METODOLOGI Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat"

Transkripsi

1 METODOLOGI Waktu dan Tempat Lokasi penelitian meliputi empat desa di Kabupaten Tasikmalaya yaitu Desa Sukamaju, Raksajaya, Kawungsari, dan Sarimanggu dan satu desa di Kabupaten Ciamis yaitu desa Sukakerta. Lima desa yang menjadi lokasi penelitian ini ditentukan berdasarkan informasi awal tentang keberadaan kukang jawa oleh penduduk dan perjumpaan saat survei pendahuluan pada bulan Agustus-Desember Pengamatan habitat dan populasi dilakukan pada bulan April-Desember Total waktu penelitian yang dilakukan adalah sembilan bulan. Berdasarkan survei pendahuluan, kukang jawa diketahui hanya menempati talun fase II (talun kebun) dan fase III (talun sempurna). Luas seluruh talun kedua fase tersebut di seluruh desa kemudian dihitung luasnya untuk menentukan jumlah transek pengamatan dan ekstrapolasi hasil pengamatan transek populasi. Dengan demikian, penempatan dan jumlah transek pengamatan yang dilakukan telah mewakili fase dan luas talun yang menjadi habitat kukang jawa. Bahan dan Alat Bahan Satwa yang dijadikan bahan penelitian adalah kukang jawa (Nycticebus javanicus) yang mendiami habitat talun di lima desa di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Bahan yang digunakan untuk keperluan analisis vegetasi antara lain adalah alkohol 70% sebagai pengawet dari herbarium vegetasi yang tumbuh di habitat talun. Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain 1) Peta Rupabumi Digital Indonesia skala 1: Edisi I tahun 1999 dan 2000, 2) Global Positioning System merek Garmin etrex Vista CX untuk mencatat koordinat perjumpaan kukang jawa dan posisi petak vegetasi, 3) binokuler merek Tasco 2001 BRZ: 7x35 mm untuk mendeteksi kukang jawa pada siang hari dan untuk keperluan pengenalan vegetasi, 4) headlamp merek Sellery 07264L, 5) spotlight

2 34 merek Idealife IL-280HL, dan 6) senter merek Krisbow untuk mendeteksi kukang jawa pada malam hari, 7) night vision merek ATN Jaguar Generasi 1 untuk mendeteksi kukang jawa pada malam hari, 8) jam tangan untuk mengetahui waktu, 9) meteran 50 m untuk mengukur panjang transek, 10) kompas bidik merek Joyko untuk menentukan arah, 11) tabel pengamatan: transek garis dan transek vegetasi untuk mencatat data, 12) meteran untuk mengukur keliling pohon, 13) klinometer sederhana untuk menghitung tinggi pohon, 14) termometer kering & basah sederhana untuk mengetahui suhu kering dan basah, 15) gunting tanaman untuk memotong contoh bagian tumbuhan yang diidentifikasi maupun dibuat menjadi herbarium, 16) alat-alat herbarium: sasak bambu, kertas koran bekas, serta 17) kamera digital SLR merek Nikon D50 beserta lensa tele dan flash light untuk memotret kukang jawa dan habitat, serta handycam dengan fitur nightshoot merek Sony DCR HC 48E untuk merekam perjumpaan dan identifikasi kelompok umur kukang jawa. Desain Penelitian Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap habitat dan satwa. Data sekunder berupa informasi perjumpaan kukang jawa dengan penduduk dan kondisi umum tentang desa. Penentuan Lokasi, Luas Contoh, dan Metode Survei Studi pustaka mengenai keberadaan kukang jawa di Pulau Jawa menjadi dasar penentuan topik dan lokasi penelitian (Winarti 2003, Schulze 2003b). Wawancara dan survei pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus-Desember Penelitian habitat, populasi, dan sebaran kukang jawa yang dilakukan di lima desa penelitian terdiri atas sepuluh unit transek (Tabel 7). Satu desa dianggap sebagai satu unit contoh dan terdiri atas beberapa unit transek yang mewakili luas dan fase talun. Pada setiap desa dilakukan survei keberadaan di semua fase talun, yaitu fase I (kebun), II (talun kebun), dan III (talun sempurna) untuk menentukan lokasi transek pengamatan habitat dan populasi kukang jawa. Pengamatan di sepuluh lokasi transek pengamatan telah dilakukan berturut-turut di tiap desa yaitu dua transek di Sukamaju (Lebak Pari

3 35 dan Balangendong), dua di Raksajaya (Cimencek dan Citamiang), tiga di Kawungsari (Pasir Pari, Pasir Raweuy, dan Pasir Cupu), dua di Sarimanggu (Pasir Ciputat dan Pojok), dan satu transek di Sukakerta (Awilega) (Tabel 7). Tabel 7 Luas habitat kukang jawa yang diamati di tiap lokasi Desa Lokasi Transek Fase Talun Luas Transek Garis (km 2 ) Luas Transek Sabuk (km 2 ) Ketinggian (m dpl) Suka 1. Leuwinanggung III 0,0016 0, maju 2. Balangendong II 0,0098 0, Raksa 1. Cimencek II 0,0204 0, jaya 2. Citamiang III 0,0198 0, Kawung 1. Pasir Pari III 0,0088 0, Pasir Raweuy II 0,0206 0, sari 3. Pasir Cupu II 0,0185 0, Sari 1. Pasir Ciputat III 0,0213 0, manggu Suka kerta 2. Pojok II 0,0201 0, Awilega III 0,0206 0, Setiap transek mewakili fase talun di desa penelitian yang menjadi habitat kukang jawa. Habitat representatif (HR) kukang jawa merupakan seluruh luas talun kebun dan talun sempurna di desa dan sekitarnya yang mungkin dijadikan habitat kukang jawa. Tiap HR dikelompokkan sesuai fase talun untuk dikalikan dengan kepadatan individu kukang jawa pada transek yang memiliki fase talun yang sama. HR tiap desa berturut-turut adalah 443,19 ha (Sukamaju); 322,70 ha (Raksajaya); 686,49 ha (Kawungsari); 348,47 ha (Sarimanggu); dan 1,38 ha (Sukakerta). Transek yang mewakili habitat kukang jawa tersebar pada ketinggian m dpl. Setiap lokasi mewakili kondisi topografi dan vegetasi di desa penelitian. Ketinggian lokasi transek semakin meningkat mulai dari transek P hingga PR. Secara umum topografi desa berbukit-bukit kecuali di Desa Sukakerta (Tabel 5), demikian pula dengan topografi lokasi habitat (transek) secara umum berbukit kecuali transek Cm.

4 36 Tabel 8 Kondisi umum lokasi habitat kukang jawa Lokasi Transek Ketinggian (m dpl) Titik awal transek vegetasi Arah transek ( O ) Fase talun* LP o 32 57,2 LS 108 o 04 38,7 BT 30 III B o 33 10,8 LS 108 o 05 50,3 BT 300 III Cm o 29 13,1 LS 108 o 05 03,0 BT 270 II+ Ct o 28 41,3 LS 108 o 04 29,3 BT 45 III PP o 22 35,1 LS 107 o 56 47,3 BT 150 III- PR o 23 10,1 LS 107 o 58 26,7 BT 160 II PCu o 22 46,1 LS 107 o 57 53,2 BT 100 II PCi o 36 24,6 LS 108 o 08 29,5 BT 20 III- P o 36 27,4 LS 108 o 07 34,5 BT 40 II Al o 08 45,9 LS 108 o 13 16,0 BT 120 III Keterangan LS = Lintang Selatan; BT = Bujur Timur * = tanda (-) menunjukkan awal fase, dan tanda (+) menunjukkan akhir fase Metode yang digunakan untuk pengambilan data vegetasi yaitu transek sabuk (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974) yang di dalamnya terdapat petak bersarang (Kusmana 1997). Vegetasi yang diamati meliputi dua kategori yaitu vegetasi pohon dan vegetasi bawah selain permudaan pohon (vegetasi lantai). Pohon terdiri atas tiga tingkat pertumbuhan yaitu pohon dewasa, permudaan atau pancang, dan anak pohon atau semai. Data vegetasi pada petak bersarang digunakan untuk menghasilkan indeks nilai penting (INP) dari setiap kategori dan sub kategori vegetasi. Adapun data vegetasi di sepanjang transek sabuk digunakan untuk menghasilkan profil diagram. Untuk pengambilan data populasi dan sebaran kukang jawa digunakan metode transek garis (Setchell & Curtis 2003). Luas tiap transek sabuk 1000 m 2 sedangkan luas transek garis berbeda-beda bergantung pada kondisi dan luas talun yang pada umumnya kecil dan terfragmentasi (Soemarwoto 1984; Winarti 2003; Parikesit et al. 2004). Lebar jarak pandang optimal tiap sisi transek garis adalah 20 m. Transek sabuk digunakan di habitat yang sama dengan transek garis. Penempatan dan jumlah transek ditentukan untuk mewakili fase talun di setiap desa. Lokasi transek dan perjumpaan kukang jawa diukur ketinggiannya dari permukaan laut dengan menggunakan GPS yang dikalibrasi dengan ketinggian lokasi pada peta rupa bumi Indonesia.

5 37 Penentuan Waktu Pengamatan Penentuan waktu pengamatan dilakukan berdasarkan studi pustaka dan uji coba pada survei pendahuluan. N. coucang mulai menjadi tidak aktif menjelang matahari terbit, yaitu bergerak menuju pohon tempat tidur ataupun siap tidur, paling lambat 14 menit sebelum matahari terbit, dan aktif segera setelah matahari terbenam atau paling cepat dua menit sebelumnya (Wiens 2002). Kukang jawa di TNGGP mulai aktif segera setelah matahari terbenam, dengan puncak aktifitas pada pukul 20:00-21:00 WIB dan menurun pada pukul 22:00-00:00 WIB (Pambudi 2008). Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa pada kondisi alami habitat talun diperoleh hasil sebagai berikut: 1) observasi kukang jawa dapat dilakukan saat kukang jawa tidak aktif (tidur) dengan cara mencari keberadaannya di antara rumpun bambu dan vegetasi tingkat pohon, 2) aktifitas tidur kukang jawa paling lambat pukul 08:37 WIB dan aktifitas nokturnalnya paling cepat pukul 19:45 WIB; kukang jawa sulit dideteksi pada waktu menjelang dini hari karena kurang aktif (mulai mencari pohon tidur) hingga semakin terang cahaya menjelang matahari terbit yaitu hingga pukul 06:00. 3) jarak pandang efektif di tiap transek berbeda tergantung kerimbunan vegetasi; rerata jarak efektif yang dapat digunakan di semua transek pada pengamatan siang maupun malam adalah 20 m, 4) panjang total transek garis dalam satu lokasi bergantung pada luas habitat talun, 5) jumlah kukang jawa yang dijumpai tidak bertambah seiring dengan semakin lamanya waktu pengamatan di tiap lokasi transek, oleh karena itu disimpulkan bahwa kisaran waktu pengamatan efektif di tiap lokasi adalah 4-6 hari dan masing-masing ulangan siang dan malam sebanyak ulangan atau minimal 4 jam pengamatan siang dan 6 jam pengamatan malam.

6 38 Pengamatan Populasi Kukang Jawa Pengamatan dengan metode transek garis dilakukan pada siang dan malam hari. Pengamatan pada siang hari dimulai pada pukul saat kukang jawa sudah atau menjelang tidur, dan pada tengah hari pukul saat kukang jawa sudah tidur sepenuhnya (tidak berpindah tempat dan tidak terganggu oleh aktifitas harian manusia di sekitarnya). Pengamatan pada malam hari dimulai pada pukul saat kukang jawa mulai beraktifitas (menyelisik atau bila sudah mulai bergerak atau berpindah, keberadaan kukang jawa belum terlalu jauh dari vegetasi tempat tidurnya), dan pada pukul dini hari saat kukang jawa sedang berada dalam puncak aktifitasnya. Waktu pengamatan efektif di tiap transek garis yaitu siang hari pada pukul WIB dan WIB, dan malam hari pada pukul WIB dan WIB. Pengulangan di Transek Garis Waktu yang ditempuh untuk melakukan pengamatan di tiap transek garis atau kecepatan berjalan saat pengamatan populasi adalah 0,5-1 km/jam. Pengulangan pengamatan dilakukan pada siang dan malam hari dengan waktu pengamatan efektif di tiap transek minimal empat hari dengan minimal total sepuluh ulangan atau minimal 4 jam pengamatan siang dan 6 jam pengamatan malam. Pengumpulan Data Habitat Kukang Jawa Pengamatan yang dilakukan pada tiap habitat di tiap desa adalah pengamatan vegetasi dan pengamatan populasi. Habitat kukang jawa yang ingin diketahui adalah spesifikasi dan preferensi habitat. Spesifikasi habitat dijelaskan dengan struktur dan komposisi vegetasi, sedangkan preferensi habitat dijelaskan dengan identifikasi vegetasi untuk tidur dan vegetasi pakan. Data vegetasi habitat diperoleh dengan metode transek sabuk-petak bersarang dengan tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi habitat kukang jawa (Gambar 8). Metode transek sabuk baik untuk diterapkan pada distribusi spesies yang terpisah-pisah (Setchell & Curtis 2003), dan

7 39 memberikan gambaran yang representatif dari suatu habitat daripada hanya menggunakan metode petak kuadrat saja. Transek sabuk-petak bersarang diletakkan di habitat yang sama dengan transek garis. L S Pa Po Keterangan L = vegetasi penutup lantai, ukuran petak 1 m x 1 m S = semai, ukuran petak 2 m x 2 m Pa = pancang, ukuran petak 5 m x 5 m Po = pohon, ukuran petak 10 m x 10 m Gambar 8 Desain transek sabuk-petak bersarang untuk pengambilan data vegetasi Jumlah petak dalam satu transek sabuk di tiap lokasi masing-masing 10 buah. Tiap petak berukuran 10 m x 10 m dengan tiga petak kuadrat di dalamnya untuk kategori sesuai dengan tingkat tumbuh vegetasi, yaitu semai, pancang, tiang, dan pohon serta vegetasi penutup lantai. Vegetasi penutup lantai merupakan vegetasi selain permudaan pohon seperti herba, rumput, dan semak belukar (untuk selanjutnya disebut dengan vegetasi lantai). Semai adalah anakan pohon dengan tinggi hingga 1,5 m. Pancang adalah vegetasi dengan tinggi lebih dari 1,5 m dan diameter setinggi dada (atau DBH, yaitu diameter setinggi +130 cm dari permukaan tanah) kurang dari 10 cm. Pohon adalah vegetasi dengan DBH sekurang-kurangnya 10 cm. Pada penelitian ini, bambu dimasukkan dalam kategori pohon. Satu rumpun bambu dihitung sebagai satu individu pohon dimana DBH bambu diperoleh dengan mengukur DBH rumpun. Talun cenderung memiliki keanekaragaman jenis pohon yang lebih sedikit daripada hutan serta luasnya lebih kecil. Hal ini menjadi pertimbangan dalam melakukan pengambilan data melalui petak contoh vegetasi maupun dalam analisisnya. Pengambilan data dilakukan dalam sepuluh petak berukuran 10 m x 10 m untuk pohon. Petak di dalam petak pohon, yaitu petak ukur 5 m x 5 m untuk pancang, petak ukur 2 m x 2 m untuk semai, dan petak ukur 1 m x 1 m untuk vegetasi lantai (Gambar 8).

8 40 Data vegetasi tingkat pohon dan pancang yang dikumpulkan pada habitat kukang jawa meliputi jenis, jumlah, DBH, tinggi, dan penutupan tajuk. Data vegetasi tingkat semai yang dikumpulkan meliputi tinggi dan penutupan tajuk. Data titik awal transek yang dicatat meliputi posisi geografis, ketinggian di atas permukaan laut, arah transek, dan kemiringan tanah. Pada saat berjumpa kukang jawa yang sedang makan atau tidur dilakukan pencatatan data vegetasi pakan dan vegetasi untuk tidur yang digunakan. Identifikasi vegetasi pakan dilakukan meliputi jenis dan bagian vegetasi yang dimakan (kulit pohon, getah, buah, dan bunga). Identifikasi jenis vegetasi yang digunakan untuk tidur meliputi tinggi, tajuk, serta ketinggian kukang jawa di vegetasi tersebut. Populasi dan Sebaran Kukang Jawa Data populasi yang ingin diketahui adalah kepadatan individu kukang jawa dan komposisi kelompok tidur berupa komposisi umur. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data populasi dan sebaran kukang jawa adalah transek garis. Transek diamati pada siang hari dan malam hari. Informasi yang akan dicatat adalah waktu perjumpaan, lokasi dan koordinat, jarak terdekat atau jarak tegak lurus terhadap transek, kategori umur kukang jawa (jika memungkinkan), komposisi kelompok tidur, serta jarak aktifitas manusia terdekat (pemukiman, bangunan, jalan raya, jalan utama desa, atau sawah). Pembagian kelas umur dilakukan berdasarkan kriteria dewasa, pradewasa, juvenil, infan, neonate, dan senile (Setchell & Curtis 2003; Schulze 2002b). Pada saat pengamatan, pengamat berjalan perlahan sepanjang transek dengan kecepatan maksimal satu km/jam dan berhenti untuk mencatat dan mendokumentasikan kukang jawa dengan kamera foto dalam waktu menit. Kecepatan langkah saat pengamatan siang dapat lebih lambat dari satu km/jam karena perlu pengamatan yang lebih teliti pada rimbunnya dedaunan, antara lain paling lambat 0,5 km/jam. Pada pengamatan malam dapat lebih cepat karena kukang jawa lebih mudah terdeteksi dari pantulan sinar matanya yang oranye dan gemerisik daun atau ranting karena pergerakannya, antara lain paling cepat 1,2 km/jam.

9 41 Jumlah atau luas transek garis pada setiap desa menunjukkan keterwakilan dari tiap tipe fase talun habitat kukang jawa. Panjang masing-masing transek garis berbeda-beda bergantung pada kondisi dan luas talun yang pada umumnya kecil dan terfragmentasi (Soemarwoto 1984; Winarti 2003; Parikesit et al. 2004). Lebar jarak pandang maksimal yaitu 20 m atau 0,02 km di tiap sisinya (sehingga lebar transek adalah 40 m atau 0,04 km). Habitat Kukang Jawa Analisis Data Data habitat dianalisis dari data vegetasi berupa struktur dan komposisi vegetasi untuk mendapat spesifikasi habitat kukang jawa. Data yang dianalisis yaitu kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dan dominansi relatif yang selanjutnya dihitung untuk menghasilkan indeks nilai penting atau INP (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974, Kusmana 1997). Rumus yang digunakan sebagai berikut: Kerapatan suatu jenis (K) = Jumlah individu suatu jenis Luas petak contoh Kerapatan relatif suatu jenis (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis Frekuensi suatu jenis (F) = Jumlah sub-petak ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh sub-petak contoh Frekuensi relatif suatu jenis (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis Dominansi suatu jenis (D) = Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh Dominansi relatif suatu jenis (DR) = Dominasi suatu jenis x 100% Dominasi seluruh jenis Nilai INP dihitung untuk mengetahui jenis dan tingkat tumbuhan yang memiliki pengaruh atau nilai penting bagi habitat (Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974; Kusmana 1997). INP Semai = KR + FR INP Pancang dan INP Pohon = KR + FR + DR

10 42 Untuk mengetahui preferensi habitat kukang jawa, analisis data vegetasi dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), 2) indeks dominansi suatu jenis (D) (Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974; Kusmana 1997) sebagai berikut: n H = i n ln i dimana H = derajat Keanekaragaman Jenis Vegetasi, N N N = total INP, n i = INP suatu jenis, dan ln = log 2 D = P 2 i dan P i = n i /N; dimana D = indeks dominansi suatu jenis, P i = peluang kepentingan tiap jenis n i /N, n i = jumlah individu untuk tiap jenis, dan N = jumlah total individu Identifikasi tumbuhan dilakukan di lapang pada siang hari. Identifikasi dilakukan untuk mengenali jenis vegetasi di dalam habitat, jenis vegetasi pakan dan bagian yang dimakan (kulit pohon, getah, buah, dan bunga), serta jenis vegetasi untuk tidur. Tumbuhan yang tidak teridentifikasi di lokasi, contoh koleksinya diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi Thonner (Geesink et al. 1981) dan literatur flora (Backer & Brink 1965; Steenis 1972; Heyne 1987), serta dicek klasifikasinya di situs The International Plant Names Index ( Populasi dan Sebaran Kukang Jawa 1. Kepadatan dan Estimasi Populasi Perhitungan kepadatan populasi kukang jawa pada pengamatan siang dan malam hari dengan metode transek garis dilakukan menggunakan rumus: Kepadatan Populasi (individu/km 2 ) = Jumlah individu yang teridentifikasi Total area penelitian x Jumlah Ulangan Kepadatan populasi yang diperoleh pada pengamatan siang hari dihitung untuk dibandingkan dengan kepadatan populasi yang diperoleh pada pengamatan malam hari dan pada akhirnya digabungkan untuk memperoleh rerata kepadatan populasi kukang jawa di desa tersebut.

11 43 Penentuan estimasi populasi dilakukan dengan menganalisa data yang diperoleh dengan menggunakan formula (Subcommittee on Conservation of Natural Population 1981) sebagai berikut: P = d x a, dimana P = estimasi populasi kukang jawa, d = densitas, yaitu rerata kepadatan populasi kukang jawa siang dan malam pada fase talun tertentu, serta a = area, yaitu luas habitat representatif dengan fase talun yang sama Pengamatan pada transek garis menghasilkan nilai Dens siang dan Dens malam dimana setiap transek mewakili satu fase talun di tiap desa, maka estimasi populasi tiap fase talun adalah sebagai berikut: P fase talun; siang/malam = Dens fase talun; siang/malam x HR fase talun; siang/malam Nilai P siang dan P malam pada tiap tipe habitat (fase talun) dijumlah dan menghasilkan total estimasi populasi kukang jawa di tiap desa penelitian. 2. Komposisi Kelompok Tidur Analisis yang dilakukan dari data perjumpaan di transek garis adalah komposisi kelompok tidur berdasarkan kelas umur. Data dan informasi yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif, tabel, dan grafik. 3. Sebaran Data perjumpaan kukang jawa pada GPS dipetakan dengan menggunakan program komputer Map Source 6163 dari Garmin. Data tersebut juga diproyeksikan pada peta RBI dengan program Adobe Photoshop CS3 untuk mendapatkan gambar peta sebaran perjumpaan dan habitat kukang jawa. Sebaran kukang jawa di tiap desa kemudian dibandingkan dengan desa lainnya.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

HASIL. Habitat Kukang Jawa

HASIL. Habitat Kukang Jawa HASIL Habitat Kukang Jawa Spesifikasi Habitat Kukang Jawa Spesifikasi habitat kukang jawa dapat ditentukan dengan mengamati struktur dan komposisi vegetasinya. Struktur dan profil vegetasi suatu talun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua kawasan pesisir di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia atau Kawasan Pantai Barat (Aceh Barat,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada bulan

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematik, faktual,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Tasikmalaya dan Ciamis merupakan dua kabupaten yang terletak bersebelahan di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan bagian dari wilayah Priangan Timur. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus 2015 sampai dengan September 2015. Lokasi penelitian berada di Dusun Duren

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Taman Nasional Lore Lindu, Resort Mataue dan Resort Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi ( Bahan dan Alat) Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian berupa jenis tumbuhan bawah dan alkohol 70%.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri. Gambar 3.1. Peta Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode belt transek. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mempelajari suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 15 4 METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (Mei Juni 2012) di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar, Bogor, Jawa Barat. Lokasi studi secara administratif terletak di wilayah

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN Struktur vegetasi tumbuhan bawah diukur menggunakan teknik garis berpetak. Garis berpetak tersebut ditempatkan pada setiap umur tegakan jati. Struktur vegetasi yang diukur didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari 2013 di dua lokasi bagian Pantai selatan Kabupaten Sampang Madura yaitu Pantai

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE

Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE BAB II METODE A. Waktu Pelaksanaan Kajian profil keanekaragaman hayati dan dan kerusakan tutupan lahan di kawasan Gunung Aseupan dilaksanakan selama 60 hari kerja, yaitu tanggal 2 Juni s/d 31 Juli 2014.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 17 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai Juni 2008 hingga Agustus 2008 di kawasan hutan Batang hari, Solok selatan, Sumatera barat. Gambar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan November 010 sampai dengan bulan Januari 011 di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Peta lokasi pengamatan dapat dilihat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat penelitian Tempat penelitian adalah kebun campur Sumber Tirta Senjoyo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada Oktober

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus, Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa Namang, dan Hutan Dusun Air

Lebih terperinci

111. METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih

111. METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih 111. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian - Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih enam bulan, di kawasan hutan Cagar Alarn Serbajadi dan sekitarnya (Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekosistem mangrove Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal hutan kerangas yang berada dalam kawasan Hak Pengusahaan Hutan PT. Wana Inti Kahuripan Intiga, PT. Austral Byna, dan dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BB III BHN DN METODE PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Tempat penelitian di Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dan analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Provinsi

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Hutan Alam

Analisis Vegetasi Hutan Alam Analisis Vegetasi Hutan Alam Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu bulan di blok Krecek, Resort Bandialit, SPTN wilayah II, Balai Besar Taman

Lebih terperinci

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian a. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove pada area restorasi yang berbeda di kawasan Segara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (Hadi, 1983). Dilakukan dengan mengadakan pengamatan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara umum, areal yang diteliti adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 3.1 Lokasi dan Waktu BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kawasan Lindung Sungai Lesan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Juli sampai 19 Agustus 2010 di Kawasan Lindung Sungai

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Gambar 3. Peta lokasi penelitian 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009 di kawasan pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, lokasi penelitian mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni 2011- selesai di Taman Hutan Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang 3.1.2

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 32 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian Pengelolaan kawasan Taman Nasional Wakatobi dilakukan dengan sistem zonasi. Saat ini zonasi di kawasan tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Dramaga, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat (Gambar 4.1). Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yakni dari

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. IV. METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur. Waktu penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. B.

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Segara Anakan Cilacap. Kegiatan identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Akuatik dan Laboratorium ITMEL. Analisis sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Google Map, 2014)

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Google Map, 2014) III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah, International Tropical Marine and Earth Science Laboratory

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN TFT 2018 Document Prepared by: The Forest Trust Jl. Dr.Wahidin No 42 Semarang, Jawa Tengah Indonesia Ph +62 24 8509798 1 PENGANTAR DEFINISI Sungai adalah alur atau wadah air

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT Ana Dairiana, Nur illiyyina S, Syampadzi Nurroh, dan R Rodlyan Ghufrona Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Analisis vegetasi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K)

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K) METODOLOGI Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di lahan bekas penambangan timah PT. Koba Tin, Koba-Bangka, dan Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB (PPSHB IPB). Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, bekerja sama dan di bawah program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci