BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan : Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan. Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang pelaksanaan pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang menyebutkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan haji dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun 1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan setiap warga negara yang akan menunaikan ibadah haji, harus memenuhi persyaratan yaitu sehat jasmani dan rohani. Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat kesehatan yang ditentukan dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau penyakit menular menurut undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya. 14 Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992

2 bahwa pengamanan kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan kegiatan sebagai berikut : 4 a. Pemeriksaan kesehatan Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan di Embarkasi adalah sebagai berikut : a.1.pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ). a.2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari : a.2.1.pemeriksaan Fisik a.2.1.pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi CJH Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur). b. Pembinaan kesehatan Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta pelayanan kesehatan. 3,4 c. Pelayanan medis

3 Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap jemaah haji. Pelayanan kesehatan di Embarkasi / Debarkasi Poliklinik meliputi : c.1. PoloklinikEmbarkasi dan Debarkasi bagi jemaah haji sakit atau konsultasi kesehatan pada saat tiba di Embarkasi/Debarkasi. c.2. Rujukan dan Perawatan di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan Embarkasi/Debarkasi.1 d. Pengamatan penyakit Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara sistimatis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi 3,14,17 d.1. Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi. Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 bahwa penderita hipertensi dengan umur < 40 tahun berjumlah 27 orang, tahun berjumlah 146 orang, tahun berjumlah 371 orang dan 60 tahun berjumlah 415 orang.

4 d.2. Surveilans Epidemiologi Kunjungan Poliklinik Embarkasi. Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 diperoleh kunjungan Poliklinik dengan berbagai jenis penyakit antara lain Hipertensi, Dispepsia, Rheumathoid Atritis dan Diabetes Melitus. Penderita hipertensi dengan umur umur < 40 tahun berjumlah 12 orang, tahun berjumlah 105 orang, tahun berjumlah 197 orang dan 60 tahun berjumlah 264 orang. d.3.data jemaah haji dirujuk dan jemaah haji wafat di Embarkasi Polonia Medan Tahun e. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan Merupakan kegiatan pemeriksaan sanitasi makanan, penyehatan lingkungan asrama agar jemaah haji dan petugas bebes dari ancaman terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya. Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat massal di asrama embarkasi dan dalam perjalanan (Pesawat). Sedangkan prioritas penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit, penyediaan kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi. Penyehatan lingkungan di asrama untuk memberantas serangga/pengendalian vektor dilakukan pengasapan (fogging). Penyehatan lingkungan di pesawat juga dilakukan dengan pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat, pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga.3,14 Unsur tim pengamanan kesehatan haji tingkat propinsi antara lain Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

5 Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan dan RS Haji Mina Medan. Dalam melaksanakan tugasnya KKP bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan RI Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan kematian, dilaksanakan dalam dua tahap meliputi pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas dan pemeriksaan kedua di Tingkat Kabupaten/Kota. 3,5, Pemeriksaaan Kesehatan Tahap Pertama Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah penilaian status kesehatan tahap pertama seluruh jemaah haji sebagai persyaratan mengikuti perjalanan ibadah haji. Dilaksanakan oleh Tim Pemeriksaan Kesehatan Pertama di Puskesmas yang ditunjuk yang terdiri dari dokter yang diberi kewenangan sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu perawat dan analis laboratorium kesehatan. Puskesmas dan Tim Pemeriksa kesehatan Pertama ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap pertama bagi calon jemaah haji bertempat di Puskesmas : a. Pendaftaran Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) di Puskesmas yang ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya. b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) sesuai protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :

6 b.1. Anamnesis b.2. Pemeriksaan Fisik b.3. Tes Fungsional Untuk CJH lansia (Usia 60 tahun ), dilakukan Tes Fungsional Barthel Indeks dimana untuk menilai kesanggupan melakukan aktifitas sehari-hari.hasil penilaian berupa ukuran kesanggupan: mandiri, perlu pendamping/pengawas, perlu bantuan/ketergantungan.adapun yang dinilai adalah fungsi perawatan diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan aktifitas sehari hari dan fungsi perilaku. b.4. Pemeriksaan Penunjang Untuk CJH berusia 40 tahun dilakukan pemeriksaan Radiologi, Darah Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH yang bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran. b.4.1.laboratorium Klinik b.4.2. Radiologi b.4.3. EKG b.4.4.tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard Tes Kebugaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kebugaran. Harvard Test Step adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan

7 fisik seorang CJH untuk melakukan thawaf dan sa i sebagai ritual/rukun ibadah haji. Kontraindikasi Harvard Test Step adalah penderita penyakit jantung dan paru. c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di Puskesmas. d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT. e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan Kedua. f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut. g. Untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan. h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan calon jemaah haji ke Dinas Kabupaten/Kota Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua di rumah sakit yang ditunjuk.penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

8 Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap kedua bagi calon jemaah haji di RS Tipe C : a. Pendaftaran ulang Pemeriksaan Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji sesuai protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut : b.1. Anamnesis b.2. Pemeriksaan Fisik b.3. Tes Fungsional b.4. Pemeriksaan Penunjang b.4.1.laboratorium Klinik b.4.2. Radiologi b.4.3. EKG b.4.4. Imunisasi Meningitis Meningokokus b.4.5.tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard c. Hasil pemeriksaan Dokter Pemeriksa dan saran pembinaan dari Dokter Ahli/Spesialis ditulis pada Catatan Medis yang dipakai sejak pemeriksaan kesehatan tahap pertama. d. Hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian BKJH dan penetapan kelayakan. e. BKJH disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diserahkan kepada masing masing jemaah haji saat keberangkatan ke Embarkasi.

9 f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan untuk keperluan kelayakan pemberangkatan. g. Untuk kepentingan pembinaan,pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan oleh Dokter Ahli/Spesialis yang ditunjuk. h. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan bagi calon jemaah haji Penetapan Kelayakan Penetapan Kelayakan adalah upaya penentuan kelayakan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua melalui pertemuan yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama, Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji dimulai. Standar kelayakan kesehatan adalah rumusan kriteria jemaah haji untuk memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji secara mandiri tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Penetapan memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat kesehatan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut : a. StatusKesehatan dikategorikan menjadi 4 yaitu : 1.Mandiri adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa kepada tergantung bantuan alat/obat dan orang lain.

10 2.Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat. 3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain. 4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan kedua. b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan. b.1.peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk antar negara. b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian. b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu. c.imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW 135 Y, dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate of Vaccination). d.calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila : 1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda. 2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di Embarkasi. 3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan. 5, Pembinaan Kesehatan

11 Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji disamping dilakukan di Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi penyuluhan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan.pelaksanaannya dapat secara mandiri atau berkelompok dan berkesinambungan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia lanjut,jemaah risiko tinggi. Pembinaan kesehatan dimulai sejak di daerah asal, diperjalanan, diasrama embarkasi/debarkasi haji, selama di Arab saudi dan setelah kembali ke Indonesia. Pembinaan kesehatan dilakukan dalam aspek 4,5 a. Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri Jemaah haji mampu mencari pelayanan kesehatan baik di kloter, sector, daker maupun Rumah Sakit di Arab Saudi. Dismping itu jemaah haji diperkenalkan dengan masalah penyakit, masalah kesehatan reproduksi dan vaksinasi. b. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan dengan situasi dan kondisi alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya, pondokan, sarana dan prasarana, sosial dan budaya. c. Latihan Kebugaran Cara cara untuk mencapai kebugaran dengan melakukan praktek kebugaran jasmani/latihan kesegaran jasmani. Bagi jemaah haji risiko tinggi atau yang sakit hendaknya berkonsultasi ke dokter sebelum melakukan latihan. d. Pengaturan Gizi

12 Bagaimana pengaturan makanan/diet bagi jemaah haji selama melakukan ritual haji. Pengaturan menu dan porsi makanan juga dapat menjaga agar berat badan tetap ideal dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal. e. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Menjelaskan bagaimana tata cara berperilaku hidup bersih dan sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan agama Jemaah Haji Risiko Tinggi (Risti) Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama menjalankan ibadah haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk seorang jemaah haji, dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti yang dimiliki oleh jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan calon jemaah haji tersebut. Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan kedalam yang sehat atau risiko tinggi (risti).apabila calon jemaah haji tergolong dalam risti,maka di Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) yang bersangkutan diberi stempel RISTI untuk memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah, baik TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesehatan Haji Daerah) yang menyertai jemaah atau petugas kesehatan di BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi. 3,7,19

13 Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji eksternal. Faktor risiko jemaah haji dibagi 2 yaitu faktor risiko internal dan faktor risiko a. Faktor Risiko Internal 1. Gangguan kesehatan/penyakit : hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll 2. Perilaku : kebiasaan merokok, pola makan, gaya hidup. b. Faktor Risiko Eksternal Prosesi haji syarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota Mekkah meliputi: Tawaaf (mengelilingi ka bah sebanyak tujuh kali, dengan arah berlawanan jarum jam, dimana ka bah berada di sisi kiri badan). 1. Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan). 2. Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf). 3. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin.

14 4. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh Jenis Risiko Tinggi Risti dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu risti sehat dan risti sakit. 19 a. Risti Sehat Risti sehat adalah kelompok jemaah calon haji yang secara fisiknya sudah disertai keadaan tertentu yang memudahkan untuk timbulnya penyakit atau mengalami penyakit tertentu. Kondisi fisik tersebut yaitu : a.1. lanjut usia 60 tahun Proses penuaan pada lanjut usia sering disertai adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh. Dampak proses penuaan akan ditemukan banyaknya lanjut usia yang mengalami gangguan kesehatan. Olah raga sangat penting dilakukan oleh jemaah haji lanjut usia untuk dapat mempertahankan kesehatan selama melakukan aktifitas haji. a.2. Obesitas Penyebab terbanyak obesitas adalah ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran energi. Patofisiologi obesitas bervariasi yaitu genetik, psikologik, aktifitas fisik, pola makan, pola hidup, usaha penurunan badan yang tidak teratur, sehingga

15 menimbulkan perubahan metabolisme. Penatalaksanaan obesitas bagi jemaah haji sebaiknya kombinasi dari kalori, olah raga dan modifikasi gaya hidup. a.3. Kecacatan Fisik Bagi calon jemaah dengan cacat fisik diupayakan agar melakukan kegiatan ibadah haji sesuai kemampuan. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid.termasuk melontar jumarat di Mina sebaiknya jemaah yang sakit diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan. b. Risti Sakit Risti sakit adalah jemaah haji yang menderita penyakit kronis, seperti : b.1. Penyakit Neuro-Psikiatri seperti paska stroke b.2. Penyakit Kardiovaskuler seperti Hipertensi b.3. Penyakit Endokrin seperti Diabetes Melitus b.4. Penyakit Saluran Pernafasan seperti Asma b.5. Penyakit lain lain seperti Rhemathoid Athritis, Dyspepsia, Gagal ginjal. Penyakit sistem kardiovaskuler dibagi atas Aterosklerosis, Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner. Aterosklerosis adalah keadaan pengerasan dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan lubangnya. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyempitan pembuluh darah arteri koronaria yang memberi pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap terjadinya PJK dan proses aterosklerosis. Hipertensi disebut juga

16 sebagai Silent Killer karena tidak ditemukan tanda tanda fisik, individu dengan tekanan darah >160/95 mmhg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di dunia sekitar 5-18 %, sedangkan di Indonesia 6-15 %. Sekitar 25-37% jemaah haji asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian pada jemaah haji. 11, Defenisi Hipertensi Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor yaitu curahan jantung dan tahanan resistensi pembuluh darah perifer. 21 Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik tekanan darah sistolik maupun kedua - duanya secara terus menerus Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD Berdasarkan Joint National Committee on Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) tahun 1997 dan WHO pada tahun 1999, mempunyai kriteria gradasi yang sama, hanya berbeda dalam istilah tahapan dan derajatnya. 21,22 JNC VI tahun 1997 menggolongkan hipertensi dalam beberapa kriteria,yaitu :

17 a. Optimal yaitu tekanan darah sistolik < 120 mmhg dan tekanan darah diastolik < 80 mmhg. b. Normal yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmhg dan tekanan darah diastolik < 85 mmhg. c. Normal tinggi yaitu tekanan darah sistolik mmhg dan tekanan darah diastolik mmhg. d. Hipertensi Ringan atau Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik mmhg dan tekanan darah diastolik mmhg. e. Hipertensi Sedang atau Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik mmhg dan tekanan darah diastolik mmhg. f. Hipertensi Berat atau Derajat 3 yaitu tekanan darah sistolik 18 0 mmhg dan tekanan darah diastolik 110 mmhg. Berdasarkan tingginya tekanan sistolik, The Seven Of The Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, membagi hipertensi sebagai berikut : a. Normal bila tekanan darah sistolik mmhg dan diastolik mmhg, b. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik mmhg dan diastolik mmhg, c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik mmhg dan diastolik mmhg d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik 160 mmhg dan diastolik 100 mmhg.

18 Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi, sebagai contoh TDS 170 mmhg sedangkan TDD 90 mmhg maka derajat hipertensi ditentukan dari tekanan sistolik (TDS) karena merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung berkontraksi memompakan darah Hipertensi Berdasarkan Etiologi 11,21,22,24 Menurut penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan, yaitu : a. Hipertensi Esensial (Primer) Hipertensi Esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensinya mencapai 90 % dari seluruh penderita hipertensi. b. Hipertensi Non Esensial (Sekunder) Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh kelainanan organ tubuh lain yang telah terbukti kaitannya dengan timbulnya hipetensi seperti gangguan ginjal dan penyakit pembuluh darah yang memerlukan pemeriksaan khusus agar dapat ditentukan diagnosis penyebabnya. Prevalensinya 10 % dari seluruh penderita hipertensi Gejala Klinis Kebanyakan pada penderita tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan darah mereka tinggi. Adapun keluhan/gejala yang dirasakan adalah sakit kepala,

19 mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunangkunang,susah tidur dan pusing Determinan Hipertensi Faktor Yang Tidak Dapat Diubah a.genetik Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal. 24 b.umur dan Jenis Kelamin Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty (2005) karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda Medan tahun , bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur 40 tahun 98,7 % (231 Orang). 11,25 Menurut penelitian Mukhtar D (2007) menemukan bahwa prevalensi penderita hipertensi pada perempuan usia tahun sebesar 63% dan > 80 tahun sebesar 74% dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan hipertensi adalah 62,5%. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan bahwa 90% usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15%. 26 c.ras atau Suku Bangsa

20 Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi sering terjadi pada orang kulit hitam daripada kulit putih yang tinggal dilingkungan yang sama. Di Amerika Serikat 15% golongan kulit putih dewasa dan % kulit hitam adalah penderita hipertensi. Prevalensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15%, walaupun dilaporkan adanya prevalensi yang rendah yaitu Ungaran 1,8% dan Lembah Balim 0,6%, serta ada yang tinggi di Silungkang 19,4% dan Talang 17,8%. 22, Faktor risiko Hipertensi yang dapat dihindarkan atau diubah a.kegemukan (obesitas) Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadi hipertesi. Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat badan >10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain. 21,24 Prevalensi hipertensi pada orang yang mempunyai IMT diatas 30 kg/m 2 ialah 38% pada laki-laki dan 32% pada perempuan, sedangkan pada orang dengan IMT < 25 kg/m 2, prevalensinya masing-masing 18% dan 17%. Berdasarkan penelitianpenelitian terkontrol, diperkirakan penurunan berat badan 9,2 kg dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing 6,3 dan 3,1 mmhg. b. Konsumsi Garam Yang Tinggi Asupan garam yang tinggi menyebabkan retensi cairan oleh tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume plasma, isi sekuncup (stoke volume), curah jantung dan tekanan darah.

21 Hubungan prevalensi hipertensi dengan asupan garam diteliti pada studi Intersalt yang melibatkan 52 pusat penelitian di seluruh dunia dengan subjek lebih dari orang. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dengan asupan natrium. Perbedaan dalam asupan natrium sebesar 100 meq (6000 mg NaCl) per hari berhubungan dengan tekanan sistolik 3-6 mmhg, dan pengurangan asupan natrium 100 meq per hari dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg pada subjek usia tahun. 27 c. Kebiasaan Merokok Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkann kadar kolesterol baik (HDL). Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi. 20,27 Menurut penelitian Martini (2006) ditemukan bahwa faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk (2004) adapun karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian

22 hipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani. 28 d. Konsumsi Kopi Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah.pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum kopi. e. Konsumsi Alkohol Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi. 21 Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi alkohol sekitar 5-7%. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3 mmhg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmhg. 27 f. Stress Psikososial Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.pada saat stres respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi. 22 g. Kurang Olah Raga

23 Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah. Olah raga juga dapat mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit) Upaya Pencegahan Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji harus melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan kesehatan, persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara Saudi Arabia, persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan optimal Pencegahan primer Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor risiko.dapat dilakukan dengan cara : a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak usah tergesa-gesa dan berdesakkan. c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan. d. Istirahat yang cukup. e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.

24 f. Tidak merokok. g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari orang lain (batuk,pilek,demam) yang semua itu dapat meningkatkan denyut jantung menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sesak nafas Pencegahan Sekunder Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini suatu penyakit pada awal masa sakit berupa screening (penyaringan), hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara teratur sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima. Jemaah haji hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter kloter masingmasing (konsultasi) dan bawalah obat anti hipertensi bila bepergian dan minum secara teratur Pencegahan Tertier Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur. Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik sebelum, selama dan setelah melaksanakan ibadah haji.4,10,19

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH 1. Calon Jamaah Haji (CJH) tiba di halaman depan Poliklinik Bidang Kesehatan PPIH. 2. CJH menyerahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk khusus

Lebih terperinci

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter DESKRIPSI SINGKAT

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter DESKRIPSI SINGKAT DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP) PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP) DR.dr.H.RACHMAT LATIEF, SPpD-KPTI.,M.Kes., FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang

Lebih terperinci

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan merupakan kegiatan pengamatan/surveilans yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba No.550, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan. Jemaah Haji. Istithaah. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Transisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keberhasilannya dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang kependudukan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI A. PENDAHULUAN Amanat UU nomor 13 tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1. Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci