BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami
|
|
- Hartono Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami perubahan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (WHO, 2015). Data demografi menunjukkan adanya populasi remaja yang besar di dunia (Soetjiningsih, 2010). Hampir seperlima (17,5%) dari penduduk dunia adalah remaja, dan kelompok usia ini memiliki proporsi yang lebih tinggi (23%) di negara berkembang (United Nations, 2011). Menurut BPS (2010) lebih dari seperempat (26,67%) dari penduduk Indonesia adalah remaja, laki-laki sebanyak jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak jiwa (49,30%). Menurut BPS DIY (2011) sebanyak 7,89% penduduk DIY adalah remaja (15-19 tahun), 8,16% laki-laki dan 7,80% perempuan. Menurut BKKBN (2011) besarnya penduduk remaja akan mempengaruhi pembangunan di masa kini maupun di masa yang akan datang, sehingga remaja membutuhkan perhatian serius. Remaja membutuhkan perhatian serius karena rentan terjadi berbagai permasalahan. Menurut BKKBN (2006) remaja berisiko mengalami masalahmasalah kesehatan reproduksi, seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA, dan HIV/AIDS (TRIAD KRR). Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan sebanyak 11,5% remaja yang belum menikah, baik laki-laki maupun perempuan pernah melakukan hubungan seksual. Tingginya perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah paparan sumber informasi yang kurang tepat, seperti situs porno (Nuryani & Pratami, 2011). 1
2 2 Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi sudah banyak beredar di masyarakat tetapi belum jelas kebenarannya. Remaja membutuhkan sumber informasi yang benar dan tepat untuk meminimalkan risiko terjadinya permasalahan kesehatan reproduksi. Menurut Bappenas (2009) pemerintah melalui BKKBN telah melaksanakan suatu program bernama PIK-KRR. Program ini termuat pertama kali dalam RPJMN tahun 2004 dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksinya (BKKBN, 2006). PIK-KRR telah dilaksanakan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan dan sekolah umum atau agama. PIK-KRR yang sudah diterapkan mempunyai tahap kemajuan yang bervariasi. BKKBN akan melakukan monitor dan evaluasi PIK-KRR sebanyak 4 kali dalam setahun untuk menentukan tingkat kemajuannya (BKKBN, 2007). Tingkat kemajauan PIK-KRR dibagi menjadi 3 tahapan. Tegar merupakan tahapan tertinggi dalam PIK-KRR (BKKBN, 2006). Tahap tegar memiliki kegiatan, materi pembelajaran, dan fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan tahap lain, sehingga bisa dijadikan pedoman bagi tahap lain untuk terus berkembang. Beberapa fasilitas disediakan oleh PIK-KRR untuk mendorong remaja peduli terhadap kesehatan reproduksinya. Berdasarkan studi pendahuluan pada Februari 2015 di beberapa SMA di Wilayah Bantul yang memiliki PIK-KRR dalam tahap tegar, didapatkan hasil bahwa sekolah telah menyediakan fasilitas dan menjadikan PIK-KRR sebagai kegiatan ekstrakulikuler, tetapi hanya anggota aktif saja yang sering memanfaatkan fasilitas PIK-KRR. Fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi
3 3 harus dapat diterima di komunitas dan mampu memenuhi permintaan generasi saat ini, sehingga akan mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi (Denno et al., 2015). Sebagian besar remaja pernah memanfaatkan pelayanan PIK-KRR. Data RPJMN (2013) menunjukkan sebanyak 29% remaja di Indonesia pernah terpapar dan mengikuti kegiatan PIK-KRR (BKKBN, 2013). Pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi oleh remaja di beberapa sekolah termasuk dalam kategori baik (Hernaningrum, 2013; Minguez et al., 2015). Menurut Afrima (2011) hanya 50% dari seluruh remaja di SMA kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memanfaatkan PIK-KRR. Remaja yang tinggal di Provinsi Lampung (47%), Sumatera Barat (46%), Papua Barat (46%) pernah terpapar dan memanfaatkan PIK-KRR dan persentase yang rendah dijumpai di Kalimantan Selatan (3%) (BKKBN, 2013). Berdasarkan data di atas, masih terdapat perbedaan mengenai pemanfaatan fasilitas pelayanan PIK-KRR di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan (Minguez et al., 2015). Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Wilayah Bantul dengan PIK-KRR tahap tegar, sebagian besar remaja yang memanfaatkan PIK-KRR sebelumnya sudah mengetahui kesehatan reproduksi dan remaja yang belum pernah memanfaatkan PIK-KRR kurang mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Hasil RPJMN (2013) pengetahuan remaja tentang masa subur masih rendah (21%) dan sebanyak 60% remaja tidak mengetahui bahwa wanita yang sudah mengalami haid dapat hamil walaupun sekali melakukan hubungan seksual (BKKBN, 2013). Rendahnya
4 4 pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor terjadinya perilaku berisiko yaitu melakukan hubungan seksual pranikah (Lestary & Sugiharti, 2011). Faktor lain yang mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah sikap (Teori Anderson, 1960 dalam Priyoto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Wilayah Bantul dengan PIK-KRR tahap tegar, sikap siswa tentang kesehatan reproduksi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan PIK-KRR di beberapa sekolah. Sikap remaja di beberapa sekolah yang memiliki PIK-KRR termasuk dalam kategori baik (Doddyet al., 2010; Afrima, 2011; Ritonga, 2012). Menurut Nuryanti (2013) hampir separuh remaja memiliki sikap sangat tidak baik terhadap kesehatan reproduksinya. Berdasarkan data di atas, masih terdapat beberapa perbedaan mengenai sikap remaja dalam menghadapi kesehatan reproduksinya di sekolah yang terdapat program PIK-KRR. Program PIK-KRR telah diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di DIY. Menurut data BKKBN DIY (2015) pencapaian secara keseluruhan program PIK-KRR di DIY mengalami peningkatan menjadi 83,03% dari tahun sebelumnya, tetapi terdapat perbedaan pencapaian untuk setiap wilayah. Pencapaian berarti jumlah sekolah yang telah melaksanakan PIK-KRR berdasarkan KKP. Wilayah Bantul memiliki pencapaian sebesar 93,33%. Pencapaian di Wilayah Bantul termasuk dalam kategori paling baik dibandingkan dengan wilayah lain di DIY.
5 5 WHO menghimbau untuk mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan dan pelayanan program kesehatan reproduksi remaja sebagai pengembangan kapasitas penelitian berkelanjutan dan sumber informasi bagi tempat yang paling membutuhkan (WHO, 2011). Himbuan dari WHO membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Wilayah Bantul karena memiliki pencapaian paling baik dibandingkan dengan wilayah lain di DIY. Tahap tegar merupakan tahap paling baik dibandingkan dengan tahap lain. Tahap tegar dapat dijadikan percontohan dan sumber informasi pada tahap lain, sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada sekolah yang mempunyai PIK-KRR tahap tegar di Wilayah Bantul. Wilayah Bantul sudah memilik 14 program PIK-KRR dalam tahap tegar. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan ke beberapa sekolah di Wilayah Bantul yang mempunyai program PIK-KRR tahap tegar pada Februari Hasil studi pendahuluan menunjukkan hanya ada 2 sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap yaitu SMA N 1 Srandakan dan SMA N 1 Pundong. SMA N 1 Srandakan memiliki program PIK-KRR tahap tegar, fasilitas yang lengkap, dan memiliki prestasi yang menonjol, seperti Juara 1 PIK-KRR se-diy pada tahun 2013, sehingga bisa dijadikan percontohan bagi sekolah lain yang mempunyai program PIK-KRR. Pembina PIK-KRR dari BKKBN DIY (2015) menyatakan bahwa PIK- KRR di SMA N 1 Srandakan terlihat paling menonjol dibandingkan di sekolah lain di Bantul, sedangkan menurut Pembina PIK-KRR di SMA N 1 Pundong (2015) program PIK-KRR di SMA N 1 Pundong sedang mengalami kemunduran selama 2 tahun terakhir, meliputi tidak rutinnya pelaksanaan PIK-KRR dan
6 6 adanya masalah internal, seperti kesibukan dari pengurus dan anggota aktif PIK- KRR. Pembina PIK-KRR dari BKKBN DIY menyatakan bahwa PIK-KRR di SMA N 1 Pundong kurang terlihat prestasinya sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian hanya di SMA N 1 Srandakan. Penelitian tentang pemanfaatan program kesehatan reproduksi, seperti PIK- KRR telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, tetapi masih terdapat perbedaan hasil pada beberapa penelitian sebelumnya. Menurut teori Anderson (1960) pengetahuan dan sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan Februari 2015, pengetahuan dan sikap siswa mempengaruhi pemanfaatan PIK-KRR di beberapa sekolah, tetapi belum dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR sekolah, khususnya di SMA N 1 Srandakan. Menurut Kamau (2006) remaja yang memiliki pengetahuan kurang cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi. Berbeda dengan penelitian Lucin (2012) serta Abajobir & Seme (2013)remaja yang memiliki pengetahuan seksual pranikah yang tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi. Tiga penelitian di atas masih mempunyai perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi. Adanya perbedaan hasil penelitian membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi remaja dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan.
7 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan? b. Bagaimana hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi remaja dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan. b. Mengetahui hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA N 1 Srandakan. b. Mengetahui gambaran sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA N 1 Srandakan. c. Mengetahui gambaran pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan.
8 8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitan ini adalah dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang: a. Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan. b. Hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Srandakan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi anggota PIK-KRR (remaja). Anggota dari PIK-KRR dapat mengetahui manfaat dan fasilitas PIK-KRR sehingga diharapkan remaja menjadi lebih aktif dalam kegiatan PIK-KRR serta mendapatkan informasi yang terpercaya tentang kesehatan reproduksi. b. Bagi sekolah. Sekolah dapat mengoptimalkan program PIK-KRR karena hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan PIK-KRR, dengan cara meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa tentang kesehatan reproduksi, sehingga PIK-KRR akan dimanfaatkan dengan baik di sekolah. c. Bagi pemerintah. Pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan evaluasi program PIK-KRR dengan melihat hasil dari penelitian.
9 9 d. Bagi peneliti. Peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai upaya pembelajaran dalam melakukan penelitian. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran kepustakaan belum ada penelitian yang sejenis dengan penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan antara lain: 1. Lucin (2012) Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Seks Pranikah terhadap Pemanfaatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) pada Remaja di Kota Palangkaraya. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 178 orang secaraproporsi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pemanfaatan PIK-KRR, kuesioner pengetahuan, perilaku, dan sikap remaja tentang perilaku seksual yang dibuat sendiri. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku seks pranikah denganpemanfaatan PIK- KRR.Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian dan variabel pemanfaatan PIK-KRR. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kuesioner dan lokasi penelitian.
10 10 2. Hernaningrum (2013) Hubungan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Gibita dengan Perilaku Seksual pada Remaja di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 34 orang secara purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesionerpemanfaatan PIK-KRR dan perilaku seksual remaja yang dibuat sendiri. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemanfaatan PIK-KRR GIBITA dengan perilaku seksual remaja di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas.Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah kuesioner pemanfaataan PIK-KRR, jenis, dan rancangan penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel, subjek, dan lokasi penelitian. 3. Abajobir & Seme (2013) Reproductive Health Knowledge and Services Utilization among Rural Adolescents in Machakal district, Northwest Ethiopia. Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 415 orang pada penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah kuesionerdemographic, social and economic characteristics, Knowledge on RH-related topics (fertility, contraception, STIs/HIV AIDS, VCT) dan Patterns of RH services utilization sedangkan pada penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara
11 11 pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah subjek, metode, kuesioner, dan lokasi penelitian. 4. Ritonga (2012) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA 11 Medan.Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 185 orang secara simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesionerperilaku kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan remaja, sikap remaja, akses informasi, orangtua, teman sebaya, dan guru yang dibuatnya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja, akses informasi, peran orangtua, peran teman sebaya tentang pubertas, kehamilan tidak dikehendaki, infeksi menular seksual dan aborsi dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah kuesioner pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian dilakukan oleh peneliti adalah variabel, metode, dan lokasi penelitian. 5. Afrimaet al. (2011) Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Penelitian ini adalah penelitian observasional. Pendekatan dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian cross
12 12 sectional dengan total sampel 312 di seluruh SMA yang mempunyai PIK- KRR di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Instrumen penelitian dibuat sendiri berdasarkan teori yang telah diuji validitas dan realibilitas. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemanfaatan PIK-KRR dengan akseptabilitas, kebutuhan, dan sikap tentang kesehatan reproduksi remaja. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel pemanfaatan PIK-KRR. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode, kuesioner, dan lokasi penelitian.
BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,
BAB I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode penting dalam kehidupan manusia karena pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI
SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Remaja adalah sekelompok dewasa muda yang berusia antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI
UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anakanak untuk menuju masa dewasa. Remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1995) masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah populasi besar dari
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia karena penderita HIV/AIDS di dunia setiap tahunnya mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam
Lebih terperinciPERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA Abajobir, A.A. & Seme, A. (2013). Reproductive health knowledge and services utilization among rural adolescents in Machakal District, Northwest Ethiopia. Asian Journal of Pharmacy, Nursing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-19 tahun) atau sekitar 18,3 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 237,6
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciMedia Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan
Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan Gusti Ayu Tirtawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ( gustiayutirtawati@yahoo.co.id) ABSTRAK Latar Belakang
Lebih terperinciHUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan apabila tidak ditangani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia merupakan remaja berumur 10-19 tahun dan sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development/ICPD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak yang meliputi perubahan biologik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Batasan usia remaja menurut BKKBN adalah usia 10 sampai 24 tahun dan belum menikah.
Lebih terperinciPERAN KONSELOR SEBAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
PERAN KONSELOR SEBAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Wiji Utami AKBID An-Nur Purwodadi Email: wijiutami88@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: TRIAD
Lebih terperinciSyntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 54-0849 e-issn : 548-398 Vol., No 7 Juli 07 PENGARUH PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN
Lebih terperinciGAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017
GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu masa saat individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder ketika telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,
10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan tersebut dialami oleh remaja yang belum menikah. Kehamilan di kalangan remaja wanita menjadi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kesehatan reproduksi sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja adalah aset dan generasi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kesehatan reproduksi sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja adalah aset dan generasi penerus bangsa. Masa remaja adalah masa peralihan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari
Lebih terperinciumur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pembangunan kesehatan menempati peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era pembangunan saat ini, hampir setiap negara di dunia berusaha untuk menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya manusia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR DWI ROCHMIYATI
HUBUNGAN AKSEPTABILITAS DENGAN PEMANFAATAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) PADA SISWA KELAS X DI SMA N 2 WATES KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perilaku seksual pranikah pada remaja jumlahnya meningkat yang terlihat dari data survey terakhir menunjukkan kenaikan 8,3% dari total remaja
Lebih terperinci