POINTERS BAHAN KULIAH UMUM Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif Melalui Gerakan Nasional Non Tunai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POINTERS BAHAN KULIAH UMUM Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif Melalui Gerakan Nasional Non Tunai"

Transkripsi

1 POINTERS BAHAN KULIAH UMUM Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif Melalui Gerakan Nasional Non Tunai Dr Hendar Deputi Gubernur Bank Indonesia Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua 1. Mengawali kuliah umum pada pagi ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas segala rahmat-nya sehingga pada hari ini kegiatan kuliah umum kebanksentralan dapat berjalan dengan baik. 2. Pemaparan kuliah umum saya pada hari ini akan dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian besar. Bagian pertama, saya akan menyampaikan secara singkat tugas pokok dan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral. Pada bagian kedua, saya akan membahas secara mendalam mengenai keuangan inklusif. Setelah kuliah ini, saya berharap anda sekalian akan memahami apakah itu keuangan inklusif, mengapa keuangan inklusif itu penting baik dalam kerangka kebijakan moneter maupun pengentasan kemiskinan, serta bagaimana praktek-praktek keuangan inklusif di berbagai negara. Selanjutnya, pada bagian ketiga, saya akan menyampaikan Bagaimana Strategi serta Kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong keuangan inklusif. Pada kuliah ini saya akan menekankan khususnya melalui Gerakan Nasional Non Tunai. 1 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

2 Bapak/Ibu/para mahasiswa/i sekalian, <Kedudukan dan Tupoksi Bank Indonesia (slide 4)> 3. Pada bagian pertama, saya akan mulai dengan menjelaskan kedudukan dan tupoksi Bank Indonesia. Kedudukan Bank Indonesia sebagai Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. 4. Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. 5. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya, stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan stabilitas sistem pembayaran. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. 2 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

3 6. Pada pilar stabilitas moneter, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework. 7. Selanjutnya, disahkannya Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2011 membuka babak baru sejarah keberadaan Bank Indonesia. Tugas pengaturan dan pengawasan bank yang sebelumnya dilakukan oleh Bank Indonesia dialihkan ke OJK sejak tanggal 31 Desember Meskipun demikian, melalui kewenangannya, Bank Indonesia tetap berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia khususnya dari sisi makroprudensial. Pada pilar ini, Bank Indonesia melakukan surveillance terhadap berbagai indikator yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi baik bagi Bank Indonesia dalam menerapkan kebijakan makroprudensial maupun bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan. Salah satu contoh kebijakan Bank Indonesia pada pilar ini adalah Kebijakan Loan To Value untuk 3 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

4 kepemilikan kendaraan dan rumah meredam kenaikan harga property serta risiko penyaluran kredit kendaraan bermotor. 8. Pada pilar stabilitas sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. <Keuangan Inklusif-Mengapa Penting> Bapak/Ibu/para mahasiswa/i sekalian, 9. Memasuki bagian kedua dari kuliah umum ini akan menjelaskan apa dan bagaimana keuangan inklusif. Financial inclusion atau keuangan inklusif kini menjadi trending topic dalam dunia keuangan, baik konvensional maupun syariah, baik nasional maupun internasional. Krisis finansial global 2008 ternyata mengingatkan kembali esensi sektor keuangan dalam perekonomian. Apakah sektor keuangan benar-benar memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian bagi semua lapisan masyarakat? Atau sekedar tuntutan mencetak profit yang semakin lama semakin besar yang semakin menjauhkan dari tujuan semula? 10. Pada bagian ini, kita akan kupas mengapa keuangan inklusif penting dan perlu mendapat perhatian. Pada slide 6 kita mendapati bahwa layanan keuangan di Indonesia masih tertinggal, khususnya di luar Pulau Jawa. Dari ukuran jumlah ATM per 100 ribu penduduk dewasa dan jumlah layanan kantor bank per 100 ribu penduduk dewasa, 4 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

5 terdapat gap yang cukup lebar antara Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa. Sebagai contoh, di Jakarta, terdapat 71 ATM dan 213 kantor bank per 100 ribu penduduk. Sementara itu, di Kalimantan Tengah hanya dilayani 17 ATM dan 27 kantor bank. Belum lagi jika kita bergerak ke kawasan Timur Indonesia seperti NTT yang dilayani 15 ATM dan 16 kantor bank. 11. Menginjak pada slide berikutnya, kita juga mendapati bahwa financial exclusion di Indonesia masih tinggi. Data World Bank pada Global Financial Inclusion Index 2011 menyatakan bahwa baru 20% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Dibandingkan negara tetangga kita yang terdekat seperti Filipina dengan angka 26,5%, kita juga ketinggalan. Belum lagi dibandingkan dengan India (35,2%), dan China (63,8%). Padahal dari sisi jumlah penduduk, India dan China memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia. 12. Selanjutnya, indikator World Bank di level rumah tangga berupa juga menggambarkan hal yang sama. Survey tersebut menyatakan bahwa 68% rumah tangga menabung dan hanya 48% yang memiliki tabungan di lembaga keuangan formal. Sementara di sisi peminjam, 60% rumah tangga bisa meminjam. Yang cukup memprihatinkan, hanya 17% pembiayaan berasal dari bank, sementara 36% berasal dari lembaga keuangan non formal. 13. Hasil survey ini selaras dengan indikator kredit perbankan. Rendahnya akses kredit UMKM tercermin dari masih rendahnya pangsa kredit UMKM yang kurang dari 20%. Jika dilihat lebih mendalam, pangsa kredit untuk sektor mikro ternyata juga lebih rendah, kurang dari 19%. Di sisi lain, suku bunga kredit UMKM juga termasuk tinggi di atas 15%. Padahal lebih dari 90% sektor usaha di Indonesia adalah UMKM. Hal ini semakin menjadi penghambat bagi sektor UMKM untuk memperoleh dukungan dari sektor keuangan. 5 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

6 14. Pada slide 8, kita melihat bahwa ternyata keterbatasan akses keuangan juga memiliki korelasi dengan semakin meningkatnya tingkat kesenjangan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi (yang diindikasikan dengan peningkatan GDP/Capita) seharusnya diikuti dengan penurunan gini ratio. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dimana hubungan gini ratio dan GDP/Capita justru searah. Hal ini dikonfirmasi dengan grafik penurunan jumlah orang miskin vs GDP growth, dimana sejak tahun 2009, terjadi penurunan jumlah orang miskin yang semakin terbatas di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih stabil di kisaran di atas 6%. Jika kita lihat komparasi akses terhadap sektor keuangan antara Indonesia dengan berbagai negara sebagaimana tabel di bawah, diindikasikan bahwa keterbatasan akses keuangan tidak bisa mentransmisikan pertumbuhan ekonomi kepada kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses keuangan, yang pada akhirnya menghambat pengentasan kemiskinan. 15. Pada slide berikutnya, terlihat bahwa ternyata Indonesia saat ini masih termasuk negara yang tinggi penggunaan transaksi menggunakan kas (cash based economy). Pada grafik terlihat bahwa ranking Indonesia berada di papan bawah bersama Nigeria dalam hal persentase transaksi menggunakan non cash. Dari perspektif keuangan inklusif, penggunaan uang tunai dalam transaksi mengakibatkan pelaku ekonomi tidak memiliki insentif untuk masuk ke sektor keuangan. Hal ini didorong juga dengan perilaku yang konsumtif dan serta terbatasnya pendapatan untuk ditabung. Akibatnya, pelaku ekonomi tidak pernah tercatat sebagai nasabah pada lembaga keuangan. Padahal, financial record merupakan salah satu syarat penting untuk penyaluran kredit yang dapat mendorong kegiatan perekonomian. 6 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

7 <Mengapa unbanked tinggi?> 16. Lalu mengapa unbanked di Indonesia masih tinggi? Survey WorldBank memotret dari 2 sisi demand dan supply. Dari sisi supply, terdapat beberapa faktor yang menghambat layanan kepada masyarakat, seperti : pendirian cabang yang mahal, proses pendirian yang kompleks, formalitas yang tinggi, persepsi perbankan bahwa nasabah grassrooy tidak profitable, IT yang belum mendukung seperti jaringan komunikasi yang terbatas, serta tidak efisien. Hal ini yang mengakibatkan perbankan lebih cenderung masuk ke daerah-daerah yang sudah mature, seperti Pulau Jawa maupun kota-kota besar lain di luar pulau Jawa. 17. Semantara itu, dari sisi demand side, terdapat beberapa faktor yang menghambat antara lain : tidak ada uang yang cukup untuk ditabung, biaya yang mahal, jarak yang jauh antara rumah tinggal dan lokasi bank, tidak mengerti atau memahami bagaimana menyimpan uang di bank, tidak memiliki dokumen yang diminta seperti kartu identitas, tidak percaya dengan sistem perbankan, atau alasan keagamaan. <Tren Internasional atas Keuangan Inklusif> Bapak/Ibu/para mahasiswa/i sekalian, 18. Melihat kondisi akses keuangan di Indonesia yang masih left behind sebagaimana paparan sebelumnya, kita melihat ternyata tidak hanya Indonesia yang memiliki concern. Baik negara maju maupun negara berkembang juga menaruh perhatiannya untuk meningkatkan keuangan inklusif. 19. Di slide 14, kita lihat berbagai kebijakan keuangan inklusif di berbagai negara. Di Inggris disediakan no-frills acccount oleh perbankan, yaitu semacam rekening tabungan tanpa biaya administrasi, kredit dan advis keuangan. Di Amerika Serikat, melalui Community Reinvestment Act (CRA) terdapat pelarangan untuk diskriminasi terhadap small account 7 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

8 holders (min saldo=$0.10).di India, dilakukan upaya perluasan jaringan perbankan melalui penggunaan business correspondents (agen). 20. Berdasarkan berbagai best practice dalam perluasan akses keuangan, terdapat 2 model besar yaitu Telco based dan Bank Based. Menurut Telco Based, perusahaan teknologi komunikasi yang menjadi leader dalam menyediakan jasa pelayanan perbankan yang paling dasar. Dalam model ini, perusahaan telco menerbitkan uang elektronik dan menyimpan nilai aset yang setara dalam rekening gabungan di bank. 21. Sementara itu, menurut Bank Based Model, Perbankan melayani kebutuhan jasa keuangan masyarakat. Dalam model ini, terdapat 3 skema. Pertama, bank menyediakan rekening individu yang dapat digunakan melalui saluran branchless yang dikelola bank seperti CAIXA di Brasil, bkash di Bangladesh, dan Telenor di Pakistan. Skema kedua, bank menyediakan rekening individu yang bisa diakses oleh agen yang dikelola non bank dan/atau melalui media teknologi seperti SMART (21 bank di Filipina). Skema ketiga, Bank menerbitkan uang elektronik untuk dijual dan didistribusikan oleh non bank secara langsung kepada nasabah. 22. Masing-masing pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Jika ingin mengejar kecepatan, jangkauan yang luas, mengerti mass market, serta agen yang banyak, telco based akan menjadi pilihan. Namun, model ini memiliki kelemahan dari sisi tidak adanya jaminan LPS atas simpanan, tidak mendapatkan bunga karena produknya adalah e-money, serta potensi penyaluran kredit kecil. 23. Jika yang menjadi prioritas adalah kenyamanan (adanya consumer protection, diregulasi oleh otoritas, dijamin LPS, serta mendapatkan 8 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

9 bunga), bank based dijadikan pilihan. Namun model ini juga memiliki kelemahan dari sisi kecepatan, keterbatasan akses, serta lebih mahal. 24. Pada slide berikutnya, perkembangan Mobile Money atau Electronic Money ternyata cukup ekspansif di dunia internasional. Pesatnya pertumbuhan sektor telekomunikasi dipandang menjadi pendukung perkembangan electronic money. Dalam implementasi model ini, fokus ke unbanked hampir di semua negara berkembang dan negara terkebelakang. Hingga 2013, terdapat 219 implementasi mobil money di 84 negara. <Mengapa BI perlu hadir dalam mendorong keuangan inklusif?> 25. Memasuki bagian ketiga dari paparan saya, ternyata keuangan inklusif sangat relevan dalam mendukung efektivitas fungsi dan tugas Bank Indonesia baik dari sisi moneter, sistem pembayaran dan terutama makroprudensial. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, Keuangan Inklusif membantu menurunkan tekanan dari sisi likuiditas (liquidity risk) dan risiko kredit (credit risk) di sektor perbankan. Dari sisi likuiditas, perbankan memperoleh sumber dana retail yang relatif lebih stabil meskipun dalam kondisi shock. Dari sisi kredit, terbukanya pasar retail baru, khususnya kredit mikro dan kecil sehingga membantu diversifikasi portfolio dan risiko kredit. Selanjutnya program-program keuangan inklusif juga membantu meningkatkan kapabilitas masyarakat dengan munculnya responsible finance karena adanya program edukasi keuangan dan perlindungan konsumen. 26. Dari sisi kebijakan moneter, dengan keuangan inklusif, policy rate dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dimanapun berada mengingat transmisi policy rate utamanya dilakukan melalui bank, sehingga membantu efektivitas kebijakan moneter dan tidak ada lagi masyarakat yang terkena second round effect dari kebijakan dimaksud. 9 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

10 27. Sementara itu, dari sisi sistem pembayaran, semakin lancarnya sistem pembayaran ke seluruh pelosok daerah dan digunakan oleh seluruh penduduk dimanapun berada. Disamping itu juga membantu pelaksanaan program less cash society yang mempunyai nilai tambah bagi masyarakat dan perekonomian. <Lalu bagaimana strategi Bank Indonesia> 28. Strategi Bank Indonesia dalam mendorong keuangan inklusif ditekankan pada implementasi melalui aspek sistem pembayaran, yaitu mendidik masyarakat in the bottom of the pyramid untuk belajar keeping uangnya dari cash-based, yaitu menyimpan uang di dalam rumah menjadiaccountbased, yaitu menyimpan uang dalam bentuk rekening uang elektronik. Hal ini dapat membantu mengurangi tendensi konsumtif sekaligus titik awal financial diary, mengelola keuangan sederhana yang diperkuat dengan program edukasi keuangan. Melalui peran BI dalam keuangan inklusif ini, diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas dan kualitas hidup dari kelompok the bottom of the pyramid. Hal ini dapat membantu pengurangan kemiskinan sekaligus memperoleh dividend demografi karena tingginya usia produktif Indonesia saat ini dan ke depa 29. Program Keuangan Inklusif Bank Indonesia juga erat kaitannya dengan upaya Bank Indonesia dalam mewujudkan transformasi dari cash society yang kurang efisien, yang ditandai dengan tingginya biaya cetak sekitar Rp 3 triliun/tahun, butuh persediaan uang kecil, butuh waktu untuk menghitung uang kembalian, serta kesulitan dalam menyimpan banyak uang tunai menuju lesh cash society yang identik dengan penggunaan uang elektronik, credit card, dan debit card, yang aman, nyaman, akses lebih luas, serta efisien. 30. Bank Indonesia bersama dengan instansi terkait (Kementrian Koordinator Perekonomian, Kementrian Keuangan, Pemerintah Provinsi DKI, dan 10 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

11 Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia) serta pelaku industri di sistem pembayaran, yang tergabung dalam Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus Inisiatif GNNT ini bertujuan untuk mendorong dan memperluas penggunaan transaksi non tunai sehingga dapat meningkatkan efisiensi perekonomian, keamanan dan kenyamanan bertransaksi, memperkuat transparansi dan akuntabilitas, serta mendukung upaya pencegahan korupsi, pencucian uang dan pembiayaan terorisme. Upaya perluasan penggunaan transaksi non-tunai tidak hanya untuk transaksi ritel, namun juga untuk transaksi yang bersifat high value dalam rangka fasilitasi kegiatan transaksi penerimaan dan pengeluaran keuangan korporasi dan pemerintah program prioritas dalam inisiatif GNNT memiliki keterkaitan yang erat dengan keuangan inklusif, yaitu perluasan layanan melalui jaringan telco, sinergi bank dan non bank, layanan e-commerce, layanan publik dan pemerintahan di 34 kementerian, layanan pemerintah daerah, serta layanan BUMN dan BUMD. 33. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Sebagai bentuk komitmen atas perluasan penggunaan instrumen non tunai, kami akan menjadikan GNNT sebagai gerakan tahunan yang didukung dengan berbagai kegiatan untuk mendorong meningkatkan pemahaman masyarakat akan penggunaan instrumen non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran. 11 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

12 34. Potensi e-payment ternyata cukup besar untuk bisa digarap lebih lanjut. Sebagaimana dipaparkan pada slide 24, sebagai contoh kita lihat besarnya potensi di sektor transportasi di Jakarta dengan nilai 23,4 triliun/tahun. Busway memiliki penumpang 320 ribu perhari dengan omset Rp 680 millyar pertahun. KRL sebagai urat nadi transportasi di Jakarta yang mampu mengangkut 400 ribu penumpang/hari dengan nilai Rp 1,4 triliun/tahun. Yang palin besar tentunya belanja BBM masyarakat di SPBU yang jika diasumsikan konsumsi 1-4 liter perkendaraan perhari akan menghabiskan Rp 14,6 triliun pertahun. 35. Pada slide berikutnya, ditampilkan beberapa program GNNT yang telah dilakukan pada berbagai institusi. Dengan Kereta Commuter Jakarta, telah dilakukan interkoneksi e-ticketing kereta komuter dengan 4 uang elektronik dari 4 bank. Selanjutnya, untuk penyaluran bansos Program Keluarga Harapan, telah dilakukan dengan menggunakan uang elektronik serta melalui agen LKD. Penyaluran Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintas juga telah menggunakan uang elektronik. Untuk meningkatkan pendapatan APBD di Jakarta, telah diimplementasikan e-payment untuk retribusi pedagang kaki 5 dan e- parking. Jika anda ingin menggunakan busway, anda juga harus menggunakan uang elektronik. Selanjutnya, program GNNT juga masuk pada program layanan TKI Kemenaker dan BNP2TKI melalui program pembayaran untuk jasa penempatan dan perlindungan TKI, serta program edukasi keuangan untuk TKI dan keluarga TKI. Ke depan, remitansi TKI juga didorong dilakukan melalui uang elektronik. Hal ini dilakukan untuk mendorong penurunan biaya remitansi TKI yang saat ini masih cukup tinggi. 36. Berbagai kerjasama dan fasilitasi Bank Indonesia dalam mendorong layanan tunai terus dilakukan. Dalam setahun ke depan, kita sudah mencatat sinergi dengan 11 Kementerian serta 34 pemerintah provinsi. 12 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

13 Kami mencatat 5 bentuk fasilitasi BI terkait dengan layanan non tunai yaitu : pemetaan bentuk layanan non tunai yang tersedia, penyusunan business model dan business process, memfasilitasi ketersediaan layanan non tunai dengan industri, serta implementasi layanan non tunai dan edukasi. 37. Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai jenis alat pembayaran non tunai, slide 26 menyajikan beberapa contoh alat pembayaran non tunai. Secara garis besar terdapat 2 kelompok besar, paper based dan card based. Yang termasuk paper based antara lain cek, bilyet giro, dan nota debet. Sementara itu, yang electronic based antara lain kartu ATM/debet, uang elektronik, kartu kredit, dan mobile money. 38. Selanjutnya, yang mungkin baru dalam paparan ini adalah uang elektronik. Apakah bedanya dengan uang yang ada saat ini? Secara definisi, Uang Elektronik = Uang Tunai yang diubah dalam bentuk elektronik. Terdapat 4 karakteristik uang elektronik : disetor di awal, disimpan dalam media tertentu (bisa kartu atau alat komunikasi), fungsi utama sebagai alat pembayaran, serta bukan simpanan sehingga tidak dijamin dan tidak memperoleh bunga. Jenis-jenis uang elektronik yang beredar saat ini terdapat pada slide 28. Uang elektronik yang tersimpan di kartu biasanya dikeluarkan oleh bank, sementara yang non kartu biasanya dikeluarkan perusahaan telco. 39. Secara prinsip uang elektronik adalah uang. Jadi, uang elektronik bisa digunakan untuk belanja atau melakukan pembelian. Namun terdapat kegunaan yang lebih dibandingkan uang biasa, yaitu uang elektronik bisa digunakan untuk membayar tagihan, transfer antar individu, atau tarik tunai. Sudah mirip dengan rekening di bank. Selanjutnya, terdapat 2 jenis uang elektronik, unregistered yang tidak memerlukan pencatatan data pengguna, dan registered yang mengharuskan data identitas pemegang uang elektronik tercatat pada penerbit.untuk uang elektronik yang 13 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

14 registered, terdapat 3 kelebihan, yaitu saldo maksimal mencapai Rp 5 juta, dapat melakukan transfer, dan tarik tunai. <Perluasan keuangan inklusif :Sinergi Uang Elektronik dan LKD> 40. Dalam rangka memperluas akses keuangan kepada masyarakat unbanked dan underbanked hingga ke wilayah pelosok, Bank Indonesia membuka ruang bagi bank dan lembaga selain bank untuk menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital (LKD). Bagi Bank Indonesia program LKD tidak hanya menjadi gerbang pembuka akses keuangan, namun juga sejalan dengan Gerakan Nasional Non Tunai yang sejak pertengahan 2014 dicanangkan. Melalui penyelenggaraan LKD diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, khususnya pada sistem pembayaran retail, baik dari sisi penyelenggara maupun pengguna. 41. Sebagai perwujudan dari inisiatif keuangan inklusif Bank Indonesia, LKD merupakan inovasi terobosan untuk mendekatkan akses keuangan kepada masyarakat hingga ke pelosok wilayah. Melalui LKD layanan sistem pembayaran dan keuangan tidak lagi bergantung pada keberadaan kantor cabang bank. Pemberian layanan tersebut dilakukan oleh penyelenggara melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun web. 42. Produk yang digunakan dalam LKD adalah uang elektronik berbasis server yang ditransaksikan secara online. Pihak ketiga dalam memperluas layanan disebut agen LKD, baik agen berbentuk badan hukum maupun individu. Cakupan agen LKD individu tersebut adalah agen berbentuk badan usaha tidak berbadan hukum dan perseorangan. Keberadaan agen LKD berfungsi memberikan layanan fasilitasi registrasi uang elektronik, pengisian ulang (top-up), pembayaran, tarik tunai, dan menyalurkan bantuan pemerintah kepada masyarakat. 14 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

15 43. Bagi masyarakat, LKD memiliki berbagai manfaat yaitu : Tidak usah datang ke kantor cabang bank, hemat biaya dan waktu, Memiliki media menyimpan uang sementara yang aman, Belajar menabung dan dikenal oleh bank, serta Langkah awal untuk mengenal layanan keuangan lainnya. Dengan demikian keseluruhan proses transformasi budaya dan cara berpikir masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan tersebut sejalan dengan roadmap keuangan inklusif dan elektronifikasi yang dirancang oleh Bank Indonesia.Saat ini, LKD melayani setidaknya 5 fungsi yaitu fasilitator registrasi, pengisian ulang, tarik tunai, pembayaran tagihan, serta penyaluran bantuan pemerintah. <LKD Berbasis Pesantren : Model Pengembangan Keuangan Inklusif> 44. Bank Indonesia juga melihat pesantren sebagai target pengembangan keuangan inklusif melalui LKD. Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia dan Kementerian Agama telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai Pengembangan Kemandirian Ekonomi Lembaga Pondok Pesantren dan Peningkatan Layanan Non Tunai untuk Transaksi Keuangan di Lingkungan Kementerian Agama, bertempat di Surabaya. Penandatanganan kerjasama tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berlangsung sejak tanggal 3 sampai dengan 9 November 2014 di Surabaya. 45. Implementasi Nota Kesepahaman ini untuk pertama kalinya akan dilakukan di wilayah Jawa Timur dengan pertimbangan potensi pondok pesantren yang jumlahnya kurang lebih lembaga serta sejalan dengan rencana pemerintah untuk menjadikan Surabaya sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Syariah Nasional. Selanjutnya gerakan awal di Jawa Timur ini diharapkan mampu menginspirasi wilayah lain sehingga mengakselerasi inklusivitas keuangan di masyarakat 15 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

16 46. Kerjasama Bank Indonesia dan Kementerian Agama juga dilatarbelakangi oleh jumlah penduduk muslim di Indonesia yang besar. Seiring dengan hal tersebut keberadaan lembaga pendidikan juga semakin meluas, dan jumlah santri juga mengalami peningkatan. Dengan potensi yang cukup besar ini pemberian edukasi keuangan kepada para santri dapat mendorong kemandirian ekonomi yang berdampak pada inklusivitas keuangan di masyarakat yang semakin luas. 47. Bagaimana model bisnis dari LKD berbasis pesantren ini? Dalam model ini sebagaimana slide 35, pesantren akan bertindak sebagai agen LKD yang berhubungan dengan bank. Sebagai user dalam LKD tersebut adalah santri dan masyarakat sekitar. Pesantren sebagai LKD akan memberikan penyediaan produk serta layanan keuangan kepada user. Sebagai contoh, kebutuhan santri yang dapat disediakan oleh LKD antara lain transfer dari orang tua, pembayaran uang sekolah, pembelian pulsa serta kebutuhan sehari-hari di koperasi/swalayan pesantren. Nilai tambah dari model ini adalah adanya pihak ketiga yaitu Kyai, Guru, atau Ketua Ponpes yang akan bertindak sebagai influencer dan change agent dalam edukasi keuangan, budaya menabung, serta penetapan SOP penerimaan uang sekolah secara non tunai. 48. Sebagai contoh pilot project pada slide 36, saat ini Bank Indonesia sedang mengembangkan BMT Sidogiri di Pasuruan Jawa Timur. Aset BMT Sidogiri ini pada tahun buku 2013 telah menembus Rp 1 triliun dan saat ini merupakan koperasi terbesar di Jawa Timur. 49. Dalam model ini, Koperasi BMT Sidogiri bertindak sebagai agen LKD yang berhubungan dengan penerbit uang elektronik. Sebagai agen LKD, BMT Sidogiri dapat memberikan layanan bayar uang sekolah, setor dan tarik tunai, serta kirim dan terima uang (remitansi). Santri maupun 16 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

17 masyarakat pun bisa belanja ke swalayan Basmallah yang dimiliki BMT Sidogiri dengan menggunakan uang elektronik. 50. Sebagai penutup dari paparan saya, saya menekankan bahwa selain model bisnis, layanan, maupun instrumen, faktor yang paling penting dalam menjamin keberhasilan keuangan inklusif adalah pentingnya edukasi keuangan. It s all about changing mindset. Dan perubahan mindset tidak bisa dilakukan dalam waktu semalam. Oleh karena itu, peran influencer, seperti kyai, pemuka masyarakat, para mahasiswa seperti anda sekalian, serta pemerintah maupun bank sentral perlu disinergikan dan dilakukan secara terus menerus. Saya berharap, kuliah umum ini tidak berhenti sampai di sini saja, namun terus bergulir sebagai bagian dari sodaqoh ilmu yang saudara miliki untuk pengembangan ekonomi umat. Demikian paparan saya, untuk selanjutnya kita buka sesi tanya jawab. Wassalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 17 Kuliah Umum Kebanksentralan - Kebijakan Bank Indonesia dalam Keuangan Inklusif MelaluiGerakan Nasional Non Tunai

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015 Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015 AGENDA 2 1 Latar Belakang 2 3 Alat Pembayaran Transaksi Non Tunai Latar Belakang LATAR BELAKANG 4 Nota Kesepahaman

Lebih terperinci

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. UMUM Seiring perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

Sambutan Peluncuran Program Desmigratif Jakarta, 11 September 2017

Sambutan Peluncuran Program Desmigratif Jakarta, 11 September 2017 Sambutan Peluncuran Program Desmigratif 2017 Jakarta, 11 September 2017 Yth Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Bapak Muhammad Hanif Dhakiri Yth Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan informasi dan teknologi yang pesat serta era globalisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem perekonomian, baik ekonomi makro maupun mikro. Di antara

Lebih terperinci

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015 Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015 AGENDA 2 1 Latar Belakang 2 3 Alat Pembayaran Transaksi Non Tunai Latar Belakang LATAR BELAKANG 4 Nota Kesepahaman

Lebih terperinci

No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan 1. Apakah yang dimaksud dengan Aktivitas layanan sistem pembayaran dan keuangan melalui UPLK? Aktivitas layanan sistem pembayaran dan perbankan terbatas melalui agen yang selanjutnya disebut dengan UPLK

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan di industri perbankan, kini setiap bank berlomba untuk meningkatkan jasa dalam bentuk servis kepada masyarakat. Sebagaimana kita ketahui

Lebih terperinci

Jakarta, 18 Desember (Daftar selanjutnya optional, dapat tidak disebutkan nama, cukup institusinya)

Jakarta, 18 Desember (Daftar selanjutnya optional, dapat tidak disebutkan nama, cukup institusinya) Sambutan Deputi Gubernur Bank Indonesia Seminar Nasional Penyaluran Bantuan Sosial secara Non Tunai sebagai Strategi Perluasan Akses Keuangan Masyarakat Jakarta, 18 Desember 2017 Yang kami hormati: 1.

Lebih terperinci

Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013

Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013 1 Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion BANK INDONESIA November 2013 Kepadatan Bank LAYANAN AKSES KEUANGAN DI INDONESIA 2 Dengan melihat pertumbuhan ekonomi (PDRB)dan kinerja bank (DPK dan kredit)

Lebih terperinci

PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono

PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL Finansial Inclusion & Financial Technology Widya T Harjono director@invest.co.id Pelatihan Digital Banking dan Financial Technology 18 November 2017

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU MASYARAKAT I. UMUM Saat ini pengetahuan

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun 2009-2011: Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi Noversyah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma nover@staff.gunadarma.ac.id Abstrak Uang

Lebih terperinci

Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide

Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Seminar Perkembangan Sistem Informasi Perbankan Di Indonesia Budi Hermana Universitas Gunadarma 24 Februari 2014 Digital + Finansial bi.go.id

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran

Lebih terperinci

ekonomi melalui pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan sambil tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.

ekonomi melalui pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan sambil tetap menjaga stabilitas sistem keuangan. Sambutan Pembukaan Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia Seminar Nasional Keuangan Inklusif: Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa

Lebih terperinci

Yang terhormat, - Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Bapak H. Irman,

Yang terhormat, - Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Bapak H. Irman, Yang terhormat, - Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Bapak H. Irman, - Bapak/Ibu Pimpinan/Pejabat di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, - Bapak/Ibu Pimpinan/Pejabat

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Bank Indonesia 2.1.1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang tidak terlepas dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Bismillahi rahmani rahiim,

Bismillahi rahmani rahiim, Pidato Utama Seminar IDB: Mencetak Sumber Daya Manusia yang Kompetitif bagi Pemberdayaan Ekonomi Dr. Hendar (Deputi Gubernur, Bank Indonesia) Jakarta, 13 Mei 2016 Bismillahi rahmani rahiim, Yang saya hormati:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, sedangkan definisi sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, sedangkan definisi sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, sedangkan definisi sederhana tentang bank sentral adalah organisasi yang terstruktur yang berdasarkan

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5546) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN TUGAS REVIEW KULIAH UMUM OLEH : CLARENITA F.P. 1130106 / KP B FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA 2014 Sekilas Sistem Pembayaran Pembayaran adalah perpindahan nilai antara

Lebih terperinci

a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan URAIAN MATERI A. Pengertian Bank Sentral Setiap negara yang telah merdeka tentunya memiliki bank sentralnya sendiri. Bank sentral disetiap negara merupakan bank milik negara yang dijalankan untuk mendorong

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK KONSUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di era teknologi seperti saat ini banyak sekali muncul inovasi dari layanan keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun 2012Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang selalu dibutuhkan manusia dalam kegiatan ekonomi. Uang telah lama digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, namun penggunaan uang tunai dirasa memberikan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong pergerakan kegiatan ekonomi untuk bergerak semakin cepat. Untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut di perlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi. 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi. 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Menurut Baridwan (2002:3) prosedur dapat didefinisikan sebagai suatu urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih yang disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017 Inklusi Keuangan dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) UIN Syarif Hidayatullah, 17-18 Juli 2017 OUTLINE I. Inklusi dan Literasi Keuangan II. Pembentukan TPAKD III. Program Kerja TPAKD Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju dapat menyebabkan stabilitas keuangan dan sistem pembayaran terganggu. Bagi pembuat

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASK QUESTIONS

FREQUENTLY ASK QUESTIONS FREQUENTLY ASK QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.16/12/DPAU 12/DPAU TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF MELALUI AGEN LAYANAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter 1997-1998, telah dilakukan restrukturisasi sistem moneter di Indonesia. Salah satu bentuk nyata dalam restrukturisasi sistem

Lebih terperinci

Peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia

Peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia Sambutan Gubernur Bank Indonesia Peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia Jakarta, 27 Agustus 2015 Yang kami hormati, Menteri Keuangan RI, Bapak Bambang Brodjonegoro Menteri Perdagangan RI, Bapak Thomas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini ikut mempengaruhi perkembangan alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya tingkat ketergantungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Financial inclusion merupakan suatu upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan perbankan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TCASH (Telkomsel)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TCASH (Telkomsel) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 TCASH (Telkomsel) TCASH adalah uang elektronik yang diselenggarakan oleh Telkomsel yang terdaftar dan diawasi oleh Bank Indonesia, Memiliki fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA PENANDATANGANAN MOU ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI Jakarta, 16 Februari 2015

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA PENANDATANGANAN MOU ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI Jakarta, 16 Februari 2015 SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA PENANDATANGANAN MOU ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI Jakarta, 16 Februari 2015 Yang saya hormati, - Gubernur Bank Indonesia, Bp. Agus DW Martowardojo, - Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan

Lebih terperinci

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam Sambutan Utama Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Seminar Internasional IFSB Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam Jakarta, 31 Maret 2015 Bismillahirrahmanirrahiim, Yang Terhormat: Tn.

Lebih terperinci

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.350, 2014 KEUANGAN. OJK. Layanan. Tanpa Kantor. Keuangan Inklusif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5628) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan kondisi perekonomian saat ini dimana terjadi persaingan yang cukup keras, memaksa pelakunya untuk efisien dalam segala hal, termasuk dalam melakukan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Inklusi Keuangan di Indonesia Moekti P. Soejachmoen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. pembayaran mikro, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan smartphone

BAB I INTRODUKSI. pembayaran mikro, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan smartphone BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Instrumen pembayaran non tunai berupa uang elektronik, menjadi alat pembayaran alternatif yang aman dan dapat digunakan untuk transaksi pembayaran mikro, kapan saja

Lebih terperinci

Highlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia

Highlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia Highlights May 2017 Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 93 kabupaten 4 provinsi di wilayah timur Indonesia Jawa Timur Populasi: 38.8 juta Responden: 6,873 Wilcah: 447 desa Selatan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

Commerce & Payment System

Commerce & Payment System Commerce & Payment System Aliran Data CUSTOMER SATISFACTION PRODUCT & SERVICE DELIVERY PAYMENT SYSTEM DECISION INFORMATION NPG to Drive Digital Economy Growth Konsep CUSTOMER SATISFACTION PRODUCT & SERVICE

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan teknologi dan sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKSES PEMBIAYAAN BAGI KUKM (Tantangan dan Harapan)

PENINGKATAN AKSES PEMBIAYAAN BAGI KUKM (Tantangan dan Harapan) 9/12/2015 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN AKSES PEMBIAYAAN BAGI KUKM (Tantangan dan Harapan) Disampaikan Oleh: Choirul Djamhari LOGO SEMINAR STIMA IMMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank Indonesia (BI) Adanya kesulitan keuangan di Hindia Belanda memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran di Hindia Belanda. Hal itu di

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial Tugas Bank Indonesia 1 Kebijakan Moneter 2 Kebijakan Sistem Pembayaran 3 Pengawasan Makroprudensial 4 Keterkaitan Tugas Bank Sentral dengan Sektor Lain 3 SEKTOR EKSTERNAL Transaksi Berjalan Ekspor Impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/12/PBI/2015

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/12/PBI/2015 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/12/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/22/PBI/2012 TENTANG PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN OLEH BANK UMUM DAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.

Lebih terperinci

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran No.153, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Kredit. Bank Umum. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5713). PERATURAN

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahaan yang dihadapi ekonomi dunia dewasa ini semakin pelik. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga komoditas dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan inklusif. Keuangan inklusif ini lebih dipergunakan atau ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan inklusif. Keuangan inklusif ini lebih dipergunakan atau ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hanya sekitar 19% masyarakat di Indonesia yang mampu untuk melakukan akses layanan keuangan secara tepat dan benar. Sedangkan jasa layanan keuangan merupakan salah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Pembayaran dan Pengelolaan. Sistem (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 106). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang kehidupanya, oleh karena itu jenis pembayaran berubah dari waktu ke waktu agar lebih lancar, efisien,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 18) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Prof. Dr. Sri Adiningsih Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016 RAKERNAS PERBARINDO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang mengatur persediaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang mengatur persediaan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang mengatur persediaan akan uang disuatu negara dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Selain dari itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sangat besar dalam perekonomian, dimana peranan Bank adalah sebagai penyimpan dana dan penyalur dana. Peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang diambil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang diambil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan tidak dengan menggunakan uang cash sebagai alat pembayaran,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan tidak dengan menggunakan uang cash sebagai alat pembayaran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang adalah alat tukar yang diterima secara umum dan memiliki kepastian hukum serta nominalnya atau merupakan elemen penting pada kehidupan manusia. Perubahan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan menjadi program penting yang dilakukan oleh negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan menjadi program penting yang dilakukan oleh negara-negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika inklusi keuangan dalam beberapa tahun terakhir sedang menjadi isu ekonomi yang sangat penting. Tidak hanya di Indonesia, inklusi keuangan menjadi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak enam puluh tahun yang lalu sudah muncul pemikiran tentang Cashless society. Para pakar sudah memprediksikan adanya cashless society ketika kartu pembayaran umum

Lebih terperinci