DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA (ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2012)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA (ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2012)"

Transkripsi

1 DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA (ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2012) Dewi Setyaningsih ABSTRACT Latar Belakang : Populasi penduduk di Indonesia 26,67 % diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja ( tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap maalah-masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA dan HIV/AIDS. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dibandingkan dengan SDKI 2002 dan 2007, terjadi peningkatan hubungan seks pranikah pada remaja usia tahun. Perkembangan jaman, arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja, sehingga ini berdampak pada terbentuknya sikap baru terhadap perilaku seksual pada remaja. Laporan UNFPA menyebutkan bahwa remaja di Indonesia sudah mulai melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun sebanyak 7,9 %, sedang usia 18 tahun ada 40,02% Tujuan: Mengetahui determinan faktor yang berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah pada remaja Metode Penelitian: Penelitian ini mengambil data dari SKRRI tahun 2012, menggunakan rancangan cross-sectional study, subyek penelitian ialah remaja usia tahun yang sudah melakukan hubungan seksual. Uji statistik yang digunakan adalah t-test dengan p<0.05 Hasil: Analisis bivariate menunjukkan bahwa paparan media informasi dan tempat tinggal berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah pada remaja ( P-value: 0,00*). Kesimpulan: Semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama dan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota. Kata Kunci: Determinan faktor, seks pranikah, inisiasi seks pranikah PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif), HIV/AIDS. (1) Pada masa remaja terjadi pembentukan norma baru yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dan upaya mencari kebebasan, hal ini perlu mendapat bimbingan dan pengawasan. (2) Perkembangan jaman, arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja, sehingga ini berdampak pada terbentuknya sikap baru terhadap perilaku seksual pada remaja. Penelitian Wong menyatakan remaja yang telah memulai hubungan seksual memegang sikap-sikap yang lebih bebas dari pada remaja yang tidak pernah melakukan hubungan seksual pranikah. (3) Di Indonesia dilaporkan 15% remaja sudah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Laporan United Nations For Population Activities (UNFPA) menyebutkan bahwa remaja di Indonesia sudah mulai melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun sebanyak 7,9%, sedang usia 18 tahun ada 40,02%. (4) Peningkatan perilaku seksual yang terjadi pada remaja perlu mendapat penanganan yang serius dari semua pihak. Perilaku seks bebas pada remaja tidak terjadi secara tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya faktor yang mendorong terjadinya perilaku 35

2 antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilainilai pada remaja. Studi yang menyatakan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan waktu pertama kali berhubungan seksual pada pelajar di Busan, Korea adalah jenis kelamin, sikap orang tua, akses pornografi, merokok dan alkohol. (5) Sedangkan hasil studi di Eropa menyatakan bahwa selain jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua dan wilayah (desa/kota) juga berpengaruh terhadap inisiasi seksual pra nikah pada remaja. (6) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Republik Indonesia (SKRRI) tahun 2012 yang di laksanakan di 33 propinsi di Indonesia dan dikumpulkan dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study). Populasi penelitian ini semua remaja usia tahun yang menjadi sampel dalam SKRRI 2012 sejumlah responden remaja. Sampel menggunakan populasi subyek SKRRI tahun 2012 yaitu kelompok remaja usia tahun dengan kriteria inklusi remaja yang belum menikah dan sudah melakukan hubungan seksual. Untuk kriteria ekslusi adalah responden yang pernah melakukan hubungan seksual tetapi tidak mengisi pertanyaan pertama kali melakukan hubungan seks pranikah. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) yaitu determinan faktor seks pranikah meliputi jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh alkohol, variabel terikat (dependent variable) yaitu usia inisiasi seks pranikah. Instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dari kuesioner SDKI Analisis data yang digunakan analisis univariabel, bivariabel dengan t-test dan multivariabel menggunakan multiple regresi. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi determinan faktor seks pra nikah meliputi jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh alkohol. Variabel n =1.311 % Jenis Kelamin perempuan Laki-laki Pendidikan SMA-PT SD-SMP Paparan media informasi < 2 sumber 2 sumber Tempat Tinggal Desa Kota Pengaruh Alkohol Pernah mengkonsumsi Tidak pernah mengkonsumsi ` ` ,07 89,93 68,57 31,43 16,09 83,91 42,56 57,44 79,56 20,44 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa remaja laki-laki lebih dominan (89,93%) dari pada remaja perempuan. Pendidikan remaja lebih banyak (68,57%) pada kategori pendidikan SMA-PT. Paparan media informasi mayoritas (83,91%) 2 sumber. Tempat tinggal remaja paling banyak di daerah kota (57,44%). Mayoritas remaja (79,56%) pernah mengkonsumsi alkohol. Analisis variabel usia inisisai seks pranikah pada remaja diketahui bahwa rerata usia inisiasi seks pranikah pada remaja adalah 17,57 ± 2,12. Sedangkan usia inisiasi seks pranikah paling muda berusia 10 tahun sedangkan paling tua usia 24 tahun. Alasan dari remaja melakukan hubungan seksual pertama kali diketahui paling banyak (51,03%) karena penasaran/ingin tahu dan yang paling sedikit (0,92) karena ikutan temannya. Gambaran alasan dari remaja 36

3 melakukan hubungan seksual pertama kali bisa dilihat dari gambar 1 berikut ini: Gambar Alasan remaja melakukan hubungan seksual pertama kali 2. Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal, pengaruh alkohol, dengan usia inisiasi seks pranikah pada remaja Berdasarkan tabel untuk jenis kelamin terlihat tidak ada perbedaan rerata usia antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dilihat dari hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,06 > 0,05. Begitu juga untuk pendidikan tidak ada perbedaan rerata karena nilai p 0,19 > 0,05. Pengaruh alkohol juga tidak ada perbedaan rerata ditandai nilai p 0,89 > 0,05. Berdasarkan paparan media informasi terdapat perbedaan rerata pada remaja sebesar 0,45. Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna, hal ini menunjukkan semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama. Berdasarkan tempat tinggal remaja antara desa dan kota terdapat perbedaan rerata sebesar - 0,37. Uji statistik menunjukkan nilai p 0,00 < 0,05 hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara remaja yang tinggal di desa dan di kota. Nilai t-test bernilai negatif sebesar 3,12 menunjukkan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota. PEMBAHASAN Adanya perkembangan jaman arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja di Indonesia, termasuk pergeseran sikap remaja terhadap seks pranikah dan perilaku seks pranikah. Hasil penelitian ini merupakan representatif kehidupan remaja usia tahun di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lakilaki lebih banyak melakukan hubungan seksual pranikah. Kecenderungan perilaku seks pranikah mayoritas lebih ditujukan oleh laki-laki dibanding perempuan. Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan salah satunya adalah pengalaman berfantasi seksual. Remaja laki-laki melakukan fantasi seksual sekitar 93% sedang perempuan 89%. (7) Perbedaan gender memberikan kekuasaan lebih besar pada laki-laki ditahap awal sebuah relasi, hal ini dilihat dari model kognitif yang digunakan oleh remaja dalam interaksi pacaran. Laki-laki mengikuti aturan pacaran yang lebih proaktif dibanding perempuan. (8) Penelitian 37

4 di Jepang menunjukkan bahwa remaja perempuan mempunyai sikap yang lebih konservatif terhadap perilaku seks pranikah. (9) Walaupun dalam penelitian ini didapatkan laki-laki lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah tetapi ditemukan bahwa tidak ada beda rerata usia inisiasi seks pranikah antara remaja laki-laki dan perempuan. Paparan media informasi yang diterima oleh remaja akan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Diketahui pada penelitian ini mayoritas remaja mendapatkan paparan media informasi 2 sumber. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah radio, televisi dan majalah. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil bahwa terdapat beda rerata antara remaja yang mendapatkan paparan media informasi < 2 sumber dan 2 sumber. Hal ini menunjukkan semakin banyak remaja terpapar sumber informasi maka usia inisiasi seks pranikah akan menjadi lebih lama. Hasil penelitian ini didukung penelitian di Cina yang menyatakan bahwa akses dan penggunaan media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual pranikah pada remaja. Media massa dapat membawa implikasi moral untuk generasi muda sehingga diperlukan intervensi program kesehatan reproduksi dengan melibatkan media massa sebagai sumber informasi. (10) Menurut pendidikan diketahui mayoritas responden adalah berpendidikan SMA-PT. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena di sekolah diberikan dasar pengertian dan konsep moral pada individu. (11) Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan rerata antara pendidikan rendah dan tinggi dalam usia inisiasi seks pranikah. Hal ini bisa dikarenakan adanya faktor-faktor lain diluar tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah seperti hasil penelitian di Korea yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan inisisasi seks pranikah adalah jenis kelamin, sikap orang tua terhadap seks, paparan pornografi, rokok dan penggunaan alkohol. (5) Tempat tinggal responden mayoritas adalah di kota. Kebudayaan dimana seseorang tinggal dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Sikap ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. (11) Perkembangan arus globalisasi, pesatnya arus informasi dan kemajuan teknologi di wilayah perkotaan memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja. Dalam penelitian ini didapatkan ada beda rerata antara remaja yang tinggal di desa dan kota dalam usia inisiasi pranikah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang di lakukan di Meksiko menyimpulkan tidak ada perbedaan antara desa dan kota dalam inisiasi seks pranikah. (12) Pada penelitian ini ditemukan bahwa usia inisiasi seks pranikah lebih dini di wilayah pedesaan. Hal ini bisa di sebabkan kurangnya akses informasi mengenai kesehatan reproduksi di wilayah pedesaan. Salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perilaku seksual pada remaja di wilayah pedesaan adalah remaja yang tidak tinggal dengan orang tua atau hanya dengan orang tua tunggal mempunyai perilaku seksual lebih dini (OR = 2,6; 95% CI = 1,0-6,8). Rendahnya komunikasi dengan orang tua serta rendahnya remaja dipedesaan yang mengikuti kegiatan di pusat kesehatan sekolah juga menjadi salah satu penyebabnya perilaku seksual dini pada remaja di wilayah pedesaan (13). Menurut penelitian di Malaysia bahwa faktor predisposisi perilaku seksual pada remaja putri di wilayah pedesaan adalah adanya kegiatan malam, tekanan pasangan seksual, evaluasi diri dan sikap terhadap hubungan seksual pranikah. (14) 38

5 Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat 79,56 remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pernah mengkonsumsi alkohol. Terdapat perbedaan rerata sebesar 0,02 antara yang pernah dan yang belum pernah mengkonsumsi alkohol yang berarti remaja yang mengkonsumsi alkohol akan melakukan hubungan seksual lebih dini walaupun dari analisis bivariat ditemukan bahwa tidak ada beda rerata antara remaja yang pernah dengan yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan di Singapore yang menyatakan bahwa penggunaan alkohol merupakan salah satu faktor inisiasi seksual pranikah pada remaja. (15) Masalah yang perlu menjadi perhatian pada remaja adalah rerata usia inisiasi seks pranikah adalah 17, dan usia inisiasi seks termuda adalah 10 tahun. Sedangkan usia 10 tahun merupakan masa pra remaja dengan organ reproduksi yang belum matang. Penelitian di Cina menunjukkan menyatakan bahwa perilaku seksual dini mempunyai resiko lebih tinggi untuk kehamilan yang tidak diinginkan serta penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. (16) Menurut studi di Malaysia mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seksual remaja adalah kelompok etnis dan agama, tingkat religiusitas, tekanan teman sebaya, norma-norma dan pemantauan orang tua. (3) Masa remaja merupakan masa untuk eksplorasi seksual dan ekspresi. Hal ini dapat dilihat dari alasan remaja melakukan hubungan seksual pertama kali adalah 51,03 % adalah karena penasaran/ingin tahu. Terjadi pergeseran perilaku pacaran remaja, 28% remaja dan 27% remaja wanita sudah memulai pacaran sebelum usia 15 tahun. Begitu juga dengan perilaku pacaran 30% remaja pria dan 6% remaja wanita melakukan aktifitas meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif pada saat pacaran. (17) Ciri-ciri remaja dengan semakin meningkatnya keinginan untuk bebas, orientasi seksual, remaja memasuki masa menahan nafsu birahi, masa mencoba aktifitas seksual serta keinginan untuk mencoba hubungan seksual perlu mendapat pendampingan dan kontrol dari semua pihak, tidak hanya keluarga tetapi juga kontrol masyarakat. (7) Berdasarkan analisis paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh obat-obatan terlarang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap usia inisiasi seks pranikah pada remaja. Faktor- faktor ini yang perlu di perhatikan dalam upaya promotif dan preventif dalam upaya menurunkan perilaku seks pranikah. Penelitian di Eropa menyebutkan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan orang tua mengenai kesehatan reproduksi terutama seks pranikah serta suport orang tua karena dapat berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah pada remaja. (18) Sedangkan dalam penelitian yang lain menyatakan bukan hanya orang tua tetapi peran norma sosial, keluarga, teman sebaya dan sekolah dapat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. (19) KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: Semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama sedangkan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota. KEPUSTAKAAN 1. Wahyuni D, Rahmadewi. KAJIAN PROFIL PENDUDUK REMAJA (10-24 THN) : Ada apa dengan Remaja? Pusdu-BKKBN. 2011;Seri I (No.6). 39

6 2. Mönks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya: Gadjah Mada UP; Wong LP. An exploration of knowledge, attitudes and behaviours of young multiethnic Muslimmajority society in Malaysia in relation to reproductive and premarital sexual practices. BMC public health. 2012;12(1): UNFPA. The Adolescent Experience In Depth : Using Data to Identity and reach The Most Vulnerable Young People. In: UNFPA, editor. New York: New York The population Council; Kim YH, Park NC, Park HJ, Yun EY. Factors associated with the timing of first sexual intercourse among college students in Busan, Korea. Korean Journal of Andrology. 2011;29(2): Krauss H, Bogdański P, Szulińska M, Malewski M, Buraczyńska-Andrzejewska B, Sosnowski P, et al. Sexual initiation of youths in selected European countries compared with their sexual and contraceptive knowledge. Annals of Agricultural and Environmental Medicine. 2012;19(3): Soetjiningsih S. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; Santrock J. Remaja. 11 ed. Jakarta: Erlangga; Yamamoto K. Cross-sectional study on attitudes toward sex and sexual behavior among Japanese college students. Journal of physiological anthropology. 2006;25(3): Lou C, Cheng Y, Gao E, Zuo X, Emerson MR, Zabin LS. Media's contribution to sexual knowledge, attitudes, and behaviors for adolescents and young adults in three Asian cities. Journal of Adolescent Health. 2012;50(3):S26- S Azwar S. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: pustaka pelajar; Gutiérrez JP, Atienzo EE. Socioeconomic status, urbanicity and risk behaviors in Mexican youth: an analysis of three cross-sectional surveys. BMC public health. 2011;11(1): McIntosh KH, Moore JB, Elci OC. Predisposing Factors Related to Adolescent Sexuality Among Students in Rural and Urban School Based Health Centers in Eastern North Carolina. Journal of Public Health Management and Practice. 2009;15(3):E16-E Ahmadian M, Hamsan HH, Abdullah H, Samah AA, Noor AM. Risky Sexual Behavior among Rural Female Adolescents in Malaysia: A Limited Role of Protective Factors. Global journal of health science. 2014;6(3):p Farid NDN, Che Rus S, Dahlui M, Al-Sadat N. Determinants of sexual intercourse initiation among incarcerated adolescents: a mixed-method study. Singapore medical journal. 2013;54(12): Ma Q, Ono-Kihara M, Cong L, Xu G, Pan X, Zamani S, et al. Early initiation of sexual activity: a risk factor for sexually transmitted diseases, HIV infection, and unwanted pregnancy among university students in China. BMC Public Health. 2009;9(1): BPS B, Depkes MI. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Calverton, Maryland, USA: BPS, Macro International; Madkour AS, Farhat T, Halpern CT, Godeau E. Parents' support and knowledge of their daughters' lives, and females' early sexual initiation in nine European countries. Perspectives on sexual and reproductive health. 2012;44(3): Coley RL, Lombardi CM, Lynch AD, Mahalik JR, Sims J. Sexual partner accumulation from adolescence through early adulthood: The role of family, peer, and school social norms. Journal of Adolescent Health. 2013;53(1):91-7. e2. 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA Maryatun, Wahyu Purwaningsih Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in X School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Sitti Sorayya M. Daepatola 1610104231 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia merupakan remaja berumur 10-19 tahun dan sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia subur adalah mereka yang berumur dalam kisaran tahun baik telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia subur adalah mereka yang berumur dalam kisaran tahun baik telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia subur adalah mereka yang berumur dalam kisaran 15 49 tahun baik telah menikah maupun belum menikah (Badan Pusat Statistik, 2012). Berdasarkan pengertian tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKSUALITAS, DAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DAMPINGAN PKBI JATENG DAN PADA PELAJAR SLTA KONTROL DI KOTA SEMARANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012)

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012) Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

DETERMINAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMA NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

DETERMINAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMA NEGERI 1 INDRALAYA UTARA p-issn 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2017, 8(2):83-90 e-issn 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2016.8.2.83-90 Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan Gusti Ayu Tirtawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ( gustiayutirtawati@yahoo.co.id) ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena

Lebih terperinci

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DISABILITAS DI BANDA ACEH DAN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DISABILITAS DI BANDA ACEH DAN ACEH BESAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DISABILITAS DI BANDA ACEH DAN ACEH BESAR FACTORS ASSOCIATED WITH ATTITUDE DISABILITIES IN ADOLESCENT SEXUAL PREMARITAL IN BANDA

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO Rahayu Wijayanti 1, Keksi Girindra Swasti 2, Eva Rahayu 3 1, 2,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 2, September 2004; -53 PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/ DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Siti Chodidjah *, Nur Agustini **, Titin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Menurut World Health Organization (WHO), terdapattiga

Lebih terperinci

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. AIDS, Sifilis, Gonorrhea dan Klamydia adalah merupakan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Antara sadar dan tidak,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Triany Mamangkey*, Grace.D. Kandou*, Budi Ratag* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa perkembangan dan penyesuaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH DAN PERSEPSI HARGA DIRI PADA MAHASISWA

PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH DAN PERSEPSI HARGA DIRI PADA MAHASISWA 54 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH DAN PERSEPSI HARGA DIRI PADA MAHASISWA Wiwi Kustio Priliana * * Dosen Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta

Lebih terperinci

REPORT REVIEW SDKI 2012 MODUL PRIA

REPORT REVIEW SDKI 2012 MODUL PRIA REPORT REVIEW SDKI 2012 MODUL PRIA Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan secara berkala mengumpulkan informasi mengenai: latar belakang sosial ekonomi responden; tren angka fertilitas;

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 ( )

ABSTRACT. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 ( ) HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG KEPEDULIAN ORANGTUA DAN KETERSEDIAAN MEDIA INFORMASI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PACARAN BERISIKO DI SMK X SEMARANG TAHUN 2017 Paska Aprina br Purba, Sri Winarni,

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH PADA REMAJA KELAS X DI SMA NEGERI 1 TANGEN KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara, BAB I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode penting dalam kehidupan manusia karena pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perilaku seksual pranikah pada remaja jumlahnya meningkat yang terlihat dari data survey terakhir menunjukkan kenaikan 8,3% dari total remaja

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : remaja, perilaku seksual pranikah, kesehatan reproduksi, kalimantan selatan

ABSTRAK. Kata kunci : remaja, perilaku seksual pranikah, kesehatan reproduksi, kalimantan selatan 1 ANALISIS PERBEDAAN PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH ANTARA REMAJA KALIMANTAN SELATAN DENGAN INDONESIA SECARA NASIONAL ANALYSIS OF DIFFERENCES BETWEEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-19 tahun) atau sekitar 18,3 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 237,6

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Guruh Prayoga J 410

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 Lucas Haryono, 2010; Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II : dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN KUDUS DIFFERENCE KNOWLEDGE OF TEENS FREE SEX

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 The Influence Factors Of Adolescent s Motivation In Preventing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

DETERMINAN PENGGUNAAN KONDOM PADA HUBUNGAN SEKSUAL PERTAMA KALI OLEH REMAJA BELUM MENIKAH DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI KRR 2012)

DETERMINAN PENGGUNAAN KONDOM PADA HUBUNGAN SEKSUAL PERTAMA KALI OLEH REMAJA BELUM MENIKAH DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI KRR 2012) p-issn 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2017, 8(2):91-99 e-issn 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2016.8.2.91-99 Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh. BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG Minah, Ika Pantiawati, Yuli Trisnawati Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Email : icha.pewe@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren Sawit beralamatkan di Jalan Swadaya Raya No. 100 Rt.03 Rw. 05 Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam surevey internasional yang dilakukan oleh Bayer Healthcare Pharmaceutical terhadap 6000 remaja di 26 negara mengenai perilaku seks para remaja, didapatkan

Lebih terperinci

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA GASTER Vol. 10 No. 1 Februari 2013 PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Maryatun Sekolah TinggiIlmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH Ns. Pawestri, S.Kep, M.Kes2, Ratih Sari Wardani, S.Si M.Kes, Sonna M, SKep Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Masalah seksualitas

Lebih terperinci

Jurnal Kebidanan 07 (01) Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id

Jurnal Kebidanan 07 (01) Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id Jurnal Kebidanan 07 (01) 1-114 Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS REMAJA DI SMK BHINNEKA KARAWANG TAHUN 2013 Solihah Eneng 1) 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sekitar 26,8% atau 63 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 233 juta jiwa adalah remaja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada

Lebih terperinci