BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor industri pada suatu wilayah selain akan memberikan pengaruh terhadap berkembangnya kawasan tersebut, juga akan menimbulkan berbagai dampak terhadap pergerakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ditetapkannya Kecamatan Piyungan sebagai kawasan industri di Bantul (Peraturan Bupati Bantul Nomor 4 Tahun 2006), memberikan peluang usaha bagi investor untuk menanamkan modal dan berinvestasi di beberapa sektor (industri, pertanian, perdagangan dan jasa, perkebunan dan kehutanan, peternakan, serta energi dan sumber daya mineral). Beberapa industri yang berada di Bantul saat ini sudah direlokasi ke Kawasan Industri Piyungan. Hal ini bertujuan agar kegiatan industri terpusat di Kecamatan Piyungan dan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Salah satunya adalah sentra industri aluminium di Kecamatan Pleret ( Dengan demikian peluang kerja yang ditimbulkan dari tumbuhnya Kawasan Industri Piyungan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi kegiatan perekonomian yang cenderung terpusat di Kota Yogyakarta. Kawasan industri yang terletak di Kecamatan Piyungan, Bantul memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan ekonomi wilayah, salah satu tujuannya adalah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah guna menjadikan wilayah Kecamatan Piyungan berkembang menjadi kawasan peri-urban (Kota Yogyakarta sebagai Major City) yang memiliki kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang memadai bagi suatu pusat pertumbuhan (McGee, 1991). Dengan demikian ketergantungan ekonomi yang terpusat di Kota Yogyakarta dapat dikurangi sehingga mobilitas dan migrasi penduduk ke kota juga akan berkurang. Menurut keterangan dari pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul, hingga kini di Kawasan Industri Piyungan terdapat 490 perusahaan telah berinvestasi dan beroperasi, beberapa perusahaan skala besar adalah perusahaan garmen, wig, dan sarung tangan, di samping pabrik rokok (Harian Kompas, 2012). 1

2 Secara keseluruhan Kawasan Industri Piyungan memiliki potensi lahan yang dapat dimanfaatkan seluas 123,55 Ha dengan 26,1 Ha telah terpesan, sehingga lahan yang masih bisa dimanfaatkan seluas 94,7 Ha (Pemerintah Bantul, 2004). Keberadaan kawasan industri di Kecamatan Piyungan memberikan perubahan pada sejumlah pergerakan manusia utamanya dalam melakukan aktivitas bekerja. Kegiatan perekonomian yang terjadi di Kecamatan Piyungan selain memberikan pengaruh terhadap aspek ekonomi juga berpengaruh pada mobilitas penduduk di wilayah sekitar. Berkembangnya kawasan industri di Piyungan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di sekitar kawasan industri maupun dari daerah lain yang lebih jauh untuk melakukan perpindahan menuju kawasan industri di Piyungan untuk bekerja. Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain merupakan fenomena yang alami dan menjadi hal yang biasa di kehidupan seharihari, akan tetapi motivasi yang mendasari perpindahan tersebut memiliki keragaman dan kekhasan tujuan. Dalam tujuh teori pergerakan penduduk yang dikemukakan oleh Ravenstein (Mantra dan Pitoyo, 1998), salah satu dorongan utama orang melakukan migrasi disebabkan motif ekonomi. Pemenuhan kebutuhan ekonomi yang tidak dapat diperoleh di daerah asal menyebabkan beberapa orang melakukan pergerakan ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu kesempatan kerja yang diperoleh bukan di daerah asal menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan pergerakan atau perpindahan tempat. Todaro (1996), menyatakan pendapatnya bahwa perpindahan penduduk merupakan suatu proses yang sangat selektif, yang mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu untuk melakukan perpindahan. Oleh karena itu faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu untuk melakukan perpindahan juga sangat bervariasi. Motivasi seseorang yang dilandasi karena ekonomi berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Motif ekonomi sebagai pertimbangan yang rasional dengan dua harapan yaitu memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini relevan dengan arah pergerakan penduduk menuju ke sentra Kawasan Industri Piyungan yang memiliki kekuatan dan daya 2

3 tarik yang cukup besar terhadap perbaikan kondisi ekonomi keluarga dan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang. Peraturan Bupati Bantul Nomor 4 Tahun 2006, menjadi alasan bagi beberapa sektor industri dan pekerja di dalamnya berpindah ke lokasi baru (Kecamatan Piyungan). Sistem yang bekerja dari regulasi sektoral dalam batasan lingkup administrasi juga memberikan andil yang besar terhadap terjadinya migrasi (McGee, 1977). Pada gilirannya proses perpindahan penduduk yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan tidak hanya dilandasi oleh faktor ekonomi, akan tetapi dikarenakan sistem regulasi yang berjalan berupa kebijakan regional di Bantul. Dalam keijakannya, Pemerintah Bantul memberikan kemudahan-kemudahan dalam beberapa hal, antara lain: 1. tidak diperlukan lagi izin klarifikasi atau izin lokasi dari Kantor Pertanahan; 2. tidak diperlukan lagi izin industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; 3. tidak diperlukan lagi izin gangguan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Oleh karena itu, dimungkinkan bukan hanya motif ekonomi saja yang menjadi alasan para pelaku usaha dan migran melakukan perpindahan menuju Kawasan Industri Piyungan, tetapi faktor eksternal seperti kebijakan juga berpengaruh pada terjadinya perpindahan. Kecenderungan mobilitas penduduk yang terjadi saat ini lebih banyak menuju perkotaan sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Pergeseran mobilitas penduduk menuju ke arah pinggiran kota/pusat pertumbuhan baru di luar Kota Yogyakarta (Kawasan Industri Piyungan) menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji lebih dalam berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi penyebab pergeseran pola mobilitas penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini tentunya terkait dengan upaya menciptakan keterkaitan (linkage) antara daerah kota dengan pinggiran kota yang seimbang dan saling menguntungkan bagi penduduk dan perkembangan wilayah. 3

4 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Mengkaji hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 2. Menganalisis bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang bekerja di Kawasan Industri Piyungan. 3. Mengeksplorasi faktor-faktor penarik dan pendorong terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal: 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan memberikan gambaran tentang pola dan bentuk-bentuk mobilitas penduduk. 2. Secara praktis dapat digunakan sebagai masukan bagi Pemerintah Bantul khususnya dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta selaku penentu kebijakan dalam merencanakan suatu program pengembangan ekonomi wilayah serta kepada pihak-pihak terkait yang memiliki hubungan dalam merencanakan pembangunan Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai mobilitas pekerja pada kawasan industri di Kecamatan Piyungan, belum pernah dilakukan. Namun demikian penelitian mengenai mobilitas penduduk dan pekerja di Bantul maupun daerah lainnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Alasan peneliti menjadikan beberapa referensi dari beberapa disertasi dan tesis dalam penelitian ini mempertimbangkan relevansi tema besar kajian penelitian dan kajian-kajian yang terkait di dalamnya. Beberapa persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian dan tema kajian. Perbedaaan lokasi penelitian menjadi salah satu pembeda dan ciri/keunikan tersendiri yang terdapat pada masing-masing wilayah penelitian. 4

5 Keterkaitan penelitian yang dilakukan Giyarsih (1998) adalah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk dan alasan-alasan para migran melakukan perpindahan. Perbedaan mendasar antara penelitian Giyarsih dan peneliti adalah lokasi penelitian yang berbeda dan kawasan yang dikaji, meskipun secara administratif sama-sama berada di Kabupeten Bantul. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para migran melakukan perpindahan dengan alasan harga lahan yang relatif lebih murah dibandingkan di kota dan kesempatan ekonomi yang lebih tinggi di pinggiran kota. Bentuk mobilitas penduduk yang dilakukan para migran adalah migrasi permanen. Adanya aktivitas sosial ekonomi para migran di daerah tujuan menyebabkan tumbuhnya permukiman-permukiman baru dan tempat-tempat usaha. Kajian mengenai mobilitas penduduk oleh Dahoklory (2008) dilakukan di Kota Dobo, Provinsi Maluku dengan fokus penelitian terhadap perkembangan mobilitas setelah adanya pemekaran wilayah. Beberapa hal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah alasan-alasan yang mendasari migran melakukan mobilitas penduduk, kekuatan penarik dan pendorong para migran. Penelitian Dahoklory (2008) menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi dan pendidikan merupakan kekuatan utama yang menjadi pendorong bagi migran melakukan perpindahan. Pemekaran wilayah yang terjadi di daerah penelitian secara administratif menyebabkan perubahan status kecamatan menjadi kabupaten dan memberikan dampak peningkatan yang signifikan terhadap mobilitas penduduk. Hasil dari penelitian yang dilakukan juga memberikan penjelasan mengenai pola perkembangan fisik kota yang terbentuk karena adanya migrasi penduduk dari desa menuju kota. Besarnya jumlah migrasi penduduk ke kota ternyata juga memiliki peran dalam membentuk kenampakan fisik kota yang secara alami berkembang di sepanjang jalan-jalan utama. Kenampakan fisik kota yang berkembang mengikuti jalan utama tidak terlepas dari aktivitas dan kegiatan sosial ekonomi penduduk yang terjadi di sepanjang jalan utama Kota Dobo, Provinsi Maluku. 5

6 Penelitian yang dilakukan oleh Adika (2003) mengenai perkembangan wilayah pinggiran Kota Metropolitan Surabaya dan mobilitas tenaga kerja banyak membahas tentang perkembangan pembangunan fisik/fungsi di Sidoarjo (sebagai wilayah pinggiran kota) dan besarnya arus mobilitas tenaga kerja pada sektor formal dan informal baik yang datang dari Surabaya maupun dari daerah burit. Teori kotadesasi dan perluasan wilayah metropolitan (extended metropolitan region) oleh McGee serta teori kesempatan antara (intervening opportunity) oleh Robert Noris menjadi teori pokok penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Penelitian ini lebih menekankan pada tujuan eksploratif dan deskriptif. Metode pengambilan sampel penelitian menggunakan nonprobability sampling dengan metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Sidoarjo merupakan klep pengaman dalam mengatasi masalah fisik, sosial, dan ekonomi Kota Surabaya. Sidoarjo merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunity) bagi tenaga kerja dari daerah burit (hinterland) yang ingin bekerja ke Kota Surabaya dengan alasan: - Sidoarjo merupakan daerah yang subur karena terletak di daerah Delta Sungai Berantas. - Produksi pertanian, perikanan merupakan andalan utama. - Terdapat banyak industri yang menyerap tenaga kerja. Para migran tenaga kerja di Sidoarjo bekerja di sektor informal sebagai lompatan pertama, dan setelah mapan mulai ke kota lain sebagai lompatan kedua. Sidoarjo menjadi daerah tujuan pelaku mobilitas baik permanen maupun non permanen yang bekerja di sektor formal dan informal yang berasal dari Kota Surabaya maupun daerah burit. 6

7 Kajian mengenai mobilitas pekerja pendatang antar propinsi dilakukan oleh Dharmanegara (1997) yang dilakukan di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses mobilitas pekerja pendatang pada industri genteng rakyat khususnya mengenai alasan memilih lokasi tujuan, intensitas kerja, pendapatan, pola mobilitas pekerjaan, tipe mobilitas dan intensitas hubungan pekerja dengan keluarga di daerah asal. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode proporsional random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alasan utama para pekerja pendatang melakukan mobilitas adalah alasan ekonomi. Pola mobilitas berantai terjadi karena rekruitmen pekerja dilakukan melalui perantara para pekerja terdahulu. Intensitas kerja yang tinggi dilakukan oleh para pekerja pendatang untuk memperoleh pendapatan yang tinggi dan menekan pengeluaran konsumsi merupakan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di daerah asal melalui remitan. Penelitian mengenai mobilitas pekerja dan remitan dilakukan oleh Iskandar (1994) dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh mobilitas pekerja ke luar desa terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kutai dengan responden dipilih secara random. Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga pelaku mobilitas dan tokoh masyarakat desa setempat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif (tabel silang dan tabel frekuensi). Hasil dari penelitian ini adalah motivasi pokok kepala rumah tangga melakukan mobilitas adalah untuk meningkatkan pendapatan. Alasan ini didasarkan pada rendahnya hasil usaha tani yang dilakukan selama ini. Remitan yang diperoleh migran memberikan pengaruh yang besar terhadap upaya peningkatan pendapatan rumah tangga di desa asal. Status ekonomi rumah tangga migran cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dari luar desa (remitan). pekerja ke luar desa berpengaruh positif terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Penelitian ini mengungkap adanya kecenderungan mobilitas pekerja ke luar daerah akan terus 7

8 meningkat jika tidak ada pembenahan pola pertanian dan penciptaan kesempatan kerja non pertanian di daerah asal. Damanik (1993) mengkaji kaitan mobilitas pekerjaan, upah, dan gerak serkiler buruh di industri perdesaan dengan perubahan ekonomi rumah tangga di daerah asal. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ceper, Klaten; Desa Belor, Grobogan; dan Desa Kuti, Ponorogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua buruh adalah laki-laki dan mempunyai masa kerja antara 2-4 tahun. Sebesar 30% buruh tidak memiliki pekerjaan di daerah asal. Dalam penelitian ini mobilitas buruh berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pasar kerja yang terpecah-pecah, selain itu perbedaan tingkat ketrampilan juga mempengaruhi perbedan mobilitas buruh. Upah buruh berbeda-beda menurut segmen pasar kerja, upah dalam pasar kerja primer lebih tinggi dari pada upah buruh di dalam segmentasi pasar kerja sekunder. Rata-rata upah buruh masih lebih rendah dari rata-rata upah minimum regional pada tahun 1988, namun demikian para remitan masih mampu mengirimkan sebagian penghasilannya ke desa asal. Penelitian mengenai perilaku dan dampak mobilitas penduduk di desa asal pernah dilakukan oleh Hastowiyono (1990) dengan lokasi penelitian berada di Kecamatan Jetis, Bantul. Kajian mengenai bentuk mobilitas penduduk yang terjadi ditunjukkan dengan adanya migrasi migran ulang-alik yang menempuh jarak <30 km, sedangkan migran sirkuler pada umumnya menempuh jarak yang lebih jauh. Adaptasi dilakukan oleh para migran yang baru saja berada di daerah tujuan, karena sebagian besar migran baru mendapatkan pekerjaan di daerah tujuan atas bantuan migran yang sudah lama bekerja. Informasi pekerjaan yang diberikan oleh migran yang sudah berada di daerah tujuan menjadi sumber informasi penting bagi migran baru dalam mengambil keputusan untuk pindah atau tidak. Pada penelitian ini juga dijelaskan bahwa secara sosial, mobilitas yang dilakukan para migran berdampak negatif. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku migran dan hubungannya dengan daerah asal (partisipasi sosial di daerah asal menurun dan frekuensi hubungan dengan daerah asal juga menurun). 8

9 Tabel Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya No Peneliti Judul Tujuan 1. Andre E.T. Dahoklory, I Nyoman Andika, 2003 Perkembangan Penduduk dari Desa ke Kota Setelah Pemekaran Wilayah (Kasus Kota Dobo Kepulauan Aru Provinsi Maluku Perkembangan Wilayah Pinggiran Kota Metropolitan Surabaya dan Tenaga Kerja (Kasus Sidoarjo) 1. Mengetahui perkembangan mobilitas penduduk dari desa ke kota setelah pemekaran wilayah di Kota Dobo. 2. Mengetahui pengaruh perubahan status administratif dari kecamatan menjadi kabupaten. 3. Mengetahui pola perkembangan fisik kota akibat migrasi penduduk dari desa ke kota. 1. Menganalisis perkembangan pembangunan fisik/fungsi beserta persebarannya di wilayah Sidoarjo pada dasa warsa terakhir sebagai dampak dari restrukturasi internal Kota Surabaya. 2. Menganalisis peran Sidoarjo dalam usaha menstabilkan keadaan lingkungan Kota Surabaya yang terus membangun dan berbenah diri. 3. Menganalisis dampak pembangunan Lokasi Penelitian Kota Dobo Kepulauan Aru Provinsi Maluku Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur Metode Deduktif kuantitatif, kualitatif rasionalistik Metode Survei Deduktif Eksploratif Hasil Penelitian Terjadi peningkatan mobilitas penduduk yang signifikan setelah adanya pemekaran wilayah. Kekuatan utama yang mendorong para migran melakukan pergerakan ke kota karena alasan ekonomi dan pendidikan. Kekuatan penarik para migran melakukan pergerakan ke kota yaitu: (1) pekerjaan cocok, (2) pendapatan yang lebih baik, (3) keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, (4) tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang berkualitas, (5) adanya aktivitasaktivitas di kota. Sidoarjo merupakan klep pengaman dalam mengatasi masalah fisik, sosial, dan ekonomi Kota Surabaya. Sidoarjo merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunity) bagi tenaga kerja dari daerah burit (hinterland) yang ingin bekerja ke Kota Surabaya dengan alasan: - Sidoarjo merupakan daerah yang subur karena terletak 9

10 Tabel Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No Peneliti Judul Tujuan 3. Sri Rum Giyarsih, 1998 Penduduk Pinggiran Kota (di Dua Dusun Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan, Bantul) fisik/fungsi di Sidoarjo terhadap masuknya tenaga kerja di sektor formal dan informal serta mengidentifikasi daerah asal mereka. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan migran tenaga kerja sektor formal dan informal cenderung memilih Sidoarjo sebagai tempat bekerja/berusaha, serta pola mobilitasnya, dan sejauh mana Sidoarjo dapat dijadikan lompatan pertama bagi mereka yang baru memulai berusaha. 1. Mengkaji derah asal para migran yang melakukan mobilitas ke daerah penelitian. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi mereka memilih daerah penelitian sebagai daerah tujuan mobilitas. 3. Mengkaji aktivitas ekonomi yang dilakukan setelah mereka berada di daerah penelitian. Lokasi Penelitian Dua Dusun Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan, Bantul Metode Metode Survei Analisis Deskriptif Hasil Penelitian di daerah Delta Sungai Berantas. - Produksi pertanian, perikanan merupakan andalan utama. - Terdapat banyak industri yang menyerap tenaga kerja. Para migran tenaga kerja di Sidoarjo bekerja di sektor informal sebagai lompatan pertama, dan setelah mapan mulai ke kota lain sebagai lompatan kedua. Sidoarjo menjadi daerah tujuan pelaku mobilitas baik permanen maupun non permanen yang bekerja di sektor formal dan informal yang berasal dari Kota Surabaya maupun daerah burit. Tumbuhnya permukiman-permukiman baru dan tempat-tempat usaha di daerah penelitian. penduduk yang dilakukan adalah mobilitas permanen. Alasan para migran pindah di pinggiran kota adalah harga lahan dan kesempatan ekonomi. 10

11 Tabel Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No Peneliti Judul Tujuan 4. Ida Bagus Ag. Dharmanegara, 1997 Penduduk Desa-Desa antar Propinsi: Studi Kasus Pekerja Pendatang di Industri Genteng Rakyat Desa Pejaten Tabanan - Bali 5. Iskandar, 1994 Pekerja dan Remitan di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu 1. Mengkaji secara mendalam proses mobilitas pekerja pendatang, meliputi alasan memilih industri genteng Desa Pejaten sebagai tempat kerja, proses mobilitas, mobilitas pekerjaan, intensitas kerja, pendapatan, remitan, tipe mobilitas. 1. Mengetahui dan mengkaji pengaruh mobilitas pekerja ke luar desa terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Lokasi Penelitian Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Tabanan-Bali Desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kutai Kalimantan Metode Metode penelitian survei Analisis data kuantitatif dan kualitatif Metode penelitian survei Analisis kuantitatif (tabel frekuensi dan tabel silang) Hasil Penelitian Alasan utama yang mendasari para pekerja pendatang dalam melakukan mobilitas adalah alasan ekonomi. Pola mobilitas berantai mewarnai pola mobilitas yang dilakukan pekerja. Strategi yang dilakukan para pekerja pendatang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di daerah asal dilakukan melalui remitan. Terdapat perbedaan fenomena mobilitas desa-kota, antara lain: - Peran migran terdahulu dalam proses mobilitas berantai, - Strategi kelangsungan hidup melalui pola konsumsi daerah perdesaan, - Alasan non ekonomi dalam bermobilitas yang semakin penting, - Kuatnya adat istiadat dan homogenitas masyarakat desa menghambat keinginan pekerja untuk menetap. Motivasi pokok kepala rumah tangga melakukan mobilitas adalah untuk meningkatkan pendapatan. Remitan yang diperoleh migran memberikan pengaruh yang besar terhadap upaya peningkatan pendapatan rumah tangga di desa asal. Status ekonomi rumah tangga migran 11

12 Tabel Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No Peneliti Judul Tujuan 6. Janianton Damanik, 1993 Kutai Kalimantan Timur Buruh dalam Fragmentasi Pasar Kerja di Industri Perdesaan (Studi Kasus pada Industri Cor Logam di Ceper, Klaten) 1. Menganalisis mobilitas pekerjaan berdasarkan segmen pasar kerja pada industri perdesaan. 2. Menganalisis mobilitas pekerjaan berdasarkan ciri-ciri demografi, sosial dan ekonomi buruh industri perdesaan. 3. Menganalisis kaitan antara mobilitas dan upah buruh dengan perubahan pendapatan dan alokasi pekerja rumah tangganya di perdesaan Lokasi Penelitian Timur Kecamatan Ceper, Klaten; Desa Belor, Grobogan; dan Desa Kuti, Ponorogo Metode Metode Survei Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Penelitian cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dari luar desa (remitan). pekerja ke luar desa berpengaruh positif terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. buruh dipengaruhi oleh pasar kerja yang terpecah-pecah (fragmented labour market). Karakteristik buruh (umur dan masa kerja) tidak mempengaruhi perbedaan mobilitas, melainkan perbedaan ketrampilan menyebabkan perbedaan mobilitas buruh. Upah buruh berbeda-beda menurut segmen kerja. 7. M.C. Sri Hartati, 1991 Pekerja Industri Konstruksi sebagai Strategi Peningkatan Pendapatan Keluarga: Studi 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja pelaku mobilitas 2. Mengetahui pengaruh tingkat pendapatan remitan yang dikirim pekerja kepada keluarganya dan berapa besar sumbangannya terhadap rumah tangga. Tanjung Barat Indah dan Bukit Permai, Cibubur, DKI Jakarta Pendekatan kualitatif dan kuantitatif Besarnya pendapatan pekerja migran serkiler sangat dipengaruhi faktor segmentasi pekerjaan, ketrampilan, pengalaman, jam kerja, status hubungan kerja, dan cara perekrutan. yang dilakukan oleh pekerja bangunan mempunyai dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi di 12

13 Tabel Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No Peneliti Judul Tujuan Kasus Pekerja Bangunan Permukiman di Tanjung Barat Indah dan Bukit Permai Cibubur DKI Jakarta Lokasi Penelitian Metode Hasil Penelitian desa asal. Bagi migran, pergi ke kota adalah suatu usaha yang beresiko rendah serta merupakan strategi untuk meningkatkan pendapatan keluarga di desa. 8. Hastowiyono, 1990 Perilaku dan Dampak Penduduk di Desa Asal (Studi Kasus di Desa Sumberagung Kecamatan Jetis Bantul) Sumber: Berbagai Disertasi dan Tesis 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam menentukan bentuk mobilitas yang dilakukan (mobilitas ulang-alik atau serkiler). 2. Mengetahui mekanisme penyesuaian pelaku mobilitas di daerah tujuan, terutama dalam kaitannya dengan cara memperoleh pekerjaan. 3. Mengetahui perilaku hubungan migran serkiler dengan daerah asal. 4. Mengetahui dampak mobilitas ulangalik dan serkiler terhadap pamenuhan kebutuhan rumah tangga di desa asal. 5. Mengetahui dampak mobilitas ulangalik dan serkiler terhadap hubungan pelaku mobilitas dengan anggota rumah tangga dan keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan di desa asal. Desa Sumberagung Kecamatan Jetis Bantul Deduktif Kuantitatif Analisis Deskriptif Migran ulang-alik menempuh jarak <30 km, sedangkan migran sirkuler pada umumnya menempuh jarak yang lebih jauh. Migran mendapat pekerjaan di daerah tujuan atas bantuan migran lama. Secara ekonomik pelaku mobilitas pendapatannya meningkat dan kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan juga meningkat. Secara sosial, mobilitas berdampak negatif. Ditunjukkan dengan menurunnya frekuensi hubungan migran dengan warga daerah asal dan partisipasi sosial di desa asal menjadi menurun. 13

14 Tabel Penelitian yang Dilaksanakan No Peneliti Judul Tujuan 1. Mohammad Isnaini Sadali, 2014 pekerja pada Kawasan Industri Piyungan di Bantul - DIY Sumber: Analisis, Mengkaji hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 2. Menganalisis bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang bekerja di Kawasan Industri Piyungan. 3. Mengeksplorasi faktor-faktor penarik dan pendorong terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan. Lokasi Penelitian Desa Sitimulyo dan Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan- Bantul Metode Metode Penelitian Survei Analisis Deskriptif Pertanyaan Penelitian 1. Apakah terdapat hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagaimana bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 3. Faktor-faktor penarik dan pendorong apa saja yang menjadi terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan. 14

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau Sirri Hidayati Widiyasmara Kelas B 150231100060 Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

MOBILITAS PEKERJA PADA KAWASAN INDUSTRI PIYUNGAN DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MOBILITAS PEKERJA PADA KAWASAN INDUSTRI PIYUNGAN DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mobilitas Pekerja pada Kawasan Industri Piyungan di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (Mohammad Isnaini Sadali) MOBILITAS PEKERJA PADA KAWASAN INDUSTRI PIYUNGAN DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan kesuburan alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara agraris. Sebagaimana kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyatnya. Menurut Tjiptoherijanto (2000) mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyatnya. Menurut Tjiptoherijanto (2000) mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah upaya suatu negara dalam menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Menurut Tjiptoherijanto (2000) mobilitas penduduk merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah kependudukan

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting) (Studi Kasus Di Desa Pandak Gede) Nama : Dewa Ayu Cintya Nandiswari NIM : 1306105126 ABSTRAK

Lebih terperinci

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5 4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL Armansyah Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang 30139 E-mail:

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan 300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN (Studi Kasus: Pembangunan Kawasan Sentra Industri Mebel Kecamatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung Letak Geografis Wilayah Kabupaten Tulungagung terletak antara koordinat ( 111 0 43 112 0 07 ) Bujur Timur, ( 7 0 51 8 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota dan ketersediaan fasilitas menarik terjadinya pergerakan dari daerah pinggiran (hinterland) ke pusat kota. Ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : AHMAD NURCHOLIS L2D 003 325 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D 306 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geografi Pendudk yang dibina oleh Bapak Suwito, M.Pd. Oleh Kelompok 6 Inviolata Embun 140401050107 Muhammad

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Toni Mardiantono. L2D 300 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 tercatat sebanyak 821.213 jiwa yang terdiri dari 405.831 laki-laki (49,4%) dan 415.382 perempuan (50,6%). Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkatan kerja (pekerja) terdiri dari tenaga kerja sektor formal dan tenaga kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau ± 17.869 dan luas daratan sebesar 1.919.443 km 2, memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor pertanian terhadap Produk

Lebih terperinci

BAB 8 PENUTUP. Manfaat Investasi terhadap Ekonomi

BAB 8 PENUTUP. Manfaat Investasi terhadap Ekonomi BAB 8 PENUTUP Penanaman Modal adalah kegiatan pengusaha dalam menanamkan modalnya untuk melakukan aktivitas ekonomi produktif di Kabupaten Pandeglang yang dapat dilakukan oleh pengusaha baik yang berasal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan dalam pengembangan wilayah. berlandaskan pada upaya guna memacu pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan dalam pengembangan wilayah. berlandaskan pada upaya guna memacu pertumbuhan dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pembangunan dalam pengembangan wilayah harus berlandaskan pada upaya guna memacu pertumbuhan dan perkembangan sosial-ekonomi, mengurangi kesenjangan, dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah 254,9

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu digilib.uns.ac.id 11 II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah tentang pendapatan dan perpindahan angkatan kerja pedesaan bekerja di sektor

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI BAB III KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI Peninjauan kembali RTRWK lebih mudah ditindaklanjuti dengan membuat dan mengikuti suatu tipologi peninjauan kembali. Adapun kriteriakriteria yang yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR

MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring berjalannya waktu baik dari segi pembangunan fisik maupun non fisik. Secara fisik kota sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada migrasi ulang-alik. Jika mereka memilih untuk tinggal (biasa

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada migrasi ulang-alik. Jika mereka memilih untuk tinggal (biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya penduduk yang melakukan migrasi menuju ke kota untuk bekerja merupakan hal yang wajar bagi daerah perkotaan, seperti kota kecamatan maupun kota kabupaten,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan gejala dibumi yang menyangkut fisik maupun makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan

Lebih terperinci