e-learing dmp K3-L1 Study Guide Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "e-learing dmp K3-L1 Study Guide Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik"

Transkripsi

1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik

2 e-learning DMP K3-L1 Study Guide Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik Copyright 2016 DMP Training & Consulting. No portion of this text may be reprinted for other than personal use. Any commercial use of this document is strictly forbidden Contact DMP Training & Consulting to arrange for use as training document This study guide is designed to be reviewed off-line as a tool for preparation to successfully complete DMP K3-L1 Read each modul, answer the quiz questions, and submit the quiz questions online through the course webpage. You can print th post-quiz screen which will contain the correct answers to the questions. The final exam will consist of questions developed from the course content and module quizzes. We hope you enjoy the course and if you have any questions, feel free to or call: DMP Training & Consulting Jl. Buntu No. 18, Johar Baru, Jakarta Pusat Indonesia instructor@dmpgroup.co.id Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 2 of 33

3 I. BAHAYA DAN DAMPAK SENGATAN LISTRIK BAGI MANUSIA Bahaya Sengatan Listrik Bagi Manusia Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari -hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya merasa terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah dari hal - hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita gunakan. Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya -bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya -bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari bahaya primer. Contoh bahaya sekunde r antara lain adalah seluruh tubuh atau sebagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, jatuh dari tangga, dan lain -lain. Dampak Sengatal Listrik Bagi Manusia Dampak sengatan listrik bagi manusia antara lain adalah: - Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar. - Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang dialami oleh paru-paru. - Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh, - Terbakar akibat efek panas dari listrik. Tiga Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik Terdapat tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan (V), arus (I) dan tahanan (R). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya yang ditunjukkan dalam hukum Ohm, seperti pada gambar 1 berikut penjelasannya. Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere (ma) adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 3 of 33

4 dalam satuan ohm, kilo ohm atau mega ohm adalah nilai tahana n atau resistansi total saluran yang tersambung pada sumber tegangan listrik. Sehingga berlaku : R = V I ; I = V R dan ; V = I R Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (penghantar), sistem pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian tersebut (lihat gambar 2). Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 4 of 33

5 Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran. Berarti perist iwa bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik tegangan rendah dan sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasatunggal atau satu fasa sebesar 220 V, dan tiga fasa sebesar 380 V dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 5 of 33

6 II. PROSES SENGATAN LISTRIK Proses Terjadinya Sengatan Listrik Terdapat dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan tidak langsung. Bahaya sentuhan langsung merupakan akibat dari anggota tubuh bersentuhan langsung dengan bagian yang bertegangan sedangkan bahaya sentuhan tidak langsung merupakan akibat dari adanya tegangan liar yang terhubung ke bodi atau selungkup alat yang terbuat dari logam (bukan bagian yang bertegangan) sehingga bila tersentuh akan mengakibatkan sengatan listrik. Gambar 3 dan 4 di bawah ini memberikan ilustrasi tentang kedua bahaya tersebut. Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat Sengatan Listrik Terdapat tiga faktor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh manusia, yaitu: besar arus, lintasan aliran, dan lama sengatan pada tubuh. a. Besar arus listrik Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh. Tegangan tergantung sistem tegangan yang digunakan (di Indonesia 220 V dan 380 V), sedangkan tahanan tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis, kelembaban/moistur kulit dan faktor -faktor lain seperti ukuran tubuh, berat badan, dan lain sebagainya. Tahanan kontak kulit bervariasi dari Kilo Ohm (kulit kering) sampai 100 Ohm (kulit basah). Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri anta ra Ohm. Contoh : Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 6 of 33

7 Jika tegangan sistem yang digunakan adalah 220 V, berapakah kemungkinan arus yang mengalir ke dalam tubuh manusia? Kondisi terjelek : - Tahanan tubuh adalah tahanan kontak kulit ditambah tahanan internal tubuh: Rk = 100 Ohm Ohm = 200 Ohm - Arus yang mengalir ke tubuh I = V R = 22o V 220 Ohm = 1,1 A Kondisi terbaik : - Tahanan tubuh: Rk = Kilo Ohm - Arus yang mengalir ke tubuh = 220 V / KOhm = 0,22 ma I = V R = 22o V 1000 KOhm = 0,22 ma b. Lintasan aliran arus dalam tubuh Lintasan arus listrik dalam tubuh manusia juga akan sangat menentukan tingkat akibat sengatan listrik. Lintasan yang sangat berbahaya adalah yang melewati jantung dan pusat saraf (otak). Untuk menghindari kemungkinan terburuk apabila kita bekerja pada sistem kelistrikan, khususnya yang bersifat ONLINE adalah sebagai berikut : - Gunakan topi isolasi untuk menghindari kepala dari sentuhan listrik. - Gunakan sepatu yang berisolasi baik agar kalau terjadi hubungan listrik dari anggota tubuh yang lain tidak mengalir ke kaki agar jantung tidak dilalui arus listrik. - Gunakan sarung tangan isolasi minimal untuk satu tangan untuk menghindari lintasan aliran ke jantung bila terjadi sentuhan listrik melalui kedua tangan. Bila tidak, satu tangan untuk bekerja sedangkan tangan yang satunya dimasukkan ke dalam saku. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 7 of 33

8 c. Lama waktu terkena sengatan listrik Lama waktu terkena sengatan listrik ternyata sangat menentukan kefatalan akibat sengatan listrik. Penemuan faktor ini menjadi petunjuk yan g sangat berharga bagi pengembangan teknologi proteksi dan keselamatan listrik. Semakin lama waktu tubuh dalam sengatan semakin fatal pengaruh yang diakibatkannya. Oleh karena itu, yang menjadi ekspektasi dalam pengembangan teknologi adalah bagaimana bisa membatasi sengatan agar dalam waktu sependek mungkin. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh besar dan lama waktu arus sengatan terhadap tubuh ditunjukkan pada gambar 6. Dalam gambar tersebut diperlihatkan bagaimana pengaruh sengatan listrik terhadap tubuh, khususnya yang terkait dengan dua faktor, yaitu besar dan lama arus listrik mengalir dalam tubuh. Arus sengatan pada : - Daerah 1 (sampai 0,5 ma) merupakan daerah aman dan belum terasakan oleh tubuh (arus mulai terasa 1 ma s/d 8 ma). - Daerah 2, merupakan daerah yang masih aman walaupun sudah memberikan dampak rasa pada tubuh dari ringan sampai sedang walaupun masih belum menyebabkan gangguan kesehatan. - Daerah 3 sudah berbahaya bagi manusia karena akan menimbulkan kejang - kejang/kontraksi otot dan paru-paru sehingga menimbulkan gangguan pernafasan. - Daerah 4 merupakan daerah yang sangat memungkinkan menimbulkan kematiansi penderita. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 8 of 33

9 Gambar: Daerah bahaya akibat lama waktu arus sengatan terhadap tubuh manusia Dalam gambar tersebut juga ditunjukkan karakteristik salah satu pengaman terhadap bahaya sengatan listrik, di mana ada batasan kurang dari 30 ma dan waktu kurang dari 25 milli detik. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian proteksi pada pertemuan berikutnya. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 9 of 33

10 III. SISTEM PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA LISTRIK Sistem pengamanan listrik dimaksudkan untuk mencegah orang bersentuhan baik langsung maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik. Pengamanan terhadap sentuhan langsung. Ada banyak cara / metoda pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang akan dijelaskan berikut ini. - Isolasi pengaman yang memadai. Pastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik, dan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai dengan peraturan dan standard yang berlaku. - Menggunakan peralatan INTERLOCKING. Peralatan ini biasa di pasang pada pintu-pintu. Ruangan yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya. Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door switch). Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 10 of 33

11 Pegaman Terhadap Tegangan Sentuh (Tidak Langsung) Pentanahan (Grounding/Earthing)Pentanahan merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan yang terb uat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup / rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standard. Ada 2 h al yang dilakukan oleh sistem pentanahan, yaitu (1) menyalurkan arus dari bagian - bagian logam peralatan yang teraliri arus listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan (2) menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehingga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya. Tegangan sentuh (tidak langsung) Peralatan yang digunakan menggunakan sistem tegangan fasa-satu, dengan tegangan antara saluran fasa (L) dan netral (N) 220 V. Alat tersebut menggunakan sekering 200 A. Bila terjadi arus bocor pada selungkup/rumah mesin, maka tegangan/beda potensial antara selungkup mesin dan tanah sebesar 220 V. Tegangan sentuh ini sangat berbahaya bagi manusia. B ila selungkup yang bertegangan ini tersentuh oleh orang maka akan ada arus yang mengalir ke tubuh orangtersebut sebagaimana telah diilustrasikan dalam gambar : Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 11 of 33

12 Gambar: Alat Proteksi Otomatis Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI) Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 12 of 33

13 Pengaman pada peralatan portabel Metode pengamanan peralatan listrik portabel dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II. Sedangkan untuk alat -alat mainan dikategorikan Alat Kelas III. Alat Kelas I adalah alat listrik yang pengamanan terhadap sengatan listrik menggunakan saluran pentanahan (grounding). Alat ini mempunyai selungkup (casing) yang terbuat dari logam. Alat Kelas II adalah alat listrik yang mempunyai isolasi ganda, di mana selungkup atau bagian-bagian yang tersentuh dalam pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi. Pada alat kelas ini tidak diperlukan saluran pentanahan. Berikut ini adalah contoh alat yang termasuk Kelas I dan Kelas II. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 13 of 33

14 IV. PROSEDUR KESELAMATAN KERJA LISTRIK Umum - Hanya orang-orang yang berwenang, dan berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik - Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur (jangan merusak atau membuat tidak berfungsinya alat pengaman) - Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik - Pelihara alat dan sistem dengan baik - Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan Prosedur shut-down : - tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus muda h diraih. - Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman sebelum dilakukan pertolongan pertama. - Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang berkompeten Khusus Lockout/Tagout Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan ketika bekerja untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem peralatan listrik secara aman. Tujuan: Mencegah adanya release baik secara elektrik maupun mekanik yang tidak disengaja yang membahayakan orang yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan dan atau perbaikan. - Memisahkan/memutuskan dari aliran listrik. - Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut : - Buat rencana lockout/tagout - Beritahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan aliran listrik - Putuskan aliran pada titik yang tepat - Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan padlocksnya pada titik lockout - Letakkan tulisan perhatian pada titik lockout Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 14 of 33

15 - Lepaskan energi sisa/tersimpan ( baterai kapasitor, per) - Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik - Semua anggota tim/pekerja mengambil padlocknya kembali setelah pekerjaan selesai Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 15 of 33

16 V. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT LISTRIK Penyebab Kebakaran dan Pengamanan - Ukuran kabel yang tidak memadai. Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel/penghantar tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar benda-benda sekitarnya. - Penggunaan adaptor atau stop kontak yang salah. - Instalasi kontak yang tidak memadai Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 16 of 33

17 - Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar Untuk daerah-daerah seperti ini harus digunakan peralatan anti percikan api. Kondisi abnormal sistem kelistrikan gambar diatas mengilustrasikan arus kesalahan (abnormal) yang sangat ekstrim yang bisa jadi menimbulkan kebakaran dan atau peledakan, yaitu: Terjadinya hubung singkat antar saluran aktif L1, L2, dan L3, Hubung singkat ke tanah (hubung tanah) antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan tanah Bila ada kawat netral bisa terjadi hubung singkat antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan saluran netral, Untuk mencegah potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi abnormal semacam ini adalah pemasangan alat proteksi yang tepat, seperti sekering, CB, MCB, ELCB, dll. Pengendalian Kebakaran dan peledakan Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 17 of 33

18 - Penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan sesuai dengan IP (indeks protection) - Perlindungan terhadap masuknya benda padat - Perlindungan terhadap masuknya benda cair - Perlindungan pada kondisi khusus IPXXB angka pertama diganti huruf X : tidak dipersyaratkan untuk proteksi dari masuknya benda asing padat angka kedua diganti huruf X : tidak dipersyaratkan untuk proteksi dari masuknya air. Huruf B : dipersyaratkan proteksi manusia dari sentuh langsung jari ke bagian berbah aya. - IP2X - IP4X angka pertama (angka 2) : dipersyaratkan darimasuknya benda asing padat dengan diameter 12,5 mm dan proteksi manusia dari sentuh langsung dari jari ke bagian yang berbahaya Angka kedua diganti huruf X : tidak ada persyaratan untuk proteksi dari masuknya air Angka Pertama (angka4) : dipersyaratakan proteksi darimasuknya benda asing padat dengan diemater 1,0 mm dan proteksi manusia dari sentuh langsung dengan kawat (berdiameter 1,0 mm) ke bagian berbahaya Angka kedua diganti huruf X : tidak dipersyaratakan untuk proteksi dari masuknya air Elemen Angka/huruf Artinya proteksi untuk perlengkapan Artinya proteksi manusia Kode huruf IP Dari masuknya benda asing padat Dari sentuh langsung ke bagian berbahaya dengan : Angka Karakteristik pertama (tanpa proteksi) diameter 50 mm diameter 12,5 mm (tanpa Proteksi) belakang telapak tangan jari 3 diameter 2,5 mm perkakas 4 diameter 1,0 mm kawat Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 18 of 33

19 5 6 debu kedap debu kawat kawat Angka karakteristrik kedua (tanpa proteksi) tetesan air secara vertical tetesan air miring (15 0 ) semprotan butiran halus semprotan air/butiran besar pancaran air pancaran air kuat perendaman sementara air/ perendaman kontinu Huruf tambahan (Opsi) A B C D Belakang telapak tangan Jari Perkakas kawat Informasi suplemen khusus untuk : Huruf suplemen (Opsi) H M S W Aparat tinggi tegangan Gerakan selama uji air Stasioner uji air Kondisi cuaca selama Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 19 of 33

20 Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 20 of 33

21 VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya terkait listrik - Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik yang disediakan - Memastikan terdapat penilaian kinerja manajemen terhadap upaya pengendalian potensi bahaya listrik - Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi bahaya litsrik selalu diperhatikan dan ditinjau. - Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik Perencanaan K3 1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan: a. Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan. b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pen ilaian risiko harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana. c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus: 1) ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh perusahaan; dan 2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh. d. Sumber daya yang dimiliki Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya su mber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana. 2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi: 1) dapat diukur; 2) satuan/indikator pengukuran; dan Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 21 of 33

22 3) sasaran pencapaian. Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi dengan: 1) wakil pekerja/buruh; 2) ahli K3; 3) P2K3; dan 4) pihak-pihak lain yang terkait. b. Skala Prioritas Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan. c. Upaya Pengendalian Bahaya Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. d. Penetapan Sumber Daya Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan. e. Jangka Waktu Pelaksanaan Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu pelaksanaan. f. Indikator Pencapaian Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3. g. Sistem Pertanggung Jawaban Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam peru sahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus: 1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 22 of 33

23 pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung; 2) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkom unikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; dan 3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya. Pelaksanaan Rencana K3 Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan: 1. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan 2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai. 1. Penyediaan Sumber Daya Manusia a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi: 1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui: a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari in stansi yang berwenang. 2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan; 3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif; 4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan 5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan pekerja/buruh secara aktif. b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 23 of 33

24 pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat menciderai dan meluk ai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden. c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksana an K3, harus dilakukan oleh perusahaan dengan cara: 1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3; 2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung meliputi: a) pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan; b) pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3; 3) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomu nikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; 4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya. d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3. Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan: 1) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada; 2) memeriksa uraian tugas dan jabatan; 3) menganalisis tugas kerja; 4) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan 5) meninjau ulang laporan insiden. Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja. 2. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi: Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 24 of 33

25 a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3 Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. b. Anggaran Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk: 1) keberlangsungan organisasi K3; 2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan 3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri. c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pela poran serta pendokumentasian 1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 ( Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten. 2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuha n untuk: a) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan; b) melakukan identifikasi dan menerima in formasi K3 dari luar perusahaan; dan c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan. Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi: a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan -undangan dan internal/indikator kinerja K3; b) izin kerja; c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi; d) kegiatan pelatihan K3; e) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan; f) pemantauan data; g) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut; Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 25 of 33

26 h) identifikasi produk termasuk komposisinya; i) informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan j) audit dan peninjauan ulang SMK3. 3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas: a) Prosedur pelaporan internal yang harus diteta pkan untuk menangani: (1) pelaporan terjadinya insiden; (2) pelaporan ketidaksesuaian; (3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan (4) pelaporan identifikasi sumber bahaya. b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani: (1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang - undangan; dan (2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait. Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah. 4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk: a) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3; b) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3; c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur; d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan; dan e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan. Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin bahwa: a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan; b) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi; c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang berwenang; d) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu; e) semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan; dan dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. d. Instruksi kerja Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 26 of 33

27 Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memast ikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi: 1. Tindakan Pengendalian Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan: a. Standar bagi tempat kerja; b. Perancangan pabrik dan bahan; dan c. Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui: a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan: 1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan 2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui: 1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi; 2) pendidikan dan pelatihan; 3) insentif, penghargaan dan motivasi diri; 4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi; dan 5) penegakan hukum. 2. Prosedur dan Instruksi Kerja Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. 3. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh personal yang kompeten dan berwenang se rta mempunyai tanggung jawab yang jelas. 4. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus: Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 27 of 33

28 a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja; b. Menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3; dan c. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian r isiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 5. Produk Akhir Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta pemusnahannya. 6. Perancangan dan Rekayasa Tahap perancangan dan rekayasa meliputi : a. Pengembangan; b. Verifikasi; c. Tinjauan ulang; d. Validasi; dan e. Penyesuaian. Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-unsur: a. Identifikasi potensi bahaya; b. Prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3. 7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi: a. Penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; dan b. Proses perawatan lanjutan. Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya. 8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang norm al dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 28 of 33

29 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 1. Melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik 2. Mengawasi pelaksanaan riksa uji yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk memastikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan standar kelistrikan yang berlaku 3. Membuat rekomendasi perbaikan Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3: 1. Melakukan up dating / pembaharuan pelaksanaan K3 lis trik terkait diterbitkannya Permenaker no 12 tahun 2015 Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 29 of 33

30 VII. KRITERIA AUDIT TERKAIT DENGAN K3 LISTRIK Pasal jika terdapat pada area dan kegiatan kerja listrik yang mempunyai potensi bahaya yang berisfat khusus dan memerlukan pengendalian serta ketentuan khusus, maka perlu dibuat kebijakan khusus untuk memastikan pelaksanaan K3 dapat dilaksanakan sesuai dengan konsidi khusus tersebut yang bertanggungjawab dan wewenang dalam pekerjaan listrik perlu diinfomasikan,s ehingga jika terjadi ganguan/kecelakaan listrik mudah untuk melaporkannya terkait dengan pembinaan dan pengawasan K3 listrik penunjukan terhdap Ahli K3 bidang listrik pelatihan yang dimaksud hendaknay telah mencakup tanggap darurat kecelakaan listrik prosedur terjadinya perubahan instalasi listrik dan perubahan daya serta beban listrik Pasal peosedur identifiaksi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko bahaya listrik perlu didokumentasikan Rencana berdasarkan ju ga tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian, pengendalian risiko, dan peraturan perundang -undangan di bidang listrik direncakana adanya ahli k3 bidang listrik dan Teknisi K3 listrik untuk mengendalilkan resiko listrik jika ada perubahan terkait listrik, maka perlu direncanakan dan penetapan waktu serta sumber daya Tersedia manual khusus pekerjaan listrik standar kelistrikan yang digunakan didokumentasi untuk keperluan pemeriksaan ulang prosedur dan petunjuk kerja listrik harus berdasarkan standar kelistrikan yang berlaku dilakukan peninjauan / up dating terhadap standar kelistrikan yang digunakan, sehingga penerapannya mengacu pada standar yang terbaru disediakan informasi mengenai kegiatan dan a rea listrik yang berbahaya Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 30 of 33

31 Pasal perencanaan listrik harus mempertimbangakan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk, pengoperasian perlengkapan dan peralatan listrik sudah dipertimbangkan pda saat perencanaan verifikasi bahwa perancangan dan/atau perubahan instalasi listrik, perlengkapan dan peralatan listrik dilakukan oleh Ahli K3 bidang listrik. Pasal spesifikasi perlengkapan dan peralatan listrik yang akan dibeli, harus diperiksa kesesuaian dnegan standar kelistrikan yang berlaku Perlengkapan dan peralatan listrik harus memiliki sertifikat dari lembaga uji yang berwenang pada peralatan listrik yang mempunyai potensi bahaya yang ti nggi maka perlu adanya pelatihan bagi tenaga kerja perlengkapan listrik harus diperhatikan IP dan jenis penggunaan di ruang khusus listrik perlengkapan dan peralatan listrik yang dipasok pelanggan perlu di identifiaksi potensi bahaya dan dini lai resikonya perlengkapan dan peralatan listrik yang terpasang harus dapat teridentifikasi Pasal Ahli K3 bidang listrik membuat petunjuk kerja untuk mengendalikan resiko petunjuk kerja sesuai dengan standar kelistrikan yang berlaku terdapat sistem ijin kerja listrik alat pelindung diri yang digunakan pada pekerjaan listrik adalah yang dapat melindungi dari arus kejut listrik Ahli K3 bidnag listrik melakukan pengawasan terhadap pekerjaan listrik Ahli K3 bidang listrik melakukan identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian Ahli K3 listrik membantu melakukan penyelidikan dan pelaporan kecelakaan listrik Petugas yang melakukan perencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan oleh Ahli K3 bidang Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 31 of 33

32 Listrik dan Petugas yang melakukan pemasangan dan pemeliharaan adalah teknisi K3 listrik Ahli K3 bidang Listrik membantu pengurus melakukan penilaian risiko di area yang terdapat instalasi bertegangan ting gi Area yang terdapat instalasi tegangan tinggi harus dibuat pengendalian pembatasan izin masuk Area yang terdapat potensi bahaya listrik harus dipasang rambu peringatan untuk mencegah sentuh langsung Pembuatan jadwal pemeriksaan listrik berkala 1 (satu) tahun sekali dan pengujian berkala 5 (lima) tahun sekali hasil pemeriksaan dan pengujian berkala serta rekomendasi perbaikan disimpan dan dipelihara gambar perencanaan dan perubahan instalasi listrik harus ada persetujuan dari Ahli K3 bidang listrik ; pemakaian isnatalasi listrik setelah mendapat pengesahan dari Dinas setempat adanya prosedur untuk perubahan listrik yang harus melalui persetujuan dari ahli K3 bidang listrik Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang tidak memenuhi persyaratan K3 dan perlu diperbaiki instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang tidak aman dan tidak digunakan diberi tanda Pada pekerjaan listrik perlu diterapkan penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar tidak dihidupkan sebelum saatnya Adanya larangan untuk mendekati area instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang sedang dipasang atau diperbaiki adanya prosedur bahwa instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang telah dipemeliharaan, dirawat, diperbaiki atau dirubah diperbolehkan diguankan kembali setelah ada persetujuan dari Ahli K3 bidang listrik Perencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pihak ketiga, maka pastikan dilakukan oleh PJK3 yang mempunyai Surat Penunjukan yang masih berlaku dan pelaksanaannya sesuai dengan standar yang digunakan oleh perusahaan/tempat kerja Telah dilakukan identifikasi potensi bahaya listrik dan tersedia prosedur tanggap darurat untuk kecelakaan listrik dan diinformasikan ke semua tenaga kerja Tenaga kerja yang mengoperasikan peralatan listrik mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat kecelakaan listrik yang sesuai dengan tingkat risiko Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 32 of 33

33 Pasal Hasil pemeriksaan dan pengujian listrik dan rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan P2K Ahli K3 listrik memantau hasil laporan pemeriksaan/inspeksi listrik dipantau untuk menentukan efektifitasnya Pasal adanya prosedur penanganan kecelakaan listrik Pasal adannya anlisis bahwa setiap pekerja yang ditugaskan untuk p erencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian, harus dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik dan pemasangan dan pemeliharaan dilakukan oleh teknisi K3 listrik Pembinaan Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi K3 listrik dilakukan oleh PJK3 Pembinaan bidang Listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku dilakukan pelatihan apabila terjadi perubahan instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik Pemberian taklimat (briefing) telah mencakup inforamsi mengenai potensi bahaya listrik yang ada di area-area tertentu Perusahaan mempunyai sistem yang menjamin kepatuhan terhadap persyaratan bahwa perencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh Ahli K3 bidang listrik dan pemerliharaan dan pemasangan dilakukan oleh Teknisi K3 listrik. Copyright 2016 DMP Training & Consulting Page 33 of 33

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

V. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT LISTRIK

V. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT LISTRIK V. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT LISTRIK Penyebab Kebakaran dan Pengamanan - Ukuran kabel yang tidak memadai. Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

1. BAHAYA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNYA

1. BAHAYA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNYA 1. BAHAYA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNYA 1.1 Pendahuluan Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang Mengingat a. Bahwa

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibina oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd. Oleh Muhammad

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Definisi K3 ILO/WHO Joint Safety and Health Commitee yang dinyatakan pada tahun 1950 yaitu Occupational Health and Safety is the

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan ditempat kerja sebagian besar

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3 Sertifikat SMK3 Sertifikat SMK3 PP 50 tahun 2012 adalah penghargaan terhadap komitmen perusahaan yang telah menjalankan sesi konsultasi dan audit SMK3 Sertifikat Sistem Manajemen K3 pp 50 tahun 2012 Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur Kegiatan produksi di perusahaan mengandung bahaya cukup tinggi terutama pada kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Selain itu,

Lebih terperinci

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL ORGANISASI DAN PERSONIL Continual Improvement AUDIT (3.1) Struktur Organisasi, Tanggungjawab dan Wewenang (3.2) KTT, KTBT, KTKK dan PJO (3.3) Bagian K3 dan KO ORGANISASI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan DTG1I1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan By Dwi Andi Nurmantris Apakah anda pernah kesetrum? Bahaya Listrik q Bilamana anda bekerja dengan alat bertenaga listrik atau instalasinya terdapat

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK TM - 1 ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK Mengapa keselamatan kerja di lingkungan kerja listrik menjadi prioritas utama? Kecelakaan kerja di lingkungan kerja listrik disebabkan adanya sengatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan

Lebih terperinci

NO KRITERIA AUDIT PEMENUHAN / DOKUMENTASI AUDIT FAKTA AUDIT STATUS YA TIDAK

NO KRITERIA AUDIT PEMENUHAN / DOKUMENTASI AUDIT FAKTA AUDIT STATUS YA TIDAK Checklist Audit SMK3 NO KRITERIA AUDIT PEMENUHAN / DOKUMENTASI AUDIT FAKTA AUDIT STATUS YA TIDAK.. Adanya kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas menyatakan tujuan-2 K3 dan komitmen perusahaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M. PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, 24-26 Maret 2015 Oleh: Fariz M. Rizanulhaq Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) TUJUAN DAN SASARAN Peserta memahami berbagai macam alat proteksi

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2014, 2014 KEMEN ESDM. Sistem Manajemen. Keselamatan. Pertambangan. Mineral dan Batubara. Penerapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi)

MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi) MODUL 12 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Keselamatan Kerja Listrik dan Prosedur Isolasi) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ELEMEN : IMPLEMENTASI (PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 38 TAHUN 2014) TUGAS MATA KULIAH REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG DOSEN : IR.

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Safety, T., & Practitioner, H. (1998) pada jurnalnya Proactive Health and Safety Management Sistems,

Lebih terperinci

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) 1 OBJEKTIF Menetapkan standar, prosedur dan kebijakan K3 di lingkungan kerja Melakukan sosialisasi K3 Menyediakan saran-saran ergonomis

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan 3.1 Pendahuluan 3.1.1 Proteksi untuk keselamatan menentukan persyaratan terpenting untuk melindungi manusia, ternak dan harta benda. Proteksi untuk keselamatan selengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh 2017 No. Dok.: PM-WM-01 No. Rev.: 1 Tgl. Berlaku: Oktober 2017 Hal: 1 / 13 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober 2017 Oleh DEKAN Pedoman Mutu ini menguraikan Sistem Manajemen Mutu di Fakultas

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS INSPEKSI, PENGUJIAN DAN KOMISIONING SISTEM FOTOVOLTAIK Rabu, 25 Maret 2015

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS INSPEKSI, PENGUJIAN DAN KOMISIONING SISTEM FOTOVOLTAIK Rabu, 25 Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INSPEKSI, PENGUJIAN DAN KOMISIONING SISTEM FOTOVOLTAIK Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Adjat Sudradjat TUJUAN DAN SASARAN Tujuan pelatihan ini adalah memberi pengetahuan kepada peserta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program BAB V PEMBAHASAN Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa PT. Coca Cola Amatil Indonesia telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program keselamatan kerja yaitu penerapan sistem

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID

Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID 9239331_HF6W_2_id.fm Page 1 Thursday, April 28, 2005 9:41 AM Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID 9239331_HF6W_2_id.fm Page 2 Thursday, April 28, 2005 9:41 AM PERNYATAAN

Lebih terperinci

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11 Proteksi Bahaya Kebakaran Kuliah 11 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Beberapa kebakaran pabrik yang menewaskan pekerja di China dalam 10 th Tahun Tempat Perusahaan Meninggal 1991 Cina Pabrik jas hujan 72

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nihil Kecelakaan Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Volt Meter 2. Untuk memperbaiki faktor daya/kerja dalam rangkaian lampu TL dapat dipasang... Kapasitor 3.

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. PENGERTIAN Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 Pengantar Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT HARAPAN JL. SENOPATI NO 11 MAGELANG 2016 KERANGKA ACUAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PENDAHULUAN Rumah Sakit sebagai salah

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi istrik METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTAASI ISTRIK Hasrul Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU + 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR FORMAT

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak e SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Terdapat dua risiko utama dalam pemanfaatan energi listrik, yaitu arus kejut listrik dan suhu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci