ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Transkripsi

1 ANALISIS SEKTOR PERTANIAN DITINJAU DARI KLASIFIKASI, STABILITAS PERTUMBUHAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Putri Isabel Lumbantobing, Eny Lestari, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta Telp./Fax (0271) putriisabell@gmail.com. Telp Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, mengetahui stabilitas pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo, dan mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah Tipologi Klassen, analisis variabilitas (standar deviasi) dan persistensi (koefisien autokorelasi), serta Indeks Williamson. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari analisis Tipologi Klassen diperoleh sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih termasuk sektor maju dan tumbuh pesat, sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan termasuk sektor maju tapi tertekan, sedangkan sektor pertambangan termasuk sektor relatif tertinggal. Analisis stabilitas diperoleh sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Analisis Indeks Williamson menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan tanpa sektor pertanian. Kata Kunci : Tipologi Klassen, Analisis Stabilitas, Indeks Williamson. Abstract: This research aim to classify agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, know the growth stability of agricultural sector and other economic sectors in District Sukoharjo, and know the role of agricultural sector in distributing income in District Sukoharjo. Basic method of this research is descriptive method. Secondary data is used and analyzed using Klassen Typology, variability (standard deviation) and persistency (autocorrelation coefficient) analysis, and Williamson Index. Data used is secondary data. The result shows that agricultural, trade, hotel, and restaurant, and electricity, gas, and water sector is classified as advanced and rapidly growing sector. Manufacturing industry, services, transport and communication, building and construction, finance, lease, and company service is classified as advanced but depressed sector. On the other hand, mining sector is classified as relatively underdeveloped sector. The most stable sector is agricultural sector and the most unstable is electricity, gas, and water sector. The most persistent sector in short term is transport and communication sector, while building and construction sector is the most non persistent sector in short term. Another result of this research shows that agricultural sector gives no significant difference for income distribution in District Sukoharjo. Keywords : Klassen Typology, Stability Analysis, Williamson Index.

2 PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006). Pembangunan yang dilakukan di ketiga aspek tersebut akan memberikan manfaat yang begitu banyak bagi kehidupan masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses yang tidak hanya berlangsung di setiap aspek (struktur sosial, sikap hidup, dan kelembagaan nasional), tetapi juga terjadi di setiap tingkatan, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah. Pembangunan tidak hanya dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga sampai ke tingkat daerah. Salah satu bagian dari pembangunan tersebut adalah pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi, yang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi, dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan dari setiap sektor ekonomi pada periode tertentu. Nilai PDB digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional, sedangkan di tingkat regional dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya PDRB antar wilayah akan menunjukkan angka yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sumber daya alam di masing-masih daerah serta sumber daya manusia yang mengelolanya. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun terus mengalami peningkatan. PDRB kabupaten tersebut pada tahun 2001 sebesar Rp ,63 dan meningkatn menjadi Rp ,70 pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, ). Sama dengan daerah lain, PDRB Kabupaten Sukoharjo disusun oleh sembilan sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (30,40%), industri pengolahan (24,32%), serta pertanian (20,44%) (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Sukoharjo. Kontribusi yang berbeda-beda dari masing-masing sektor juga menunjukkan bahwa setiap sektor mempunyai tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pertumbuhan yang baik dari suatu sektor adalah pertumbuhan yang diikuti oleh stabilitas pertumbuhan. Stabilitas dalam pertumbuhan menjadi penting karena sering kali yang menjadi permasalahan dalam pertumbuhan adalah konjungtur atau naik-turunnya pertumbuhan itu sendiri. Simatupang

3 et al dalam Agustono (2011) menjelaskan bahwa keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan harus diukur dengan dua besaran yaitu tingkat dan stabilitas pertumbuhan. Pertumbuhan yang tinggi merupakan syarat keharusan, sedangkan stabilitas yang mantap merupakan syarat kecukupan. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas yang mantap merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga distribusi pendapatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah besaran PDRB per kapita. PDRB per kapita adalah besaran rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap penduduk sebagai hasil dari kegiatan produksi. Sama halnya dengan total PDRB yang meningkat, PDRB per kapita di Kabupaten Sukoharjo pun mengalami peningkatan dari tahun PDRB per kapita ADHK pada tahun berturut-turut sebesar Rp ,01, Rp ,62, Rp ,42, Rp ,95, dan Rp ,24. PDRB per kapita pun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 menjadi Rp ,00 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2011 a ). Peningkatan pendapatan per kapita yang merupakan hasil dari proses pembangunan tidaklah cukup untuk menunjukkan bahwa pembangunan telah berhasil dilakukan. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan tidak menjamin bahwa pendapatan telah terdistribusi secara merata. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai distribusi pendapatan per orang berdasarkan produk yang dihasilkan di dalam suatu daerah/regional. Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu dari tiga sektor tumpuan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Sektor tersebut juga merupakan salah satu sektor pemberi kontribusi terbesar bagi PDRB. Oleh karena itu sebagai bagian dari perekonomian, dilakukan analisis terhadap sektor pertanian dilihat dari klasifikasinya, stabilitas pertumbuhan PDRB, serta peran sektor tersebut terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui stabilitas pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo; mengetahui peran sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo dipilih di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan tersebut didasarkan dengan data PDRB sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 yang menunjukkan bahwa di antara seluruh

4 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten dengan kontribusi sektor pertanian yang sangat rendah, yaitu hanya sebesar 18,93% (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013). Kontribusi tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan nilai PDRB sektor pertanian, kegiatan perekonomian utama di Kabupaten Sukoharjo bukanlah sektor pertanian. Posisi sektor pertanian sebagai sektor yang bukan merupakan pemberi kontribusi terbesar merupakan salah satu alasan untuk menganalisis bagaimana peran pertanian di Kabupaten Sukoharjo. Alasan lain dipilihnya Kabupaten Sukoharjo adalah jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang berada pada tingkat ketiga terbanyak. Pada peringkat pertama dan kedua adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun berada di peringkat ketiga, jumlah tenaga kerja sektor pertanian terus meningkat. Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja sektor tersebut sebesar orang kemudian menjadi orang pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Jenis dan Sumber data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. Metode Analisis Data Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Analisis klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya dilakukan dengan menggunakan Analisis Tipologi Klassen. Analisis tersebut dilakukan dengan membandingkan dua indikator, yaitu laju pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor terhadap PDRB. Perbandingan dilakukan di antara dua sektor yang sama di tingkat Kabupaten Sukoharjo dan di Provinsi Jawa Tengah. Hasil perbandingan dari kedua indikator tersebut akan menggolongkan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya ke dalam empat tipe, yaitu sektor maju dan tumbuh pesat; sektor maju tapi tertekan; sektor sektor potensial atau masih dapat berkembang; sektor relatif tertinggal. Berikut adalah matrik Tipologi Klassen Tabel 1. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya berdasarkan Tipologi Klassen Laju Pertumbuhan (s) ski > sk (+) (tinggi) Kontribusi terhadap PDRB (sk) ski < sk (-) (rendah) si > s (+) (tinggi) si < s (-) (rendah) Sumber: Sjafrizal, 2008 Tipe I Sektor maju dan tumbuh pesat Tipe III Sektor potensial atau masih dapat berkembang Tipe II Sektor maju tapi tertekan Tipe IV Sektor relatif tertinggal

5 PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto. Si adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo. S adalah laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Ski adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo. Sk adalah kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Analisis Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan variabilitas dan persistensi. Variabilitas diukur dengan menggunakan pendekatan standar deviasi dari X. Semakin tinggi nilai standar deviasi, semakin stabil suatu sektor. Persistensi diukur dengan menggunakan koefisien autokorelasi (ACOR) antara Xt dan Xt-1. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tahan suatu sektor terhadap gucangan dalam jangka pendek (Basu and Taylor dalam Syam dan Saktyanu, 2001). Analisis Distribusi Pendapatan per Kapita Analisis distribusi pendapatan per kapita dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson. Formulasi Indeks Williamson secara statistik dapat ditampilkan sebagai berikut: Vw = (1) (Sjafrizal, 2012) Vw adalah nilai Indeks Williamson, yi adalah PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo, y adalah PDRB per kapita rata-rata Provinsi Jawa Tengah, fi adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo, n adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah. Nilai vw berada di antara 0 dan 1. Semakin mendekati 0 berarti pendapatan terdistribusi dengan semakin merata. HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Pertumbuhan sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya perlu diketahui untuk mengetahui kondisi dari masing-masing sektor yang dilihat dari dua indikator, yaitu laju pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo tergolong ke dalam empat tipe sektor. Pertama, tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat). Sektor yang termasuk ke dalam tipe I adalah sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar, namun kontribusinya yang berada di peringkat ketiga tetap lebih tinggi daripada kontribusi sektor yang sama di tingkat provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo memiliki perkembangan yang cukup baik. Perkembangan yang cukup baik tersebut salah satunya dapat dilihat dari produksi Gabah Kering Giling (GKG) yang mengalami peningkatan. Rata-rata produksi GKG pada tahun 2012 sebesar 66,49 kuintal/hektare dan meningkat

6 menjadi 75,24 kuintal/hektare pada tahun 2013 (Dispertan Kabupaten Sukoharjo, 2013 a ). Kedua, tipe II (sektor maju tapi tertekan). Sektor yang termasuk ke dalam tipe II adalah industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan. Sektor-sektor di Kabupaten Sukoharjo memang paling banyak terklasifikasi ke dalam tipe II. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut sebenarnya merupakan sektor maju namun pertumbuhannya mengalami perlambatan, yang menyebabkan kontribusinya pun menurun. Walaupun demikian, sektor-sektor yang tergolong di dalam tipe II memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Ketiga, tipe IV (sektor relatif tertinggal). Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor pertambangan. Kondisi sektor ini di Kabupaten Sukoharjo memang relatif tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan izin usaha pertambangan di Kabupaten Sukoharjo yang menunjukkan angka yang sangat kecil. Pada tahun , jumlah izin usaha pertambangan berturutturut adalah 5, 3, 6, dan 5 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2012). Jumlah izin usaha yang sangat rendah menunjukkan bahwa sektor pertambangan bukanlah sektor yang dikembangkan dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Sukoharjo sehingga kondisi sektor ini pun relatif tertinggal dibandingkan sektor lainnya. Berikut adalah hasil analisis klasifikasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo Tabel 2. Analisis Klasifikasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi lainnya berdasarkan Tipologi Klassen di Kabupaten Sukoharjo Laju Pertumbuhan (s) si>s (+) (tinggi) si<s (-) (rendah) Kontribusi terhadap PDRB (sk) ski>sk (+) ski<sk (-) (tinggi) (rendah) Tipe I Tipe II Sektor Maju dan Tumbuh Sektor Maju Tapi Tertekan Pesat 1. Sektor pertanian 1. Sektor industri pengolahan 2. Sektor perdagangan, hotel, 2. Sektor jasa-jasa dan restoran 3. Sektor listrik, gas, dan air 3. Sektor pengangkutan dan bersih komunikasi 4. Sektor bangunan dan konstruksi 5. Sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan Tipe III Tipe IV Sektor potensial atau masih Sektor relatif tertinggal dapat berkembang - Sektor pertambangan Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

7 Stabilitas Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya Stabilitas sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya diukur dengan dua indikator, yaitu variabilitas dan persistensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai standar deviasi yang paling rendah, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki standar deviasi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling stabil sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang paling tidak stabil. Kestabilan sektor pertanian dalam pertumbuhannya menunjukkan bahwa sektor ini mengalami perkembangan yang cukup baik, yang salah satunya didukung oleh faktor SDM (Sumber Daya Manusia). Pada tahun 2012, terdapat 634 kelompok petani dan 62 orang aparatur di sektor pertanian yang ditumbuhkembangkan dan diberdayakan kapasitasnya melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Sukoharjo telah melakukan suatu pengembangan kualitas terhadap para petani dan aparatur sehingga diperoleh SDM yang semakin terlatih dan terampil dalam melakukan pekerjaan di sektor pertanian (Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, 2013). Pemerintah Kabupaten Sukoharjo juga menyediakan sarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan di sektor pertanian itu sendiri. Pada tahun 2012, terdapat 187 unit sarana produksi yang disediakan bagi para petani. Selain itu disediakan juga 83 ton benih padi untuk pelaksanaan perbenihan padi di balai benih dan 330,4 ton benih padi untuk pelaksanaan perbenihan padi di kelompok penangkar. Penyediaan sarana produksi tersebut berperan dalam mendukung kelancaran kegiatan usahatani sehingga akan mempengaruhi juga stabilitas pertumbuhan dari sektor pertanian itu sendiri (Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut adalah nilai standar deviasi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Sukoharjo Tabel 3. Nilai Standar Deviasi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sukoharjo Sektor Standar Deviasi A. Pertanian 7,48 B. Ekonomi lainnya: 1. Listrik, gas, dan air bersih 19,55 2. Pertambangan dan penggalian 14,52 3. Pengangkutan dan komunikasi 12,70 4. Jasa-jasa 12,45 5. Bangunan dan konstruksi 11,84 6. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 11,60 7. Perdagangan, hotel, dan restoran 10,48 8. Industri pengolahan 10,32 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

8 Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur stabilitas pertumbuhan sektor adalah persistensi. Persistensi diukur dengan melihat nilai koefisien autokorelasi (ACOR) dari masing-masing sektor. Semakin rendah nilai ACOR, semakin tidak tahan suatu sektor terhadap guncangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ACOR yang paling tinggi, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi memiliki nilai ACOR yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek, sedangkan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Sektor pertanian sendiri memiliki nilai ACOR yang menempati posisi ketiga paling rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian juga merupakan sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek. Sektor pertanian sebagai sektor yang tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek mengalami guncangan yang tidak hanya berasal dari iklim dan cuaca maupun serangan hama, tetapi juga dari ketersediaan lahan. Arifin (2001) menyatakan bahwa produksi pertanian masih terlalu berbasis pada ketersediaan lahan, sementara beberapa kegiatan ekonomi yang disertai konversi lahan-lahan pertanian menjadi kegunaan lain masih akan terus berlangsung. Pada tahun 2012, luas lahan di Kabupaten Sukoharjo yang berfungsi sebagai lahan sawah sebesar Ha, sedangkan yang berfungsi sebagai lahan bukan sawah sebesar Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa 54,98% lahan di Kabupaten Sukoharjo digunakan untuk keperluan selain sawah, sedangkan hanya 45,04% yang digunakan untuk keperluan sawah (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2013). Berikut adalah nilai ACOR sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya Tabel 4. Nilai ACOR Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sukoharjo Sektor ACOR A. Pertanian -0,143 B. Ekonomi lainnya: 1. Pengangkutan dan komunikasi 0, Listrik, gas, dan air bersih 0, Perdagangan, hotel, dan restoran 0, Industri pengolahan 0, Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 0, Jasa-jasa -0, Pertambangan dan penggalian -0, Bangunan dan konstruksi -0,545 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014

9 Distribusi Pendapatan per Kapita Hasil penghitungan distribusi PDRB per kapita dengan menggunakan rumus Indeks Williamson menunjukkan bahwa nilai Vw dengan dan tanpa pertanian pada sama-sama mendekati 0. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa terdapat selisih yang kecil antara nilai Vw dengan dan tanpa pertanian. Oleh karena itu dilakukan analisis untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya perbedaan distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian maka perlu dilakukan uji beda, yaitu uji t- berpasangan. Uji t-berpasangan dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical Program for Social Science) dengan membandingkan nilai signifikasi dengan nilai alfa (α) 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Jika nilai signifikansi < α, maka Tabel 5. Hasil Analisis Indeks Williamson terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian, sedangkan jika jika nilai signifikansi > α, maka tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Hasil uji t berpasangan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,373, yang berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara distribusi pendapatan dengan dan tanpa pertanian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan di Kabupaten Sukoharjo telah terdistribusi secara merata. Hal ini tentu saja sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan hasil pertumbuhan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukannya hanya segolongan kecil masyarakat saja (Thee Kian Wie, 1983). Tahun Indeks Williamson (Vw) Dengan Pertanian Tanpa Pertanian ,0340 0, ,0046 0, ,0178 0, ,0194 0, ,0171 0, ,0109 0, ,0101 0, ,0093 0, ,0095 0, ,0152 0, ,0038 0, ,0024 0,0053 Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2014 SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan Tipologi Klassen, yaitu tipe I (sektor maju dan tumbuh pesat), yaitu sektor pertanian,

10 perdagangan, hotel, dan restoran, serta listrik, gas, dan air bersih; tipe II (sektor maju tapi tertekan), yaitu sektor industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, bangunan dan konstruksi, serta keuangan, sewa, dan jasa perusahaan; tipe III (sektor relatif tertinggal), yaitu sektor pertambangan. Sektor yang paling stabil adalah sektor pertanian, sedangkan sektor yang paling tidak stabil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor yang paling tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling tidak tahan terhadap guncangan dalam jangka pendek adalah sektor bangunan dan konstruksi. Sektor pertanian tidak berperan nyata terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Sukoharjo, sehingga dengan dan tanpa sektor pertanian di kabupaten tersebut distribusi pendapatan tetap dalam kondisi merata. Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo adalah pemerintah sebaiknya melakukan pemberian subsidi sarana produksi yang mencukupi kebutuhan petani dalam melakukan kegiatan di bidang pertanian. Selain itu pemerintah juga sebaiknya terus mengadakan sekolah lapang secara teratur yang berkaitan dengan penanggulangan serangan hama dan anomali cuaca sehingga petani dapat memperoleh informasi dan inovasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Pemerintah juga sebaiknya ikut berperan menerapkan kebijakan yang mendukung peningkatan pendapatan petani, salah satunya kebijakan untuk mempertahankan lahan pertanian sehingga tidak mengalami alih fungsi. DAFTAR PUSTAKA Agustono Peran Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal SEPA Vol 8 (1). Arifin, Bustanul Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia Telaah Struktur, Kasus, dan Alternatif Strategi. Jakarta: Erlangga. BPS Kabupaten Sukoharjo a. PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. BPS Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo dalam Angka Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo dalam Angka Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. BPS Kabupaten Sukoharjo PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik. Dispertan Kabupaten Sukoharjo a. Produksi Gabah: Tantangan Produksi GKGSaatLahanHijauMenyempit. kab.go.id/produksi-gabahtantanganproduksi-gkg-saatlahan-hijau-menyempit/.diakses pada tanggal 18 Juni 2014.

11 Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Tahun Sukoharjo: Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Sjafrizal Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syam, Amiruddin, Saktyanu K. Dermoredjo Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Thee Kian Wie Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES. Todaro, Michael P dan Smith SP Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 14 21 ISSN : 1829-9946 PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO AGUSTONO Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkankemampuansuatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK BRUTO

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK BRUTO KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK BRUTO AMIRUDDIN SYAM dan SAKTYANU K. DERMOREDJO 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor Badan Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Kiky Fitriyanti Rezeki, Wiwit Rahayu, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,no 7 April 2013 Analisis Tipologi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis dan Non Basis dalam Perekonomian Propinsi Jambi Emilia,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix Bab I. PENDAHULUAN. 2 1.1 Pengertian Pendapatan Regional. 2 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional.. 5 1.3 Perubahan

Lebih terperinci

Gross Domestic Regional Product

Gross Domestic Regional Product Gross Domestic Regional Product TABEL TABLE 9.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PAKPAK BHARAT MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007-2010 (JUTA RUPIAH) GROSS REGIONAL DOMESTIC

Lebih terperinci

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO

Lebih terperinci

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyajian statistik Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional dan regional khususnya di bidang ekonomi karena angka-angkanya dapat dipakai sebagai ukuran

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1. BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX 9.1. Struktur Ekonomi 9.1. Economy Structure Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama perekonomian di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol Analisis Sektor Unggulan dan Supomo Kawulusan (Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract The purpose this reseach the economy sector growth

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM E-Jurnal EP Unud, 2 [4] : 181-189 ISSN: 2303-0178 ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM Amrillah I Nyoman Mahaendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB Dian Pratiwi 1) 1), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun Abstract This research is focused

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO T E S I S Oleh PANTAS SAMOSIR 107003065/PWD SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ANALISIS STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi di kabupaten Banjarnegara yang menyusun Pendapatan Daerah Regional

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR-SEKTOR LAIN

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR-SEKTOR LAIN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR-SEKTOR LAIN AMIRUDDIN SYAM 1) dan KHAIRINA M. NOEKMAN 1) Pusat Penelitian dan PengembanganSosial Ekonomi Pertanian

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008-2012 Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219-228 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan III.METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel 1. Potensi Ekonomi Merupakan kemampuan ekonomi yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber

Lebih terperinci

Pendapatan Regional Regional Income

Pendapatan Regional Regional Income Pendapatan Regional Regional Income Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah. 11.1.PDRB

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.1. PDRB Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merupakan salah satu cermin perkembangan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN 22-212) Alfiana Mauliddiyah Abstract The Purpose of economic development in Batu city basically are to realize the prosperous

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Rahmanisyak Program Studi Manajemen / S1 Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI Hendra (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Pertanian Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Lampung bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI Imelia, Hardiani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Geografi Volume 03 Nomor 03 Tahun 2016 Halaman ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN TUBAN

Jurnal Pendidikan Geografi Volume 03 Nomor 03 Tahun 2016 Halaman ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN TUBAN Jurnal Pendidikan Geografi Volume 03 Nomor 03 Tahun 2016 Halaman 245-254 ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN TUBAN Tharra Afidatina Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai obyek penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIDA Banyuwangi Email: nuranim_staida@yahoo.com & Email: inayahsyaiqoni@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2 Jurnal Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume II No 3, Desember 2015 ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA Aurelianus Jehanu 1 rulijehanu@gmail.com Ida Ayu Purba Riani 2 purbariani@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Tiur Roida Simbolon Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomi Pascasarjana Unimed, Medan e-mail :

Lebih terperinci

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS. Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) Sukiman 1) Rakhmat Priyono

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN 2003 2013 Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 c_rahanra@yahoo.com P. N. Patinggi 2 Charley M. Bisai 3 chabisay@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS i SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE 2006-2010 KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 ii SKRIPSI ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN 2010-2014 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2011-2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time series) antara tahun 2009 hingga tahun 2013. Data tersebut terdiri dari:

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU Dian Alfira Kasmita Pembimbing: Almasdi Syahza dan Riadi Armas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Jl. Bina

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA IDENTIFIKASI SUB SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI EKS KARESIDENAN KEDU (PENDEKATAN MINIMUM REQUIREMENTS TECHNIQUE DAN INDEKS WILLIAMSON) SKRIPSI Oleh : Dinan Azifah

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada penilaian kualtias pertumbuhan ekonomi kawasan Subosukowonosraten. Data diambil secara tahunan pada setiap

Lebih terperinci

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265 BAB XII PDRB GDRP Berau Dalam Angka 2013 Page 265 Berau Dalam Angka 2013 Page 266 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 2. Perhitungan Tipologi Klasen Pendekatan Sektoral Kabupaten Karo Tahun 2006 ADHK 2000 No Lapangan Usaha / Sektor Laju Pertumbuhan S 2006 2007

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto/ Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 327 328 Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 10.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 Gross Regional Domestic Product Of Provinces in Indonesia by Industrial Origin Daftar I si/ List of Contents

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PADA EMPAT KABUPATEN DI PULAU MADURA SKRIPSI

ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PADA EMPAT KABUPATEN DI PULAU MADURA SKRIPSI ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PADA EMPAT KABUPATEN DI PULAU MADURA SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: AZMI FAIZ NUR 08630058 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG Anang Rahmat Jatmiko Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Jl. Gus Dur 29 A Jombang Email : anang_jatmiko@undar.ac.id

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN 2001-2013 ANALYSIS OF CHANGES IN THE ECONOMIC STUCTURE OF THE DISTRICT MINAHASA IN THE YEARS 2001-2013 Petra F. Robot, Vecky A. J. Masinambow,

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS. Oleh ASRUL AZIS /PWD

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS. Oleh ASRUL AZIS /PWD ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS Oleh ASRUL AZIS 097003053/PWD S E K O L A H PA S C A S A R JA N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2012 ANALISIS

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta Tahun

Figur Data Kota Surakarta Tahun PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 11 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 256 Pendapatan Regional Regional Income PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty JURNAL SPREAD APRIL 2013, VOLUME 3 NOMOR 1 SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT Lina Suherty Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Jalan Brigjend H. Hasan Basri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu daerah merupakan salah satu tindakan guna mewujudkan tujuan negara dalam bidang perekonomian berupa kemakmuran. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 APLIKASI MODEL STATIC DAN DYNAMIC LOCATION QUOTIENTS DAN SHIFT-SHARE DALAM PERENCANAAN EKONOMI REGIONAL (Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA Etik Umiyati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim ABSTRACK The purpose of this research are to identify

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara)

PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara) PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara) SKRIPSI LAMSIHAR D. F. PAKPAHAN 110823019 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract. ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci