1. Pendahuluan Gambaran umum wilayah Kejadian dampak bencana di Kalimantan Selatan Penutup...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Pendahuluan Gambaran umum wilayah Kejadian dampak bencana di Kalimantan Selatan Penutup..."

Transkripsi

1 i

2 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan... 1 a. Latar belakang... 1 b. Landasan hukum... 3 c. Maksud dan tujuan Gambaran umum wilayah... 7 a. Letak geografis... 7 b. Perekonomian daerah c. Sosial budaya Kejadian dampak bencana di Kalimantan Selatan Kabupaten Tapin Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Tabalong Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Tanah Bumbu Kabupaten Kotabaru Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Hulu Sungau Utara Kabupaten Balangan Kota Banjarmasin Kabupaten Barito Kuala Kota Banjarbaru Kabupaten Banjar Penutup a. Kesimpulan b. Rekomendasi i

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dapat menyelesaikan Buku Statistik Bencana Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Buku ini berisi tentang statistik bencana yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya. Disamping itu buku ini juga sebagai pegangan bagi Pegawai Negeri Sipil khusus nya yang bekerja di Bidang Kebencanaan. Buku panduan ini dibuat sesuai dengan ruang lingkup Fakultas Ekonomi dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah penulisan skripsi. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan masukan dari semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya Buku Statistik ini kami ucapkan terima kasih. Banjarmasin, 31 Desember 2012 Kepala Pelaksana, Drs. H. RENDRA FAUZIE, M.AP Pembina Utama Madya NIP ii

4 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila, termasuk didalamnya perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat yang dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana, mulai dari pra bencana, saat bencana sampai dengan pasca bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Agar penanganan bencana lebih maksimal perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang valid dan akurat. Namun hingga saat ini, data dan informasi yang didapat belum sempurna sehingga dalam proses penyaluran bantuan belum bisa dilaksanakan secara maksimal. 1

5 Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin topan/puting beliung, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan/permukiman yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/ teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial politik dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan diprediksi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor hingga terjadinya bencana alam baik yang terjadi secara alami maupun sebagai akibat prilaku manusia, terutama kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang dapat menimbulkan bencana dan upaya untuk menanggulanginya. Jenis bencana alam yang sering terjadi di Kalimantan Selatan selama ini antara lain adalah banjir, puting beliung, kebakaran baik hutan/lahan dan pemukiman. Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-instansi teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen PU, dll. Begitu pula pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit. Selain itu ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai 2

6 penanggulangan bencana yang ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu. Tugas penyelenggaran penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pusat dan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB dan BPBD bersifat koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. Maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 25, dibentuklah Badan Penganggulangan Bencana Daerah Provinsi kalimantan Selatan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun Pelantikan para pejabat eselon II, III dan IV dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober B. LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4421); 3

7 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 47, tambahan lembaran negara Republik Indonesia nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penaggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828) ; 4

8 7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830) ; 9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Nomor 19) ; C. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud dari penulisan buku Statistik bencana tahun 2011 ini adalah untuk memberikan gambaran kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2011 di Provinsi Kalimantan Selatan. 5

9 2. Tujuan Tujuan penyusunan Buku Statistik Bencana Tahun 2011 ini adalah : 1. Menyajikan data jumlah korban. 2. Menyajikan data tingkat kerusakan. 3. Informasi dampak terhadap pertanian. 4. Informasi dampak terhadap prasarana umum. 1 6

10 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH A. LETAK GEOGRAFIS Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara , ,4 Bujur Timur dan , Lintang Selatan. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar. Dalam konstelasi hubungan antar-wilayah, posisi geografis Provinsi Kalimantan Selatan amat strategis karena berada di posisi sentral kepulauan Nusantara, yang merupakan jalur arus barang, orang dan jasa ke seluruh Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, bahkan ke beberapa negara lain di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, provinsi ini diapit dua tetangga yang kaya akan sumber daya alam, yakni Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Keunggulan komparatifnya adalah, Kalimantan Selatan menjadi daerah transit arus barang, orang dan jasa dari dan ke kedua provinsi tersebut. 7

11 Namun demikian, posisi strategis ini bisa berubah menjadi ancaman, terutama bila keunggulan komparatif itu tidak mampu diubah dan dikelola menjadi keunggulan kompetitif, yang dapat meningkatkan daya saing kewilayahan dan ekonomi. Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan mencakup 11 kabupaten dan dua kota, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin sekaligus berfungsi sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah daratan dan perairan darat Provinsi Kalimantan Selatan sesuai dengan Perda No.9 Tahun 2000 adalah seluas Ha yang terbagi dalam alokasi peruntukan ruang kawasan lindung adalah 20,81% dan luasan kawasan budidaya 79,19% dari luas wilayah daratan Propinsi Kalimantan Selatan. Selain itu Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kawasan laut sejauh 12 mil adalah Ha yang juga merupakan salah satu jalur pelayaran nasional dan internasional pada Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). Dibandingkan dengan wilayah provinsi lain di pulau ini, Provinsi Kalimantan Selatan menempati wilayah tersempit, yakni hanya 6,98% dari luas Pulau Kalimantan. Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai ketinggian kurang dar 100 meter di atas permukaan laut (dpl). Kemiringan lahan di wilayah ini dikelompokkan dalam kelas datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Areal yang datar (0-8 %) meliputi 8

12 areal seluas 9.154,27 Km2 atau 24,39%, yang tersebar di sepanjang Pantai Timur dan Selatan, sepanjang aliran sungai Barito dan sungai-sungai lainnya. Daerah landai (8-15%) meliputi areal seluas ± 6.462,50 Km2 atau 17,22%, yang berada di daerah antara Pegunungan Meratus dengan Sungai Barito, di bagian Barat dan Pantai Timur dan dengan Pantai Selatan. Daerah agak curam (15-25%) meliputi areal seluas ± ,72 Km2 atau ± 46.43%, yang tersebar di sebelah Timur dan Selatan mendekati pegunungan Meratus. Daerah curam (25-40%) meliputi areal seluas ± 881,53 Km2 atau 2,35 %. Daerah sangat curam (> 40 %) meliputi areal seluas ± 3.607,50 Km2 atau 9,61% yang merupakan punggung-punggung pegunungan Meratus dan bagian bahu dari sungai - sungai yang ada. Geologi Wilayah Kalimantan Selatan tersusun dari berbagai satuan batuan atau litologi yang dikelompokkan menjadi beberapa formasi, urutan dari tua ke muda, yakni sebagai berikut Kelompok Batuan Pratersier, yang terbentuk pada zaman Mesozoikum. Kelompok ini terdiri atas batuan granit, granodiorit, gabro, diabas, batuan ultramafik sekis, batuan sedimen dan metasedimen, memperlihatkan indikasi mineralisasi bijih/ore. Formasi ini mendominasi di sepanjang Pegunungan Meratus. Kelompok Batuan Tersier, yang terbentuk pada zaman Kenozoikum (Eosen-Plitosen). Kelompok ini terdiri atas formasi Tanjung, Berai, Warukun, Dahor, dan merupakan batuan sedimen yang mendominasi hamparan berbentuk perbukitan dan memberikan kontribusi bahan galian batubara dan 9

13 batu gamping yang sangat potensial. Formasi ini mendominasi di bagian sayap barat dan timur pegunungan meratus. Kelompok Aluvial dikenal sebagai satuan batuan hasil endapan sungai Purba danberbentuk undak serta tersebar dan sebagian menutupi batuan yang lebih tua. Formasi ini mendominasi kawasan di sebelah barat Pegunungan Meratus. B. PEREKONOMIAN DAERAH Salah satu indikator penting kondisi ekonomi makro suatu wilayah dalam periode tertentu adalah Produk domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang relatif dominan dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan serta perdagangan dan jasa. Sementara sektor listrik dan air minum merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya. Hasil eksploitasi sumberdaya alam sampai sekarang memagang peranan amat penting dalam pertumbuhan ekonomi provinsi ini. Pertumbuhan ekonomi (tanpa migas) Kalimantan Selatan pada 1998 sebesar -6,53%. Pada periode tumbuh berturut-turut sebasar sebesar 3,39%, (2002); 4,52% (2003), dan 4,94% (2004). Kemampuan sumbersumber ekonomi mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun 10

14 sebelumnya. Nilai PDRB tanpa migas meningkat dari Rp juta pada 2003 menjadi Rp juta pada Kecenderungan perbaikan perekonomian daerah secara makro di provinsi ini akan lebih sehat bila diiringi oleh perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Dukungan perkembangan sarana perdagangan dan prasarana infrastruktur ekonomi, seperti prasarana transportasi udara (bandara udara), transportasi laut (pelabuhan laut), dan transportasi darat (jalan raya dan terminal) akan memberi dampak perkembangan yang signifikan. Di masa mendatang, kecenderungan perkembangan kondisi ekonomi yang positif harus pula didukung oleh perangkat hukum yang jelas dan konsisitenn Ekonomi biaya tinggi baik yang disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan yang menjamin kelangsungan usaha bagi investor, proses ganti rugi dalam pengembangan usaha investasi yang tidak tuntas, maupun maraknya pungutan liar pada dunia usaha akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan laju penanaman modal. Kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan energi listrik di daerah ini karena rendahnya kemampuan investasi dan pengelolaan penyediaan tenaga listrik masih tetap akan menjadi kendala utama perkonomian daerah. Aktivitas ekonomi dan sosial penduduk akan terhambat, karena masih banyak masyarakat yang belum mendapat pelayanan energy listrik. Kelangkaan BBM, bila belum dapat diatasi dengan segera, juga akan memberi tekanan terhadap roda ekonomi daerah. Ekspor hasil tambang, terutama batubara merupakan komoditas ekspor andalan provinsi ini, tetapi dampaknya terbatas pada penduduk yang terakit 11

15 dengan kegiatan tersebut. Kegiatan ekonomi ini juga padat modal, sehingga kemampuan penyerapan tenaga kerjanya bagi tenaga kerja setempat juga sangat terbatas. Kegiatan penambangan, selain berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan hidup, juga menciptakan enclave dan kantong-kantong kemiskinan di sekitar areal tambang. Tantangan lain yang cukup berat adalah mengaitkan pesatnya pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengentasan kemiskinan. Selama ini, pertumbuhan ekonomi daerah tidak secara otomatis mampu menurunkan jumlah penduduk miskin. Pemerataan kesempatan berusaha dan hasil-hasil pembangunan baik antar wilayah mapun antargolongan ekonomi sangat strategis untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran. C. SOSIAL BUDAYA Kondisi demografi, pendidikan, kesehatan, kehidupan beragama, dan sosial budaya merupakan indikator penting perkembangan sosial budaya. Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada 2002 sebanyak jiwa. Jumlah ini kemudian berubah menjadi jiwa (2003) dan jiwa (2004). Ini berarti, jumlah penduduk provinsi ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju peningkatan pertumbuhan berturut-turut sebesar 1,42% (2000) dan 2,04% (2003). Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan pada 2004 sebanyak 3.2 juta jiwa, yang terdiri atas penduduk laki-laki sebesar jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Dilihat secara geografis/wilayah administratif, Kota Banjarmasin merupakan wilayah yang 12

16 mempunyai jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar jiwa, sedangkan wilayah yang mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kota Balangan, yakni sebesar jiwa. Dalam kurun waktu laju pertumbuhan penduduk per tahun mencapai 2,32 % dan pada kurun waktu sebesar 1,42 %, sedangkan kurun waktu sebesar 2,53 %. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Banjarmasin, yaitu 7.884,16 per Km2, yang diikuti oleh Kota Banjarbaru (390 orang per Km2). Karena wilayah Kabupaten Kotabaru Tingkat paling luas dan jumlah penduduk paling sedikit, maka tingkat kepadatan penduduk di kabupaten ini paling rendah, yaitu 26,56 orang per Km². Proporsi penduduk usia muda (0 14 tahun) meningkat dari 30,73% pada (2002) menjadi 30,97% pada (2003). Proporsi jumlah penduduk usia produktif (15 64 tahun ) menurun dari 66,30% menjadi 65,83%, sedangkan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas ) meningkat dari 2,97% menjadi 3,20%. 13

17 3 KEJADIAN DAMPAK BENCANA DI KALIMANTAN SELATAN Kalimantan Selatan memiliki beberapa wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana itu terdiri dari banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, hutan gundul, kebakaran, tanah longsor, wabah demam berdarah dengue, malaria, diare, konflik, dan lainnya. Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim maupun faktor-faktor lain seperti keragaman sosial, budaya dan politik. Kejadian bencana di Kalimantan Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana sampai saat ini menyebutkan bahwa tahun 2009 telah terjadi 250 kejadian bencana alam, dengan perincian bencana banjir 13 kejadian, tanah longsor 3 kejadian dan angin ribut 34 kejadian, kebakaran sebanyak 199 kejadian dan paling sering terjadi di Kota Banjarmasin sebanyak 66 kejadian, sedangkan yang terendah di Kab. Tanah Bumbu dan Balangan sebanyak 2 kejadian. Selain itu juga merebaknya bahaya demam berdarah dengue, malaria, busung lapar, HIV/Aids, narkoba, dan lainnya. 14

18 Belum bencana yang diakibatkan oleh kondisi udara yang melebihi ambang batas sebagai akibat debu-debu batubara terutama di kawasan-kawasan pertambangan, pemukiman, dan jalan raya tertentu. Angkutan-angkutan hasil pertambangan, seperti batubara, biji besi yang melalui jalan raya dan juga sebagian pemukiman masyarakat, menjadi potensi terjadinya konflik karena masyarakat yang dilalui angkutan tersebut kadang tidak menerima manfaat, justru dampak negatifnya seperti kemacetan, debu yang melebihi ambang batas, dan lainnya. Banjir Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Kalimantan Selatan terutama pada musim hujan. Berdasarkan kondisi morfologinya, bencana banjir disebabkan oleh meluapnya aliran sungai yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir di antaranya. Banjir di Kalimantan Selatan pada umumnya terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tanah Laut, Banjar dan Tanah Bumbu yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Kalimantan Selatan lainnya. Populasi penduduk Kalimantan Selatan yang semakin padat dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat. Secara tidak langsung hal ini merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan usaha pertambangan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak 15

19 terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai. Tanah Longsor Bencana tanah longsor di Kalimantan Selatan banyak terjadi di daerah yang memiliki derajat kemiringan lereng tinggi. Bencana ini umumnya terjadi pada saat curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan kejadian bencana, daerah yang sangat rawan terjadi bencana longsor adalah di jalan raya melintas pegunungan seperti : Jalan Kandangan ke Batulicin, yaitu Kecamatan Loksado (Kabupaten Hulu Singan Selatan), Kecamatan Batu Ampar (Kabupaten Tapin), Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar) dan Kecamatan Mantewe (Kabupaten Tanah Bumbu). Begitu juga jalan antara Tanjung melintas Kecamatan Jaro (Kabupaten Tabalong) ke Balikpapan, dan jalan pegunungan di Kecamatan Batang Alai Timur dan Kecamatan Hantakan di kabupaten Hulu Sungai Tengah. Hampir sebagian besar tanah di daerah tropis bersifat mudah longsor karena tingkat pelapukan batuan di daerah ini sangat tinggi dan komposisi tanah secara fisik didominasi oleh material lepas dan berlapis serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini sangat dipengaruhi oleh kerusakan hutan penyangga yang ada di Kalimantan Selatan. Karena banyaknya penambangan batubara. 16

20 Kekeringan Kekeringan sering pula melanda Kalimantan Selatan, sehingga menyulitkan untuk memperoleh air bersih, Kekeringan juga mengakibatkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan, rusaknya produksi pertanian khususnya beras yang jadi kebutuhan pokok masyarakat. Bila terjadi kekeringan maka suplai air untuk PLN menjadi sulit dan biaya tinggi. Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk bencana yang sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan dampak negatif cukup besar dalam hal kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, menurunnya kesehatan masyarakat dan terganggunya transportasi darat, sungai, danau, laut dan udara.kebakaran hutan yang cukup besar terjadi di Kalimantan Selatan pada tahun Asap yang ditimbulkan bahkan meluas sampai ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kondisi litologi daratan Kalimantan Selatan yang terbakar pada umumnya mengandung gambut. Gambut menjadi mudah terbakar akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali. Selain itu, kebakaran pemukiman juga sering terjadi terlebih di Kota Banjarmasin sehingga sangat besar merugikan masyarakat. Sering padamnya listrik menjadi salah satu penyebab terjadinya sebakaran. Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor alam maupun kegiatan manusia seperti pembukaan lahan. Tingkat kesejahteraan dan 17

21 pendidikan masyarakat di sekitar hutan yang masih rendah merupakan faktor yang dapat turut menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan lebih diperparah lagi oleh banyaknya pengusaha/pemegang hak pengusahaan hutan yang melakukan penebangan kayu tanpa mengindahkan peraturan dan lingkungan. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/klb dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Kalimantan Selatan dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini. Kerusuhan Sosial Kondisi sosial budaya masyarakat Kalimantan Selatan yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama dan etnis merupakan salah satu aset daerah yang bernilai tinggi sekaligus merupakan kondisi 18

22 yang sangat rawan. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan tertentu untuk memulai terjadinya konflik. Kerawanan terhadap konflik dalam masyarakat Kalimantan Selatan diperburuk dengan adanya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat serta rendahnya kualitas pendidikan masyarakat. Hal ini juga terkait dengan menurunnya rasa nasionalisme dalam masyarakat. Tahun 1997 terjadi konflik vertikal dan horizontal di beberapa daerah di wilayah Kalimantan yang ditandai dengan timbulnya kerusuhan sosial, misalnya di Kabupaten Sambas dan Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur. Kerusuhan sosial ini telah mengakibatkan lebih dari ratusan ribu jiwa di empat provinsi di Kalimantan terpaksa meninggalkan kediamannya. Meskipun saat ini masalah pengungsi sebagian besar telah teratasi, potensi berulangnya bencana ini akibat konflik sosial baru bisa sewaktu-waktu terjadi. Kesiapan dan kewaspadaan perlu untuk dapat mengurangi terjadinya risiko tersebut. Kebakaran Permukiman Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya sering terjadi kebakaran dikarenakan pada umumnya bangunan yang ada terbuat dari bahan kayu, sehingga rawan sekali akan terjadi kebakaran pada umumnya dimusim kemarau dan adanya pemadaman listrik secara bergilir. Sedangkan untuk mengantisipasi hal tersebut di atas pemerintah daerah maupun swasta/masyarakat mengadakan suatu wadah organisasi barisan 19

23 pemadam kebakaran yang tersebar pada setiap kabupaten/kota se Kalimantan Selatan. Abrasi Pantai dan Gelombang Pasang Laut Abrasi pantai yang sering terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah di daerah pantai seperti di Kabupaten Banjar Kecamatan Aluh-Aluh Desa Bakambat, di Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Jorong; Desa Muara Asam-Asam dan Pantai Harapan, Kecamatan Kurau; Desa Bawah Layung dan Sungai Bakau, Kecamatan Takisung; Pantai Takisung. Di Kabupaten Tanah Bumbu juga sering terkena bencana abrasi pantai, seperti di Kecamatan Kusan Hilir Desa Sungai Lembu, sedangkan di Kabupaten Kotabaru Kecamatan Pamukan Selatan, Pulau Laut Selatan dan Pulau Laut Barat. Abrasi pantai pada umumnya terjadi diakibatkan oleh tingginya air laut angin yang sangat kencang, dan juga adanya perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan sering terjadi pada bulan Oktober-Novemberdan Desember. Badai Angin Badai angin sering terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April terutama pada daerah persawahan terbuka seperti di daerah Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara karena di Kabupaten ini masih banyak lahan terbuka sehingga angin badai sering terjadi. 20

24 Disamping itu angin badai juga sering terjadi di daerah tepian sungai sungai Barito dan tepian Laut Jawa. Frekuensi kejadiannya cukup tinggi tercatat 15 kejadian pada tahun 2007 dan 22 kejadian pada tahun 2008, serta pada tahun 2009 terjadi sebanyak 34 kali kejadian. Kalau dilihat dari tipologi bencana yang terjadi di Kalimantan Selatan, masing-masing daerah lokasi bencana memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 21

25 1. Kabupaten Tapin Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Tapin terletak di antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Batas Kabupaten Tapin : Sebelah utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Banjar, sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala dan sebelah timur dengan Hulu Sungai Selatan. Luas daerah Kabupaten Tapin 2.626,72 km². Kabupaten Tapin terbagi atas 12 Kecamatan dengan 133 desa. Daerah yang paling luas adalah Candi Laras Utara dengan luas 730,48 km² atau sebesar 27,05 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tapin, sementara daerah yang paling sempit adalah Kecamatan Tapin Utara dengan luas 71,49 km² atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten Tapin. Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui, hampir seluruh area atau 67,34 persen dari total area Kabupaten Tapin berada pada ketinggian 0-7 m, sedangkan ketinggian dari 500 m dari permukaan laut hanya berkisar 1,21 persen. Jika dilihat dari kelas kemiringannya diketahui bahwa kemiringan di Kabupaten ini banyak terletak pada kemiringan 0-2 persen yaitu sekitar 82,93 persen dari total area Kabupaten Tapin, sedangkan kemiringan antara 2,1 22

26 sampai 8 persen hanya sekitar 0,62 dari keseluruhan luas daerah di Kabupaten Tapin. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kabupaten Tapin juga mempunyai dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Curah hujan di suatu daerah di pengaruhi oleh iklim, topografi, perputaran arus udara. Oleh karena itu, rata-rata curah hujan di Kabupaten Tapin tahun 2008, rata-rata curah hujan per hari di Kabupaten Tapin berkisar antara 10,00 mm sampai dengan 24,17 mm, dimana rata-rata curah hujan terendah di bulan September dan tertinggi di bulan April. Kelembaban udara dan temperature ditentukan oleh ketinggian dan jarak dari permukaan air laut. Rata-rata kelembaban udara tahun 2008 berkisar antara 67,00% di bulan Agustus sampai dengan 85,00% di bulan Mei, Nopember dan Desember. Sedangkan rata-rata temperature udara berada pada kisaran 27,10 C pada bulan Desember sampai dengan 28,70 C pada bulan Februari dan Maret. Tahun 2008 ini angin bertiup dengan kecepatan maksimum sebesar 189,40 pada bulan Agustus dan rata-rata kecepatan angin maksimum masih terjadi di bulan Agustus yaitu sebesar 64% dan rata-rata minimum terjadi di bulan Desember yaitu sebesar 34,60%. 23

27 Secara administrasi sejak tahun 2009 wilayah Kabupaten Tapin terdiri dari 12 Kecamatan yang meliputi 133 desa yang sebelumnya berjumlah 131. Keduabelas Kecamatan tersebut meliputi Binuang, Hatungun, Tapin Selatan, Salam Babaris, Tapin Tengah, Bungur, Piani, Lokpaikat, Tapin Utara, Bakarangan, Candi Laras Selatan dan Candi Laras Utara. Keduabelas kecamatan tersebut terdiri dari 133 desa, dimana wilayah Kecamatan Binuang meliputi 10 desa, Kecamatan Hatungun meliputi 8 desa, Kecamatan Tapin Selatan meliputi 10 desa, Kecamatan Salam Babaris meliputi 6 desa, Kecamatan Tapin Tengah 17 desa, Kecamatan Bungur 12 desa, Kecamatan Lokpaikat 9 desa, Kecamatan Tapin Utara 16 desa, Kecamatan Bakarangan 12 desa, Kecamatan Candi Laras Selatan 12 desa dan Candi Laras Utara meliputi 13 desa. Berdasarkan klasifikasinya, sebanyak 52 desa tercatat sebagai desa dengan klasifikasi swadaya, 56 desa dengan klasifikasi Swakarsa dan 23 desa dengan klasifikasi Swasembada. Selama 2009, semua Kecamatan di Kabupaten Tapin menerima bantuan untuk pembangunan desa sebesar Rp ,00. Bantuan ini bersumber dari Pemerintah Kabupaten Tapin sebesar Rp ,00 dan dari dana Swadaya atau dari Kecamatan. 24

28 Sebagai Lembaga yang mewakili rakyat Kabupaten Tapin 2009, beberapa kegiatan yang dilakukan DPRD Kabupaten Tapin. Kegiatan ini dilalukan dalam rangka penyampaian aspirasi masyarakat, peningkatan kinerja anggota DPRD dan penyamaan visi dan misi dengan instansi pemerintah. Pada periode April Desember tahun 2009, adapun kegiatan yang dilalukan oleh DPRD Kabupaten Tapin terdiri dari rapat dengan komisi 9 kali, dengan panitia anggaran 11 kali, dan 47 kali dengan yang lain. Banyaknya sidang yang dilalukan oleh DPRD Kabupaten Tapin sebanyak 35 kali yang terdiri dari Sidang Paripurna 34 kali dan Sidang Komisi/Gabungan 1 kali. Selain itu, DPRD Kabupaten Tapin juga melakukan kunjungan kerja di dalam daerah 18 kali, kunjungan keluar daerah sebanyak 6 kali dan kunjungan kerja luar provinsi sebanyak 6 kali. DPRD Kabupaten Tapin juga melaksanakan dengar pendapat dengan instansi pemerintah sebanyak 11 kali pada periode ini. Dari sekian banyak kegiatan tersebut, DPRD Kabupaten Tapin pada tahun ini menghasilkan 24 surat Keputusan DPRD, dan 24 Peraturan daerah. Berdasarkan dan statisik BPS Kabupaten Tapin, jumlah rumah tangga pada tahun 2010 mencapai rumah tangga, dengan populasi 25

29 penduduknya orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jika dilihat dari sebaran penduduk Kabupaten Tapin, dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tapin banyak berada di Kecamatan Binuang yaitu sekitar 15,24 persen. Kemudian disusul dengan jumlah penduduk mencapai 13,21 persen dan Kecamatan Tapin Tengah sebesar 10,96 persen. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Piani yaitu sebesar 3,27 persen. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tapin Utara yaitu 286 orang per km². kemudian diikuti oleh Kecamatan Binuang dengan tingkat kepadatan 108 orang per km². Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Candi Laras Utara yaitu sebesar 22 per orang km². Oleh karena area Candi Laras Utara terlalu besar, maka kepadatan penduduk didaerah itu menjadi rendah. Jika dilihat berdasarkan kelompok umurnya, diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tapin merupakan penduduk muda, artinya penduduk Kabupaten Tapin sebagian besar terdiri dari penduduk dengan usia muda. Ini berate untuk tahun depan, Pemerintah Kabupaten Tapin masih harus memperhatikan tersedianya fasilitas kesehatan dan pendidikan yng cukup untuk penduduk usia mudanya. 26

30 Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran Miliar Banjir Puting Beliung Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 27

31 2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu Kabupaten dari tiga belas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak 135 km kearah utara ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Hulu Sungai Selatan berbatasan dengan : a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapin c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Kota Baru d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin Secara astronomis Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak diantara : sampai dengan Lintang Selatan dan sampai dengan Bujur Timur. Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah Kandangan. Kabupaten ini terbagi menjadi 11 (sebelas) Kecamatan yaitu Padang Batung, Loksado, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, Kalumpang, Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat. Kandangan sebagai ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak : Lintang Selatan dan Bujur Timur serta dilewati oleh sungai Amandit anak Sungai Barito. 28

32 Luas wilayah Hulu Sungai Selatan 1.804,94 km² atau hektar. Kecamatan Loksado merupakan Kecamatan terluas yaitu memiliki 338,89 km² atau 18,78 persen dari wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sementara Kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Telaga Langsat yang memiliki luas 58,08 km² atau 3,22 persen dari wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Morfologi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagian besar berada di kelas ketinggian 0-7 meter dan di kemiringan 0-2 persen. Menurut kelas ketinggian dari permukaan laut 58,3 persen wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan berada pada ketinggian 0-7 meter dan hanya 0,9 persen berada pada ketinggian di atas 1000 meter. Daerah tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan pegunungan Meratus. Iklim sepanjang tahun 2011 kelembaban udara berkisar antara 53 persen sampai dengan 100 persen. Rata-rata kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Nopember sebesar 76,5 persen sedang yang tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 87,65 persen Suhu udara yang tercatat sepanjang tahun 2011 berkisar antara 18 derajat celcius sampai dengan 36,1 derajat celcius. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 22 mm dan hanya terjadi dalam 1 hari. Curah hujan tertinggi terjadi sepanjang bulan Desember dimana selama 30 hari Kabupaten Hulu Sungai Selatan diguyur hujan sebanyak 416,1 mm. 29

33 Secara geologis Kabupaten Hulu Sungai Selatan mempunyai pegunungan yang memanjang dari arah Timur ke Selatan. Sedang dari Barat sampai ke Utara merupakan daratan rendah alluvial dan berawa-rawa dan berpengaruh sekali terhadap suhu udara. Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran ,6 Miliar Banjir Puting Beliung Juta Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 30

34 3. Kabupaten Tabalong Kabupaten Tabalong dengan Ibu kota nya Tanjung terletak paling utara dari provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas : sebelah utara dan timur dengan provinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dn Kabupaten Balangan, kemudian sebelah barat dengan provinsi Kalimantan Tengah. Dengan posisi geografis berada pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tabalong yang meliputi 12 Kecamatan adalah km² atau sebesar 10,61% dari luar provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Muara Uya dengan 924,16 km², kemudian Kecamatan Jaro dengan 819,00 km². Sedangkan daerah terkecil adalah Kecamatan Muara Harus dengan 62,90 km². Bentuk morfologi wilayah dapat di bagi menjadi 4 bentuk, yaitu: Daratan Alluvial, Dataran, Bukit dan Pegunungan. Jika dilihat dari persentasenya ternyata wilayah ini didominasi oleh dataran sebesar 41,34 persen dan Pegunungan sebesar 29,79 persen. Wilayah Kabupaten Tabalong banyak di aliri oleh sungai antara lain Sungai Tabalong, Sungai Anyar, Sungai Jaing, Sungai Kenarum, Sungai Ayou, Sungai Mangkupum, Sungai Tamunti, Sungai Walangkir, Sungai Gendawang, Sungai Awang, Sungai Masingai, Sungai Lumbang, Sungai Juran, Sungai Hunangin, Sungai Umbu, Sungai Karawili, dan lain-lain. 31

35 Kelembaban udara maksimum di antara ini berkisar antara persen dan kelembaban minimum antara persen, sedangkan kelembaban rata-rata tiap bulan adalah persen. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur maksimum di Kabupaten Tabalong pada tahun 2009 berkisar antara 26 C sampai 31 C, temperatur minimum berkisar antara 18 C - 28 C dan rata rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 20 C - 25 C. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu 130 mm sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Desember yaitu 0,2 mm. Jumlah seluruh curah hujan selama tahun 2011 adalah 2.603,2 mm dan jumlah hujan adalah 123 hari. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertuip dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim 32

36 tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia dan keadaan angin saat itu bisa juga kencang. Kecepatan angin di Kabupaten Tabalong tiap bulannya berkisar antara 0-5,4 knot. Dan rata-rata penyinaran matahari yang dipantau pada pukul terlihat intensitas cukup bervariasi tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu 62,5 persen dan intensitas terendah terjadi pada bulan Maret yaitu 17 persen. Wilayah administrasi Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung terdiri 12 Kecamatan yang terbagi atas 3 wilayah pengembangan pembangunan ( WPP ), bagian Utara meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian Tengah meliputi Kecamatan Tanta, Tanjung dan Murung Pudak serta bagian Selatan meliputi Kecamatan Banua Lawas Pugaan, Kelua dan Muara Harus. Banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Tabalong ini sebanyak 122 desa dan 9 kelurahan, dimana Kecamatan Tanjung dan Banua Lawas mempunyai desa terbanyak yaitu 15 desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Upau dengan 6 desa. Seluruh desa/kelurahan ini sudah sampai pada tingkat Swa Sembada. Jarak terjauh menuju ibukota pemerintahan Kabupaten dari Kecamatan adalah Kecamatan Jaro 60 km. dan yang terdekat adalah Kecamatan Tanjung yaitu 2 Km. 33

37 Penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2009 berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dan jumlah rumah tangga adalah rumah tangga. Penduduk terbanyak adalah pada Kecamatan Murung Pudak sebanyak jiwa, disusul Kecamatan Tanjung jiwa. Dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Muara Harus jiwa. Kepadatan penduduk per km² di Kabupaten Tabalong adalah 52 jiwa, dimana Kecamatan Murung Pudak adalah yang terpadat dengan 330 jiwa per km² disusul Kecamatan Kelua 183 jiwa per km², sedangkan Kecamatan Upau yang terjarang penduduknya yaitu 7 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tabalong dari tahun 2008 ke tahun 2009 adalah 6,81 persen. Kecamatan Murung Pudak adalah Kecamatan yang mengalami laju pertumbuhan yang terbesar yaitu 22,09 persen. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan akan pengangguran. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 175 orang, SLTP 539 orang, SLTA orang, DI DIII 807 orang dan D IV atau S1 sebanyak 915 orang. 34

38 Banyaknya pegawai negeri sipil daerah se-kabupaten Tabalong adalah orang yang terdiri dari laki-laki orang dan perampuan orang. Sedangkan jumlah pegawai golongan I 166 orang, golongan II orang, golongan III orang dan golongan IV orang. Jumlah pegawai pusat (instansi vertical) kepolisian di Kabupaten Tabalong adalah orang, terbagi dalam golongan I 7 orang, golongan II 603 orang, golongan III 532 orang dan golonga IV 64 orang. Banyaknya akte yang dikeluarkan tahun 2009 menurut jenisnya adalah kartu keluarga sebanyak buah, KTP buah, akte kelahiran buah, akte perceraian 0, akte perkawinan 48 buah, akte kematian 700 buah, dan akte pengesahan/pengakuan anak 752 buah.. 35

39 Tabel 3. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tabalong Jenis Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Bencana Kebakaran orang meninggal Banjir Puting Beliung Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Kekeringan Gempa Bumi 36

40 4. Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Tanah Laut dengan Ibukota kecamatan Pelaihari dibatasi: Sebelah Barat dan Sebelah Selatan oleh Laut Jawa, Sebelah Timur oleh Kabupaten Tanah Bumbu dan Sebelah Utara oleh Kabupaten Banjar.Secara letak Geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak diantara BT BT dan LS LS. Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km2 (SK. Gubernur) atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah laut meliputi 11 Kecamatan. Daerah yang paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km2, kemudian kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km2 dan Kecamatan Kintap dengan luas 537,00 km2, sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil adalah kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00 km2. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur maksimum di daerah Tanah Laut pada tahun 2009 berkisar antara 34,6 C sampai 35,0 C, temperature minimum berkisar antara 21,2 C sampai 23,1 C dan rata-rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 26,3 C sampai 28,1 C. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya terdapat 37

41 hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang. Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 bedasarkan hasil proyeksi sebesar jiwa. Dari rasio jenis kelaminnya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Tanah Laut kelamin Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2099 sebesar 103. Besarnya rasio jenis kelamin yang lebih dari 100 dapat juga memberikan gambaran bahwa Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah penerima imigran, yang artinya bahwa kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi daerah tujuan migrasi. Dilihat dari perbandingan per kecamatan, maka yang terbanyak penduduknya adalah kecamatan Pelaihari yaitu sebanyak orang, dengan kepadatan penduduk 155 orang per km2. Kemudian Kecamatan Bati- Bati berpenduduk orang dengan kepadatan penduduk 145 orang per km2. 38

42 Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial jumlah pencari kerja di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 sebesar orang. Latar belakang pendidikan dari pencari kerja ini sebagian besar adalah lulusan SLTA yakni sekitar 53,34 persen dan disusul lulusan D3/S1/S2 sekitar 29,56 persen. Lulusan SLTP mencapai 14,41 pesen, sisanya berpendidikan di bawah SLTP. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2009 menurut catatan KPPN Pelaihari yaitu PNS pusat sebanyak orang dan PNS daerah otonom sebanyak orang. 39

43 Tabel 4. Tabel frekuensi bencana Kabupaten Tanah Laut Jenis Bencana Frekuensi KK Jiwa RT RB RS RR Keterangan Kebakaran Banjir Puting Beliung Tanah Longsor Gelombang Pasang (ROB) Sawah 55 (Ha) Kekeringan Gempa Bumi 40

44 5. Kabupaten Tanah Bumbu Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara : 2º52-3º47 Lintang Selatan dan 115º15-116º04 Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru di sebelah utara dan timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah barat. Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan 2005 lalu. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 ( Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110,42 Km2 atau hanya 2,18 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan 41

45 Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji. Morfologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebagian besar berupa PMKL dan PMK. Selain itu sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berada di kelas ketinggian meter dan di kemiringan 2 15 persen. Geologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang mempunyai ketinggian di atas 100 meter sebesar 31,01 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, sehingga terdapat beberapa daerah yang merupakan dataran tinggi. Daerah dataran tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan pegunungan Meratus. Tercatat setidaknya ada 18 puncak pegunungan yang berada di wilayah ini. Gunung Mariringin, Mengili, Baturaya dan Gunung Gara Kunyit merupakan puncak pegunungan yang puncaknya mencapai 600 meter lebih di atas permukaaan air laut (dpl). Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan yaitu seluas Ha atau 63,05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Hanya 19,56 persen atau Ha saja yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu menempati Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka. Tahun 2009 Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, dengan 133 desa dan 1 (satu) kelurahan, dengan ibukota 42

46 kabupaten di Kecamatan Batulicin. Dari 133 desa tersebut, 17 (tujuh belas) di antaranya adalah desa persiapan yang merupakan hasil pemekaran desa. Desa desa persiapan tersebut adalah Emil Baru di kecamatan Mantewe, Batu Bulan dan Tamunih di Kecamatan Kusan Hulu, dan Batu Ampar di Kecamatan Simpang Empat yang mekar pada tahun Sedangkan selama tahun 2007 adalah desa Gunung Besar, Sumber Wangi, Madu Retno, Makmur, Mantawakan Mulia, Makmur Mulia, Pulau Panjang, Al Kautsar, Baroqah dan Mekar Jaya. Tahun 2008 adalah desa Sejahtera, Bersujud dan Gunung Antasari di Kecamatan Simpang Empat. Kecamatan Kusan Hilir yang memiliki 34 desa dan 1 (satu) kelurahan merupakan kecamatan yang memiliki desa paling banyak, sebaliknya Kecamatan Batulicin hanya memiliki 3 (lima) desa dan 2 (dua) kelurahan. Untuk menjalankan roda pemerintahan, dibentuklah Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) yang telah beberapa kali mengalami perubahan. Sampai tahun 2009, Struktur Organisasi Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, terdiri dari 1 (satu) Sekretaris Daerah, 1 (satu) Sekretariat DPRD, 14 Dinas, dan 6 Badan, 2 (dua Kantor) ditambah dengan Kantor Kecamatan dan Kelurahan. Lembaga teknis lain yang mempunyai tugas khusus dan langsung bertanggung jawab kepada Bupati adalah RSUD Amanah Husada dan PDAM Tanah Bumbu. Ke dua lembaga ini dipimpin oleh seorang Direktur. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tanah Bumbu mencatat jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota Propinsi KALIMANTAN SELATAN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 13 : 151 : Rp. 140.050 : Rp. 14.281 : Rp. 154.330 235 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : TANAH LAUT 63.01 TANAH LAUT 1.363 161.086 338.449 1 63.01.01 TAKISUNG 1.191 16.142 33.333 2 63.01.02 JORONG 18.505 16.061 34.566 3 63.01.03 PELAIHARI 3.482 34.358 1.840 4 63.01.04 KURAU.036

Lebih terperinci

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8. KOTA BANJARMASIN

Lebih terperinci

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 199 Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/ha) Kalimantan Selatan 1. Aluh-Aluh 250 100*

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di Jakarta dan Bogor untuk organisasi-organisasi tingkat nasional, di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing untuk tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN Sesuai amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci