BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Irwan Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan implan tulang (osteosynthesis) dalam negeri meningkat seiring dengan jumlah korban patah tulang akibat bencana alam dan kecelakan yang terjadi di Indonesia. Besarnya kebutuhan tersebut tidak diimbangi oleh ketersediaannya karena sejumlah besar implan tulang yang digunakan oleh ahli ortopedi adalah barang-barang impor (Dewo dkk., 2008). Salah satu jenis implan tulang yang banyak diaplikasikan pada pasien adalah dynamic compression plate (DCP) karena DCP mempunyai bentuk sederhana dan sifat multiguna terutama untuk fiksasi tulang-tulang panjang seperti femur dan tibia (Mudali dkk., 2003, Brown dkk., 2006). DCP telah diperkenalkan sejak tahun 1969 dan terus mengalami modifikasi hingga saat ini dengan fitur-fitur baru, salah satunya yaitu sebuah lubang yang mengijinkan kompresi aksial oleh karena eksentrisitas sekrup (Rüedi dan Murphy, 2000). DCP mempunyai beberapa fungsi yang berbeda-beda, diantaranya adalah untuk keperluan kompresi, netralisasi atau penopang tarik. DCP biasanya dirancang dengan tiga ukuran standar yaitu (a) DCP 4,5 lebar untuk rekonstruksi patah tulang femur dan kadang-kadang humerus, (b) DCP 4,5 sempit untuk rekonstruksi patah tulang tibia dan humerus, dan (c) DCP 3,5 untuk rekonstruksi patah tulang lengan depan, fibula, pelvis dan clavicle (Rüedi dan Murphy, 2000). Beberapa jenis produk DCP lebar dengan delapan lubang dan DCP sempit dengan enam lubang ditunjukkan pada Gambar 1.1(a), dan aplikasi DCP sempit 4,5 pada tibia dan tubular sepertiga pada fibula pasca operasi ditunjukkan pada Gambar 1.1(b). Dalam rekonstruksi tulang patah, DCP berfungsi menjembatani diskontinyuitas kekakuan tulang untuk sementara waktu, sehingga tulang yang patah dapat sembuh (menyatu kembali). Meskipun DCP tidak dirancang untuk menahan seluruh beban tubuh (untuk contoh kasus rekonstruksi tulang kaki patah), namun DCP harus mampu menahan beban-beban akibat kontraksi otot-otot ketika pasien melakukan gerakan (Helgason dkk., 2009). Pemasangan DCP pada tulang 1
2 2 yang memiliki kontur sedemikian mengakibatkan DCP tidak hanya mengalami beban aksial namun juga beban-beban puntir dan lengkung. Pemasangan pelat implan pada femur (Gambar 1.2) merupakan ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan terjadinya momen lengkung pada pelat akibat eksentrisitas beban dan puntiran akibat sudut anteversion. Dalam hal ini pelat implan harus diposisikan pada sisi lateral femur. Implan DCP menyebabkan terjadi kompresi pada bagian tulang yang disambung ketika sekrup dikencangkan oleh mekanisme gerakan relatif kepala sekrup terhadap lubang gliding. Pelat implan pada posisi itu dapat menahan patah pada sisi luar dan memberikan kontak kortikal yang stabil pada sisi dalam. (a) (b) Gambar 1.1 (a) Beberapa model tipikal dynamic compression plate (DCP); (b) Aplikasi DCP sempit 4,5 pada tibia dan tubular sepertiga pada fibula (Rüedi dan Murphy, 2000). Suatu pelat implan yang hanya mengalami beban tarik jauh lebih kuat dari pada yang mengalami momen lengkung (Rüedi dan Murphy, 2000). Kelemahan pelat implan terhadap momen lengkung ini dapat menjadi pemicu kegagalan. Mekanisme kegagalan implan dapat terjadi pada bagian yang paling lemah yaitu pada sisi lateral lubang DCP. Pada bagian ini terjadi tegangan yang lebih tinggi dari bagian yang lain akibat kombinasi tegangan tarik oleh momen lengkung dan tegangan geser oleh puntiran. Dalam mekanika bahan kombinasi tegangan-
3 3 tegangan ini mengakibatkan tegangan normal dan tegangan geser yang lebih besar pada bidang utamanya. Kegagalan pelat implan dapat berupa gagal tegangan dan gagal lelah. Gagal tegangan tejadi karena pelat implan tidak mampu menahan beban atau dengan kata lain tegangan kerja melampaui tegangan maksimum bahan implan. Kegagalan ini bisa terjadi karena faktor manusia seperti pasien melanggar prosedur pasca-operasi. Contah kasus implan yang dipasang pada kaki, pasien menumpukan beban tubuh sepenuhnya pada kaki yang dipasang impan sehingga implan bisa patah. Gagal lelah dapat terjadi karena mekanisme perambatan retak. Pada material yang relatif liat seperti AISI 316L, tegangan geser menjadi pemicu kegagalan melalui mekanisme deformasi pada material. Akumulasi deformasi ini dapat menumbuhkan cacat-cacat (retak) mikro. Retak mikro pada pelat implan dapat merambat akibat beban berulang (karena aktivitas pasien) sehingga pelat dapat patah. Gambar 1.2 Prinsip rekonstruksi patah tulang femur (Rüedi dan Murphy, 2000) Kegagalan pelat implan menjadi kasus yang serius untuk ditangani, sebagaimana dilaporkan oleh Holt dan Wallace (1980) bahwa lebih dari 2500 kasus malfungsi implan orthopedi tiap tahun terjadi di Kanada. Hampir semua dari pelat
4 4 implan yang patah terjadi pada daerah lubang gliding dan bahan pelat implan dari baja AISI 316L. Sedangkan Ogbemudia dan Umebese (2006) melaporkan bahwa dari sejumlah kegagalan implan biomedik, implan pelat mengalami patah sebesar 5,8%. Sementara di Indonesia belum ada data tentang kejadian ini, namun dari sudut pandang bahwa produk DCP berhubungan dengan keselamatan (kesehatan) manusia maka kasus kegagalan implan seharusnya tidak boleh terjadi (zero accident). Pada kasus terakhir yang dilaporkan oleh Triantafyllidis dkk. (2007) menunjukkan bahwa DCP yang terbuat dari AISI 316L mengalami patah pada daerah lateral lubang gliding (Gambar 1.3). Patah pada bagian lateral lubang gliding ini sesuai dengan penjelasan mekanisme kegagalan pelat implan pada paragraf diatas. Patah yang terjadi pada bagian lubang DCP merupakan kewajaran dari segi konstruksi karena bagian ini mempunyai luasan penampang terkecil. Disisi lain terdapat perbedaan bentuk penampang sepanjang lubang gliding DCP (insert pada Gambar 2.3). Perbedaan bentuk penampang ini juga menyebabkan terjadi konsentrasi tegangan sebagaimana telah ditunjukkan oleh Salim dkk. (2009). Gambar 1.3 DCP yang patah pada daerah lubang (Triantafyllidis dkk., 2007) Penelitian ini diarahkan pada upaya peningkatan kekuatan secara lokal pada daerah sekitar lubang gliding. Penguatan dilakukan dengan teknik pengerjaan dingin (cold working) yang melibatkan deformasi plastis. Sebagaimana telah diketahui bahwa deformasi plastis dingin dapat meningkatkan kekuatan material
5 5 melalui mekanisme pengerasan regangan (strain hardening). Sehingga pada penelitian ini peningkatan kekuatan lokal dievalusi menggunakan parameter kekerasan. Peningkatan kekerasan secara lokal pada lubang gliding diharapkan dapat mengurangi gagal tegangan pada pelat implan DCP. Pengerjaan dingin pada dasarnya merupakan transformasi tegangan eksternal menjadi tegangan internal pada material logam. Tegangan internal sebagian diserap material menjadi perubahan bentuk material (deformasi plastis) sebagian masih tersimpan dalam wujud interaksi antar atom. Tegangan tersimpan ini biasa disebut sebagai tegangan sisa. Tegangan sisa telah diketahui sebagai salah satu faktor penghambat perambatan retak lelah. Oleh karena itu penelitian ini mengevaluasi besaran tegangan sisa akibat pengerjaan dingin lokal pada lubang gliding DCP. Tegangan sisa yang terbentuk pada pelat implan diharapkan dapat menghambat laju perambatan retak lelah. Sehingga kegagalan lelah pelat implan dapat direduksi. Baja AISI 316L telah menjadi salah satu jenis bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan pelat implan. Selain karena bersifat biokompatibel terhadap jaringan tubuh, bahan ini harganya relatif lebih rendah daripada jenis bahan implan lainnya. Namun demikian bahan ini mempunyai beberapa sifat mekanik yang jauh lebih rendah dari pada bahan implan lain seperti Titanium maupun paduannya (Chen dkk., 2005; Hallab dkk., 2004). Perbandingan sifat-sifat mekanik beberapa bahan yang digunakan untuk membuat pelat implan ditunjukkan pada Tabel 1.1. Karena kekuatan yang relatif rendah ini dapat menyebabkan tingkat kegagalan DCP yang terbuat dari bahan AISI 316L lebih tinggi dari bahan implan lainnya. Pembuatan produk-produk implan dalam negeri terutama DCP selama ini banyak melibatkan proses permesinan (sekitar 80 90% dari waktu proses produksi dengan mengecualikan proses persiapan dan finishing). Biaya produksi yang tinggi terjadi pada pembuatan bagian lubang gliding yang dilakukan dengan pahat bentuk nouse. Proses ini memerlukan waktu lama terutama set-up pahat dan harga pahat jenis ini mahal. Proses pembentukan hanya dilakukan pada saat membentuk kelengkungan DCP dan dilakukan secara terpisah dari mesin produksi. Karena waktu produksi lama dan biaya produksi mahal maka jumlah produk DCP yang
6 6 dihasilkan menjadi rendah. Padahal dalam pertimbangan manufaktur, suatu jenis produk dapat ditingkatkan produktivitasnya dengan memilih jenis proses produksi pembentukan selain pengecoran. Tabel 1.1 Perbandingan sifat mekanis beberapa logam untuk aplikasi biomedis (Alexander dkk., 1996) 1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah Banyak kasus kegagalan DCP yang terbuat dari baja AISI 316L menjadi persoalan penting yang perlu diupayakan penyelesaiannya. Disisi lain produktivitas pembuatan DCP dalam negeri yang masih rendah juga perlu penyelesaian. Oleh karena itu permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah: 1. bagaimana mengupayakan peningkatan kekuatan DCP yang terbuat dari baja AISI 316L hanya pada lubang-lubang gliding dengan tetap mempertahankan bentuk dan dimensi-dimensi yang sudah ditetapkan, 2. bagaimana mengupayakan agar produksi DCP ini dapat ditingkatkan dengan proses pembentukan. Beberapa pertimbangan solusi alternatif persoalan pertama dan perihal yang membatasinya adalah sebagai berikut: Pertama, kegagalan pada lubang DCP dapat diatasi dengan mereduksi diameter lubang, namun hal ini bukan merupakan solusi yang tepat karena akan mereduksi juga diameter baut yang digunakan. Begitu pula
7 7 dengan membuat DCP menjadi lebih lebar dan atau lebih tebal, karena dapat menganggu sistem jaringan tubuh yang lain. Atas alasan inilah ukuran lubang dan lebar DCP diklasifikasikan menjadi tiga ukuran standar. Kedua, mengganti bahan baku dari baja AISI 316L dengan Titanium atau paduannya juga bukan solusi yang ditempuh dalam penelitian ini, karena AISI 316L merupakan bahan yang masih banyak digunakan karena harganya yang relatif murah. Batasan masalah dalam penyelesaian persoalan pertama adalah: 1. Penelitian didasarkan pada produk DCP sempit (narrow-dcp disingkat menjadi ndcp), yang bentuk dan ukurannya ditetapkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Salim dkk., (2009). Secara garis besar DCP ini mempunyai panjang 120 mm, lebar 12 mm dan tebal 3 mm dan 4 mm. Diameter lubang sekrup adalah 4 mm dengan diameter kelengkungan sekitar 23 mm. Kelengkungan lekukan gliding mempunyai diameter 6 mm. 2. Penelitian ini menggunakan benda kerja yang terbuat dari baja tahan karat AISI 316L. 3. Penguatan lubang gliding dilakukan dengan teknik perbesaran lubang yang diwakili oleh penguatan lubang dengan penekan bentuk kepala bola dan kerucut, karena bentuk lubang gliding merupakan kombinasi dari kedua bentuk bola dan kerucut ini. Beberapa pertimbangan yang menjadi batasan dalam menyelesaikan persoalan kedua diuraikan sebagai berikut: 1. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan diantaranya adalah mengoptimalkan proses produksi melalui perbaikan perencanaan proses. Penelitian ini tidak membahas tentang hal ini. 2. Penelitian ini mengajukan penggantian dari proses permesinan pada bagian lubang gliding menjadi proses pembentukan (metal forming) dengan menggunakan alat bantu press tool. 3. Proses pembentukan yang diusulkan adalah bukan pembentukan utuh
8 8 yang mengabaikan seluruh proses permesinan, namun masih menggunakan proses permesinan untuk penyiapan bahan baku. 4. Proses pembentukan yang melibatkan perpindahan energi yang besar dari mesin press ke benda kerja mengharuskan press tool yang mampu menahan gaya-gaya yang terjadi selama proses pembentukan. Perpindahan energi diwujudkan dalam bentuk tegangan alir dan aliran material pada celah cetakan. Pada sisi lain sistem press tool harus juga menjamin keberhasilan produksi dari cacat-cacat produk seperti retak/pecah dan cacat dimensi. Perhitungan kekuatan masing-masing bahan yang digunakan untuk membuat press tool dan pertimbangan mekanisme proses pembentukan termasuk sistem pelepasan dari cetakan telah dilakukan pada saat perancangan dan pembuatan press tool, namun tidak diikutsertakan pada bahasan penelitian ini. 5. Penelitian ini hanya mengevaluasi penyiapan bahan baku sehingga ketika dilakukan proses pembentukan diperoleh produk yang sesuai. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat ditentukannya diameter dan panjang lubang yang tepat pada bahan baku. Hal ini sangat penting dilakukan karena proses pembentukan melibatkan tegangan alir besar dan aliran material pada celah sempit, sehingga kegagalan produksi dapat terjadi. Salah satu kriteria gagal produksi adalah produk tidak dapat dilepas dari press tool. 1.3 Keaslian Penelitian Bentuk lubang DCP yang mengakomodasi terjadinya gliding menyebabkan kontak langsung kepala baut dengan permukaan lekukan lubang pada saat pemasangan DCP ke tulang pasien. Ketika DCP sudah terpasang dan pasien melakukan aktifitas, tegangan kontak yang timbul dapat meningkat secara berulang oleh konstraksi otot-otot pasien. Tegangan kontak berulang ini dapat memicu adanya kerusakan fretting. Oleh karena itu bagian permukaan kontak ini harus cukup keras. Upaya peningkatan kekerasan pada permukaan DCP sebenarnya juga
9 9 telah dilakukan. Namun dengan teknik-teknik yang ada seperti SMAT, sand blasting, shot peening dan lainya hanya berpengaruh pada kedalaman mikron (Arifvianto dkk., 2011 dan Suyitno dkk., 2015) dan tidak mampu menjangkau permukaan dalam lubang dan permukaan gliding secara baik. Keaslian penelitian ini adalah peningkatan kekerasan dilakukan pada permukaan lubang dengan teknik perbesaran sehingga mampu menjangkau sisi dalam lubang dan menghasilkan pengaruh perlakuan yang lebih dalam. Teknik perluasan lubang dapat dikategorikan sebagai perlakuan deformasi plastis lokal. Teknik ini sudah lazim digunakan pada penyiapan lubang rivet dan lubang baut pada konstruksi (Lee dan Yeh, 1997, Pavier dkk., 1999, Field dkk., 2004, Maximov dkk., 2008). Teknik perluasan lubang pada konstruksi biasa dilakukan dengan split drive yang tidak terjadi kontak langsung antara batang mandrel dan benda kerja. Peningkatkan kekerasan permukaan lubang terjadi melalui mekanisme pengembangan tegangan normal ke arah sekeliling (circumferential) bidang lubang akibat gaya desak split drive pada benda kerja. Sedangkan pada penelitian ini peningkatan kekerasan permukaan lubang diakibatkan oleh mekanisme pengembangan tegangan geser dan tegangan normal secara bersamaan. Teknik perluasan lubang ini juga dikembangkan untuk uji produksi DCP dengan proses pembentukan lubang gliding yang menggunakan alat bantu press tool. Teknik perluasan lubang melibatkan mekanisme deformasi plastis. Deformasi plastis 30% pada AISI 316L telah meningkatkan kekuatan luluh AISI 316L dari 331 MPa menjadi 792 MPa (Tabel 1.1). Oleh karena itu keaslian penelitian ini juga terletak pada metode produksi DCP yang menggunakan proses pembentukan dingin (cold metal forming). Sampai saat ini belum ada publikasi tentang metode produksi pembuatan DCP yang dilakukan dengan teknik pembentukan, sehingga ini adalah metode yang baru pertama kali. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini menginvestigasi perubahan sifat mekanik baja AISI 316L yang dideformasi plastis dengan teknik perbesaran lubang. Hasil penelitian ini
10 10 digunakan sebagai landasan untuk pengembangan produk ndcp dengan proses pembentukan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan deformasi plastis dingin secara kuantitatif dan kualitatif pada AISI 316L maka ditetapkan tujuan penelitian antara lain adalah: 1 mengetahui peningkatan kekerasan lubang pada baja AISI 316L yang dideformasi plastis menggunakan penekan bola dan kerucut, 2 mengetahui pengaruh deformasi plastis dan bentuk batang penekan terhadap tegangan sisa yang muncul pada baja AISI 316L melalui simulasi numeris, 3 mengetahui struktur butir bahan AISI 316L pada daerah yang dideformasi plastis dan daerah yang dipengaruhi deformasi plastis, 4 mengetahui diameter lubang dan panjang lubang yang harus dipersiapkan pada bahan baku sehingga diperoleh produk ndcp yang dapat terlepas dari cetakannya (press tool) setelah proses pembentukan. 1.5 Manfaat Penelitian Salah satu jenis proses produksi yang paling disukai untuk meningkatkan produktifitas produk adalah proses pembentukan (metal forming). Penelitian telah didedikasikan untuk meningkatkan produktifitas pembuatan pelat implan medis terutama ndcp menggunakan proses pembentukan. Manfaat langsung penelitian ini adalah sebagai dasar perancangan dan pembuatan press tool untuk memproduksi ndcp secara masal. Hasil penelitian dapat juga digunakan sebagai dasar pembuatan jenis-jenis pelat implan yang lain dengan mekanisme proses yang sama. Pada akhirnya harga produk DCP menjadi lebih murah sehingga dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Disisi lain, kualitas produk DCP dalam kaitannya dengan kekuatan secara lokal dapat ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti pada saat ini, banyak orang beranggapan bahwa kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat mahal. Kesehatan seseorang bisa terganggu akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang (fracture) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer dkk, 2001). Patah tulang dibagi atas 3 jenis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan pada material logam implant bisa terjadi dengan beberapa mekanisme, diantaranya kegagalan karena korosi, mekanikal, fatigue, korosi jaringan, over loading,
Lebih terperinciHenny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc
PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA
STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu
Lebih terperinciBab II STUDI PUSTAKA
Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang
Lebih terperinciTEORI SAMBUNGAN SUSUT
TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a) b) c) d)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Permukaan Spesimen Shot Peening Spesimen SS AISI 316 yang diberi perlakuan shot peening memiliki pengaruh terhadap permukaan sesuai dengan variasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai
Lebih terperinciPERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J
PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR ht h a 0.95 ht a Pu Mu B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban teraktor, P u = 206035 N Momen akibat beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :
ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan
Lebih terperinciJenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.
SAMBUNGAN LAS 13.5.1 Lingkup 13.5.1.1 Umum Pengelasan harus memenuhi standar SII yang berlaku (2441-89, 2442-89, 2443-89, 2444-89, 2445-89, 2446-89, dan 2447-89), atau penggantinya. 13.5.1.2 Jenis las
Lebih terperinciGambar 1.1. Anatomi sendi lutut normal (Jun, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sendi lutut merupakan salah satu sendi paling canggih pada tubuh manusia. Sendi lutut seperti sebuah bantalan besar yang terletak pada tulang kaki bagian bawah yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelat dasar kolom mempunyai dua fungsi dasar : 1. Mentransfer beban dari kolom menuju ke fondasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelat Dasar Kolom Pelat dasar kolom mempunyai dua fungsi dasar : 1. Mentransfer beban dari kolom menuju ke fondasi. Beban beban ini termasuk beban aksial searah gravitasi, geser,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil C Baja adalah salah satu alternatif bahan dalam dunia konstruksi. Baja digunakan sebagai bahan konstruksi karena memiliki kekuatan dan keliatan yang tinggi. Keliatan
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan kolom, baik yang terbuat dari baja, beton atau kayu. Pada tempat-tempat tertentu elemen-elemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, banyak sekali alat-alat yang terbuat dari bahan plat baik plat fero maupun nonfero seperti talang air, cover pintu, tong sampah, kompor minyak, tutup
Lebih terperinciPanjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan
Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan Pertemuan - 15 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan penulangan pada elemen-elemen
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciTata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak
Tata Cara Pengujian Beton Beton (beton keras) tidak saja heterogen, juga merupakan material yang an-isotropis. Kekuatan beton bervariasi dengan alam (agregat) dan arah tegangan terhadap bidang pengecoran.
Lebih terperincidislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).
DEFORMASI PLASTIS BAHAN POLIKRISTAL Deformasi dan slip pada bahan polikristal lebih kompleks. Polikristal terdiri dari banyak butiran ( grain ) yang arah slip berbeda satu sama lain. Gerakan dislokasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya
Lebih terperinciMECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2
#5 MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 Perpatahan Rapuh Keramik Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan untuk 4 metode
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)
1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciJURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN
JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri ke dalam tanah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang
Lebih terperinci5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul
Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah suatu negeri yang sangat kaya akan kayu, baik kaya dalam jenisnya maupun kaya dalam kuantitasnya. Kayu sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotabangun sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai peranan yang penting mengingat letaknya yang strategis dalam menghubungkan Ibukota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM
BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia industri dimana banyak rancangan komponen mesin pabrik menggunakan material tersebut. Sifat mekanik yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah
Lebih terperinciBAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM
BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan konstruksi bangunan saat ini menunjukkan kecenderungan penggunaan material yang efisien sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
Lebih terperinciA. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok
A. Struktur Balok 1. Balok Konstruksi Baja Batang lentur didefinisikan sebagai batang struktur yang menahan baban transversal atau beban yang tegak lurus sumbu batang. Batang lentur pada struktur yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciPembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT
Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal
Lebih terperinciStruktur Baja 2. Kolom
Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan
Lebih terperinciPerpatahan Rapuh Keramik (1)
#6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan
Lebih terperincil l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial
Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.
Lebih terperinci2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuiuan Menurut Nawi, (1990) kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok, kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambungan dalam struktur gedung merupakan bagian terlemah sehingga perlu perhatian secara khusus. Seluruh elemen struktur mengalami pembebanan sesuai dengan bagian dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai
Lebih terperinciBAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan
Lebih terperinciKonsep Dislokasi. Pengertian dislokasi
Dislokasi Konsep Dislokasi Pengertian dislokasi Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di dalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.
Lebih terperinciKAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)
KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN STRUKTUR
BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat
Lebih terperinciPERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )
PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR [C]2011 : M. Noer Ilham ht h a 0.95 ht a f Pu f Mu f f B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban terfaktor, P
Lebih terperinciSAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK
SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK Fx. Nurwadji Wibowo ABSTRAKSI Ereksi beton pracetak memerlukan alat berat. Guna mengurangi beratnya perlu dibagi menjadi beberapa komponen, tetapi memerlukan
Lebih terperinciSAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA
SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA Sambungan di dalam struktur baja merupakan bagian yang tidak mungkin diabaikan begitu saja, karena kegagalan pada sambungan dapat mengakibatkan kegagalan struktur secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengakibatkan kerusakan struktur maupun non-struktur pada bangunan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa gempa bumi dengan skala yang cukup besar dapat mengakibatkan kerusakan struktur maupun non-struktur pada bangunan yang terbuat dari konstruksi beton bertulang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Batang Tarik Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur
Lebih terperinciSambungan diperlukan jika
SAMBUNGAN Batang Struktur Baja Sambungan diperlukan jika a. Batang standar kurang panjang b. Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain c. Sambungan truss d. Sambungan sebagai sendi e.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan beberapa tahun terakhir dalam hal material bioaktif, polimer, material komposit dan keramik, serta kecenderungan masa depan kearah sistem
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan
Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan 6, 7 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciBAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University
3 BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1 4 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University Batang tarik 1 Contoh batang tarik 2 Kekuatan nominal 3 Luas bersih 4 Pengaruh lubang terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi
BAB I PENDAHUUAN I. 1 Umum Baja adalah salah satu bahan kontruksi yang paling penting, sifat-sifatnya yang terutama dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dan sifat yang keliatannya.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai
BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,
Lebih terperinciP ndahuluan alat sambung
SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.
Lebih terperinciSifat Sifat Material
Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam
Lebih terperinciAudio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).
Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan
Lebih terperinciT I N J A U A N P U S T A K A
B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan
Lebih terperinciPENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052
PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan konstruksi bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai struktur utama. Banyaknya penggunaan
Lebih terperinciharus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan
BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Batang-batang struktur baik kolom maupun balok harus memiliki kekuatan, kekakuan dan ketahanan yang cukup sehingga dapat berfungsi selama umur layanan struktur tersebut.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja nirkarat austenitik AISI 304, memiliki daya tahan korosi lebih baik dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air laut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan
Lebih terperinci6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN
6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin kekuatan dan keamanan suatu bangunan, karena inti dari suatu bangunan terletak pada kekuatan bangunan
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir (TM091486)
Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan untuk berdeformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Alat transportasi adalah kebutuhan yang sangat penting dalam menjalankan aktifitas kehidupan manusia. Dengan demikian perkembangan alat transportasi dari waktu ke waktu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan
Lebih terperinci