PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty"

Transkripsi

1 PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty Agung Maulana 1,Haryanto Susilo 2, Erni Rustiani 3 1,2&3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Tanaman Akar wangi memiliki bau yang harum yang menyenangkan sangat baik untuk digunakan sebagai aromaterapi, dan dapat dikembangkan menjadi suatu sediaan kosmetik salah satunya dalam bentuk sabun transparan. Tujuan dari penelitian ini adalah Membuat sabun transparan aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty, mengetahui konsentrasi minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dalam sabun transparan yang paling disukai panelis dan Melihat stabilitas sabun transparan aromaterapi minyak akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dalam penyimpanan pada suhu 25 o C-30 o C dan 40 o C selama 2 bulan. Pada penelitian ini dibuat tiga formulasi sabun transparan berdasarkan konsentrasi minyak atsiri 0,5, 1 dan 1,5. Parameter uji meliputi kadar air, ph, alkali bebas, minyak mineral, uji stabilitas pada suhu o C dan pada suhu 40 o C selama 2 bulan dan uji kesukaan. Untuk uji kesukaan formula yang paling disukai yaitu formula 2 kesukaan ini meliputi warna, tekstur, bau, busa, kesan licin pada saat pembilasan dan kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan untuk uji iritasi setelah pemakaian tidak terjadi iritasi pada panelis terhadap ketiga formula, uji ph dan minyak mineral memenuhi standar mutu sabun dan uji kadar air, asam lemak bebas tidak memenuhi standar mutu sabun. Kata kunci: Akar Wangi, Sabun Transparan, Aromaterapi. ABSTRACT Root crops fragrance has a pleasant sweet aroma excellent for use as aromatherapy, and can be developed into a one cosmetic preparation in the form of transparent soap. The purpose of this study is Making transparent soap aromatherapy with essential oils of vetiver ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty, knowing the concentration of essential oils of vetiver ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty in the most transparent soap and the Seeing panelists preferred the stability of transparent soap aromatherapy vetiver oil ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty in storage at a temperature of 25oC - 30oC and 40oC for 2 months. in this study, transparent soap made three formulations based on the concentration of essential oil 0.5, 1 and 1.5. parameters tests include moisture content, ph, alkali -free, mineral oil, the stability test at 25-30oC and at 40oC for 2 months and preference test. To test a most preferred formula is formula 2 a includes color, texture, smell, foam, slippery impression during rinsing and gentle or subtle impression after use and to test irritation after application to avoid irritation to the three panelists formula, test the ph and mineral oil soaps meet quality standards and test moisture content, free fatty acids do not meet quality standards soap. Keywords : Akar Wangi, Transparent Soap, Aromatherapy. PENDAHULUAN Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri, maka usaha penggalian sumbersumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak asiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri

2 (Rumondang, 2004). Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral (Buchbauer et al, 1991) Tanaman Akar wangi memiliki bau yang harum yang menyenangkan sangat baik untuk digunakan sebagai aromaterapi dan merileksasikan tubuh, mirip dengan bau dari kayu cendana, mengandung Vetiver yang merupakan konstituen dari parfum kelas tinggi, digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik, pewangi sabun, obat pembasmi dan pencegah serangga. Minyak vetiver mempunyai aroma yang lembut dan halus karena ester dari asam vetinenat dan adanya senyawa vetivenol (Tarigan, 2006). Kandungan minyak atsiri akar wangi terdiri dari vetiveron 15, vetiverol 60, dan vetivenat (Ketaren, 1985) Aromaterapi sesuai dengan istilahnya berarti terapi atau pengobatan menggunakan aroma dan keharuman. Sumber keharuman yang digunakan kebanyakan berasal dari alam yaitu segala saripati tumbuhan yang lebih dikenal sebagai minyak atsiri (Essential Oil). Tumbuh-tumbuhan dengan segala macam bau-bauan yang dimiliki diyakini dapat menjaga, melindungi, dan memelihara dari berbagai macam gangguan dan kerusakan serta dapat memberikan keuntungan bagi jiwa dan raga (Anonim, 2008). Aktivitas aromaterapi diukur dengan aktivitas lokomotor, karena komponen aroma dari minyak atsiri akan cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf- syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral di sinilah pusat terjadi relaksasi (Buckle, 1999). Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikelpartikel kecil, sehinga obyek yang berada diluar sabun akan kelihatan jelas (tembus pandang). Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun opaque (sabun yang tidak transparan). (Paul, 2007). Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Juli sampai bulan September 2013 di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor, LIPI dan Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO).. Bahan dan Alat Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, alat destilasi uap air, gelas piala, spatula, pengaduk kaca, termometer, cetakan, oven, penangas air, ph meter, erlemeyer, buret, dan corong pemisah. Bahan yang digunakan adalah akar wangi, asam stearat, minyak kelapa, NaOH 30 (natrium hidroksida), gliserin, etanol 96, gula pasir (sukrosa), coco- DEA (dietanolamida), Natrium klorida, asam sitrat, akuadest, metil jingga, batu didih, kalium hidroksida (KOH 0,1 N), asam klorida (HCl 0,1 N), asam klorida (HCl 10), kalium hidroksida (KOH 0,5N). Metode Penelitian Lingkup penelitian meliputi pengumpulan dan penyediaan bahan yang diperoleh dari Bogor, determinasi tanaman, penetapan kadar air akar wangi,

3 destilasi minyak atsiri akar wangi, formulasi sediaan sabun transparan aromaterapi, pembuatan sabun transparan aromaterapi, evaluasi Mutu sediaan sabun transparan aromaterapi dan uji stabilitas. Skema dapat dilihat pada lampiran 1. Penyediaan dan Pengumpulan Bahan Baku Bahan yang akan digunakan sebagai aromateraphy dalam proses pembuatan sabun transparan adalah tanaman akar wangi yang berumur bulan yang diperoleh dari perkebunan Kabupaten Garut. Determinasi Tanaman Determinasi akar wangi akan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran akar wangi yang digunakan. Penetapan Kadar Air Akar wangi Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off terlebih dahulu, kemudian pinggan disimpan dibagian tengah dengan penahan punch diatasnya. Lalu disetting secara keseluruhan setelah itu ditimbang sampel sebanyak 1 gram diatas punch kemudian ditutup dan tekan tombol start. Setelah proses selesai selama 10 menit maka persen kadar air dari sampel akan tertera secara otomatis (DepKes RI. 2002). Destilasi Minyak Atsiri Akar Wangi Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Metode destilasi minyak asiri ada tiga macam yaitu Destilasi dengan air (Water Distillation), Destilasi dengan uap (Steam Distillation) dan Destilasi dengan air dan uap (Water and Steam Distillation). Mekanisme kerja destilasi uap air ini ialah uap dari air di dalam ketel mengalir melalui bahan yang akan disuling dan membawa minyak asiri kealat kondensor pendingin. Kondensor pendingin adalah bagian dari alat penyuling berupa tabung yang berisi air. Tabung ini dilewati pipa yang di dalamnya dialiri uap hasil penyulingan dari ketel sehingga terjadi kondensasi (pencairan uap). Cairan hasil kondensasi yang terdiri dari campuran air dan minyak ini ditampung dalam suatu tabung, selanjutnya dilakukan proses pemisahan minyak dan air (Kardinan, 2004).(Skema destilasi dapat dilihat pada lampiran 2) Formulasi Sabun Transparan Aromaterapi Pada pembuatan formula sabun transparan aromaterapi konsentrasi yang digunakan untuk sabun aromaterapi berdasarkan penelitian Muchtaridi (2008) yaitu minyak Akar wangi dengan konsentrasi 1 memiliki aktivitas sebagai aromaterapi. Maka dalam penelitian ini Pembuatan sabun transparan (Base Soap) aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi dengan konsentrasi 0,5, 1 dan 1,5. Berikut ini bahan-bahan dan cara pembuatan untuk membuat 200 gram sabun transparan aromaterapi. Formulasi sabun transparan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

4 Tabel 5. Formulasi Sabun Transparan Aromaterapi BAHAN F 1 () F 2 () F 3 () Minyak Atsiri Akar Wangi 0,5 1 1,5 Minyak Kelapa NaOH Gliserin Etanol Gula Pasir 5 (Sukrosa) 5 5 Coco DEA NaCl 0,2 0,2 0,2 3 Asam Sitrat 3 3 Asam Stearat 6,5 6,5 6,5 Akuades ditambahkan hingga Sumber : : Supandi dan Gantini, Pembuatan Sabun Transparan Proses pembuatan sabun transparan aromaterapi yang pertama adalah mencairkan asam stearat pada suhu 60 0 C selama 15 menit, kemudian tambahkan minyak kelapa dan aduk hingga merata. Jika suhu mencapai C tambahkan NaOH dan aduk selama 3-5 menit sehingga terbentuk padatan sabun. Kemudian tambahkan gliserin, etanol, gula pasir, asam sitrat, coco-dea, NaCl, dan air hingga terbentuk sabun dasar lalu tambahkan minyak atsiri akar wangi kemudian aduk sehingga benar-benar homogen sekitar 7-10 menit. Dituangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras. Skema dapat dilihat pada Lampiran 3. Evaluasi Mutu Pembuatan Sabun Transparan Evaluasi dilakukan setelah sediaan terbentuk (Setiap 2 minggu, minggu ke-0 sampai minggu ke-8). Evaluasi pembuatan sabun transparan meliputi : Organoleptik Pengamatan ini meliputi pengamatan terhadap perubahan warna, bentuk dan perubahan bau. Pengamatan ini dilakukan pada sample yang disimpan pada suhu kamar (25 0 C-30 0 C) dan suhu 40 0 C Kadar Air Empat gram contoh ditimbang dengan teliti menggunakan botol timbang yang telah terukur beratnya, kemudian dipanaskan di dalam oven bersuhu C selama dua jam sampai beratnya tetap (SNI ). Perhitungan : Kadar Air = W1 W2 W Keterangan : W = berat contoh (gram) W1 = berat contoh + berat botol timbang sebelum pengeringan (gram) W2 = berat contoh + berat botol timbang setelah pengeringan (gram). Asam Lemak Bebas dan Alkali Alkohol netral disiapkan dengan cara mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu erlemeyer 250 ml, ditambahkan 0,5 ml larutan phenolphthalein dan didinginkan sampai suhu 70 0 C, kemudian dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Lima gram contoh ditimbang dengan teliti dan dimasukan ke alkohol netral yang telah disiapkan, tambahkan batu didih dan pendingin tegak, kemudian dipanaskan selama 30 menit agar cepat larut di atas penangas air. Apabila larutan tidak bersifat alkalis maka akan berwarna tidak merah. Didinginkan hingga suhu mencapai 70 0 C dan dititar dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul warna merah yang tahan selama 15 detik. Perhitungan : Kadar Asam Lemak Bebas = V x N x 205 W Keterangan : V = KOH 0,1 N yang digunakan dalam ml N = Normalitas KOH yang digunakan W = berat contoh yang digunakan dalam gram

5 205 = berat setara asam laurat Apabila larutan tersebut di atas ternyata bersifat basa (penunjuk phenolphthalein berwarna merah) maka yang diperiksa bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan menitarnya menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro buret, sampai warna merah tepat hilang. Perhitungan : Kadar Alkali Bebas dihitung dengan NaOH = V x N x 40 W Keterangan : V = HCl 0,1 N yang digunakan (ml) N = Normalitas HCl yang digunakan W = berat contoh yang digunakan (gram) 40 = berat setara NaOH. Minyak Mineral Lima gram contoh dimasukan ke gelas piala, ditambahkan air dan dipanaskan agar larut. Di tambahkan HCl 10 berlebih sehingga metil jingga berwarna merah dan seluruh asam lemak, lemak netral dan bagian yang tidak mungkin dapat disabunkan akan memisah di lapisan atas. Di masukan ke dalam corong pemisah dan lapisan air di keluarkan. Di pipet 0,3 ml lapisan lemak, tambahkan berlebih 5 ml KOH 0,5 N dalam alkohol, panaskan sampai reaksi penyabunan sempurna menggunakan erlemeyer yang dilengkapi pendingin tegak dan di didihkan selama 2 menit di atas penangas air dan dititar dengan air tetes demi tetes. Jika terjadi kekeruhan berarti positif mengandung minyak mineral, jika tetap jernih berarti tidak mengandung minyak mineral (kurang dari 0,05 ) (SNI ) Sample dihaluskan, kemudian timbang sebanyak satu gram dalam gelas piala. Sebanyak 10 ml aquades ph 7 ditambahkan, lalu dilakukan pengadukan. Setelah larut dilakukan pengukuran ph dengan cara memasukan elektroda ph meter yang telah dikalibrasi, diamkan beberapa saat hingga didapat ph yang tetap (SNI ). Uji Hedonik atau Kesukaan Uji hedonik ini dilakukan untuk menilai suatu sampel dengan melibatkan beberapa panelis atau sukarelawan yang kemudian diminta untuk memberikan pendapatnya atau respon terhadap kualitas suatu sampel. Uji hedonik ini dilakukan oleh 20 panelis baik laki laki atau perempuan (Mahasiswa Universitas Pakuan, Bogor) terhadap sediaan sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi yang diperoleh dan diminta menilai sediaan sabun transparan aromaterapi dari minyak asiri akar wangi meliputi :bau, warna, tekstur, busa, kesan licin atau rasa lengket pada saat pemakaian, iritasi, dan kesan lembut dan halus setelah pemakaian, yaitu dengan memakai sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut pada tangan yang terlebih dahulu dibasahi dengan air, kemudian dipakai sabun aromaterapi transparan dan diamkan sampai sediaan sabun transparan aromaterapi mengering (± 10 menit) lalu bersihkan dengan air, apabila tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan maka sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut dapat digunakan. Pengujian ini menggunakan 4 skala kesukaan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (suka), 4 (sangat suka). Prosedur pengujian hedonik adalah sebagi berikut: Dipilih 20 orang panelis, yang dalam usia produktif dan masing-masing panelis diberi sampel sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi semua formula. 1. Panelis diminta untuk menilai sifat organoleptik masing-masing sampel, sesuai dengan formula. 2. Panelis diminta untuk memakai sediaan sabun transparan aromaterapi pada pergelangan tangan bagian dalam, diamkan (± 10 menit) kemudian dibilas dan panelis diminta menilai sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut sesuai penerimaan panelis. Lembar kuisioner terdapat pada lampiran 4.

6 Suhu Waktu/Minggu T0 T2 T4 T6 T8 25 o - 30 o C Ab Ab ab ab ab 40 0 C Ab Ab ab ab ab Uji Stabilitas Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut, sementara sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimiliki pada saat dibuat (Djajadisastra, 2004). Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilannya optimum. Faktorfaktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah panas, cahaya, kelembaban, oksigen, ph, dan bahanbahan tambahan yang digunakan dalam formula sediaan tersebut (Anonim, 2004). Uji stabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kualitas sediaan sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi. Uji stabilitas ini dilakukan selama 8 minggu pada suhu kamar (25 o -30 o C) dan pada suhu 40 o C suhu dipercepat. Sabun transparan aromaterapi ditempatkan dan dikondisikan sesuai dengan suhu tersebut. Kemudian diamati secara berkala setiap dua minggu sekali baik secara subjektif (organoleptik) maupun secara kuantitatif (kadar air, asam lemak bebas, minyak mineral dan derajat keasaman). Uji stabilitas yang dilakukan terdapat mutu sabun transparan aromateraphy minyak atsiri akar wangi dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Stabilitas Keterangan: a. Organoleptik (bentuk, perubahan warna, dan bau) b. Kadar air, Asam Lemak Bebas, Minyak Mineral, ph. Minyak Atsiri Akar Wangi Determinasi akar wangi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran akar wangi yang digunakan. Hasilnya dilihat pada Lampiran 5. Hasil penentuan kadar air pada akar wangi yaitu sebesar 48. Akar wangi yang digunakan sebanyak 8 kg, kemudian akar wangi dipotong-potong menjadi dua atau tiga bagian. Diperoleh hasil minyak atsiri 40 ml. Sehingga rendemen yang didapat adalah 0,5. Minyak atsiri yang dihasilkan berwarna kekuningan dan bau khas aromatik dari akar wangi. Hasil dapat dilihat pada gambar 3 dan Lampiran 7. Gambar 3. Minyak Atsiri Akar Wangi Evaluasi Mutu Sabun Transparan Sabun transparan minyak atsiri akar wangi dibuat sebanyak 3 formula dengan perbedaan konsentrasi 0,5, 1 dan 1,5. Gambar sabun transparan dapat dilihat pada gambar 4.

7 Derajat Keasaman (ph) Hasil pengujian ph diperoleh F1(10,8), F2(10,7), F3(10,7), syarat ph 11, artinya semua formula memenuhi syarat Gambar 4. Sabun Minyak Atsiri Akar Wangi Hasil Pengujian organoleptik Berdasarkan pengujian sediaan sabun transparan yang dihasilkan pada F1, F2 dan F3 memiliki warna kuning kecoklatan tranparan, bau yang dihasilkan khas akar wangi, dan bentuk sesuai dengan cetakan. Kadar Air Hasil pengujian kadar air diperoleh F1(22,5), F2(15), dan F3(15), F1 tidak memenuhi syarat maksimal 15. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan, semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat digunakan. Hal ini disebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak mudah larut dalam air. Asam Lemak Bebas Hasil pengujian alkali bebas diperoleh F1(1,2), F2(1,2), F3(1,2), semua formula memenuhi syarat, karena syaratnya 2,5. Penurunan kadar asam lemak bebas disebabkan lamanya penyimpanan sehingga asam lemak bebas yang terkandung dalam sabun akan berkurang kadarnya. Mineral Bebas Hasil pengujian mineral bebas untuk semua formula hasilnya negatif, artinya memenuhi syarat. Karena bila mineral bebas ada maka sabun akan menjadi keruh dan tidak transparan. Uji Kesukaan Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk sebelum produk tersebut dijual secara massal. Uji organoleptik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kesukaan dengan skala hedonik terhadap 20 panelis yang meliputi tujuh parameter yang di uji yaitu meliputi kesukaan terhadap tekstur, warna, bau, busa, kesan licin atau lengket pada saat pembilasan, kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan iritasi terhadap pengaruh formulasi. Pada uji organoleptik, panelis akan diminta tanggapannya terhadap tiga jenis sabun transparan yang akan diuji. Tanggapan yang diberikan oleh panelis diwujudkan dalam bentuk nilai antara 1 sampai dengan 4 dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Nilai 1 menyatakan bahwa panelis memberikan tidak suka 2. Nilai 2 menyatakan bahwa panelis memberikan kurang suka 3. Nilai 3 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan suka 4. Nilai 4 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan sangat suka. Pada uji organoleptik ini ke tiga formula sabun transparan yang diujikan diberi kode angka acak. Tujuan penggunaan kode berupa angka acak tersebut adalah untuk menghindari penafsiran panelis terhadap sampel uji dan panelis tidak membandingkan sampel. Hasil dapat dilihat pada gambar 4 dan Lampiran 4.

8 Nilai Rata-rata Uji Kesukaan F1 F2 F3 Warna Uji warna merupakan uji yang dinilai panelis terhadap warna yang dihasilkan terhadap sabun. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap warna yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 8, dan Lampiran 6. Gambar 4. Diagram Batang Hasil Uji Kesukaan. Aroma atau Bau Aroma atau merupakan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sabun. Sabun yang memiliki bau yang menarik tentunya akan dipilih oleh banyak konsumen. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap aroma atau bau yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4,dan Lampiran 6. Tekstur Uji tekstur merupakan uji untuk menilai penampilan dari sabun transparan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap tekstur yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Busa Busa merupakan salah satu hal penting pada produk sabun. Pada umumnya konsumen lebih menyukai sabun yang memiliki pembusaan yang lebih banyak dibandingkan dengan sabun yang pembusaannya sedikit. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap busa yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Kesan Licin Uji kesan licin merupakan uji yang di nilai panelis mengenai kesan licin pada saat pemakaian. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap kesan licin yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 8, dan Lampiran 6. Kesan Lembut Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap kesan lembut setelah pemakaian, yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Uji Iritasi Dari hasil pengamatan uji kesukaan berdasarkan parameter efek iritasi terhadap 20 orang panelis dengan metode uji tempel tertutup pada lengan atas bagian dalam menunjukkan sabun tidak menimbulkan efek iritasi terhadap panelis karena tidak ditemukannya gejala timbulnya warna merah dan kulit tidak terasa gatal setelah pemakaian. Hasil Uji iritasi terhadap panelis dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji Statistik Untuk memperoleh suatu kesimpulan dari kesukaan panelis maka harus dilakukan analisis data secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS 17. Hasil uji statistik sigma < 0,1 untuk parameter aroma, tekstur, warna, artinya ada perbedaan nyata di semua formula.

9 Hasil uji statistik sigma > 0,1 untuk parameter busa, kesan licin, dan kesan lembut, artinya tidak ada perbedaan nyata di semua formula. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 Uji Stabilitas Sabun Transparan Sabun transparan diuji stabilita pada suhu kamar C dan suhu 40 0 C (stabilita dipercepat) selama 8 minggu. Hasil pengamatan dari uji bentuk sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama pengujian baik pada suhu C mempunyai dan suhu 40 C pada minggu ke-0 sampai minggu ke-6 menunjukkan tidak adanya perubahan tetapi pada minggu ke-8 menunjukkan perubahan bentuk sabun menjadi mengerut atau menyusut dari segi bentuk ukurannya hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu dan waktu penyimpanan yang semakin lama. Data terdapat pada tabel 7 Hasil pengamatan berdasarkan pengujian bau sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan pada suhu C dan Suhu 40 C selama dua bulan mempunyai bau tetap khas akar wangi. Hal ini menunjukkan bahwa bau pada sediaan cukup baik dan stabil selama penyimpanan dua bulan. Data terdapat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau Sabun Transparan Minggu Bau ke- Suhu C Suhu 40 C F 1 F2 F 3 F 1 F2 F Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Sabun Transparan Minggu ke- Bentuk Suhu C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F Keterangan : (-) : Bau berubah (+) : Bau khas akar wangi Hasil pengamatan warna pada sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan pada suhu kamar (Suhu C) dan (Suhu 40 C) tidak mengalami perubahan warna selama 8 minggu. Data terdapat pada tabel Keterangan : (-) : Bentuk Mengerut (+) : Bentuk Stabil atau tidak berubah

10 Tabel 9. Hasil Pengamatan Warna Sabun Transparan Min ggu ke- Warna Suhu C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F Keterangan : (-) : Warna berubah (+) : Warna Kuning kecoklatan Evaluasi Sabun Transparan Aromaterapi Kadar Air Tabel 10. Kadar Air Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Akar Wangi Suhu o C dan 40 C Mingg u ke- 0 22,5 2 20, Kadar Air () Suhu C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 22,5 17,5 10,0 10, ,0 10,0 10,0 Hasil analisis kadar air sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi F1 pada minggu ke-0, dan minggu ke-2 penyimpanan suhu o C dan suhu 40 C tidak memenuhi standar mutu sabun SNI karena hasil kadar air melebihi 15. Seluruh formula selama penyimpanan pada suhu C dan 40 0 C selama 8 minggu mengalami penurunan, karena kemungkinan air dalam sabun menguap pada suhu dan waktu tertentu sehingga kadar airnya menurun. Data terdapat pada tabel 7. Asam Lemak Bebas Tabel 12. Asam Lemak Bebas Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Akar Wangi pada Suhu o C dan Suhu 40 o C. Minggu ke- Asam Lemak Bebas () Suhu C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 0 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,1 4 1,1 1,1 1,2 1,6 1,2 1,6 6 1,1 1,0 1,6 1,6 1,2 1,6 8 1,6 1,6 1,2 1,2 1,2 1,2 Asam lemak bebas dalam sabun adalah asam lemak yang tidak terikat sebagai senyawa dengan natrium ataupun trigliserida. Kandungan asam lemak bebas dalam sabun mandi menurut SNI adalah kurang dari 2,5. Hasil analisis menunjukkan bahwa asam lemak bebas pada sabun transparan rata-rata lebih rendah dari 2,5 dan memenuhi SNI Asam lemak bebas tidak diharapkan tinggi pada sabun karena akan mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran minyak, lemak atau pun keringat. Selama penyimpanan suhu C dan 40 0 C selama 8 minggu mengalami penurunan, disebabkan lamanya penyimpanan sehingga asam lemak bebas yang terkandung dalam sabun akan berkurang kadarnya. Data dapat dilihat pada Tabel 12. Mineral Bebas Mineral bebas merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. Mineral merupakan senyawa yang mengandung unsur logam. Analisis

11 minyak mineral pada sabun merupakan salah satu parameter penting yang harus dilakukan pada standar mutu sabun. Kandungan minyak mineral pada sabun sangat tidak diharapkan karena akan Minggu ke- ph Suhu C Suhu 40 C F 1 FII FIII F 1 FII FIII 0 10,8 10,7 10,7 10, ,7 2 10,7 10,7 10,6 10,7 10,7 10,6 4 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 6 9,7 9,7 9,7 9,8 9,7 9, ,7 9,8 9,8 9,7 9,8 menurunkan daya emulsi dari sabun tersebut. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik. Minyak mineral biasanya terdapat di alam, contoh minyak mineral adalah bensin, solar dan minyak tanah sehingga hal ini tidak boleh ada pada kosmetik. Minyak mineral dalam sabun harus negatif itu berarti sabun tidak mengandung minyak mineral yang ditunjukan dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat titrasi dengan menggunakan air. Hasil analisis pada sabun transparan aromaterapi dari minyak atsiri akar wangi untuk semua formula menunjukkan hasil yang negatif terhadap minyak mineral pada minggu ke-0 sampai minggu ke 8 terhadap penyimpanan pada suhu o C dan suhu 40 o C selama dua bulan. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan aromaterapi memenuhi standar mutu sabun mandi menurut SNI. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis produk sabun atau kosmetik karena bila ph yang terkandung dalam sabun terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, ph produk kosmetik sebaiknya disesuaikan dengan kondisi kulit yaitu berkisar 4,5-7 tetapi pada umumnya derajat keasaman (ph) pada sabun lebih berada pada kondisi basa dibandingkan dengan kondisi asam. Hasil pengukuran menggunakan alat ph meter terlihat nilai derajat keasaman (ph) sabun transparan aromaterapi berkisar 9,7-10,8. Hal ini berarti ph pada sabun transparan aromaterapi pada suhu suhu o C dan suhu 40 o C memenuhi standar ph sabun mandi yaitu tidak melebihi ph 11. Data dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pengukuran Derajat Keasaman (ph) Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Atsiri Akar Wangi Pada Suhu o C dan 40 C Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dapat diformulasikan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan sabun transparan aromaterapi. 2. Berdasarkan uji kesukaan terhadap panelis, formula yang paling disukai panelis yaitu pada formula II dengan konsentrasi 1 dengan parameter pengujian bau, warna, tekstur, busa, kesan licin atau lengket pada saat pembilasan, kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan untuk uji iritasi. 3. Ketiga formula sediaan sabun transparan aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty stabil pada suhu 25 C- 30 C selama penyimpanan 2 bulan dibandingkan penyimpanan pada suhu 40.

12 Saran Perlunya perbaikan dalam teknik pembuatan sabun transparan yaitu dilakukannya pengadukan yang homogen dan cepat dengan menggunakan alat homogenizer.. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Laboratorium Farmasi. Program Studi Farmasi. Universitas Pakuan. Bogor Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Standar Mutu Sabun Mandi. SNI Dewan Standar Nasional. Jakarta. Bailey, AE Industrial Oil and Fat Product. Interscholastic Publishing, Inc. New York. Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H., Plank, Ch., and Karamat, E Aromatherapy: Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after Inhalation. Journal of Biosciences; 46c, Buckle, J Use of Aromatherapy as Complementary Treatment for Chronic Pain. J. Alternative Therapiess; 5, Butler, Poucher s Perfumes, Cosmetics and Soap. Kluwer Academic Publisher. London. DepKes., RI Sediaan Galenik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Djajadisastra, J HIKI. Departemen Farmasi, FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta. Guenther, E Minyak Atsiri. Jilid I. UI-PRESS. Jakarta. Hambali, E. A. Suryani dan M. Rival Membuat Sabun Transparan. Penebar Plus. Jakarta. Kardinan, A Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetika. Agromedia Pustaka. Jakarta. Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta Lachman, L., Lieberman, H. A dan Kanigh, J.L Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia. Jakarta Luthony, T, L. dan Rahmawati Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Muchtaridi, Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterapi dan Potensinya Sebagai Produk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Bandung. Mutschler, E Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi Dan Toksikologi. Edisi V, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal: Nurzaman, Pemanfaatan Limbah Padat Penyulingan Minyak Atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) Sebagai Substitusi Tepung Kayu Pada Proses Produksi Obat Nyamuk Bakar (Double Coil). Skripsi,Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

13 Paul, S Fatty Acid and Soap Making com/fatty -acidsoap-making.html [18 Agustus Prawiropoetro, H.R.T. Soekardjo, Dasar-dasar Teknologi Minyak Atsiri. PT Petrokimia Gresik (Persero). Gresik. Qisti, R Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rumondang, B., 2004, Esterifi kasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam (Patchouli Oil), Universitas Sumatera Utara, hlm Dengan Destiasi Uap dan Analisis Kadar Khusimolnya Dengan GC MS. Sekolah Farmasi ITB : diterbitkan. Tonny dan Yeyet Tanaman Akar wangi. Kanisius, Yogyakarta. Tarigan, N Jenis jenis Serangga dan Intensitas Serangannya Pada Berbagai Pola Tanaman Akar Wangi. Buletin Teknik Pertanian II.I Wade, A. and Weller Handbook of Pharmaceutical Excipients. Second Edition. The American Pharmaceutical Association. Washington, USA. Wasitaatmadja, Ss.M Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. Jakarta. Santoso, H B Akar Wangi Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Somantri. (2007). Pengertain Luka dan faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka. Referensi: com/2012/23 diakses (Jum at, 21 Desember 2012, wib). SNI Sabun Mandi. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Spitz, L Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review. AOCS Press, Champaign-Illinois. Supandi dan Gantini Formulasi Sabun Transparan Minyak Nilam Sebagai Obat Jerawat. Universitas Muhammadiyah. Sunandar, C. (2008). Produksi Minyak Akar Wangi (Java Vetiver Oil)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.

Lebih terperinci

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT E. Hambali, T. K. Bunasor, A. Suryani dan G. A. Kusumah APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Erliza Hambali, Tatit K Bunasor, Ani Suryani dan Giri Angga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 800 dpl. Sereh memiliki nama familiar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pemurnian Minyak Jelantah Proses pemurnian minyak jelantah terdiri dari tiga tahap yaitu penghilangan kotoran (despicing), netralisasi dan pemucatan (bleaching). Penghilangan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT

KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi Departemen Teknologi

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P. PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Susanti, N. M. P. 1, Widjaja, I N. K. 1, dan Dewi, N. M. A. P. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.)

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) Formulasi Sediaan Sabun Mandi Yullia Sukawaty, dkk 14 FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) FORMULATION OF BAR SOAP WITH BAWANG TIWAI (Eleutherine

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS Nur Istiqomah, Sutaryono, Farida Rahmawati INTISARI Berdasarkan kebiasaan masyarakat dalam menyimpan margarin untuk dikonsumsi dalam jangka

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK Tuti Indah Sari, Julianti Perdana Kasih, Tri Jayanti Nanda Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Minyak jarak merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 3.1.1 Prinsip Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. Tambahkan air dan didihkan. Selanjutnya disambung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

Analisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O

Analisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O Analisis Makanan, Kosmetik & Perbekalan Farmasi S H A M P O O S H A M P O O Suatu bentuk sediaan untuk digunakan pada rambut, yang mengandung detergen. Tujuan utama dari shampoo : Untuk mencuci, menghilangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.)

FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.) FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.) Boesro Soebagio, Sriwidodo, Irni Anggraini Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi BAB II METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi penyiapan bahan tumbuhan, penetapan kadar air, penetapan kadar minyak atsiri, isolasi minyak atsiri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SABUN PADAT AROMATERAPI DARI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK GUBAL GAHARU (Aquilaria malaccensis)

PEMBUATAN SABUN PADAT AROMATERAPI DARI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK GUBAL GAHARU (Aquilaria malaccensis) PEMBUATAN SABUN PADAT AROMATERAPI DARI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK GUBAL GAHARU (Aquilaria malaccensis) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, FATETA Universitas

Lebih terperinci

Pupuk amonium klorida

Pupuk amonium klorida Standar Nasional Indonesia Pupuk amonium klorida ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL Praptanti Sinung Adi Nugroho Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Sabun merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimen. Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada percobaan ini terdapat 6 taraf perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI Afifa Ayu, Farida Rahmawati, Saifudin Zukhri INTISARI Makanan jajanan sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL) Disusun oleh: AGUS HERYANTO I 8310004 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol

Lebih terperinci