PASAR FISIK KARET TERORGANISIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASAR FISIK KARET TERORGANISIR"

Transkripsi

1 PASAR FISIK KARET TERORGANISIR 1. DEFINISI 2. KEPESERTAAN 3. SATUAN TRANSAKSI 4. KUOTASI HARGA 5. JENIS DAN TEMPAT PENYERAHAN 6. JAM PERDAGANGAN 7. KECUKUPAN JAMINAN 8. BIAYA TRANSAKSI 9. KADAR KARET KERING 10. PENGUJIAN KADAR KARET KERING 11. KOMITE 12. SISTEM TRANSAKSI ON-LINE 13. MEKANISME TRANSAKSI LELANG JUAL KESELURUHAN (ALL OR NONE) 14. MEKANISME TRANSAKSI LELANG BELI KESELURUHAN (ALL OR NONE) 15. PENDAFTARAN TRANSAKSI KE LEMBAGA KLIRING 16. MEKANISME PENYELESAIAN TRANSAKSI DALAM LELANG JUAL DAN LELANG BELI 17. GAGAL SERAH 18. GAGAL BAYAR 19. KEWAJIBAN LKP ATAS GAGAL SERAH DAN GAGAL BAYAR 20. KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) 21. PELANGGARAN DAN SANKSI 22. PERSELISIHAN DAN PENYELESAIAN TERKAIT PENYERAHAN 1

2 PASAR FISIK KARET TERORGANISIR 1. DEFINISI 1. Bursa adalah PT. Bursa Berjangka Jakarta yang telah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai Penyelenggara Pasar Fisik Karet Terorganisir. 2. Pasar Fisik Karet Terorganisir yang selanjutnya disebut Pasar Fisik Karet adalah pasar fisik Bahan Olah Karet (Bokar) yang difasilitasi oleh Bursa untuk melaksanakan Lelang Jual dan Lelang Beli fisik Karet secara on-line. 3. Peserta Pasar Fisik Karet Terorganisir yang selanjutnya disebut Peserta terdiri dari Penjual dan Pembeli yang telah memperoleh persetujuan oleh Bursa sebagai Peserta dan dari Lembaga Kliring dan Penjaminan sebagai Peserta Penjaminan untuk melakukan kegiatan perdagangan di Pasar Fisik Karet Terorganisir. 4. Penjual adalah peserta Pasar Fisik Karet yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bursa. 5. Pembeli adalah peserta Pasar Fisik Karet yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bursa. 6. Sistem transaksi on-line adalah Sistem transaksi berbasis internet sebagai sarana akses peserta lelang dalam bertransaksi di Pasar Fisik Karet di Bursa. 7. Lelang Jual adalah penawaran jual paket lelang secara keseluruhan (all or none) dengan menggunakan harga patokan jual (reserved price). 8. Lelang Beli adalah penawaran beli paket lelang secara keseluruhan (all or none) dengan menggunakan harga patokan beli (reserved price). 9. Penawaran Jual Keseluruhan (all or none) adalah penawaran jual dimana penjual harus menjual secara keseluruhan karetnya. 10. Penawaran Beli Keseluruhan (all or none) adalah penawaran beli dimana pembeli harus membeli secara keseluruhan karetnya. 11. Komputer Server adalah komputer induk yang dikelola oleh Bursa dan digunakan sebagai sarana transaksi Pasar Fisik Karet Terorganisir. 12. Komite Pasar Fisik Karet Terorganisir yang selanjutnya disebut Komite adalah perwakilan peserta dan pihak lain yang diangkat oleh Direksi Bursa untuk membantu memberikan saran dan rekomendasi terhadap penyelenggaraan Pasar Fisik Karet Terorganisir. 13. Paket Lelang adalah informasi yang mencantumkan : jenis karet BOKAR SNI (slab, cup lump, dan sit angin), kuantitas berat, mutu, tempat penyerahan serta harga patokan jual atau patokan beli (reserved price) yang akan dilelang. 2

3 14. Pemenang Lelang dalam Lelang Jual adalah Pembeli dalam lelang keseluruhan (all or none) yang melakukan penawaran dengan harga tertinggi yang mencapai atau melebihi harga patokan jual (reserved price). 15. Pemenang Lelang dalam Lelang Beli adalah Penjual dalam lelang keseluruhan (all or none) yang melakukan penawaran dengan harga terendah yang mencapai atau lebih rendah dari harga patokan beli (reserved price). 16. Hari Kerja Bursa adalah hari yang ditentukan oleh Bursa sebagai hari untuk melaksanakan kegiatan perdagangan. 17. Lembaga Kliring dan Penjaminan yang untuk selanjutnya disebut LKP adalah PT. Kliring Berjangka Indonesia (Persero) yang melakukan fungsi kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi yang terjadi di Pasar Fisik Karet Terorganisir. 18. Gapoktan adalah gabungan beberapa kelompok tani yang bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 19. Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) adalah unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih kelompok pekebun sebagai tempat penyelenggaraan bimbingan teknis pekebun, pengolahan, penyimpanan sementara dan pemasaran Bokar. 20. Bokar adalah Bahan Olah Karet (BOKAR) yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M) untuk diperdagangkan di Bursa dalam bentuk slab, cup lump dan sit angin. 2. KEPESERTAAN 1. Peserta terdiri dari: a. Pembeli, yang terdiri dari: (i) Badan Usaha; (ii) Pedagang Perorangan; b. Penjual, yang terdiri dari : (i) Badan Usaha; (ii) Pedagang Perorangan; (iii) Kelompok Tani; (iv) Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani); (v) UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) 2. Persyaratan menjadi peserta: a. Pembeli 1. Badan Usaha (i) Profil Perusahaan (company profile) atau badan usaha; (ii) Akte Pendirian berikut perubahannya; (iii) Bukti persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM atas akte pendirian perusahaan/perubahannya khusus peserta yang berbentuk badan hukum; 3

4 (iv) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); (v) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (vi) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggung jawab Badan Usaha; (vii) Surat Keterangan Domisili Badan Usaha yang dikeluarkan oleh Kelurahan setempat; (viii) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Pembeli sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (ix) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 2. Pedagang Perorangan b. Penjual (i) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); (ii) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (iii) Surat Pendaftaran Pedagang Pengumpul; (iv) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Pembeli sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (v) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 1. Badan Usaha (i) Profil Perusahaan (company profile) atau badan usaha; (ii) Akte Pendirian berikut perubahannya; (iii) Bukti persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM atas akte pendirian perusahaan/perubahannya khusus peserta yang berbentuk badan hukum; (iv) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); (v) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (vi) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggungjawab Badan Usaha; (vii) Surat Keterangan Domisili yang dikeluarkan oleh Kelurahan setempat; (viii) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Penjual sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (ix) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam surat keputusan Bersama Direksi 4

5 Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 2. Pedagang Perorangan (i) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); (ii) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (iii) STTP (surat tanda pendaftaran pedagang) yang diterbitkan oleh dinas yang membidangi perdagangan di kabupaten; (iv) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Penjual sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (v) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam surat keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 3. Poktan/ Gapoktan (i) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus; (ii) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pengurus; (iii) Fotokopi Surat Keputusan Bupati / Walikota; (iv) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Penjual sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (v) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam surat keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 4. UPPB 3. SATUAN TRANSAKSI (i) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus; (ii) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pengurus; (iii) Surat Tanda Registrasi (STRUPPB); (iv) Menempatkan jaminan transaksi pada LKP bagi Penjual sebagai persyaratan untuk jaminan pelaksanaan transaksi yang nilainya akan diatur lebih lanjut pada surat keputusan bersama Bursa dan LKP; (v) Membayar biaya kepesertaan yang nilai dan ketentuan pemungutannya ditetapkan dalam surat keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP setelah dinyatakan sebagai Peserta oleh Bursa dan LKP. 1. Satuan transaksi dinyatakan dalam lot penuh. 5

6 2. 1 (satu) Lot sama dengan 5 (lima) ton atau sama dengan (lima ribu) kilogram. 3. Penawaran beli atau penawaran jual dilakukan minimal 1 (satu) Lot atau kelipatannya. 4. KUOTASI HARGA 1. Kuotasi harga adalah Rupiah per kilogram. 2. Tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Besar kelipatan harga adalah Rp 10/kg (sepuluh rupiah per kilogram). 5. JENIS DAN TEMPAT PENYERAHAN 1. Loco gudang penjual atau tempat yang ditunjuk oleh penjual sebagaimana diatur dalam paket lelang, dimana penjual bertanggung jawab memuat barang sampai diatas mobil angkutan yang dikirim oleh pihak pembeli dan beban biaya yang timbul dalam memuat barang ditanggung oleh penjual. 2. Franco gudang pembeli atau tempat yang ditunjuk oleh pembeli sebagaimana diatur dalam paket lelang, dimana penjual bertanggung jawab mengantarkan barangnya ke gudang pembeli dan beban biaya yang timbul dalam menurunkan barang ditanggung oleh pembeli. 3. Setiap Peserta wajib mendaftarkan gudang atau tempat penyerahan baik Loco maupun Franco kepada Bursa dan LKP. 6. JAM PERDAGANGAN 1. Perdagangan diselenggararakan setiap Hari Kerja Bursa, Senin sampai dengan Jumat, mulai pukul WIB (GMT+7) sampai dengan pukul 14:00 WIB (GMT+7) yang setiap harinya dibagi menjadi 2 (dua) sesi perdagangan. 2. Setiap sesi perdagangan dilakukan lelang sebagai berikut: a. Sesi I :Pukul WIB (GMT+7) sampai dengan WIB (GMT+7); dan b. Sesi II :Pukul WIB (GMT+7) sampai dengan WIB (GMT+7). Jam yang menjadi patokan adalah jam di Komputer Server yang dapat dimonitor oleh komputer Peserta. 3. Jam perdagangan tersebut di atas dapat diubah dari waktu ke waktu oleh Bursa berdasarkan rekomendasi tertulis dari Komite dan disetujui oleh Bappebti. 7. KECUKUPAN JAMINAN 1. Sebelum dimulainya sesi perdagangan, LKP akan menyampaikan informasi kepada Bursa secara elektronis atas kecukupan jaminan transaksi pembeli dan jaminan transaksi penjual. 2. Hanya Peserta yang memenuhi persyaratan kecukupan jaminan transaksi sebagaimana angka 1 di atas yang di perbolehkan melakukan transaksi. 6

7 8. BIAYA TRANSAKSI 1. Bursa dan LKP menetapkan biaya transaksi yang dikenakan kepada setiap peserta yang pemungutannya dilakukan oleh LKP melalui Sistem Penyelesaian Pasar Fisik (SPPF) LKP. 2. Biaya transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas wajib dibayar selambat-lambatnya pada tanggal penyelesaian transaksi (T+4). Apabila tanggal penyelesaian transakasi (T+4) merupakan hari libur, maka pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya. 3. Biaya Transaksi dan tata cara pemungutannya ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan Bersama Direksi Bursa dan Direksi LKP. 9. KADAR KARET KERING Kadar Karet Kering yang diperdagangkan adalah BOKAR dengan K3 (Kadar Karet Kering) minimal 50% (lima puluh persen). 10. PENGUJIAN KADAR KARET KERING 1. Karet yang akan diperdagangkan di Bursa telah memperoleh hasil Pengujian Kadar Karet Kering (K3) dari Dinas Perkebunan atau Dinas Perdagangan atau lembaga sertifikasi yang telah di-akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau Lembaga Penelitian Karet atau UPPB atau penjual. 2. Pemeriksaaan dan penilaian terhadap Kadar Karet dapat dilaksanakan oleh pihak pembeli. 3. Dalam hal terjadi perselisihan mengenai kadar Karet, maka penyelesaian perselisihan dilakukan melalui uji ulang oleh lembaga penguji independen (independent surveyor) yang ditunjuk oleh LKP. 4. Bursa dan LKP menetapkan prosedur dan ketentuan uji ulang dan hasil uji ulang tersebut merupakan keputusan final bagi para pihak yang berselisih. 5. Hasil uji ulang oleh lembaga penguji independen (independent surveyor), yang di dalamnya termasuk mencantumkan pihak yang dinyatakan salah dalam pelaksanaan uji ulang tersebut, disampaikan langsung kepada para pihak yang berselisih dan ditembuskan kepada LKP. 6. Biaya yang timbul akibat dilaksanakannya uji ulang atas kadar karet dimaksud menjadi beban pihak yang dinyatakan salah. 11. KOMITE 1. Keanggotaan Komite berasal dari perwakilan penjual, pembeli, pihak independen (asosiasi), instansi dinas terkait. Jumlah anggota Komite harus ganjil dan sekurangkurangnya 5 (lima) orang dan maksimal 11 (sebelas) orang. 2. Struktur keanggotaan Komite terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan selebihnya merupakan Anggota. 3. Komite mempunyai tugas sebagai berikut: a. Meneliti dan memberikan pertimbangan secara tertulis kepada Direksi Bursa dan Direksi LKP berkaitan dengan penerimaan calon peserta; 7

8 b. Meneliti dan memberikan pertimbangan secara tertulis kepada Direksi Bursa dan Direksi LKP berkaitan dengan usulan perubahan spesifikasi dan peraturan Pasar Fisik Karet; c. Memberikan fasilitas mediasi dan bertindak sebagai mediator dalam hal terjadi perselisihan antar peserta; 4. Rapat Komite diadakan atas permintaan Bursa atau atas permintaan Komite dengan persetujuan Direksi Bursa dan Direksi LKP. 5. Keputusan Komite diambil berdasarkan musyawarah mufakat dengan kuorum kehadiran minimal 3 (tiga) anggota yang hadir, apabila tidak tercapai kesepakatan maka keputusan adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota komite yang hadir. 6. Dalam hal rapat Komite mengenai perselisihan, maka anggota komite yang merupakan wakil dari peserta yang sedang berselisih tidak diperkenankan untuk hadir dalam rapat komite tersebut. 12. SISTEM TRANSAKSI ON-LINE 1. Kewajiban, Hak dan Larangan dalam Sistem Transaksi On-Line: a. Kewajiban Peserta: (i) Memiliki sarana yang terhubung ke internet dan memiliki alternatif sambungan internet. (ii) Bertanggung jawab terhadap penggunaan ID dan password dan menjaga agar tidak disalahgunakan pihak lain yang tidak bertanggung jawab. b. Hak Peserta : (i) Penjual berhak menginisiasi suatu lelang jual dan pembeli berhak menginisiasi Lelang Beli. (ii) Pembeli berhak melakukan penawaran terhadap suatu lelang jual dan Penjual berhak melakukan penawaran dalam suatu lelang beli. (iii) Hak tersebut diatas berlaku selama peserta tidak terkena sanksi. c. Larangan Peserta: Peserta sebagai inisiator dilarang bekerja sama dengan peserta lain untuk mengatur harga dengan tujuan memanipulasi harga pasar. 2. Pelaksanaan transaksi melalui Sistem Transaksi On-Line : a. Pengaktifan Akun (i) Setelah mendapat persetujuan Direksi sebagai peserta pasar fisik Karet maka peserta akan diberikan kode akun (account ID) dan kode rahasia (password); (ii) Bursa mengaktifkan kode akun tersebut setelah kode akun (account ID) dan kode rahasia (password) diterima peserta; (iii) Bursa akan menonaktifkan kode akun apabila peserta mendapatkan sanksi. b. Inisiasi Lelang Jual (i) Penjual memasukkan data paket yang akan dilelangkannya ke dalam sistem. Data paket lelang sedikitnya berisi: (a) Jenis Karet 8

9 (b) Harga awal (Starting Price) (c) Harga patokan (Reserved Price) (d) Kuantitas berat (e) Kadar Karet Kering (f) Tempat penyerahan atau pengambilan (g) Waktu pelaksanaan lelang (ii) Pembelian Pembeli melakukan proses pembelian dengan cara: (a) Memilih paket lelang yang hendak dibelinya ketika lelang berlangsung; (b) Memasukkan harga penawaran yang dikehendakinya; (c) Memasukkan harga penawaran yang lebih tinggi dari harga penawaran sebelumnya. (iii) Penentuan Pemenang (a) Sistem akan menentukan Pemenang Lelang berdasarkan Harga Penawaran tertinggi yang masuk sampai dengan waktu lelang berakhir berdasarkan price time priority; (b) Bila Harga Penawaran tertinggi kurang dari Harga Patokan, tidak ada pemenang lelang. c. Inisiasi Lelang Beli (i) Pembeli memasukkan data paket yang akan dilelangkannya ke dalam sistem. Data paket lelang sedikitnya berisi: (a) Jenis Karet (b) Harga awal (Starting Price) (c) Harga patokan (Reserved Price) (d) Kuantitas berat (e) Kadar Karet Kering (f) Lokasi Penyerahan atau pengambilan (g) Waktu pelaksanaan lelang (ii) Penjualan Penjual melakukan proses penjualan dengan cara: (a) Memilih paket lelang yang hendak dijualnya ketika lelang berlangsung; (b) Memasukkan harga penawaran yang dikehendakinya; (c) Memasukkan harga penawaran yang lebih rendah dari harga penawaran sebelumnya. (iii) Penentuan Pemenang (a) Sistem akan menentukan Pemenang Lelang berdasarkan Harga Penawaran terendah yang masuk sampai dengan waktu lelang berakhir berdasarkan price time priority. (b) Bila Harga Penawaran terendah lebih tinggi dari Harga Patokan, tidak ada pemenang lelang. 3. Ketidakmampuan sementara Sistem Transaksi On-Line. Sistem Transaksi On-Line dianggap tidak berfungsi jika: a. Komputer Server tidak berfungsi karena kegagalan mesin dan/atau piranti lunak dan/atau tidak berfungsinya sarana pendukung; 9

10 b. Tidak ada peserta Lelang yang berhasil mengakses sistem Transaksi On-Line; atau c. Direksi menyatakan bahwa oleh karena alasan tertentu, yang disebabkan oleh kegagalan sistem komunikasi atau lainnya, transaksi melalui Sistem Transaksi On-Line tidak dapat terlaksana secara teratur. Kegagalan tersebut akan diberitahukan melalui sarana komunikasi yang masih berfungsi. d. Dalam hal terjadi kegagalan sistem maka transaksi yang sudah terjadi dianggap sah dan permintaan penawaran yang masih pending hanya berlaku apabila sistem itu berfungsi kembali pada sesi yang sama e. Dalam hal terjadi kegagalan sistem maka data yang tersimpan dalam sistem Bursa merupakan satu-satunya bukti yang sah. 4. Tanggung Jawab a. Bursa tidak bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat kegagalan sistem Transaksi On-Line yang dibuktikan dengan pendapat dari ahli di bidangnya, kecuali kegagalan sistem tersebut merupakan kelalaian petugas bursa. b. Komite dapat menetapkan kegagalan sistem tersebut setelah memperhatikan pendapat ahli di bidangnya, kecuali kegagalan sistem tersebut merupakan kelalaian petugas bursa 5. Transaksi Tutup Sendiri Transaksi Tutup Sendiri adalah transaksi pembelian/penjualan terhadap suatu paket lelang yang diinisiasi oleh dirinya sendiri. Transaksi ini dilarang dan tidak difasilitasi dalam sistem. 6. LKP akan menyampaikan laporan keuangan harian yang menunjukan hak dan kewajiban kepada setiap peserta. 13. MEKANISME TRANSAKSI LELANG JUAL KESELURUHAN (ALL OR NONE) 1. Sebelum bertransaksi, seluruh peserta harus memasukkan kode akun (account ID) dan kode rahasia (password). Penyalahgunaan kode akun menjadi tanggung jawab pemilik kode akun. 2. Penjual memasukkan pilihan bahwa karet yang akan dijual harus dibeli secara keseluruhan (all or none), jenis, kadar, jumlah, cara penyerahan (loco/franco), tempat penyerahan dan harga patokan jual (reserved price) selambat-lambatnya 1 (satu) menit sebelum lelang Paket yang bersangkutan dimulai. Setelah itu sistem akan mengunci secara otomatis. Data paket lelang yang telah dimasukkan tidak bisa diubah sampai sesi tersebut berakhir. 3. Penjual tidak dapat menjual Paket apabila harga penawaran tertinggi lebih rendah dari batas harga patokan jual (reserved price). 4. Pembeli dapat memasukkan penawaran beli selama sesi perdagangan berlangsung. 5. Penawaran beli yang sudah dimasukkan oleh pembeli ke dalam Komputer Server hanya dapat dibatalkan dengan memasukkan penawaran yang lebih baik. 6. Selama sesi perdagangan berlangsung, di layar komputer masing-masing peserta akan ditampilkan informasi mengenai harga penawaran tertinggi dan kode akun 10

11 dari pembeli yang melakukan penawaran tertinggi tersebut, serta waktu Lelang yang tersisa pada sesi tersebut. 7. Setelah sesi perdagangan yang bersangkutan berakhir, Komputer Server menyampaikan kepada seluruh pembeli mengenai informasi harga penawaran tertinggi dan kode akun dari pembeli yang melakukan penawaran tertinggi tersebut. 8. Setelah pemenang ditentukan, semua penawaran beli dengan identitas pembelinya akan ditampilkan bagi seluruh peserta. Apabila tidak terjadi transaksi, maka Bursa juga akan menginformasikan hal tersebut kepada seluruh peserta. 9. Setelah sesi perdagangan berakhir dan harga penawaran dari pembeli tidak mencapai harga patokan jual (reserved price), maka harga patokan jual (reserved price) tersebut akan diinformasikan kepada seluruh peserta sebelum sesi perdagangan berikutnya dimulai. 14. MEKANISME TRANSAKSI LELANG BELI KESELURUHAN (ALL OR NONE) 1. Sebelum bertransaksi, seluruh peserta harus memasukkan kode akun (account ID) dan kode rahasia (password). Penyalahgunaan kode akun menjadi tanggung jawab pemilik kode akun. 2. Pembeli memasukkan pilihan bahwa karet yang akan dibeli harus dijual secara keseluruhan (all or none), kadar, jumlah, cara penyerahan (loco/franco), tempat penyerahan dan harga patokan beli (reserved price) selambat-lambatnya 1 (satu) menit sebelum lelang Paket yang bersangkutan dimulai. Setelah itu sistem akan mengunci secara otomatis. Data paket lelang yang telah dimasukan tidak bisa diubah sampai sesi tersebut berakhir. 3. Pembeli tidak dapat membeli Paket apabila harga penawaran terendah lebih tinggi dari batas harga patokan beli (reserved price). 4. Penjual dapat memasukkan penawaran jual selama sesi perdagangan berlangsung. 5. Penawaran jual yang sudah dimasukkan oleh penjual ke dalam Komputer Server hanya dapat dibatalkan dengan memasukkan penawaran yang lebih baik. 6. Selama sesi perdagangan berlangsung, di layar komputer masing-masing peserta akan ditampilkan informasi mengenai harga penawaran terendah dan kode akun dari penjual yang melakukan penawaran terendah tersebut, serta waktu Lelang yang tersisa pada sesi tersebut. 7. Setelah sesi perdagangan yang bersangkutan berakhir, Komputer Server menyampaikan kepada seluruh penjual mengenai informasi harga penawaran terendah dan kode akun dari penjual yang melakukan penawaran terendah tersebut. 8. Setelah pemenang ditentukan, semua penawaran jual dengan identitas penjualnya akan ditampilkan bagi seluruh peserta. Apabila tidak terjadi transaksi, maka Bursa juga akan menginformasikan hal tersebut kepada seluruh peserta. 9. Setelah sesi perdagangan berakhir dan harga penawaran dari penjual tidak mencapai harga patokan beli (reserved price), maka harga patokan beli (reserved price) tersebut akan diinformasikan kepada seluruh peserta sebelum sesi perdagangan berikutnya dimulai. 11

12 15. PENDAFTARAN TRANSAKSI KE LEMBAGA KLIRING 1. Semua transaksi yang telah terjadi di Bursa wajib diteruskan oleh Bursa secara elektronis kepada LKP untuk dilakukan pendaftaran dan penyelesaian transaksi. 2. Atas transaksi yang terjadi, Pembeli wajib melakukan pembayaran uang muka kepada LKP sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilai transaksi untuk setiap lotnya. 16. MEKANISME PENYELESAIAN TRANSAKSI DALAM LELANG JUAL DAN LELANG BELI 1. Dalam hal terjadi transaksi, Bursa akan menginformasikan melalui Komputer Server mengenai hasil lelang kepada pemenang baik pembeli maupun penjual dan LKP. 2. Selambat-lambatnya pada hari ketiga setelah transaksi (T + 3): a. Penjual wajib menyiapkan barang di tempat penyerahan yang telah ditentukan sesuai paket lelang selambat-lambatnya pukul WIB. b. Pembeli melakukan pemeriksaan Kadar Karet Kering dan/atau refraksi yang dilakukan di gudang sesuai dengan tempat penyerahan yang telah ditentukan sesuai paket lelang selambat-lambatnya pukul WIB. c. Pembeli melakukan penimbangan di gudang sesuai dengan paket lelang selambat-lambatnya pukul WIB. d. Penjual menyampaikan dokumen penyerahan dan tagihan invoice final secara elektronik kepada LKP selambat-lambatnya pukul WIB. e. LKP menyampaikan dokumen penyerahan dan invoice final secara elektronik ke Bursa selambat-lambatnya pukul WIB. f. Penjual memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa barang sudah diserahkan kepada pembeli sesuai dengan paket lelang selambat-lambatnya pukul WIB. g. Pembeli memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa barang sudah diterima Pembeli sesuai paket lelang selambatlambatnya pukul WIB. h. LKP menyerahkan dokumen penyerahan dan tagihan invoice final kepada Pembeli selambat-lambatnya pukul WIB. i. LKP menyampaikan dokumen penyerahan dan invoice final ke Bursa selambat-lambatnya pukul WIB. j. Pembeli melakukan pembayaran secara penuh kepada LKP atas kekurangan pembayaran transaksi yang dilakukan paling lambat pukul WIB. 3. Selambat-lambatnya pada hari keempat setelah transaksi (T+4), LKP melakukan pembayaran secara penuh kepada penjual, kecuali Bursa dan LKP belum menerima konfirmasi sebagaimana diatur pada ayat (2) huruf g. 4. Pada hari kelima setelah transaksi (T + 5), penjual wajib menginformasikan melalui sistem ke Bursa dan LKP bahwa pembayaran sudah diterima. 17. GAGAL SERAH 12

13 Apabila penjual gagal menyediakan seluruh barang di tempat penyerahan sesuai dengan paket lelang/satuan lot pada hari ketiga setelah transaksi (T+3), maka penjual dianggap gagal serah total dan tidak berhak atas pembayaran. 18. GAGAL BAYAR Apabila pembeli gagal melakukan pembayaran kepada penjual pada hari keempat setelah transaksi (T+4), maka pembeli dianggap gagal bayar. 19. KEWAJIBAN LKP ATAS GAGAL SERAH DAN GAGAL BAYAR 1. LKP hanya wajib menyerahkan dana jaminan pihak yang gagal kepada lawan transaksinya. 2. Besar dana jaminan yang dibayar oleh peserta ditetapkan oleh LKP bersama Bursa yang besarnya dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai transaksinya. 20. KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) 1. Dalam hal salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban berdasarkan peraturan ini secara benar dan tepat waktu yang disebabkan oleh keadaan kahar (Force Majeure) maka pihak yang mengalami keadaan kahar (Force Majeure) tersebut tidak bertanggung jawab kepada pihak lain atas kerugian atau keterlambatan dalam memenuhi kewajibannya, sepanjang pihak yang mengalami keadaan kahar (Force Majeure) tersebut memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang lain pada kesempatan pertama sejak saat terjadinya keadaan kahar (Force Majeure). 2. Keadaan kahar (Force Majeure) adalah suatu kejadian yang berada di luar kesalahan atau kekuasaan salah satu pihak seperti banjir, gempa bumi, topan, gunung meletus, perang, kerusuhan, pemberontakan, wabah penyakit, dan lainlain. 21. PELANGGARAN DAN SANKSI Pelanggaran terhadap Peraturan dan Tata Tertib Pasar Fisik Karet dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori pelanggaran sebagai berikut: 1. Pelanggaran ringan a. Dalam lelang jual: (i) Penjual tidak menyerahkan dokumen dan invoice final kepada LKP (ii) Penjual tidak memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa barang sudah diambil pembeli dan invoice sudah diserahkan/dikirim kepada pembeli (iii) Penjual tidak memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa pembayaran sudah diterima b. Dalam lelang beli: (i) Pembeli tidak memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa barang sudah diterima sesuai dengan paket lelang 13

14 (ii) Pembeli tidak memberikan konfirmasi melalui sistem kepada Bursa dan LKP bahwa telah melakukan pembayaran kepada penjual dan tidak menginformasikan melalui sistem ke Bursa dan LKP. 2. Pelanggaran berat a. Pembeli gagal melakukan pembayaran sejumlah nilai dari jumlah lot yang diserahkan b. Penjual gagal menyediakan seluruh barang di gudang sesuai dengan paket lelang c. Pembeli dan Penjual melakukan manipulasi pasar dan harga transaksi yang terjadi di Bursa. 3. Terhadap pelanggaran ringan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) dapat dikenakan sanksi berupa peringatan dan/atau denda sampai dengan jumlah maksimal Rp ,- (lima juta rupiah) berdasarkan keputusan Direksi Bursa dan Direksi LKP yang tata cara penyetorannya akan ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan bersama Bursa dan LKP. 4. Terhadap pelanggaran berat sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (2) dapat dikenakan sanksi berupa: a. Pembekuan sementara (suspensi) sebagai peserta dan/atau denda sampai dengan jumlah maksimal Rp ,- (sepuluh juta Rupiah) berdasarkan keputusan Direksi Bursa dan Direksi LKP yang tata cara penyetorannya akan ditetapkan lebih lanjut dalam surat keputusan bersama Bursa dan LKP. b. Pencabutan sebagai peserta. 22. PERSELISIHAN DAN PENYELESAIAN TERKAIT PENYERAHAN 1. Perselisihan yang menyangkut kadar karet kering diselesaikan melalui: a. Uji ulang yang dilakukan oleh lembaga penguji kadar karet independen (independent surveyor) yang ditunjuk oleh LKP dan hasil uji ulang tersebut bersifat final bagi para pihak yang berselisih. b. Penyampaian hasil uji ulang oleh lembaga penguji kadar karet independen (independent surveyor) disampaikan langsung kepada para pihak yang berselisih dan ditembuskan kepada LKP. c. Pada saat awal biaya penguji kadar karet kering dibayar oleh yang mengajukan usulan uji ulang. d. Biaya yang timbul akibat uji ulang menjadi beban pihak yang dinyatakan salah. 2. Dalam hal terjadi perselisihan diluar Pasal 22 ayat (1) dapat diselesaikan melalui: a. Musyawarah untuk mencapai mufakat diantara peserta yang berselisih; atau b. Forum mediasi yang diadakan oleh Komite Pasar Fisik Karet. c. Badan Arbitrase Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (BAKTI). 14

BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN

BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN BAB 6 TATA CARA PEDAGANGAN ELEKTRONIS SERTA PERSYARATAN DAN PRAKTEK PERDAGANGAN TATA CARA PERDAGANGAN MELALUI ATP 600. JENIS PELAKSANAAN AMANAT Jenis pelaksanaan amanat yang dimasukkan ke dalam ATP, terdiri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERDAGANGAN GULA KRISTAL RAFINASI MELALUI PASAR LELANG KOMODITAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL CPOTU

BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL CPOTU BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL (CPOTU) 1101. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf capital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung

Lebih terperinci

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR 1200. Definisi Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN

FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN A. IDENTITAS PELANGGAN Nama Konsultan Aktuaria Alamat : Kode Pos: Nomor Izin Usaha No. Telepon Perusahaan : : No. Fax.: B. IDENTITAS PENGGUNA PRODUK Nama Penanggung Jawab

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan (dibuat diatas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.24.A Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Kepada Yth, sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Kepala Badan Pengawas

Lebih terperinci

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF 1400. KETENTUAN UMUM Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1 Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang tercantum dalam

Lebih terperinci

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK Lampiran Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-001/DIR/KPEI/0116 Tanggal : 6-1-2016 PERATURAN KPEI NOMOR: III-2 KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN OTORITAS PENEGAK PERATURAN DAN TATA TERTIB BURSA 500. DIVISI AUDIT DAN PENGAWASAN PASAR 1. Direksi menunjuk kepala Divisi Audit Dan Pengawasan Pasar untuk melaksanakan penegakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 14 KONTRAK BERJANGKA EMAS (GOLDKU)

BAB 14 KONTRAK BERJANGKA EMAS (GOLDKU) BAB 14 KONTRAK BERJANGKA EMAS (GOLDKU) 1401. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN DAN TATA TERTIB PENYELENGGARA PASAR LELANG GULA KRISTAL RAFINASI PT. PASAR KOMODITAS JAKARTA

PERATURAN DAN TATA TERTIB PENYELENGGARA PASAR LELANG GULA KRISTAL RAFINASI PT. PASAR KOMODITAS JAKARTA PERATURAN DAN TATA TERTIB PENYELENGGARA PASAR LELANG GULA KRISTAL RAFINASI PT. PASAR KOMODITAS JAKARTA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB 1... 1 KETENTUAN UMUM DAN DEFINISI... 1 100. KETENTUAN UMUM... 2 101.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA ATAS EFEK BERSIFAT EKUITAS

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA ATAS EFEK BERSIFAT EKUITAS LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : KEP-012/DIR/KPEI/0916 Tanggal: 08-09-2016 PERATURAN KPEI NOMOR: II-5 KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA ATAS EFEK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang Nomor

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo No.1194, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. BOKARSIR. Pengawasan Mutu. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KARET SPESIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 2 KETENTUAN UMUM BAB 2 KETENTUAN UMUM 200. PEMBERLAKUAN PERATURAN LEMBAGA KLIRING 1. Peraturan ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dan diberlakukan oleh Lembaga Kliring setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB II KETENTUAN UMUM BAB II KETENTUAN UMUM 200. PEMBERLAKUAN PERATURAN BURSA 1. Peraturan ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dan diberlakukan oleh Bursa setelah mendapatkan persetujuan Bappebti. 2. Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 343 /KMK.01/2003 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan Surat Utang Negara sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Pe

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.428, 2017 KEMENDAG. Pasar Lelang Komoditas. Perdagangan Gula Kristal Rafinasi PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/3/2017 TENTANG PERDAGANGAN

Lebih terperinci

TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA

TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA A. Contoh Format Surat Undangan Pengadaan Barang/Jasa dan Contoh Format Rencana Anggaran Biaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Formulir Nomor IV.PRO.11 PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Pada hari ini, tanggal.. bulan tahun., bertempat di Kantor Pusat atau

Lebih terperinci

G. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN BARANG Nomor :..

G. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN BARANG Nomor :.. 400 G. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN BARANG Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan :.. Lokasi :.. Sumber Dana :.. Tahun Anggaran

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 347 B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR

BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR BAB 23 KONTRAK BERJANGKA OLEINTR 2300. Definisi Semua pengertian yang tersebut dalam Pasal 2300 berlaku untuk seluruh Bab ini. Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 24 KONTRAK FISIK TIMAH (INATIN)

BAB 24 KONTRAK FISIK TIMAH (INATIN) BAB 24 KONTRAK FISIK TIMAH (INATIN) 2400. Definisi Semua pengertian yang tersebut dalam Pasal 2400 berlaku untuk seluruh Bab ini. Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut.

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut. SYARAT & KETENTUAN Selamat datang di www.pay-inm.co.id. Kami adalah perusahaan teknologi yang menyediakan jaringan, sistem dan aplikasi yang payment point untuk penerimaan tagihan listrik dan telepon pelanggan

Lebih terperinci

RANCANGAN KONTRAK PAKET PEKERJAAN PENGADAAN SARANA PRODUKSI PERTANIAN PAKET C UNTUK WARGA TRANSMIGRAN UPT. PELABI KABUPATEN LEBONG

RANCANGAN KONTRAK PAKET PEKERJAAN PENGADAAN SARANA PRODUKSI PERTANIAN PAKET C UNTUK WARGA TRANSMIGRAN UPT. PELABI KABUPATEN LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL Jl. Jalur 2 Komplek Perkantoran Tubei, Kab. Lebong RANCANGAN KONTRAK PAKET PEKERJAAN PENGADAAN SARANA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI KEMENTERIA PER DAGAN REPUBLIK INDONESI INISTRY OF TRAD BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Gedung Bappebti Lantai 3-5 JI. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 Telephone: (021) 31924744 Faxsimile

Lebih terperinci

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum UANG JAMINAN

TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum UANG JAMINAN TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum 1. Lelang dilaksanakan dengan penawaran lisan-lisan dengan kehadiran peserta lelang atau kuasanya yang sah. Lelang langsung dilakukan dengan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Mekanisme Perdagangan

Mekanisme Perdagangan Mekanisme Perdagangan (Sumber: http://www.idx.co.id) Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa Proses Pelaksanaan Perdagangan secara Remote Pelaksanaan Perdagangan Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan

Lebih terperinci

1. Anggota Bursa adalah perusahaan efek yang telah memperoleh persetujuan keanggotaan Bursa untuk melakukan perdagangan Efek di Bursa.

1. Anggota Bursa adalah perusahaan efek yang telah memperoleh persetujuan keanggotaan Bursa untuk melakukan perdagangan Efek di Bursa. PERATURAN II.D.1 PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK A. DEFINISI 1. Anggota Bursa adalah perusahaan efek yang telah memperoleh persetujuan keanggotaan Bursa untuk melakukan perdagangan Efek di Bursa.

Lebih terperinci

1 L a y a n a n P e n g a d a a n S e c a r a E l e k t r o n i k. Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik

1 L a y a n a n P e n g a d a a n S e c a r a E l e k t r o n i k. Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik A. KETENTUAN UMUM 1. Website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (disingkat : website LPSE) adalah akses kepada Sistem Pengadaan Secara

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM BURSA

PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00016/BEI/04-2012 Tanggal ditetapkan : 2 April 2012 Tanggal diberlakukan : 1 Mei 2012 PERATURAN NOMOR III-H: TENTANG PELELANGAN DAN PEMBELIAN

Lebih terperinci

Mekanisme Perdagangan (Sumber :

Mekanisme Perdagangan (Sumber : Mekanisme Perdagangan (Sumber : http://www.idx.co.id) PROSES PELAKSANAAN PERDAGANGAN DI BURSA PROSES PELAKSANAAN PERDAGANGAN SECARA REMOTE PELAKSANAAN PERDAGANGAN Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa

Lebih terperinci

PERATURAN KPEI NOMOR: II-5 PENYELENGGARAAN KLIRING DAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA EFEK BERSIFAT EKUITAS

PERATURAN KPEI NOMOR: II-5 PENYELENGGARAAN KLIRING DAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA EFEK BERSIFAT EKUITAS LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : KEP-008/DIR/KPEI/0612 Tanggal: 11-06-2012 PERATURAN KPEI NOMOR: II-5 PENYELENGGARAAN KLIRING DAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA EFEK

Lebih terperinci

KONTRAK PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN/RENOVASI RUMAH TINGGAL. Pada hari ini,., tanggal.. kami yang bertanda tangan di bawah ini : :..

KONTRAK PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN/RENOVASI RUMAH TINGGAL. Pada hari ini,., tanggal.. kami yang bertanda tangan di bawah ini : :.. KONTRAK PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN/RENOVASI RUMAH TINGGAL Pada hari ini,., tanggal.. kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Alamat No. /HP No. KTP :...... Dan; Dalam hal ini bertindak sebagai

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN KETENTUAN UMUM Layanan PERTAMINA e-procurement

PERSYARATAN DAN KETENTUAN UMUM Layanan PERTAMINA e-procurement PERSYARATAN DAN KETENTUAN UMUM Layanan PERTAMINA e-procurement I. U M U M 1. PERTAMINA e-procurement adalah aplikasi berbasis web yang bertujuan untuk memfasilitasi supplier dan atau vendor agar dapat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKSI PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKSI PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA Nomor : Kep-005/DIR/KPEI/0505 Perihal : Perubahan Peraturan Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka Tgl. Diterbitkan : 5 Mei

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Peraturan Kepala Badan Pengawas MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI. Pasal

Lebih terperinci

Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu tujuh belas, kami yang bertandatangan dibawah ini :

Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu tujuh belas, kami yang bertandatangan dibawah ini : KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS RIAU LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Kampus Binawidya, Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Pekanbaru. 28293 Telp/ Fax (0761)

Lebih terperinci

KETENTUAN & SYARAT BERLANGGANAN I-PRIMA SATELITE BROADBAND

KETENTUAN & SYARAT BERLANGGANAN I-PRIMA SATELITE BROADBAND KETENTUAN & SYARAT BERLANGGANAN I-PRIMA SATELITE BROADBAND PASAL 1 DEFINISI Kecuali ditentukan lain, istilah-istilah yang dinyatakan dalam Kontrak Berlangganan ini mempunyai arti sebagai berikut : 1. Kontrak

Lebih terperinci

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN

BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN BAB 3 TATA CARA KLIRING DAN PENYELESAIAN 300. Ketentuan Umum (1) Sebelum melakukan transaksi, setiap Anggota wajib menyetor Jaminan Risiko Transaksi ke Rekening Kliring yang besaran dan tata caranya akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-007/DIR/KPEI/0505 Tanggal :

LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-007/DIR/KPEI/0505 Tanggal : LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-007/DIR/KPEI/0505 Tanggal : 13-05-2005 Diubah dengan: Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-004/DIR/KPEI/0806

Lebih terperinci

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS RIAU LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Kampus Binawidya, Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Pekanbaru. 28293 Telp/ Fax (0761)

Lebih terperinci

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN 200. Keanggotaan dan Persyaratan (1) Keanggotaan Penjaminan terdiri dari : (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari : (i) Perorangan adalah setiap orang perseorangan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA

PERJANJIAN KERJA SAMA ATOSANT BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN PT. GLOBAL INTI SEMESTA NUSANTARA TENTANG PELAYANAN PRODUK INFORMASI GEOSPASIAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Lebih terperinci

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 355 C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG

BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG BAB 4 PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK LELANG 400. Ketentuan Umum (1) Penyerahan dan penerimaan Komoditas yang dimaksud dalam Kontrak Lelang yang telah jatuh tempo harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

TIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN

TIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2015 TANGGAL 12 JANUARI 2015 TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN Alamat : Jalan Kode Pos. RENCANA ANGGARAN BIAYA Kegiatan: Pekerjaan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI a. "Biaya Pengaliran Kembali" adalah biaya yang harus dibayar oleh Pelanggan dalam rangka pengaliran Gas kembali sebagai akibat adanya penutupan pengaliran

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT mandiri PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT NOMOR : PJ. 02 TAHUN 2017 NOMOR : DIR.PKS/021/2016 Pada

Lebih terperinci

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 391 F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN POLA PENGELOLAAN KAMAR MANDI/WC UMUM MILIK PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN POLA PENGELOLAAN KAMAR MANDI/WC UMUM MILIK PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN POLA PENGELOLAAN KAMAR MANDI/WC UMUM MILIK PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KOMODITI EKSPOR STANDARD INDONESIAN RUBBER YANG DIPERDAGANGKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA

PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA KETENTUAN UMUM Margin In Adalah dana yang disetorkan Nasabah kepada pialang yang

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN Pada hari ini ( ------------- ), tanggal [( ----- ) ( ------ tanggal dalam huruf ------ )] bulan ( ------------------- ) tahun [( ------ ) ( ------

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING. PT. Treasure Fund Investama Sentral Senayan II, Lantai 7 Jl. Asia Afrika No. 8, Senayan Jakarta 10270

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING. PT. Treasure Fund Investama Sentral Senayan II, Lantai 7 Jl. Asia Afrika No. 8, Senayan Jakarta 10270 SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING PT. Treasure Fund Investama Sentral Senayan II, Lantai 7 Jl. Asia Afrika No. 8, Senayan Jakarta 10270 Telp. (021) 5797 4558 Fax. (021) 5797 4557 Nama Investor Tipe

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING SYARAT DAN KETENTUAN PEMBUKAAN REKENING PT. Treasure Fund Investama Sentral Senayan II, Lantai 7 Jl. Asia Afrika No. 8, Senayan Jakarta 10270 Telp. (021) 5797 4558 Fax. (021) 5797 4557 Nama Investor Tipe

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA Nomor : Kep-00012/BEI/02-2009 Perihal : Perubahan Ketentuan II.5.3 Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek (Lampiran Keputusan Direksi PT Bursa Efek

Lebih terperinci

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT

Lebih terperinci

PERATURANDANTATATERTI

PERATURANDANTATATERTI PERATURANDANTATATERTI B PT. BURSAKOMODI TIDANDERI VATI FI NDONESI A 300709 DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... 367 D. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencana dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. No.156, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH

Lebih terperinci

TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2017

TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2017 NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR : 180/ /1.02/NPHD/HK/TUBABA/2016 NOMOR : 001/BAWASLU.LA-10/VI/2016

Lebih terperinci