BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. menunjukkan besarnya kenaikan pendapatan yang ditabung, atau dapat juga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. menunjukkan besarnya kenaikan pendapatan yang ditabung, atau dapat juga"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Konsep Marginal Propensity To Save (MPS) Marginal Propensity To Save atau MPS adalah angka pecahan yang menunjukkan besarnya kenaikan pendapatan yang ditabung, atau dapat juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menabung marginal sebagai pertambahan dalam penabungan yang disebabkan karena sesuatu pertambahan sebesar Rp. 1 dalam pendapatan. Konsep kecenderungan menabung dibedakan ke dalam dua istilah, yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung rata-rata. Kecenderungan manabung marginal atau (MPS) yaitu perbandingan antara pertambahan tabungan ( S) dengan pertambahan pendapatan ( Y). Perhitungan MPS dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sadono Sukirno : 1994) Apabila pendapatan bertambah sejumlah Rp dari Rp.0, maka tabungan akan bertambah sebesar 0,10. hal ini berarti bahwa secara rata-rata dan dalam batas pendapatan dari Rp.0 hingga Rp akan menyebabkan timbulnya pertambahan sebesar 10 % dalam tabungan. Konsep yang ke dua yaitu kecenderungan menabung rata-rata yang disebut dengan Average propensity to save (APS). APS didapat dari tabungan total dibagi dengan pendapatan total dengan asumsi MPC + MPS = 1. 9

2 10 Tabel 2.1 Kecenderungan Menabung Marginal (MPS) Pendapatan Disposebel (Yd) Rp 200 ribu 400 ribu 600 ribu 800 ribu Pengeluaran Konsumsi (C) Rp.300 ribu 450 ribu 600 ribu 750 ribu Tabungan (S) Rp.-100 ribu -50 ribu 0 ribu 50 ribu (sumber: Teori Ekonomi Makro, Sadono Sukirno: 1994) Bila sebuah rumah tangga mempunyai pendapatan sebesar Rp dan pengeluaran konsumsi sebesar Rp , maka rumah tangga tersebut tabungannya bernilai negatif ( Rp ), karena rumah tangga tersebut masih melakukan dissaving. Ketika pendapatan rumah tangga tersebut sebesar Rp dan pengeluaran konsumsi Rp , maka rumah tangga tersebut dapat menabung sebesar Rp Konsep Marginal Propensity To Save Menurut Kaum Klasik Gardner Ackley (1973:181) menyatakan menurut Kaum Klasik menabung tidak selalu berarti harus menambah jumlah uang tunai yang ditahan, jika seseorang yang senang menumpuk kekayaan demi kekayaan itu sendiri maka biasanya orang itu pun tidak akan menahan uang tunai yang melebihi kebutuhan. Yang lazim dilakukan seseorang adalah menggunakan tabungan untuk membeli saham atau obligasi yang sudah di tangan orang lain.

3 11 Selain itu Kaum Klasik berpendapat seseorang yang menabung melakukan tiga hal terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran konsumsinya, diantaranya: 1. Sebagai individu, menambah saldo tabungannya 2. Sebagai pengusaha, membeli barang-barang capital 3. Sebagai individu/pengusaha, membeli obligasi Asumsi yang digunakan dalam hal ini adalah bahwa penabung yang rasionil tidak akan menempuh jalan yang pertama karena akumulasi dalam bentuk uang tunai tidak akan memberikan hasil/pendapatan apa-apa. Sementara bentuk kegiatan kedua hanya dapat dilakukan oleh sebagian orang. Kaum Klasik berpendapat bahwa kebanyakan penabung menempuh jalan ketiga untuk memperoleh hasil/pendapatan yang lebih tinggi, tetapi tidak berarti bahwa naik atau turunnya suku bunga akan mengakibatkan bertambah atau berkurangnya jumlah tabungan. Dalam hal ini Kaum Klasik berpendapat bahwa orang akan lebih cenderung memilih tabungan yang dapat memberikan pendapatan daripada tabungan yang tidak menghasilkan apa-apa. Bagi Kaum Klasik pembelian terhadap obligasi dianggap sama dengan tabungan, sementara penjualan terhadap obligasi dianggap sama dengan investasi, sehingga dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: S = f (i) I = f (i) Sehingga S = I (Gardner Ackley :1973)

4 12 Untuk memenuhi hal ini maka Kaum Klasik mengasumsikan: 1. Bahwa penabung akan menabung lebih banyak apabila suku bunga lebih tinggi/investor akan meminjamkan dana yang lebih banyak apabila suku bunga rendah. 2. Bahwa terdapat sesuatu tingkat suku bunga tertentu yang lebih besar daripada nol, dimana jumlah yang ditabung sama dengan jumlah yang diinvestasikan Konsep Marginal Propensity To Save (MPS) Menurut Keynes Menurut Keynes tabungan adalah pendapatan yang dikurangi pengeluaranpengeluaran konsumtif. Fungsi tabungan adalah fungsi yang menghubungkan tingkat tabungan dan tingkat pendapatan. Hal ini dapat dilihat dalam persamaan berikut ini: Dengan mengurangkan konsumsi dari sisi persamaan di atas diperoleh tabungan yaitu sebagai berikut: Dengan fungsi tabungan untuk perekonomian sebagai berikut: Dapat disederhanakan menjadi: Dari bentuk di atas dapat disimpulkan bahwa tabungan merupakan fungsi yang selalu meningkat dari tingkat pendapatan karena kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save atau MPS) = 1-b adalah positif.

5 13 MPS adalah perbandingan antara perubahan dalam tabungan dengan perubahan dalam pendapatan atau MPS = S/ Yd. selain MPS, juga dikenal APS (Average Propensity To Save) yang merupakan perbandingan antara total tabungan denngan pendapatan atau S/Yd dalam kaitannya dengan fungsi tabungan maka besarnya APS adalah S/Yd = -a/yd + MPS (Muana Nanga, 2001:71). Tabungan otonom (autonomous saving atau a) adalah konsumsi otonom yang negative (negative of autonomous consumption). Jika pendapatan disposibel turun sampai nol, maka konsumsi otonom (a0 akan dibelanjakan dengan tabungan negative atau dengan pinjaman (dissaving-spending accumulated saving or borrowings). Dalam persamaan MPS yang menunjukkan bagian dari pendapatan disposibel yang tidak dikonsumsi. Seluruh perubahan di dalam pendapatan disposibel akan dibagi antara perubahan di dalam konsumsi dan perubahan di dalam tabungan, sehingga dapat ditulis sebagai berikut: Oleh karena itu, fungsi tabungan dapat dituliskan kembali sebagai berikut: S = -a + (1-MPC)xYd/-a+(MPSxYd). (Muana Nanga : 2005) Teori Keynes Tentang Tabungan Dalam teori menurut Keynes dinyatakan bahwa masyarakat memegang uang untuk tiga tujuan yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. Permintaan akan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, sedangkan untuk transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan masyarakat atau

6 14 pendapatan nasional. Sehingga permintaan akan uang untuk transaksi dan berjagajaga akan semakin tinggi seiring semakin tinggi akan tingkat pendapatan (Sadono Sukirno, 1996). Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dan tabungan yaitu, teori absolute income hypothesis. Teori ini merupakan hasil pemikiran John Maynard Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara pendapatan dengan konsumsi dan tabungan. Oleh karena itu tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, maka menurut Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam hipotesis tersebut merupakan pendapatan absolute. Pendapatan absolute ini didefinisikan sebagai pendapatan nasional yang terjadi atau current income, bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya (Y t-1 ), bukan pula pendapatan yang diramalkan terjadi di masa datang (Y t+1 ). Pendapatan itu sendiri dapat berupa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau juga pendapatan domestik bruto perkapita dan tabungan masyarakat perkapita (Arwansyah, 2003). Menurut Keynes tidak seluruh bagian pendapatan yang diterima seseorang akan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disimpan sebagai tabungan (saving). Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku konsumsi dan menyimpan dari seseorang sangat dipengaruhi oleh pendapatannya. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan rneningkatkan konsumsi dan tabungan. Dengan demikian ada hubungan yang positif antara pendapatan nasional dengan tabungan (saving).

7 15 Keynes juga memiliki pandangan tentang penentu tabungan. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga, melainkan terutama tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh satu rumah tangga, makin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga ini. Ini berarti, menurut pandangan Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga (bukan suku bunga) yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga (Sadono Sukirno, 2004: 80). Untuk menerangkan lebih lanjut mengenai pandangan Keynes mengenai penentu tabungan masyarakat dapat menggunakan grafik pada gambar 2.1 berikut. (+) S S F Jumlah Tabungan S 1 0 Y 0 Y 1 Y F S F Pendapatan Nasional (-) Gambar 2.1 Fungsi Tabungan Keynes Sumber: Sadono Sukirno (2004: 82)

8 16 Penjelasan gambar 2.1 yaitu: kurva S adalah fungsi tabungan, yang merupakan suatu garis yang menggambarkan hubungan diantara jumlah tabungan dan pendapatan nasional. Kurva S bermula dari nilai tabungan negative, dan S bentuknya menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva S tersebut menggambarkan sifat tabungan masyarakat sebagai berikut: i. Apabila tingkat pendapatan nasional rendah, tabungan masyarakat negatif. Keadaan ini berarti masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu untuk membiayai hidupnya. Baru setelah pendapatan nasional melebihi Y 0 masyarakat menabung sebagian dari pendapatannya. ii. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak tabungan masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y 1 tabungan adalah S 1 dan apabila pendapatan nasional Y F jumlah tabungan adalah S F (Sadono Sukirno, 2004: 82) Teori Daur Hidup (Life Cycle) dari Tabungan Teori Life Cycle menyatakan bahwa keputusan seseorang untuk menabung adalah sebagai akibat dari tindakan mereka untuk memberikan penggunaan tabungan seumur hidup mereka secara rata-rata, guna mempertahankan hidup yang selama masa pension (Modigliani, 1986). Hipotesis dalam teori daur hidup ini mengatakan bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jamgka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi dengan cara terbaik yang mungkin

9 17 selama masa hidupnya. Dengan kata lain teori ini sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi dihari tua. Hal ini didasarkan kepada kenyataan bahwa tidak mungkin seseorang akan terus bekerja selama hidupnya. S Kekayaan pendapatan Tabungan Konsumsi Dissaving Awal pensiun Akhir kehidupan Gambar 2.2. Teori Daur Hidup Sumber : Mankiw (2000 : 416) Model siklus kehidupan (Life Cycle Hypotesis) dalam kesimpulan umumnya memprediksi bahwa suatu tabungan nol terjadi jika: 1. Pertumbuhan penduduk tidak meningkat jumlah relative kelompok muda terhadap kelompok tua 2. Pertumbuhan ekonomi secara continue tidak meningkat karena besaran warisan dan precautionary saving dari masing-masing generasi. Tingkat tabungan yang besar pada sebagian besar Negara di dunia memberi kesan bahwa kedua efek ini memegang peranan penting. Disimpulkan pula pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan tabungan.

10 Konsep Marginal Propensity to Consume (MPC) Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(dumairy, 1996) Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : C = a + by Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecenderungan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung. Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan mengkonsumsi marginal dan kecenderungan mengkonsumsi ratarata. Kecenderungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC

11 19 (Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi ( C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel ( Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = C / Yd Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = C / Yd (Sadono Sukirno:2002) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif James Dusenberry (Muana Nanga : 2005) mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak

12 20 menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan Konsep Pendapatan Pendapatan adalah sejumlah balas jasa yang diterima seseorang dari kegiatan produksinya atau usahanya. Factor yang paling mempengaruhi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat adalah pendapatan. Menurut Keynes tabungan adalah pendapatan yang dikurangi pengeluaranpengeluaran konsumtif. Pendapatan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam permintaan berbagai jenis barang dan jasa. Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Begitu pun pada tabungan, semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakat. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah angga untuk membeli aneka

13 21 kebutuhan konsumsi makin besar, atau mungkin juga pola hidup makin konsumtif. Menurut William A. Mc Eachern (2000:146) mengemukakan bahwa pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang atau barang dari hasil usaha atau produksi. Sedangkan menurut Ujang Suwarman (2004:204) pendapatan merupakan sejumlah imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencarai nafkah. Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan bahwa pendapatan yang biasanya diterima dalam bentuk uang, diperoleh sebagai balas jasa atas apa yang dikerjakannya. Selain itu pendapatan merupakan sumber daya terpenting bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya karena dari pendapatan itu masyarakat bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Menurut Keynes pengeluaran konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan absolute yaitu pendapatan yang diperoleh individu pada saat sekarang. Pada perkembangannya, banyak ilmuan lain yang melakukan penelitian tentang konsumsi. Berdasarkan hasil penelitian tentang konsumsi menyatakan bahwa pendapatan yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat bukanlah pendapatan absolute seperti yang dikemukakan oleh Keynes. Menurut James N. Duesenberry pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan relatif terhadap individu lainnya. Dalam masyarakat, seseorang dengan pendapatan tertentu akan berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di lingkungan orang-orang kaya daripada ia hidup dalam lingkungan orangorang miskin. Sehingga Duesenberry menuliskan fungsi sebagai berikut :

14 22 Dimana: Yc Ypp : Pendapatan sekarang : Pendapatan tertinggi sebelumnya Menurut M Friedman yang mengemukakan Teori dengan hipotesis pendapatan permanent, pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. 2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi.

15 Konsep Pajak NKRI merupakan wadah atau tempat hidup dan berkembangnya rakyat Indonesia yaitu sebagai tempat usaha dan kegiatan warga Negara beserta sejumlah penduduk Negara lain yang diperkenankan pemerintah RI mencari lapangan usaha di Indonesia. Untuk mengatur kepentingan seluruh rakyat, roda pemerintahan harus berjalan lancar dan untuk itu diperlukan biaya/uang yang jumlahnya sangat besar. Biaya atau uang tersebut diperoleh dari segala sumber yang terdapat dalam Negara, antara lain: a. Sumber bumi, air dan kekayaan alamnya; b. Pajak-pajak bea dan cukai; c. Hasil perusahaan-perusahaan Negara; d. Retribusi; dan e. Sumber-sumber lain (denda, keuntungan dari saham-saham, perdagangan, dan lain-lain). Yang dimaksud dengan pajak adalah iuran dari rakyat/penduduk kepada kas Negara. Atau dengan perkataan lain: peralihan sebagian kecil hasil kekayaan dari sector swasta ke sector pemerintah berdasarkan undang-undang. Dalam memberlakukan pajak terkandung unsur-unsur berikut: a. Suatu pungutan yang wewenangnya pada pemerintah b. Pungutan yang berdasarkan Undang-Undang c. Pungutan mana diperuntukkan pembayaran pengeluaran umum pemerintah

16 24 d. Manfaat atau balas jasa dari pemerintah tidak secara langsung diterima wajib/pembayar e. Pelaksanaanya apabila perlu dapat dipaksakan. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani (Untung S, 2002:2) mendefinisikan pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi di atas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu: 1. Pajak yang dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya 2. Dalam pembayaran tidak ditunjukkan adanya kontrapersepsi secara individu oleh pemerintah 3. Pajak dipungut oleh Negara 4. Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan.

17 25 Prof.Dr.Rochmat Sumitro (Untung S, 2002:2) merumuskan definisi pajak sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari sekktor swasta ke sector public berdasarkan undang-undang yang dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dapat ditujukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan Negara Jenis-Jenis Pajak Menurut golongannya 1. Pajak langsung (direct tax) merupakan pajak yang dipungut secara berkala dan berkohir. Yang dimaksud dengan berkohir karena mampunyai suatu daftar (kohir) dalam mana dicatat hal-hal berikut: - Nama wajib pajak - Jumlah pajak yang terutang, dll. Maka pajak langsung adalah pajak yang langsung dikenakan dan dipikul sendiri oleh wajib pajak, seperti pajak pendapatan, dll. 2. Pajak tidak langsung (indirect tax) adalah pajak yang tidak berkkohir, dan pemungutannya tidak secara berkala dan tidak langsung pula pada wajib pajak, seperti: pajak penjualan. Pajak tidak langsung pemungutannya insidentil dan sangat tergantung pada peristiwa. Pembayar pajak bukan wajib pajak atau dengan perkataan lain: dilimpahkan oleh pembayar (penjual) pada

18 26 wajib pajak (pembeli/konsumen). Tentang hal ini perhatikan pada kuitansi dan faktur untuk pembeli selalu ditulis oleh penjual atau diperhitungkan tambahan pajak penjualan X%. Menurut kewenangan memungut 1. Pajak Negara (pusat): wewenang pemungutannya ada di tangan pemerintah pusat. Misalnya pajak bumi dan bangunan, pajak perseroan, pajak penghasilan, dll. Tatacara pembayaran dan penagihan ditentukan oleh Menteri Keuangan. 2. Pajak daerah: wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah TK I (Propinsi) ataupun TK II (kabupaten/kotamadya), seperti pajak bangsa asing, bea balik nama kendaraan bermotor, dll. Berdasarkan sifatnya 1. bersifat perseorangan: dalam pajak yang bersifat perseorangan, keadaankeadaan pribadi wajib pajaknya selalu memperoleh perhatian yang utama dalam penentuan pajak 2. bersifat kebendaan: dalam pengenaan pajak yang bersifat kebendaan ini yang mendapat perhatian utama yaitu sifat objek pajaknya, bagaimana, keadaan dan dimana objek pajak itu berada. Mis: pajak perseroan, bea materai.

19 27 Berdasarkan kepangkalannya 1. Pajak subjektif: pangkal utama dititikberatkan pada diri orangnya, selanjutnya dicari ukuran/nilai objeknya, jadi dalam hal ini terdapat hubungan antara Negara pemungut pajak dengan subjek pajak (penduduk atau warga Negara di Negara pemungut pajak). Mis: pajak bangsa asing, pajak kekayaan wajib pajak dalam negeri, pajak penghasilan, pajak perseroan dari badan usaha dalam suatu Negara, dll. 2. Pajak objektif: pangkal utama dititik beratkan pada objeknya, selanjutnya dicari subjeknya atau orangnya. Pajak ini pada dsarnya dipungut berkaitan dengan keadaan atau kejadian yang berlaku atau terjadi dalam wilayah suatu Negara tanpa memperhatikan atau mengindahkan sifat subjeknya atau kediaman dari subjek tersebut. Pemungutan pajak objektif yang berkaitan dengan keadaan, misalnya: a. Adanya kekayaan dalam Negara pemungit pajak, sekalipun pemilik kekayaan itu berada di luar negeri; b. Adanya penghasilan dalam suatu Negara pemungut pajak, sedangkan orangnya bukanlah warga Negara Negara itu; c. Ada objeknya dalam Negara pemungut pajak, seperti pajak rumah tangga, pajak senjata api, dll. Pemungutan pajak objektif yang berkaitan dengan perbuatan, mis: a. Pemindahan/pengaliahn kekayaan dalam wilayah Negara pemungut pajak, seperti bea balik nama;

20 28 b. Ada perbuatan hukumnya dalam wilayah Negara pemungut pajak, seperti bea materai; c. Pemindahan/pengalihan barang dalam Negara pemungutan pajak, seperti bea masuk dan bea keluar; d. Berlangsung pemakaian/pengeluaran dalam wilayah Negara pemungut pajak, seperti: cukai, pajak potong, dll. Pemungutan pajak objektif yang berkaitan dengan kejadian, misalnya: bea balik nama karena pemindahan warisan Fungsi pajak Menurut Munawir (1985:4) pajak berfungsi sebagai sumber keuangan Negara (budgetair) dan mengatur (regulerend) atau melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan social ekonomi. Dari fungsi budgetair muncul fungsi fiscal (fiscal function), artinya pajak dipergunakan sebagai alat dana secara optimal ke dalam kas Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku. Menurut Earl R Ralph yang dikutip dewi chahyani (2007:50) fungsi pajak ada tiga, yaitu: 1. Revenue, pajak yang berfungsi di satu pihak mengurangi potensi kemampuan bayar masyarakat tetapi di lain pihak menaikkan kemampuan bayar pemerintah 2. Resources Reallocation adalah keberadaan pajak dapat mengubah perilaku konsumen, dapat mendorong kegiatan atau sebaliknya dapat menghambat

21 29 suatu kegiatan tertentu agar dialihkan pada bidang-bidang yang membutuhkan 3. Income redistribution adalah melalui pajak yang bertarif progresif maka penghasilan yang diterima secara berlebihan dikenai tariff tinggi, yang hasilnya dapat digunakan untuk membiayai penduduk miskin. Artinya penduduk miskin menerima subsidi silang dari pemerintah Pengaruh Pajak Terhadap Tabungan Dalam perekonomian dua sektor, pendapatan nasional adalah sama dengan pendapatan disposebel. Sebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian tiga sektor pendapatan disposebel telah menjadi lebih kecil dari pendapaan nasional. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani (Untung S, 2002:2) mendefinisikan bahwa Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Secara makro pengenaan pajak akan mengurangi tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) dan tentu mengurangi tingkat konsumsi dan tingkat tabungan masyarakat. Turunnya konsumsi (C) dan tabungan (S) masyarakat akan ditentukan oleh hasrat konsumsi marginal (MPC) dan hasrat tabungan marginal (MPS), dimana MPC+MPS=1. Pajak mempunyai pengaruh

22 30 terhadap kemampuan dan kemauan untuk bekerja, konsumsi, menabung, maupun untuk investasi ( Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak, perhubungan diantara pendapatan disposebel dan pendapatan nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut: Y d = Y T Yaitu, pendapatan disposebel (Y d ) adalah sama dengan pendapatan nasional (Y) dikurangi oleh pajak (T). Penurunan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada pendapatan disposebel, pengeluaran konsumsi dan tabungan, secara umum dapat dirumuskan: i. Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposebel sebanyak pajak yang dipungut tersebut. Dalam persamaan: Y d = Y T ii. Penurunan pendapatan disposebel menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan. (Sadono Sukirno : 1994) Konsep Demontration Effect Nurkes (Suryana, 2000:46) yang dikutip oleh mahmudin (2007:48) mendefinisikan demonstration effect sebagai kecenderungan untuk mencontoh pola konsumsi masyarakat yang lebih maju, sehingga memungkinkan Negara-

23 31 negara yang sedang berkembang mengimpor barang-barang yang lebih dari Negara maju. Duesenberry (Muana Nanga, 2000:114) demonstration effect adalah masyarakat berpendapatan rendah cenderung meniru atau mengkopi pola konsumsi dari masyarakat yang ada di sekelilingnya yang cenderung menaikkan pengeluaran konsumsinya. Bahkan menurut ML.Jhingan (Suryana, 2000: 39) demonstration effect tidak hanya mengurangi kemampuan untuk menabung, tetapi juga mempersulit pemerintah dalam menggunakan keuangan Negara sebagai sarana pembentukkan modal. Disini terlihat Negara akan mengeluarkan sejumlah dana karena adanya permintaan barang-barang tertentu dari masyarakat sebagai akibat dari mengkopi kehidupan masyarakat luar negeri. Perdebatan baik dan buruk dari demonstration effect sampai sekarang masih merupakan topic menarik untuk dikaji. Sebagian ahli ekonom berpendapat bahwa demonstration effect membawa konsekuensi negative bagi perkembangan suatu Negara. Hal ini dikarenakan demonstration effect dapat memancing perdagangan dengan Negara-negara maju semakin meningkat (impor tinggi) sebagai akibat dari naiknya permintaan dalam bentuk konsumsi. Naiknya laju konsumsi dan pembelanjaan luar negeri akan mengurangi tabungan dan devisa dalam negeri, dan akhirnya pertumbuhan ekonomi akan menjadi terhambat. Analisis ini sangant berbeda dengan Bauer, dia memandang sebaliknya, justru demonstration effect dapat mempertinggi daya saing dan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi (Suryana, 2000:48)

24 32 Semakin tinggi tingkat demonstration effect maka semakin tinggi pula tingkat pengeluaran konsumsi akan kebutuhan barang-barang dan semakin rendah tingkat tabungan. Pertumbuhan yang pesat di Negara-negara maju pada akhirnya akan mempengaruhi pola konsumsi di Negara-negara berkembang. Menurut suryana (2000:46), demonstration effect terjadi jika masyarakat berpendapatan rendah cenderung meniru atau mengkopi pola konsumsi dari masyarakat akan bertambah, karena orang mengkonsumsi barang bukan hanya karena mutunya tetapi menarik bagi orang yang suka menimbulkan kemewahannya. Menurut syahrudin (1981:165), factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat adalah pendapatan, umur, pendidikan, jumah anggota keluarga, perubahan-perubahan pendapatan, kekayaan, serta demonstration effect maksudnya orang mengkonsumsi bukan karena hanya mutunya tetapi menarik bagi orang yang suka menimbulkan kemewahannya (T.Veblen dalam Lipsey dan Steiner (1985:165) Dengan adanya demonstration effect maka konsumsi masyarakat akan meningkat. Oleh sebab itu, demonstration effect dikatakan sebagai factor yang mempengaruhi konsumsi.

25 Kajian Empirik Hasil Penelitian Peneliti Judul Variabel Yang Hasil Penelitian Diteliti Milana Faktor-Faktor Pendapatan Variable pendapatan berpengaruh positif Yoenaga Yang Konsumsi terhadap perubahan marginal propensity (022938) Mempengaruhi Marginal to save masyarakat artinya semakin tinggi Kecenderungan Propensity to pendapatan maka akan semakin tinggi Menabung Save (MPS) tingkat tabungan yang ada di masyarakat. Margianl Atau Oleh karena itu agar tingkat masyarakat Marginal tinggi maka harus meningkatkan Propensity To pendapatan. Save Variabel konsumsi berpengaruh negative Masyarakat Di terhadap tingkat tabungan masyarakat, ini Kelurahan membuktikan bahwa apabila tingkat Isola konsumsi masyarakat tinggi dengan Kecamatan sendirinya tabungan akan rendah. Sukasari Kota Sehingga untuk meningkatkan tabungan Bandung maka masyarakat harus dapat melakukan pengelolaan terhadap keuangannya sehingga pendapatannya yang ada dapat terposkan secara baik. Dewi Analisis Pendapatan Pendapatan berpengaruh signifikan Chahyani Faktor-faktor Tingkat Suku terhadap pengeluaran konsumsi (00296) yang bunga masyarakat. mempengaruhi Pajak Tingkat suku bunga tidak berpengaruh

26 34 Pengeleuaran Pengeluaran terhadap pengeluaran konsumsi Konsumsi Konsumsi masyarakat. Masyarakat di Masyarakat Pajak berpengaruh tidak signifikan dan Kecamatan negative terhadap pengeluaran konsumsi Regol masyarakat. Mahmudin Analisis faktor- pendapatan pendapatan berpengaruh signifikan (Skripsi) faktor yang pajak pajak, demontration effect berpengaruh mempengaruhi demontration positif tetapi tidak signifikan pengeluaran effect jumlah anggota keluarga berpengaruh konsumsi riil jumlah positif tetapi tidak signifikan masyarakat di anggota Desa Cimekar keluarga Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Siti Aisyah Faktor-faktor tingkat tingkat pendapatan, tingkat pendidikan (Skripsi) yang pendapatan dan jumlah anggota keluarga signifikan mempengaruhi tingkat pajak berpengaruh positif perubahan tingkat tingkat pajak tidak signifikan pengeluaran pendidikan berpengaruh negatif konsumsi tingkat tingkat kekayaan tidak signifikan masyarakat kekayaan berpengaruh positif (Studi Kasus di jumlah Desa Gempor anggota

27 35 Kecamatan keluarga Pagadean Kabupaten Subang) Ika suci Pengaruh Pendapatan Pendapatan berpengaruh secara signifikan Pendapatan, Pajak dan positif terhadap Pola konsumsi Pajak, Kekayaan masyarakat Kekayaan dan Fasilitas Kredit Pajak berpengaruh secara signifikan dan Fasilitas Kredit negatif terhadap terhadap Pola konsumsi terhadap Pola masyarakat Konsumsi Kekayaan berpengaruh secara signifikan Masyarakat dan positif terhadap terhadap Pola (Studi Kasus konsumsi masyarakat. pada Fasilitas kredit berpengaruh secara Masyarakat signifikan dan positif terhadap terhadap Desa Cibeber Pola konsumsi masyarakat. Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

28 Kerangka Pemikiran Berdasarkan identifikasi masalah pada bab 1, penelitian ini akan mengkaji mengenai pendapatan, pajak dan demontration effect sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save) masyarakat di komplek Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Kedewasaan financial mempunyai arti yang sederhana, yaitu mampu mengabaikan kepuasan langsung atau sesaat untuk mewujudkan impian dan tujuan jangka panjang. Ini adalah kedewasaan untuk menyadari bahwa tujuan besar tidak terwujud dengan sendirinya, tujuan besar memerlukan pengorbanan yang kecil setiap hari dan inilah yang disebut dengan menabung. Gardner Ackley (1973 : 459) menyatakan menurut Keynes tabungan dapat lebih besar, lebih kecil atau sama dengan investasi. Keynes berpendapat bahwa besar kecilnya investasi tergantung pada harapan-harapan masa yang akan datang. Khususnya investasi pada tempat tinggal/residental investment (ir), tergantung pada harga perumahan (P), kekayaan (w), hasil bersih dari kekayaan/ net real return (m) dan tingkat suku bunga (i), ini dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Ir = f (P, w, rn, i) (Gardner Ackley, 1973:460) Untuk memudahkan dalam memahami konsep makroekonomi mengenai terbentuknya persamaan tabungan Muana Nanga (2001 : 67) berpendapat bentuk persamaan awalnya sebagai berikut :

29 37 Dimana: Y = C + I Y C I : Pendapatan Nasional Riil : Pengeluaran konsumsi : Pengeluaran Investasi Sisi sebelah kiri dari persamaan tersebut yaitu Y adalah pendapatan nasional atau output riel barang-barang dan jasa, yang menunjukkan sisi penawaran agregat (AS) dari perekonomian dan menyesuaikan dengan pergeseran-pergeseran di dalam permintaan agregat (C+I). ini berarti bahwa output agregat di dalam perekonomian memainkan peranan yang pasif. Sedangkan sisi sebelah kanan dari persamaan menunjukkan sisi permintaan agregat (AD) dari perekonomian. Permintaan agregat di dalam model makro 2 sektor rumah tangga (C ) dan pengeluaran investasi oleh sector bisnis (I). Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M). Secara matematis dapat dirumuskan :

30 38 I = S + (T-G) + (X-M) Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik. Secara garis besar, dalam model makro tiga sektor, tabungan nasional diciptakan oleh tiga pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan dan rumah tangga. Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari neraca perusahaan. Sedangkan tabungan rumah tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk keperluan konsumsi. Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan sebagai berikut : Jika tabungan swasta adalah S = (Y-T) C, Tabungan pemerintah adalah (T-G), maka Tabungan nasional = S + (T-G) = (Y-T) C +(T-G) = Y C - G Dimana: S Y T C G : Tabungan swasta : Pendapatan agregat : Pendapatan pajak netto : Konsumsi : Pengeluaran pemerintah Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget

31 39 surplus, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain. Menurut Keynes tabungan adalah pendapatan yang dikurangi pengeluaranpengeluaran konsumtif. Keynes (Muana Nanga, 2005 : 68) mengatakan bahwa hubungan antara konsumsi dan pendapatan dikenal sebagai fungsi konsumsi (consumption function) dan secara umum dituliskan sebagai berikut: C = a + byd (a > 0, 0 < b < 1) Dimana C dan Yd merupakan peubah yang masing-masing menunjukkan konsumsi dan pendapatan disposibel riil. Sedangkan a dan b merupakan parameter, dimana parameter menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi otonom (autonomous consumption) yaitu pengeluaran konsumsi yang tidak bergantung pada tingkat pendapatan, tetapi lebih ditentukan oleh factor-faktor di luar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dan konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit, standar hidup yang diharapkan, distribusi umur, dan lokasi geografis serta memiliki nilai walaupun tingkat pendapatan (Yd) = 0. Sementara parameter b menggambarkan kecenderungan mengkonsumsi marginal yang merupakan perbandingan antara perubahan dalam konsumsi dengan perubahan dalam pendapatan atau b = MPC = C/ Yd serta memiliki nilai antara 0 dan 1. J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi

32 40 peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung. Menurut Keynes tabungan adalah pendapatan yang dikurangi pengeluaranpengeluaran konsumtif. Fungsi tabungan adalah fungsi yang menghubungkan tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Dapat dilihat dalam persamaan: C + S = Yd Dengan mengurangi konsumsi dari sisi persamaan di atas diperoleh persamaan tabungan yaitu sebagai berikut: S = Yd C Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa tabungan adalah pendapatan dikurangi konsumsi. Fungsi tabungan untuk perekonomian adalah sebagai berikut: S = - a + (1 b)yd Dapat disederhanakan menjadi: S = - a + (1-b)Yd {0 < (1-b) < 1} Dari bentuk di atas dapat diketahui bahwa tabungan merupakan fungsi yang selalu meningkat dari tingkat pendapatan, karena kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to save atau MPS) = 1- b adalah positif. MPS adalah perbandingan diantara perubahan dalam tabungan dengan perubahan dalam pendapatan disposebel. Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan rumus MPS = S / Y. Selain MPS, juga dikenal apa yang

33 41 dinamakan sebagai kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save) yang merupakan perbandingan antara total tabungan dengan pendapatan atau S/Yd = - a / Yd + MPS (Muana Nanga : 71) Tabungan otonom (autonomous saving atau a) adalah konsumsi otonom negative (negative of autonomous consumption). Jika pendapatan disposibel turun sampai nol, maka konsumsi otonom (a) akan dibelanjai dengan tabungan negative atau dengan pinjaman (dissaving-spending accumulated saving or borrowing). Dalam persamaan MPS yang menunjukkan bagian dari pendapatan disposibel yang tidak dikonsumsi. Seluruh perubahan di dalam pendapatan disposibel akan dibagi diantara perubahan di dalam konsumsi dan perubahan di dalam tabungan, sehingga dapat ditulis sebagai berikut : MPS + MPC = 1 / MPS = 1 MPC Oleh karena itu, fungsi tabungan dapat dituliskan kembali sebagai berikut : S = - a + (1-MPC) x Yd / - a + (MPS x Yd) Menurut Modiglieni, Barumberg, dan Ando (Muana Nanga : 117) menyatakan mengenai factor yang menetukan konsumsi dan tabungan adalah tingkat pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan, bila tidak ada peran pemerintah dan ini merupakan pendapatan total. Konsumsi dan tabungan merupakan fungsi positif dari pendapatan. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, maka rumah tangga dan perusahaan akan mengkonsumsi lebih banyak dan menabung lebih banyak, begitu sebaliknya jika pendapatan rendah. Menurut teori ini tingkat komsumsi rumah tangga tidak hanya bergantung pada current income pada periode itu, tetapi yang lebih penting adalah pada

34 42 pendapatan yang diharapkan diterima dalam jangka panjang. Dan individu diasumsikan merencanakan suatu pola pengeluaran konsumsi semasa hidup yang didasarkan atas expected earning selama hidup mereka. Teori ini membagi pola konsumsi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Sebelum seseorang dapat menghasilkan sendiri pendapatan, maka ia akan mengalami tabungan negative (dissaving) artinya ia berkonsumsi tetapi tidak menghasilkan pendapatan. 2. Dimana seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan sendiri pendapatan sampai ia tepat pada saat berusia tidak bisa bekerja lagi, dalam kondisi tersebut orang ini mengalami saving. 3. Saat dimana seseorang pada usia tua dan tidak mampu lagi untuk menghasilkan sendiri pendapatan, pada saat ini orang tersebut akan kembali mengalami dissaving. Menurut ekonom klasik, seperti Adam Smith, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Gardner Ackley (1973:181) menyatakan menurut Kaum Klasik menabung tidak selalu berarti harus menambah jumlah uang tunai yang ditahan, jika seseorang yang senang menumpuk kekayaan demi kekayaan itu sendiri maka biasanya orang itu pun tidak akan menahan uang tunai yang melebihi kebutuhan.

35 43 Yang lazim dilakukan seseorang adalah menggunakan tabungan untuk membeli saham atau obligasi yang sudah di tangan orang lain Bagi Kaum Klasik pembelian terhadap obligasi dianggap sama dengan tabungan, sementara penjualan terhadap obligasi dianggap sama dengan investasi, sehingga dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: S = f (i) I = f (i) Sehingga S = I (Gardner Ackley :1973) Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktorfaktor ekonomi tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun mungkin ada keadaan dimana tetap ada tabungan walaupun tungkat bunga negatif. Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Dalam perekonomian dua sektor, pendapatan nasional adalah sama dengan pendapatan disposebel. Sebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian tiga sektor pendapatan disposebel telah menjadi lebih kecil dari pendapaan nasional. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani (Untung S, 2002:2) mendefinisikan bahwa Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

36 44 Secara makro pengenaan pajak akan mengurangi tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) dan tentu mengurangi tingkat konsumsi dan tingkat tabungan masyarakat. Turunnya konsumsi (C) dan tabungan (S) masyarakat akan ditentukan oleh hasrat konsumsi marginal (MPC) dan hasrat tabungan marginal (MPS), dimana MPC+MPS=1. Pajak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk bekerja, konsumsi, menabung, maupun untuk investasi ( Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak, perhubungan diantara pendapatan disposebel dan pendapatan nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut: Y d = Y T Yaitu, pendapatan disposebel (Y d ) adalah sama dengan pendapatan nasional (Y) dikurangi oleh pajak (T). Penurunan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada pendapatan disposebel, pengeluaran konsumsi dan tabungan, secara umum dapat dirumuskan: iii. Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposebel sebanyak pajak yang dipungut tersebut. Dalam persamaan: Y d = Y T iv. Penurunan pendapatan disposebel menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan. (Sadono Sukirno : 1994)

37 45 Selain pendapatan dan pajak, adanya demontration effect juga berpengaruh terhadap tabungan masyarakat. Menurut ML.Jhingan (Suryana, 2000: 39) demonstration effect tidak hanya mengurangi kemampuan untuk menabung, tetapi juga mempersulit pemerintah dalam menggunakan keuangan Negara sebagai sarana pembentukkan modal. Nurkes (Suryana, 2000:46) yang dikutip oleh mahmudin (2007:48) mendefinisikan demonstration effect sebagai kecenderungan untuk mencontoh pola konsumsi masyarakat yang lebih maju, sehingga memungkinkan Negaranegara yang sedang berkembang mengimpor barang-barang yang lebih dari Negara maju. Duesenberry (Muana Nanga, 2000:114) demonstration effect adalah masyarakat berpendapatan rendah cenderung meniru atau mengkopi pola konsumsi dari masyarakat yang ada di sekelilingnya yang cenderung menaikkan pengeluaran konsumsinya. Sebagian ahli ekonom berpendapat bahwa demonstration effect membawa konsekuensi negative bagi perkembangan suatu Negara. Hal ini dikarenakan demonstration effect dapat memancing perdagangan dengan Negara-negara maju semakin meningkat (impor tinggi) sebagai akibat dari naiknya permintaan dalam bentuk konsumsi. Naiknya laju konsumsi dan pembelanjaan luar negeri akan mengurangi tabungan dan devisa dalam negeri, dan akhirnya pertumbuhan ekonomi akan menjadi terhambat

38 46 Semakin tinggi tingkat demonstration effect maka semakin tinggi pula tingkat pengeluaran konsumsi dan semakin rendah tingkat tabungan. Dari penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Pendapatan Pajak Kecenderunangan Menabung Marginal (Marginal Propensity To Save) Masyarakat Demontration Effect 2.4 Hipotesis 2.4. Hipotesis 1. Pendapatan berpengaruh terhadap kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat. 2. Pajak berpengaruh terhadap kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat. 3. Demontration effect berpengaruh terhadap kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat.

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Letak dan Keadaan Perumahan Graha Puspa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Letak dan Keadaan Perumahan Graha Puspa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Perumahan Graha Puspa Perumahan Graha Puspa terletak di Jalan sersan Bajuri KM 5, desa Sukaja kecamatan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Consumption - Saving - Investment

Consumption - Saving - Investment Consumption - Saving - Investment 1 Unsur yang mempengaruhi turun naiknya tingkat pendapatan nasional : Consumption atau Konsumsi (C) Saving atau Tabungan (S) Investment atau Investasi (I) 2 Pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan Hubungan antara konsumsi dan pendapatan Pada saat pendapatan rendah, rumah tangga mengorek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penentuan Kegiatan Ekonomi: 1. Pandangan Klasik a. Di dalam perekonomian terjadi keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang- barang (penawaran

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU Nursiah Chalid Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru - Pekanbaru 28293 ABSTRAKSI Penelitian ini

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Andri Wijanarko,SE,ME

Andri Wijanarko,SE,ME Andri Wijanarko,SE,ME Andri_wijanarko@yahoo.com 2 A.Pengeluaran Pemerintah B. Pengeluaran Rumah tangga 3 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Konsumsi 210,260,292 223,820,060 235,432,864 254,791,295

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB), yaitu

Lebih terperinci

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) 7. Kerangka IS-LM Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) Mengapa Anda Perlu Tahu Pembahasan model keseimbangan silang Keyness mengasumsikan bahwa tingkat suku bersifat eksogen dalam

Lebih terperinci

Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional

Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional Pertemuan kesepuluh Pengantar Ilmu Ekonomi Saturday, June 25, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-10 Pengertian pendapatan nasional. Pendekatan pengukuran pendapatan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL : ADI SUKOCO : A

PENDAPATAN NASIONAL : ADI SUKOCO : A PENDAPATAN NASIONAL NAMA NIM KELAS : ADI SUKOCO : A210140129 : G Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara

Lebih terperinci

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi Konsumsi ( C ) Tabungan (saving /dissaving) ( S ) 370 375-5 390 390 0 410 405 5 430 420

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sebagian besar masih berdomisili di daerah pedesaan, dan sebagian lagi didaerah perkotaan. Di daerah perkotaan biasanya banyak diproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Dasar Perpajakan Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun masingmasing definisi memiliki tujuan yang sama. Menurut UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Konsumsi Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi (C) Tabungan (saving /dissaving) (S) 370

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Landasan Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Landasan Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

digambarkan sebagai berikut: C/S

digambarkan sebagai berikut: C/S FUNGSI KONSUMSI, FUNGSI TABUNGAN DAN PENDAPATAN NASIONAL Seorang ahli dalam bidang ekonomi bernama Keyness, mempunyai pendapat bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya.

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H PENDAPATAN NASIONAL MANFAAT PERHITUNGAN D A N A N A LISA PENDAPATAN N A S I O N A L: 1. MENGETAHUI D A N MENELAAH S TRUKTUR S I S TEM PEREKONOMIAN 2. MEMBANDINGKAN PEREKONOMIAN D A R I W A KTU KE W A KTU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN Minggu Pokok Bahasan dan TIU ke 1 Pasar komoditi dan kurva IS Menjelaskan bagaimana perubahan variabel aggregatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak BAB II y TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak melainkan pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu keluarga. Keluarga-keluarga

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F.

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENGGUNAAN GNP G. MANFAAT PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan. EKONOMI MAKRO Lingkup Ekonomi Makro Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TEORI KONSUMSI BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para ahli. Kesemua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para ahli. Kesemua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perpajakan 2.1.1. Defenisi Pajak Pengertian pajak sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh warga negara dalam sebuah negara yang berdaulat telah banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori CAPM ( Capital Asset Pricing Model ) CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU Dalam bentuk yang paling sederhana keseimbangan pasar digambarkan dengan kurva demand dari satu individu

Lebih terperinci

Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis

Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis 1. Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak 2. Fungsi Biaya, Fungsi Penerimaann dan Analisis Pulang Pokok. 3. Fungsi

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri.

Lebih terperinci

Pemerintah Rumah Tangga. Perusahaan. Luar Negeri

Pemerintah Rumah Tangga. Perusahaan. Luar Negeri PRODUKSI NASIONAL Pemerintah Rumah Tangga Perusahaan Luar Negeri Rumah tangga melakukan kegiatan sebagai berikut : Menjual atau menyewakan faktor-faktor produksi baik kepada pemerintah maupun perusahaan.

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA

BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA A. Pengertian sistem perekonomian sederhana, terbuka dan tertutup 1. Perekonomian Terbuka Dalam perekonomian terbuka, perdagangan luar negeri

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) SEKO H NO MI KO LA SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) GGI ILMU TIN E SERANG Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Kredit Semester Semester PENGANTAR EKONOMI MAKRO EK12.B110 MANAJEMEN 3 SKS II (DUA) Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro

Pengantar Ekonomi Makro PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN Pengantar Ekonomi Makro Matakuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Pengajar : Dany Juhandi, S.P, M.Sc Amelira Haris Nasution, S.P, M.Si Semester : I Pertemuan : 8 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsumsi Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga keatas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Pengertian pajak Terdapat banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci