PERAN PENELITIAN BIOTEKNOLOGI MENUNJANG PERTANIAN BIOINDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PENELITIAN BIOTEKNOLOGI MENUNJANG PERTANIAN BIOINDUSTRI"

Transkripsi

1 PERAN PENELITIAN BIOTEKNOLOGI MENUNJANG PERTANIAN BIOINDUSTRI Marcia Bunga Pabendon Balai Penelitian Tanaman Serealia PENDAHULUAN Pertanian sedang menghadapi banyak masalah dan tantangan pada abad ini, seperti semakin berkurangnya areal pertanian, erosi tanah, berkurangnya sumber daya air, pemanasan global, dan pertumbuhan penduduk. FAO memperkirakan bahwa produktivitas pertanian harus dua kali lipat pada tahun 2025 untuk memenuhi meningkatnya permintaan pangan akibat peningkatan populasi, dan untuk mengatasi penurunan sumber daya pertanian. Jadi tantangan terbesar untuk pertanian adalah bagaimana menghasilkan lebih banyak pangan dengan efisiensi yang lebih tinggi, namun dengan dampak lingkungan minimal. Bioteknologi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini telah menjadi salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dan banyak dihadapi manusia. Peningkatan produktivitas dan nilai gizi tanaman yang dihasilkan oleh perkembangan terbaru dalam pemuliaan dengan bantuan penanda molekuler dan rekayasa genetika, memiliki efek positif seperti dapat mengurangi krisis pangan dan memerangi perubahan iklim. Mengingat dampak besar dari perubahan iklim terhadap produksi pertanian, sejumlah negara telah mengembangkan program riset berbasis bioteknologi multidisiplin beberapa tahun belakangan. Program kegiatan mencakup pemuliaan dan seleksi varietas tanaman baru untuk mengatasi perubahan iklim, identifikasi dan manajemen terpadu hama dan penyakit utama, dan pemanfaatan agen mikroba untuk pupuk hayati manufaktur dan biopestisida. Langkah-langkah lain juga telah diambil untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor pertanian. Tanaman rekayasa genetika seperti jagung, kacang kedelai dan kapas yang tahan cekaman hama atau efek sampingnya, telah dikembangkan dengan menggunakan bioteknologi dan berkembang di banyak negara maju dan negara berkembang. Tanaman GM memerlukan penggunaan bahan kimia lebih sedikit namun memiliki hasil yang lebih baik. Dengan demikian, bioteknologi sangat diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan pangan. 20

2 Seminar Nasional Serealia, 2013 Namun demikian, teknologi GM juga menghadapi oposisi yang kuat karena kekhawatiran besar tentang kemungkinan efek berbahaya pada kesehatan manusia dan risiko terhadap lingkungan. Oleh karena itu, keamanan hayati tanaman transgenik harus ditangani berdasarkan penilaian risiko ilmiah dan manajemen yang efektif di lapangan dan pasar. Selain itu, komunikasi yang efektif untuk sosialisasi mengenai teknologi GM terhadap masyarakat awam juga sangat diperlukan. BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI PERTANIAN Penyebaran bioteknologi tanaman merupakan salah satu revolusi teknologi tercepat dalam sejarah pertanian di AS. Dalam kurun waktu lebih 10 tahun, petani AS pada umumnya telah menanam kedelai, kapas dan jagung dalam luasan besar menggunakan benih hasil rekayasa genetik yang resisten terhadap hama atau resistensi herbisida. Sampai saat ini, tanaman hasil rekayasa genetik, secara rata-rata, menurunkan biaya produksi petani dan jumlah pestisida berkurang dan/atau toksisitas rendah yang digunakan pada varietas tanaman non rekayasa genetik. Beberapa dari produk bioteknologi selain makanan dan serat yang memiliki potensi untuk beredar sebagai produk publik yang tidak perlu dibatasi, seperti konservasi air di hilir dan sumber-sumber energi terbarukan yang rendah polusi. Namun demikian, ada juga beberapa produk bioteknologi yang dapat memunculkan risiko baru sehingga memerlukan penelitian dan pengujian secara cermat. Harus dipahami bahwa produk hasil bioteknologi pertanian baik swasta maupun publik membutuhkan perencanaan penelitian yang bijaksana di perguruan tinggi, pemerintah dan industri. Hasil-hasil riset bioteknologi pertanian dapat diakses oleh publik dengan mudah dan umumnya bebas biaya atau sangat murah, melalui artikel jurnal. Biosekuriti merupakan isu penting yang berkaitan dengan gerakan dan perdagangan tanaman atau produk GM. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko penularan bagi organisme GM dengan mengadopsi serangkaian langkah-langkah preventif, seperti biosekuriti laboratorium, keamanan transportasi dan pengendalian material. Biosekuriti membutuhkan kerjasama peneliti, pembuat kebijakan, aparat penegak hukum dan institusi lain yang terkait. Ini tidak hanya akan dikelola di tingkat nasional, tetapi juga perlu kerjasama internasional untuk menyelaraskan pendekatan untuk mencapai biosekuriti yang diinginkan. Konsultasi ini harus dengan ahlinya dan secara professional. Hal tersebut sangat penting karena memungkinkan kita untuk bertukar pendapat atau menyarankan pendekatan untuk kerjasama regional di bidang bioteknologi, biosafety dan biosecurity khususnya di kawasan Asia dan Pasifik. 21

3 Lembaga ini melakukan baik penelitian dasar maupun terapan untuk agronomi dan hortikultura di bidang pemuliaan dan genetika, fisiologi, kultur jaringan, bioteknologi, kesuburan tanah dan nutrisi tanaman, penyakit dan manajemen hama, mesin pertanian, meteorologi, ekonomi dan pengembangan pertanian. Varietas dan teknologi yang dikembangkan oleh lembaga penelitian dalam lima puluh tahun terakhir khususnya di Amerika Serikat telah memberikan kontribusi besar terhadap produksi pertanian dan kemajuan pesat dalam pembangunan ekonomi pedesaan. Di masa depan, adopsi yang lebih maju, terpadu, dan strategi global untuk bidang penelitian untuk terus mengacu pada lingkup (1) Peningkatan pemuliaan tanaman dan teknik budidaya; (2) Penguatan penelitian dan penerapan bioteknologi; (3) Koleksi plasma nutfah dan pelestarian keanekaragaman hayati; (4) Peningkatan teknik pasca panen; dan (5) Pengembangan tindakan non-kimia dan teknik karantina baru dan memperkuat penelitian tentang kerjasama dan transfer teknologi. Kita harapkan bahwa teknologi canggih bisa meningkatkan industri pertanian dan berupaya meningkatkan kemakmuran bagi masyarakat pada umumnya dan secara khusus bagi petani. Bioteknologi pertanian adalah suatu pilihan bagi pemulia untuk mengatasi masalah ini. Alat-alat bioteknologi memungkinkan pemulia tanaman untuk memilih gen yang menghasilkan sifat-sifat menguntungkan dan memindahkan mereka dari satu tanaman ke tanaman lain. Proses ini jauh lebih tepat dan selektif. Istilah bioteknologi pertanian biasanya digunakan untuk menggambarkan berbagai proses biologis di samping rekayasa genetika, seperti yang digunakan dalam budidaya tanaman dan diagnostik kesehatan hewan, vaksin dan biopestisida. Bioteknologi pertanian mengintegrasikan disiplin canggih seperti biologi, genetika, biologi molekuler, biofisika, biokimia, teknik kimia dan ilmu komputer sehingga dapat mengubah atau menambahkan informasi ke kode genetik dalam tanaman atau sel hewan. Selain definisi ilmiah, industri bioteknologi pertanian juga telah dikembangkan. dan potensi aplikasi bioteknologi pertanian telah diakui. Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknik molekuler mulai menghasilkan produk baru yang menarik. Bioteknologi pertanian diharapkan menjadi mesin yang semakin penting untuk pembangunan industri pertanian seperti pangan. Konsumen, petani, dan industri pertanian-pangan semua memperoleh manfaat dari penggunaan bioteknologi. Konsumen dapat mengharapkan untuk menemukan produk makanan baru dengan meningkatkan kualitas, rasa dan gizi. Di lain pihak petani diharapkan dapat menikmati masukan baru, seperti aman, pupuk hayati dan pestisida, dan industri pertanianpangan dapat menemukan berbagai proses baru yang menambah-nilai produk yang mereka bawa ke pasar. 22

4 Seminar Nasional Serealia, 2013 Pengembangan industri agribisnis menawarkan tantangan dan kesempatan termasuk Indonesia. Indonesia harus belajar bagaimana beradaptasi dengan kemitraan baru dan berkolaborasi jika berharap untuk mengakses bioteknologi untuk kebutuhan Indonesia. MASALAH PEMASARAN PRODUK BIOTEKNOLOGI PERTANIAN Ada konsensus politik umum dalam mendukung bioteknologi di sejumlah Negara, tetapi dengan kekhawatiran tentang keamanan produk biotek, terutama dalam konteks menjaga keanekaragaman hayati di negara bersangkutan. Di Indonesia saat ini, juga masih terbatas SDM yang handal atau infrastruktur untuk mengelola prosedur teknis yang memadai untuk menilai produk biotek. Kurangnya daya beli di sektor pertanian karena dominasi petani kecil dan marginal juga dapat membatasi penggunaan yang lebih luas dari produk biotek seperti benih. Benih hasil rekayasa genetik untuk pengembangannya kadang-kadang mengalami kesulitan memperoleh penerimaan pasar, kecuali jika kekhawatiran tentang perusahaan benih multinasional dapat ditangani dan harga dikurangi. Meskipun demikian, sebagian besar peneliti mendukung pengembangan dan impor produk biotek, tetapi hanya setelah menilai dampak secara ilmiah sesuai pedoman keamanan hayati. Dampak dan potensi bioteknologi modern relatif masih kurang dipahami oleh masyarakat khususnya di Indonesia. Sebuah simposium internasional tentang "Keselamatan dan Peraturan Isu dalam Komersialisasi Bio-teknologi Penelitian" tahun 2008, dimana pemerintah dan sektor swasta disarankan secara substansial untuk mendanai R & D dan pengembangan kapasitas, dan insentif yang tepat bagi industri lokal untuk komersialisasi produk dan jasa bioteknologi. Namun, sejauh ini dari pemerintah atau sektor swasta belum ada upaya yang efektif yang telah dibuat untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Dana pemerintah untuk riset bioteknologi di Indonesia masih sangat kecil. Indonesia sangat membutuhkan peningkatan kapasitas dan mengembangkan sumber daya manusia untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan dan pedoman bioteknologi, dan mengembangkan sistem yang transparan dan berbasis ilmu pengetahuan. Hasil survei dari 55 peneliti dan ahli di Thailand mengungkapkan peringkat platform bioteknologi yang merupakan dasar untuk diterapkan pada bioteknologi untuk tujuan pembangunan, social, dan ekonomi. Survei ini menggunakan empat kriteria untuk mencetak platform teknologi, yaitu (1) peneliti kompetensi dan kapasitas 23

5 manusia, (2) aksesibilitas dan ketersediaan sarana pendukung, (3) probabilitas keberhasilan dan kesiapan untuk aplikasi, (4) biaya riset relatif terhadap impor teknologi, dan (5) kemampuan untuk mengintegrasikan dengan pengetahuan lokal, teknologi, dan kebijaksanaan. Berdasarkan empat kriteria untuk mengevaluasi pentingnya setiap platform teknologi, hasilnya menunjukkan bahwa prioritas harus diberikan kepada masing-masing (1) deteksi dan diagnosa, (2) pemuliaan molekuler, dan (3) sel dan kultur jaringan/transfer embrio/dan kloning. Ketiga bidang ini tidak hanya penting, tetapi juga diperlukan untuk pencapaian semua tujuan penelitian. INDUSTRI BIOTEKNOLOGI NEGARA BERKEMBANG Sejumlah negara berkembang secara ilmiah telah berhasil meningkatkan kapasitas SDM dalam teknologi dan industri yang diperlukan untuk bioteknologi. Beberapa tantangan negara-negara berkembang belum diterjemahkan ke dalam keberhasilan pemanfaatan teknologi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial. Ada strategi atau pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri bioteknologi di beberapa negara berkembang. Sejumlah peneliti berpendapat bahwa hal tersebut dapat dimulai melalui inisiatif demonstratif kecil dengan membangun kapasitas yang diperlukan dengan menggunakan inisiatif inspiratif. Selain itu mendorong kemitraan dan joint-venture, dan mendorong partisipasi dan komitmen semua kementerian kunci dan mitra swasta dalam merancang dan menerapkan strategi bioteknologi nasional. Optimisme besar yang banyak terungkap dalam pengembangan awal bioteknologi akan memberikan kontribusi sangat luas untuk memenuhi beberapa tantangan global. Pada Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan di Rio pada tahun 1992, bioteknologi dipandang sebagai alat bantu yang mungkin dapat membuat kontribusi yang signifikan misalnya terhadap peningkatan ketahanan pangan melalui praktek pertanian yang berkelanjutan, meningkatkan pasokan air minum, proses pembangunan industri yang lebih efisien untuk mengolah bahan baku, dukungan untuk metode berkelanjutan aforestasi dan reforestasi, dan detoksifikasi limbah berbahaya " (Agenda ). Sejak itu, industri bioteknologi global telah tumbuh pesat. Sebagai contoh, diperkirakan bahwa lebih dari 400 produk kesehatan bioteknologi menargetkan lebih dari 200 produk yang digunakan. Pendapatan dari produk dan layanan di sektor kesehatan saja telah meningkat dari sekitar US $ 8,1 miliar pada tahun 1992 menjadi sekitar US $ pada tahun Diperkirakan bahwa perusahaan bioteknologi perdagangan umum di AS sendiri bernilai 24

6 Seminar Nasional Serealia, 2013 sekitar $ pada Demikian pula, sekitar 125 juta hektar ditanami rekayasa genetika (GM) tanaman di 25 negara (tiga dari Afrika) sekitar 13,3 juta farmers.3 ini dianggap tingkat adopsi tercepat dari setiap teknologi pertanian dalam sejarah. Sebagian besar tanaman GM yang ditanam terutama di negara-negara maju membawa lebih dari suatu sifat tunggal dalam satu varietas atau hibrida. Dalam hal keuntungan, kapas GM diperkirakan memiliki peningkatan hasil panen, mengurangi penggunaan insektisida dan peningkatan pendapatan petani hingga 50 persen di Cina dan India (ISAAA 2008) Industri bioteknologi dan lingkungan juga telah tumbuh dengan cepat selama dekade terakhir karena didorong oleh ketidakamanan bahan bakar, masalah lingkungan (perubahan iklim), perkembangan teknologi yang cepat dan peluang bisnis. Harga minyak bergejolak sejak tahun 2003 yang mendorong pembuat kebijakan, pemimpin industri dan peneliti untuk berinvestasi di platform bioteknologi, terutama dalam alternatif petrofuels. Sebagai contoh, produksi dan konsumsi bioetanol dan biodiesel telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Produksi bioetanol global yang hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2005 sedangkan biodiesel hampir empat kali lipat dalam waktu yang sama. Brazil dan Amerika Serikat, hampir 90 persen dari 62 miliar liter produksi bioetanol global pada tahun Total produksi bioetanol diperkirakan akan mencapai 127 miliar liter pada tahun 2017 menurut OECD- FAO Agricultural Outlook, Produksi biodiesel diperkirakan akan mencapai sekitar 24 miliar liter. Dalam hal bahan baku, semua bioetanol Brasil berasal dari tebu, sementara Amerika Serikat bioetanol sebagian besar berasal dari dari jagung. Ada dorongan kebijakan yang lebih besar untuk pengembangan kapasitas produksi biofuel dalam negeri di negara-negara berkembang, juga sekaligus sebagai cara untuk mengalihkan kelebihan hasil pertanian. Sebagai contoh, diperkirakan bahwa pemerintah India mewajibkan untuk meningkatkan tingkat pencampuran minyak bumi dengan bioetanol dari 5 persen menjadi 10 persen untuk mengalihkan kelebihan gula yang jika dibuang di pasar internasional, akan menekan harga pasar internasional (Lane 2007). Namun, baik negara maju maupun beberapa negara berkembang telah memulai investasi besar-besaran dalam industri bioteknologi produksi biofuel dengan fokus utama pada teknologi generasi kedua dengan menggunakan bahan baku nonpangan. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa jumlah paten bioteknologi industri diperkirakan telah meningkat dari pada tahun 2000 menjadi pada tahun Saat ini, sekitar tujuh persen dari produk di sektor kimia, yang layak sekitar $ , diproduksi menggunakan platform bioteknologi industri (bahan baku berbasis-bio, fermentasi atau konversi enzimatik) (Riese 2006). Gula dipandang 25

7 sebagai bahan baku penting dalam industri kimia yang dapat dikonversi menjadi bioetanol. Pertumbuhan bioteknologi di negara berkembang cukup mengesankan. Negara-negara seperti Brazil, Cina, Kuba, India, Singapura, Korea Selatan dan Afrika Selatan telah berkomitmen memberikan arah kebijakan pengembangan industri bioteknologi dalam negeri dan peningkatan sumber daya yang signifikan. Negaranegara seperti Singapura dan Korea bahkan telah muncul sebagai pusat global untuk penelitian bioteknologi mutakhir. Negara-negara tersebut telah menawarkan fasilitas modern dan dukungan serupa yang strategis yaitu pengembangan teknologi bioinformatic. Penting untuk diingat bahwa bioteknologi merupakan sebuah multidisiplin, dan bidang pengetahuan intensif sebanyak itu adalah bisnis yang membutuhkan peraturan dan struktur pasar yang baik. Bioteknologi merupakan Ilmu Pengetahuan dan Bisnis (Jong, 2009), artinya banyak perusahaan bioteknologi start-up tidak memiliki produk di pasar, tetapi potensi dalam menjanjikan produk yang menarik bagi investor. Sentimen serupa dikumandangkan oleh Stelio Papadopoulos, seorang pemodal dari bioteknologi mengemukakan bahwa orang diinvestasikan dengan harapan bahwa teknologi baru atau ide bisa membuat perbedaan besar (De Rubertis et al. 2009). Generasi baru investor publik atau swasta selalu bersemangat melihat prospek pertumbuhan industri bioteknologi di masa depan. Perusahaan biotek, pada gilirannya, harus terus berinovasi jika mereka ingin memastikan peningkatan hasil melalui produk baru dan menarik lebih banyak investasi. Banyak faktor yang mendorong pertumbuhan industri bioteknologi tetapi tidak ada yang lebih dominan dibandingkan kebijakan pemerintah yang menguntungkan. Kebijakan pemerintah yang telah berperan dalam pertumbuhan pertanian, industri, lingkungan dan kesehatan subsektor bioteknologi. Misalnya di Uni Eropa, Brasil dan Amerika Serikat, penelitian di sektor bioenergi telah didorong terutama oleh kebijakan pemerintah yang menguntungkan. Perbedaan kebijakan di negara-negara lain, misalnya dalam mempengaruhi publik dan swasta untuk berinvestasi (Zarrilli 2007). Suksesnya produksi bioetanol di Brazil dan Zimbabwe dan kogenerasi listrik dari ampas tebu dari pabrik gula di Mauritius hanya merupakan bagian dari antara banyak contoh di mana pemerintah memainkan peran lebih besar dalam sektor bio-energi (Konde 2005). Dalam suatu negara dimana pemerintah menjamin baik untuk membeli kelebihan listrik maupun untuk meluluskan kebijakan mengenai kebutuhan untuk mencampur minyak dengan etanol pada semua pemasaran minyak perusahaan dan memproduksi kendaraan bermotor yang dirancang untuk menggunakan bahan bakar 26

8 Seminar Nasional Serealia, 2013 campuran tersebut. Beberapa negara, termasuk Brazil, Columbia, Kuba, India, Thailand, Meksiko dan Filipina, memberikan insentif kepada industri gula mereka untuk mempromosikan kogenerasi listrik dari ampas, yaitu teknologi yang dirintis di Mauritius dan Hawaii. Kebijakan pemerintah penting untuk pengembangan bioteknologi di bidang pertanian dan kesehatan di mana perbedaan persepsi terhadap risiko memiliki dampak yang besar. Moratorium yang dikenakan oleh pemerintah pada uji coba lapangan dan budidaya tanaman rekayasa genetika telah menghambat investasi di bidang bioteknologi. Larangan oleh pemerintah AS pada penggunaan dana publik dalam penelitian sel batang diperkirakan telah mendorong peneliti bermigrasi ke Korea dan Singapura untuk mendorong kemampuan penelitian dari negara-negara tersebut ke level baru. Wilayah lain dari tata kelola yang cukup penting adalah hak kekayaan intelektual (HKI) dan komersialisasi teknologi juga penting untuk pengembangan industri bioteknologi (Watal 2000). Hal ini penting karena industri dan lembaga penelitian masyarakat dan universitas telah bekerja sangat erat dalam pengembangan produk dan jasa bioteknologi. Pada tahap awal, bioteknologi start-up tampaknya muncul dengan beberapa masukan dari hasil-hasil riset dan para peneliti mereka. Peraturan komersialisasi teknologi yang jelas dan aturan kepemilikan hak kekayaan intelektual adalah kunci untuk mengamankan investasi swasta, mencari kemitraan dan mendefinisikan pembagian yang adil dari aktivitas produktif ( STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGKAN INDUSTRI BIOTEKNOLOGI Banyak negara-negara berkembang seperti Indonesia masih dibatasi oleh SDM, kelembagaan dan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk menerapkan bioteknologi di semua sektor ekonomi. Tingkat prosedur investasi dan peraturan yang jelas, diperlukan untuk berhasil mengembangkan dan membawa produk bioteknologi inovatif ke pasar. Salah satu tantangan dalam strategi pemberian rekomendasi terletak pada penentuan bidang-bidang prioritas untuk penelitian bioteknologi, pengembangan penggunaan produk dalam jumlah kebutuhan yang mendesak, tapi beberapa produk bersaing dalam bidang pertanian, gizi, kesehatan, industri dan lingkungan. Hal ini yang membuat lebih sulit dan merupakan daftar panjang tindakan dan dukungan yang diperlukan untuk memungkinkan bioteknologi terealisasi, seperti keterbatasan sumber daya manusia, investasi R & D, regulasi industri dan pasar, infrastruktur dan kebijakan terkait lainnya. 27

9 MASA DEPAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI INDONESIA Indonesia, adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terbentang di zona tropis antara dua benua, Australia dan Asia. Indonesia terdiri dari pulau, yang bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Jenis tanah juga bervariasi dari datar, berbukit ke pegunungan. Setidaknya terdapat 47 ekosistem yang berbeda. Sekitar 17 persen dari semua makhluk hidup di dunia ditemukan di Indonesia, termasuk 10 persen dari semua tanaman berbunga, 12 persen mamalia, dan 25 persen reptil. Keragaman mikroba sangat besar dan tidak ada yang bisa memperkirakan angka yang sebenarnya. Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan keunggulan kompetitif bagi negara. Keanekaragaman hayati tersebut perlu dipertahankan, pemanfaatannya harus dianggap penting. Dengan mega-keanekaragaman hayati, Indonesia seharusnya menjadi terkaya dalam hal sumber daya genetik. Dengan kemajuan ilmu biologi, khususnya di bidang biologi molekuler dan genetika molekular, potensi gen-gen target dari sumber daya hayati dapat dipelajari, diiisolasi, diperbanyak, diawetkan, dan dimanfaatkan. Pemanfaatan sejumlah gen target melalui bioteknologi maju memiliki potensi besar untuk pertanian Indonesia (produksi makanan), industri (nilai tambah produk pertanian), kesehatan (tradisional obat dan pengembangan obat), dan lingkungan (peningkatan kualitas lingkungan). Oleh karena itu, bioteknologi akan sangat penting untuk pembangunan ekonomi masa depan Indonesia. Dukungan kebijakan pemerintah tetap tapi dana terbatas. Selama lima tahun ke depan, pembangunan infrastruktur di perguruan tinggi, lembaga penelitian publik, dan lembaga penelitian non publik akan melambat, jika tidak berhenti. Satu-satunya keuntungan dari kurun waktu beberapa tahun pengalaman bahwa telah memungkinkan bagi Indonesia untuk mengidentifikasi kekuatan kemampuan bioteknologinya. Berbagai kelompok penelitian yang kuat di dalam negeri telah dan sedang terbentuk. Ini adalah salah satu wilayah yang dapat menyebabkan pesatnya pengembangan kerjasama dengan komunitas ilmiah internasional dan menarik dana dari berbagai lembaga internasional. Di masa depan, kebutuhan untuk sebuah visi baru dalam pengembangan bioteknologi, pemanfaatan, kewirausahaan, modal/sumberdaya keuangan, dan kualitas penelitian yang harus didukung oleh sumber daya manusia yang handal untuk pengembangan industri akan menjadi luar biasa. 28

10 Seminar Nasional Serealia, 2013 PENUTUP Perkembangan bioteknologi di Indonesia terhambat oleh beberapa faktor. Peningkatan kapasitas tenaga kerja dengan keahlian tertentu sangat penting. Saat ini, di masing-masing lembaga atau institusi, critical mass untuk setiap bidang keahlian tidak tercapai. Kegiatan sangat banyak tersebar sehingga tidak fokus. Oleh karena itu, pusat penelitian bioteknologi nasional harus giat membangun jejaring antara para ahli di lapangan dalam bentuk konsorsium bioteknologi yang terkoordinasi secara jelas untuk benar-benar dapat mencapai tujuannya. Sektor swasta masih sangat terbatas terlibat untuk mendanai penelitian di bidang ini, mungkin karena membutuhkan investasi yang tinggi. Namun, sejumlah industri swasta telah menunjukkan minat. Selama ini, sebagian dana berasal dari pemerintah, tapi krisis BBM memaksa pemotongan pendanaan, sehingga agak mengganggu penelitian yang direncanakan dari awal. Kolaborasi regional dan internasional sangat penting dalam mencapai tujuan yang sama bersama-sama. BAHAN BACAAN Agenda 21, Chapter Environmentally sound management of biotechnology. Earth Summit, UN Conference on Environment and Development (UNCED) New Energy Bill To Promote Innovation: The Proper Balance of Competition and Patent Law and Policy. De Rubertis, F., Fleck R., and Lanthaler, W Six Secrets to Success How to Build a Sustainable Biotech Business. Nature Biotechnology 27(7): ISAAA Global Status of Commercialized Biotech/GM Crops: ISAAA Briefs 39. Jong, S Building a Business: When Times are Tough. Nature Biotechnology, 7 (3): ISAAA SEAsiaCenter Agricultural Biotechnology ().c/o IRRI, DAPO Box 7777, Metro Manila, Philippines. Konde, V Lighting up Africa: Energy for Development. African Technology Development Forum Journal, 2, 3-9. Lane, J India Mandates E10 Ethanol Blend Effective, Biofuel Digest, 19 September. Riese, J. (2006). Industrial Biotechnology Turning Potential into Profits, McKinsey & Company. 29

11 Virgin, I., M. Bhagavan, J. Komen, A. Kullaya, N. Louwaars, E.J. Morris, P. Okori, and G. Persley Agricultural Biotechnology and Small-scale Farmers in Eastern and Southern Africa. Risks, Livelihood and Vulnerability Programme - Working Paper. Stockholm Environment Institute, Stockholm, Sweden. Zarrilli, S. (2007). Global Perspective on Production of Biotechnology-based Bioenergy and Major Trends. FAO Biotechnology and Bioenergy Seminars, FAO, Rome. Secrets to Developing a Successful Biotechnology Industry Sukara, E. and I.H. Slamet-Loedin Agricultural Biotechnology in Indonesia 30

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi

Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi SAO PAULO, Brasil (11 Januari 2006) Permintaan petani akan tanaman biotek telah meningkat sebesar dua digit per

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN ISAAA MENGENAI TANAMAN BIOTEK TAHUN 2015 DIRILIS DI BEIJING, TIONGKOK

LAPORAN TAHUNAN ISAAA MENGENAI TANAMAN BIOTEK TAHUN 2015 DIRILIS DI BEIJING, TIONGKOK 20 April 2016 GLOBAL LAPORAN TAHUNAN ISAAA MENGENAI TANAMAN BIOTEK TAHUN 2015 DIRILIS DI BEIJING, TIONGKOK Brief (51) Tahunan ISAAA mengenai 20th Anniversary (1996 to 2015) of the Global Commercialization

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi modern merupakan hasil penerapan organisme hidup yang bagian-bagiannya mempunyai susunan genetik baru (Pasal 1 PP No.21 Tahun 2005 tentang keamanan hayati). Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan ilmiah tidak selalu memiliki nilai komersial. Produk akhir temuan ilmiah dapat berupa jurnal, buku atau invensi. Penemuan ilmiah yang disebut invensi biasanya

Lebih terperinci

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA 26 Februari 2014 GLOBAL IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA International Rice Research Institute (IRRI) dan mitranya merilis 44 varietas padi baru dan unggul pada tahun 2013. Ini termasuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS Teknologi agribisnis merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan efektifitas, efisiensi, serta produktifitas yang tinggi dari usaha agribisnis. Penentuan jenis teknologi sangat

Lebih terperinci

FAO, IFAD, WFP RILIS PERNYATAAN BERSAMA DI TENGAH LONJAKAN HARGA PANGAN

FAO, IFAD, WFP RILIS PERNYATAAN BERSAMA DI TENGAH LONJAKAN HARGA PANGAN 12 September 2012 GLOBAL FAO, IFAD, WFP RILIS PERNYATAAN BERSAMA DI TENGAH LONJAKAN HARGA PANGAN Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) dan Program

Lebih terperinci

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 19 Januari 2016; disetujui: 26 Januari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup, dan hubungan di antara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

PARA MENTERI G20 NYATAKAN INOVASI DI BIDANG PERTANIAN KUNCI UNTUK AKHIRI KELAPARAN EKSTREM

PARA MENTERI G20 NYATAKAN INOVASI DI BIDANG PERTANIAN KUNCI UNTUK AKHIRI KELAPARAN EKSTREM 15 Juni 2016 GLOBAL PARA MENTERI G20 NYATAKAN INOVASI DI BIDANG PERTANIAN KUNCI UNTUK AKHIRI KELAPARAN EKSTREM Para Menteri Pertanian dari 20 ekonomi utama dunia diselenggarakan di Xi'an, Tiongkok pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah salah satu bentuk pemuliaan non konvensional yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pemuliaan tanaman. Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANGAN UNTUK AKSES GRATIS INFORMASI TENTANG TANAMAN BIOTEK

UNDANGAN UNTUK AKSES GRATIS INFORMASI TENTANG TANAMAN BIOTEK 25 August 2011 GLOBAL UNDANGAN UNTUK AKSES GRATIS INFORMASI TENTANG TANAMAN BIOTEK Crop Biotech Update, e-newsletter dari International Service for the Acquisition of Agribiotech Applications (ISAAA),

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan Oleh Dewi Triwahyuni PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

SIARAN PERS ISAAA. Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit

SIARAN PERS ISAAA. Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Endah Dwi Ekowati Prisma Public Relations Telp. (021) 830-1500 Fax. (021) 830-3948 SIARAN PERS ISAAA Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? Sekretariat Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia Puslit Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong Science Center http://www.indonesiabch.org/

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,

Lebih terperinci

STUDI TERBARU UNGKAP STAGNANSI HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN, PERLU ADANYA AKSI REGIONAL

STUDI TERBARU UNGKAP STAGNANSI HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN, PERLU ADANYA AKSI REGIONAL 19 Desember 2012 GLOBAL STUDI TERBARU UNGKAP STAGNANSI HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN, PERLU ADANYA AKSI REGIONAL Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Nature Communications edisi 18 Desember, menguji

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

RINGKASAN UNTUK MEDIA

RINGKASAN UNTUK MEDIA LIVING PLANET REPORT 2012 RINGKASAN UNTUK MEDIA Living Planet Report 2012 adalah laporan berbasis analisis Ilmiah tentang kesehatan planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Latar Belakang

Lebih terperinci

PRODUK BIOTEKNOLOGI AKAN TERUS BERKEMBANG. Waber menyatakan bahwa produk-produk berikut ini merupakan produk yang dinanti antara lain :

PRODUK BIOTEKNOLOGI AKAN TERUS BERKEMBANG. Waber menyatakan bahwa produk-produk berikut ini merupakan produk yang dinanti antara lain : 29 Juni 2007 BERITA PRODUK BIOTEKNOLOGI AKAN TERUS BERKEMBANG Bioteknologi akan terus membuat perbedaan dalam perbaikan produktivitas petani, berkontribusi terhadap makanan yang lebih sehat dan peningkatan

Lebih terperinci

SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY

SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY PENGANTAR SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY Oleh: Harianto Pembelajaran dari Revolusi Hijau Pada Abad 20, investasi publik yang besar dalam penelitian pertanian telah menghasilkan

Lebih terperinci

LUAS GLOBAL TANAMAN BIOTEK Juta Hektar (1996 s/d 2006)

LUAS GLOBAL TANAMAN BIOTEK Juta Hektar (1996 s/d 2006) ISAAA INTERNATIONAL SERVICE FOR THE ACQUISITION OF AGRI-BIOTECH APPLICATIONS RINGKASAN EKSEKUTIF BRIEF 35 Status Global Komersialisasi Tanaman Biotek/Hasil Rekayasa Genetika: 2006 Oleh Clive James Ketua

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Wening Sri Wulandari Diskusi Ilmiah Badan Litbang Kehutanan Bogor, 22 April 2014 Sistematika Kondisi Energi Nasional dan Peran

Lebih terperinci

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Penggolongan Keanekaragaman Hayati 1. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu sp, baik diantara

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

MENGENAL BIOTEKNOLOGI

MENGENAL BIOTEKNOLOGI MENGENAL BIOTEKNOLOGI Bioteknologi?? Organization for Economic Cooperation and Development Penerapan prinsip sains (science) dan rekayasa (engineering) untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

BRIEF 34. Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Clive James Ketua Dewan Direksi ISAAA

BRIEF 34. Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Clive James Ketua Dewan Direksi ISAAA I S A A A INTERNATIONAL SERVICE FOR THE ACQUISITION OF AGRI-BIOTECH APPLICATIONS EXECUTIVE SUMMARY BRIEF 34 Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: 2005 Oleh

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN Produk rekayasa genetik pada saat ini sudah tersebar luas di berbagai negara, khususnya negara-negara maju dan di Indonesia pun sudah ada beberapa

Lebih terperinci

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan 6th UNEP TUNZA Southeast Asia Youth Environment Network (SEAYEN) Meeting Youth Statement pertemuan Panel Tingkat Tinggi di Bali pada kemitraan / kerjasama global (25-27 Maret, 2013) 26 Maret 2013 Pemuda

Lebih terperinci

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010 50 PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF TEKNOLOGI INDUSTRI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT Oleh : MTH Sri Budiastutik Eddy Triharyanto Susilaningsih ABSTRAK Upaya pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai

Lebih terperinci

Abstrak Pembicara Utama

Abstrak Pembicara Utama Abstrak Pembicara Utama PERAN TEKNOLOGI AGRONOMI DALAM PERCEPATAN PENCIPTAAN DAN HILIRISASI INOVASI PERTANIAN Dr. Muhammad Syakir, MS (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) Agronomi saat

Lebih terperinci

REKAYASA TEKNOLOGI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI

REKAYASA TEKNOLOGI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI REKAYASA TEKNOLOGI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI Oleh: Hermanto Peneliti Madya Makalah Disampaikan Pada: Seminar Nasional Ketahanan Pangan Universitas Mercu Buana Yogyakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci