EKSISTENSI INFORMED CONSENT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN MEDIS DIPANDANG DARI SEGI HUKUM PERJANJIAN. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSISTENSI INFORMED CONSENT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN MEDIS DIPANDANG DARI SEGI HUKUM PERJANJIAN. Oleh :"

Transkripsi

1 135 EKSISTENSI INFORMED CONSENT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN MEDIS DIPANDANG DARI SEGI HUKUM PERJANJIAN Oleh : Putu Eka Trisna Dewi, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai Asbtract In terms of health law of informed consent is a term that is not foreign. Informed consent is an agreement to perform a medical procedure, where informed consent is very important for the parties to a health care agreement. Because one of the things that are important in today's medical sphere is providing information that is clear, accurate, and complete information about the patient's illness, the treatment stage, the risk of actions to be taken, and their estimated costs. Informed consent is a written agreement is presented in a form, the form is in the study of law called the agreement standard or standard agreement. This agreement is reviewed if it did not qualify the validity of a treaty Article 1320 of the Civil Code and tied a treaty as a law of Article 1338 of the Civil Code. Because the raw treaty obligations charged to only one party only. Keywords : Health Law, Informed Consent, Standard Agreement or Standard Agreement. Asbtrak Dalam hukum kesehatan istilah informed consent merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi. Informed consent merupakan perjanjian untuk melakukan tindakan medis, keberadaan informed consent sangat penting bagi para pihak yang melakukan perjanjian pelayanan kesehatan. Karena salah satu hal yang penting dalam lingkup medis dewasa ini adalah pemberian informasi yang jelas, akurat, dan lengkap tentang penyakit yang diderita pasien, tahap perawatan, risiko dari tindakan yang akan diambil, serta perkiraan biayanya. Informed consent yang merupakan perjanjian tertulis disajikan dalam bentuk formulir, bentuk ini dalam kajian hukum disebut perjanjian standard atau perjanjian baku. Perjanjian ini apabila ditinjau ternyata tidak memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata dan mengikatnya suatu perjanjian sebagai undang-undang Pasal 1338 KUHPerdata. Karena dalam perjanjian baku kewajiban hanya dibebankan pada salah satu pihak saja. Kata Kunci : Hukum Kesehatan, Informed Consent, Perjanjian Standard atau Perjanjian Baku.

2 136 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua bidang kehidupan sudah tersentuh oleh aspek hukum. Hal ini karena pada dasarnya manusia menginginkan untuk hidup secara teratur. Keteraturan disini sama seperti teori keadilan menurut Aristoteles, bahwa keteraturan bagi orang yang satu belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan adanya aturan-aturan yang mengatur hubungan tersebut agar tercipta keserasian sehingga tercipta keteraturan dengan landasan hukum. Salah satu bidang spesialisasi ilmu hukum yang relatif baru berkembang di Indonesia adalah hukum kesehatan. Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan yang lainya, yaitu hukum kedokteran/kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum rumah sakit, hukum kesehatan masyarakat, dan hukum kesehatan lingkungan. Hukum kesehatan ini merupakan cakupan dari aspek-aspek hukum perdata, hukum administratif, hukum pidana, dan hukum disiplin yang tertuju pada subsistem kesehatan dalam masyarakat. Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang masih muda. Perkembanganya dimulai pada waktu World Congress on Medical Law di Belgia Perkembangan selanjutnya melalui, World Congress of the Association for Medical Law yang diadakan secara periodik hingga saat ini. Di Indonesia, perkembangan hukum kesehatan dimulai dari terbentuknya kelompoknya studi untuk Hukum Kedokteran FK UI/RS Ciptomangunkusumo di Jakarta Perhimpunan untuk Hukum Kedokteran Indonesia (PERHUKI), terbentuk di Jakarta pada 1983 dan berubah menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) pada Kongres I PERHUKI di Jakarta pada Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan 1 Muhamad Sadi Is, 2015, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta, hal. 2.

3 137 Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapanya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumbersumber hukum lainya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan/pelayanan kedokteran (medical car/service). 2 Menurut Van Der Mijn, hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan secara langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana, tata usaha negara. Sedangkan menurut Leenen definisi kesehatan adalah sebagai keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan hukum dalam bidang kesehatan dan juga studi 2 Ibid, hal ilmiahnya. 3 Di Indonesia dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum dibidang kesehatan, maka lahirlah Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatanyang kemudian diganti menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan). Dimana tujuan dari undang-undang ini adalah untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi pembangunan bidang kesehatan. Dengan dikeluarkan UU Kesehatan ini diharapkan dapat berfungsi sebagai perangkat hukum kesehatan yang dinamis, baik bagi dokter maupun pasien. Salah satu hal yang penting dalam lingkup medis adalah memberi informasi yang jelas, akurat, dan lengkap tentang penyakit yang diderita dan tahapan perawatan. Walaupun tidak semua pasien menginginkan penjelasan yang lengkap dan akurat namun dewasa ini hal itu justru diharuskan. Untuk 3 Gudang Ilmu Hukum, 2016, Bahan Kuliyah Hukum Kesehatan, hukum-kesehatan.html, diakses tanggal 20 Mei 2016.

4 138 menjaga kemungkinan terlantarnya pasien oleh karena dokter memiliki jumlah pasien yang banyak dan banyaknya tuntutan pasien kepada dokter karena tidak mengkomunikasikan kemungkinan penyakit maka dibuatkah perjanjian hitam diatas putih antara pasien dan dokter yang disebut Informed Consent. Karena informed consent merupakan perjanjian untuk melakukan tindakanmedis, maka keberadaan informed consent sangat penting bagi para pihak yang melakukan perjanjian pelayanan kesehatan, sehingga dapat diketahui bahwa keberadaan informed consent sangat penting dan diperlukan dirumah sakit.perjanjian informed consent dalam prakteknya berbentuk formulir yang disebut dengan perjanjian baku atau perjanjian standar. Perjanjian baku ini secara yuridis tidak memenuhi Pasal 1320 KUHP dan Pasal 1338 KUHPerdata. 2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tujuan dari pelaksanaan informed consent? 2. Bagaimanakah eksistensi informed consent dalam pelaksanaan tindakan medis dipandang dari segi hukum perjanjian? 3. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian yuridis normatif. Metode penelitian yuridis normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada 4. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk 4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13.

5 139 mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban). 5 Metode penelitian yuridis normatif dapat dijelaskan juga yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundangundangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. B. PEMBAHASAN 1. Kajian Pustaka Pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, untuk memberikan pelayanan kesehatan 5 Hardijan Rusli, 2006, Metode Penelitian Hukum Normatif : Bagaimana?, Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V No. 3, hal. 50. yang optimal bagi masyarakat yang membutuhkan. Pada umumnya, tenaga kesehatan mempunyai alasan yang mulia dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Keberadaan hukum kesehatan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan khususnya dibidang kesehatan. Sebelum dokter melakukan tindakan medik, dokter berkewajiban memberikan informasi tentang jenis penyakit yang diderita pasien dan tindakan medik yang akan dilakukan serta risiko yang akan timbul dari tindakan medik tersebut. Persetujuan pasien untuk mengambil tindakan medis tersebut disebut dengan informed consent. Secara harafiah Consent artinya persetujuan, atau lebih tajam lagi izin. Jadi consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk menegakan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan, menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan,

6 140 melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan dan sebagainya. Selanjutnya kata Informed terkait dengan informasi atau penjelasan. Informed Consent adalah suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi 6. Selanjutnya, berdasarkan pada persetujuan pasien tersebut maka dapat dilakukan pengambilan keputusan medis, keputusan medis akan mudah dilakukan jika komunikasi sebelum pengambilan keputusan dilakukan secara baik dan jelas sehingga mudah dipahami oleh pasien dan pasien menyatakan persetujuanya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent (Permenkes 585 Tahun 6 D. Veronika Komalawati, 1989, Hukum dan Etika Dalam Praktik Kedokteran, PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal ), Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Pada dasarnya Persetujuan Tindakan Medik berasal dari hak asasi pasien dalam hubungan dokter pasien yaitu hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk mendapatkan informasi. Dari sudut pandang dokter Persetujuan Tindakan Medik ini berkaitan dengan kewajiban dokter untuk memberikan informasi kepada pasien dan kewajiban untuk melakukan tindakan medik sesuai dengan standar profesi medik. Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3 (tiga) unsur sebagai berikut : 7 a) Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter. b) Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan. 7 Aspek Hukum Rekam Medis, Kedudukan Hukum Informed Consent Dalam Hal Pembuktian Di Pengadilan, 06/30/kedudukan-hukum-informed-consentdalam-hal-pembuktian-di-pengadilan/, hal.3 diakses pada tanggal 20 Mei 2016.

7 141 c) Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan. Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien. Biasanya informed consent ini harus meliputi: 8 1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya. 2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar kemungkinan keberhasilanya. 3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila penyakit tidak diobati 4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi. Dalam hukum kesehatan ada dua bentuk persetujuan medis (informed consent) yaitu : 9 1. Implied Consent (dianggapdiberikan) Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat menangkat persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula dengan kasus emergency sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter. 2. Expressed Consent (dinyatakan) Dapat dinyatakan secara lisan atau tertulis. Dalam tindakan 8 Ibid, hal Johanis Kerangan, 2013, Essay : Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Pada Pasien Kondisi Tidak Sadar di Instalasi Rawat Darurat (IRD), Universitas Brawijaya, Malang, hal. 4, diakses pada tanggal 20 Mei 2016.

8 142 medis yang bersifat invasive dan mengandung resiko, dokter sebaiknya mendapat persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi. Jadi dalam keadaan gawat darurat informed consent tetap merupakan hal yang paling penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang paling utama adalah menyelamatkan nyawa pasiennya, walaupun informed consentpenting namun tidak boleh menjadi suatu penghalang atau penghambat bagi pelaksanaan emergency care. Mengenai hal ini diatur dalam Permenkes 585 Tahun 1989 bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan informed consent. 3. Tujuan Pelaksanaan Informed Consent Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia. Pada pasal 28H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Konsep dasar hukum kesehatan mempunyai ciri istimewa, yaitu beraspek : (1) Hak Asasi Manusia (HAM); (2) kesepakatan internasional; (3) legal baik pada level nasional maupun internasional; dan (4) iptek. Secara normatif, menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 sebagaimana direvisi dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, harus mengutamakan pelayanan kesehatan : 1. Menjadi tanggung jawab pemerintah dan swasta dengan kemitraan kepada pihak masyarakat. 2. Semata-mata tidak mencari keuntungan. Terkait dengan hal tersebut bahwa Informed Consent sangat penting terkait legalitas dalam melakukan tindakan medik kepada pasien. Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa tindakan medis bertindak sebagai subyek hukum yakni orang yang mempunyai hak dan kewajiban, sedangkan jasa tindakan medis

9 143 sebagai obyek hukum yakni sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sebagai subjek hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja maupun oleh dua pihak. Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan medis (pasien) maka pelaksanaan informed consent bertujuan : Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuanya, maupun tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi atau over utilization yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada alasan medisnya; 10 Aspek Hukum Rekam Medis, Op.cit, hal Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksanaan tindakan medis dari tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang tidak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta sesuai dengan standar profesi medik. Sepanjang hal itu terjadi dalam batas-batas tertentu, maka tidak dapat dipersalahkan, kecuali jika melakukan kesalahan besar karena kelalaian (negligence) atau karena ketidaktauan (ignorancy) yang sebenarnya tidak akan dilakukan demikian oleh teman sejawat lainya. Terkait dengan hal tersebut diatas yang perlu diperhatikan bahwa informasi yang harus diberikan oleh dokter haruslah lengkap kepada pasienya. Berdasarkan Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran sekurang-kurangnya informasi yang harus diberikan dokter kepada pasienya mencakup :

10 Diagnosis dan tata cara tindakan medis; 2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan; 3. Alternatif tindakan lain dan risikonya; 4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan 5. Prognosis (kemungkinan hasil perawatan) terhadap tindakan yang dilakukan. Selain hal tersebut diatas, ada baiknya pasien diberikan juga penjelasan mengenai biaya pengobatan dan perawatan serta ada baiknya penjelasan tersebut diberikan langsung oleh dokter dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan keadaan emosional pasien saat itu. 3. Eksistensi Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Medis Dipandang Dari Segi Hukum Perjanjian Telah dikatakan sebelumnya bahwa informed consent merupakan perjanjian untuk melakukan tindakan medisdimana didalamnya berisi suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. Sebagai suatu bentuk persetujuan tindakan medis, informed consent mempunyai kekuatan hukum, dimana surat yang ditandatangani dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun bisa dijadikan bukti di dalam mengajukan gugatan ke pengadilan. Selain itu informed consentmerupakan salah satu pencegahan dari tindakan malpraktek dan tuntutan malpraktek. Untuk menjaga keamanan dan keaslian dari persetujuan tindakan medis ini diperlukan saksi dari pihak keluarga maupun rumah sakit. Mengenai jumlah saksi tidak ada yang mengatur khusus, namun biasanya dua orang yaitu satu yang mewakili pasien dan satu yang mewakili rumah sakit. Namun hal ini tidaklah mutlak. Informed consent merupakan suatu perjanjian persetujuan tindakan medik, dimana perjanjian ini sudah disiapkan dari rumah sakit dalam

11 145 bentuk formulir yang sudah jadi atau biasa disebut dengan perjanjian baku. Perjanjian baku menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. 11 Adapun ciri-ciri pada umumnya dari perjanjian standard adalah sebagai berikut : 1. Wujudnya dalam bentuk formulir standard; 2. Syarat-syarat standard (baku) yang ada didalamnya tidak dapat diubah; 3. Syarat-syarat standard (baku) yang ada didalamnya disusun secara sepihak. Didalam prakteknya memang perjanjian baku atau standard ini tumbuh sebagai perjanjian tertulis dalam bentuk formulir-formulir. Hal ini disebabkan karena perbuatanperbuatan hukum sejenis yang selalu terjadi dan berulang-ulang melibatkan banyak orang, menimbulkan kebutuhan untuk mempersiapkan isi perjanjian itu terlebih dahulu dan dibakukan, dan 11 Mariam Darus Badrulzaman, 1980, Perjanjian Baku (Standard) dan Perkembangannya di Indonesia, USU, hal. 2. seterusnya dicetak dalam jumlah banyak sehingga memudahkan penyediaan setiap saat bila diperlukan. Perjanjian baku dalam bentuk formulir ini tidak hanya digunakan dalam dunia bisnis tetapi juga dunia kesehatan yang sangat kompleks. Sebagai suatu perjanjian maka secara yuridis harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu Pasal 1320 KUHPerdata yaitu : 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak. 2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Adanya Obyek. 4. Adanya kausa yang halal. Menurut Sudikno Mertokusumo, ada tiga asas penting dalam suatu perjanjian yang diantaranya adalah : Asas konsensualisme yaitu suatu penyesuaian kehendak (berhubungan dengan lahirnya suatu perjanjian); 2. Asas mengikatnya suatu perjanjian, ini berhubungan dengan akibat perjanjian; 12 Sudikno Mertokusumo, 1998, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hal. 97.

12 Asas kebebasan berkontrak, ini berhubungan dengan isi perjanjian. Menurut Subekti, perjanjian adalah dimana seseorang berjanji kepada pihak lainya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal 13. Dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Perdata, Subekti menguraikan bahwa suatu perjanjian yang sah harus memenuhi empat syarat yaitu : Adanya kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan; 4. Suatu sebab ( Oorzaak ) yang halal, artinya tidak terlarang. Dalam bermasyarakat berbagaimacam kehidupan terdapat hubungan hukum yang dilakukan dengan membuat suatu perjanjian. Hubungan hukum dalam informed consent ada antara dokter dan pasien. Informed consent 13 R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hal R. Subekti, 1994, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Internusa, Jakarta, hal sebagai suatu perjanjian jika dikaji dari Pasal 1320 KUHPerdata yang salah satunya adalah perjanjian itu dianggap sah apabila memenuhi asas kebebasan berkontrak yang salah satunya adalah bebas menentukan isi perjanjian namun dalam informed consent isi dari perjanjian hanya ditentukan sepihak saja yaitu oleh pihak rumah sakit. Sehingga kesepakatan yang terbentuk dalam informed consent dapat dikatakan tidak sempurna. Selain hal tersebut, kata sepakat juga tidak boleh didasarkan atas adanya unsur paksaan baik itu paksaan jasmaniah/mental/fisik dan paksaan moril psikis. Dalam pelaksanaan informed consent kerap kali terjadi paksaan secara psikis terhadap pasien amaupun keluarga paisen, karena kurangnya pengetahuan dan keadaan terdesak pada saat itu yang mengharuskan pasien atau keluarga pasien menandatangani persetujuan penanganan medik terbut. Pengertian paksaan menurut Pasal 1323 KUHPerdata adalah perbuatan yang menyebabkan pihak yang berpikiran sehat menjadi tidak bebas dalam

13 147 mengambil keputusan, dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya kerugian yang nyata. Kemudian asas konsensualisme dalam suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPer, yakni bahwa pada prinsipnya perjanjian timbul atau dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Selain Pasal 1320 KUHPerdata bahwa asas konsensualisme juga tercermin dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal 1338 KUHPer sering disebut juga dengan asas pacta sunt servanda, yakni janji itu mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas konsualisme ini menimbulkan kemauan para pihak untuk saling mengikatkan diri dan yang kemudian membangkitkan rasa kepercayaan bahwa perjanjian itu terpenuhi. Pemuatan dua asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak dan asas mengikat sebagai undangundang, di dalam satu pasal yang sama, menurut logika hukum berarti: Kedua asas hukum tersebut tidak boleh bertentangan satu sama lainya; 2. Kontrak baru akan mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak di dalam kontrak tersebut, apabila di dalam pembuatanya terpenhi asas kebebasan berkontrak yang terdiri dari lima macam kebebasan. Secara historis asas kebebasan berkontrak meliputi lima macam kebebasan yaitu : 16 a) Kebebasan para pihak menutup atau tidak menutup kontrak; b) Kebebasan menentukan dengan siapa para pihak akan menutup kontrak; c) Kebebasan para pihak menentukan bentuk kontrak; d) Kebebasan para pihak menentukan isi kontrak; 15 Firman Floranta Adonara SH.,MH, Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik, diakses pada tanggal 20 Mei Johannes Gunawan, 1987,Penggunaan Perjanjian Standar dan Implikasinya Pada Azas Kebebasan Berkontrak, Majalah Fakultas Hukum Universitas Padjajaran No. 3-4, hal. 49.

14 148 e) kebebasan para pihak menentukan cara penutupan kontrak. Terkait dengan hal tersebut informed consent tidak memenuhi unsur-unsur tersebut. Informed consent tersebut tidak dapat dikatakan mengikat para pihak karena mengandung unsur penyalah gunaan keadaan (undue influence) dan unsur paksaan psikis, hal tersebut menimbulkan kelemahan, keraguan, atau keadaan tertekan pihak pasien sehingga perilaku atau keputusanya menjadi tidak bebas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa informed consentmerupakan perjanjian pernyataan persetujuan untuk melakukan tindakan medik yang ditandatangani oleh pasien atau keluarganya. Penandatanganan ini tentunya melalui prosedur penjelasan terlebih dahulu mengenai tindakan apa saja yang akan diambil, tingkat keberhasilanya, kemungkinan risiko dan biaya yang harus ditanggung. Proses penjelasan ini dilakukan secara lisan, karena teknis pelaksanaanya akan dilaporkan atau dicantumkan di dalam rekam medis pasien. Dalam bukunya Munir Fuady menjelaskan bahwa informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu sebagai berikut : Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter; 2. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan; 3. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan. Yang dimaksud dengan kompetensi pasien ialah jika memenuhi syarat sebagai orang yang cakap berbuat (cukup umur, tidak berpenyakit jiwa). Dalam hal pasien tidak kompeten, maka informed consent dapat diminta kepada pihak yang berwenang, yaitu : Pihak wali atau kuratornya; 2. Pihak suami/istri; 3. Pihak yang telah diberikan surat kuasa; 4. Ayah/ibu; 17 Munir Fuady, 2005, Sumpah Hipocrates : Aspek Hukum Malpraktek Dokter, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Ibid.

15 Anaknya yang sudah dewasa; 6. Kakak/adik yang telah dewasa. Tentang informasi yang harus diberikan kepada pasien, Munir Fuady mengemukakan bahwa semua informasi yang bersifat material yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien yang bersangkutan, harus dijelaskan sejelas-jelasnya dan dimengerti oleh pasien. 19 Jika ditelaah secara cermat dokter untuk bebas dari pertanggungjawaban tindakanya. Secara yuridis bahwa informed consent merupakan perjanjian sepihak, karena hanya berisi pernyataan kehendak dari sebelah pihak saja sehingga dapat dikatakan sebuah perjanjian yang sah karena hanya membebankan kewajiban yang harus ditanggung pada satu pihak saja. maka dalam informed consent hanya mengatur kewajiban-kewajiban pasien saja termasuk kesediaan menerima resiko tanpa menuntut dosen yang merawatnya. Pada dasarnya informed consent sendiri membebankan kewajiban kepada dokter untuk memberikan keterangan mengenai hal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang terkait dengan pengambilan tindakan medis. Namun keterangan ini diberikan secara lisan sehingga tidak bisa memberikan bukti outentik dipengadilan apabila terjadi kelalaian. Dengan kata lain, bahwa informed consent dapat dikatakan sebagai alasan seorang 19 Ibid, hal. 75. C. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Bahwa Informed Consent sangat penting terkait legalitas dalam melakukan tindakan medik kepada pasien. Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan medis (pasien) maka pelaksanaan informed consent bertujuan : 1) Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan medis yang dilakukan tanpa

16 150 sepengetahuanya, maupun tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi atau over utilization yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada alasan medisnya; 2) Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksanaan tindakan medis dari tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang tidak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta sesuai dengan standar profesi medik. b. Bahwa secara yuridis informed consent merupakan perjanjian standar atau baku yang berbentuk formulir. Informed consent disebut juga perjanjian sepihak, karena hanya berisi pernyataan kehendak dari sebelah pihak saja sehingga dan membebankan kewajiban yang harus ditanggung pada satu pihak saja. Ditinjau dari Pasal 1320 KUHPerdata dan 1338 KUHPerdata terkait asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, dan mengikatnya perjanjian sebagai undang-undang bahwa informed consent tidak mencerminkan kebebasan berkontrak karena dibuat secara sepihak dan tidak dapat dikatakan mengikat para pihak karena mengandung unsur penyalah gunaan keadaan (undue influence) dan unsur paksaan psikis, hal tersebut menimbulkan kelemahan, keraguan, atau keadaan tertekan pihak pasien sehingga perilaku atau keputusanya menjadi tidak bebas. 2. Saran Rekomendasi yang dapat disampaikan mengenai eksistensi informed consent dalam pelaksanaan tindakan medis dipandang dari segi hukum perjanjian adalah :

17 151 a. Kepada pasien agar lebih memahami makna dari informed consent sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam menggunakan perjanjian persetujuan tindakan medik dan perjanjian tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukanya agar tidak merugikan salah satu pihak. b. Kepada dokter sebagai pelaksana jasa tindakan medik diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, terkait informed consent agar dokter memberikan penjelasan dengan baik, bahasa yang mudah dimengerti pasien dan disesuaikan dengan keadaan kondisi emosional pasien dan keluarga pasien saat itu agar nantinya tidak menimbulkan keterpaksaan atau tekanan dalam menandatangani tindakan medik tersebut. DAFTAR PUSTAKA Buku persetujuan Veronika Komalawati, 1989, Hukum dan Etika Dalam Praktik Kedokteran, PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Mariam Darus Badrulzaman, 1980, Perjanjian Baku (Standard) dan Perkembangannya di Indonesia, USU. Muhamad Sadi Is, 2015, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta. Munir Fuady, 2005, Sumpah Hipocrates : Aspek Hukum Malpraktek Dokter, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta. R. Subekti, 1994, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Internusa, Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke 11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudikno Mertokusumo, 1998, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta. Internet Gudang Ilmu Hukum, Bahan Kuliyah Hukum Kesehatan, co.id/2014/05/hukumkesehatan.html, diakses pada tanggal 20 Mei Aspek Hukum Rekam Medis, Kedudukan Hukum Informed Consent Dalam Hal Pembuktian di Pengadilan,

18 152 ess.com/2010/06/30/keduduka n-hukum-informed-consentdalam-hal-pembuktian-dipengadilan/, h.3 diakses pada tanggal 20 Mei Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989tentang Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent. Johanis Kerangan, 2013, Essay : Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Pada Pasien Kondisi Tidak Sadar di Instalasi Rawat Darurat (IRD), Universitas Brawijaya, Malang. Firman Floranta Adonara SH.,MH, Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik, diakses pada tanggal 20 Mei Majalah Johannes Gunawan, 1987,Penggunaan Perjanjian Standar dan Implikasinya Pada Azas Kebebasan Berkontrak, Majalah Fakultas Hukum Universitas Padjajaran No Sumber Hukum Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.

Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H. Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H. I.Pendahuluan Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website : KAJIAN HUKUM INFORMED CONSENT PADA PERJANJIAN TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DAN PASIEN DIBAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Lebih terperinci

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien. Informed Consent Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medik (PTM) adalah suatu cara bagi pasien untuk menunjukkan preferensi atau pilihannya. Secara harifiah Informed Consent memiliki dua unsur yaitu:

Lebih terperinci

PANDUAN INFORMED CONSENT

PANDUAN INFORMED CONSENT PANDUAN INFORMED CONSENT A. PENGERTIAN Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN A Tujuan Sebagai proses pemberian informasi kepada pasien agar pasien memahami hak dan kewajibannya sebagai pasien

Lebih terperinci

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ]

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ] PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ] Tujuan Belajar Setelah mempelajari keterampilan medik mengenai Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) ini, mahasiswa diharapkan: 1. Memahami kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi dokter dipandang sebagai profesi yang mulia dan terhormat dimata masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, seorang dokter memiliki tanggungjawab besar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat masyarakat kini menjadi lebih sadar lagi mengenai pentingnya kesehatan bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini

Lebih terperinci

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya pelayanan kesehatan rumah

Lebih terperinci

I S D I Y A N T O NIM : C

I S D I Y A N T O NIM : C TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM MELAKUKAN OPERASI BEDAH JANTUNG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN JAKARTA, INDONESIA 2013 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit Rawamangun Paduan Pelaksanaan

Lebih terperinci

Informed Consent INFORMED CONSENT

Informed Consent INFORMED CONSENT Informed Consent INFORMED CONSENT Asal mula istilah consent ini adalah dari bahasa latin: consensio, consentio, consentio, dalam bahasa Inggris consent berarti persetujuan, izin, menyetujui, memberi izin

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit xy Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran 1. Umum a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang adalah era reformasi.dengan bertambah cerdasnya masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk menambah pengetahuan, mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasien dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN.  hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian

Lebih terperinci

Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta * Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta *Kesehatan dlm kosnep duni internasional adalah a state of complete physical, mental and social, well being and not merely the

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. dr. Meivy Isnoviana,S.H

INFORMED CONSENT. dr. Meivy Isnoviana,S.H INFORMED CONSENT dr. Meivy Isnoviana,S.H KATA KUNCI BANYAK ORANG MENGIRA BAHWA INFORMED CONSENT MERUPAKAN PERJANJIAN TERAPETIK (TIDAK) BANYAK PULA ORANG MENGIRA BAHWA PERNYATAAN KESANGGUPAN MEMBAYAR BIAYA

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang, didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pengetahuan masyarakat seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi, membuat masyarakat lebih kritis terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica BAB 1 PENDAHULUAN Dalam hal pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien, kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban, adanya hak dan kewajiban dikarenakan adanya perjanjian.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis

ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis ABSTRAK INDRA SETYADI RAHIM, NIM 271409137, Implementasi Informed Consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dibawah bimbingan I DR. Fence M. Wantu S.H., M.H dan bimbingan II Dian Ekawaty Ismail

Lebih terperinci

2. Hukum Kesehatan Indonesia : Suatu Pengantar

2. Hukum Kesehatan Indonesia : Suatu Pengantar 2. Hukum Kesehatan Indonesia : Suatu Pengantar Selayang Pandang: Hukum Pidana di Sektor Kesehatan Hukum Acara Pidana di Indonesia telah mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan tersebut

Lebih terperinci

Oleh Mochammad Nasichin. Abstrak

Oleh Mochammad Nasichin. Abstrak PELAKSANAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) ANTARA PIHAK RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH GRESIK DENGAN PASIEN OPERASI CAESAR BERDASARKAN PASAL 45 UNDANG-UNDANG NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN.

Lebih terperinci

3. Apakah landasan dari informed consent?

3. Apakah landasan dari informed consent? INFORMED CONSENT 1. Apakah informed consent itu? Informed consent atau persetujuan tindakan medis/kedokteran adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008. Persetujuan yang diberikan oleh pasien

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT Oleh I Komang Gede Oka Wijaya I Gede Pasek Eka Wisanjaya Program Kehususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau

BAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau biasa disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat SC) adalah suatu persalinan buatan, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN KESEHATAN

INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN KESEHATAN INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN KESEHATAN Pendahuluan Adriana Pakendek (Dosen Fakultas Hukum Universitas Madura Pamekasan, email:adri.pakendek@gmail.com) Abstract: It is a must to apply the informed consent

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini profesi kesehatan merupakan salah satu profesi yang banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada masyarakat yang sangat kompleks.

Lebih terperinci

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN 1 Oleh: Agriane Trenny Sumilat 2 ABSTRAK Kesehatan memiliki arti yang sangat penting bagi setiap orang. Kesehatan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dan dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia

Lebih terperinci

KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA Oleh : Ni Luh Putu Eka Wijayanti Pembimbing Akademik: I Ketut Sudiartha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan hal yang baru dalam kehidupan, sebab hal tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya adalah usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha ini banyak

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 45

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV (empat) skripsi ini, maka penulis menarik beberapa point kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan

Lebih terperinci

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2 HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak pasien mendapatkan informasi resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan pasar modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar modal, merupakan suatu

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT ATAS TINDAKAN KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA *

INFORMED CONSENT ATAS TINDAKAN KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA * 234 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246 INFORMED CONSENT ATAS TINDAKAN KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA * Ninik Darmini ** dan Rizky Septiana Widyaningtyas ***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia karena kesehatan merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melaksanakan upaya kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat merupakan suatu hal yang diinginkan dalam kehidupan setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan segala pemenuhan kebutuhan hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat karena didukung

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi: Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dunia jelas dapat dibaca dari maraknya transaksi bisnis yang mewarnainya. Pertumbuhan ini menimbulkan banyak variasi bisnis yang menuntut para pelaku

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan baik. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER dr. Meivy Isnoviana, S.H. Hak dan kewajiban dokter, berkaitan erat dengan transaksi terapeutik Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien 1

Lebih terperinci

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E. CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E. Purwani,SH.,MH TTL : Denpasar, 13 Maret 1971 Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana Alamat : Jl. Anyelir No. 22 Denpasar Tlp./Fax : (0361) 233641,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bisnis tentunya didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh para pihak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban.

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN Oleh I Gusti Agung Ayu Elcyntia Yasana Putri A.A. Ngurah

Lebih terperinci

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied

BAB III PENUTUP. Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied 55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tanggung Jawab Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied Consent (Studi Kasus di

Lebih terperinci

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE) KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Hukum Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM 3.1 Kronologi kasus Ayah Ana Widiana Kasus berikut merupakan kasus euthanasia yang terjadi pada ayah dari Ana Widiana salah

Lebih terperinci

PENERAPAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH DI RSI SOEMANI SEMARANG

PENERAPAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH DI RSI SOEMANI SEMARANG PENERAPAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH DI RSI SOEMANI SEMARANG Judi Program Studi D III RMIK STIKES HAKLI Semarang judi@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this research is to know the implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dasar moral dari adanya suatu persetujuan tindakan kedokteran adalah menghormati martabat manusia (respect for person), yang mana setiap individu (pasien)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017 KAJIAN HUKUM MENGENAI PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) DALAM PELAYANAN KESEHATAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERJANJIAN 1 Oleh: Octovian E. Sitohang 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh masyarakat, di karenakan dengan keahlian dan kemampuanya di bidang medis, sehingga tidak sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN

HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN Djaja Surya Atmadja Bagian Ilmu Kedokteran Forensik-Medikolegal Fak. Kedokteran Univ. Indonesia HUBUNGAN DOKTER PASIEN KONTRAK TERAPEUTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to contract) penyelenggara jaringan telekomunikasi diwajibkan untuk memenuhi permohonan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia semakin berubah, dalam beberapa tahun terakhir perkembangan sistem telekomunikasi di Indonesia sudah demikian pesatnya memberikan dampak yang menyentuh

Lebih terperinci

ASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG

ASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG ASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG 1 DEFINISI HEMODIALISIS & CAPD KETENAGAAN KOMPETENSI 2 PELIMPAHAN WEWENANG DELEGATIF & MANDAT Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan

Lebih terperinci

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT) DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT

KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT Oleh Anak Agung Gde Siddhi Satrya Dharma I Made Sarjana Anak Agung Sri Indrawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Dan Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas Dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-Cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli Sebelum membahas tentang pengertian dan pengaturan juali beli, terlebih dahulu perlu dipahami tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam rangka mempertahankan kesehatan yang optimal harus dilakukan bersama-sama, oleh semua tenaga kesehatan sebagai konsekuensi dari

Lebih terperinci