DEPARTEMEN PERTANIAN DAN AGRARIA JAKARTA
|
|
- Ridwan Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DEPARTEMEN PERTANIAN DAN AGRARIA JAKARTA No : Unda.4/2/16. Lampiran : 1 (P.M.P.A. No. 2/1962). Perihal : Penjelasan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 2/1962. Tanggal 14 Agustus 1962 Kepada : 1. Kepala Jawatan Agraria. 2. Kepala Jawatan Pendaftaran Tanah. 3. Semua Kepala Inspeksi Agraria. 4. Semua Kepala Inspeksi Pendaftaran Tanah. 5. Kepala Dinas Agraria Daerah Istimewa Yogyakarta. 6. Semua Kepala Pengawas Agraria. 7. Semua Kepala Agraria Daerah/Kotapraja. 8. Semua Kepala Kantor Pendaftaran dan Pengawasan Pendaftaran Tanah. 9. Semua Kepala Kantor Pendaftaran Tanah. (1) Bersama ini kami sampaikan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 2 tahun 1962 tentang Penegasan Konversi dan Pendaftaran Hak-hak Indonesia atas tanah untuk dimaklumi dan dipergunakan/dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dengan adanya Peraturan ini maka acara penegasan konversi hak-hak Indonesia atas dasar ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria, sebagai yang telah diatur di dalam pasal 19 dan 22 Peraturan Menteri Agraria No. 2 tahun 1960, telah disederhanakan dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. (2) Sebagaimana Saudara maklum, maka di daerah-daerah di mana pendaftaran tanah sudah diselenggarakan menurut Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 tersebut (lihat Peraturan Menteri Agraria No. 12 tahun 1961 jo. No. 16 tahun 1961 dan No. 1 tahun 1962) penegasan konversi hak-hak Indonesia itu menurut Undang-Undang Pokok Agraria diwajibkan, yaitu jika terjadi peralihan hak karena pewarisan (pasal 20), perbuatan-perbuatan hukum yang disebutkan dalam pasal 21 (lelang) dan pasal 19 (setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan hipotik/credietverband). Penegasan konversi itu diwajibkan, karena jika terjadi peristiwa-peristiwa hukum tersebut di atas haknya harus didaftarkan (dibuatkan buku tanahnya) menurut Peraturan Pemerintah No. 10 tahun Dan pembuatan buku tanah itu baru dapat diselenggarakan, jika telah diperoleh kepastian hak apakah yang akan dibukukan itu. Kepastian ini barulah dapat diperoleh setelah didapat penegasan mengenai konversinya. Sebagaimana diketahui maka hak-hak atas tanah yang ada pada tanggal 24 September 1960 (tanggal mulai berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria) dikonversi menjadi salah satu hak yang baru menurut Undang-Undang Pokok Agraria. Sepanjang yang mengenai hak-hak Indonesia hal itu diatur didalam pasal II dan VI Ketentuan Konversi dan pelaksanaannya di dalam pasal 19 dan 22 Peraturan Menteri Agraria No. 2/1960 Penegasan konversi itu perlu, karena konversi menjadi Pusat Hukum & Humas BPN RI Page 1
2 hak yang baru disertai syarat-syarat yang bersangkutan dengan status yang empunya dan sifat penggunaan tanahnya (tanah bangunan atau pertanian). Hak milik adat misalnya, tidaklah selalu dikonversi menjadi hak milik yang baru. Kalau yang empunya bukan seseorang yang pada tanggal 24 September 1960 berkewarganegaraan Indonesia tunggal, hak itu konversinya menjadi hak guna bangunan (kalau tanah bangunan) atau hak guna-usaha (kalau tanah pertanian). Menurut Peraturan Menteri Agraria No. 2 tahun 1960 penegasan konversi tersebut diberikan oleh Kepala Inspeksi Agraria (mengenai hak agrarisch eigendom pasal 19) atau Kepala Agraria Daerah (mengenai hak-hak Indonesia lainnya pasal 22). Pendaftarannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah yang bersangkutan. (3) Dalam pada itu perlu diinsyafi, bahwa penegasan konversi tersebut di atas barulah dapat diselenggarakan setelah ada kepastian tentang hak apakah yang dikonversi itu. Oleh karena itu maka mengenai hak-hak yang belum ada atau tidak ada lagi tanda buktinya penegasan konversinya harus didahului dengan suatu penegasan mengenai macam haknya itu. Penegasan mengenai macam haknya ini diberikan oleh instansi agraria yang menurut Keputusan Menteri Agraria No. Sk.112/Ka/1961 berwenang untuk memberikan haknya. Misalnya penegasan hak milik diberikan oleh Menteri Agraria, karena Menteri Agrarialah yang menurut Keputusan No. Sk. 112/Ka/1961 tersebut berwenang untuk memberikan hak milik baru. Hal inilah yang dimaksudkan di dalam surat Menteri Agraria tanggal 29 April 1961 No. Unda. 1/3/11 angka 3 dan 4/II, karena mengenai hak-hak itu belum ada tanda buktinya yang memenuhi syarat. (4) Berhubung dengan apa yang diuraikan di atas maka menurut peraturan yang berlaku hingga kini, untuk keperluan pembukuan bekas hak-hak Indonesia tersangkut 3 instansi, yaitu a yang memberikan penegasan tentang haknya yang dikonversi, b yang memberikan penegasan konversinya dan c yang membukukan haknya yang baru itu. Teranglah kiranya bahwa acara yang demikian itu memerlukan waktu yang tidak sedikit dan menyusahkan fihak-fihak yang bersangkutan. Atas dasar pertimbangan itu maka dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 2 tahun 1962 ini ditetapkan acara yang lebih singkat dan sederhana. Menurut acara yang baru itu maka mengenai : a. hak-hak yang sudah ada tanda buktinya yang memenuhi syarat (pasal 2 dan 3) tidak diperlukan lagi suatu keputusan mengenai penegasan haknya. Penegasan konversi dan pendaftaran haknya yang baru sekaligus diselenggarakan oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah sendiri. Untuk menegaskan konversinya itu tidak pula diperlukan suatu keputusan tersendiri (pasal 5). b. Hak-hak yang tidak ada atau tidak ada lagi tanda buktinya masih tetap perlu diadakan penegasan hak. Tetapi penegasan hak itu dan penegasan konversinya (yang disebut : pengakuan hak) sekarang cukup diselenggarakan oleh satu instansi saja, yaitu Kepala Inspeksi Agraria atau instansi agraria daerah lainnya yang lebih rendah, tergantung pada macam haknya, berhubung dengan pembagian wewenang dalam Keputusan Menteri Agraria No. Sk. 112/Ka/1961 jo No. Sk. 4/Ka/1962. Pendaftarannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah yang bersangkutan (pasal 7). Acara pengakuan hak itu masih tetap diperlukan, karena seringkali perlu diperoleh kepastian apakah hak yang Pusat Hukum & Humas BPN RI Page 2
3 dimintakan pembukuan benar-benar sebagai yang dikatakan oleh pemohon dan bukan hak lain yang lebih rendah. (5) Permohonan penegasan konversi dan pendaftaran yang dimaksudkan dalam pasal 1 tidak mesti harus diajukan oleh yang mempunyai hak, tetapi boleh diajukan oleh siapa yang mempunyai kepentingan, bahwa hak itu ditegaskan konversinya dan didaftar menurut Peraturan Pemerintah No.10 tahun Misalnya seorang yang membelinya, yang membebaninya dengan hipotik atau credietverband dan sebagainya. Selain hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hipotik, credietverband dan gadai, maka menurut Keputusan Menteri Agraria No. Sk. VI/5/Ka hak pakai yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun termasuk golongan hak-hak yang harus didaftar menurut Peraturan Pemerintah No.10 tahun Permohonan tersebut harus bermeterai Rp 3,- dan kiranya tidak perlu diajukan dalam bentuk yang tertentu, asal memuat cukup keterangan tentang haknya, tanahnya dan siapa yang empunya. (6) Tanda bukti kewarganegaraan yang dimaksudkan dalam pasal 2 dan 3 diperlukan untuk dapat menentukan, apakah sesuatu hak yang disebutkan di dalam pasal II Ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria konversinya menjadi hak milik atau hak lainnya. Oleh karena konversi itu dianggap terjadi pada tanggal 24 September 1960, maka yang harus disertakan ialah tanda bukti kewarganegaraan dari orang yang pada tanggal tersebut mempunyai hak itu. Dan tanda bukti kewarganegaraan itu harus menyatakan kewarganegaraan orang tersebut pada tanggal tadi. Kalau tidak dapat ditunjukkan (disertakan) tanda bukti, bahwa ia pada tanggal tersebut diatas berkewarganegaraan Indonesia tunggal, maka haknya dikonversi menjadi hak guna-bangunan atau hak guna-usaha (pasal 6). Jadi tanda bukti kewarganegaraan itu hanyalah merupakan syarat mutlak untuk menegaskan konversi haknya menjadi hak milik, dan bukanlah syarat mutlak untuk menegaskan konversinya menjadi hak lain. Kalau memang yang berkepentingan tidak dapat menunjukkan bukti tersebut, maka hal itu janganlah menjadi penghambat daripada pelaksanaan konversi. Dengan sendirinya mengenai hak-hak yang tidak akan dikonversi menjadi hak milik penyertaan bukti tanda kewarganegaraan itu tidaklah diperlukan. Tetapi biarpun demikian, jika ada dugaan, bahwa yang empunya itu orang asing (di dalam pengertian orang asing ini tidak termasuk warganegara Indonesia yang berkewarganegaraan rangkap), maka pembuktian kewarganegaraan tersebut perlu diminta, berhubung dengan ketentuan pasal 30 dan 36 Undang-Undang Pokok Agraria jo pasal VIII Ketentuan Konversi dan pasal 25 Peraturan Menteri Agraria No. 2 tahun 1960, bahwa hak guna-bangunan dan hak guna-usaha yang bersangkutan mungkin telah hapus sejak tanggal 24 September (7) Yang dimaksudkan dengan pemberian hak baru atas tanah dalam pasal 4 ialah pemberian hak guna-bangunan atau hak pakai atas tanah milik oleh yang memiliki tanahnya. Jadi bukan pemberian hak baru oleh pemerintah. Perantaraan yang diberikan oleh para pejabat pembuat akta tanah merupakan service, yang diwajibkan oleh Peraturan ini dan oleh karena itu tidak diperkenankan untuk memungut dari yang berkepentingan sesuatu pembayaran tambahan di atas honararium yang ia berhak menerimanya. Service semacam ini diwajibkan pula kepadanya oleh Peraturan Menteri Agraria No. 14 tahun 1961, mengenai pengiriman surat-surat permohonan izin pemindahan hak. Berhubung dengan itu maka para pejabat dilarang untuk secara langsung atau tidak langsung menganjurkan, apalagi Pusat Hukum & Humas BPN RI Page 3
4 memaksa fihak-fihak yang berkepentingan untuk tidak meminta perantaraannya, akan tetapi meminta perantaraan orang-orang tertentu dengan memungut pembayaran tambahan. (8) Contoh dari hak yang tidak ada lagi tanda buktinya sebagai yang dimaksudkan dalam pasal 7 ialah misalnya hak agrarisch eigendom yang dulu didaftar menurut S , tetapi tanda buktinya sekarang tidak ada lagi dan karena ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria tidak mungkin dimintakan gantinya. Juga jika ada tanda buktinya, tetapi keterangannya tidak cocok lagi dengan keadaannya sekarang. Sebaliknya hak-hak yang surat pajaknya hilang (pajak hasil bumi atau verponding) masih dapat dimintakan ganti. Oleh karenanya tidak termasuk golongan yang dimaksudkan dalam pasal 7, tetapi tetap termasuk dalam golongan pasal 3. Tanah-tanah hak usaha di atas bekas tanah partikelir yang belum menjadi hak milik dan belum dikenakan pajak hasil bumi atau verponding termasuk golongan yang dimaksudkan dalam pasal 7. Mengenai konversi hak-hak usaha itu kiranya kita harus berhati-hati, karena didalam praktek hak sewa di atas bekas tanah kongsipun seringkali oleh yang bersangkutan dan oleh rakyat umumnya disebut pula sebagai hak usaha. Surat keputusan pengakuan hak yang dimaksudkan dalam pasal 7 itu sekaligus memuat 2 hal, yaitu, penegasan mengenai haknya yang lama dan mengenai konversinya. Atas dasar keputusan tersebut maka Kepala Kantor Pendaftaran Tanah menyelenggarakan pendaftarannya. Turunan surat keputusan itu, yang harus disampaikan oleh pemohon kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah untuk arsip tata-usahanya, bermaterai Rp 3,-. Oleh instansi yang memberikan pengakuan, kepadanya disampaikan pula turunan surat keputusan itu yang tidak bermaterai untuk dicocokan dengan yang (akan) diterimanya dari pemohon. Ketentuan pasal 7 ayat 3 kalimat kedua untuk jelasnya supaya dicantumkan pula di dalam surat keputusan pengakuan yang dimaksud itu. Untuk pengakuan hak itu tidak dipungut uang pemasukan. Tetapi oleh karena untuk menyelenggarakan acara tersebut Negara harus mengeluarkan biaya (Panitia Pemerikasa dan pengumuman, maka kiranya wajar jika pemohon diwajibkan membayar sesuatu ganti-kerugian. Kecuali kalau menurut kenyataannya memeang telah dikeluarkan oleh Negara biaya yang jauh lebih besar, maka kiranya ganti kerugian sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah) tiap bidang tanah sudahlah cukup. Ganti kerugian itu harus disetor ke dalam Kas Negeri, sebelum diajukan permintaan pembukuan kepada Kantor Pendaftaran Tanah. (9) Untuk mencegah salah faham, maka perlu agaknya dijelaskan, bahwa hak yang ditegaskan dan dikonversi ataupun yang diakui itu adalah menurut keadaanya pada tanggal 24 September Demikian pula hak yang dibukukan oleh Kantor Pendaftaran Tanah. Perubahan-perubahan yang terjadi kemudian dicatat pada sertifikat atau sertifikat sementaranya. Dengan sendirinya mengenai perubahanperubahan yang terjadi sebelum Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 mulai diselenggarakan di daerah tempat letak tanahnya, tidak dipungut biaya, sebagai yang ditetapkan di dalam pasal 4 Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1961.*) (10) Sebelum berlakunya Peraturan Manteri Pertanian dan Agraria No. 2 tahun 1962 ini mungkin telah sampai kepada Kepala kantor Pendaftaran Tanah keputusankeputusan tentang penegasan hak dan penegasan konversi dari para Kepala Agraria Daerah, yang bertentangan dengan peraturan-peraturan yang diuraikan di dalam angka 2 dan 3 di atas. Jika penegasan hak dan penegasan konversi itu Pusat Hukum & Humas BPN RI Page 4
5 mengenai hak-hak yang memenuhi syarat sebagai yang disebutkan dalam pasal 2, maka pembukuannya dapatlah dilaksanakan. Mengenai hak-hak yang memenuhi syarat yang disebutkan dalam pasal 3, pembukuannya dapat dilaksanakan setelah diadakan pengumuman. Tetapi mengenai hak-hak yang dimaksudkan dalam pasal 7 haruslah diikuti acara pengakuan hak sebagai yang telah diuraikan di atas. a.n. MENTERI PERTANIAN DAN AGRARIA KEPALA DIREKTORAT HUKUM ttd. (Mr. Boedi Harsono) Tembusan : 1. Y.M. Wakil Menteri Pertama Urusan Produksi. 2. Y.M. Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah. 3. Semua Gubernur/Kepala Daerah. 4. Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. 5. Semua Residen. 6. Semua Bupati/Walikota/Kepala Daerah. 7. Pengurus Ikatan Notaris Indonesia. 1 dan 2 : untuk dimaklumi. 2 s/d 6 : untuk dimaklumi dan dengan permintaan sukalah kiranya memberitahukannya kepada para Asisten-Wedana selaku penjabat pembuat akta tanah untuk dilaksanakan. 7 : untuk dimaklumi dan dengan permintaan agar dilanjutkan kepada para Notaris/Penjabat pembuat akta tanah untuk dilaksanakan. Pusat Hukum & Humas BPN RI Page 5
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam
Lebih terperinciDEPARTEMEN AGRARIA JAKARTA. No. Sekra : 9/4/17 K e p a d a : Lampiran : 1 (contoh daftar) 1. Semua Kepala Inspeksi Agraria.
DEPARTEMEN AGRARIA JAKARTA No. Sekra : 9/4/17 K e p a d a : Tanggal 12 Desember 1961 Lampiran : 1 (contoh daftar) 1. Semua Kepala Inspeksi Agraria. Perihal : Hibah tanah kepada pegawai-pegawai negeri berhubungan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG
PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT YANG DIMAKSUDKAN DALAM PASAL 19 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH SERTA HAK DAN KEWAJIBANNYA MENTERI
Lebih terperinciBab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas
Bab II HAK HAK ATAS TANAH A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PELAKSANAAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA MENTERI AGRARIA,
MENTERI AGRARIA PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PELAKSANAAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA MENTERI AGRARIA, Menimbang : a. bahwa untuk menghindarkan keragu-raguan perlu ada
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PELAKSANAAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR DAN PENERBITAN SERTIPIKATNYA
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL A. Ketentuan Konversi Hak-Hak Lama Menjadi Hak-Hak Baru Sesuai Undang-Undang Pokok Agraria 1. Sejarah Munculnya Hak Atas
Lebih terperinciBAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN
BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK RUMAH TINGGAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan memperlancar
Lebih terperinciPEMANDANGAN UMUM. UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September Undang-undang ini
PEMANDANGAN UMUM Perubahan yang revolusioner UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September 1960. Undang-undang ini benar-benar memuat hal-hal yang merupakan perubahan yang revolusioner dan drastis terhadap
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa Biaya Pendaftaran Tanah sebagaimana
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN
BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN II.1. PERANAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PADA PENDAFTARAN TANAH Sejak berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciNomor : Kepada Yth. Perihal : Penyampaian Peraturan Badan Pertanahan Nasional tentang Pendaftaran madya di seluruh Indonesia;
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 1996 Nomor : 110-1544 Kepada Yth. Lampiran : 1 (satu) 1. Para Kepala Kantor Wilayah Perihal : Penyampaian Peraturan Badan Pertanahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu diadakan peraturan baru
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA
Lebih terperinciLampiran I : Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor : 40 Tahun 2004 Tahun : 21 Juli 2004
FORM A Lampiran I : Keputusan Walikota Tasikmalaya Tasikmalaya,.. 200.. Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Lokasi. Kepada Yth. Walikota Tasikmalaya Melalui : Kepala Kantor Pertanahan di TASIKMALAYA
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL AGRARIA NOMOR 3 TAHUN 1968 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDIUM KABINET NOMOR 5/PRK/1965 DIREKTUR JENDERAL AGRARIA,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL AGRARIA NOMOR 3 TAHUN 1968 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDIUM KABINET NOMOR 5/PRK/1965 DIREKTUR JENDERAL AGRARIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka realisasi perjanjian
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang : Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang : Pendaftaran Tanah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 10 TAHUN 1961 (10/1961) Tanggal : 23 MARET 1961 (JAKARTA) Sumber : LN 1961/28; TLN NO. 2171
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL
1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1973 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1973 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa melaksanakan Peraturan
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 19 TAHUN 1989 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN KONFIRMASI PENCADANGAN TANAH, IZIN LOKASI DAN PEMBEBASAN TANAH, HAK ATAS
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 1 Nopember 1993
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 1 Nopember 1993 Nomor : 500-3302.A. Kepada Yth. Lampiran : 1 (satu) berkas. Perihal : Paket Kebijaksanaan Pemerintah 23 Oktober1993. 1. 2. Sdr. Kepala Kantor Wilayah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223 TAHUN 1961 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223 TAHUN 1961 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 4 DAN PASAL 5 UNDANG-UNDANG NOMOR 3 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENGUASAAN BENDA- BENDA TETAP MILIK PERSEORANGAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGRARIA DAN MENTERI DALAM NEGERI No. 30/DEPAG/65 No. 11/DDN/1965
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGRARIA DAN MENTERI DALAM NEGERI No. 30/DEPAG/65 No. 11/DDN/1965 TENTANG PENEGASAN KONVERSI MENJADI HAK PAKAI DAN PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH BEKAS HAK GOGOLAN TIDAK TETAP
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perlu diadakan peraturan
Lebih terperinciMENURUT KETENTUAN HUKUM TANAH NASIONAL
MENURUT KETENTUAN HUKUM TANAH NASIONAL Proses Musyawarah diantara pihak pemilik tanah dengan pihak yang akan mengambil tanah mengenai Bentuk dan/atau Besarnya Ganti Kerugian Atau dengan lebih singkat adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V P E N U T U P Dari uraian pada bab-bab terdahulu dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut ; 1. Kesimpulan a. Hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN KOPERASI DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH. Presiden Republik Indonesia,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH Presiden Republik Indonesia, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB II PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM. A. Defenisi Pengadaan Tanah
28 BAB II PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM A. Defenisi Pengadaan Tanah Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sebagian besar kehidupan masyarakatnya masih bercorak agraris karena sesuai dengan iklim Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 170, 2000 HUKUM.KEHAKIMAN.Badan Sertifikat.Akta Jaminan Fidusia. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG FORMASI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Tanah Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi.tanah yang dimaksud di sini bukan mengatur tanah dalam segala
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan yang sangat besar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK RUMAH TINGGAL
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA *)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perlu diadakan peraturan baru
Lebih terperinciBAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai
14 BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA 3.1. Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai Pentingnya kegiatan pendaftaran tanah telah dijelaskan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN SURAT ALAS HAK ATAS TANAH NEGARA DAN PEMBUATAN SURAT PEMINDAHAN PENGUASAAN ATAS TANAH NEGARA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan Hukum Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 74 TAHUN 1958 TENTANG PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 16 TAHUN 1957 TENTANG PAJAK BANGSA ASING (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1957 NO. 63)" SEBAGAI UNDANG-UNDANG PRESIDEN, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan Adanya unifikasi hukum barat yang tadinya tertulis, dan hukum tanah adat yang tadinya tidak tertulis
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 23 Tahun 2005 Lampiran : 1 (satu) berkas PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENGELOLAAN PARKIR DI LUAR BADAN JALAN Menimbang :
Lebih terperinciRancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik
Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN HAK GUNA BANGUNAN ATAU HAK PAKAI ATAS TANAH UNTUK RUMAH TINGGAL YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN MENJADI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perlu diadakan peraturan
Lebih terperinciBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG FORMASI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH MENTERI NEGARA
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A.Kesimpulan. Pelaksanaan perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik untuk
BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Pelaksanaan perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik untuk rumah tinggal dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah merupakan modal bagi kehidupan
Lebih terperinci8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS
8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS A. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pendaftaran tanah karena perubahan data yuridis termasuk dalam lingkup
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 3 JANUARI 2011 NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG : BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Sekretariat Daerah Kota
Lebih terperinciNOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5916 EKONOMI. Pajak Penghasilan. Perjanjian Pengikatan. Pengalihan Hak. Tanah. Bangunan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
Lebih terperinci*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,
Lebih terperinci1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VI.B.1 PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang
Lebih terperincia PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH MELALUI PENEGASAN KONVERSI MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA 1 Oleh : Calvin Brian Lombogia 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 8 TAHUN 1974 TENTANG PELAKSANAAN PENEGASAN HAK ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 8 TAHUN 1974 TENTANG PELAKSANAAN PENEGASAN HAK ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR.
Lebih terperinciPengertian Hak Milik Hak Milik adalah hak atas tanah yang turun temurun, terkuat dan terpenuh. Kata terkuat dan terpenuh tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan hak yang mutlak, tidak dapat diganggu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2 tercapainya pelayanan one day service mengingat permohonan yang masuk sangat banyak melampaui kemampuan sumber daya manusia dan sarana yang ada. Unt
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PELAYANAN PUBLIK. Jaminan Fidusia. Pendaftaran. Pembuatan Akta. Tata Cara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 80) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 26 Tahun 2005 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS) DAN RUMAH SEDERHANA (RS) MENTERI NEGARA AGRARIA/,
Lebih terperinciDEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 3 TAHUN 1979 TENTANG
DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 3 TAHUN 1979 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI PERM0HONAN DAN PEMBERIAN HAK BARU ATAS TANAH ASAL KONVERSI HAK-HAK BARAT.
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/ PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN HAK GUNA BANGUNAN ATAU HAK PAKAI ATAS TANAH UNTUK RUMAH TINGGAL YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN MENJADI HAK MILIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan
Lebih terperinciPERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN LANDREFORM Perkataan Landreform berasal dari kata: land yang artinya tanah, dan reform yang artinya
Lebih terperinci