PASTORAL ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI GEREJA YANG HIDUP: MENGAKAR, MEKAR, DAN BERBUAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASTORAL ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI GEREJA YANG HIDUP: MENGAKAR, MEKAR, DAN BERBUAH"

Transkripsi

1

2 PASTORAL ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI GEREJA YANG HIDUP: MENGAKAR, MEKAR, DAN BERBUAH PEDOMAN PASTORAL KEUSKUPAN BANDUNG 1 Januari Desember

3 Pengantar Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik adalah sederet kata yang menjadi bagian syahadat Nikea- Konstantinopel. Umat Katolik setiap kali mengucapkan syahadat tersebut membarui pernyataan iman kepercayaannya kepada Gereja. Pernyataan iman akan Gereja merupakan ajakan batin agar kita dengan rahmat Tuhan mengupayakan sungguh-sungguh, sehingga Gereja menjadi dapat dipercaya, credible, memiliki credibilitas yang bermutu tinggi. Credibilitas Gereja perlu kita bangun bersama dengan berbagai macam cara. Umat Allah Keuskupan Bandung melalui musyawarah pastoral menganalisis secara objektif situasi yang khas bagi negeri sendiri, menyinarinya dengan terang amanat Injil yang tidak dapat diubah, dan dari ajaran sosial Gereja menggali asas-asas untuk refleksi, norma-norma untuk penilaian serta pedoman-pedoman untuk bertindak (lh. Octogesima Adveniens, 4). Musyawarah Pastoral Keuskupan Bandung telah diselenggarakan sebagai bagian dari gerakan umat untuk mewujudkan Gereja sebagai komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. Sebagai tindak lanjut, gerakan umat tersebut masih perlu dengan dilengkapi dengan berbagai rapat kerja, pertemuan pada tingkat keuskupan, paroki, maupun pada tingkat kelompok basis yang lain. Credibilitas Gereja perlu juga dibangun dengan mengembangkan tata kelola berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan melalui transparency dan accountability. Untuk itu, dibutuhkan keterlibatan dari semua pihak: para imam, biarawan-biarawati dan kaum awam, untuk membangun sinergi agar Gereja sungguh hidup. Sinergi tersebut dapat terjadi, bila terjalin kerjasama saling 2

4 melengkapi, keterbukaan antar warga Gereja, sehingga Gereja sungguh mengakar, mekar dan berbuah bersama masyarakat Jawa Barat. Sinergi tersebut menjadi semakin kuat, bila dikembangkan juga keterbukaan lintas ilmu: ilmu-ilmu sakral dan ilmu-ilmu sekular, karena tujuan akhir kemajuan ilmu-ilmu itu adalah kemanusiaan seutuh-utuhnya juga, dan kesejahteraan bersama. Umat Allah Keuskupan Bandung yang bermusyawarah telah merumuskan Arah Dasar, dan bertekad untuk menjadi pelaku apa yang diputuskannya. Jiwa semangat orang Samaria yang baik hati (Luk 10: 25-37) diharapkan menjadi jiwa semangat para pelaku Arah Dasar Keuskupan Bandung untuk lima tahun mendatang, 1 Januari 2010 s.d. 31 Desember Agar terjadi kebersamaan yang kuat di antara umat, tidak tepat kalau ada orang yang berada di pinggiran untuk menjadi penonton belaka. Kesediaan berbagi apa pun (pikiran, tenaga, waktu, dana, dll.) ibarat lima roti dan dua ikan (lh. Yoh 6:1-15), bila dilakukan dengan tulus hati dan ikhlas, merupakan awal dari terjadinya pekerjaan-pekerjaan Allah sendiri. Kita semua, anak-anak, remaja, orang muda dan dewasa adalah pelaku-pelaku kehendak Allah. Dalam Kristus kita dilibatkan untuk membangun Gereja sebagai komunitas yang hidup, mengakar, mekar dan berbuah. Yeremia dengan kalimat-kalimat serupa menggambarkan kehidupan itu dengan sangat bagus, Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (17:8). Ia menjelaskan bahwa semua itu dapat terjadi, bila orang mengandalkan Tuhan, sebagaimana dikatakan, Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (17:7). 3

5 Menyadari ancaman-ancaman yang ada, marilah kita tetap mengandalkan Tuhan, yang bersabda, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28: 20). Salam, doa dan Berkat Tuhan. Bandung, 15 Januari Johannes Pujasumarta Uskup Keuskupan Bandung 4

6 PENDAHULUAN Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini merupakan hasil refleksi bersama umat Keuskupan Bandung melalui proses yang dimulai dari musyawarah pastoral tingkat komunitas basis dan berpuncak pada musyawarah pastoral tingkat keuskupan. Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini merupakan penjabaran Arah Dasar Pastoral Keuskupan Bandung yang dirumuskan dalam musyawarah pastoral tingkat keuskupan, serta dijadikan sebagai titik acuan penyusunan rencana program dan kegiatan pastoral Keuskupan Bandung selama 5 (lima) tahun ke depan (Januari 2010 Desember 2014). Dengan berpedoman pada Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung yang dijiwai oleh spiritualitas orang Samaria yang baik hati ini, gerak pastoral Keuskupan Bandung selama 5 (lima) tahun ke depan diharapkan mampu mewujudnyatakan cita-cita bersama Gereja Keuskupan Bandung sebagai komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini memuat masalah-masalah pastoral, tujuan pastoral yang hendak dicapai selama 5 (lima) tahun ke depan, dan strategi-strategi pastoral untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini menjadi pedoman dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi program-program dan kegiatan-kegiatan pastoral Keuskupan Bandung selama 5 tahun ke depan. Dalam merencanakan program dan kegiatan tersebut, setiap komisi, paroki dan kelompok kategorial tetap memperhatikan situasi kontekstual dan kebutuhan umat. Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini diharapkan akan membawa perubahan mendasar dalam wajah Gereja Keuskupan Bandung apabila semua umat Keuskupan Bandung beserta pimpinannya 5

7 melaksanakan Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini secara konsisten dan konsekuen. ARAH DASAR Kita, umat Allah Keuskupan Bandung, bercita-cita menjadi komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. Kita mewujudnyatakan Kerajaan Allah melalui pemuliaan martabat manusia dan pemulihan keutuhan ciptaan. Cita-cita tersebut digumuli dalam konteks masyarakat Jawa Barat yang plural. Dalam keberagaman etnik dan budaya, kita menegaskan diri 100 % Indonesia dan 100 % Katolik untuk membangun persaudaraan yang dijiwai semangat silih asah, silih asih, dan silih asuh dalam menumbuh-kembangkan nilai-nilai kristiani agar meresap bagai garam, mengubah bagai ragi, dan menyinari bagai terang ke semua bidang kehidupan. Sejalan dengan dinamika dan perubahan kondisi sosial politik Jawa Barat, kita ikut ambil bagian dalam seluruh dinamika yang terjadi dengan tetap menyadari diri sebagai bagian utuh kenyataan Indonesia, Asia, dan dunia. Searah dengan kehendak Jawa Barat untuk menjadi provinsi terdepan dalam menyangga ibu kota negara dan untuk membangun masyarakat yang beriman, berakhlak, serta berpihak kepada kaum miskin dan tersisih, kita memperjuangkan pendidikan hati dan budi, keadilan sosial dan ekonomi, kesehatan masyarakat, keadilan dan kesetaraan gender, kelestarian lingkungan, dan perdamaian. Dengan demikian, umat Allah Keuskupan Bandung menjadi Gereja yang mencintai dan dicintai masyarakat Jawa Barat. Dengan meneladan iman dan kesetiaan Bunda Maria, reksa pastoral umat Allah Keuskupan Bandung hendak dilaksanakan dengan cara membangun kesadaran pentingnya sejarah dan konteks hidup, 6

8 membangun keluarga sebagai Gereja kecil, memberdayakan kelompok basis sebagai komunitas dinamis, mengupayakan pendidikan berkelanjutan di segala bidang, dan mengedepankan orang muda. Kesadaran ini hendak diwujudkan melalui dialog dan kerjasama dengan berbagai pribadi, organisasi, dan institusi dalam jejaring sosial yang luas. Strategi ini lebih dikonkretkan dengan merevitalisasi komisi yang sudah ada dan membentuk komisi lain untuk mengakomodasi masalah, tantangan, dan cita-cita di berbagai bidang. Untuk mengembangkan Gereja yang utuh seperti yang dihidupi Gereja perdana melalui pewujudan koinonia, liturgia, diakonia, dan kerugma dalam semangat kasih tanpa pamrih, umat Allah Keuskupan Bandung bertekad meneruskan ajaran dan perbuatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Umat Allah Keuskupan Bandung bertekad mewujudnyatakan cita-citanya melalui hidup dan karya berdasarkan cinta kasih yang dijiwai kemurahan hati dan kesediaan berbagi dengan meniru perbuatan Orang Samaria Yang Baik Hati (Luk 10: 25-37). Tekad ini menjadi pendorong untuk berperan aktif dalam peningkatan kesejahteraan material dan spiritual masyarakat. Yesus bersabda kepada murid-muridnya, Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan. (Luk 5: 4). Sabda ini adalah panggilan kepada kita, umat Allah Keuskupan Bandung, untuk memasuki kedalaman hidup melalui sakramensakramen, terutama Sakramen Ekaristi, agar siap diutus. Setelah kebangkitan, Yesus mengutus para muridnya dengan bersabda, Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman. (Mat 28: 20). Inilah peneguhan bagi umat Allah Keuskupan Bandung untuk mewujudnyatakan Gereja sebagai komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. 7

9 MASALAH, TUJUAN, STRATEGI 1. BIDANG PANGGILAN Gereja yang mengikuti Kristus (Mat. 10: 1-14; LG 40-42; OT 2-11). Masalah: a. Kesadaran bahwa Gereja dipanggil untuk mengikuti Kristus, entah melalui hidup bakti tertahbis atau tak tertahbis maupun hidup keluarga. b. Relasi spiritual antara imam, religius, dan umat melalui kunjungan ke rumah umat, ke seminari / biara, serta melalui contoh kehidupan yang luhur. c. Pemahaman bahwa keluarga adalah seminari yang menjadi dasar panggilan hidup bakti, entah sebagai frater, bruder, suster, maupun imam. d. Terpeliharanya kebiasaan berdoa bagi Gereja agar setia mengikuti Kristus. e. Pemanfaatan media cetak dan elektronik untuk mengembangkan dimensi panggilan Gereja. Tujuan Pastoral: a. Meningkatnya kesadaran Gereja akan panggilan untuk mengikuti Kristus. b. Tumbuhnya panggilan religius dan imam melalui pendidikan keluarga. c. Rumah formasi semakin diberdayakan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas agar dihasilkan para religius dan imam yang berkualitas. 8

10 Strategi Pastoral: a. Menyediakan sarana, bahan, dan kesempatan (kartu doa, pengenalan panggilan, kunjungan, aksi panggilan). b. Mendorong para penanggung jawab rumah formasi mengimplementasikan standar pendidikan religius dan imam yang bermutu. 2. BIDANG PERSAUDARAAN Gereja mewujudnyatakan persaudaraan yang dihidupi Gereja Perdana (Kis. 2: 41-47// 4: 32-37; LG 9-16). Masalah: a. Partisipasi umat dalam lingkungan. b. Keterlibatan umat dari tingkat lingkungan dalam program DPP. c. Komunikasi antara DPP, wilayah, dan lingkungan. d. Optimalisasi kelompok kategorial yang ada. e. Penggembalaan pastor paroki pada lingkungan. f. Materi menarik dan mudah dicerna yang sungguh dibutuhkan umat. Tujuan Pastoral: a. Keterlibatan umat lingkungan meningkat. b. Ketersediaan materi yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan umat. c. Lingkungan sebagai oasis bagi pengembangan iman umat. d. Komunikasi yang baik antara DPP dengan wilayah dan lingkungan. Strategi Pastoral: a. Menginventarisasi personil yang mampu menggerakkan lingkungan menjadi hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. 9

11 b. Menciptakan kegiatan kebersamaan yang menumbuhkan rasa persaudaraan. c. Mendorong DPP membuat, mengkomunikasikan, dan mengimplementasikan program kerja paroki sampai ke tingkat lingkungan. 3. BIDANG PEWARTAAN Gereja mewartakan keselamatan yang membebaskan (Mat. 10: 5-15; Mat. 28: 18-20; Mrk. 16: 15-19; Kis. 17: 16-29; Rom. 1: 16-17; LG 35; EN 30-39) Masalah: a. Kesadaran umat sebagai penanggungjawab pendidikan iman bagi anak-anak. b. Kecintaan umat untuk membaca dan mendalami Kitab Suci. c. Kualitas dan kuantitas pewarta yang handal. d. Pemahaman dan persiapan penerimaan sakramen. e. Kualitas isi dan metode pewartaaan. Tujuan Pastoral: a. Meningkatnya kesadaran umat sebagai penanggung jawab pendidikan iman. b. Tumbuhnya kecintaan umat pada Kitab Suci. c. Tersedianya pewarta bermutu baik dari segi isi maupun metode. d. Meningkatnya pemahanan umat akan sakramen. Strategi Pastoral: a. Memanfaatkan kesempatan dan sarana pewartaan untuk menyadarkan umat akan tanggungjawab mereka dalam 10

12 pendidikan iman, kecintaan pada Kitab Suci, dan pemahaman akan sakramen-sakramen. b. Mengadakan berbagai pelatihan bermutu untuk para pewarta. 4. BIDANG LITURGI Gereja merayakan liturgi Katolik dan kontekstual (SC 10, 14-19). Masalah: a. Pemahaman umat mengenai liturgi Katolik. b. Konsep yang jelas tentang inkulturasi liturgi. c. Keseragaman kebijakan pelaksanaan kegiatan liturgi. d. Liturgi khusus untuk anak-anak dan kaum muda. e. Keterlibatan umat dalam liturgi. Tujuan Pastoral: a. Meningkatnya pemahaman, kecintaan, dan keterlibatan umat pada liturgi. b. Adanya kebijakan pelaksanaan liturgi dan inkulturasi sesuai dengan konteks paroki. c. Tersedianya liturgi khusus, antara lain bagi anak-anak, kaum muda, dan dewasa. Strategi Pastoral: a. Menyediakan pendidikan liturgi melalui berbagai bentuk pelatihan, tertutama bagi mereka yang terlibat langsung. b. Merumuskan kebijakan pelaksaan liturgi dan inkulturasi. c. Menyusun dan menerapkan liturgi-liturgi khusus. 11

13 5. BIDANG KELUARGA Gereja menumbuhkan keluarga kristiani sebagai Gereja mini dengan semangat kasih (FC 36, 42, 44; GS 47-52; PP 36, CA 39, EV 92). Masalah: a. Pemahaman umat tentang perkawinan Katolik. b. Pemikiran panjang tentang akibat perkawinan campur. c. Ketidakseimbangan aktivitas di luar rumah dan kepentingan keluarga. d. Pendidikan seksualitas dalam keluarga. e. Perhatian pada kaum lanjut usia (lansia). Tujuan Pastoral: a. Meningkatnya pemahaman umat tentang seksualitas, perkawinan Katolik dan masalah kawin campur. b. Terbentuknya keluarga Katolik yang harmonis. c. Terperhatikannya kaum lansia. Strategi Pastoral: a. Menyediakan materi dan nara sumber yang kompeten dalam seksualitas dan perkawinan Katolik. b. Merumuskan dan menyosialisasikan model keluarga Katolik harmonis. c. Menyelenggarakan kegiatan bagi kaum lansia. 6. BIDANG KEPEMUDAAN Gereja memberdayakan kaum muda yang kreatif dalam mewujudkan identitasnya sebagai insan Katolik yang kritis, komunikatif, dan produktif (Yer. 1:4-10; Luk. 7: 14; PP 67; EN 72). 12

14 Masalah: a. Keterlibatan kaum muda dalam aktivitas kemasyarakatan. b. Regenerasi dan kaderisasi kaum muda. c. Idealisme kaum muda dalam menatap masa depan. d. Figur pendamping dan tokoh anutan, baik dari awam maupun kaum religius, yang dibutuhkan kaum muda. e. Youth center sebagai tempat berkumpul kaum muda. Tujuan Pastoral: a. Tumbuhnya idealisme, sikap heroik, kesadaran tentang jatidiri Katolik pada kaum muda. b. Meningkatnya Keterlibatan kaum muda dalam aktivitas kemasyarakatan. c. Kontinuitas proses pendampingan kaum muda, khususnya regenerasi, kaderisasi. d. Terbentuknya pusat-pusat kegiatan kaum muda. Strategi Pastoral: a. Membangun kerjasama serta jaringan, baik teritorial maupun kategorial, dan memberdayakan organisasi / komunitas / kelompok kaum muda Katolik. b. Membangun youth center di berbagai tingkat beserta program dan kegiatan sebagai bagian dari regenerasi dan kaderisasi. 7. BIDANG PENDIDIKAN Gereja mencerdaskan diri dan sesama melalui pendidikan yang bermutu dan terjangkau (GE 1, 2-8, FC 36). 13

15 Masalah: a. Kuantitas guru Katolik yang kompeten dan berkarakter luhur. b. Keberpihakan sekolah Katolik kepada siswa-siswi yang berpotensi finasial dan intelektual di bawah rata-rata. c. Asumsi umat bahwa sekolah Katolik mahal. d. Pendidikan nilai pada sekolah Katolik. e. Kesadaran umat akan solidaritas pendidikan. Tujuan Pastoral: a. Tersedianya guru-guru Katolik yang kompeten dan berkarakter luhur. b. Tumbuhnya solidaritas umat pada kaum lemah sehingga siswasiswi mendapat pendidikan yang bermutu. c. Berkembangnya pendidikan nilai di sekolah-sekolah Katolik. Strategi Pastoral: a. Mengimplementasikan Nota Pastoral Pendidikan yang dirumuskan KWI pada November b. Menggerakkan umat paroki untuk terlibat aktif dalam solidaritas pendidikan misalnya dengan menjadi orang tua asuh. 8. BIDANG PEREMPUAN Gereja menghidupi persaudaraan yang sepadan antara pria dan wanita (Kej. 1: 26-27; 2:18-25; Surat kepada wanita 4, MD 6, Kerjasama Pria dan Wanita 8). Masalah: a. Tenaga pastoral yang memfokuskan diri pada gerakan keadilan dan kesetaraan gender. b. Stereotipe terhadap perempuan. 14

16 c. Lembaga advokasi yang memberi pendampingan kepada kaum perempuan. d. Kuantitas dan kualitas komunitas berbasis gender. e. Kuatnya sistem patriarkal. Tujuan Pastoral: a. Semakin tepat pemahaman tentang arti dan hakikat pria dan wanita sebagai citra Allah. b. Terciptannya masyarakat yang berkeadian dan berkesetaraan gender. c. Terciptanya komunitas berbasis gender. Strategi Pastoral: a. Merumuskan dan menyosialisasikan pemahaman tentang keadilan dan kesetaraan gender. b. Membentuk tim advokasi keadilan dan keseteraan gender. c. Membentuk komisi perempuan. 9. BIDANG EKONOMI: Gereja membangun ekonomi mandiri dan berhati nurani demi kesejahteran bersama (MM 73; GS 64; PP 22; Kat ; GS 69; PP 22; SRS 38). Masalah: a. Data akurat tentang kaum miskin. b. Jumlah penganggur besar. c. Urbanisasi tanpa persiapan memadai untuk memasuki persaingan kota. d. Optimalisasi koperasi. e. Keharmonisan hubungan pengusaha dan pekerja. 15

17 Tujuan Pastoral: a. Tersedianya data akurat tentang demografi sosial ekonomi paroki. b. Peningkatan kualitas koperasi dan tata kelolanya. c. Terciptanya masyarakat ekonomi inklusif. d. Pemanfaatkan teknologi tepat guna. e. Tumbuhnya jiwa kewirausahaan. Strategi Pastoral: a. Memberdayakan koperasi di paroki. b. Mengadakan pelatihan sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan pengembangan jiwa kewirausahaan. c. Membangun jejaring antarpengusaha, antarpekerja, dan komunikasi antara pengusaha dan pekerja. 10. BIDANG KESEHATAN Gereja membangun masyarakat yang sehat mandiri tanpa diskriminasi (Yoh. 10:10; Mat. 20:29-34 // Mrk. 10: // Luk. 18:35-43, Mrk. 7:31-37; Piagam bagi Para Pelayan Kesehatan 1,4). Masalah: a. Kesadaran umat tentang paradigma hidup sehat. b. Kerjasama antara balai pengobatan dengan rumah sakit dan lembaga kesehatan masyarakat. c. Kesadaran umat akan pentingnya jaminan kesehatan. d. Home care dan rehabilitasi medik. e. Kerjasama organisasi sosial dan lembaga kesehatan untuk perawatan lansia. 16

18 Tujuan Pastoral: a. Terbentuknya kesadaran umat tentang paradigma hidup sehat yang didukung dengan jaminan kesehatan. b. Terciptanya kerjasama antara balai pengobatan, rumah sakit, dan lembaga kesehatan masyarakat, termasuk perawatan lansia. c. Tersedianya home care dan rehabilitasi medik. Strategi Pastoral: a. Menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan perilaku hidup sehat dan perawatan kesehatan. b. Membangun jejaring antar lembaga kesehatan dan masyarakat. c. Mengembangkan kerjasama organisasi sosial dan lembaga kesehatan, termasuk untuk perawatan lansia. d. Membentuk dana sehat. e. Mengimplementasikan Nota Pastoral Kesehatan hasil Sidang KWI BIDANG KOMUNIKASI SOSIAL Gereja mencerdaskan diri dalam optimalisasi media komunikasi dan teknologi (IM 3-17, 24). Masalah: a. Program sistematis dari Gereja tentang komunikasi sosial (komsos). b. Penyelenggaraan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman umat tentang peran komsos. c. Prakarsa untuk membangun komunikasi dengan agama dan kepercayaan lain. d. Tenaga ahli yang berkualitas dalam bidang komsos. e. Pusat informasi dan litbang yang memadai di paroki-paroki. 17

19 Tujuan Pastoral: a. Terbentuknya kesadaran umat akan hakikat dan fungsi komsos demi peningkatan martabat manusia. b. Tersedianya program dan pelatihan yang berkaitan dengan optimalisasi komsos. c. Tersedianya tenaga ahli yang berkualitas di bidang komsos. d. Terciptanya pusat informasi dan litbang. Strategi Pastoral: a. Membangun pusat informasi dan litbang di keuskupan dan paroki. b. Mengadakan berbagai pelatihan yang berkaitan dengan komsos. c. Melakukan sosialisasi pemahaman dan penyadaran umat tentang penggunaan sarana media komsos. 12. BIDANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA DAN KEPERCAYAAN Gereja merangkul mereka yang berkeyakinan lain (Mrk 9: 38-41; Luk. 9: 49-50; Luk 10: 25-37; NA 5; DH 12). Masalah: a. Komunikasi dan kerjasama internal antar komisi. b. Dialog antara DPP dengan umat Gereja, agama, dan keyakinan lain. c. Pendidikan kebhinekaan yang mengembangkan sikap pluralis. d. Kegiatan silaturahmi dengan Gereja, agama, dan kepercayaaan lain. e. Lembaga advokasi hukum dan LSM yang membantu menangani permasalahan hak asasi manusia (HAM). 18

20 Tujuan Pastoral: a. Terciptanya kerukunan hidup beragama. b. Adanya kemauan untuk bersilaturahmi dan berdialog. c. Terciptanya pendidikan kebhinekaan. Strategi Pastoral: a. Membentuk lembaga advokasi hukum dan LSM yang berkaitan dengan HAK. b. Membangun budaya silaturahmi dan dialog melalui berbagai bentuk kegiatan. c. Merumuskan isi dan materi dialog, terutama berkaitan dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan, misalnya dalam menghadapi kemiskinan dan kebodohan. d. Membela kebhinekaan dengan tetap menjaga integritas iman Katolik. 13. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Gereja memelihara dan mengembangkan lingkungan hidup asri (Kej. 1: 28; MM 197; SRS 34; CA 37; KASG 470, ; ) Masalah: a. Pemahaman, kesadaran, kepedulian, dan keterlibatan umat tentang pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup. b. Pendidikan mengenai lingkungan hidup di sekolah dan perguruan tinggi Katolik. a. Informasi tentang peran penting individu dalam mengatasi akibat perubahan iklim (climate change, global warming). b. Wadah formal yang menangani masalah lingkungan hidup di tingkat keuskupan dan paroki. 19

21 c. Gerakan dan aktivitas peduli lingkungan yang berkesinambungan, yang melibatkan umat dan masyarakat luas. Tujuan Pastoral: a. Terbentuknya pemahaman kesadaran dan keterlibatan umat tentang pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup. b. Terbentuknya kemauan untuk membela dan mengembangkan lingkungan hidup yang sehat. c. Terbentuknya wadah formal yang menangani masalah lingkungan hidup di tingkat keuskupan dan paroki. d. Terciptanya gerakan dan aktivitas peduli lingkungan yang dilakukan umat. Strategi Pastoral: a. Menyelenggarakan pendidikan lingkungan hidup dan penyuluhan tentang pentingnya lingkungan hidup. b. Merumuskan program untuk melakukan gerakan peduli lingkungan hidup yang dapat dilakukan sendiri maupun bersamasama masyarakat. c. Melakukan gerakan peduli lingkungan. d. Merintis terbentuknya komisi lingkungan hidup di tingkat keuskupan dan seksi lingkungan hidup di tingkat paroki. 14. BIDANG KEBUDAYAAN Gereja melestarikan dan mengembangkan budaya yang beradab dan manusiawi serta mendukung kehidupan (GS 53, 57-59,62; CA 51; EiA 21) Masalah: a. Orientasi nilai luhur. 20

22 b. Sikap primordial kultural. c. Sikap sektarian. d. Kepedulian pada budaya setempat. e. Penghargaaan budaya-budaya lokal. Tujuan Pastoral: a. Terkikisnya sikap primordial kultural dan sektarian. b. Meningkatnya penghargaan dan kepedulian pada budaya lokal. c. Tertanamnya orientasi nilai luhur dalam diri umat. Strategi Pastoral: a. Membangun kesadaran umat tentang keberagaman sebagai kenyataan hidup. b. Mengusahakan inkulturasi iman pada budaya setempat agar kehidupan menggereja lebih hidup, mengakar, mekar, dan berbuah. 15. BIDANG POLITIK Gereja melibatkan diri secara proaktif dalam politik berhati-nurani (Rom. 13:5; AA 1-8,28-30; GS 75; KASG 379, ) Masalah: a. Komitmen kebangsaan umat Katolik. b. Kaderisasi umat di bidang politik. c. Dialog dan kerjasama umat dalam membangun jaringan sosial politik. d. Advokasi untuk melindungi kepentingan umat sebagai warga negara. e. Keterlibatan hirarki dalam mendorong umat untuk terlibat dalam dunia politik. 21

23 Tujuan Pastoral: a. Tumbuhnya kesadaran umat sebagai 100 % Indonesia dan 100% Katolik. b. Terbentuknya kader-kader politik Katolik. c. Tumbuhnya kepedulian hirarki pada persoalan politik. Strategi Pastoral: a. Merumuskan dan melaksanakan kegiatan sebagai proses penyadaran dan kaderisasi politik. b. Membentuk lembaga advokasi. PENUTUP Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung ini menjadi titik acuan dalam merumuskan program dan kegiatan pastoral Keuskupan Bandung, baik pada tingkat komisi, paroki dan kelompok-kelompok kategorial, sehingga cita-cita Gereja Keuskupan Bandung lima tahun ke depan sungguh menjadi kenyataan, yakni menjadi Gereja yang hidup, mengakar, mekar dan berbuah bersama masyarakat Jawa Barat, dengan menunjukkan keberpihakan kepada kaum lemah dalam masyarakat. 22

24 DAFTAR SINGKATAN Sejumlah dokumen Gereja yang diacu dalam Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung: AA Apostolicam Actuositatem, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 18 November 1965, Dekrit tentang Kerasulan Awam. CA Centesimus Annus, Paus Yohanes Paulus II, 1 Mei 1991, Ensiklik peringatan seratus tahun Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII. EiA Ecclesia in Asia, Paus Yohanes Paulus II, 6 November 1999, Surat Apostolik tentang Gereja di Asia. EN Evangelii Nuntiandi, Paus Paulus VI, 8 Desember 1975, Surat Apostolik tentang karya pewartaan Injil pada jaman modern. EV Evangelium Vitae, Paus Yohanes Paulus II, 25 Maret 1995, Ensiklik tentang Nilai dan Martabat Manusia. FC Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolik tentang Keluarga Kristiani. GE Gravissimum Educationis, Paus Paulus VI, 28 Oktober 1965, Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani. GS Gaudium et Spes, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 7 Desember 1965, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini. IM Inter Mirifica, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 4 Desember 1963, Dekrit tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial. Kat. Katekismus Gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II, 11 Oktober 1992, diterbitkan lewat Konstitusi Apostolik Fidei Depositum. KASG Kompedium Ajaran Sosial Gereja, Komisi Kepausan Untuk Keadilan dan Perdamaian, 29 Juni 2004, berbicara tentang kegiatan orang-orang Kristen di dalam ranah sosial, 23

25 khususnya kegiatan kaum awam beriman yang menjadi empunya ranah ini secara istimewa; seluruh hidup mereka mesti dilihat sebagai sebuah karya penginjilan yang menghasilkan buah. LG Lumen Gentium, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 21 November 1964, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja. MD Mulieris Dignitatem, Paus Yohanes Paulus II, 15 Agustus 1988, Surat Apostolik tentang Martabat dan Panggilan Wanita. MM Mater et Magistra, Paus Yohanes XXIII, 15 Mei 1961, Ensiklik tentang Kristianitas dan Perkembangan Sosial. NA Nostra Aetate, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 28 Oktober 1965, Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama- Agama Bukan Kristen. OT Optatam Totius, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 28 Oktober 1965, Dekrit tentang Pembinaan Imam. PP Populorum Progressio, Paus Paulus VI, 26 Maret 1967, Ensiklik tentang Pembangunan Bangsa-bangsa, ekonomi dunia yang melayani semua umat manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja. SC Sacrosanctum Concilium, Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI, 4 Desember 1963, Konstitusi tentang Liturgi Suci. SRS Sollicitudo Rei Socialis, Paus Yohanes Paulus II, 30 Desember 1987, Ensiklik ini ditulis dalam hubungannya dengan Keprihatinan Sosial. 24

26 LAMPIRAN 1 Orang Samaria yang Baik (Luk 10: 25-37) Pengantar Kalimat yang berbunyi tak kenal, tak sayang; tak sayang, tak mungkin terbayang-bayang tampak biasa tetapi sebenarnya mengandung kedalaman, di mana terdapat kaitan erat antara pengetahuan dan pengalaman. Identitas Yesus bukan hanya untuk diketahui tetapi juga untuk dialami secara pribadi agar seseorang memiliki passion (gairah cinta yang berkobar) padanya. Demikianlah, Yesus bertanya kepada murid (Mat 16: 13-20), bukan hanya tentang apa yang diketahui, tetapi apa yang sungguh dialami; bukan soal tentang seberapa jauh mengetahui Yesus, tetapi juga seberapa dalam mencinta-nya. Pengalaman ini mengantar seseorang untuk mencintai Yesus. Orang yang mencintai Yesus akan juga memiliki hati dan budi seperti Yesus. Inilah juga yang menjadi bagian dari Hukum Utama: Kasihilah Tuhan Allah dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Ilustrasi Seorang pendeta Canada pergi ke Kenya untuk tugas misi. Di tengah desa terpencil, jip yang ditumpanginya mogok. Jip tersebut diperbaiki selama 3 hari oleh montir desa. Setelah selesai perbaikan, karena takut diperas, sang pendeta pergi ke toilet, menyembunyikan sebagian besar uangnya di kaos kaki. Ia berpikir kalau ditagih (diperas) untuk membayar biaya perbaikan, ia akan menunjukkan sisa uangnya. Ia tercengang ketika sang montir berkata, Bapak 25

27 bekerja untuk Tuhan, biarlah Tuhan yang membayar. Bapak tidak usah membayar! Sang pendeta tertegun. Dalam permenungannya, ia berkata, Saya malu. Masakan saya yang setiap hari membaca, merenungkan, dan mewartakan sabda Allah, ternyata hati dan budi saya tidak tertuju pada Allah, tetapi pada uang. Sedangkan montir desa yang membutuhkan uang, ternyata tidak khawatir dengan kemiskinannya karena hati dan budinya tertutu pada Allah! Berubah Arah Perjalanan Orang Samaria yang baik hati mempunyai tujuan tertentu. Tetapi arah perjalanannya diubah karena panggilan akan tanggungjawabnya sebagai manusia. Lebih daripada itu, ternyata hatinya tergerak oleh belas-kasihan (compassion, passion for Christ). Rencana dan jadwal lamanya segera ditinggalkan, rencana dan jadwal baru segera dibuat. Compassion menggerakkan dirinya untuk memiliki passion for other; for humanity. Ada batas-batas kultural dan religius tertentu yang ia atasi supaya ia bisa menyapa dan menyentuh sesama yang membutuhkan kehadiran dirinya. Orang Samaria ini bukan semata mengubah rencana perjalanannya, tetapi juga mencurahkan seluruh tenaga, menyumbang benda yang dimilikinya, dan sarana yang dipunyai. Keberanian untuk mengubah arah perjalanan, tiada lain karena gairah pada sesama manusia yang membutuhkan. Cintanya yang berkobar itulah yang menjadi pemantik hidupnya hingga orientasi hidupnya adalah sesamanya. Memberi Seluruh Hati, Budi, dan Energi Orang Samaria yang baik hati ini adalah simbol pribadi sehati sepikir dengan Yesus yang memberikan hati, budi, dan energinya untuk keselamatan sesama karena tergerak oleh Roh Ilahi. Pertama, ia 26

28 tergerak hatinya oleh belas kasih. Perhatiannya diarahkan pada korban yang membutuhkan pertolongan. Ia tidak bertanya soal hukum; boleh atau tidak; harus atau jangan menolong orang lain. Ia peduli pada nasib dan hidup sesama. Kedua, ia mendekati, menyentuh, dan menolong si korban. Ia menjalin kontak baik fisik maupun psikis dengan korban. Ketiga, ia membalut luka-lukanya. Ia menghentikan penderitaan sesamanya. Keempat, ia menyegarkan korban dengan cara menyiraminya dengan minyak dan anggur. Minyak berfungsi sebagai penyembuh, makanan (lemak), dan penerang. Artinya si korban tidak sekedar dihentikan penderitaannya (dosa), tetapi juga disembuhkan (ditobatkan, direkonsiliasi), lalu ditumbuhkan (berkembang dalam iman) dengan cara diberi makanan, dan akhirnya diberi jalan penerang menuju keselamatan (diarahkan ke padang rumput yang hijau, Mzm 23). Anggur adalah makanan dan minuman untuk pesta. Korban bukan hanya ditolong seadanya, tetapi dibantu total hingga diberi makan dan minum bagai orang yang sedang berpesta. Anggur adalah tanda pesta dan kegembiraan. Bagi orang Samaria ini menolong sesamanya berarti sebuah pesta; kesempatan emas untuk disyukuri. Menolong bukanlah beban, tapi korban pujian pada Allah. Kelima, ia menaikkan sang korban ke atas keledainya. Ia berkorban, mau memberikan kenyamanannya kepada sang korban. Keenam, ia membawanya ke tempat penginapan, yaitu tempat peristirahatan agar si korban cepat pulih. Ketujuh, ia merawat. Menolong sesama itu bukanlah tindakan temporal, satu dua kali saja, melainkan tindakan terus-menerus, konstan bagaikan orang yang merawat sesuatu atau seseorang. Di situ ada hati dan waktu. Ternyata keesokan harinya ia masih datang kembali. Tanggungjawabnya tidak setengah-setengah. Ia pun masih berjanji akan kembali lagi. Komitmennya total hingga sesama seakan menjadi tanggungannya, bagian dari hidup. Itulah orang Samaria yang baik hati yang memiliki passion for humanity (gairah cinta yang berkobar 27

29 untuk menolong sesama). Ia langsung bergerak; melakukan, bukan hanya berdiskusi dan berteori. Ia bukanlah pribadi NATO (No Action Talk Only; banyak bicara, tak mau kerja), tapi pelaku dan pelaksana kerena punya keprihatinan yang dalam pada nasib dan hidup sesamanya. Penutup Salah satu tanda nyata dari passion for humanity adalah kesediaan untuk berbagi dan memberi apa yang paling berharga (Luk 21: 1-4) bagi kepentingan sesama. Berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah (Mat 22: 21). Yang wajib kita berikan kepada Allah adalah hidup kita karena kita itu adalah gambar (dan tulisan) Allah (Kej 1: 26). Gairah memberi; tergila-gila pada nasib dan hidup sesama tak mungkin tanpa sebelumnya ada passion for Christ (Lihat kisah Wanita Samaria dalam Yoh 4: 5-42). Orang tidak mungkin sehati sepikir dengan Yesus kalau ia sendiri tidak mencintai Yesus. Dalam passion for Christ and humanity diandainya ada cinta agapeik pada Yesus dan sesama. Passion berasal dari bahasa Yuhani pathos yang artinya rasa, hati. Maka nabi disebut pathos ilahi, yaitu pribadi yang sehati (seperasaan) dan sepikir dengan Allah sehingga apa yang dikatakan dan dilakukannya sesuai dengan apa yang dimaui Allah. Untuk itu, nabi rela menyingkirkan perasaan dan kepentingan pribadinya demi terwujudnya kehendak ilahi. Kunci menjadi pathos ilahi adalah relasi personal dengan Allah. Carilah dahulu Kerajaan Allah maka segalanya akan ditambahkan bagimu (Mat 6:33). Gairah akan muncul dengan sendiri kalau orang punya intimitas dengan Allah. Antusias berasal dari en-theos (Yunani). Maka, orang yang hidupnya bersemangat itu (antusias) adalah orang yang hidup dalam Tuhan, yaitu orang yang secara pribadi memang sungguh punya relasi intim dengan Allah (mistik). Ini sebenarnya inti hidup beriman, yaitu 28

30 hidup kontemplatif sekalipun dengan cara aktif. Orang macam inilah yang hati dan budinya bernyala-nyala seperti hati dan budi Allah. Orang yang hati dan budinya terarah pada Allah, akan mencurahkan seluruh energinya bagi Allah. Orang ini pastilah akan membela kemanusiaan, akan mencintai sesamanya, seperti Allah telah lebih dahulu mencintai seluruh ciptaannya. Passion for others (humanity) adalah efek langsung dari cinta kita pada Yesus. Pelayanan kita seharusnya merupakan efek langsung dari hidup doa kita. *** (Antonius B. Subianto, OSC). 29

31 LAMPIRAN 2 Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh Asah, Asih, Asuh Ungkapan Sunda ini akrab di telinga masyarakat Sunda dan orang yang hidup di Jawa Barat sebagai tradisi lisan. Dalam tradisi tulisan, ketiga ungkapan ini berkaitan dengan ketiga fungsi masyarakat Sunda yakni Resi, Ratu dan Rama. Paling tidak tiga naskah Sunda kuno: Sanghyang Siksakanda(ng) KaResian (1518) atau Bagian Aturan atau Ajaran tentang Hidup Arif berdasarkan Darma, Amanat Galunggung (abad ke-12 M), dan Fragmen Carita Parahyangan (abad ke-16 M). Ketiga fungsi ini disebut juga Tritangtu di Bwana, atau tiga ketentuan di muka bumi. Ketiga fungsi inilah yang dikaitkan dengan ungkapan tersebut. Ungkapan Asah, Asih, Asuh, masing-masing menjadi tugas untuk ketiga fungsi sosial dalam tatanan masyarakat Sunda. Jakob Sumardjo 1 dan Edi S. Ekadjati (alm.) 2, dua pakar kebudayaan Sunda menyatakan ketiga fungsi sosial Resi, Ratu dan Rama bersifat tak tergantikan dan berinteraksi satu sama lain. Ketiga fungsi dan posisi itu adalah 1. Resi atau pemimpin dan penasihat di bidang kerohanian dan pendidikan nilai-nilai luhur. Ia memiliki watak khas, berkaitan 1 Sumardjo 2003, Ekadjati 2009: cf. cat kaki no. 89: kutipan naskah kuno lainnya, Fragmen Carita Parahyangan (abad ke 16 M), Sang rama, sang resi, sang prabu hendaklah mengerti sungguh-sungguh pembagian hak-hak kalian. Sang resi berwatak memberi kesejukan, sang rama berwatak member tempat berpijak, sang prabu berwatak pendirian teguh. Nurani wajib dimiliki oeh sang resi, ucapan wajib dimiliki oleh sang rama, dan kekuatan wajib dimiliki oleh sang prabu. 30

32 dengan kata asah, yang merujuk pada pembentukan budi atau nurani sehingga pelaksanaan tugasnya membawa orang lain dan dirinya sendiri pada kesejukan dan kesejahteraan. 2. Ratu atau raja, kepala pemerintahan memiliki tugas pemeliharaan dan perwujudan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Karenanya, dia haruslah seorang yang berwatak teguh. Keteguhan pendirian ini diungkap dengan kata asih atau sebenarnya adalah welas asih atau belas kasih, bela rasa. 3. Rama atau pendiri dan penatua desa juga kepala keluarga, bertugas menciptakan kemakmuran, memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, melindungi dan merawat keluarga bersama ibu. Tugas itu dikaitkan dengan kata asuh atau pengasuhan orangtua terhadap keluarga. Dengan kata lain, rama menyediakan tempat berpijak dengan sabda atau perbuatannya. Ketiga naskah kuno itu ditujukan kepada Resi dan Ratu, dan beberapa bagian menyinggung pula tentang tugas Rama. Isinya berupa anjuran untuk menjadi pribadi yang memiliki integritas dan bermoral. Justru ketiga naskah tersebut hendak menegaskan betapa ketiga tugas yang berkaitan dengan fungsi tersebut tidak bisa diabaikan karena tugastugas ini berkaitan dengan dua matra: matra eksternal atau interaksi sosial dalam masyarakat, dan matra internal atau interaksi internal, penataan batin manusia. Sanghyang Siksakandang Karesian di atas menunjukkan bahwa kedua matra ini berhubungan satu sama lain, fungsi matra eksternal tak mungkin dapat dilaksanakan tanpa ekspresi matra internal dan sebaliknya. Dalam keterkaitan kedua matra inilah, ketiga fungsi dan tugas ini dirangkum dengan kata silih. 31

33 Silih Umumnya, kata silih dalam bahasa Sunda tidak hanya diterjemahkan menjadi saling, timbal balik atau berbalas dalam bahasa Indonesia. Makna konotatif kata silih ialah kesetaraan. Implikasi sudah menunjukkan bahwa asah, asih, dan asuh terjadi dalam kedudukan yang sejajar. Ketiga fungsi sosial Resi, Rama dan Ratu tidak tersusun secara hirarkis. Rama (masyarakat umum) Ratu (pimpinan negeri) dan Resi (pemuka kerohanian) berada dalam kedudukan sejajar. Jika digambarkan dalam diagram maka tatanan sosial menurut kebudayaan Sunda adalah kedudukan yang setara. Robert Wessing, seorang pakar Sunda dari Belanda, menemukan fungsi Resi, Ratu dan Rama di Desa Pameuntasan Kecamatan Ciwidey. Fungsi tersebut tidak terdapat dalam sosok figur seorang pemuka jemaat, seorang pemimpin desa atau seorang pendiri desa. Tetapi, fungsi itu dijalankan oleh kampung sebagai representasi fungsi tersebut. Kampung Pameuntasan, Ciseah dan Gajah adalah ketiga kampung itu. Pameuntasan berfungsi sebagai Ratu, Ciseah sebagai Rama (yang mewakili perkampungan muslim) dan Gajah sebagai Resi, yakni komunitas yang menjaga adat dan tradisi Sunda di desa itu 3 atau disebut Kabuyutan. Kampung Gajah juga merupakan tempat makam pendiri desa Pameuntasan berada. Apa yang ditemukan Wessing merupakan matra eksternal ketiga fungsi dan tugasnya masing-masing. Dalam matra internal, penataan hidup batin seseorang, naskahnaskah Sunda Kuno menunjukkan bagaimana ketiga fungsi dan tugasnya masing-masing dihayati dalam hidup perorangan. Sanghyang Siksakanda (ng) Karesian secara implisit menyatakan bahwa tugas silih Asah yang dilaksanakan para Resi dimulai dari 3 Wessing 1979,

34 dirinya sendiri. Seorang Resi harus bisa mendidik dan mengajar dirinya sendiri dengan melakukan tata nilai dan moralitas yang diajarkannya kepada Ratu dan para Rama kelak. Dalam hal ini, seorang Resi menggembleng dirinya sendiri, membangun integritas diri. Demikian juga, Amanat Galunggung, amanat untuk calon Raja. Seorang Raja harus bisa mewujudkan belas kasih dalam tindakannya. Karena itu seorang calon Raja harus menggembleng dirinya dengan menghayati tata nilai luhur dan moralitas, dengan demikian Ia belajar untuk berbelas kasih. Dari dua naskah itu bisa ditarik analogi untuk Rama dan tugasnya. Jika Rama tidak mengasuh dirinya sendiri, dan juga tidak mengasuh anggota keluarga dan masyarakatnya, dia tidak bisa disebut sebagai Rama. Inspirasi untuk Hidup Menggereja Inspirasi yang bisa didapat dari ketiga fungsi sosial dan tugasnya masing-masing untuk hidup menggereja di Keuskupan Bandung berkaitan dengan: 1. Dalam matra internal Gerejawi, fungsi dan posisi dalam Gereja: Imam, Raja dan Nabi. Ketiganya secara metaforik menggambarkan pula jabatan dalam Gereja universal dan lokal. Tugas ketiga fungsi itu menguduskan, menggembalakan dan mengajar justru menegaskan bahwa ketiga posisi itu menampilkan kesederajatan dalam Umat Allah. Ketiganya menyatu sekaligus juga otonom. Dengan demikian, ketiga posisi dan tugasnya ini mengandaikan Imam, Raja dan Nabi secara inklusif menentukan keberadaan satu sama lain. 2. Sementara itu dalam matra eksternal: hubungan Gereja dengan dunia, inspirasi kata silih ialah tanpa relasi timbal balik Gereja tidak berjatidiri. Tanpa menghayati fungsi mengajar, memimpin dan menguduskan secara otonom dan simultan, Gereja hanyalah 33

35 sebuah organisme birokratis yang hirarkik dan kaku. Ia hanya menjadi eksklusif bahkan dalam lingkup internal di antara sesama umat Allah sendiri. Inilah yang ditegaskan Rm. Mangunwijaya dengan gagasannya, Gereja Diaspora. Dengan gagasannya itu, Rm. Mangunwijaya menegaskan bahwa inklusivitas Gereja jejaring bersifat dinamis dan mengandaikan relasi timbal balik di antara sesama posisi penggembalaan dalam Gereja, dan relasi yang sama dengan kaum beragama lainnya. Hanya dengan berelasi semacam itu, Gereja mengejawantahkan panggilannya sebagai Tubuh Kristus. Fungsi penggembalaan, kepemimpinan dan pengudusan adalah hakikat dari Gereja yang diwujudkan dalam posisi-posisi pastoral. Selama Gereja hanya dipahami dari Jatidirinya saja sebagai Tubuh Kristus. Tanpa dijelaskan apa esensi Tubuh Kritus, Gereja tak ubahnya menjadi lembaga birokrasi yang kaku dan beku. Karena itu, misi bukanlah sifat atau atribut Gereja, Misi adalah ekspresi paradigma fungsi atau hakikat Gereja.*** (Stephanus Djunatan, Universitas Katolik Parahyangan). Referensi Danasasmita, Saleh, et al., ed., 1987, Sewaka Darma, Sanghyang SiksaKandang Karesian, Amanat Galunggung, Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ekadjati, Edi S., 2005, Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 1, Jakarta: Pustaka Jaya, Cetakan II Ekadjati, Edi S., 2009, Kebudayaan Sunda, Zaman Pajajaran, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Jaya, Cetakan II Mangunwijaya, Y.B., Pr., 1999, Gereja Diaspora, Yogyakarata: Penerbit Kanisius Sumardjo, Jakob, 2003, Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda, Tafsir-Tafsir Pantun Sunda: Bandung: Kelir Sumardjo, Jakob, 2006, Khazanah Pantun Sunda, Sebuah Interpretasi, Bandung: Kelir 34

36 Wessing Robert, 1979, Life in the Cosmic Village: Cognitive Models in Sundanese Life, in Art, Ritual and Society in Indonesia, Edward M. Bruner & Judith O. Becker (eds.), Athens: Ohio University, Center for International Studies, Southeast Asia Program, Papers in International Studies, Southeast Asia Series, no. 53, pp Wessing Robert, 2001, Telling the Landscape: Place and Meaning in Sunda (West Java) in the Journal Moussons vol. 4, pp

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Definisi Karunia Penyembuhan Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Doa penyembuhan menekankan Iman yang Hidup Dalam

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah: 1 PERAN PIMPINAN DALAM HIDUP MEMBIARA Musyawarah PRR, Lebao, Flores Timur, 18 Desember 2015 Paul Suparno, SJ Abstrak Peran pimpinan bagi perkembangan kongregasi sangat penting. Maju tidaknya kongregasi

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

MENDENGARKAN HATI NURANI

MENDENGARKAN HATI NURANI Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun dalam PELAYANAN PENDIDIKAN

Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun dalam PELAYANAN PENDIDIKAN Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 dalam PELAYANAN PENDIDIKAN Oleh: Rm. B.S. Mardiaatmadja, SJ Jika kita membaca statistik sepintas lalu saja, segera dapat diketahui betapa banyak

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

Sukacita atas belas kasih Allah

Sukacita atas belas kasih Allah Sukacita atas belas kasih Allah Kehadiran gereja hendaknya menampakkan belas kasih Allah baik melalui paroki, komunitas, kelompok asosiasi dan gerakan lainnya; atau dengan kata lain kehadiran orang Kristen

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada berbagai macam pengertian tentang sistem. Menurut Eka Iswandy, sistem merupakan kumpulan unsur yang saling melengkapi dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran (Iswandy,

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Nama Sekolah : SMP. Jumlah : 50 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Bentuk :Pilihan Ganda Kelas :VII (Tujuh) Waktu : 90 Menit

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Hari Minggu Biasa XV

LITURGI SABDA. Tahun C Hari Minggu Biasa XV 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XV LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 30 : 10-14 Firman itu sangat dekat padamu, hendaklah engkau melaksanakannya. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu, Musa memanggil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia merupakan bagian dari kesenian atau keindahan yang dihasilkan melalui media bunyi atau suara. Suara

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ LATAR BELAKANG Sesuai Arah Dasar Pastoral KAJ dan Pedoman Reksa Pastoral Komisi Liturgi 2011-2015,maka semua umat

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Serviana saat ini menjadi pimpinan suatu kongregasi. Ia termasuk pimpinan yang disenangi banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL GEREJA

BAB I MENGENAL GEREJA BAB I MENGENAL GEREJA 1 STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen dalam Gereja. Melalui sakramen-sakramen dalam Gereja Tuhan hendak mencurahkan daya

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Peduliata oleh kongregasinya diberi tugas menjadi pimpinan asrama siswi-siswi SMA. Suster Peduliata

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Laporan Kongregasi Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND Presentasi saya pagi ini akan berfokus pada tiga bidang. Pertama,

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! I Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! 1 Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di sebut... A Persekutuan D. Ibadah

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Semester : 1 (Satu) Standar Kompetensi: 3.Memahami melaksanakan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

BAB ENAM BEBERAPA WARISAN ROHANI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN GEREJA

BAB ENAM BEBERAPA WARISAN ROHANI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN GEREJA BAB ENAM BEBERAPA WARISAN ROHANI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN GEREJA Minggu ke-22, SEPULUH HUKUM TUHAN 217. Pert : Apakah pedoman dasar bersikap dan bertingkahlaku orang percaya dalam menjalani kehidupan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: ) TAHN B - Hari Minggu Paskah V 10 Mei 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Kis 10:25-26. 34-35. 44-48) Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA 1. PENGANTAR ikut berperan serta dalam membangun Dalam tema ini akan dibicarakan peranan pria baik sebagai suami maupun ayah dalam keluarga. Sebagai suami jelas

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Seberapa pentingkah Baptisan itu? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci