PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang : Mengingat : a. bahwa sehubungan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 09 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Penyelenggaraan Pelayanan di Bidang Kesehatan sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu untuk diganti. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huuf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Retribusi Izin Usaha Penyelenggaraan Pelayanan di Bidang Kesehatan. 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 09); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

2 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 9. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur dan Penyusunan Produk Hukum Daerah; 19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37/BIRHUP/1973 tentang Wajib Daftar Sinshe dan Tabib; 20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 38/BIRHUP/1973 tentang Wajib Daftar Akupuntur; 21. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1186/Menkes/Per/XI/ 1986 tentang Akupuntur di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 22. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1424/Menkes/SK/XI/ 2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Optical;

3 23. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 712/Menkes/Per/X/ 1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 362/Menkes/Per/IV/ 1998; 24. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/Menkes/Per/XII/ 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik; 25. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 304/Menkes/Per/IV/ 1989 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran; 26. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 246/Menkes/Per/V/ 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional, Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional; 27. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 514/Menkes/Per/VI/ 1994 tentang Laboratorium, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 04/Menkes/SK/2002; 28. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/ 2007 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; 29. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 647/Menkes/SK/VI/ 2000 tentang Registrasi dan Praktek Perawat; 30. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/Per/VI/ 2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan; 31. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain; 32. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Acara Pemungutan Retribusi Daerah; 33. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 35. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/Menkes/Per/XII/ 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik; 36. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/ 2007 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran; 37. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109/Menkes/Per/IX/ 2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 38. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 902/Yankes/RS/1980 tentang Panitia Pengembangan dan Pembinaan Pengobatan Tradisional/Akupuntur; 39. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Yankes/RS/1980 tentang Panitia Pembinaan dan Pengawasan Pengobatan Tradisional; 40. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 02912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga; 41. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 410/Menkes/SK/VII/ 1991 tentang Penunjukan Pejabat yang diberi Wewenang Memberikan Izin Penyehatan Makanan Jasaboga;

4 42. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/Kab/B.VIII/1992 tentang Pedagang Eceran Obat, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/Menkes/SK/X/2002; 43. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002; 44. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 772/Menkes/SK/VI/ 1999 tentang Konsorsium Pelayanan Medik. 45. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/ 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kwalitas Air Minum; 46. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/VIII/ 2003 tentang Akupuntur; 47. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/ 2004 tentang Kesehatan Nasional; 48. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 372/Menkes/SK/III/ 2007 tentang Standar Profesi Teknisi Gigi; 49. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor: 666/Menkes/ SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar Swasta 50. Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman tanggal 28 Maret 1991 Nomor 55-1/ PD LP tentang Tata Cara Memperoleh Sertifikat Laik Penyehatan serta Pengawaasan dan Penetapan Tingkat Mutu Kesehatan Rumah Makan dan Restoran; 51. Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman tanggal 4 Desember 1992 Nomor 268-1/ PD LP tentang Tata Cara Perizinan dan Pengawasan Penyehatan Makanan Jasaboga. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMENEP Dan BUPATI SUMENEP MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI BIDANG KESEHATAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimakasud dengan : 1. Kabupaten, adalah Kabupaten Sumenep; 2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Sumenep; 3. Bupati adalah Bupati Sumenep;

5 4. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Daerah yang berlaku; 5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan namadan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya; 6. Usaha Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara kesehatan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat; 7. Pelayanan kesehatan adalah bagian integral dari jaringan medik yang diselenggarakan oleh pemerintah, perorangan, kelompok, yayasan dan badan hukum yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif; 8. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta adalahg tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi : balai pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, rumah bersalin, rumah sakit, praktek kelompok : dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, bidan, perawat, ahli gizi, ahli fisioteraphy, apotek, toko obat, klinik rawat inap pelayanan medik dasar serta sarana pelayanan lainnya; 9. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang yang untuk jenis tertentu mempunyai kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan antara lain : dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, bidan, perawat, ahli gizi, ahli fisioteraphy, apoteker, asisten apoteker, bidan, perawat, ahli gizi dan ahli fioteraphy; 10. Tenaga medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, lulusan pendidikan kedokteran/kedokteran gigi di dalam maupun di luar negari yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia; 11. surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis yang telah mendaftarkan diri (Registrasi) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ; 12. Surat Izin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan diseluruh wilayah Republik Indonesia ; 13. Surat Izin Perawat ( SIP) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Republik Indonesia ; 14. Surat Izin Praktek selanjutnya disebut SIP, adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten kepada tenaga kesehatan yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenagan untuk melakukan pelayanan dan perwatan kesehatan sesuai dengan profesinya;

6 15. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK, adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Refraksionis untuk melakukan praktek di Apotek, Toko Obat, Pelayanan Kesehatan, Optical; 16. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagi petunjuk dlam menjalankan profesi secara baik; 17. Pelayanan medik adalah pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialis terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas medis; 18. Pelayanan Medik Dasar adalah pelayanan medik terhadap individu atau kelurga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh Dokter Umum atau Dokter Gigi; 19. Pelayanan Medik Spesialis adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh Dokter Spesialis atau Dokter Gigi Spesialis Atau kelompok Dokter spesialis; 20. Pelayanan Medik Penunjang adalah upaya kesehatan yang diberikan oleh Laboratorium Medis, Laboratorium Kesehatan, Apotek, Toko Obat, Optik dan Tukang Gigi; 21. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap; 22. Rumah bersalin adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan Keluarga Berencana serta perawatan bayi baru lahir; 23. Praktek Perorangan adalah penyeenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang; 24. Praktek Berkelompok adalah penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayan medik penunjang; 25. Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) yang selanjutnya disebut BKIA adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar kepada wanita hamil, bayi dan anak prasekolah dan pelayanan keluarga berencana; 26. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan dengan atau tanpa menggunakan pelayanan nedik penunjang; 27. Bidan Praktek Swasta adalh upaya pelayanan kesehatan dibidang kebidanan dan Keluarga Berencana yang dilaksanakan oleh seseorang yang telah melalui pendidikan kebidanan baik perorangan maupun kelompok; 28. Perawat Praktek Swasta adalah upaya pelayanan kesehatan dibidang perawatan kesehatan perorangan maupun keluarga dan masyarakat yang dilaksanakan oleh seseorang yang telah melalui pendidikan Akademi Perawat; 29. Apotek adalah suatau tempat tetentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan Farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat;

7 30. Toko Obat Berijin adalah pedagang eceran obat yang berada di suatu tempat tertentu dan melakukan pekerjaan penyimpangan dan menjual obat-obatan bebas dan bebas terbatas kepada masyarakat; 31. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia, atau bukab berasal dari manusia untuk penentuan jenis kelamin; 32. Laboraturium Klnik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang hemetologi, mikrobiologi, klinik dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk menunjang upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan; 33. Laboratorium Kesehatan Masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atas bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama yang menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan; 34. Optical adalah mereka melakukan pekerjaan dibidang pemulihan kesehatan mata kepada masyarakat melalui kaca mata dan minimal mempunyai tenaga ahli dibidang refaksionis optision baik melalui resep dokter maupun melakukan pemeriksaan refraksi sendiri; 35. Teknisi Gigi adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dan pendidikan profesi dalam bidang teknik gigi sesuai dengan peraturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam bidang pelayanan teknik gigi baik di masyarakat, individu atau rumah sakit; 36. Perusahaan Makanan dan Minuman Industri Rumah Tangga adalah perusahaan yang wajib memiliki Surat Tanda Pendaftaran ndustri Kecil; 37. Sertifikat Penyuluhan adalah surat keterangan (sertifikat) yang diberiakn kepada penanggung jawab perusahaan/industri makanan dan minuman rumah tangga yang telah mengikuti penyuluhan dan sarana produksinya dinilai baik; 38. Surat Terdaftar Pengobat Tradisional adalah surat pendaftaran yang diperoleh dari Dinas Kesehatan bagi pengobat tradisional sesuai dengan persyaratan yang berlaku; 39. Rumah Makan adalah tempat usaha komersial dan lingkup kegiatannya menyediakan makanan untuk umum di tempat usahanya; 40. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian ata seluruh bangunan yang permanen dan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya; 41. Laik Penyehatan adalah kondisi Rumah Makan/Restoran yang telah memenuhi persyaratan kesehatan ; 42. Pengelolaan Air Minum Isi Ulang adalah suatu kegiatan untuk mengelola air baku atau air bersih menjadi minuman dengan melalui proses yang sesuai dengan Standat Kesehatan;

8 43. Pengobatan Tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan diluar ilmu kedokteran dan ilmu perawatan yang mencakup cara(metode) ubat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan turun temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat; 44. Pengobatan Tradisional (Battra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional ; 45. Sinshe adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obatan tradisional dari Cina; 46. Tabib adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan ramuan Obat Tradisional yang berasal dari bahan alamiah; 47. Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan cara akupunktur (tusuk jarum) ; 48. Jasa Boga adalah Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengolahan makanan yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan; 49. Ijin penyehatan makanan jasa boga adalah ijin untuk mengoprasionalkan jasa boga yang telah memenuhi syarat kesehatan; 50. Industri Kecil obat tradisional adalah Industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp ,- tidak termasuk harga tanah dan bangunan; 51. Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medic dasar pada induvidu berupa rawat jalan maupun rawat inap degab kapasitas 10 (sepuluh) tempat tidur, yang meliputi pelayanan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, penegakan diagnosa, penyembuhan penyakit dan rehabilitasi. 52. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. 53. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD, adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Izin Usaha Penyelenggaraan Pelayanan di bidang Kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan pemberian izin kepada tenaga kesehatan yang menyelenggarakan usaha pelayanan di bidang kesehatan. Pasal 3 Obyek Retribusi adalah pemberian izin sertifikasi dan rekomendasi di bidang kesehatan oleh Pemerintah Daerah.

9 Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin di bidang pelayanan kesehatan. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Izin Usaha Penyelenggaraan Pelayanan di bidang Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 (1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan; (2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pelayanan Kesehatan Medik Dasar, adalah : 1) praktek perorangan dokter; 2) praktek perorangan dokter gigi; 3) praktek berkelompok dokter; 4) praktek berkelompok dokter gigi; 5) balai pengobatan; 6) Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA); 7) Rumah bersalin; 8) Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar 9) Praktek pelayanan medik dasar lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan; b. Pelayanan Kesehatan Medik Spesialis, adalah : 1) praktek perorangan dokter spesialis; 2) praktek perorangan dokter gigi spesialis; 3) praktek berkelompok dokter spesialis; 4) praktek berkelompok dokter gigi spesialis; 5) rumah sakit umum; 6) rumah sakit khusus 7) pelayanan medik spesialis lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan; c. Pelayanan Kesehatan Penunjang, adalah : 1) apotek; 2) toko obat; 3) laboratorium klinik; 4) laboratorium kesehatan; 5) laboratorium kesehatan masyarakat; d. Izin Praktek Bagi Tenaga Kesehatan, adalah : 1) dokter umum 2) dokter gigi; 3) dokter spesialis; 4) dokter gigi spesialis;

10 5) bidan; 6) perawat; 7) perawat gigi; 8) ahli gizi; 9) ahli fisiterapi; e. Pelayanan Penyehatan Makanan Minuman, adalah : 1) jasa boga; 2) perusahaan makanan minuman industri rumah tangga; 3) restoran; 4) rumah makan; 5) pengelolaan air isi ulang; f. Pelayanan pengobatan tradisonal, adalah : 1) tukang gigi; 2) sinshe; 3) tabib; 4) akupuntur; BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya administrasi, jasa pelayanan, pembinaan dan pengawasan. (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini. BAB VI KETENTUAN PERIZINAN Bagian Pertama Pemberian izin Pasal 8 (1) Setiap usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan untuk memperoleh izin dari instansi yang lebih tinggi harus mendapat rekomendasi dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Untuk pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan biaya sebesar Rp ,00 (lima puluh ribu rupiah); (3) Setiap kegiatan sampling oleh instansi yang lebih tinggi harus dilakukan bersama dengan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.

11 Pasal 9 (1) Setiap orang atau badan hukum yang akan menyelenggarakan usaha pelayanan di bidang kesehatan harus mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan permohonan tertulis dari yang bersangkutan. (3) Tata cara dan persyaratan permohonan izin usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Kedua Penyelesaian izin Pasal 10 Penyelesaian izn usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan paling lama 15 (Lima Belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara resmi dan lengkap oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Bagian Ketiga Masa Berlakunya Izin Pasal 11 (1) Jangka waktu berlakunya izin penyehatan jasa boga dan laik penyehatan restoran/rumah makan, selama pemilik yang bersangkutan masih menjalankan usahanya. (2) Jangka waktu berlakunya Izin sarana pelayanan medik dasar, adalah sebagai berikut : a. balai pengobatan = 5 (lima) tahun; b. BKIA = 5 (lima) tahun; c. rumah bersalin = 5 (lima) tahun; d. dokter spesialis = 5 (lima) tahun; e. dokter umum/dokter gigi = 5 (lima) tahun; f. bidan praktek swasta = 5 (lima) tahun; g. perawat praktek swasta = 5 (lima) tahun; h. klinik rawat inap pelayanan medik dasar = 5 (lima) tahun; i. pendidiran rumah sakit kelas C dan D = 2 (dua) tahun; dan dapat diperpanjang selama 1 (satu) tahun. (3) Jangka waktu berlakunya izin sarana pelayanan penunjang, adalah sebagai berikut : a. Apotek = 3 (tiga) tahun; b. Toko obat = 3 (tiga) tahun; c. Optical = 3 (tiga) tahun; d. Teknisi gigi = 3 (tiga) tahun; e. Laboratorium klinik kesehatan/kesehatan masyarakat = 3 (tiga) tahun.

12 f. Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif = 1 (satu) tahun; g. Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif = 1 (satu) tahun; Pasal 12 (1) Izin penyehatan jasa boga dan laik penyehatan restoran/rumah makan dapat dicabut, apabila : a. pindah domisili perusahaan; b. pergantian penanggungjawab perusahaan; c. terjadi degradasi mutu penyehatan; (2) Sertifikat penyuluhan, jasa boga dan laik penyehatan restoran/rumah makan dapat dicabut sewaktu-waktu apabila pemilik atau penanggungjawab tidak melaksanakan ketentuan sesuai dengan materi penyuluhan. (3) Jika terjadi perubahan lokasi/pemilik, harus dilaporkan untuk mendapatkan sertifikat baru. BAB VII PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 13 (1) Semua sarana kesehatan swasta yang menyelenggarakan usaha pelayanan di bidang kesehatan wajib membuat catatan kegiatan dan menyampaikan laporan setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk apabila diperlukan dapat mengembangkan jenis laporan sesuai kebutuhan. BAB VIII WILAYAH PUNGUTAN Pasal 14 Retribusi dipungut di tempat pelayanan pemberian izin usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan diberikan BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut sekaligus dengan menggunakan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetor ke Kas Daerah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

13 BAB X TATACARA PENAGIHAN Pasal 16 (1) Pengeluaran surat teguran/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) harti setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI DAN SANKSI PIDANA Pasal 17 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan perizinan dikenakan sanksi administrasi. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan lisan, peringatan tertulis dan pencabutan izin. (3) Ketentuan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Bupati. Pasal 18 Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan kurungan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (1) Pembinaan dan pengawasan izin usaha penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan dilaksanakan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Dalam melaksanakan pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati dapat membentuk Tim. BAB XIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewewnang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyiidikan tindak pidana di bidang Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

14 (2) Penyidik Pegawai Negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannnya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Terhadap izin lokasi yang dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhir masa berlakunya izin.

15 BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur oleh Bupati. Pasal 23 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 09 tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Penyelenggaraan Pelayanan Di Bidang Kesehatan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep. Diundangkan di : Sumenep pada tanggal : 30 Desember 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMENEP ttd. H.FEN A. EFFENDY SAID. SE.MSi.MM Pembina Utama Muda NIP Ditetapkan di : Sumenep pada tanggal : 30 Desember 2008 BUPATI SUMENEP ttd. KH.MOH. RAMDLAN SIRAJ, SE,MM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 NOMOR 32

16 LAMPIRAN : Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor : 30 Tahun 2008 Tanggal : 30 Desember 2008 STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN USAHA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI BIDANG KESEHATAN NO JENIS PELAYANAN Surat Izin Praktek Dokter/Dokter Gigi : a. Pertama b. Kedua c. Ketiga Surat Izin Praktek Dokter/Dokter Gigi Spesialis Rekomendasi Surat Tugas Dokter Spesialis : a. Pertama b. Kedua Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) Surat Izin Kerja (SIK) Perawat Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) Surat Izin Kerja (SIK) Perawat Gigi Surat Izin Praktek Fisioterapis (SIPF) Surat Izin Kerja (SIK) Refraksionis Optisien Surat Izin Penyelenggaraan Optical (SIPO) Izin Praktek Berkelompok Dokter Spesialis Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan Swasta Surat Izin Apotik (SIA) Surat Izin Toko Obat Berizin Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) Rekomendasi Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PRIT) Laik Higien : a. Bakteriologi b. Kimia Izin Pendirian Rumah Sakit Swasta (khusus/umum) Izin Pendirian Rumah Bersalin (RB) : a. Balai Pengobatan b. BKIA Izin Pendirian Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas C dan D: Surat Izin Kerja Asisten Apoteker Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer alternatif Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer alternatif BESARNYA TARIF Rp , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 BUPATI SUMENEP ttd. KH.MOH. RAMDLAN SIRAJ, SE.MM