PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)"

Transkripsi

1 TESIS PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2 TESIS PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

3 TESIS PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 23 MEI 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. I Wayan Ramantha,SE,MM, Ak,CPA,CA NIP Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA., Ak. NIP Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA., Ak. NIP Prof. Dr.dr. A.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP

5 PENETAPAN PANITIA PENGUJI Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 23 Mei 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor / Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana No.: 1351/UN14.4/HK/2014 Tanggal 12 Mei 2014 Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM, Ak.,CPA,CA Anggota : 1. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. 2. Dr. Dewa Nyoman Badera, SE., MSi, 3. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi, 4. Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE., MSi., Ak 5

6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI NIM : Program Studi Judul Tesis : Magister Akuntansi : Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak dikemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan peraturan undang-undang yang berlaku. Denpasar, Juni 2014 Yang membuat pernyataan, (Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi) 6

7 UCAPAN TERIMAKASIH Om Suastiastu, Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha Beliau, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik yang hasilnya tertuang dalam tesis ini. Tesis ini berjudul PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI, yang disusun untuk menganalisa pengaruh dari moralitas individu dan pengendalian internal pada kecurangan akuntansi di Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Selain itu tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Akuntansi Universitas Udayana. 2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A.A Raka Sudewi, Sp.S (K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Akuntansi Universitas Udayana. 7

8 3. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, S.E., M.S. selaku Dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM, Ak.,CPA,CA sebagai Pembimbing I Tesis, sekaligus sebagai dosen yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan penuh dedikasi sebagai seorang akademisi, telah memberikan segala kemampuan dalam membimbing penulis selama dalam menyelesaikan studi dan tesis ini. 5. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana dan sebagai pembimbing II yang memberi bimbingan dan dorongan serta senantiasa membuka wawasan berfikir kritis penulis selama dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Bapak Dr. Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si, Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, M.Si, dan Bapak Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak selaku Dosen Penguji. 7. Keluarga dan orang tua yang telah memberikan doa, motivasi dan semangat kepada penulis selama pengerjaan tesis ini. 8. Komang Bayu Satria Wibawa, SH atas kasih sayang dan dukungannya kepada penulis. 9. Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di Tingkat Biro Pemerintah Provinsi Bali yang telah meluangkan waktu untuk menjadi partisipan. 10. Pegawai Tata Usaha Magister Akuntansi serta Rekan-rekan MAKSI. 8

9 Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mohon maaf kepada semua pihak jika ada kekurangan yang tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua. Om Santi, Santi, Santi Om Denpasar, Juni 2014 Penulis 9

10 ABSTRAK PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti adanya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi, dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal serta memperoleh bukti adanya interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) Pemerintah Provinsi Bali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen dengan desain faktorial 2X2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi. Individu dengan level moral yang tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi jika dibandingkan dengan individu dengan level moral yang rendah. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa kecenderungan individu melakukan kecurangan akuntansi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Hipotesis ketiga berhasil membuktikan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Kata kunci: kecurangan akuntansi, moralitas individu, pengendalian internal 10

11 ABSTRACT INFLUENCE OF INDIVIDUAL MORALITY AND INTERNAL CONTROLS ON FRAUD (Experimental Study on the Regional Government of Bali Province) The purpose of this study is to obtain evidence of whether there are differences in the tendency to commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral reasoning, in both present or absent internal control element condition and obtain evidence as to whether there was an interaction between individual morality and control internally. The population in this study are Head of Section (Echelon IV) Bali Provincial Government. This study uses experiment design with 2x2 factorial design to prove those objectives. The result of this study shows that there are differences in the tendency to commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral reasoning. Individuals with high levels of moral tend not to commit fraud when compared with individuals with low moral level. In addition, this study also indicates that the tendency of individuals to commit fraud in the state there is no internal control element. The third hypothesis proves that there was an interaction between individual morality and internal control. Individuals who has low level of moral reasoning commit fraud in absent internal control condition. Keywords : fraud, morality, internal control 11

12 DAFTAR ISI SAMPUL... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi ix x xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN... Latar Belakang... Rumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA... Teori Keagenan... Kecurangan Akuntansi... Penalaran Moral... Pengendalian Internal... Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali... Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... Kerangka Berpikir... Konsep Penelitian... Hipotesis Penelitian

13 BAB IV METODE PENELITIAN... Rancangan Penelitian... Lokasi dan Waktu Penelitian... Penentuan Sumber Data... Metode Penentuan Sampel Populasi Sampel... Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel... Prosedur Penelitian... Pilot Test... Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif Uji Homogenitas Uji Normalitas Uji Hipotesis BAB V HASIL PENELITIAN Karakteristik Partisipan Statistik Deskriptif Grup Uji Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Homogenitas Pengujian Hipotesis BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Penelitian Penerapan Pengawasan Internal Pemerintah BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Keterbatasan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 13

14 DAFTAR GAMBAR No Gambar Fraud Triangle... Kerangka Berpikir... Konsep Penelitian... Rancangan Penelitian... Profile Plots Interaksi... Halaman ` 14

15 DAFTAR TABEL No Tabel Jenis Perkara Korupsi Tahun Tingkat dan Tahapan Penalaran Moral... Desain Eksperimen Faktorial 2x2... Lokasi Penelitian... Skor Pernyataan Moralitas Individu... Karakteristik Partisipan... Deskriptif Statistik... Uji Validitas... Reliability Statistics... One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... Levene's Test... Tests of Between-Subjects Effects... Halaman

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Lampiran 2 Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Tabulasi Data Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data dengan SPSS Versi 19 16

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia akuntansi yang semakin pesat saat ini tidak hanya membawa manfaat bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber masalah kecurangan (fraud) yang sangat kompleks seperti misalnya korupsi, penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan. Banyak kasus kecurangan dalam akuntansi yang akhirnya terungkap di Indonesia seperti kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, keterlibatan 10 Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam pelaksanaan audit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997, diajukannya manajemen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta ke pengadilan, serta korupsi di komisi penyelenggara pemilu (Putra, 2012). Shleifer dan Vishny (1993) serta Gaviria (2001) menyatakan bahwa kecurangan akuntansi ditunjukkan oleh tingkat korupsi suatu negara. Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan tahun 2013 menjadi tahun dengan kemarakan kasus korupsi. Setiap tahun Transparency International (TI) meluncurkan Corruption Perception Index (CPI), sebuah indeks pengukuran tingkat korupsi global. Rentang indeks CPI 2012 adalah (0 dipersepsikan sangat korup, 100 sangat bersih). Tahun 2012 skor Indonesia adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara yang diukur. Secara regional Indonesia tidak banyak mengalami perubahan, masih di jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI-nya 17

18 dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Skor 32 menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi. Praktik kecurangan akuntansi tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi juga banyak terjadi pada sektor pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan pemerintah pusat dan laporan keuangan pemerintah daerah pada Semester I- tahun 2013 potensi kerugian negara mencapai Rp 56,98 triliun. Potensi kerugian negara pada semester I- tahun 2013 lebih banyak disebabkan oleh kasus kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap perundangundangan. BPK menemukan sebanyak kasus kelemahan SPI selama semester 1- tahun 2013 (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2013). Kecurangan akuntansi yang terjadi di pemerintahan menyebabkan data dan informasi laporan keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah sangat tidak objektif dan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja atau bahkan dalam membuat keputusan. Hal tersebut akan menghambat tercapainya tujuan dari akuntansi pemerintahan, yaitu (a) menjaga keuangan publik dengan mencegah dan mendeteksi tindakan korupsi dan tindakan untuk mencari keuntungan secara tidak beretika, (b) memfasilitasi pengelolaan keuangan pemerintahan secara sehat, (c) membantu pemerintah dalam memberikan akuntabilitas kepada masyarakat (Wilopo, 2006). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan 18

19 keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Definisi fraud menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (2007) adalah suatu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. Definisi fraud di atas menunjukkan aspek dari fraud yaitu penipuan (deception), ketidakjujuran (dishonest), dan niat (intent). Teori keagenan sering digunakan untuk menjelaskan kecurangan akuntansi (Jensen dan Meckling, 1976). Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Menurut Scott (2000) asimetri informasi menimbulkan adanya moral hazard yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham, sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Prinsipal harus melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen dengan sistem pengendalian yang efektif untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Sistem pengendalian tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan akuntansi. 19

20 Bologna (1993) menjelaskan fraud dengan GONE Theory yang terdiri dari 4 (empat) faktor yang mendorong seseorang berperilaku menyimpang yaitu: Greed, Opportunity, Need dan Exposure. Opportunity (kesempatan) dan Exposure (pengungkapan) berhubungan dengan organisasi disebut juga faktor umum seperti elemen pengendalian internal. Terdapat lima elemen pengendalian internal yang harus dimiliki oleh organisasi (Arens dan Loebecke, 1999). Kelima elemen tersebut antara lain: lingkungan pengendalian, penetapan risiko oleh manajemen, sistem komunikasi dan informasi akuntansi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki fungsi audit internal akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi. Selain faktor di atas, terdapat faktor Greed (keserakahan) dan Need (kebutuhan) yang berhubungan dengan individu sebagai pelaku kecurangan (disebut dengan faktor individual). Faktor individual berhubungan dengan perilaku yang melekat dari individu itu sendiri, dalam kaitannya faktor individu ini berhubungan dengan moralitas. Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg (1969) menjelaskan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. Berbagai bukti empiris yang telah didapatkan menunjukkan bahwa faktorfaktor penyebab kecurangan akuntansi dibedakan menjadi faktor perusahaan (eksternal) dan faktor dalam diri individu (internal) sebagai pelaku kecurangan itu sendiri. Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar dari permasalahan mengenai fraud. Mayangsari dan Wilopo (2002) membuktikan 20

21 bahwa internal birokrasi memberikan pengaruh terhadap kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya, semakin baik pengendalian internal birokrasi, maka semakin rendah tingkat kecurangan akuntansi pemerintah. Level moral individu (tinggi dan rendah) dan elemen pengendalian internal organisasi (ada dan tidak ada) merupakan faktor yang akan diteliti sebagai penyebab terjadinya kecurangan akuntansi dengan menggunakan topik kasus pengadaan barang dan jasa. Peneliti tertarik menggunakan kasus dengan topik pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah karena berdasarkan data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per 30 September 2013, di tahun 2013 korupsi jenis penyuapan dan pengadaan barang/jasa sebagai jumlah jenis perkara tertinggi di Indonesia. Jenis Perkara Tabel 1.1 Jenis Perkara Korupsi Tahun (per 30 September 2013) Jumlah Pengadaan Barang/Jasa Perijinan Penyuapan Pungutan Penyalahgunaan Anggaran Pencucian Uang Merintangi proses KPK Jumlah Keseluruhan Sumber : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2013 Eddy (2010) juga mengemukakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya, anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa instansi pemerintah diperkirakan mencapai 30% dari total anggaran yang tersedia. 21

22 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Puspasari (2012) yang menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan desain penelitian eksperimen pada konteks pemerintahan daerah. Perbedaan penelitian ini terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terkait lokasi penelitian yaitu pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang menyatakan bahwa Provinsi Bali untuk yang keempat kalinya dan secara berturut-turut sejak tahun kembali mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari pihak BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Beberapa kelemahan yang menyebabkan BPK memberikan opini WDP antara lain: belum jelasnya batas lokasi dan luasan serta belum adanya bukti kepemilikan yang memadai terhadap asset tetap tanah milik pemerintah provinsi Bali, belum sepenuhnya program sistem pertanian terintegrasi (simantri) tercapai, serta belum sepenuhnya realisasi belanja bantuan sosial pada kegiatan kemitraan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sesuai ketentuan dan terdapat kesalahan pencatatan administrasi dalam laporan keuangan. Informasi tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah belum sepenuhnya memberikan pengaruh signifikan untuk mencegah penyimpangan baik kesalahan ataupun kecurangan. Perbedaan Kedua terletak pada pemilihan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali. Kebanyakan studi eksperimental 22

23 mengenai kecurangan akuntansi menggunakan para mahasiswa program S1 dan S2 sebagai pengganti (surrogate) dari manajer yang telah berpengalaman. Penggunaan mahasiswa ini menimbulkan keraguan mengenai ketepatan mereka sebagai pengganti dari manajer yang berpengalaman (Chang et al., 2002). 1.2 Rumusan Masalah Fraud triangle menjelaskan ketika tekanan situasional dan kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Albrecht (2004) mengungkapkan bahwa salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest), misalnya melakukan tindakan kecurangan akuntansi. Senada dengan penelitian Albrecht (2004), penelitian Puspasari (2012) juga mengungkapkan kondisi elemen pengendalian internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada pengendalian internal) dapat mempengaruhi individu dengan level moral rendah untuk cenderung melakukan atau tidak melakukan kecurangan akuntansi. Namun bagi individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak ada elemen pengendalian internal organisasi tidak akan membuatnya melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat. 23

24 Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi yang terjadi pada kecenderungan kecurangan akuntansi yang akan dijelaskan oleh dua variabel, yaitu variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal untuk menjawab permasalahan: a) Apakah terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah? b) Apakah terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal? c) Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal dalam memengaruhi kecurangan akuntansi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a) Memperoleh bukti adanya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi. b) Memperoleh bukti adanya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. 24

25 c) Memperoleh bukti adanya interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal dalam memengaruhi kecurangan akuntansi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Manfaat Praktis a. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. b. Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Bali untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah tindak kecurangan di instansi pemerintah dan mengatasi kemungkinan terjadinya praktik kecurangan akuntansi oleh pejabat pemerintah. b) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah kecurangan akuntansi. 25

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu pemegang saham) yang menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pembuatan keputusan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan dalam memperoleh informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham sebagai pengguna informasi (user). Scott (2000) menyatakan bahwa terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: a) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi 26

27 pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri dan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi utilitasnya tersebut. Pemilik perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen dengan sistem pengendalian yang efektif untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Sistem pengendalian tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan akuntansi. Eisenhardt (1989) menjelaskan bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu: a) Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion) b) Asumsi tentang keorganisasian Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen. 27

28 c) Asumsi tentang informasi Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan. Pola pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara sejalan dengan teori keagenan (agency theory) yang menciptakan hubungan keagenan. Pemerintah sebagai agen dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil dari prinsipal memiliki pola hubungan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. DPRD tidak memiliki informasi secara penuh tentang laporan pertanggungjawaban eksekutif atas pengelolaan anggaran, apakah pertanggungjawaban pengelolaan anggaran telah mencerminkan kondisi sesungguhnya, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian internal yang memadai, dan telah melakukan pengungkapan secara penuh atas pertanggungjawaban pengelolaan anggaran tersebut. Jensen dan Meckling (1976), Brickley dan James (1987), dan Shivdasani (1993) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan agensi dengan mengeluarkan biaya monitoring. Hasil monitoring yang baik memerlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif. Manajemen perusahaan seharusnya melaksanakan aturan akuntansi dengan benar agar dapat mengatasi permasalahan keagenan. 28

29 2.2 Kecurangan Akuntansi (Fraud) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang atau uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara pegawai atau pihak ketiga. Perspektif kecurangan menurut Bologna (1993) dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran yang salah dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan. Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada pihak luar organisasi seperti pemegang saham atau kreditor, atau pada organisasi itu sendiri dengan cara menutupi atau menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan dana yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh petugas, pegawai dan agen. Kecurangan dapat juga ditujukan pada organisasi oleh pihak luar, misalnya, penjual, pemasok, 29

30 kontraktor, konsultan dan pelanggan, dengan cara penagihan yang berlebihan, dua kali penagihan, substitusi material yang lebih rendah mutunya, pernyataan yang salah mengenai mutu dan nilai barang yang dibeli, atau besarnya kredit pelanggan. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) sebagai salah satu asosiasi di Amerika Serikat yang melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan kecurangan akuntansi mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yaitu: a) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan. b) Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation) Penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang dapat diukur/dihitung (defined value). c) Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain. Fraud jenis ini yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Bentuk-bentuk korupsi antara lain: penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang 30

31 tidak sah/ilegal (ilegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Adapun definisi fraud menurut BPK RI (2007) adalah sebagai satu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. Di samping itu, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraud seperti: a) Pasal 362: Pencurian adalah mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum b) Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman adalah menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang c) Pasal 372: Penggelapan adalah dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan d) Pasal 378: Perbuatan Curang adalah menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang 31

32 e) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999). Dari definisi di atas, terkandung aspek dari fraud adalah penipuan (deception), ketidakjujuran (dishonest) dan niat (intent). Cressey (1953) mengemukakan tiga penyebab atau pemicu fraud sebagai berikut. a) Tekanan (Unshareable pressure/ incentive) Tekanan melakukan fraud, antara lain faktor ekonomi, alasan emosional (iri/ cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi), nilai (values) dan karena dorongan keserakahan. Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. b) Adanya kesempatan/ peluang (Perceived Opportunity) Kesempatan yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Biasanya hal ini dapat terjadi karena adanya internal control perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisasi melalui penerapan proses, prosedur, dan kontrol serta upaya deteksi dini terhadap fraud. 32

33 c) Rasionalisasi (Rationalization) Rasionalisasi ditunjukkan saat pelaku mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudah melakukan tindakan tersebut. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang ilegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, tetapi setelah kejahatan dilakukan, rasionalisasi ini ditinggalkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya. Fraud triangle ditunjukkan oleh Gambar 2.1. Gambar 2.1 Fraud Triangle Sumber : Cressey (1953) 33

34 2.3 Penalaran Moral Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing memiliki arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama memiliki arti yaitu kebiasaan, adat. Arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) memiliki arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Semakin tinggi level penalaran 34

35 moral seseorang, maka individu tersebut semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Individu akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/ peraturan yang ada jika berada pada tahapan yang paling rendah (preconventional). Selain itu individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya pada persetujuan teman-teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal. Menurut Welton et al. (1994) dalam setiap stage Kohlberg, individu memiliki pandangan sendiri mengenai versi hal yang benar menurutnya. Individu dalam stage 1 merasa bahwa hal yang benar adalah apa yang menjadi kepentingan individu tersebut. Individu dalam stage 2 menganggap bahwa hal yang benar adalah hasil dari pertukaran yang imbang, persetujuan maupun posisi tawar yang imbang. Individu dalam stage 3 merasa bahwa hal yang benar adalah terkait dengan pengharapan akan kepercayaan, loyalitas, dan respek dari teman-teman dan keluarganya. Individu dalam stage 4 menganggap bahwa hal yang benar adalah dengan membuat kontribusi untuk masyarakat, grup atau institusi. Individu dalam stage 5 dan stage 6 menganggap bahwa kebenaran adalah mendasarkan diri pada prisip-prinsip etis, persamaan hak manusia dan harga diri sebagai seorang makhluk hidup. Ringkasan mengenai tahapan moral model Kohlberg dipaparkan pada Tabel

36 Tingkat 1. Pre-conventional Pada level ini individu mengenal moralitas berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah) atau menyakitkan (hukuman). Individu tidak melanggar aturan karena takut akan ancaman hukuman dari otoritas. Tabel 2.1 Tingkat dan Tahapan Penalaran Moral Tahap/ Stage 1. Orientasi kepatuhan dan Hukuman Pemahaman individu tentang baik dan buruk ditentukan oleh otoritas. Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dari otoritas. 2. Orientasi hedonistik-instrumental Suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri. 2. Conventional Suatu perbuatan dinilai baik oleh individu apabila mematuhi harapan otoritas atau kelompok sebayanya. 3. Post-conventional Pada level ini aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Individu menaati aturan sesuai dengan prinsipprinsip etika universal. 3. Orientasi individu yang baik Tindakan berorientasi pada orang lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila menyenangkan bagi orang lain. 4. Orientasi keteraturan dan otoritas Perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial. 5. Orientasi kontrol sosial-legalistik Ada semacam perjanjian antara dirinya dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai baik apabila sesuai dengan perundangundangan yang berlaku. 6. Orientasi kata hati Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat manusia. Sumber : Desmita (2005) 36

37 2.4 Pengendalian Internal Definisi sistem pengendalian internal menurut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Boynton et al.(2003) mendefinisikan aktivitas pengendalian sebagai kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilakukan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko yang diambil untuk pencapaian tujuan organisasi. Sistem pengendalian internal pemerintah terdiri dari lima unsur, yaitu : a) Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya pengendalian suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian internal. b) Penilaian risiko, merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan terjadinya situasi yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi. 37

38 c) Kegiatan pengendalian, merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penerapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. d) Informasi dan komunikasi. Informasi merupakan data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. e) Pemantauan, merupakan proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian internal dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki fungsi audit internal akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi. Pengendalian akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian internal, meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi (Bastian, 2006). Mulyadi (2009) menyatakan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern menurut SA Seksi 319 diantaranya adalah: a) Manajemen, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal organisasinya. 38

39 b) Direktur utama perusahaan bertanggung jawab unutk menciptakan atmosfer pengendalian di tingkat puncak, agar kesadaran terhadap pentingnya pengendalian menjadi tumbuh di seluruh organisasi. c) Direktur bagian keuangan dan akuntansi menjalankan peran penting dalam perancangan, implementasi, dan pemantauan sistem pelaporan keuangan organisasi, penyusunan rencana dan anggaran perusahaan, penilaian dan analisis kinerja, serta pencegahan dan pendeteksian pelaporan keuangan yang menyesatkan. d) Dewan komisaris dan komite audit. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk memeriksa apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalan internal, sedangkan fungsi komite audit secara langsung berdampak pada auditor. e) Auditor internal, bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian internal entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya. f) Personel lain entitas. Peran dan tanggung jawa semua personel lain yang menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian internal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik. g) Auditor independen. Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalaian internal kliennya, sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris. 39

40 h) Pihak luar lain. Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian internal entitas adalah badan pengatur (regulatory body), seperti Bank Indonesia dan Bapepam. Badan pengatur ini mengeluarkan persyaratan minimum pengendalian internal yang harus dipenuhi oleh suatu entitas dan memantau kepatuhan entitas terhadap persyaratan tersebut. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instansi pemerintah daerah yang menerima dan menggunakan anggaran untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, oleh karena itu memiliki kewajiban untuk membuat akuntabilitas keuangan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah yang dinyatakan sebagai Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Akuntabilitas keuangan instansi pemerintahan Daerah kabupaten/kota merupakan suatu perwujudan pertanggungjawaban suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam menjalankan program dan kegiatan untuk melaksanakan misi organisasi guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian internal yang efektif memungkinkan terciptanya akuntabilitas keuangan dan sebagai upaya mencegah organisasi dari kecenderungan kecurangan akuntansi yang dapat dilakukan oleh manajer dan bawahannya. 40

41 2.5 Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan APBD. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh pemerintah daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat inkramental menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi: 41

42 a. Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horisontal dengan baik. b. Value for money, prinsip ini digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien. c. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik, dalam pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada pegawai yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga potensi munculnya praktik korupsi dapat diminimalkan. d. Transparansi, merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun masyarakat. e. Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehingga bila terjadi selisih dapat dengan segera dicari penyebab timbulnya selisih. 42

43 2.6 Penelitian Terdahulu Banyak penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai fraud. Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar dari permasalahan mengenai fraud. Ramamoorti menginterpretasikan segitiga fraud dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), sekaligus menambahkan perilaku-perilaku lain diluar segitiga fraud yang dapat juga menyebabkan fraud. Sebuah study ACFE (1996) menjelaskan bahwa seorang individu dengan tingkat integritas tinggi dan tekanan (kebutuhan) serta kesempatan terbatas untuk melakukan fraud cendrung bersifat jujur, sebaliknya individu yang integritas pribadinya kurang, ketika ditempatkan dalam situasi tekanan kebutuhan meningkat dan diberikan kesempatan cenderung melakukan fraud asalkan kebutuhannya terpenuhi. Pemerintahan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan akuntansi dengan mengetahui sifat dan karakteristik manusia yang paling mungkin melakukan kecurangan. Booz-Allen dan Hamilton (1999) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks paling rendah dalam hal indeks good governance dan indeks korupsi dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Semakin rendah angka indeks maka semakin rendah tingkat good governance dan semakin tinggi tingkat korupsi dan hal ini menunjukkan pula bahwa akuntabilitas belum berjalan sepenuhnya. Adanya indikasi kecurangan akuntansi di sebuah organisasi, tentu akan mengurangi kualitas pelaporan organisasi yang nantinya akan berimbas pada pengelolaan sumber daya ekonomi yang tidak tepat. 43

44 Wilopo (2006) meneliti faktor-faktor yang mendorong terjadinya kecurangan akuntansi dengan variabel bebas keefektifan pengendalian intern, kesesuaian kompensasi, ketaatan pada aturaan akuntansi, asimetris informasi, moralitas manajemen, serta variabel terikat perilaku tidak etis dan kecendrungan kecurangan akuntansi. Pada penelitian Wilopo yang dijadikan sampel adalah Perusahaan terbuka dan BUMN di seluruh Indonesia dengan metode pengambilan sampel adalah stratified random sampling, yaitu mengelompokkan perusahaan berdasarkan sembilan sektor usaha. Penelitian ini membuktikan serta mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang diterimanya. Betts (2009) menemukan alasan mengapa pegawai suatu organisasi melakukan fraud ditinjau dari sisi psikologis dengan menggolongkan demografis pelaku fraud di Amerika dilihat dari latar belakang pendidikan dan usia. Penelitian ini dilakukan di Amerika dalam kurun waktu tahun dua tahun, yaitu 44

45 selama tahun Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kecurangan akuntansi di Amerika didominasi oleh lulusan strata 1, uang yang diambil secara nominal lebih banyak jumlahnya oleh lulusan strata 2, dan usia individu yang paling banyak melakukan kecurangan akuntansi tahun. Puspasari (2012) menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan. Moralitas individu dan pengendalian internal dihipotesiskan saling berinteraksi dalam mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Untuk menguji hal tersebut dilakukan eksperimen yang melibatkan mahasiswa pascasarjana Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 1. 45

46 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan hasil dari sintesis teori dan kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Berikut merupakan kerangka berpikir penelitian ini: Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 46

47 Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah kajian teori dan beberapa penelitian mengenai kecurangan akuntansi. Teori keagenan mencerminkan pola pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang menciptakan hubungan keagenan. Pemerintah sebagai agen dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil dari prinsipal memiliki pola hubungan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. DPRD tidak memiliki informasi secara penuh tentang laporan pertanggungjawaban eksekutif atas pengelolaan anggaran, apakah pertanggungjawaban pengelolaan anggaran telah mencerminkan kondisi sesungguhnya, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian internal yang memadai, dan telah melakukan pengungkapan secara penuh atas pertanggungjawaban pengelolaan anggaran tersebut. Adanya indikasi kecurangan akuntansi di pemerintah, tentu akan mengurangi kualitas pelaporan organisasi yang nantinya akan berimbas pada pengelolaan sumberdaya ekonomi yang tidak tepat. Pengawasan terhadap kinerja manajemen dengan melaksanakan sistem pengendalian yang efektif sangat diperlukan untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Sistem pengendalian tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan akuntansi. Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa rasionalisasi dan tekanan adalah faktor-faktor penyebab kecurangan akuntansi yang didasari oleh kondisi psikologis pelaku. Dorminey et al. (2011) menyatakan bahwa faktor rasionalisasi 47

48 dan tekanan merupakan karakteristik pelaku kecurangan akuntansi yang tidak dapat diobservasi karena mustahil untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh pelaku ketika akan melakukan kecurangan akuntansi. Kecurangan akuntansi sangat erat hubungannya dengan etika. Kecurangan akuntansi merupakan suatu tindakan ilegal sebagai bagian dari perilaku tidak etis, oleh karena itu ada hukum yang harus ditegakkan sebagai bagian dari usaha penegakan standar moral. Beberapa penelitian di bidang etika menggunakan teori perkembangan moral untuk mengobservasi dasar individu melakukan suatu tindakan. Salah satu yang sering digunakan adalah teori mengenai level penalaran moral Kohlberg. Mengetahui level penalaran moral seseorang akan menjadi dasar untuk mengetahui kecenderungan individu melakukan suatu tindakan tertentu, terutama yang berkaitan dengan dilema etika, berdasarkan level penalaran moralnya. Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu akan semakin cenderung tidak berbuat kecurangan akuntansi. Bernardi dan Guptill (2008) menemukan bahwa semakin tinggi level moral individu akan semakin sensitif terhadap isu-isu etika. Selain faktor rasionalisasi yang berkaitan erat dengan etika, faktor lain yang menjadi penyebab kecurangan akuntansi adalah faktor kesempatan. Salah satu penyebab adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan akuntansi adalah kurangnya pengawasan dan lemahnya pengendalian internal organisasi. Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki fungsi internal audit akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi. 48

49 Penelitian dari Hernandez dan Groot (2007) menemukan bahwa etika dan lingkungan pengendalian merupakan dua hal yang sangat penting terkait kecenderungan seseorang dalam melakukan kecurangan akuntansi. Penelitian ini akan mengkolaborasikan teori mengenai kecurangan akuntansi dan etika dalam konteks pemerintahan daerah Provinsi Bali. Level moral individu (tinggi dan rendah) dan elemen pengendalian internal organisasi (ada dan tidak ada) merupakan faktor yang akan diteliti sebagai penyebab terjadinya kecurangan akuntansi. 3.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris. Konsep disajikan dalam Gambar 3.2 berikut ini. Variabel independen 1. Moralitas Individu (Level Moral Tinggi dan Rendah) 2. Pengendalian Internal (ada dan tidak ada elemen pengendalian internal) Variabel Dependen Kecurangan Akuntansi Gambar 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini akan menganalisis apakah terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral tinggi dan level penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. Konsep 49

50 penelitian yang diajukan dalam gambar tersebut merupakan kerangka konseptual dan sebagai alur pemikiran dalam menguji hipotesis. 3.3 Hipotesis Penelitian Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Welton et al. (1994) juga menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Individu dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan individu yang memiliki level penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Individu yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan sanksi hukum. Individu dengan level penalaran moral tinggi di dalam tindakannya akan memperhatikan kepentingan orang-orang di sekitarnya dan mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip moral. Menurut Moroney dan McDevitt (2008) individu dengan level penalaran moral tinggi dalam perbuatannya akan lebih berorientasi pada prinsip-prinsip moral yang universal. Fraud triangle menjelaskan bahwa ketika tekanan situasional dan kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Albrecht (2004) menyatakan bahwa salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. 50

51 Puspasari (2012) menemukan adanya interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal dalam mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Interaksi yang dimaksud adalah perubahan pada satu level faktor level moral atau pada kondisi pengendalian internal, akan menyebabkan perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest), misalnya tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional Kohlberg yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya. Sementara itu, individu dengan level penalaran tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal di organisasi tetap tidak akan melakukan kecurangan akuntansi yang tidak etis dan akan merugikan banyak pihak. Level moral Kohlberg menyatakan bahwa taat kepada peraturan yang ada karena menghindari sanksi tertentu termasuk dalam tahap yang rendah yaitu level pre-conventional. Individu dengan penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal cenderung tidak akan melakukan kecurangan akuntansi karena takut perbuatannya akan terdeteksi oleh pengendalian internal organisasi dan ia akan mendapat sanksi hukum. Terdapat bukti empiris dari Moroney dan McDevitt (2008) yang menemukan bahwa individu dengan level penalaran moral rendah lebih berorientasi pada peraturan dan sanksi hukum yang mungkin didapatkan. 51

52 Kondisi elemen pengendalian internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada pengendalian internal) dapat mempengaruhi individu dengan level moral rendah untuk cenderung melakukan atau tidak melakukan kecurangan akuntansi. Namun bagi individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak ada elemen pengendalian internal organisasi tidak akan membuatnya melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a) Efek Perlakuan Moralitas Individu (Level Tinggi dan Level Rendah) Hipotesis tentang efek perlakuan moralitas individu digunakan untuk menyatakan ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan moralitas individu tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H 0: Tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah H 1: Terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah b) Efek Perlakuan Pengendalian Internal (Ada dan Tidak) Hipotesis tentang efek perlakuan pengendalian internal digunakan untuk menyatakan ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan pengendalian internal (ada dan tidak) tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 52

53 H 0: Tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal H 2: Terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal c) Efek Interaksi antara Moralitas Individu dengan Pengendalian Internal Hipotesis tentang interaksi antara moralitas individu dengan pengendalian internal digunakan untuk menyatakan ada tidaknya interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H 0: Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal H 3: Terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal 53

54 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data yang selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal pada kecurangan akuntansi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh berdasarkan hasil jawaban partisipan dalam kuesioner yang dibagikan. Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi, sedangkan variabel independennya adalah moralitas individu (level moral tinggi dan rendah) dan pengendalian internal (ada dan tidak ada elemen pengendalian internal). Peneliti mengamati kecenderungan individu melakukan kecurangan akuntansi dengan membagi partisipan ke dalam empat grup: (1) Grup 1: kelompok level moral tinggi dalam kondisi ada elemen pengendalian internal, (2) Grup 2: kelompok level moral tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal, (3) Grup 3: kelompok level moral rendah dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal, dan (4) Grup 4: kelompok level moral rendah dalam 54

55 kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Adapun desain eksperimen faktorial 2x2 ditunjukkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut: Level Penalaran Moral Tabel 4.1 Desain Eksperimen Faktorial 2x2 Elemen Pengendalian Internal Ada Tidak Ada Tinggi Grup 1 Grup 2 Rendah Grup 3 Grup 4 Analisis varian desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek utama (Main Effect) dan efek interaksi (Interaction Effect) pada model penelitian. Efek utama [Main Effect (ME)] merupakan efek yang secara langsung ditimbulkan oleh variabel bebas atau independen tanpa memperhitungkan kehadiran variabel independen lain. Variabel bebas/independen yang dilibatkan dalam model penelitian ada dua maka akan terdapat dua ME. Efek interaksi [Interaction Effect (IE)] yaitu efek yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya dalam suatu model analisis. Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan kerja sama dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata lain, interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek efek berbeda terhadap suatu variabel terikat pada berbagai tingkat dari suatu variabel bebas lain. 55

56 Uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan sebelum uji Two-Way Anova. Hasil analisis kemudian akan diintepretasikan, dan kemudian disimpulkan. Adapun rancangan penelitian dapat disajikan pada Gambar 4.1 sebagai berikut: Kajian Teoritis Kajian Empiris Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi Rumusan Masalah Hipotesis Variabel Penelitian: (Independent) Moralitas Individu, Pengendalian Internal (Dependent) Kecurangan Akuntansi Instrumen Penelitian: Kuisioner DIT & Skenario Penentuan partisipan: Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) Pemerintah Prov. Bali di Tingkat Sekretariat Daerah Pengolahan Data Pembahasan Hasil Penelitian Simpulan dan Saran Gambar 4.1 Rancangan Penelitian 56

57 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan (Nopember 2013-Maret 2014) pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Tingkat Sekretariat Daerah yang berjumlah 9 instansi. Daftar lokasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.2. No Tabel 4.2 Lokasi Penelitian Tingkat Sekretariat Daerah (Setda) 1 Biro Pemerintahan 2 Biro Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) 3 Biro Organisasi 4 Biro Perekonomian dan Pembangunan 5 Biro Kesejahteraan Rakyat 6 Biro Keuangan 7 Biro Umum dan Protokol 8 Biro Humas 9 Biro Aset Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali (2013) 4.3 Penentuan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner dalam bentuk instrumen penelitian berupa kasus. Sedangkan sumber data adalah pendapat dan persepsi dari Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) Pemerintah Provinsi Bali di Tingkat Sekretariat Daerah. 57

58 4.4 Metode Penentuan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepegawaian Daerah Provinsi Bali jumlah SKPD adalah 7 cluster yang terdiri dari 45 instansi (Lampiran 6) Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono,2011:116). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Cluster Random Sampling, yaitu dengan membagi populasi sebagai cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih secara random. Teknik ini digunakan karena ukuran populasinya tidak diketahui dengan pasti, sehingga tidak memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya, dan keberadaannya tersebar secara geografis. Langkah-langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut. Pada tahap pertama, dipilih salah satu cluster secara random dari tujuh cluster. Cluster yang terpilih yaitu Cluster Sekretariat Daerah yang terdiri dari sembilan Biro. Pada tahap kedua, dipilih Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) secara random 58

59 sebagai partisipan pada kesembilan biro tersebut. Jumlah seluruh partisipan adalah 114 orang. Gay dan Diehl (1992) menjelaskan untuk penelitian eksperimen minimal sampel yang digunakan 15 elemen per kelompok. Sekaran (2006:252) juga memberikan pedoman penentuan jumlah sampel yaitu untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara elemen. 4.5 Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain: a) Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kecenderungan kecurangan akuntansi. b) Variabel independen dalam penelitian ini adalah moralitas individu (level moral tinggi dan rendah) dan pengendalian internal (ada dan tidak ada elemen pengendalian internal) Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik atas variabel tersebut. a) Kecurangan Akuntansi IAI (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari 59

60 perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Indikator Kecurangan Akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yaitu: Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), dan Korupsi (Corruption). b) Moralitas Individu Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Indikator Moralitas Individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori perkembangan moral Kohlberg (1969) yang menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. c) Pengendalian Internal Pengendalian internal menurut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Variabel pengendalian internal dalam penelitian ini 60

61 merupakan variabel aktif yang diberikan perlakuan atau manipulasi untuk keperluan penelitian eksperimen Pengukuran Variabel a) Variabel Kecurangan Akuntansi Variabel kecurangan akuntansi diukur dengan meminta partisipan untuk memberikan pendapatnya dalam pertanyaan kasus mengenai pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah. Partisipan menjawab pertanyaan tersebut setelah membaca skenario eksperimen. Skala Likert 1 10 digunakan untuk mengukur respons dari partisipan. Semakin tinggi partisipan memberikan angka penilaiannya, semakin cenderung partisipan tersebut berbuat curang. Skenario yang digunakan merupakan pengembangan dari skenario yang digunakan oleh Puspasari (2012). b) Variabel Moralitas Individu Pengukuran moralitas berasal dari model pengukuran moral yang dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (2000) dalam bentuk instrumen Defining Issues Test. Instrumen ini berbentuk kasus dilema etika. Moralitas diukur melalui 6 (enam) butir instrumen yang mengukur setiap tahapan moralitas melalui kasus dilema etika akuntansi. Setiap tahapan moralitas ditunjukkan dengan skala satu sampai dengan empat. Selanjutnya dilakukan penjumlahan hasil skala dari keenam instrumen tersebut. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini merupakan cerminan moralitas individu. Semakin rendah hasil penjumlahan skala 61

62 dari instrumen tersebut, maka tingkat moralitas individu tersebut masih berada pada tahap yang rendah yaitu level pre-conventional. Ringkasan pernyataan yang berkaitan dengan pengukuran tingkat moral individu dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Skor Pernyataan Moralitas Individu No. Pernyataan Skor SS Skor S Skor TS Skor STS Sumber: Wilopo, 2006 Jika total skor yang diperoleh partisipan 17 skor, maka dapat dikatakan partisipan memiliki level moral yang tinggi (level Post-conventional). Namun jika total skor yang diperoleh partisipan < 17 skor maka partisipan tersebut dapat dikatakan memiliki level moral yang rendah (level Pre-conventional). Alasan peneliti menggunakan skala likert 1-4 adalah untuk menghilangkan jawaban ragu-ragu, karena jawaban tersebut dapat memberikan makna yang ganda, dan tidak menjelaskan jawaban responden yang sebenarnya secara pasti. Modifikasi skala Likert, menurut Hadi (1991) dapat dilakukan berdasarkan dua alasan. Pertama, kategori jawaban yang ditengah memiliki makna ganda. Bisa diartikan belum dapat menentukan atau memberi jawaban bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang bermakna ganda ini tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya kategori jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan 62

63 menjawab ditengah (central tendency effect), terutama bagi responden yang raguragu atau arah kecenderungan jawabannya kc arah sesuai atau ke arah tidak sesuai. Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden. Skala ini memiliki empat alternatif jawaban yaitu SS=Sangat Setuju, S=Setuju, TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju. Adapun kriteria pemberian nilai tergantung dari favourable atau unfavourable suatu item yaitu, untuk item favourable, jawaban sangat setuju (SS) mendapat nilai 4, setuju (S) mendapat nilai 3, tidak setuju (TS) mendapat nilai 2 dan sangat tidak setuju (STS) mendapat nilai 1. Sedangkan untuk item unfavourable, jawaban sangat setuju (SS) mendapat nilai 1, setuju (S) mendapat nilai 2, tidak setuju (TS) mendapat nilai 3, dan jawaban sangat tidak setuju (STS) mendapat nilai 4. c) Variabel Pengendalian Internal Pengukuran variabel pengendalian internal menggunakan skenario yang dikembangkan dari penelitian Puspasari (2012) yang terdiri dari dua skema dalam skenario: ada elemen pengendalian internal dan tidak ada elemen pengendalian internal. Kondisi adanya elemen pengendalian internal digambarkan melalui adanya penerapan wewenang dan tanggung jawab di organisasi, pencatatan transaksi berkala, adanya pengendalian fisik, sistem akuntansi yang komprehensif, serta pemantauan dan evaluasi berkala. Kondisi tidak adanya elemen pengendalian internal digambarkan dalam skenario berupa tidak adanya penerapan wewenang dan tanggung jawab yang jelas di organisasi, pencatatan 63

64 transaksi yang tidak berkala, tidak adanya pengendalian fisik, sistem akuntansi yang tidak dapat mencatat seluruh kegiatan operasional instansi serta tidak adanya pemantauan dan evaluasi secara berkala di dalam instansi. 4.6 Prosedur Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian eksperimen. Sugiyono (2011:107) metode penelitian ekperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Rangkaian prosedur yang akan dikerjakan oleh partisipan dibuat agar eksperimen dapat berjalan sesuai dengan manipulasi yang direncanakan. Penelitian ini tidak seluruhnya menggunakan eksperimen laboratorium secara murni, tetapi eksperimen lapangan dengan mendatangi setiap partisipan. Hal ini dikarenakan agar dapat menjangkau para subyek yang bekerja di berbagai tempat yang tidak mungkin dikumpulkan dalam satu kelas dan dapat menerima responnya dalam waktu singkat. Selanjutnya diberikan dua buah penugasan kepada subyek yang berpengalaman. Penugasan pertama adalah penugasan mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi. Subjek diberikan skenario yang berisi informasi mengenai peran mereka di dalam eksperimen. Pada penelitian ini partisipan diberi skenario mengenai seorang manager di sektor pemerintahan (Kepala SKPD). Di dalam skenario, partisipan diberi pemahaman mengenai latar belakang seorang Kepala SKPD dan kondisi yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya. Skenario eksperimen dalam penugasan 64

65 pertama ini menggunakan konteks orang ketiga (third-person context) seperti yang disarankan oleh Rest (2000) untuk penelitian-penelitian etika. Hal ini diperkuat dengan penelitian-penelitian etika yang dilakukan oleh Arnold dan Ponemon (1991), dan Bernardi dan Guptill (2008) yang menggunakan konteks orang ketiga. Terdapat dua jenis kondisi di dalam skenario kecurangan akuntansi, yaitu kondisi ada dan tidak ada elemen pengendalian internal. Kondisi tersebut secara acak terdapat di dalam skenario yang dibagikan kepada subjek eksperimen. Di bagian akhir skenario, terdapat kasus kecurangan akuntansi. Kasus tersebut mengenai proyek tender yang ada di Dinas X. Setelah membaca skenario, subjek diminta untuk memberi penilaian berkaitan dengan pertanyaan kecurangan akuntansi dalam kasus tender tersebut. Setelah penugasan pertama usai, partisipan kemudian diminta mengerjakan penugasan kedua. Pada penugasan kedua, subjek akan diminta untuk membaca skenario mengenai dilema etika dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur level penalaran moral mereka. 4.7 Pilot Test Pilot test (penelitian pendahuluan) dilakukan untuk mengetahui apakah kasus yang diberikan dapat dipahami oleh partisipan atau tidak (Cooper dan Schindler, 2003). Pilot tes juga dilakukan untuk meningkatkan validitas internal. Beberapa perubahan terhadap desain awal kuesioner kemungkinan dilakukan dengan masukan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pilot test dilakukan terhadap 10 orang mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana. Saran 65

66 dari partisipan akan menjadi masukan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan terhadap materi eksperimen. 4.8 Teknik Analisis Data Berbagai pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu meliputi distribusi frekuensi untuk statistik deskriptif, uji homogenitas, dan uji normalitas data. Setelah itu dilakukan analisis varians (ANOVA) untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua) Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran umum mengenai partisipan yang dijelaskan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel tersebut berguna untuk menunjukan demografi partisipan, sedangkan deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran sesungguhnnya, mean, dan standar deviasi yang diperoleh dari hasil jawaban partisipan yang diterima Uji Homogenitas Homogeneity of variance yaitu variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori variabel independen (Ghozali, 2009). Jika terdapat lebih dari satu variable independen, maka harus ada homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS 66

67 memberikan test ini dengan nama Levene s Test of Homogeneity of Variance. Jika nilai Levene Test signifikan (probabilitas <0,05) maka grup memiliki varian yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah Levene Test tidak signifikan (probabilitas 0,05) Uji Normalitas Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate (Ghozali, 2009). Hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal (menceng ke kanan atau menceng ke kiri), maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik, sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 (<0,05) berarti terdapat perbedaan 67

68 yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 ( 0,05) maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik Two Way Analysis of Variance dengan program SPSS versi Penelitian ini menggunakan Two-Way Anova dengan alasan penelitian ini menggunakan dua variabel independen berskala data kategorik yaitu variabel pengendalian internal (ada dan tidak) dan variabel moralitas (tinggi dan rendah) serta satu variabel terikat berskala data kuantitatif/numerik (interval atau rasio) yaitu variabel kecurangan akuntansi. Asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan uji statistik Two-Way Anova yaitu homogeneity of variance, random sampling, dan multivariate normality. Two-Way Anova adalah salah satu metode statistik parametrik yang memiliki kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang berdistribusi normal serta memiliki varian yang homogen sehingga pengujian hipotesis memberikan hasil yang lebih tajam dibandingkan menggunakan statistik nonparametrik. Kriteria untuk pembuatan keputusannya adalah sebagai berikut: a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima b) Jika nilai signifikansi 0,05 maka maka Hi diterima atau menolak Ho. 68

69 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Partisipan Penelitian ini dilakukan pada Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali yang terdiri dari sembilan Biro dengan jumlah partisipan sebanyak 114 orang. Dari 114 partisipan, 2 partisipan dinyatakan gugur karena pengisian kuesioner yang tidak lengkap. Sebanyak 112 partisipan yang berhasil dilibatkan dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat grup manipulasi. Karakterisitik demografi partisipan pada penelitian ini terdiri dari empat bagian utama yaitu usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan terakhir. Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa partisipan termuda berusia 28 tahun, tertua berusia 56 tahun dan didominasi oleh kelompok usia tahun. Sebanyak 59 partisipan dalam penelitian ini atau sebesar 52,68% berjenis kelamin laki-laki. Sementara sisanya sebanyak 53 partisipan atau sebesar 47,32% berjenis kelamin perempuan. Partisipan memiliki pengalaman kerja yang cukup lama karena sebagian besar (97%) bekerja di atas 10 tahun dan paling banyak menempuh pendidikan sampai S1 yaitu sebesar 66 partisipan. Hasil pengolahan data mengenai karakteristik demografi partisipan secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel

70 Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan Std Keterangan Frek Range Min Max Mean Deviasi Var Usia Thn 65 >50 Thn 47 Total ,9 5,923 35,08 Jenis Kelamin Laki-Laki 59 Perempuan 53 Total ,4732 0,5153 0,252 Lama Kerja <5 Thn Thn 2 >10 Thn 109 Total ,9643 0, ,053 Pendidikan S1 66 Terakhir S2 46 Total ,4107 0, ,244 Sumber: Data primer 2014, diolah 5.2 Statistik Deskriptif Grup Statistik deskriptif disajikan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian khususnya tentang mean dan deviasi standar. Pengukuran mean merupakan cara yang umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari distribusi data sedangkan deviasi standar merupakan perbedaan antara nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa partisipan dalam grup 4 berjumlah 26 orang, dengan perlakuan tidak terdapat elemen pengendalian internal dan level moral rendah memiliki mean yang paling tinggi yaitu 8,42. Grup 3 dengan perlakuan terdapat elemen pengendalian internal dan level moral rendah memiliki mean 5,03 dengan jumlah partisipan yaitu 28 orang. Partisipan yang memiliki level moral 70

71 tinggi yaitu grup 1 dan grup 2 memiliki mean masing-masing yaitu 5,00 dan 4,04 dengan perlakuan berbeda yaitu terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. Tabel 5.2 menyajikan hasil statistik deskriptif untuk empat grup perlakuan sebagai berikut: Tabel 5.2 Deskriptif Statistik Moral SPI Mean Std. Deviation N Rendah Tidak Ada (Grup 4) 8,4231 2, Ada SPI (Grup 3) 5,0357 3, Total 6,6667 3, Tinggi Tidak Ada (Grup 2) 4,0357 2, Ada SPI (Grup 1) 5,0000 2, Total 4,5345 2, Total Tidak Ada 6,1481 3, Ada SPI 5,0172 3, Total 5,5625 3, Sumber: Data primer 2014, diolah 5.3 Uji Instrumen Penelitian Pada tahapan ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan tujuan untuk menghasilkan data yang berkualitas. Cara yang dapat ditempuh adalah dua cara : (1) menggunakan alat ukur (instrumen) siap pakai yang validitas dan reliabilitasnya telah dibuktikan oleh para peneliti pada penelitian terdahulu; (2) menggunakan alat ukur baru yang belum diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya (Hair et al., 2006). Peneliti menggunakan cara yang pertama, yaitu menggunakan instrumen yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Walaupun demikian mengingat penelitian ini dilakukan di tempat dan sampel yang berbeda 71

72 maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang untuk mempertegas hasil Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, atau dengan kata lain, instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan. Uji validitas pengukuran menggunakan uji spearman correlation. Bila korelasi faktor tersebut positif dan besarnya di atas 0,3 maka faktor tersebut mempunyai validitas yang kuat (Ghozali, 2009). Tabel 5.3 menyajikan hasil uji validitas sebagai berikut: Tabel 5.3 Uji Validitas Moral SPI Total Spearman's rho Moral Correlation 1,000 -,001,707 ** Coefficient Sig. (2-tailed).,989,000 N SPI Correlation Coefficient -,001 1,000,707 ** Sig. (2-tailed),989.,000 N Total Correlation,707 **,707 ** 1,000 Coefficient Sig. (2-tailed),000,000. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data primer 2014, diolah 72

73 Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai koefisien validitas atau nilai spearman correlation (r) untuk semua instrumen lebih dari 0,3. Hal ini berarti, semua instrumen penelitian dapat dinyatakan valid. Dengan kata lain, instrumen penelitian tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya Uji Reliabilitas Tingkat reliabilitas suatu instrumen diukur dengan menghitung besarnya nilai Cronbach alpha. Nilai Cronbach alpha dapat dikatakan reliable apabila nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2009). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat diandalkan atau dapat dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan diukur. Dengan uji reliabilitas dapat dilihat konsistensi alat dalam mengukur gejala yang sama. Cronbach's Alpha Tabel 5.4 Reliability Statistics N of Items,719 6 Sumber: Data primer 2014, diolah Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk instrumen pengukuran moralitas individu, nilainya lebih dari 0,6. Hal itu berarti, instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Dengan kata lain, hasil pengukuran dalam penelitian ini dapat dipercaya. 73

74 5.4 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig 0,093 (di atas 0,05), dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa data terdistribusi dengan normal sehingga memenuhi salah satu asumsi analysis of variance (ANOVA). Tabel 5.5 menyajikan hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 5.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Fraud N 112 Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Mean 5,5625 Std. Deviation 3,15024 Absolute,117 Positive,112 Negative -,117 Kolmogorov-Smirnov Z 1,238 Asymp. Sig. (2-tailed),093 Sumber: Data primer 2014, diolah 74

75 5.4.2 Uji Homogenitas Levene's Test dilakukan untuk mengetahui apakah keempat perlakuan (perlakuan 1,2,3, dan 4) mempunyai varian yang sama. Hasil uji statistik menunjukkan nilai levene statistic sebesar 0,117 (diatas 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kelompok subjek memenuhi varian yang sama sehingga telah memenuhi asumsi ANOVA (Hair et al., 2006). Tabel 5.6 menyajikan hasil uji homogenitas sebagai berikut: Tabel 5.6 Levene's Test of Equality of Error Variances a F df1 df2 Sig. 2, ,117 Sumber: Data primer 2014, diolah 5.5 Pengujian Hipotesis Tahap terakhir analisis dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian data yang mengacu pada hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian, digunakan Two-Way Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5%. Untuk mengetahui signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang dihasilkan dari pengolahan data tersebut. Output hasil analisis varian desain faktorial yang dapat digunakan untuk membuktikan ketiga macam hipotesis tersebut yaitu disajikan pada Tabel

76 Tabel 5.7 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Fraud Source Type I Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Model 3760,725 a 4 940, ,937,000 Moral (X1) 3592, , ,611,000 SPI (X2) 35, ,937 4,814,030 Moral * SPI 132, ,219 17,711,000 Error 806, ,466 Total 4567, a. R Squared =,823 (Adjusted R Squared =,817) Kriteria untuk pembuatan keputusannya adalah sebagai berikut: a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima b) Jika nilai signifikansi 0,05 maka maka Hi diterima atau menolak Ho. Pada Tabel 5.7 ditampilkan hasil Tests of Between-Subjects Effects untuk membandingkan antar kelompok/perlakuan. Hasil analisis pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis 1, 2, dan 3 (hipotesis efek moralitas individu, efek pengendalian internal, dan interaksi) seluruhnya lebih kecil dari alpha yang ditetapkan (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan 76

77 kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah. b) Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal c) Ho yang menyatakan tidak terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan pengendalian internal Hasil interaksi antara moralitas individu dengan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dilihat pada Gambar 5.1. Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan kerja sama dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata lain, interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek efek berbeda terhadap suatu variabel terikat pada berbagai bagai tingkat dari suatu variabel bebas lain. 77

78 Gambar 5.1 menunjukkan adanya interaksi karena ada potongan garis yang ditunjukkan oleh grafik. Individu pada level moral yang rendah kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang lebih tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Sedangkan individu pada level moral yang tinggi cenderung stabil artinya dalam kondisi ada atau tidak ada elemen pengendalian internal cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Gambar 5.1 Profile Plots Interaksi 78

79 Berdasarkan output hasil analisis SPSS yang ditampilkan pada Tabel 5.7 dapat dihitung komponen varian untuk masing masing sumber variasi (Source of Variations). Penentuan komponen varian dimaksudkan untuk menentukan besarnya efek yang diakibatkan oleh masing masing komponen (model gabungan, X1, X2, interaksi X1 dan X2, dan komponen lain). Persentase komponen varian dapat dihitung dengan cara berikut ini. a) Persentase komponen varian antar model diperoleh sebesar 82,346%, dengan perhitungan sebagai berikut: 3760, ,000 X 100% = 82,346% Angka sebesar 82,346% ini merupakan efek gabungan (bersama sama) antara variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. b) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X1 diperoleh sebesar 78,664%, dengan perhitungan sebagai berikut: 3592, ,000 X 100% = 78,664% Angka sebesar 78,664% ini merupakan efek variabel bebas moralitas individu terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi secara sendiri tanpa memperhitungkan kondisi pengendalian internal. 79

80 c) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X2 diperoleh sebesar 0,787%, dengan perhitungan sebagai berikut: 35, ,000 X 100% = 0,787% Angka sebesar 0,787% ini merupakan efek variabel bebas pengendalian internal terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi secara sendiri tanpa memperhitungkan moralitas individu. d) Persentase komponen varian interaksi antara variabel bebas X1 dengan variabel bebas X2 (X1*X2) diperoleh sebesar 2,895%, dengan perhitungan sebagai berikut: 132, ,000 X 100% = 2,895% Angka sebesar 2,895% ini merupakan efek yang diakibatkan oleh interaksi antara variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. e) Persentase komponen varian yang tidak dapat dijelaskan oleh model (unexplained varian) diperoleh sebesar 17,654%, dengan perhitungan sebagai berikut: 806, ,000 X 100% = 17,654% 80

81 Hasil analisis varian desain faktorial tersebut berarti bahwa sebesar 82,346% varian pada variabel terikat (kecenderungan kecurangan akuntansi) disebabkan oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas yang berupa moralitas individu (level tinggi dan level rendah) dan kondisi terdapat elemen pengendalian internal (ada dan tidak) secara gabungan. Selebihnya sebesar 17,654% tidak diketahui sebabnya (tidak dapat dijelaskan oleh model). 81

82 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen dan pengendalian internal. Sebanyak 112 partisipan yang berhasil dilibatkan dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat grup manipulasi. Partisipan sebagian besar memiliki pengalaman kerja yang lama yaitu di atas 10 tahun. Komposisi Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) dilihat dari jenis kelamin cukup imbang antara laki-laki dan perempuan. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa grup 4 dan grup 3 dengan perlakuan level moral rendah memiliki mean yang lebih tinggi dibandingkan grup 1 dan grup 2 dengan perlakuan level moral tinggi. Hal ini berarti individu dengan level moral rendah kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi lebih tinggi dibandingkan individu yang memiliki level moral yang tinggi. Hasil penelitian ini membuktikan apa yang ada dalam hirarki tahap perkembangan moral Kohlberg. Semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-konvensional), semakin individu tersebut memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Semakin tinggi level moral individu, semakin ia berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan 82

83 banyak pihak. Hasil penelitian ini sekaligus memperkuat hasil dari penelitianpenelitian etika yang sebelumnya dilakukan oleh Liyanarachi (2009), Arnold dan Ponemon (1991), Welton (1994), Wilopo (2006), dan Puspasari (2012) bahwa individu yang memiliki level penalaran moral tinggi akan lebih senstif terhadap isu-isu etika, sehingga akan cenderung melakukan perbuatan yang etis. Hasil analisis sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis1 (hipotesis efek moralitas individu) yaitu 0,000 lebih kecil dari alpha yang ditetapkan (5%). Ho ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah. Dapat juga disimpulkan bahwa hipotesis pertama didukung karena terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan moralitas individu tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis 2 (hipotesis efek pengendalian internal) juga diterima dengan nilai koefisien Sig yaitu 0,030 (<0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. Dapat juga disimpulkan bahwa hipotesis kedua didukung karena terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan pengendalian internal (ada dan tidak) tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Bukti mengenai kekuatan pengaruh variabel interaksi ditunjukkan dengan nilai koefisien Sig yaitu 0,000 (<0,05) yang menunjukkan bahwa ada saling 83

84 ketergantungan antara level moral individu dengan kondisi elemen pengendalian internal, dengan demikian hipotesis ketiga didukung. Kondisi ada atau tidak ada pengendalian internal dalam sebuah organisasi akan membuat individu dengan level moral tertentu untuk cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Perubahan level kondisi elemen pengendalian internal (ada dan tidak ada elemen pengendalian internal akan mengakibatkan dampak perubahan pada individu dengan level moral tertentu (tinggi atau rendah) untuk melakukan kecurangan akuntansi. Perbandingan mean grup 4 dan grup 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara grup 4 dan grup 2. Individu yang memiliki level penalaran moral rendah (Grup 4) lebih cenderung melakukan kecurangan akuntansi dibandingkan individu yang memiliki level penalaran moral tinggi (Grup 2) dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Dalam keadaan tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi, individu dengan level penalaran moral rendah akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest), misalnya melakukan kecurangan akuntansi. Hal ini sesuai dengan yang ada dalam stage 2 Kohlberg (level pre-conventional) yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya. Perbandingan mean grup 4 dan grup 3 juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara grup 4 dan grup 3. Hal ini berarti individu dengan level penalaran moral rendah dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal (Grup 4) cenderung melakukan kecurangan akuntansi jika 84

85 dibandingkan dengan individu dengan level penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal (Grup 3). Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Maroney (2008) yang menemukan bahwa individu dengan level penalaran rendah lebih berorientasi pada peraturan dan sanksi hukum yang mungkin diterimanya sehingga dalam kondisi ada elemen pengendalian internal ia tidak akan melakukan perbuatan yang akan menyebabkan dirinya diberi hukuman. Peraturan juga dapat menjadi alat pencegah yang efektif agar seseorang tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Menurut Puspasari (2012), peraturan yang ada dalam organisasi merupakan suatu bentuk pengendalian internal yang berfungsi sebagai alat untuk memastikan tujuan organisasi tercapai. Wilopo (2006) juga mengungkapkan semakin efektif pengendalian internal di perusahaan, semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi oleh manajemen perusahaan. Hasil analisis varian desain faktorial menunjukkan bahwa sebesar 82,346% varian pada variabel terikat (kecenderungan kecurangan akuntansi) disebabkan oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas yang berupa moralitas individu (level tinggi dan level rendah) dan kondisi terdapat elemen pengendalian internal (ada dan tidak) secara gabungan. Selebihnya sebesar 17,654% tidak diketahui sebabnya (tidak dapat dijelaskan oleh model). Penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel yang terkait demografis partisipan (gender, posisi di organisasi, pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan) untuk melihat pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. 85

86 6.2 Penerapan Pengawasan Internal Pemerintah Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) menurut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Kegiatan pengawasan secara internal pada Pemerintahan Daerah Provinsi Bali dilakukan oleh Inspektorat daerah. Inspektorat daerah merupakan Badan Pengawas yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Inspektorat juga bertugas mengawasi setiap kegiatan instansi-instansi, dinas-dinas ataupun SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam menjalankan sistem administrasinya, misalnya pelaksanaan pertanggung jawaban anggaran dalam proses pelaksanaan keuangan, serta prosedur pengelolaan keuangan yang harus dilaporkan sesuai batasan waktu. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat ditujukan untuk memonitor mekanisme pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat tepat sasaran untuk mencapai hasil yang efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. 86

87 Sistem pengawasan pemerintah terbagi menjadi dua yaitu pengawasan secara eksternal dan pengawasan secara internal. Secara eksternal Indonesia memiliki Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan lembaga negara yang kedudukannya diatur oleh konstitusi. Secara internal Indonesia pun memiliki Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat Utama, dan Inspektorat/Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota yang kedudukannya berada di dalam pemerintahan. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berkualitas dan auditor yang profesional sangat diperlukan untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. Banyaknya lembaga negara yang didirikan tanpa memandang efektifitas dan efisiensi, menjadikan beberapa lembaga negara mempunyai wewenang yang hampir sama bahkan sama sekali tidak ada perbedaan (Asshiddiqie, 2010). Di sisi operasional pengawasan, seringkali terjadi pengaturan tugas pengawasan yang tumpang tindih dan bias, baik antara BPK sebagai pemeriksa eksternal dengan aparat pengawasan internal pemerintah, maupun di antara sesama aparat pengawasan internal pemerintah. Menurut ketentuan UUD Tahun 1945, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu-satunya badan pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Namun dalam kenyataannya masih terdapat beberapa badan lain yang melaksanakan pekerjaan yang sama dengan BPK seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 87

88 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan dua badan yang serupa tapi tak sama (Asshiddiqie, 2010). Maksudnya, dua lembaga negara ini sama-sama mempunyai fungsi pengawasan, tetapi BPK melakukan pengawasan eksternal sedangkan BPKP melakukan pengawasan internal. Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008, BPKP merupakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan berwenang melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sektoral; kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Sedangkan berdasarkan Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2006, BPK memiliki tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Adanya pengawasan yang tumpang tindih dan bias, baik antara BPK sebagai pemeriksa eksternal dengan aparat pengawasan internal pemerintah, maupun di antara sesama aparat pengawasan internal pemerintah akan menghambat pencapaian tujuan dari SPIP yaitu memberikan keyakinan yang memadai terhadap tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Kesimpangsiuran 88

89 pelaksanaan wewenang masing-masing lembaga Negara patutnya diluruskan sehingga pelaksanaan SPIP dapat memberi jaminan kepada seluruh penyelenggara negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi pemerintah, akan melaksanakan tugasnya dengan jujur dan taat pada peraturan. Akibatnya, tidak akan terjadi kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian negara. 89

90 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kecenderungan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level moral yang tinggi dan individu yang memiliki level moral yang rendah. Selain itu juga terdapat perbedaan kecenderungan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal maupun tidak terdapat elemen pengendalian internal. Hasil dari penelitian ini juga mengindikasikan terdapat interaksi antara level moral individu dengan pengendalian internal. Artinya perubahan pada satu level faktor level moral atau pada kondisi pengendalian internal, akan menyebabkan perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi. Hal ini dapat terlihat dari hipotesis ketiga. Individu yang memiliki level penalaran moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi dibandingkan dengan individu yang memiliki level penalaran rendah. Elemen pengendalian internal dapat menjadi alat yang mampu mengurangi kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi bagi individu dengan level penalaran moral rendah. Dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal, individu yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya dalam kondisi tidak terdapat elemen 90

91 pengendalian internal, individu dengan level penalaran moral rendah akan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. 7.2 Keterbatasan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa kendala yang dihadapi dalam penelitian ini, maka masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabelvariabel yang terkait demografis partisipan (gender, posisi di organisasi, pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan) untuk melihat pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk lebih fokus pada desain eksperimen yang lebih sempurna agar lebih dapat menggambarkan kondisi yang lebih nyata. Temuan studi ini penting bagi pendidikan profesi akuntansi. Hasil studi ini menemukan perlunya mempertajam materi pendidikan etika profesi dengan penekanan pada tanggung jawab moral. Selain itu juga Pemerintah Daerah Provinsi Bali sebaiknya meningkatkan penerapan pengendalian internal untuk mencegah tindak kecurangan di instansi pemerintah. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya terkait semua informasi yang menggambarkan elemen pengendalian internal organisasi kemungkinan tidak tersedia di dalam skenario yang diberikan karena elemen pengendalian internal di sektor pemerintahan senyatanya lebih kompleks. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di 91

92 Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali sehingga harus berhati-hati untuk menggeneralisir hasil penelitian ini untuk situasi lainnya karena hasilnya belum tentu sama pada partisipan lain. 92

93 DAFTAR PUSTAKA Abbott, L. J., S. Parker, and G. F. Peters, Audit Committee Characteristics and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue Ribbon Committee Recommendation. Working paper,. Albrecht, S. W. and C. Albrecht Fraud Examination and Prevention. Australia: Thomson, South-Western. American Institute of Certified Public Accountant and Association of Certified Fraud Examiners Managing The Business Risk of Fraud: A Practical Guide. Association of Certified Fraud Examiners. Arens, A dan Loebbecke, 1999, Auditing : Suatu Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Buku Satu, Cetakan ke dua, Salemba Empat Jakarta. Arnold, D. and L. Ponemon Internal Auditors Perceptions of Whistle- Blowing and The Influence of Moral Reasoning: An Experiment. Auditing: A Journal of Practice dan Theory Vol. 10. Asshiddiqie, J Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Peraturan No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pedoman Teknis Fraud Control Plan (FCP), Jakarta: Deputi Bidang Investigasi BPKP. Balipost (online) ( module=detailberitadankid=33danid=75068) dan ( Hasil-Audit-BPK--Pemprov-Bali-Raih-Opini- WDP), (diakses pada tgl 9 Agustus 2013) Bastian, I Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Beasley, M. S An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: Beasley, M. S., J.V. Carcello, D.R. Hermanson and P.D. Lapides, Fraudulent financial reporting: consideration of industry traits and corporate governance mechanisms, Accounting Horizons 14 (2000), pp

94 Bernardi, R. and S. Guptill Social Desirability Response Bias, Gender and Factors Influencing Organizational Commitment: An International Study. Journal of Business Ethics. Betts, D The Psychology of Fraud: What Makes Employee Cross The Line?. Joint ACFE/ISACA. Bologna, J Handbook of Corporate Fraud. Boston; Butterworth Heinemann. Booz-Allen, and Hamilton Earned Value Management Tutorial Module 6: Metrics, Performance Measurements and Forecasting. boozallen.com/about/article_newsideas Boynton, W.C., Johnson, Kell. (2003). Modern Auditing (terjemahan) Buku 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, Brickley, J. A. and C. M. James The Takeover Market, Corporate Board Composition and Ownership Structure: The Case Banking. The Journal of Law and Economics, vol. 30 (April): Cressey, D Other People s Money: a Study in the Social Psychology of Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press. Chang, J. C., Yen, Sin-Hui, and D. Rong-Ruey An Empirical Examination of Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting- Related Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: Cooper, D.R. and P. Schindler Business Research Methods, Edisi ke-8. McGraw Hill, New York. Coram, P., C. Ferguson, and Moroney, R Internal Audit, Alternative Internal Audit Tructures and The Level of Misapropriation of Assets Fraud. Accounting and Finance vol. 48 Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher, and R. A. Riley Beyond The Fraud Triangle. Enhancing Deterrence of Economic Crimes. CPA Journal. Eddy, M Peran BPKP dalam Penanganan Kasus Berindikasi Korupsi Pengadaan Jasa Konsultansi Instansi Pemerintah. diakses tgl 20 Agustus

95 Eisenhardt, K. M Building Theories from Case Study Research. Academy of Management Review. Vol. 14, pp Fauwzi Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Gaviria, A., Assessing the Effects of Corruption and Crime on Firm Performance. Working Paper di-download dari Social Science Research Network. Gay, L. R. and P. L. Diehl. (1992). Research Methods for Business and Management. MacMillan Publishing Company. New York. Ghozali, I Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Keenam, Penerbit Universitas Diponegoro. Green, B.P., and T. G. Calderon, Exploring Collusion through Consolidation of Positions, Duties, and Controls as a Factor in Financial Statement Fraud. Working Paper. Hadi, S Analisis Butir untuk Instrumen, Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica; Yogyakarta, Andi Offset Hair, J.F. JR., Anderson, Tatham, and Black Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey : Pearson. Hernandez, J. R. and T. Groot Corporate Fraud: Preventive Controls Which Lower Corporate Fraud. Amsterdam Research Centre in Accounting. Ikatan Akuntan Indonesia Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 316. Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 319. Perimbangan Atas Pengendalian Internal Dalam Audit Laporan Keuangan. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2013 diakses tgl 12 Oktober Indonesian Corruption Watch (ICW) diakses tgl 12 Oktober

96 Jensen, M. and W.H. Meckling Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, Kerlinger, F. N Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kohlberg, L Stage and Sequence: The Cognitive-Development Approach Moral Action to Socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory and research (pp ). Chicago: RandMcNally. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diakses tgl 3 Oktober 2013http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsiberdasarkan-jenis-perkara Liyanarachi, G The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle- Blowing: New-Zealand Evidence. Journal of Business Ethics 89. Mardiasmo Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Matsumura, E. M., and R. R. Tucker, Fraud detection: A Theoretical Foundation. The Accounting Review, vol. 67 no. 4. Mayangsari dan Wilopo Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Olhson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5, no. 3 (September), Hlmn: Moroney, J. J. and R. E. McDevitt The Effects of Moral Reasoning on Financial Reporting Decisions in a Post Sarbanes-Oxley Environment. Behavioral Research of Accounting Mulyadi Auditing Edisi 6 Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Puspasari, N Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen pada Konteks. Pemerintahan Daerah. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Putra, Y. H. S Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Pasal 5 dan 6). Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) 96

97 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Ramamoorti, S The Psychology and Sociology of Fraud: Integrating the Behavioral Sciences Component Into Fraud and Forensic Acounting Curricula. Issues in Accounting Education vol. 23. Reinstein, A. and M. E. Bayou A Comprehensive Structure to Help Analyse, Detect and Prevent Fraud. Working paper, mbayou@som. umd.emich.edu Rest, J. R A Neo-Kohlbergian Approach To Morality Research. Journal of Moral education vol 29. Scott, W. R Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice Hall. Sekaran, U. 2006, Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Shivdasani, A Board composition, ownership structure, and hostile takeovers. Journal of Accounting and Economics, vol.16, pp: Sheifer, A. and R. W. Vishny Corruption. Quarterly Journal of Economic, vol. 108, pp: Smith, R., S. Tiras, and S. Vichitlekarn, The Interaction Between Internal Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working Paper Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Thoyyibatun Analysing The Influence of Internal Control Compliance And Compensation System Against Unethical Behavior And Accounting Fraud Tendency (Studies at State University in East Java. Palembang :Simposium Nasional Akuntansi XII. Transparency International (TI) diakses tgl 20 Agustus Welton, R., R. Davis dan M. LaGroune Promoting The Moral Development Of Accounting Graduate Students. Accounting Education. International Journal 3. 97

98 Wilopo Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol.9. Wright, P. M Restoring Trust: The Role of HR in Corporate Governance. September,

99 Lampiran 1 Pengarang dan Tahun Publikasi Smith et al., (1997), Beasley (1996), Beasley et al., (2000), Reinstein (1998), Matsumura (1992), dan Abbot et al., (2002) Penelitian-Penelitian Sebelumnya Variabel yang Tujuan Penelitian Digunakan Meneliti pengaruh keefektifan pengendalian internal kecenderungan kecurangan akuntansi terhadap Keefektifan pengendalian internal, kecenderungan kecurangan akuntansi Hasil Penelitian Menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi Green and Calderon (1999), Reinstein (1998) dan COSO (2002) Meneliti pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecurangan akuntansi yang dilakukan manajemen Perilaku tidak etis, Kecurangan akuntansi Perilaku tidak etis dalam bentuk penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, kedudukan, dan sumberdaya perusahaan, mendorong manajemen melakukan kecurangan akuntansi Mayangsari dan Wilopo (2002) Wright (2003) Meneliti pengaruh pengendalian internal dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi Meneliti pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi Pengendalian internal, perilaku tidak etis, kecenderungan kecurangan akuntansi Pengendalian internal, kecenderungan kecurangan akuntansi Pengendalian internal dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi Pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. 99

100 Pengarang dan Tahun Publikasi Wilopo (2006) Tujuan Penelitian Meneliti faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi Variabel yang Digunakan Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, kecenderungan kecurangan akuntansi Hasil Penelitian Perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi Ramamoorti (2008) Thoyyibatun (2009) Menguji faktorfaktor Segitiga fraud dari yang Association of menjadi akar dari Certified Fraud permasalahan mengenai fraud. Examiners (ACFE), dan perilaku-perilaku lain diluar segitiga Memberikan bukti Keefektifan empiris pengaruh pengendalian keefektifan internal, pengendalian kesesuaian internal dan kompensasi, kesesuaian perilaku tidak etis, kompensasi kecenderungan terhadap perilaku kecurangan tidak etis dan akuntansi kecenderungan kecurangan akuntansi Menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar dari permasalahan mengenai fraud. Keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi lain halnya dengan sistem kompensasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan akuntansi. 100

101 Pengarang dan Tahun Publikasi Betts (2009) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui mengapa pegawai suatu organisasi melakukan fraud ditinjau dari sisi psikologis. Variabel yang Digunakan Faktor-faktor psikologis, fraud Hasil Penelitian Kecurangan akuntansi di Amerika didominasi oleh lulusan strata 1, uang yang diambil secara nominal lebih banyak jumlahnya oleh lulusan strata 2, dan usia individu yang paling banyak melakukan kecurangan akuntansi tahun. Fauwzi (2011) Memberikan bukti empiris pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan moralitas manajemen terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas manajemen, perilaku tidak etis, kecenderungan kecurangan akuntansi Pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh negatif yang signifikan terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan kesesuaian kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan akuntansi. 101

102 Pengarang dan Tahun Publikasi Novita (2012) Tujuan Penelitian Menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan Variabel yang Digunakan Moralitas individu, pengendalian internal, kecenderungan kecurangan akuntansi Hasil Penelitian Terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Kondisi elemen pengendalian internal tidak mempengaruhi individu dengan level moral tinggal untuk cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal 102

103 Lampiran 2 No Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali I. Cluster Sekretariat Daerah 1 Biro Pemerintahan 2 Biro Hukum dan HAM 3 Biro Organisasi 4 Biro Perekonomian dan Pembangunan 5 Biro Kesejahteraan Rakyat 6 Biro Keuangan 7 Biro Umum dan Protokol 8 Biro Humas 9 Biro Aset II. Cluster Sekretariat DPRD III. Cluster Inspektorat IV. Cluster Bappeda V. Cluster Dinas-Dinas 1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 2 Dinas Kesehatan 3 Dinas Pekerjaan Umum 4 Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 5 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan 6 Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi 7 Dinas Sosial 8 Dinas Kebudayaan 9 Dinas Pendapatan 10 Dinas Kelautan dan Perikanan 11 Dinas Pertanian dan Tananam Pangan 12 Dinas Kehutanan 13 Dinas Perkebunan 14 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 15 Dinas Pariwisata 16 Dinas Perindustrian dan Perdagangan VI. Cluster Lembaga Teknis Daerah 1 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 2 Badan Lingkungan Hidup 3 Badan Pendidikan dan Pelatihan 4 Badan Penanaman Modal dan Perizinan 5 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 6 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Individu 7 Badan Kepegawaian Daerah 8 Badan Perpustakaan dan Arsip 9 Badan Narkotika Nasional 10 Badan Penanggulangan Bencana VII. Cluster Lembaga Lain 1 Rumah Sakit Jiwa 2 Rumah Sakit Indera 3 Kantor Perwakilan 4 Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah 5 Sekretariat Komisi Pemilihan Umum 6 Sekretariat Panitia Pengawas PEMILU 7 Satuan Polisi Pamong Praja Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali (2013) 103

104 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

105 Perihal : Permohonan Kesediaan menjadi Partisipan Kepada Yth. Bapak/Ibu Partisipan di- Tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas tesis pada Program Magister Akuntansi (MAKSI) di Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat menjawab seluruh pertanyaan pada kasus terlampir. Adapun judul dari tesis ini adalah Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali). Sesuai etika penelitian, maka data yang diperoleh dari Bapak/ Ibu akan kami jaga kerahasiaannya dan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis dan disajikan secara agregat bukan secara individu. Peneliti menyadari waktu Bapak/Ibu adalah sangat berharga, tetapi waktu yang Bapak/Ibu luangkan untuk menjawab kasus ini akan sangat bernilai tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk perguruan tinggi. Untuk itu, atas segala kearifan, kerjasama, dan bantuan Bapak/Ibu dalam mendukung penelitian ini, peneliti ucapkan terima kasih. Denpasar, Hormat saya, (Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi) NIM

106 IDENTITAS PARTISIPAN Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Usia :... Jabatan :... Lama Bekerja : < 5 tahun 5-10 tahun >10 tahun Pendidikan Terakhir : SMA D3 S1 S2 S3 lainnya Dengan ini menyatakan bersedia secara sukarela menjadi partisipan Denpasar, (ttd partisipan) 106

107 Skenario 1 Perlakuan Terdapat Elemen Pengendalian Internal Petunjuk Umum : Bacalah Skenario berikut ini dengan seksama, dan berikan jawaban anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda X : Latar Belakang Rudi adalah seorang Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Y. Rudi mengepalai Dinas X. Sebagai kepala dinas, ia diberi kuasa oleh kepala daerah sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk mengkoordinir dan bertanggungajwab atas proses pengadaan barang di lingkup dinas. Beberapa tugas Rudi lainnya adalah mengkoreksi tagihan, memerintahkan pembayaran dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta bertanggungjawab atas penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Dinas X menerapkan aturan-aturan mengenai perilaku. Tindakan disiplin sangat dikedepankan atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur atau pelanggaran terhadap aturan perilaku tersebut. Di Dinas X, setiap terjadi transaksi akan selalu dicatat tepat waktu. Otorisasi transaksi dan bukti pendukung selalu diperhatikan dengan cermat. Pemeriksaan fisik atas kekayaan instansi, seperti aset instansi, dilakukan secara berkala. Tidak ada pegawai yang merangkap beberapa tugas sekaligus di instansi ini. Sistem akuntansi yang ada di instansi dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional di dalam instansi sehingga tidak ada satupun kegiatan operasional yang luput dari pencatatan. Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai derajat keamanan aset selalu dilakukan secara periodik. Setiap satu tahun sekali, auditor internal pemerintah akan melakukan audit di instansi Rudi untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa temuan dari proses audit tersebut kemudian akan menjadi rekomendasi bagi instansi Rudi. Rekomendasi tersebut berisi saran-saran untuk perbaikan operasional dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas. Program Kerja Salah satu program kerja instansi Rudi tahun ini adalah pengadaan alat-alat kesehatan bagi puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Y. Proyek tersebut bernilai Rp Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan pemasok alat-alat kesehatan tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk menangani tender tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan peserta tender. Salah satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Rudi, Dani. Sebelum proses tender dimulai, Dani menemui Rudi dan memintanya untuk membantu memenangkan tender untuk perusahaannya. Jika perusahaanya yang menang, maka ia akan memberikan 20% (atau senilai Rp ) dari nilai nominal proyek tersebut untuk pihakpihak yang membantu kemenangannya, termasuk panitia tender dan Rudi. Rudi dihadapkan pada dua pilihan: memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau meneruskan prosedur tender sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Rudi memilih alternatif pertama, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan Rudi, diantaranya: memerintahkan panitia tender untuk memenangkan perusahaan Dani, menyepakati nominal tender (Dinas X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran akan diberikan Dani kepada Rudi dan panitia tender) dan melakukan otorisasi pembayaran kerjasama Dinas X dan perusahaan Dani. 107

108 Jika Rudi memilih alternatif yang kedua, maka proses tender seluruhnya menjadi wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab untuk mengadakan mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa intervensi dari Rudi. Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda X : Jika Rudi menerima tawaran Dani? Sangat tidak setuju Sangat Setuju

109 Skenario 2 Perlakuan Tidak Terdapat Elemen Pengendalian Internal Petunjuk Umum : Bacalah Skenario berikut ini dengan seksama, dan berikan jawaban anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda X : Latar Belakang Rudi adalah seorang Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Y. Rudi mengepalai Dinas X. Sebagai kepala dinas, ia diberi kuasa oleh kepala daerah sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk mengkoordinir dan bertanggungajwab atas proses pengadaan barang di lingkup dinas. Beberapa tugas Rudi lainnya adalah mengkoreksi tagihan, memerintahkan pembayaran dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta bertanggungjawab atas penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Di Dinas X, terdapat aturan-aturan mengenai perilaku. Aturan-aturan tersebut belum dapat berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Beberapa pegawai ada yang melakukan pelanggaran terhadap aturan perilaku, namun sanksi yang tegas tidak diberlakukan. Di Dinas X, setiap terjadi transaksi tidak selalu dapat dicatat tepat waktu. Tanggal transaksi dan tanggal pencatatan seringkali tidak sesuai. Terkadang otorisasi transaksi dan bukti pendukung tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemeriksaan fisik atas kekayaan instansi, seperti aset instansi, hanya dilakukan sesekali. Di instansi ini, beberapa pegawai ada yang merangkap beberapa tugas sekaligus karena keterbatasan sumber daya manusia. Sistem akuntansi yang ada di instansi belum dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional di dalam instansi sehingga banyak kegiatan operasional yang luput dari pencatatan. Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai derajat keamanan aset tidak selalu dilakukan. Program Kerja Salah satu program kerja instansi Rudi tahun ini adalah pengadaan alat-alat kesehatan bagi puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Y. Proyek tersebut bernilai Rp Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan pemasok alat-alat kesehatan tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk menangani tender tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan peserta tender. Salah satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Rudi, Dani. Sebelum proses tender dimulai, Dani menemui Rudi dan memintanya untuk membantu memenangkan tender untuk perusahaannya. Jika perusahaanya yang menang, maka ia akan memberikan 20% (atau senilai Rp ) dari nilai nominal proyek tersebut untuk pihak-pihak yang membantu kemenangannya, termasuk panitia tender dan Rudi. Rudi dihadapkan pada dua keputusan: memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau meneruskan prosedur tender sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Rudi memilih alternatif pertama, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan Rudi, diantaranya: memerintahkan panitia tender untuk memenangkan perusahaan Dani, menyepakati nominal tender (Dinas X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran akan diberikan Dani kepada Rudi 109

110 dan panitia tender) dan melakukan otorisasi pembayaran kerjasama Dinas X dan perusahaan Dani. Jika Rudi memilih alternatif yang kedua, maka proses tender seluruhnya menjadi wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab untuk mengadakan mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa intervensi dari Rudi. Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda X : Jika Rudi menerima tawaran Dani? Sangat tidak setuju Sangat Setuju

111 Moralitas Individu Petunjuk: Untuk jawaban nomor 1 sampai dengan 6 di halaman berikut Bapak/Ibu diberikan kasus yang tidak terjadi sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar. Kasus Tiga bulan yang lalu Amir Mandala, Ak, pindah dari dinas Perhubungan ke Dinas Pekerjaan Umum, tetapi tetap sebagai staf akuntansi. Selama tiga tahun Laporan Keuangan di Dinas Pekerjaan Umum diaudit oleh BPK. Hasil audit selalu memberikan opini Wajar Tanpa Pengecuaian (WTP). Selama tiga bulan bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belum memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Masih terdapat beberapa program yang tidak jalan, sehingga menunjukkan bahwa pemerintah telah memenuhi batas anggaran tapi program pembangunan belum sepenuhnya berjalan. Mengetahui hal ini Amir Mandala, Ak menyampaikan permasalahan tersebut kepada pimpinannya. Namun pimpinannya meminta kepada Amir Mandaa, Ak untuk tidak mengubah proses penyusunan Laporan Realisasi Anggaran yang telah berjalan. Amir Mandala, Ak diminta untuk menyelesaikan Laporan Realisasi Anggaran tersebut dengan tetap menunjukkan bahwa Laporan Realisasi Anggaran telah digunakan dengan sebaiknya dan pembangunanpembanguanan telah dilakukan dengan semestinya. Pimpinan juga menyatakan akan memberikan bonus pada Amir Mandala, Ak serta janji untuk dipromosikan. Amir Mandala, Ak menyarankan agar pimpinannya mempertimbangkan untuk menunjukkan gambaran kegiatan pembangunan yang telah tercapai, dan agar tidak terkena sanksi Undang-Undang, termasuk agar mempertimbangkan prinsip kesejahteraan masyarakat, serta tidak merugikan para pegawai lainnya. Nilailah keputusan pimpinan tempat Bapak/Ibu bekerja bila kondisi yang dihadapi oleh Amir Mandala, Ak terjadi di SKPD tempat Bapak/Ibu bekerja. 111

112 Mohon Bapak/Ibu memberi tanda check (V) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan keadaan ditempat Bapak/Ibu bekerja. Pilihan jawaban : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju No Pernyataan SS S TS STS 1. Pimpinan SKPD tetap menyelesaikan Laporan Realisasi Anggaran seperti periode yang lalu untuk kepentingannya 2. Pimpinan SKPD memberikan bonus pada staf akuntansinya karena telah patuh 3. Pimpinan SKPD tetap menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti periode yang lalu agar kinerjanya bagus dan terlihat baik 4. Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti periode yang lalu, karena sudah menjadi kelaziman di SKPD-nya 5. Pimpinan SKPD Menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti yang sebenarnya, karena pimpinan takut terkena sanksi Undang-Undang 6. Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti kondisi yang sebenarnya demi mempertimbangkan prinsip kesejahteraan masyarakat serta tidak merugikan pemerintahan -Terima Kasih- 112

113 Lampiran 4 TABULASI DATA NO USIA GENDER LAMA KERJA STUDY GRUP KEPUTUSAN 1 43 L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L <5 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L 5-10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S

114 38 52 P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P 5-10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S

115 79 56 L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S P >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S L >10 TAHUN S

116 Lampiran 5 HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS VERSI Uji Validitas Spearman's rho moral SPI Total Correlation Coefficient Correlations Moral SPI Total 1,000 -,001,707 ** Sig. (2-tailed).,989,000 N Correlation Coefficient -,001 1,000,707 ** Sig. (2-tailed),989.,000 N Correlation Coefficient,707 **,707 ** 1,000 Sig. (2-tailed),000,000. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 116

117 2. Uji Reliabilitas dan Validitas (Variabel Moralitas Individu) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,719 6 Hasil perhitungan menunjukkan nilai Cronbach s Alpha = 0,719 yang lebih besar dari 0,60 berarti instrumen penelitian dikatakan reliabel Correlations SOAL1 SOAL2 SOAL3 SOAL4 SOAL5 SOAL6 TOTAL SOAL1 Pearson Correlation 1,253 **,167,331 **,598 **,066,610 Sig. (2-tailed),007,079,000,000,488,00 N SOAL2 Pearson Correlation,253 ** 1,747 **,393 **,400 **,013,765 Sig. (2-tailed),007,000,000,000,890,00 N SOAL3 Pearson Correlation,167,747 ** 1,282 **,247 **,231 *,731 Sig. (2-tailed),079,000,003,009,014,00 N SOAL4 Pearson Correlation,331 **,393 **,282 ** 1,591 ** -,041,655 Sig. (2-tailed),000,000,003,000,672,00 N SOAL5 Pearson Correlation,598 **,400 **,247 **,591 ** 1,085,742 Sig. (2-tailed),000,000,009,000,371,00 N SOAL6 Pearson Correlation,066,013,231 * -,041,085 1,329 Sig. (2-tailed),488,890,014,672,371,00 N TOTAL Pearson Correlation,610 **,765 **,731 **,655 **,742 **,329 ** Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (SOAL 1-6) dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3 yakni SOAL 1=0,610, SOAL 2=0,765, SOAL 3=0,731, SOAL 4=0,655, SOAL 5=0,742 dan SOAL 6=0,

118 3. Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, dan Uji Homogenitas Descriptive Statistics Dependent Variable:fraud moral SPI Mean Std. Deviation N rendah tidak ada 8,4231 2, ada SPI 5,0357 3, Total 6,6667 3, tinggi tidak ada 4,0357 2, ada SPI 5,0000 2, Total 4,5345 2, Total tidak ada 6,1481 3, ada SPI 5,0172 3, Total 5,5625 3, One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Fraud N 112 Normal Mean 5,5625 Parametersa,b Std. 3,15024 Most Extreme Differences Deviation Absolute,117 Positive,112 Negative -,117 Kolmogorov-Smirnov Z 1,238 Asymp. Sig. (2-tailed),093 Levene's Test of Equality of Error Variances a Dependent Variable:fraud F df1 df2 Sig. 2, ,117 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: moral + SPI + moral * SPI 118

119 4. Uji Two Way Anova dan Profile Plots Interaksi Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:fraud Source Type I Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Model 3760,725 a 4 940, ,937,000 moral 3592, , ,611,000 SPI 35, ,937 4,814,030 moral * 132, ,219 17,711,000 SPI Error 806, ,466 Total 4567, a. R Squared =,823 (Adjusted R Squared =,817) Dependent Variable:fraud SPI moral Mean SPI * moral Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound tidak ada rendah 8,423,536 7,361 9,485 tinggi 4,036,516 3,012 5,059 ada SPI rendah 5,036,516 4,012 6,059 tinggi 5,000,499 4,011 5,

120 Profile Plots 120

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap keadaan, selalu mempunyai dua sisi. Kemajuan akuntansi selain membawa manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep, atau pendekatan terbaru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kecurangan akuntansi dalam organisasi hanya bisa dicegah dan dibasmi apabila ada komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Ikatan akuntan publik Indonesia (IAI) (2011) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: 1.

Lebih terperinci

INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR)

INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR) TESIS INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR) ASTRID KRISDAYANTHI 1291662023 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat perhatian cukup besar belakangan ini. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali ditemukan. Hal ini ditandai dengan maraknya kasus-kasus korupsi pejabat pemerintahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN TESIS PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN NI KADEK ARI PUSPA SARI NIM 1191662009 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH ADVERSE

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM 1391661039 NIM. 1NI391661035 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 1, No. 1, Hal: 77-92 Juni 2016 PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) Gusti

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DWI HARYADI NUGRAHA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI Oleh : DIAN LAKSMI NIM: 0706305011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu,

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu, 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Ariani et al (2014) Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Keefektifan Pengendalian

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi. Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. NIP. 19641225199303 1 003

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI NI MADE RAI JUNIARIANI NIM 1491661008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEDE WIDIADNYANA PASEK PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGARUH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis seringkali terjadi kecurangan-kecurangan atau tindakan yang menyimpang dari prosedur akuntansi yang benar, dimana kecurangan tersebut disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INTEGRITAS DAN ASIMETRI INFORMASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INTEGRITAS DAN ASIMETRI INFORMASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INTEGRITAS DAN ASIMETRI INFORMASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Klungkung) Skripsi Oleh: Ni Komang Linda Lestari Nim : 1315351027

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI I NYOMAN PUTRAYASA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL PADA KINERJA ANALIS KREDIT DENGAN MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA SEBAGAI PEMODERASI (STUDI PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI KANTOR CABANG UTAMA DENPASAR) ANAK AGUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak akan pernah habisnya untuk dibicarakan dan telah menarik banyak perhatian media

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT NI WAYAN WIWIN INTAN WINTARI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut PSAP No.01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KEADILAN PROSEDURAL DAN IKLIM KERJA ETIS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Tabanan) I PUTU PANDE ARIAWAN NIM 1391661045

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan

Lebih terperinci

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar)

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) TESIS PERBEDAAN KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) KOMANG INDAH MEDIANI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan

Lebih terperinci

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM.

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM. TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN MEMODERASI PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS PADA KEPUASAN PENGGUNA AKHIR SOFTWARE AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI BALI). NI MADE SRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE SURYA PRATAMA NIM : 1390662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

PUBLIK DI BALI SKRIPSI

PUBLIK DI BALI SKRIPSI PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI DAN PELATIHAN AUDITOR TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI SKRIPSI Oleh: IDA BAGUS SATWIKA ADHI NUGRAHA NIM: 1115351083 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TESIS PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN LEVERAGE PADA MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA COKORDA ISTRI JULYANA DEWI 1291662024 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu manajer dengan pemilik modal dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE, LOCUS OF CONTROL, STRUKTUR AUDIT DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI PREDIKTOR KINERJA INTERNAL AUDITOR PADA PT ASTRA MOTOR PROVINSI BALI Oleh : Ni Ketut Junika Dewi Nim : 0815351047

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI TESIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KADEK NITA SUMIARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH UKURAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kompetensi, Komitmen Organisasi, Skeptisme Profesional, Motivasi, Kualitas Audit.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kompetensi, Komitmen Organisasi, Skeptisme Profesional, Motivasi, Kualitas Audit. Judul : Pengaruh Kompetensi, Komitmen Organisasi, Skeptisme Profesional dan Motivasi pada Kualitas Audit (Studi Kasus di Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali). Nama : Ni Made Dian Rossita NIM : 1306305162

Lebih terperinci

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM TESIS PERAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN SI MADE AYU SRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi di dalam era reformasi banyak terjadi di Indonesia, khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah satu bentuk tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu. Sesuai dengan Konsep

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berperan dalam memberikan informasi keuangan yang sangat dibutuhkan para pemakai laporan keuangan. Peran vital laporan keuangan sering kali

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN MEMODERASI PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN STRUKTUR MODAL PADA NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGOLONG HIGH DAN LOW PROFILE Kadek Nonik Sri Wahyuni PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE., Msi.,Ak.,CPA NIP. 19591202 198702 1 001 Dr.Drs.Herkulanus Bambang Suprasto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, pemegang saham perseroan memberikan perhatian lebih terhadap persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior perusahaan yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan media akhir-akhir ini mengangkat kembali maraknya kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan media akhir-akhir ini mengangkat kembali maraknya kasus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberitaan media akhir-akhir ini mengangkat kembali maraknya kasus korupsi yang terjadi disejumlah daerah. Korupsisendiri merupakan bagian dari kecurangan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI TESIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu organisasi dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN KAPASITAS INDIVIDU PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)

Lebih terperinci

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KOMITMEN ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA PENGELOLA ANGGARAN (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Tabanan)

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TESIS PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ NI MADE WASASIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT TESIS KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT NI WAYAN ELIYAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang dinamis, maka kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat dipercaya, akurat dan tepat semakin dirasakan. Untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal (internal control) merupakan bagian integral dari sistem informasi akuntansi. Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN. Pembangunan Perwakilan Provinsi Bali)

INTEGRITAS SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN. Pembangunan Perwakilan Provinsi Bali) 23707 73 931466 931465 01234 9 $9 9 45026773$646093(356 6135696(66026 23616161446561& 93702672467)(61 '!9"#$ &62) 5670 676(02 $!1 6%%17765&770 95456967*6765616 10+3570267(6,616 (3196765 ' -./0 TESIS INTEGRITAS

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF DAN PENEGAKAN SANKSI PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2008-2009 Oleh : NI KOMANG CAHYANI NIM : 0706305173 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Oleh : I Wayan Sumawan NIM : 0806305130 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin meningkat sekarang ini menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. Tuntutan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan fenomena besar dalam konteks akuntansi sektor publik, hal ini bukan saja terjadi di Indonesia namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

Lebih terperinci