BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu pendidikan nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Pendidikan merupakan salah satu aspek penting pembangunan bangsa. Perkembangan suatu negara diukur dari pesatnya perkembangan pendidikan yang berkualitas dan diakui oleh dunia. Prestasi akademik merupakan salah satu tolok ukur kemajuan pendidikan yaitu dengan melihat pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Belajar merupakan proses diri menuju kedewasaan. Prestasi akademik adalah prestasi belajar berbentuk angka sebagai deskripsi tingkat penguasaan atau penyelesaian tugas-tugas belajar anak didik dalam periode tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Chaplin, 2001). Prestasi belajar diukur dari berbagai aspek, menurut Azwar (2007) pengukuran prestasi dilihat berdasarkan aspek-aspek yang dimiliki seseorang dalam kompetensinya sebagai seorang pelajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Suryabrata (2008), menyebutkan ada 3 dasar yang melandasi pentingnya melakukan pengukuran atau penilaian terhadap keberhasilan pendidikan. Aspek psikologis menjadi dasar pertama yaitu dari segi internal individu dalam bersikap untuk memantau dan memantapkan langkah-langkah yang telah dicapainya untuk selanjutnya individu menetapkan orientasi dan 1

2 2 tujuan berikutnya dari proses belajar yang ia jalani. Aspek selanjutnya adalah aspek didaktis yaitu penilaian berdasarkan pemantauan guru terhadap anak didik dan juga terhadap diri guru, sejauh apa keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan ini berguna untuk evaluasi proses belajar mengajar selanjutnya. Aspek yang ketiga adalah dasar administratif, yaitu hasil pengukuran dan penilaian terhadap proses pendidikan dapat dilihat dalam bentuk rapor dan angka-angka. SMP I Sukorejo, Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur, merupakan salah satu sekolah formal swasta yang dikembangkan pesantren SS di Sukorejo, Jawa Timur di bawah pengawasan dinas pendidikan nasional. Pada mulanya pesantren SS hanya merupakan pesantren biasa tanpa ada lembaga pendidikan formal. Seiring dengan berkembangnya zaman, pesantren mulai membuka diri terhadap pendidikan formal. Hal ini ditandai dengan dibukanya berbagai tingkatan lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi, bahkan sekarang telah ikut membuka program Pascasarjana dengan Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam (MPdI). Berdasarkan catatan Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN S/M) pada tahun 2010, SMP I merupakan salah satu sekolah dengan mutu penyelenggaraan sekolah sangat baik yang ada di kabupaten Situbondo. Hal ini terlihat dari perolehan nilai akreditasi 92 dari skala Skoring penilaian akreditasi adalah jika sekolah memperoleh skor final maka sekolah akan memperoleh predikat akreditasi A (sangat baik), skor memperoleh predikat B (baik), skor memperoleh predikat C (cukup) dan skor di bawah 56 dinyatakan sebagai sekolah yang tidak terakreditasi.

3 3 Untuk nilai akreditasi sekolah SMP I dapat dilihat pada tabel penilaian dari BAN S/M sebagai berikut : Tabel 1: komponen penilaian akreditasi Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah untuk SMP I Sukorejo, Kab. Situbondo, Prop. Jawa Timur Komponen Akreditasi Nilai Komponen Standar Isi 95 Standar Proses 96 Standar Kompetensi Lulusan 91 Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan 85 Standar Sarana dan Prasarana 86 Standard Pengelolaan 95 Standar Pembiayaan 89 Standar Penilaian Pendidikan 99 Nilai Akreditasi: 92 Peringkat Akreditasi: A Tanggal Penetapan: 30-Oct-2010 Sumber : Berdasarkan tabel penilaian dari Badan Akreditasi Nasional, diketahui bahwa sekolah SMP I mendapatkan nilai akreditasi yang sangat baik dengan perolehan nilai A, dan nilai akreditasi ini menunjukkan bahwa sekolah SMP I merupakan salah satu sekolah dengan standar mutu yang sangat baik sesuai dengan tujuan dan manfaat akreditasi yang diterangkan dalam Undang-undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah menetapkan delapan aspek penilaian akreditasi yang merupakan jabaran dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penilaian akreditasi meliputi ke delapan poin yang tercantum dalam Tabel 1 di atas. Secara umum, sekolah dengan peringkat akreditasi A (sangat baik) menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan lembaga pendidikan yang terjamin mutunya dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar nasional yang ditetapkan pemerintah. Sekolah dengan mutu penyelenggaraan

4 4 pendidikan yang amat baik tentu mampu menghasilkan sumber daya manusia yang baik dengan perolehan prestasi yang bagus pula. Dengan kata lain, sekolah dengan nilai akreditasi A (sangat baik) seharusnya mampu menjamin bahwa siswa sebagai peserta didik mampu mendapatkan prestasi akademik yang baik juga. Penelusuran peneliti mengenai prestasi akademik siswa sekolah SMP I yang ujian semester menunjukkan bahwa selama dua tahun pelajaran, yaitu 2009/2010 dan 2010/2011 hasil ujian semester siswa mengalami penurunan dan relatif tetap pada semester akhir tahun 2010/2011 di mana banyak perolehan nilai siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk siswa kelas VIII SMP (Tabel 2). Tabel 2: Nilai Rerata KKM Mata Pelajaran yang di-un-kan pada kelas VIII SMP I Sukorejo Situbondo Th. Pelajaran 2009/2010 dan 2010/2011 Tahun Pelajaran Semester KKM B. indonesia B. inggris Matematika IPA Rerata tdk Tuntas KKM % KKM Rerata tdk Tuntas KKM % KKM Rerata tdk Tuntas KKM % KKM Rerata tdk Tuntas KKM % 2009/ /2011 Sumber : ganjil genap ganjil genap , Dirangkum dari data nilai ujian semester tahun 2009 /2010 dan 2010/2011 SMP I Sukorejo Kabupaten Situbondo. Data hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan di SMP I Sukorejo, kabupaten Situbondo dengan wakil kepala sekolah bidang urusan kurikulum, dan 3 orang guru Bimbingan dan Konseling (BK), menjelaskan bahwa KKM merupakan nilai batas minimal yang harus dicapai siswa dalam setiap pelajaran. KKM merupakan dasar acuan penilaian terhadap kompetensi siswa. Sekolah menetapkan nilai KKM untuk melihat dan mengevaluasi prestasi yang diperoleh peserta didik secara murni dalam kelas. KKM ditetapkan pada

5 5 awal semester tahun ajaran baru yang merupakan batas minimal pencapaian nilai siswa untuk dikatakan siswa menguasai materi pelajaran tersebut (hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum). Saleh (2012) menyebutkan bahwa KKM bertujuan untuk mengetahui kompetensi peserta didik dalam setiap mata pelajaran tertentu yang diikutinya, semakin banyak siswa yang mampu mencapai target KKM maka semakin bagus tingkat prestasi siswa menguasai materi pelajaran tersebut, tetapi sebaliknya semakin sedikit siswa yang mampu mencapai nilai KKM berarti perlu adanya evaluasi komprehensif pada mata pelajaran tersebut karena semakin sedikit yang mampu mencapai nilai KKM mengindikasikan masih rendahnya prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang tidak mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan sekolah mencapai di atas 30 % setiap mata pelajaran. Jumlah siswa yang tidak lulus KKM di atas 30 persen menunjukkan bahwa prestasi akademik siswa di SMP I rendah (Purnomo, 2008; Suarni, 2011) Masih rendahnya prestasi akademik siswa disebabkan oleh banyak faktor (Suryabrata, 2008). Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Suryabrata, 2008; Gage & Berliner, 1998). Faktor internal siswa terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor yang mempengaruhi secara eksternal adalah lingkungan seperti guru dan sekolah. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar secara psikologis individu antara lain motivasi, inteligensi, resiliensi, konsep diri akademik, dan kecerdasan emosi (Slameto, 2010). Faktor eksternal misalnya yang mempengaruhi prestasi akademik siswa di antaranya dengan perubahan pola pengajaran yang diterapkan guru. Pola

6 6 pengajaran yang diterapkan guru di SMP I mengalami perubahan. jika pada beberapa tahun yang lalu pola pengajaran masih menerapkan sistem guru sebagai sumber ilmu (Teacher Centered Learning) kemudian diganti KTSP, yaitu dengan memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai kemampuannya sehingga siswa belajar berdasar kemampuan yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengajaran seorang guru mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan prestasi akademik siswa. Puger (2008) dan Haas (2002) yang meneliti tentang pengaruh metode pengajaran terhadap prestasi ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pola pengajaran seorang guru dengan prestasi akademik siswa. Berdasarkan hasil wawancara, guru menjelaskan seiring dengan berubahnya pola mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk lebih mengeksplorasi dirinya, siswa semakin berani untuk bertanya dan berdiskusi, sehingga dalam kelas semakin banyaknya ruang untuk melakukan diskusi antara siswa dan guru dalam berbagai kesempatan belajar, sehingga kemampuan akademik siswa jadi semakin meningkat. Walaupun ada peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar seperti yang terlihat pada hasil wawancara di atas, peneliti melihat masih adanya kecenderungan prestasi siswa yang kurang seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Mengenai banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam perolehan KKM, guru menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi masih adanya siswa yang tidak tuntas dalam memenuhi nilai KKM. Guru menyebutkan bahwa ada siswa yang ketika diperintahkan oleh guru untuk mengerjakan tugas di depan kelas, ada siswa yang kurang berani untuk tampil, sehingga perlu dilakukan upaya yang terus menerus sehingga akhirnya siswa tersebut mau

7 7 tampil. Dari data evaluasi akhir semester sekolah SMP I tahun ajaran 2010/2011, disebutkan hampir 37 % siswa SMP I yang bersikap kurang berani untuk tampil di depan kelas. Sikap siswa seperti ini menurut guru disebabkan karena rendahnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan dan potensi diri. Sikap lainnya yang terlihat pada siswa adalah perilaku mencontek pada saat ulangan (28%). Perilaku mencontek disebabkan karena ketidak-siapan belajar siswa dan juga disebabkan karena siswa kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain ketika berada di dalam kelas ada siswa yang berbuat nakal dengan mengganggu temannya yang lain ketika sedang belajar dan selalu membantah guru jika diingatkan (31%), hal ini menimbulkan kegaduhan di dalam kelas dan otomatis menjadikan proses belajar pada jam pelajaran tersebut terganggu. Hasil wawancara dengan siswa menyebutkan bahwa ada kecenderungan berperilaku di luar aturan sekolah (seperti, membolos sekolah) yang disebabkan karena siswa kurang peduli dengan pelajaran yang diberikan guru, karena tergolong pelajaran sulit, seperti Matematika dan Bahasa Inggris. Siswa juga menyebutkan bahwa kecenderungan untuk melakukan keributan dalam kelas disebabkan kurang tertarik dengan pelajaran yang diajarkan guru dalam mengajar, sehingga disadari atau tidak oleh siswa, keributan dalam kelas dapat mengurangi konsentrasi belajar siswa lainnya yang bisa jadi mengakibatkan turunnya prestasi. Sikap kurang percaya diri siswa terhadap kemampuan dan potensi dirinya mengindikasikan bahwa adanya konsep diri akademik yang rendah pada diri siswa. Indikator rendahnya konsep diri akademik berdasarkan pendapat Marsh (1990) yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya konsep

8 8 diri akademik seseorang adalah karena rendahnya kepercayaan diri, penerimaan diri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Para ahli psikologi pendidikan umumnya berpendapat bahwa prestasi yang dicapai seorang individu mempunyai hubungan erat dengan keyakinan akan kemampuan dan rasa keberhasilan yang dimilikinya (Schunk, 2008). Keyakinan akan kemampuan diri menunjukkan bahwa siswa memiliki konsep diri akademik yang bagus dan memiliki keinginan untuk berprestasi lebih tinggi. Biasanya jika siswa berprestasi tinggi dan mempunyai konsep diri akademik yang bagus akan memiliki rasa ingin tahu lebih banyak terhadap pelajaran di kelas dan aktif bertanya di kelas, membaca buku literatur dan sering berdiskusi dengan guru saat di luar kelas (Ginsburg-Block & Fantuzzo, 1997). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konsep diri akademik merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sanchez dan Roda (2003) tentang hubungan konsep diri akademik dan prestasi akademik siswa menyebutkan bahwa konsep diri akademik mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi akademik siswa, bahkan disebutkan bahwa konsep diri akademik merupakan prediktor yang kuat terhadap performansi secara umum. Penelitian lainnya tentang konsep diri akademik dilakukan oleh Cahyani dan Sugiyanto (2008) pada 138 orang siswa pada dua Sekolah Dasar di Sleman, Yogyakarta menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara konsep diri akademik dengan prestasi akademik disamping juga pengaruh teman sebaya terhadap prestasi akademik. Hasil sebaliknya dikemukakan oleh Kaur, Rana dan Kaur (2009) yang meneliti tentang hubungan konsep diri akademik dengan prestasi dan lingkungan

9 9 rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri akademik dan prestasi tidak menunjukkan korelasi yang positif. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Othman dan Leng (2011) yang menyebutkan bahwa konsep diri akademik tidak secara signifikan berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Penyebab tidak signifikansinya hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena faktor significant others seperti orangtua yang bekerja di luar negeri, guru yang terlalu tinggi ekspektasinya terhadap siswa dan pengaruh teman sebaya. Faktor significant others disebutkan menjadi penyebab rendahnya konsep diri akademik siswa sehingga tidak berkorelasi secara positif dengan prestasi akademik. Adanya ketidak-samaan hasil penelitian tentang hubungan konsep diri akademik dan prestasi akademik memerlukan penelitian lebih lanjut. Ketidaksamaan hasil penelitian ditunjukkan pada hasil penelitian (Sanchez & Roda, 2003; Cahyani & Sugiyanto, 2008) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri akademik dan prestasi akademik, sedangkan penelitian yang lain (Kaur, Rana & Kaur, 2009; Othman & Leng, 2011) menyebutkan bahwa konsep diri akademik dan prestasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan satu dengan yang lainnya. Dari hasil wawancara dan observasi juga diketahui bahwa siswa sering berperilaku mengganggu teman sekelas dan berani membantah guru ketika diingatkan, hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih kurang bisa mengelola dan mengontrol emosinya. Individu yang kurang mampu mengendalikan dan mengontrol emosi yang meluap dalam dirinya menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki kecerdasan emosi yang kurang. Indikator rendahnya kecerdasan emosi individu, menurut Goleman (2009) salah satunya adalah

10 10 ketidak mampuan individu dalam mengontrol emosi yang timbul dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi dalam belajar dan merusak hubungan pergaulan antara individu dan lingkungan sosialnya. Individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga dalam berhubungan dengan lingkungan sosial akan lebih mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika akan melakukan tindakan yang dapat merusak (Gottman & Declaire, 2001). Woolfolk (2009) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi penting bagi perkembangan akademik maupun pekembangan pribadi, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu mengontrol dan mengelola emosi yang timbul sehingga tidak menghambat proses belajar dirinya dan berperilaku yang merugikan orang lain. Penelitian tentang kecerdasan emosi dan pengaruhnya terhadap prestasi sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian oleh Aremu, Tella dan Tella (2006), menyebutkan bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi akademik siswa. Penelitian ini juga secara bersamasama meneliti tentang keterlibatan orang tua terhadap prestasi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Downey, Mountstephen, Lloyd, Hansen dan Stough (2008) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi secara meyakinkan dapat mempengaruhi dan meningkatkan prestasi skolastik siswa remaja, dengan kata lain kecerdasan emosi mempunyai peran dalam meningkatkan performa akademik dari siswa. Walaupun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi prestasi akademik ada juga penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya bahwa kecerdasan emosi

11 11 bukan merupakan prediktor yang kuat yang mempengaruhi prestasi (O Connor & Little, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bastian, Burns dan Nettelbeck (2005) yang meneliti tentang prediksi kecerdasan emosi terhadap life skill seperti prestasi akademik, kepuasan hidup, kecemasan, problem-solving dan coping, hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi tidak berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Oleh karena hasil penelitian kecerdasan emosi menunjukkan hasil yang tidak konsisten maka variabel kecerdasan emosi juga menarik untuk dilakukan penelitian lebih jauh, apakah memang kecerdasan emosi berhubungan dengan prestasi akademik atau sebaliknya kecerdasan emosi tidak mempunyai hubungan dengan prestasi siswa. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan membaca review hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti keterkaitan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik siswa SMP khususnya SMP I, hal ini karena asumsi peneliti bahwa siswa SMP I yang memperoleh predikat akreditasi A (sangat baik) juga memiliki prestasi akademik yang sangat baik, tetapi yang terjadi adalah masih banyak siswa SMP I yang prestasi akademiknya masih rendah. Hal ini menimbulkan tanda tanya penulis apakah rendahnya prestasi itu di sebabkan karena konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswanya, padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada ketidaksesuaian hasil antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena di lapangan diketahui bahwa masih banyak siswa SMP I yang tidak lulus pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) diduga karena disebabkan oleh faktor internal siswa berupa konsep diri akademik dan kecerdasan emosi, padahal menurut literatur masih adanya pertentangan hasil

12 12 penelitian apakah konsep diri akademik dan kecerdasan emosi merupakan dua faktor internal yang mempengaruhi kurangnya prestasi akademik siswa, Sehingga peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah konsep diri akademik dan kecerdasan emosi mempunyai hubungan dengan prestasi akademik siswa SMP? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai prestasi akademik yang ditinjau hubungannya dengan konsep diri dan kecerdasan emosi telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti di luar maupun di dalam negeri, di antaranya seperti yang dilakukan oleh : 1. Munajat (2005), dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Konsep Diri Akademik, Motivasi Belajar, Dan Latar Belakang Pendidikan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebanyak 185 orang. Perbedaan penelitian Munajat dengan penelitian ini adalah pada subjek yang diteliti, pada penelitian ini, subjek penelitian adalah siswa SMP sedangkan Munajat (2005) mengambil subjek penelitian terhadap mahasiswa. Penelitian Munajat (2005) juga dilakukan untuk mengungkap variabel motivasi belajar dan latar belakang pendidikan sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti variabel konsep diri akademik dan kecerdasan emosi hubungannya dengan prestasi akademik. 2. Wahidin (2001), dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Umum Universitas Islam Indonesia (SMU UII) Yogyakarta. Perbedaan

13 13 penelitian Wahidin (2001) dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian. Wahidin (2001) mengambil subjek siswa SMU sedangkan penelitian ini akan mengambil subjek siswa SMP. Perbedaan lainnya dengan penelitian Wahidin (2001) adalah pada penelitian ini tidak meneliti variabel motivasi berprestasi. 3. Tamannaifar, Sedighi, Salami dan Mohammadabadi (2010), dengan judul Correlation between emotional intelligence, self-concept and self esteem with academic achievement. Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi antara kecerdasan emosional, konsep diri dan harga diri terhadap prestasi akademik. Subjek penelitian dilakukan terhadap 400 orang subjek dari 6050 orang jumlah mahasiswa University of Khasan di Iran, subjek dipilih dengan menggunakan sistem acak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dari segi variabel yang diteliti dan subjek penelitian serta tempat yang digunakan untuk penelitian. Pada penelitian Tamannaifar (2010) variabel yang diteliti selain kecerdasan emosi dan konsep diri juga meneliti tentang self-esteem, sedangkan dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti hanya kecerdasan emosi dan konsep diri akademik yang dikorelasikan dengan prestasi akademik. Dari segi subjek penelitian juga terdapat perbedaan dengan penelitian ini, dalam penelitian Tamannaifar subjek penelitian yang diambil dari kalangan mahasiswa sedang dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas VIII SMP sebagai subjek. Perbedaan lainnya adalah tempat yang dijadikan lokasi penelitian, tempat penelitian Tamannaifar dilakukan di Iran, sedangkan penelitian ini di lakukan di Indonesia. 4. Yara (2010), dengan judul Student s Self Concept and Mathematics Achievement in some secondary schools in southwestern Nigeria.

14 14 Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsep diri siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik matematika. Tempat penelitian dilakukan di beberapa sekolah menengah di Barat Daya Nigeria. Subjek yang diambil adalah siswa kelas VIII sekolah menengah yang dipilih secara acak dari dua kabupaten di Barat Daya Nigeria. Perbedaan penelitian Yara dengan penelitian ini adalah variabel yang akan diteliti, yaitu Yara hanya memfokuskan penelitian pada variabel konsep diri siswa terhadap prestasi yang khusus mata pelajaran matematika, sedangkan penelitian ini selain konsep diri juga akan meneliti pengaruh kecerdasan emosi terhadap prestasi. Walaupun subjek penelitiannya sama yaitu siswa kelas VIII sekolah menengah pertama, tetapi karena tempat dan latar belakang budayanya yang berbeda bisa saja memberikan hasil yang berbeda pula. 5. Yahaya, Ramli, Boon, Ghaffar dan Zakariya (2009), dengan judul Relationship between self concept and personality and students academic performance in selected secondary schools. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara konsep diri dan kepribadian dengan prestasi akademik siswa. Subjek penelitian adalah siswa sekolah menengah yang diambil secara random di Kluang, Johor, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konsep diri tidak signifikan berhubungan dengan prestasi akademik siswa di tinjau dari dimensi personal, keluarga dan sosial. Perbedaan penelitian Yahaya, dkk dengan penelitian ini adalah tidak adanya variabel kecerdasan emosi yang di teliti selain itu tempat penelitian juga berbeda dengan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang penulis ketahui bahwa tidak ada satupun penelitian terdahulu yang meneliti tentang hubungan konsep diri

15 15 akademik dan kecerdasan emosional yang kaitannya dengan prestasi akademik pada siswa SMP secara khusus. Walaupun ada penelitian tentang variabel konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik, tetapi subjek penelitian yang dilakukan adalah pada mahasiswa bukan pada siswa SMP. Selain itu ada perbedaan tempat penelitian ini dengan tempat penelitian terdahulu, penelitian ini dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, Indonesia sedangkan penelitian terdahulu ada yang dilakukan di luar negeri yang situasi dan kondisi serta latar belakang budayanya berbeda dengan tempat penelitian ini. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan konsep diri akademik dengan prestasi akademik siswa SMP 2. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi akademik siswa SMP 3. Untuk mengetahui peran konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik siswa SMP E. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian tentang hubungan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik Siswa SMP ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan konsep-konsep ilmu psikologi, khususnya terhadap pengembangan ilmu psikologi pendidikan

16 16 b. Memperkaya dan menambah referensi penelitian tentang konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa yang ditinjau berdasarkan prestasi akademik Siswa SMP 2. Manfaat praktis Secara praktis, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat: a. Memberikan masukan kepada guru dan pihak yang terkait dalam bidang pendidikan untuk dapat memahami dan mengembangkan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi akademik. b. Memberikan renungan bagi siswa agar dapat meningkatkan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi akdemik.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini zaman semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan adanya globalisasi. Globalisasi berarti tiap negara bebas untuk mengembangkan usaha di negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusaia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Untuk itu pendidikan sangat penting bagi suatu bangsa. Peringkat pendidikan Indonesia di tingkat ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 (2003:11) yaitu: Pendidikan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbang akan tetapi pendidikan tidak akan dan tidak boleh

BAB I PENDAHULUAN. tumbang akan tetapi pendidikan tidak akan dan tidak boleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah segi yang sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sangat pentingnya pendidikan sering diibaratkan bahwa ekonomi suatu negara boleh tumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berdasar kepada Pancasila dan UUD 1945 ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan, harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sarjono dalam Yetty Sarjono

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas pada bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Teknologi telah memberikan manfaat yang lebih banyak bagi kehidupan manusia serta telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung meningkatnya sendi-sendi kehidupan dalam negara tersebut, salah satu faktor pertama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara formal dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Dalam proses pendidikan di sekolah melibatkan banyak komponen di antaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan, karena manusia yang berkualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikannya seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal paling penting untuk menunjang kemajuan bangsa di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu negara. Negara dikatakan maju dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, semakin baik juga sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat stategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J. Langeveld (2015), pendidikan adalah upaya manusia dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini semakin berkembang. Pendidikan disebut sebagai kunci dari kemajuan Negara. Pendidikan dapat meningkatkan pola pikir seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah itu sering dikenal dengan pengajaran dimana terjadi proses belajar-mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dimulai dari manusia lahir ke dunia hingga manusia wafat, belajar akan selalu terjadi selama manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta didik. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan sebagai investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang yang memiliki nilai strategis atas kelangsungan peradaban manusia di dunia. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU tentang Pendidikan Nasional yang sudah ditetapkan pada Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna mencapai tujuan. Dalam proses rekayasa ini, mengajar memegang peran penting, karena merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diadakannya perbaikan dalam bebagai bidang di dalam pendidikan baik itu perubahan kurikulun yang dilakukan oleh dinas pendidikan, perubahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha kultural dengan maksud mempertinggi kualitas hidup dan kehidupan manusia baik secara individual maupun kelompok masyarakat serta bagi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris melalui

Lebih terperinci

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara erat kaitannya dengan peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuannya secara optimal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai tahap pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Dengan demikian sekolah dasar harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang yang berkelanjutan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan sang penciptanya, yaitu bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi perkembangan dunia. Masyarakat dituntut untuk memiliki kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Suwaibatul Aslamiyah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan sumber daya manusia berkualitas dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini berkembang cukup maju dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan utnuk menciptakan kualitas individu yang memiliki karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL Oleh Saeful Iman NIM 12105244018 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan mempunyai fungsi penting untuk perkembangan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tercipta dari proses pendidikan yang baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi yang berguna untuk memahami bakat dan potensi pada dirinya

Lebih terperinci