Oleh Nama : Leila Desy Nugrahaeni NIM : KERTAS KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh Nama : Leila Desy Nugrahaeni NIM : KERTAS KERJA"

Transkripsi

1 Persepsi Para Birokrat Pemerintah Kota Salatiga Unit Kerja Non DPPKAD Terhadap Understandability dan Usefulness Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga Oleh Nama : Leila Desy Nugrahaeni NIM : KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Guna Mememenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERRSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 i

2

3 ii

4 iii

5 ABSTRACT Local goverment must inform the financial report as responsible to the citizens. Public sector financial report is the responsibility of the goverment to the implementation of its program. The birokrat serve the financial report in the use of decision making and sence understanding as they are the user and implementor of public sector financial report. This research aims to reveral the perception of the non DPPKAD official unit related with the understandability and usefulness of financial report of the Salatiga lokal Goverment. Based the sector aspect, the result shows that Salatiga local Goverment financial report has not fullfiled the main purpose yet. Keyword: Financial Report, Local Goverment, Birokrat, Understandability, Usefulness iv

6 SARIPATI Pemerintah Daerah harus memberikan pertanggungjawaban atas kinerja keuangan daerah terhadap rakyatnya. Laporan keuangan sektor publik merupakan media pertanggungjawaban Pemerintah terhadap pengguna laporan keuangan sektor publik. Birokrat selaku pembuat serta pengguna laporan keuangan sektor publik, harus menyajikan laporan keuangan yang berguna untuk pembuatan keputusan serta memiliki unsur keterpahaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi birokrat unit kerja non DPPKAD mengenai keterpahaman dan kegunaan laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga. Hasil penelitian ini menemukan bahwa laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga berdasarkan dari aspek penggunanya, belum memenuhi tujuan utama dari laporan keuangan. Kata Kunci: Laporan keuangan, Pemerintah Daerah, Birokrat, Keterpahaman, Kegunaan v

7 KATA PENGANTAR Dalam penelitian ini penulis meneliti persepsi para birokrat Pemerintah Kota Salatiga unit kerja non DPPKAD terhadap understandability dan usefulness laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga. Laporan keuangan pemerintah merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat atas kinerja pemerintah. Agar dapat memenuhi tujuannya laporan keuangan yang disajikan pemerintah harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu keterpahaman (understandability) serta kegunaan dalam pembuatan keputusan (decision usefulness). Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penelitian yang serupa dikemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis, Leila Desy Nugrahaeni vi

8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena penyertaannya, kertas kerja penulis yang berjudul Persepsi Para Birokrat Pemerintah Kota Salatiga Unit Kerja Non DPPKAD Terhadap understandability dan Usefulness Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga telah dapat diselesaikan dengan baik. Kertas kerja ini diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dalam kesempatan yang membahagiakan ini, penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak antara lain kepada: 1. Keluarga tercinta, ayah, ibu, kakak, adik yang telah mendukung baik moril maupun materiil. 2. Bapak Marwata, S.E., M.Si., Ph.D., Akt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan inspirasi, ide, saran, dan kritik selama penyusunan kertas kerja ini. 3. Dosen Penguji, bapak Prof. Supramono, S.E., MBA., DBA dan ibu Like Soegiono, S.E., M.Si yang telah memberikan saran dan ide kepada penulis. 4. Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta Bapak Henci I.A Latunussa, S.E., MPA., selaku wali studi yang telah membantu selama proses perkuliahan hingga selesainya kertas kerja ini. 5. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang sudah membimbing selama masa perkuliahan penulis, serta penyusunan kertas kerja ini secara langsung maupun tidak langsung. 6. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik serta SKPD Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam proses pencarian data selama penyusunan kertas kerja ini. 7. Sahabat-sahabat baik saya, Handita Rachma, Erlyna, Anita Ardhiyanti, Retno Mei, Dian Sari, Prissada Sasanti dan teman-teman lain yang tidak vii

9 dapat penulis sebutkan yang telah membantu maupun merepotkan penulis dalam segala hal, baik suka maupun duka. 8. Teman-teman seperjuangan, Christine, Hikmah, Wenly yang telah membantu dan berbagi segala hal dalam proses penyusunan kertas kerja. Salatiga, 2013 Leila Desy Nugrahaeni viii

10 DAFTAR ISI Halaman Judul...i Surat Pernyataan Keaslian Skripsi...ii Halaman Persetujuan Skripsi...iii Abstrac...iv Saripati...v Kata Pengantar...vi Ucapan Terima Kasih...vii Daftar Isi...ix 1. Pendahuluan Telaah Teoritis Metode Penelitian Temuan dan Pembahasan Gambaran Umum Responden Keterpahaman (Understandability) Laporan Keuangan Kegunaan (Usefulness)Laporan Keuangan Matrik Hubungan Keterpahaman dan Kegunaan Laporan Keuangan Kesimpulan, Keterbatasan, Saran...33 Daftar Pustaka...36 Lampiran...38 ix

11 Persepsi Para Birokrat Pemerintah Kota Salatiga Unit Kerja Non DPPKAD Terhadap Understandability Dan Usefulness Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga 1. Pendahuluan Laporan keuangan merupakan salah satu wujud dari pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah (APBN/APBD), yang dapat menjadi tolok ukur atas kinerja pemerintah yang dipertanggungjawabkan kepada pengguna. Tuntutan untuk pembuatan laporan keuangan yang akuntabel menyebabkan terjadinya fenomena adopsi praktik akuntuntasi sektor swasta oleh organisasi sektor pemerintah (Harun, 2009: 12-13). Akuntansi basis akrual yang merupakan salah satu praktik akuntansi sektor swasta yang diadopsi oleh sektor publik, menuntut adanya pembuatan laporan keuangan baru di sektor publik. Dengan basis akrual itu, kini sektor pemerintah dituntut untuk membuat laporan keuangan berupa neraca, laporan arus kas, laporan kinerja pemerintah, selain laporan keuangan tradisional seperti laporan realisasi anggaran dan laporan target dan realisasi pendapatan dan belanja. Di Indonesia fenomena adopsi laporan keuangan sudah dimulai sejak diundangkannya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN). Di dalam UUKN tersebut disebutkan bahwa organisasi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah (Pemda) harus menyajikan berbagai laporan keuangan yang baru. Seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.24 Tahun 2005, Pemda wajib untuk menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual, untuk menghasilkan neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, laporan kinerja keuangan dan laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Kemudian, PP No.71 Tahun 2010 mengatur mengenai penyusunan akuntansi Pemerintah basis akrual, yang menuntut Pemerintah untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL), neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. 1

12 PP No.71 Tahun 2010 memberikan batas waktu untuk implementasi akuntansi basis akrual paling lambat pada tahun Saat ini beberapa Pemda sudah menyajikan sebagian dari komponen laporan keuangan yang dipersyaratkan oleh PP No.71 Tahun 2010 termasuk Pemkot Salatiga, yang pada tahun 2011 Pemkot salatiga telah menyajikan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, laporan target dan realisasi pendapatan dan belanja, serta catatan atas laporan keuangan. Munculnya laporan-laporan baru Pemda menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana laporan-laporan baru tersebut mudah serta berguna dalam pembuatan keputusan pengguna. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah laporan-laporan baru tersebut memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang utama, yaitu understandability dan usefulness. Penelitian mengenai understandability dan usefulness laporan-laporan jenis baru di sektor pemerintahan tersebut sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kober, Lee, dan Ng (2010) meneiliti kegunaan dan keterpahaman laporan keuangan berbasis akrual pada Pemerintah Australia, dengan melakukan survei terhadap pengguna internal maupun eksternal serta preparers laporan keuangan pemerintah. Hasil penelitian Kober dkk menunjukkan bahwa untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah, akuntansi berbasis kas dianggap tidak lagi memadai untuk lembaga pemerintah. Dalam penelitiannya Kober dkk menemukan dua hal, yang pertama mengenai kegunaan, bahwa basis kas dianggap tidak berguna untuk sebagian besar situasi keputusan dan basis akrual dianggap lebih berguna. Kedua mengenai keterpahaman, bahwa dalam hal ini laporan akuntansi akrual dinilai lebih oleh para pengguna laporan keuangan sektor publik di Australia dibandingkan akuntansi basis kas. Deaconu, Nistor, dan Filip (2011) meneliti mengenai ada atau tidaknya manfaat/ keuntungan menggunakan akuntansi akrual dibandingkan akuntansi kas pada Pemerintah Rumania. Hasil penelitian mereka menunjukkan manfaat dari penerapan akuntansi akrual, bahwa akuntansi akrual membuat pengelolaan keuangan sektor publik di Rumania lebih efisien. 2

13 Penelitian seperti yang dilakukan Kober, dkk (2010) dan Deaconu, dkk (2011) di Indonesia belum ada, apalagi PP No.71 baru akan diimplementasikan Tahun Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar diketahui persepsi pengguna di Indonesia mengenai karakteristik utama dari laporan keuangan pemerintah yang baru yaitu understandability dan usefulness. Ada banyak pihak yang terkait dengan laporan keuangan sektor pemerintah. Salah satunya adalah birokrat selaku penyedia sekaligus pengguna dari laporan keuangan Pemda. Birokrat dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Salatiga yang unit kerjanya di luar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), artinya mereka yang hanya menyusun laporan keuangan pada satuan kerja maing-masing saja bukan pembuat kebijakan. Tujuan dan Manfaat Pemkot Salatiga saat ini belum sepenuhnya menggunakan akuntansi basis akrual, baru sebagian dari laporan keuangan yang dipersyaratkan PP No. 71 yang disajikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga telah memenuhi karakteristik kualitatif yang utama yaitu understandability dan usefulness dari sudut pandang Birokrat di luar DPPKAD. Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi para birokrat unit kerja non DPPKAD terhadap understandability dan usefulness laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga. 3

14 2. Telaah Teoritis 2.1 Tujuan Laporan keuangan Pemerintah Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan secara umum digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi (Madiasmo 2002 dalam Nordiawan dan Hertianti 2010: 126). Laporan keuangan pemerintah adalah hasil akhir dari laporan akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan (Bastian, 2010: 9). Menurut PP No , pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan 2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai 4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya 4

15 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Komponen laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010 adalah sebagai berikut: 1. Laporan Realisasi Aggaran (LRA) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Struktur Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA). 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos saldo anggaran lebih awal, penggunaan saldo anggaran lebih, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain, dan saldo anggaran lebih akhir. 3. Neraca Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 4. Laporan Operasional (LO) Laporan operasional ini bermanfaat untuk menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan, dan penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Struktur laporan keuangan terdiri 5

16 dari pendapatan operasional, beban, surplus/defisit dari operasi, kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit laporan operasi. 5. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris (penerimaan atau pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan). 6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya ekuitas awal, surplus/defisit laporan operasional, koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir. 7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan dapat dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Pasal 30 Poin 2 Tentang Keuangan Negara, pemerintah diwajibkan membuat laporan keuangan setidaktidaknya meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. 2.2 Understandability dan Decision Usefulness Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari sistem akuntansi baik sektor swasta maupun sektor pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen pemerintah dalam menginformasikan kepada pihak lain dalam hal ini pengguna laporan keuangan 6

17 pemerintah tentang kondisi keuangan pemerintah. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan kualitas dari laporan keuangan tersebut. Gambaran kerangka karateristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang dikemukan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standart Boards (FASB) yaitu Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2 sebagai berikut : Gambar 1 User specific qualities Sumber: SFAC No.2 (FASB 1980) dalam Scott (2009) Dari gambar di atas terlihat bahwa, tujuan laporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan laporan keuangan kepada pengguna tertentu (user specific qualities), yaitu pada karakteristik utamanya understandability dan decision usefulness. Praktik laporan keuangan dipilih atas dasar kegunaannya dalam proses pembuatan keputusan ekonomik, selanjutnya pengguna akan menggunakan laporan keuangan jika mereka memandang laporan keuangan itu memiliki kegunaan dalam proses pembuatan keputusan. Jika pengguna memandang bahwa laporan keuangan tidak berguna atau laporan keuangan tersebut tidak memenuhi tujuannya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa praktik laporan keuangan adalah aktifitas yang sia-sia. 7

18 Agar laporan keuangan berguna dalam pembuatan keputusan, harus dipenuhi persyaratan tertentu pada aspek informasinya dan aspek penggunanya. Pada aspek informasinya, laporan keuangan harus memiliki karakteristik utama relevan dan reliability. Pada aspek penggunanya, laporan keuangan harus dimengerti atau oleh penggunanya. Menurut PP 71 Tahun 2010, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud. Menurut Suwardjono (2006: 165), kebijakan akuntansi haruslah melalui proses pertimbangan apakah pemakai mampu mencerna informasi tersebut, untuk menentukan apakah suatu informasi terpahami (understandable) oleh mereka tanpa harus selalu disertai penjelasan rinci yang bersifat mengajari. Kemudian bila suatu informasi dapat pemakai, apakah informasi tersebut akan dipakai. Informasi akan dipakai kalau terdapat kebermanfaatan terhadap keputusan pemakai (decision usefulness). Menurut Bastian (2010: 90), informasi harus menghasilkan atau menjadi berguna terkait dengan tindakan yang dirancang untuk memfasilitasi atau menghasilkan sesuatu yang hendak dihasilkan. Dalam kerangka IASB/FASB An Improved Conceptual Framework for Financial Reporting (dalam Kober, 2010) menyatakan relevansi dan representasi sebagai dasar karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna (usefulness) untuk pengambilan keputusan. Kualitas informasi laporan keuangan dilihat sebagai hasil tergantung dari sejauh mana informasi laporan keuangan tersebut dapat berguna (usefulness) sebagai alat pengambilan keputusan. Agar pengguna laporan keuangan dapat memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat pengambilan keputusan, maka laporan keuangan tersebut harus memenuhi prinsip karateristik kualitatif laporan keuangan. 8

19 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan dan menganalisis persepsi. Objek penelitian adalah SKPD Kota Salatiga non DPPKAD. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan alat atau instrumen kuesioner dan metode wawancara mendalam dengan instrumen peneliti sendiri. Pertanyaan survei mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kober dkk, (2010). Pertanyaan wawancara berupa kuesioner yang kemudian dikembangkan dengan menanyakan alasan terhadap pilihan yang telah dipilih responden. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, bagian pertama mengenai data diri responden, bagian kedua mengenai keterpahaman laporan keuangan kegunaan dan bagian ketiga mengenai laporan keuangan dalam 12 konteks keputusan (Lihat lampiran). Keterpahaman akan dianalisis berdasarkan tingkat interval, sedangkan kegunaan akan dianalisis berdasarkan prosentase rata-rata. Hal tersebut dikarenakan pada bagian keterpahaman responden diminta untuk memberikan penilaian setuju atau tidak setuju. Sedangkan pada bagian kegunaan, reponden diminta untuk memberikan tanda centang pada laporan keuangan yang dinilai paling berguna berdasarkan 12 konteks keputusan yang disediakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari kuesioner dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat SKPD non DPPKAD. Sampel dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan cara membagi populasi kedalam kelompokkelompok yang homogen (strata), yaitu bagian keuangan dan non keuangan berdasarkan non proporsional. Kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata. Dari 19 SKPD yang ditunjuk oleh Kesbangpol peneliti mengambil sampel sebanyak 13 SKPD yang terdiri dari kantor, badan, dan dinas. Dari 13 SKPD dipilih sampel sebanyak 30 orang yang terdiri dari 13 orang bidang jabatan keuangan dan 17 orang diluar bidang keuangan. Dari 30 kuesioner yang disebar, kuesioner yang kembali sebanyak 26 lembar dan yang dapat diolah sebanyak 20 lembar. Beberapa kuesioner tidak dapat diolah dikarenakan, responden dalam pengisiannya tidak sesuai dengan intrumen yang telah diberikan. 9

20 3.1 Metode Pengumpulan Data 1. Langkah awal yang dilakukan adalah penyusunan kuesioner yang mengacu dari penelitian yang pernah dilakukan Kober dkk, dengan sedikit melakukan penyesuaian 2. Meminta responden untuk memberikan penilaian setuju atau tidak mengenai seberapa mudah keempat laporan keuangan yang disajikan tersebut untuk. Pada kuesioner bagian understandability dengan skala penilaian (skala 1: sangat tidak setuju; skala 4: sangat setuju) 3. Persepsi pada point 4 akan dilihat dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut: Dimana: I k Nilai max Nilai min = Interval = Kategori jawaban = nilai tertinggi = nilai terendah Range 1,00 1,75 1,76 2,50 2,51 3,25 3,26 4,00 Kriteria Sangat Tidak Setuju/ Sangat Tidak Mudah Dipahami Tidak Setuju/ Tidak Mudah Dipahami Setuju/ Mudah Dipahami Sangat Setuju/ Sangat Mudah Dipahami 4. Setelah diperoleh data mengenai keterpahaman (Understandability) laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga, data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk dapat memaknai data yang telah diperoleh. 10

21 5. Meminta responden untuk menilai laporan mana yang berguna dalam beberapa konteks keputusan. Laporan keuangan yang disajikan adalah Neraca, LRA, LAK, dan Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja (LTRPB). 6. Selanjutnya akan dihitung prosentase terhadap kegunaan laporan keuangan berdasarkan 12 konteks keputusan yang ada. Prosentase akan dirata-rata dan akan dianalisis berdasarkan karakteristik responden. 7. Selain dengan menggunakan kuesioner, peneliti juga menggunakan metode wawancara mendalam dengan pihak yang bersedia meluangkan waktu untuk proses wawancara mengenai topik yang diangkat penulis. 8. Selanjutnya akan dibuat matrix yang akan dibagi berdasarkan karakteristik responden. Penilaian tentang keterpahaman akan dibandingkan dengan penilaian terhadap kegunaan laporan keuangan pemkot. Dari 12 konteks keputusan akan dibuat rata-rata, yaitu dengan cara: 11

22 4. Temuan dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai data responden, didapat informasi yang digambarkan dengan tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Gambaran Umum Responden Keterangan Kriteria Jumlah responden Prosentase Jenis Kelamin Laki-laki 10 50% Perempuan 10 50% Total % Tingkat Pendidikan Na (tidak diketahui) 6 30% SLTA 2 10% D3 2 10% S1 8 40% S2 2 10% Total % Bidang Jabatan Sub Bagian Keuangan 10 50% Non Keuangan 10 50% Total % Lama Bekerja Na (tidak diketahui) 5 25% <10 Tahun 2 10% >10 Tahun 13 65% Total % Sumber: Data Primer,

23 Pada penelitian ini responden dibagi berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, bidang jabatan, dan lama bekerja. Jumlah responden yang bersedia atau tidak berhalangan mengikuti penelitian ini adalah 20 orang dari 13 SKPD yang dijadikan sampel dan dapat diolah. Menurut jenis kelamin, responden lakilaki dan perempuan adalah sama masing-masing 10 orang atau 50% laki-laki dan 50% perempuan. Tingkat pendidikan, berkisar antara SLTA, D3, S1, dan S2 serta didominasi oleh responden yang berpendidkan S1 (40%). Bidang jabatan responden terdiri dari Kasubbag keuangan dan non keuangan masing-masing 10 orang atau 50% Kasubbag keuangan dan 50% non keuangan. Lama bekerja responden rata-rata adalah lebih dari 10 tahun. 4.2 Keterpahaman (understandability) Laporan Keuangan Keterpahaman Laporan Keuangan Berdasarkan Bidang Jabatan Berdasarkan hasil penilaian kepada responden berdasarkan bidang jabatan terhadap keterpahaman (understandability) laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga, didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Penilaian Responden Terhadap Keterpahaman (Understandability) Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga Berdasarkan Jabatan indikator keuangan non keuangan total ratarata persepsi total rata- persepsi skor skor rata 1 Neraca mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD 27 2,7 mudah 31 3,1 mudah 2 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mudah oleh 31 3,1 mudah 29 2,9 mudah Birokrat unit kerja non DPPKAD 3 Laporan Target dan Realisasi Pendapatan & Belanja mudah oleh birokrat unit kerja 29 2,9 mudah 29 2,9 mudah 13

24 non DPPKAD 4 Laporan Arus Kas (LAK) mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD Sumber: Data Primer, ,2 mudah 29 2,9 mudah LRA dan LTRPB lebih mudah karena LRA dan LTRPB disajikan secara rinci. Akan tetapi untuk laporan realisasi 14 Berdasarkan hasil temuan diatas, terlihat dari total skor dan rata-rata bahwa seluruh responden baik responden bidang jabatan keuangan maupun non keuangan setuju laporan bahwa keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga mudah oleh para birokrat unit kerja non DPPKAD. Responden menilai laporan keuangan yang disajikan oleh Pemkot Salatiga selama ini mudah untuk. Sesuai dengan wawancara kepada responden yang berpendapat sebagai berikut, selama ini Pemkot Salatiga telah memberikan palatihan atau Bintek kepada para birokrat agar laporan keuangan yang disajikan dapat, tidak sebatas pada birokrat dengan bidang jabatan keuangan saja. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga mudah untuk oleh birokrat tidak sebatas pada birokrat bidang jabatan keuangan saja. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah telah memberikan pelatihan agar laporan keuangan tersebut dapat. Akan tetapi dalam wawancara dengan beberapa responden bidang keuangan mengatakan bahwa tidak semua birokrat memahami neraca. Hal tersebut seperti pernyataan responden sebagai berikut, dalam uraian neraca terdapat item-item tertentu yang belum sepenuhnya oleh para birokrat, hal tersebut dikarenakan pada masing-masing SKPD pengelolaan laporan keuangannya berbeda-beda. Serta untuk memahami neraca diperlukan pengetahuan dalam bidang akuntansi yang cukup, tidak semua orang dapat memahami neraca dengan mudah. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa, tidak seluruhnya birokrat dapat memahami neraca dengan baik terutama birokrat non keuangan. Karena diperlukan pengatahuan akuntansi yang cukup untuk memahami neraca. Kemudian responden bagian keuangan dan non keuangan setuju bahwa,

25 anggaran bagian SILPA sulit, karena SILPA tidak disosialisasikan serta hanya dibuat di DPPKAD, dalam hal ini hanya orang-orang DPPKAD saja yang mengetahui, hal tersebut perlu dan sebaiknya disosialisasikan agar dapat. Dari peryataan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak sepenuhnya item yang terdapat dalam LRA mudah. Terutama pada bagian SILPA, para birokrat non DPPKAD sama sekali tidak memahami SILPA karena hanya dibuat di DPPKAD dan SILPA tidak disosialisasikan di SKPD non DPPKAD. Menurut pendapat sebagian besar reponden, LAK juga mudah oleh birokrat non DPPKAD serta ada pula yang menyatakan tidak mudah. Sesuai dengan pendapat responden bahwa, LAK sangat sederhana sehingga mudah untuk, akan tetapi kurang disosialisasikan dan tidak semua SKPD menyusun LAK sehingga tidak seluruh birokrat SKPD memahami LAK. Dari pernyataan responden di atas dapat dinilai bahwa, tidak selurunya reponden menilai LAK mudah untuk. Karena tidak semua SKPD menyusun LAK, serta LAK juga kurang disosialisasikan Keterpahaman (understandability) Laporan Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Setelah dilakukan penelitian mengenai keterpahaman laporan keuangan terhadap responden yang dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat hasil seperti pada tabel 3 dan tabel 4 di bawah ini: Tabel 3 indikator SLTA D3 NA total ratarata persepsi total rata- persepsi total rata- persepsi skor skor rata skor rata 1 Neraca mudah 5 2,5 tidak 6 3 mudah 18 3 mudah oleh mudah Birokrat unit kerja non DPPKAD 2 Laporan Realisasi 6 3 mudah 6 3 mudah 18 3 mudah 15

26 Anggaran (LRA) mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD 3 Laporan Target dan Realisasi 6 3 mudah 6 3 mudah 16 2,7 mudah Pendapatan & Belanja mudah oleh birokrat unit kerja non DPPKAD 4 Laporan Arus Kas (LAK) mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD 7 3,5 mudah 6 3 mudah 18 3 mudah Sumber: Data Primer 2013 Tabel 4 indikator S1 S2 total ratarata persepsi total rata- persepsi skor skor rata 1 Neraca mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD 24 3 mudah 5 2,5 tidak mudah 2 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mudah oleh Birokrat unit kerja 24 3 mudah 6 3 mudah non DPPKAD 3 Laporan Target dan Realisasi Pendapatan & Belanja mudah oleh birokrat 24 3 mudah 6 3 mudah unit kerja non DPPKAD 4 Laporan Arus Kas (LAK) mudah oleh Birokrat unit kerja non DPPKAD 24 3 mudah 6 3 mudah Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diihat bahwa, menurut responden dengan pendidikan SLTA dan S2 neraca tidak mudah oleh 16

27 birokrat unit kerja non DPPKAD. Sesuai dengan pernyataan responden dengan Pendidikan SLTA dan S2 bahwa, tidak semua item-item dalam neraca dapat, karena pengelolaan keuangan pada masing- masing SKPD berbedabeda, serta untuk dapat memahami neraca diperlukan pengetahuan yang cukup dalam bidang akuntansi. Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa tidak semua birokrat non DPPKAD memahani neraca dengan mudah. Hal tersebut tidak berbeda dengan pernyataan responden bidang jabatan keuangan. Secara keseluruhan responden menyatakan bahwa, seluruh laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga mudah oleh birokrat non DPPKAD. Hal tersebut dikarenakan selama ini Pemkot Salatiga telah memberikan pelatihan atau Bintek. 4.3 Kegunaan Laporan Keuangan Analisis Menurut Bidang Jabatan Responden Berdasarkan penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga terhadap 12 konteks keputusan yang disediakan dibedakan menurut bidang jabatan, didapat hasil seperti terlihat pada tabel 5 dibawah ini: Tabel 5 Konteks Keputusan 1 Menilai kinerja Pemkot 2 Menilai kinerja Program 3 Menilai efektivitas Pemkot dalam pengelolaan barang/ jasa 4 Menilai efisiensi Pemkot dalam pengelolaan barang/ Neraca LRA LAK LTRPB Non Non Non Non Keu (%) Keu (%) Keu (%) keu (%) Keu (%) Keu (%) Keu (%) Keu (%)

28 jasa 5 Untuk membantu mengelola aset dan liabilitas (kewajiban) Pemkot 6 Untuk membantu Pemkot dalam memenuhi kewajiban akuntabilitas 7 Untuk keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 8 Untuk keputusan belanja modal Pemkot yang besar nilainya 9 Untuk mengevaluasi keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 10 Untuk menilai kebutuhan sumberdaya masa depan Pemkot 11 Untuk mengidentifikasi harga pokok barang dan jasa yang disediakan Pemkot 12 Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot Rata-rata 40 38, , ,5 Sumber: Data Primer, Kegunaan Neraca Berdasarkan hasil temuan pada tabel 5, dapat dilihat bahwa rata-rata keseluruhan responden bidang jabatan keuangan dan responden diluar keuangan menilai bahwa neraca tidak berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. Untuk beberapa situasi keputusan seperti dalam membantu mengelola aset dan kewajiban Pemkot serta membantu pemkot memenuhi kewajiban akuntabilitas, responden bagian keuangan dan non keuangan menilai neraca berguna untuk konteks keputusan tersebut. 18

29 Namun terdapat perbedaan pendapat antara responden bagian keuangan dan non keuangan terhadap kegunaan neraca untuk beberapa konteks keputusan. Konteks keputusan tersebut adalah dalam menilai kinerja Pemkot, responden bagian keuangan menilai neraca berguna dalam konteks keputusan tersebut yang terlihat bahwa 80% responden menilai berguna, sedangkan responden non keuangan menilai neraca tidak berguna dalam menilai konteks keputusan tersebut yang terlihat hanya 40% responden yang menilai berguna. Selanjutnya adalah untuk keputusan belanja Pemkot yang besar nilainya, terlihat bahwa 50% responden keuangan menilai neraca berguna untuk konteks keputusan tersebut dan 50% menilai tidak berguna. Sebaliknya responden non keuangan menilai neraca tidak berguna untuk konteks keputusan tersebut. Terjadinya perbedaan persepsi ini dikarenakan perbedaan bidang jabatan, responden, responden bidang jabatan keuangan diasumsikan lebih mengerti isi dan kegunaan neraca dibanding bidang diluar keuangan Kegunaan LRA Berdasarkan temuan tabel 5, terlihat bahwa rata-rata secara keseluruhan responden bidang jabatan keuangan menilai laporan realisasi anggararan (LRA) berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. Lebih banyak atau 52% responden bagian keuangan menilai LRA berguna dari pada yang menilai tidak berguna. Sebaliknya responden bidang jabatan non keuangan menilai tidak berguna dari keseluruhan responden 10 orang (100%), yang menilai berguna 45% dan lebih banyak yang menilai tidak berguna. Terjadi perbedaan persepsi terhadap kegunaan LRA antara responden bidang keuangan dengan non keuangan, diasumsikan bahwa responden bagian keuangan lebih memahami dan mengerti terhadap kegunaan LRA dibandingkan dengan responden non keuangan. Untuk beberapa konteks keputusan, responden non keuangan menilai bahwa LRA berguna untuk beberapa konteks keputusan. Dari 12 konteks keputusan yang ada responden non keuangan menilai LRA berguna untuk 5 situasi keputusan, antara lain menilai kinerja Pemkot 70% responden menilai berguna, menilai kinerja program 90% responden menilai berguna, membantu 19

30 Pemkot memenuhi kewajiban akuntabilitas sebanyak 60% responden menilai berguna. Dalam konteks keputusan menilai efisiensi dalam pengelolaan barang/jasa, dan membantu mengelola aset dan kewajiban Pemkot responden non keuangan yang menilai berguna dan tidak berguna adalah sama yaitu masingmasing 50% Kegunaan LAK Berdasarkan temuan diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata secara keseluruhan responden baik bidang jabatan keuangan maupun non keuangan menilai laporan arus kas (LAK) tidak berguna hampir dalam seluruh situasi keputusan. Responden bidang keuangan dan non keuangan sepakat menilai LAK hanya berguna dalam menilai arus kas yang dibutuhkan Pemkot. Akan tetapi baik responden bidang keuangan maupun non keuangan masih ragu terhadap kegunaan LAK dalam membantu kewajiban akuntabilitas Pemkot, hal tersebut terlihat dari prosentase penilaian responden yaitu 50% responden menilai berguna dan 50% menilai tidak berguna. Dalam wawancara Responden berpendapat bahwa, tidak seluruh SKPD menyusun LAK, maka dari itu responden ragu terhadap kegunaan LAK untuk beberapa konteks keputusan termasuk dalam membantu kewajiban akuntabilitas Pemkot. Berdasarkan hasil dari kutipan wawancara dapat dikatakan bahwa, responden menilai LAK tidak berguna dikarenakan rata-rata responden ragu terhadap kegunaan neraca. Hal tersebut karena tidak semua SKPD menyusun LAK. Terdapat perbedaan persepsi antara responden bidang keuangan dengan non keuangan, 50% dari 100% responden bidang keuangan menilai LAK berguna dalam menilai kinerja Pemkot. Sedangkan responden non keuangan menilai LAK tidak berguna dalam menilai kinerja Pemkot, yang terlihat bahwa dari keseluruhan responden non keuangan (100%) yang menilai berguna hanya 20% saja dan lebih banyak dari responden yang menilai tidak berguna. 20

31 Kegunaan LTRPB Berdasarkan hasil temuan, terlihat bahwa meskipun hampir sama isinya dengan LRA tetapi rata-rata secara keseluruhan responden baik bidang keuangan maupun non keuangan menilai laporan target dan realisasi pendapatan dan belanja (LTRPB) tidak berguna terhadap sebagian besar situasi keputusan. Dapat dilihat pada prosentase rata-rata keseluruhan (100%) responden bidang keuangan yang menilai berguna adalah 42% dan responden non keuangan 42,5%. Lebih banyak responden yang menilai tidak berguna dibandingkan yang menilai berguna. Untuk beberapa konteks keputusan seperti dalam menilai kinerja Pemkot, menilai kinerja program, membantu Pemkot dalam memenuhi kewajiban akuntabilitas kedua responden sama-sama menilai LTRPB berguna untuk situasi keputusan tersebut. Sedangkan untuk beberapa situasi keputusan terdapat perbedaan persepsi, seperti kegunaan LTRPB dalam menilai efektivitas Pemkot dalam pengelolaan barang/jasa responden bidang keuangan menilai LTRPB berguna dalam konteks keputusan tersebut dan responden non keuangan menilai LTRPB tidak berguna untuk situasi keputusan tersebut. Kemudian untuk konteks keputusan menilai efisiensi Pemkot dalam pengelolaan barang/jasa serta untuk menilai kebutuhan sumberdaya Pemkot masa depan adalah sama yaitu, sebanyak 70% responden non keuangan menilai LTRPB berguna untuk situasi keputusan tersebut. Sedangkan reponden bagian keuangan menilai tidak berguna. Terlihat bahwa dari keseluruhan (100%) responden yang menilai berguna adalah 40%, lebih banyak responden yang menilai tidak berguna Analisis kegunaan seluruh laporan keuangan menurut bidang jabatan terhadap 12 konteks keputusan Dari hasil analisis kegunaan masing-masing laporan keuangan menurut bidang jabatan, terlihat bahwa seluruh laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga tidak berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. Laporan realisai anggaran (LRA), dan laporan target dan realisasi pendapatan dan belanja (LTRPB) berguna untuk konteks keputusan menilai kinerja Pemkot serta untuk menilai kinerja program. 21

32 Pada dasarnya seluruh laporan keuangan yang disajikan digunakan sebagai pertanggunjawaban. Oleh karena itu untuk konteks keputusan membantu Pemkot memenuhi kewajiban akuntabilitas seluruh laporan keuangan dinilai berguna dalam situasi keputusan tersebut. Neraca dinilai lebih berguna dalam membantu mengelola aset dan liabilitas Pemkot. Laporan keuangan yang dinilai responden paling tidak berguna untuk sebagian besar konteks keputusan adalah laporan arus kas (LAK). Dalam membuat keputusan tidak selalu menggunakan laporan keuangan, terdapat beberapa dokumen yang digunakan dalam pembuatan keputusan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan responden bidang jabatan keuangan yang menyatakan bahwa, untuk mengidentifikasi harga pokok barang atau jasa ada Perwali (Peraturan Walikota Salatiga) mengenai standarisasi indeks biaya dilingkungan Pemkot Salatiga. Standarisasi indeks biaya adalah patokan harga tertinggi belum termasuk pajak untuk menentukan besaran harga barang sesuai jenis, spesifikasi, dan kualitas. Sedangkan yang tertuang dalam LRA dan laporan target dan realisasi pendapatan dan belanja adalah realisasi dari pengadaan barang atau jasa. Berdasarkan dari kutipan wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan tidak digunakan dalam menentukan harga pokok barang dan jasa yang disediakan pemkot. Dalam menentukan harga pokok barang dan jasa digunakan standarisasi harga Selanjutnya untuk konteks keputusan menilai kebutuhan sumberdaya masa depan responden menyatakan bahwa, Untuk menilai kebutuhan sumberdaya masa depan (kebutuhan pegawai, barang/jasa, dll) dikaitkan dengan perencanaan. Ada beberapa dokumen perencanaan seperti RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah), dan Renstra (Rencana Strategis). Dari kutipan wawancara di atas dapat dikatakan bahwa terdapat dokumendokumen lain yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal 22

33 ini pengambilan keputusan tidak selalu menggunakan laporan keuangan yang telah disajikan Pemkot Salatiga. Selanjutnya pada tabel analisis di atas terlihat bahwa laporan realisasi dinilai berguna untuk sebagian besar konteks keputusan oleh responden keuangan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara sebagai berikut, Laporan Realisasi Anggaran digunakan untuk mengungkapkan kegiatan Pemerintah Daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBD, atas kegiatan yang dilakukan oleh masingmasing SKPD. Dari kutipat wawancara tersebut dapat dinilai bahwa, laporan realisasi anggaran berperan untuk mengungkapakan kinerja dari satuan kerja. Oleh karena itu menurut beberapa responden bagian keuangan laporan keuangan yang paling berguna adalah LRA. Namun beberapa responden juga berpendapat bahwa setiap SKPD hanya pelaksana atau pembuat laporan keuangan pada setiap satuan kerja (Satker) masing-masing. Sehingga untuk menilai kegunaan dari laporan keuangan tersebut mereka kurang memahami dan masih ragu atau tidak yakin untuk memberikan penilaian pada kegunaan masing-masing laporan keuangan yang disusun. Jadi dapat dikatakan bahwa, responden sebenarnya kurang mengerti kegunaan laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga. Karena SKPD disini hanya sebagai pelaksana dalam menyusun lapora keuangan Analisis Menurut Tingkat pendidikan Kegunaan Neraca Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) Neraca terhadap 12 Konteks keputusan yang disediakan, didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 6 di bawah ini: 23

34 Tabel 6 Penilaian Responden Terhadap Kegunaan Neraca Dalam 12 Konteks Keputusan Konteks Keputusan Na SLTA D3 S1 S2 (%) (%) (%) (%) (%) 1 Menilai kinerja Pemkot , Menilai kinerja Program , Menilai efektivitas Pemkot dalam ,5 50 pengelolaan barang/ jasa 4 menilai efisiensi Pemkot dalam ,5 0 pengelolaan barang/ jasa 5 Untuk membantu mengelola aset dan liabilitas (kewajiban) Pemkot 6 Untuk membantu Pemkot memenuhi ,5 50 kewajiban akuntabilitas 7 Untuk keputusan alokasi sumberdaya ,5 0 Pemkot 8 Untuk keputusan belanja modal Pemkot yang besar nilainya 9 Untuk mengevaluasi keputusan alokasi ,5 0 sumberdaya Pemkot 10 Untuk menilai kebutuhan sumberdaya ,5 50 masa depan Pemkot 11 Untuk mengidentifikasi harga pokok ,5 50 barang dan jasa yang disediakan Pemkot 12 Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot Rata-rata 36,2 45,8 29,2 58,3 45,8 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan hasil temuan diatas, terlihat bahwa rata-rata keseluruhan responden dengan pendidikan S1 menilai neraca berguna untuk sebagian besar konteks keputusan. Sebanyak 58,3% responden dengan pendidikan S1 menilai neraca berguna. Sedangkan secara keseluruhan responden dari berbagai tingkat pendidikan menilai neraca tidak berguna untuk sebagian besar konteks keputusan. Untuk konteks keputusan membantu mengelola aset dan liabilitas Pemkot serta dalam membantu Pemkot memenuhi kewajiban akuntabilitas, seluruh responden dari berbagai tingkat pendidikan menilai neraca berguna untuk situasi keputusan tersebut. 24

35 Kegunaan LRA Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) Laporan Realisasi Anggaran terhadap 12 Konteks keputusan yang disediakan, didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 7 Penilaian Responden Terhadap Kegunaan Laporan Realisasi Anggaran Dalam 12 Konteks Keputusan Konteks Keputusan Na SLTA D3 S1 S2 (%) (%) (%) (%) (%) 1 Menilai kinerja Pemkot Menilai kinerja Program , Menilai efektivitas Pemkot dalam ,5 50 pengelolaan barang/ jasa 4 Menilai efisiensi Pemkot dalam ,5 100 pengelolaan barang/ jasa 5 Untuk membantu mengelola aset dan liabilitas (kewajiban) Pemkot 6 Untuk membantu Pemkot dalam memenuhi kewajiban akuntabilitas 7 Untuk keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 8 Untuk keputusan belanja modal Pemkot ,5 100 yang besar nilainya 9 Untuk mengevaluasi keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 10 Untuk menilai kebutuhan sumberdaya ,5 100 masa depan Pemkot 11 Untuk mengidentifikasi harga pokok ,5 50 barang dan jasa yang disediakan Pemkot 12 Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot ,5 0 Rata-rata 50 58, ,3 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan hasil temuan diatas, rata-rata keseluruhan responden dari berbagai tingkat pendidikan menilai bahwa LRA berguna dalam sebagian situasi keputusan. Hanya responden dengan pendidikan D3 saja yang menilai LRA tidak berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. Untuk beberapa konteks keputusan seluruh responden dari berbagai tingkat pendidikan menilai LRA 25

36 berguna. Seperti yang terlihat pada tebel 7, yaitu dalam menilai kinerja Pemkot dan menilai kinerja program. Terdapat pula perbedaan persepsi mengenai kegunaan LRA menurut tingkat pendidikan, untuk penilaian efektivitas Pemkot dalam pengelolaan barang/ jasa seluruh responden kecuali yang berpendidikan D3 menilai LRA berguna untuk situasi keputusan tersebut. Selanjutnya seluruh responden kecuali yang berpendidikan S1 menilai LRA berguna untuk penilaian efisiensi Pemkot dalam penyediaan barang/ jasa Kegunaan LAK Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) Laporan Arus Kas terhadap 12 Konteks keputusan yang disediakan, didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 8 di bawah ini: Tabel 8 Penilaian Responden Terhadap Kegunaan Laporan Arus Kas Dalam 12 Konteks Keputusan Konteks Keputusan Na SLTA D3 S1 S2 (%) (%) (%) (%) (%) 1 Menilai kinerja Pemkot , Menilai kinerja Program Menilai efektivitas Pemkot dalam pengelolaan barang/ jasa 4 Menilai efisiensi Pemkot dalam pengelolaan barang/ jasa 5 Untuk membantu mengelola aset dan liabilitas (kewajiban) Pemkot 6 Untuk membantu Pemkot dalam memenuhi kewajiban akuntabilitas 7 Untuk keputusan alokasi sumberdaya ,5 0 Pemkot 8 Untuk keputusan belanja modal Pemkot yang besar nilainya 9 Untuk mengevaluasi keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 10 Untuk menilai kebutuhan sumberdaya masa depan Pemkot

37 11 Untuk mengidentifikasi harga pokok barang ,5 50 dan jasa yang disediakan Pemkot 12 Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot ,5 100 Rata-rata 20 37,5 29,2 12,5 58,3 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan temuan pada tabel 8, terlihat bahwa dari berbagai tingkat pendidikan menilai LAK tidak berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. dan rata-rata secara keseluruhan yang menilai LAK berguna untuk sebagian besar situasi keputusan adalah responden dengan pendidikan S2. Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot seluruh responden dari berbagai tingkat pendidikan kecuali yang berpendidikan S1 menilai LAK berguna dalam konteks keputusan tersebut. Untuk sebagian besar situasi keputusan lebih banyak yang menilai LAK tidak berguna. Terlihat prosentase pada masing- masing konteks keputusan responden lebih banyak tidak memberikan penilaian 0% atau sama sekali tidak ada yang menilai LAK berguna. Hal tersebut kemungkinan karena para responden kurang mengerti terhadap kegunaan LAK untuk beberapa situasi keputusan. Karena menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa responden, bahwa beberapa SKPD tidak menyusun LAK. Sehingga mereka tidak dapat menilai kegunaan LAK dalam proses pembuatan keputusan Kegunaan LTRPB Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja terhadap 12 Konteks keputusan yang disediakan, didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 9 di bawah ini: 27

38 Tabel 9 Penilaian Responden Terhadap Kegunaan Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Dalam 12 Konteks Keputusan Konteks Keputusan Na SLTA D3 S1 S2 (%) (%) (%) (%) (%) 1 Menilai kinerja Pemkot Menilai kinerja Program Menilai efektivitas Pemkot dalam ,5 50 pengelolaan barang/ jasa 4 Menilai efisiensi Pemkot dalam ,5 100 pengelolaan barang/ jasa 5 Untuk membantu mengelola aset dan ,5 50 liabilitas (kewajiban) Pemkot 6 Untuk membantu Pemkot dalam ,5 100 memenuhi kewajiban akuntabilitas 7 Untuk keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 8 Untuk keputusan belanja modal Pemkot ,5 100 yang besar nilainya 9 Untuk mengevaluasi keputusan alokasi sumberdaya Pemkot 10 Untuk menilai kebutuhan sumberdaya ,5 100 masa depan Pemkot 11 Untuk mengidentifikasi harga pokok ,5 50 barang dan jasa yang disediakan Pemkot 12 Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemkot ,5 0 Rata-rata 50 54,2 29,2 43,8 79,2 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh responden dari berbagai bidang pendidikan menilai laporan terget dan realisasi pendapatan dan belanja (LTRPB) berguna untuk sebagian besar situasi keputusan. dapat terlihar secara rata-rata responden yang menilai LTRPB tidak berguna untuk sebagian besar konteks keputusan adalah responden dengan tingkat pendidikan D3 dan S1. Meskipun isi dari LTRPB tidak jauh berbeda atau hampir sama dengan isi dari LRA, akan tetapi dapat dikatakan bahwa sebenarnya responden masih ragu 28

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi 2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

Lebih terperinci

4. Temuan dan Pembahasan 4.1.Gambaran Umum Responden Penelitian Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Total Total 100,0 Total 100.

4. Temuan dan Pembahasan 4.1.Gambaran Umum Responden Penelitian Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Total Total 100,0 Total 100. 4. Temuan dan Pembahasan 4.1.Gambaran Umum Responden Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran umum responden dapat dikemukakan seperti tampak pada tabel 4.1. berikut : Tabel 4.1. Gambaran

Lebih terperinci

Oleh: HIKMAH MIALISA MUSTIKA FENI NIM: KERTAS KERJA

Oleh: HIKMAH MIALISA MUSTIKA FENI NIM: KERTAS KERJA PERSEPSI ANGGOTA KOMISI II DPRD PEMERINTAH KOTA SALATIGA TERHADAP USEFULNESS DAN UNDERSTANDABILITY LAPORAN KEUANGAN YANG DISAJIKAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Oleh: HIKMAH MIALISA MUSTIKA FENI NIM: 232006168

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB BAB 1 P E N D A H U L U A N Latar Belakang Maksud dan Tujuan Dasar Penyusunan Metode Penyusunan PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dihadapkan pada suatu keadaan dimana pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sulistyo (2016) mengenai Evaluasi Implementasi Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG Sumber gambar span.depkeu.go.id I. PENDAHULUAN Reformasi keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membuka wacana baru disetiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Tuntutan masyarakat semakin berani dan secara terbuka menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Kapabilitas Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

Lebih terperinci

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual Lampiran I Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju dengan Akuntansi Berbasis Kas Menuju 5. Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan dalam kerangka konseptual 6. Entitas Akuntansi

Lebih terperinci

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT) > *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT) y ^2 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ^ *- ^S^^ Untuk Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik khusus diantaranya

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Sesi 1 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. Arah dan cakupan Anggaran Sektor Publik Learning

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RANCANGAN BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Pelaporan dan Evaluasi Kinerja

BAHAN AJAR Pelaporan dan Evaluasi Kinerja DIKLAT PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BAGI KASUBBAG UMUM BAHAN AJAR Pelaporan dan Evaluasi Kinerja Oleh: Mukhtaromin, SST., Ak., MM. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DASAR HUKUM Psl 1 UU17/2003 Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih Belanja

Lebih terperinci

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH PENDAHULUAN Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah diperlukan informasi-informasi yang menunjang bagi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah diperlukan informasi-informasi yang menunjang bagi kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangatlah diperlukan informasi-informasi yang menunjang bagi kemajuan dan kepentingan organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi di Indonesia, khususnya sektor publik berjalan sangat lambat. Sampai dengan tahun 2004 Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan single-entry.

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH SALINAN draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2014 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 6 2017 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARANPENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT YANG BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:

Lebih terperinci

PERSEPSI BIROKRAT KOTA SALATIGA TERHADAP UKURAN KINERJA SEKTOR PENDIDIKAN DASAR KERTAS KERJA

PERSEPSI BIROKRAT KOTA SALATIGA TERHADAP UKURAN KINERJA SEKTOR PENDIDIKAN DASAR KERTAS KERJA PERSEPSI BIROKRAT KOTA SALATIGA TERHADAP UKURAN KINERJA SEKTOR PENDIDIKAN DASAR Oleh : R. PANDU SATRIO DEWANTO NIM : 232008222 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71

BAB I PENDAHULUAN. menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah Prinsip Akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 4 2016 SERI A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah peralihan akuntansi pemerintah yang berbasis

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI Standar Akuntansi Input Process Output Transaksi - Keuangan - Kekayaan - Kewajiban Proses Akuntansi - Analisa Transaksi - Jurnal / Entries - Posting Lap. Keuangan

Lebih terperinci

B U P A T I K U N I N G A N

B U P A T I K U N I N G A N B U P A T I K U N I N G A N PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 ayat

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.450, 2017 KEMENDAGRI. Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. Raperkepala daerah Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. Pedoman Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS 1.1 TINJAUAN TEORETIS 1.1.1 Teori Entitas Menurut Paton (dalam Suwardjono, 2005) dalam teorinya, bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

ISSN E.P. Mentu., J.J. Sondakh. Penyajian Laporan Keuangan

ISSN E.P. Mentu., J.J. Sondakh. Penyajian Laporan Keuangan PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NO.71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH DAN DINAS SOSIAL PROV. SULUT GOVERMENT S FINANCIAL STATEMENT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH 6 PILAR TEKNIK AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1. PP 71/2010 PMDN 64/2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI & SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT N O M O R 5 4 T A H U N 2 0 1 5 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG SISTIM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA KERTAS KERJA

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA KERTAS KERJA PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA Oleh : YUSAK ARIANTO PUTRO NIM : 232007009 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI

KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH 6 PILAR TEKNIK AKUNTANSI PMDN64/2013 1. PP 71/2010 PMDN 64/2013

Lebih terperinci

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan 15 BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kepemimpinan (Commander Theory) Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan bertumpu pada asumsi bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan pencatatan tunggal (single entry), dengan menggunakan Cash basis. Sehingga tidak

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PADA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1999, Indonesia telah menyelenggarakan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah tersebut ialah Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH...

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH... DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN... 1 8 Tujuan Umum Kebijakan Akuntansi... 1 2 Tujuan Khusus Kebijakan Akuntansi... 3 Ruang Lingkup Kebijakan Akuntansi... 4 5 Basis Akuntansi... 6 8 DEFINISI... 9 LAPORAN

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menyelengggarakan pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 T E N T A N G PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang otonomi daerah yang didefinisikan

Lebih terperinci