ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. Heru Guntoro * ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. Heru Guntoro * ABSTRAK"

Transkripsi

1 ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR Heru Guntoro * ABSTRAK Perjanjian sewa beli merupakan suatu perjanjian dimana pihak pertama mengikatkan diri dengan pihak kedua untuk menyerahkan benda selama waktu tertentu dan setelah uang sewa berakhir dibayar pihak kedua menjadi pemilik benda tersebut.setelah membayar uang muka, dan menandatangani perjanjian kredit, pembeli sudah dapat membawa pulang kendaraan bermotor yang diinginkan.penguasaan secara fisik kendaraan bermotor tidak serta merta merupakan berpindahnya hak milik atas kendaraan bermotor lazimnya dalam jual beli, dengan sistem sewa beli ini, pembeli hanya diberi hak untuk menguasai secara fisik benda yang menjadi obyek sewa beli.jadi penguasaan atas kendaraan bermotor tidak mengakibatkan berpindahnya hak milik atas kendaraan bermotor, sebelum angsuran terakhir dibayar lunas oleh pembeli untuk ini suratsurat kendaraan bermotor yang berupa buku pemilik kendaraan bermotormasih berada di pihak kreditur.dalam hal pihak kedua wanprestasi yaitu tidak membayar atau terlambat membayar angsuran kendaraan bermotor tersebut, pihak pertama dapat mengambil kendaraan bermotor, dan menjual lelang kepada pihak ketiga, setelah diperhitungkan, dengan harga-harga masih ada kelebihan uang, maka sisa hasil penjualan tersebut dikembalikan kepada pihak kedua, namun kalau hanya terlambat membayar ganti rugi angsuran disertai dengan denda yang besarnya telah ditentukan sebelumnya, apabila kendaraan bermotor hilang atau musnah selama masa perjanjian sewa beli maka risiko beralih kepada pihak asuransi. Kata Kunci : Perjanjian sewa beli ; Wanprestasi ; Ganti rugi ; Risiko. PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi merupakan kebutuhan yang pokok bagi masyarakat modern dewasa ini, mengingat keberadaannya dapat menunjang perkembangan perekonomian masyarakat baik di pedesaan maupun masyarakat perkotaan, baik negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia keberadaan sarana transportasi ini berkembang pesat, baik transportasi darat, laut, maupun transportasi udara, baik transportasi umum maupun transportasi perorangan. Pesatnya perkembangan sarana transportasi ini disebabkan oleh semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat untuk melakukan aktifitasaktifitas guna memenuhi kebutuhannya. Pada masa silam ketika kebutuhan hidup masyarakat masih sederhana, mobilitas masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas pun juga rendah, dan pada masa itu sarana mobilitas pun cukup dilakukan dengan sarana transportasi tradisional, seperti delman, kuda, becak, gerobak dan bahkan tidak jarang dilakukan dengan berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat tujuan 1

2 tertentu. Namun sarana transportasi tradisional tersebut sudah tidak lagi memadai untuk menunjang kebutuhan masyarakat, terutama untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang dituju, yang pada saat tertentu memerlukan waktu yang sangat cepat, misalnya ke tempat kerja dan lain sebagainya. Untuk memenuhi sarana transportasi yang serba cepat tersebut, maka berkembanglah sarana transportasi modern yang digerakkan dengan mesin, yang kemudian disebut dengan kendaraan bermotor. Kehadiran kendaraan bermotor ini selain dapat mempercepat perpindahan orang dengan barang, juga lebih efektif dan efisien, karena dapat membawa orang dan barang lebih banyak. Hanya saja kehadiran kendaraan bermotor ini tidak dapat dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang membutuhkan, mengingat harga jualnya relative tinggi, terutama jika dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat yang membutuhkan relative rendah, terutama sejak adanya krisis ekonomi. Kesenjangan antara kebutuhan akan kendaraan bermotor dengan kemampuan daya beli ini, kemudian membuka peluang bisnis di bidang jual beli ini, khususnya bagi pemodal besar baik pemodal domestik maupun dengan cara patungan dengan pihak asing. Peluang bisnis tersebut akhirakhir ini tumbuh dan berkembang dengan pesat seiring semakin meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi bagi masyarakat yang menunjang mobilitas yang semakin tinggi. Peluang bisnis kemudian dimanfaatkan oleh para pemodal tersebut untuk mendirikan lembaga pembiayaan, yang lazim disebut dengan finance.lembaga ini berdiri di kota-kota besar, dan telah berkembang sampai ke pelosok tanah air, guna menjangkau konsumen. Hadirnya lembaga ini kemudian juga melahirkan lembaga jual beli baru di bidang jual beli kendaraan bermotor, misalnya jual beli dengan angsuran dan lembaga sewa beli kendaraan bermotor, yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat. Lembaga jual beli kendaraan bermotor dengan sewa bali ini oleh sementara masyarakat dianggap sangat membantu, mengingat lembaga ini dapat meringankan beban ekonomi, sebab dengan membeli yang pembayarannya dapat diangsur ini, keinginan untuk memperoleh kendaraan bermotor tercapai, tetapi dana dapat diatur sesuai dengan kemampuan masing-masing orang yang akan membeli kendaraan bermotor tersebut. Pada sisi lain lahirlah praktek jual beli dengan sistem sewa beli inidapat memberikan manfaat yang besar bagi lembaga pembiayaan maupun sebagian anggota masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Di samping itu juga member manfaat pada lembaga asuransi, sebab pada umumnya jual beli dengan sistem sewa beli selalu melibatkan pihak asuransi segai lembaga penjamin terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang tidak pasti terhadap barang yang menjadi obyek jual beli, yang dalam hal ini kendaraan bermotor.tidak kalah pentingnya juga dalam perjanjian dengan sistem sewa beli ini juga memberikan keuntungan bagi lembaga perbankan atau lessor sebagai pemilik modal, yang dalam hal ini harus membayar terlebih dahulu sejumlah uang sesuai dengan 2

3 harga kendaraan bermotor pada dealer. Mengenai sewa beli ini di Indonesia diatur di dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/Kep/II/1980, pasal 1 sub a menyebutkan bahwa yang dimaksud sewa beli adalah Jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang secara diperhitungkan setiap pembayarannya yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama yang diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah harga dibayar lunas oleh pembeli.penguasaan secara fisik kendaraan bermotor tersebut, tidak serta merta merupakan berpindahnya hak milik atas kendaraan bermotor sebagai obyek jual beli. Lazimnya dalam jual beli dengan sistem sewa beli, pembeli hanya diberi hak untuk menguasai secara fisik benda yang menjadi obyek jual beli tersebut, akan tetapi penguasaan atas kendaraan bermotor tersebut tidak serta merta mengakibatkan berpindahnya hak milik atas kendaraan bermotor tersebut, sebelum angsuran terakhir dibayar lunas oleh pembeli sebab surat-surat kendaraan belum diserahkan kepada pembeli. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah beralihnya kendaraan bermotor dari pihak kreditur kepada pihak debitur? 2. Bagaimana penyelesaiannya jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor? Tujuan Penulisan 1. Guna mengetahui terjadinya peralihan hak milik atas kendaraan bermotor yang menjadi objek sewa beli 2. Guna mengetahui penyelesaian apabila pembeli tidak membayar / terlambat dalam mengangsur kendaraan bermotor. 3. Guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum Perdata. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara teorotis adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan dimana hasi penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menambah referensi dalam bidang hukum, bagi yang memerlukan khususnya yang terkait dengan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor. Sedangkan menfaat praktisnya adalah sebagai sumbangsih pemikiran untuk masyarakat, akademisi, praktisi hukum, dan bagi pihak yang akan melakukan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian hukum normatif, yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif yaitu pengkajian terhadap masalah perundang-undangan dalam suatu tata hukum yang koheren.dalam hal ini hukum sebagai kaidah positif yang berlaku pada suatu waktu yang tertentu dan terbit sebagai produk hukum dari sumber kekuasaan tertentu yang berlegitimasi. Penelitian hukum normatif ini bersumber dari bahan-bahan hukum primer, bahanbahan hukum sekunder, bahan-bahan yang berupa sumber informasi tentang 3

4 hukum, yang pada dasarnya dilakukan dengan suatu penelusuran literatur hukum, yaitu usaha menemukan norma hukum terutama yang tertulis, baik terhadap peraturan perundangundangan, perjanjian ataupun yurisprudensi. Bahan hukum primer dan sekunder dikelompokkan berdasarkan materi yang sesuai dengan pokok permasalahan kemudian diolah sampai menghasilkan bahan hukum yang siap dianalisis secara deduktif berdasarkan kajian isi berupa langkah yang dilakukan sesuai dengan azas dan sistem yang berlaku. HASIL DAN PEMBAHASAN Perspektif Normatif Perjanjian Sewa Beli Sewa beli atau beli sewa belum ada undang-undang yang mengaturnya, tetapi perjanjian ini masih diberlakukan di masyarakat, asalkan masih berpegang pada asas kebebasan berkontrak dengan tidak mengabaikan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.sewa beli yang menampakkan jati diri bukanlah sebagai perjanjian jual beli atau perjanjian sewa menyewa, walaupun mencerminkan cirri-ciri dari keduanya.perjanjian sewa beli adalah sebagai jual beli benda tertentu, penjual melaksanakan penjualan benda dengan cara memperhatikan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga benda yang telah disepakati bersama dan diktat dalam suatu perjanjian. Selanjutnya ditentukan bahwa hak milik atas benda tersebut, baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Sewa beli merupakan jenis suatu perjanjian jual beli, sebagai berikut : a. Jual beli dengan angsuran ; b. Jual beli benda; c. Menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga benda yang telah disepakati bersama; d. Diikat dalam perjanjian; dan e. Hak milik atas benda tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat bendanya diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Sewa beli merupakan suatu jenis perjanjian tersendiri, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, terutama dalam praktek kebiasaan perusahaan-perusahaan.sewa beli tidaklah dapat disebut sebagai jual beli, demikian pula tidaklah dapat dikatakan sebagai sewa menyewa.sebenarnya hakekat sewa beli dengan jual beli dengan jual beli atau sewa menyewa berbeda.pada sewa menyewa yang menjadi tujuan utamanya adalah penyerahan hak pakai, tidak ada unsure penyerahan hak milik.demikian pula pada jual beli, bahwa tujuan utamanya adalah penyerahan hak milik, yang terjadi pada saat penyerahan benda dari tangan penjual kepada pembeli (from seller to purchaser). Pada dua jenis perjanjian tersebut terlihat bahwa baik jual beli maupun sewa menyewa, tidak mempersoalkan cara pembayaran harganya. Pada sewa beli justru cara pembayaran harga yang merupakan fokusnya, sebab pada pembayaran angsuran yang terakhir, yaitu pada saat pelunasan seluruh harga terpenuhi, maka akan terjadi perubahan status hukum dari penyewa menjadi pembeli. 4

5 Dalam bentuk yang umum dari perjanjian sewa beli, penyewa memperoleh penguasaan segera atas benda-benda pada saat perjanjian dibuat.penyewa membayar uang muka dalam jumlah tertentu, yang biasanya dalam suatu presentase tertentu dari harga tunai benda.penyewa setuju membayar perimbangan harga tunai dengan harga sewa beli secara angsuran dan hanya ketika semua pembayaran demikianlah telah dibuat, benar-benar kepemilikan benda beralih pada konsumen. Undang-undang Kredit Konsumen 1974 menentukan bahwa dalam perjanjian sewa beli : a. Benda yang disewa atau dipinjamkan dengan pembayaran secara periodic oleh sesorang untuk siapa benda dipinjam atau disewa; b. Kepemilikan benda-benda akan beralih pada orang tersebut, jika syarat-syarat dalam perjanjain dipatuhi dan ada satu atau lebih dari kejadian-kejadian berikut ini : 1. Pelaksanaan hak opsi untuk membeli dari orang yang bersangkutan; 2. Perlakuan dari setiap undang-undang khusus lain atas pihak mana saja dalam perjanjian; 3. Terjadinya peristiwa khusus lain apa saja. Dalam hal ini yang penting untuk dicatat bahwa perjanjian sewa beli merupakan perjanjian kredit konsumen, baik terhadap perseorangan atau kelompok (individual or partnership) dengan memberikan hak opsi untuk membeli benda. Dengan demikian terjadinya peralihan hak milik atas benda (the possession of good) tergantung pada penggunaan hak opsi konsumen dan ketentuan-ketentuan lain yang diisyaratkan dalam perjanjian.nampaknya, pemerintah Republik Indonesia tidak tinggal diam dalam mengantisipasi kompleknya perjanjian sewa beli di masyarakat, yaitu dengan dibuatnya suatu konsep rancangan peraturan tentang sewa beli, dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Makna perjanjian sewa beli, apabila sudah terumus dalam suatu undang-undang, maka unsurunsurnya harus terurai dengan jelas dalam klusula-klusula perjanjian baku. Sebaliknya, jika undangundang tersebut belum terwujud, maka unsur-unsur sewa beli yang sudah menjadi kebiasaan dalam perdagangan kendaraan bermotor, yang didukung oleh ketentuanketentuan tentang sewa belu yang ada selama ini, hendaknya terurai dengan jelas pada lembaranlembaran akta perjanjian tersebut, yang boleh jadi akan menjadi hukum kebiasaan, yaitu hukum kebiasaan tentang perjanjian sewa beli. Perjanjian Sewa Beli Merupakan Bentuk Perjanjian Standard Contract. Proses penandatanganan perjanjian kredit sewa beli sebenarnya merupakan bentuk standart contract, debitur harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh dealer kendaran bermotor terlebih dahulu. Syarat-syarat pada umumnya antara lain adalah surat Keterangan Tanda Penduduk Suami Istri (KTP), Keterangan Susunan Keluarga (KSK), Kwitansi Pembayaran Listrik atau Air Minum, slip gaji, rekening 5

6 Koran, maupun surat-surat lain yang dianggap penting. Setelah semua persyaratan terpenuhi, permohonan itu diproses oleh dealer atau lembaga keuangan yang bekerja sama dengan dealer tersebut. Meliputi pengujian tentang layak tidaknya debitur menerima kredit sewa beli dan hal ini ditindaklanjuti dengan surve rumah debitur, apabila menurut penilaian tersebut debitur dinyatakan layak untuk menerima kredit sewa beli, barulah perjanjian sewa beli yang berisi syarat-syarat yang diajukan untuk ditandatangani. Mengingat perjanjian kredit sewa beli ini mempunyai bentuk standart contract, pada dasarnya debitur sama sekali tidak diberi kesempatan menegosiasikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam perjanjian tersebut. Dengan arti kata debitur yang hanya diberi kesempatan untuk menerima atau menolak perjanjian yang disodorkan oleh dealer atau lembaga keuangan.hubungan antara dealer lembaga keuangan dan debitur diatur dalam hukum perjanjian membawa konsekwensi, para pihak, dalam hal ini dealer atau lembaga keuangan sebagai suatu badan usaha dan pihak debitur mempunyai hak dan kewajiban. Guna mengetahui hak dan kewajiban apa yang dimiliki oleh para pihak, maka akan diuraikan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dealer atau lembaga keungan mempunyai kewajiban untuk : 1. Menjamin kerahasiaan identitas debitur; 2. Menyerahkan kendaraan bermotor kepada debitur sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati; 3. Membayar uang asuransi kehilangan atau kerusakan sesuai dengan perjanjian; 4. Mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga; 5. Memberikan laporan kepada debitur terhadap perkembangan angsuran di dealer atau lembaga keuangan; 6. Mengembalikan atau menyerahkan BPKB dalam hal kredit telah lunas. Sebaliknya bank berhak untuk : 1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah; 2. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersama; 3. Melelang kendaraan bermotor dalam hal debitur tidak mampu melunasi kredit sewa beli yang diberikan kepadanya sesuai dengan akad kredit yang telah ditandatangani kedua belah pihak; Kewajiban nasabah : 1. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank, sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan oleh calon nasabah; 2. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank; 3. Menyetor dan awal yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini dana awal tersebut cukup bervariasi tergantung dari jenis layanan jasa yang diinginkan; 4. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank; 5. Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan. 6

7 Nasabah berhak untuk : 1. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melaui bank; 2. Menurut dealer atau lembaga keuangan dalam hal ini terjadi pembocoran identitas; 3. Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit sewa beli yang tidak terbayar; 4. Mendapatkan suatu perlindungan dari asuransi. Penggunaan standart contract dalam pemberian fasilitas kredit dalam masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepraktisan bagi para pihak yang bertransaksi, karena tidak mungkin bila bank harus melakukan negoisasi tentang substansi perjanjian dengan setiap orang yang akan menjadi debitur. Selain banyak menguras tenaga dan pikiran juga akan memakan waktu yang cukup lama, bahkan akan menjadi kesulitan tersendiri dalam administrasi maupun dalam pelaksanaan perjanjiannya. Oleh karena itu, dalam standart contract telah diuraikan secara jelas tentang hak maupun kewajiban dari masingmasing pihak. Menurut jenisnya, standart contract dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 1. Standart contract sepihak, yaitu perjanjian baku yang ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya didlamam perjanjian. Pihak yang kuat ini lazimnya adalah kreditur. 2. Standart contract timbal balik, adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang dibuat oleh majikan dan buruh dalam perjanjian buruh kolektif. 3. Standart contract yang ditetapkan oleh pemerintah, adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatanperbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah. 4. Standart contract yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokad, adalah perjanjian baku yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat. Berdasarkan ketentuan diatas terlihat bahwa hubungan antara dealer atau lembaga keuangan dan debitur diatur oleh hukum perjanjian.perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya, dan sesuai dengan hukum perjanjian, maka apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka perjanjian tersebut mengikat para pihak.asa ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan asas kebebasan berkontrak (The Freedom of Contract). Asas ini dapat dilihat dalam dari pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengemukakan, bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya. Sedangkan syarat sahnya suatu perjanjian dapat dilihat dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sepakat, cakap, hal tertentu dan sebab yang halal. Bentuk Akta Perjanjian Sewa Beli Sebelum menganalisis akta otentik tentang perjanjian sewa beli, 7

8 perlulah dipahami bahwa pada dasarnya tidak ada suatu peraturan yang mengharuskan perjanjian sewa beli dibuat dalam bentuk tertulis.perjanjian termasuk perjanjian sewa beli adalah bebas bentuk, sehingga dapat berbentuk lisan maupun berbentuk tulisan (akta). Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor yang berbentuk baku berupa lembaran-lembaran surat perjanjian, sehingga berbentuk akta. Suatu akta baru disebut otentik secara teoritik haruslah memenuhi unsur-unsur tertentu, yaitu akta baru dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh atau dihadapan seorang pegawai umum yang berwenang untuk itu, ditempat dimana akta itu dibuatnya. Akta otentik dapat berbentuk akta proses verbal atau akta partai. Akta partai dibuat apabila para pihak dalam hal ini kreditur dan debitur sewa beli menghadap di depannotaris, kemudian notaris menetapkan apa saja yang diterangkan oleh orang-orang yang menghadap sendiri tersebut. Pada akta proses verbal, pegawai umum (juru sita atau notaris) membuat suatu akta tentang suatu pelelangan atau penyitaan benda, diantaranya atas kendaraan bermotor. Fakta hukum atas perjanjian sewa beli kendaraan bermotor dapat berbentuk murni dibuat oleh kreditur dan debitur, namun ada pula yang perjanjian bakunya dilegalisir oleh notaris.dalam hal ini, akta dibawah.kendala hukum yang timbul, adalah tidak setiap kreditur mempunyai kesempatan atau beritikad baik dengan menyodorkan klausula-klausula perjanjian pada debitur untuk dipelajari dan dipahami, bahkan jika mungkin melakukan perbaikan, penambahan serta perubahan.kreditur nampaknya tidak selalu faham benar tentang Hukum Perjanjian terutama klausula-klausula yang dibuat/dicetak sendiri, apalagi debitur yang dalam keadaan hanya menerima saja lembaran-lembaran akta perjanjian yang sudah jadi. Debitur sebaiknya berhati-hati dalam membubuhkan tanda tangan, sebab apabila perbuatan itu dilakukannya pada lembaran-lembaran akta perjanjian sewa beli berarti menanggung kebenaran atau paling tidak mengetahui, membaca atau menyetujui apa yang dituliskan diatas tanda tangannya. Lawan pihak dari kreditur sebagai pihak pertama adalah debitur. Dalam klausula perjanjian baku sewa beli bahwa debitur dengan nama, alamat dan pekerjaan, serta nomor KTP/SIM disebut sebagai pihak kedua. Pihak kedua adalah subyek yang bertindak selaku penerima angsuran.dapat pula dinyatakan bahwa pihak debitur adalah pihak penyewa, yaitu pihak yang menerima penyerahan objek sewa beli dari penjual sewa. Disamping itu dapat terjadi pihak kedua menjalani dalam jabatannya dari dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama subyek yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa yang selanjutnya disebut sebagai penyewa. Dengan demikian apabila yang dibuat oleh para pihak adalah perjanjian sewa beli, maka akibat hukumnya harus menaati segala ketentuan-ketentuan tentang sewa beli, yaitu penyebutan atau persamaan para pihak harus pula dilakukan secara imperative.hal ini mengandung arti bahwa ketentuan tersebut bersifat memaksa.debitur dengan demikian bukanlah sebagai 8

9 peminjam atau pemakai belaka, bahkan sebagai pemilik sekalipun.untuk penyebutan perusahaan sewa beli sebagai pihak pertama,kedudukannya bukanlah sebagai pemilik yang cenderung untuk memperkuat posisi hukumnya yaitu sebagai subyek yang berhak atas kendaraan bermotor.yang benar menurut hukum kedudukannya adalah sebagai penjual sewa. Selanjutnya mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak tersebut, yaitu pihak penjual sewa dan pembeli sewa akan dituangkan dalam ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat perjanjian, yang lazimnya berupa sederetan pasal-pasal sebagai klausula-klausula perjanjian sewa belinya sendiri. Peralihan Hak Milik Dalam Perjanjian Bermotor. Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian yang tujuannya adalah untuk menyerahkan hak milik dan barang yang menjadi objek perjanjian dari satu pihak dan pihak lain untuk menyerahkan pembayaran sebagai imbalannya. Dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, pihak pembelian menjadi pemilik sah dan mutlak atas kendaraan yang menjadi objek perjanjian apabila angsuran tersebut telah dibayar lunas.pemindahan hak milik atas kendaraan tersebut ke tangan pihak pembeli seketika pada tanggal yang tersebut dalam kwitansi pembayaran terakhir (pelunasan), dan dengan penyerahan kwitansi itu tidak terjadi pula penyerahan lepas atas kendaraan yang menjadi ojek perjanjian oleh pihak penjual, kepada pihak pembeli.disamping itu pada waktu itu pula pihak penjual menyerahkan surat-surat yang berhubungan dengan bukti pemilihan kendaraan bermotor dan surat-surat lainnya yang sebelumnya dititipkan pada pihak pembeli. Saat berpindahnya hak milik atas kendaraan yang menjadi objek perjanjian dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, yaitu pada saat pihak pembeli membayar angsuran terakhir yang merupakan sisa hutangnya, pada saat itu pula pihak pembeli bebas melakukan perbuatan apa saja seperti menjual, menghibahkan, menukarkan, dijadikan jaminan hutang, dan sebagainya. Perjanjian sewa beli adalah merupakan perjanjian yang tujuannya untuk memperoleh hak milik dari barang yang menjadi objek perjanjian di satu pihak dan di pihak lain untuk memperoleh pembayaran sebagai imbalannya. Hak milik dalam perjanjian sewa beli ini dapat diperoleh setelah pihak kedua memenuhi pembayaran angsuran yang telah ditetapkan pihak pertama atau saat berpindahnya hak milik atas barang yang di beli sewakan terjadi apabila angsuran terakhir telah dibayar lunas oleh pihak kedua, maka sejak itu hak milik secara otomatis berpindah dari pihak pertama kepada pihak kedua. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa hak milik mutlak baru berpindah kepada pihak kedua apabila sudah dibayarnya seluruh angsuran harga kendaraan bermotor kepada pihak pertama dan detik itulah pihak kedua sudah menjadi pemilik yang sah, dengan demikian pihak kedua bebas memperlakukan kendaraan bermotor yang ada padanya sesuai dengan keinginannya, ia bebas menjual ataupun menghibahkan kepada orang lain 9

10 karena barang tersebut sudah sah menjadi pemiliknya. Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor ini berakhir apabila : a. Angsuran terakhir telah dibayar lunas oleh pihak pembeli. b. Pihak pembeli meninggal dunia dan ahli waris yang meneruskannya, atau ada ahli waris tetapi tidak mau meneruskan. c. Pihak pembeli jatuh pailit dan sejak saat itu kendaraan ditarik kemudian dijual. Apabila setelah dijual dan setelah diperhitungkan dan ternyata ada uang yang berlebihan, maka uang kelebihan tersebut dikembalikan kepada pihak pembeli. d. Pihak pembeli wanprestasi, dan sejak saat itu kendaraan ditarik kemudian dijual, setelah dijual dan setelah diperhitungkan ternyata ada uang kelebihan, maka uang kelebihan tersebut dikembalikan kepada pihak pembeli. e. Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor berakhir sejak diadakan perampasan oleh pihak penjual terhadap pihak lain, hal ini terjadi kendaraan tersebut telah dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak penjual. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada akta perjanjian sewa beli tidak disebut dengan tegas kedudukan pihak kedua sebelum pembayaran dilunasi oleh debitur.apakah kedudukan sebagai penyewa, sebagai perjanjian, sebagai pembeli penerima, atau sebagai pemakai. Namun hanya disebut sebagai yang menerima dan menyewa beri dari pihak kesatu dan seterusnya hanya disebut sebagai pihak kesatu, tidak menyebut sebagai apa kedudukannya. Pada klausula yang dipersyaratkan, pembayaran harus tepat waktunya sesuai dengan perincian angsuran, apabila ternyata pihak kedua terlambat menyetorkan uang sewa bulanan kepada pihak kesatu untuk bulan yang bersangkutan, maka pihak kedua diwajibkan membayar tunai denda keterlambatan dengan sejumlah uang. Hal ini menunjukkan adanya suatu perlindungan kerugian kepada pihak penjual saja tanpa memperhatikan keadaan pihak kedua dalam keadaan lalai, padahal semestinya melalui teguran terlebih dahulu oleh pihak pertama melaui juru sita atau surat lain yang serupa. Cara Menyelesaikan Sengketa jika Timbul Wanprestasi a. Musyawarah Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa dan penyewa beli tidak selamanya dapat diwujudkan dengan lancer tanpa kendala sampai tuntas.acapkali timbul sengketa antara kreditur dan debitur sebagai akibat wanprestasi ataupun perbuatan melanggar hukum. Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya debitur tidak melakukan prestasi sebagaimana ketentuan-ketentuan yang tercantum lembaran-lembaran akta perjanjian.kewajiban yang utama dalam membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat waktunya. Akibat hukum dilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan berbagai alas an yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur, maka kreditur dapat menerima atau menolaknya. 10

11 Akibat wanprestasi debitur, kreditur dapat melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat teguran atau surat peringatan pada debitur. Adapun kreditur tidak mengirimkan surat teguran, yang mana dengan lewatnya batas waktu yang ditentukan sebagai saat pembayaran, dalam hal ini debitur dianggap lalai. Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli sewa, baik karena wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum,ternyata mendeskripsikan bahwa masingmasing pihak mempunyai hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi kepentingannya dengan menekan kerugian yang sekecilkecilnya, cara musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh terlebih dahulu oleh para pihak. b. Jalur Hukum Klausula-klausula perjanjian yang dibuat oleh para pihak, yaitu kreditur dan debitur sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka, sehingga harus mematuhinya.dalam hal ini perjanjian yang berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang dibuat oleh mereka sendiri.biasanya baru benar dilaksanakan, jika sudah terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian sewa beli dan segala akibat hukumnya, para pihak memilih domisili (tempat kediaman hukum) di kantor panitera Pengadilan Negeri yang ditunjuk. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah menunjuk pengadilan sebagai pemutus sengketa, apabila terjadi perselisihan di antara mereka. Kreditur juga debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum ke pengadilan, jika tidak terpaksa. Alas an utamanya adalah masalah biaya, waktu dan tenaga. Apabila memang terpaksa ditempuh jalan mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara perdata atau pidana, maka cara ini merupakan pilihan terakhir. Lembaga Peradilan tidak akan pernah menangani sengketa perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, jika para pihak cenderung menyelesaikan perselisihan dengan cara musyawarah. Dapat pula kondisi ini akan terjadi sebaliknya, apabila kesadaran hukum untuk berperkara telah demikian menebal di antara para pihak dalam perjanjian sewa beli tersebut, sehingga akan semakin menumpuk pula berkas perkara perjanjian sewa beli di pengadilan. Dengan demikian semakin banyak pula yurisprudensi sewa beli, khususnya yang menyangkut kendaraan bermotor tercipta melalui peradilan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor yang menganut system standart contract, hak milik kendaraan bermotor beralih dan pihak pertama (dealer) kepada pihak kedua (penyewa beli) adalah pada saat angsuran terakhir sesuai dengan yang telah disepakati dalam perjanjian telah harus dibayar oleh pihak kedua,sehingga selama angsuran 11

12 tersebut belum lunas, maka pihak kedua kedudukannya sebagai penyewa atas kendaraan bermotor tersebut. 2. Dalam hal pihak kedua tidak membayar atau terlambat membayar angsuran kendaraan bermotor tersebut, pihak pertama dapat mengambil kendaraan bermotor, dan menjual lelang kepada pihak ketiga, setelah diperhitungkan, dengan hargaharga yang mendapatkan laba, maka sisa hasil penjualan tersebut dikembalikan kepada pihak kedua, namun kalau hanya terlambat membayar angsuran, maka pihak kedua diwajibkan membayar angsuran disertai dengan denda yang besarnya telah ditentukan sebelumnya, bila terjadi risikohilang atau musnah menjadi kendaraan bermotor selama masa sewa beli maka risiko beralih kepada pihak asuransi, artinya pihak kedua memperoleh penggantian dari pihak asuransi. Saran Dari uraian pembahasan hingga kesimpulan dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedua belah pihak hendaknya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang secara klausula mengatur dan membatasi isi perjanjian sewa beli. 2. Isi perjanjian sewa beli hendaknya dibuat dengan prinsip keterbukaan dan itikad baik dari kreditur maupun debitur. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Muhammad, Tahun 1990, Hukum Perdata Indonesia, Cetakan I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Abdul Kadir Muhammad, Tahun 1993, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. Achmad Ichsan, Tahun 1997, Hukum PerdataI.B., P.T. Pembimbing Masa. Ali Chidir,Tahun 1981, Yurisprudensi Aneka Perjanjian, Pustaka Alumni,Bandung. Corley, Robert N, & Reed, O Lee, 1986, Fundamental of the Legal Environtment of Business, McGraw-Hill, New York. Gunawan Widjaja, Kartini Mulyadi, Tahun 2003, Seri hukum Perikatan Hapusnya Perikatan, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kartini Mulyadi, Tahun 2003, seri Hukum Perikatan Jual Beli, Cetakan Pertama, PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta. 12

13 Laboratorium Hukum, fakultas Hukum Universitas Pancasila, Tahun 1986, Inventarisasi Perundang-undangan Mengenai Leasing, Cetakan Pertama, Ind-Adico, Jakarta. M. Yahya Harahap, Segi-segi hukum Perjanjian, Pustaka, Bandung, Tahun Purwahid Patrik, Tahun 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Cetakan Pertama, Mndar maju, Bandung. R. Subekti, Tahun1985, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan Ke Dua Puluh, P.T. Intermasa, Jakarta. Vollmar, H.F.A., 1984,Pengantar Studi Hukum Perdata, CV. Rajawali, Jakarta. Wiryono Prodjodikoro R., Tahun 1991, Hukum Perdata Tentang Persetujuanpersetujuan Tertentu, Sumber, Bandung , Tahun 1980, Kumpulan Karangan Hukum Perikatan, alumni bandung , dan Tjirto Soedibio, Tahun 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan Ketiga Puluh, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta. 13

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan dan salah satunya adalah transportasi. Transportasi merupakan kebutuhan yang pokok bagi masyarakat

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI A. Pengaturan Sewa Beli di Indonesia Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN Rosdalina Bukido 1 Abstrak Perjanjian memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan keperdataan. Sebab dengan adanya perjanjian tersebut akan menjadi jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku, meskipun di dalam praktek kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut telah membubuhkan tanda tangannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini karena masyarakat sekarang sering membuat perikatan yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini berbagai macam usaha dan kegiatan dapat dilakukan dalam rangka untuk memenuhi pangsa pasar di tengah-tengah masyarakat.permintaa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh: KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA Oleh: Ronal Ravianto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah peraturan. Hukum adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian, 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat kita dewasa ini, membeli suatu barang dengan pembayaran diangsur beberapa kali bukan hanya dilakukan oleh golongan ekonomi lemah saja, namun

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website : PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN Angga Wisnu Firmansyah*, Siti Malikhatun B, Dewi Hendrawati Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 Oleh : Ruben L. Situmorang 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada BAB I PENDAHULUAN Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada umumnya, Perjanjian Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * Oleh Swandewi ** I Made Sarjana *** I Nyoman Darmadha **** Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk. PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Cabang Purwodadi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC Wikusama Dengan Putra Anggara PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC-Wikusama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Umur : Pekerjaan : No. KTP / SIM : Alamat : Telepon : Bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM 1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja 1. Pengertian Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) maka keberadaan perjanjian

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus 34 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ( n a m a ), ( u m u r ), ( pekerjaan ), ( alamat lengkap ), ( nomer KTP / SIM ), dalam hal ini bertindak atas nama diri pribadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 Abstrak: Klausula perjanjian dalam pembiayaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Agustina Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik ABSTRAK Fidusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perjanjian merupakan bagian daripada Hukum Perdata pada umumnya, dan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( ) PENGERTIAN PERJANJIAN KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) (166010200111038) FANNY LANDRIANI ROSSA (02) (166010200111039) ARLITA SHINTA LARASATI (12) (166010200111050) ARUM DEWI AZIZAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN A. Pengertian Hak Tanggungan Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, maka Undang-Undang tersebut telah mengamanahkan untuk

Lebih terperinci