan pada sirip punggung ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang ditambah
Lebih terperinci1 STUDY ON MORPHOMETRIC, MERISTIC AND GROWTH PATTERNS OF Anabas testudineusin CHANNELOF OIL PALM PLANTATION LEFT TAPUNG RIVER BENCAH KELUBI VILLAGE TAPUNG KIRI SUBDISTRICT RIAU PROVINCE. By Dina Situmorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi
Lebih terperinci- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai
12 - Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh Kryptopterus spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai Indragiri dianalisis secara multivariat dengan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciAbstract. Keywords : Thynnichthys thynnoides, Pinang Luar Oxbow Lake, morphometric, meristic, growth patterns
1 Morphometric, meristic and growth patterns of (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) from the Pinang Luar Oxbow Lake, Buluhcina Village, Kampar Regency, Riau Province By Nofika Srijayanti 1), Ridwan
Lebih terperinciPeningkatan Produksi dan Kualitas Benih Kerapu dengan Program Hybridisasi
Ismi et al. Peningkatan Produksi dan Kualitas Benih Kerapu dengan Program Hybridisasi Improvement of Seed Production and Quality of Grouper by Hybridization Program Suko Ismi, Yasmina Nirmala Asih dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA NIRWANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL INDUK PENJENIS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciMORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS Syahrozi 1, Yusfiati 2, Roza Elvyra 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Bidang Struktur
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA
Media Akuakultur Vol. 10 No. 1 Tahun 2015: 23-29 MENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA Ida Komang Wardana dan Tridjoko Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Budidaya
Lebih terperinciPENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN
ARTIKEL ILMIAH Oleh Ikalia Nurfitasari NIM 061810401008 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2012 ARTIKEL ILMIAH diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :
Lebih terperinciSELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT
Media Akuakultur Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 65-70 SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2 Pantura Sukamandi, Patokbeusi, Subang 41263, Jawa
Lebih terperinciAbstrak. notopterus, Sungai Sail, morfometrik, meristik, pola. Abstract
STUDI MORFOMETRIK, MERISTIK, DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN BELIDA (Notopterus notopterus Pallas, 1769) DI SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU Elly Anggriani Purba 1), Deni efizon 2), Ridwan Manda Putra
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Profil RAPD Keanekaragaman profil RAPD meliputi jumlah fragmen dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan tiga primer (OPA-2, OPC- 2, dan OPC-5)
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN KELABAU (OSTEOCHILUS MELANOPLEURUS) HASIL DOMESTIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciIkan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk
Standar Nasional Indonesia Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan
Lebih terperinciPengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)
Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) Diajukan sebagai Laporan Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan Disusun oleh : Ockynawa Asmara
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Lombok, Dusun Gili Genting, Kecamatan
Lebih terperinciMORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.
MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI Oleh Heny Tri Wijayanti NIM. 071810401083 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
Lebih terperinciIDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)
IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio) LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI Disusun oleh : Andri Yanuari 230110150060 Setia Angkasa 230110150162 Nabilla Luthfi Rusdiansyah 230110150186 Kelompok 10/Perikanan C
Lebih terperinciMORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU
MORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU Fitriyani Mariska, Yusfiati, Roza Elvyra Mahasiswa Program Studi S Biologi Dosen Bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian
Lebih terperinciIkan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)
Standar Nasional Indonesia SNI 7471.1:2009 Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7471.1:2009 Daftar isi Daftar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI KELOMPOK : 22 KELAS : B LAB : AKUAKULTUR MUHAMAD SYAIFUL ISLAM 230110150131 KHASANATUR ROSYIDAH 230110150139 DAMAR PRATAMA PUTRA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakang Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, hidup pada habitat danau atau sungai dan lebih menyukai air yang bergerak lambat dengan vegetasi
Lebih terperinciSTUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA
Sidang Tugas Akhir (SB-091358) STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA Oleh: Alfiyah Rahmatin (1506 100 039) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciIkan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih
Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciII. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.
II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot
Lebih terperinciMorfologi Ikan BENTUK TUBUH
Morfologi Ikan Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea
Lebih terperinciKelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi
Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi Kelas Osteichthyes/ teleostei/ teleostomi mempunyai P&V yg menonjol (lobate) dan berdaging, Sisik dengan endoskeletal yg kuat. Klas Osteichthyes/teleostei/teleostomi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).
Lebih terperinciMORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 775) DI PERAIRAN BENGKALIS A.F. Fitriadi, R. Elvyra, Yusfiati 3 idjan_poenya@yahoo.co.uk Mahasiswa Program Studi S Biologi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU TAHAN PENYAKIT KHV DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciSTUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA. (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA
STUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA PRODUKSI PERIKANAN PADANG BELIMBING KABUPATEN SOLOK SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH : REFNA TINOVA
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di
Lebih terperinci