STUDI PERBANDINGAN KEHILANGAN PRODUKSI SUMUR-SUMUR HORIZONTAL DAN VERTIKAL AKIBAT KERUSAKAN FORMASI PRODUKTIF

Transkripsi

1

2

3 STUDI PERBANDINGAN KEHILANGAN PRODUKSI SUMUR-SUMUR HORIZONTAL DAN VERTIKAL AKIBAT KERUSAKAN FORMASI PRODUKTIF Akibat kerusakan formasi (formation damage) pada produktivitas sumur vertikal dan penanggulangannya telah banyak dan lama dibahas oleh para ahli yang berkaitan. Sebagian penyebab utama kerusakan formasi adalah air tapisan lumpur (mud filtrate) yang tidak serasi (incompatible) dengan air formasi dan batuan reservoirnya, atau bahkan masuknya sebagian lumpur ke dalam formasi produktif yang dibor, atau juga fluida komplesinya. Pada sumur-sumur horizontal, masalah inipun akhirnya mendapat perhatian yang serius karena bukan hanya kenaikan produksi yang menjadi patokan keberhasilan implementasinya tetapi juga para ahli harus memperhitungkan berapa besar pemasukan uang yang hilang bila dikonversikan ke dollar perharinya. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk menganalisis akibat kerusakan formasi pada sumur horizontal. Metodologi yang digunakan di sini adalah perbandingan kinerja aliran sumur horizontal terhadap sumur vertikal. Hal ini memperhatikan keadaan bahwa masih banyak orang perminyakan yang menganggap lumpur yang baik untuk sumur vertikal dapat dipakai untuk pemboran sumur horizontal. Hal ini perlu dievaluasi dan dianalisis. Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari studi ini dan analisisnya maka dapatlah disimpulkan bahwa lumpur yang dikatagorikan baik untuk pemboran zona produktif pada sumur vertikal tidak menjamin sebagai lumpur yang baik juga untuk sumur horizontal. Sebagai contoh, productivity ratio sebesar 5 menghasilkan loss ratio sekitar 10. Walaupun loss ratio mengecil dengan semakin besarnya kerusakan formasi tetapi kehilangan produksi secara mutlak pada kedua jenis sumur tersebut semakin tinggi. Akibat dari kerusakan formasi akan lebih parah untuk reservoir dengan faktor anisotropik vertikal yang besar. Kata Kunci : Loss ratio, sumur horizontal, sumur vertikal, lumpur bor, skin, kerusakan formasi, anistropi, produktivitas. Devastating impact of drilling-induced formation damage on productivity of vertical wells and its related techniques of preventing or minimizing the damage has long been standing problems. Mechanisms of the formation damage which may occur during drilling are invasion of mud filtrate incompatible with the formation water, resulting in clay swelling or clay migration, and infiltration of mud particulates into pores of the productive rock. Many disappointing results of horizontal well drilling have also been reported. It is believed that a such kind of damage has been a major contributor to a low productivity in good reservoir quality. This has been becoming serious attention to particularly horizontal well technologists because not only it causes impaired productivity but also a huge number of dollars unrecovered daily resulted from formation damage. Therefore this study is directed to analyzing production losses impacted by drilling induced formation damage. The methodology employed is to compare the inflow performance of a horizontal well to that of a vertical well for a given reservoir. The assumptions used are that the drilling mud design and the overbalance conditions at bottom holes are the same for both the horizontal and vertical wells. Results obtained show that a good drilling mud for a vertical well is not necessarily good for a horizontal well in the same reservoir. For instance, a horizontal-to-vertical productivity ratio of 5 yields a production loss ratio of as high as about 10. Although the loss ratio decreases as the damage severity increases, the absolute value of production loss for each type of the wells significantly increases. The negative impact of formation damage is more pronounced in a reservoir with a higher vertical anisotropic factor. Keywords : Loss ratio, horizontal well, vertikal well, drilling mud, skin, formation damage, anisotropy, productivity

4

5