A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan pastinya ada kebahagian dan juga kesedihan, keduanya tidak dapat dipungkiri, kebahagian dan kesedihan aka
|
|
- Ridwan Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Resiliensi Pada Pengidap HIV/AIDS Yurista Indah Pratiwi Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Dalam setiap individu resiliensi sangat diperlukan, terutama pada individu yang mengidap HIV/AIDS. Karena dengan adanya resiliensi individu memiliki kemampuan semangat untuk bangkit, individu juga memiliki tujuan dan alasan untuk memperjuangkan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana gambaran resiliensi yang dimiliki pengidap Subjek? (2) Faktor faktor apa yang mempengaruhi kualitas resiliensi Subjek? (3) Kemampuan apa saja yang mempengaruhi resiliensi pada Subjek? Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui (1) Gambaran resiliensi yang dimiliki pengidap Subjek; (2) Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas resiliensi Subjek; (3) Kemampuan apa saja yang mempengaruhi resiliensi pada Subjek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. Metode observasi yang digunakan yaitu observasi non partisipan, metode wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja akhir yang mengidap HIV/AIDS. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa (1) Resiliensi yang dimiliki oleh subjek cukup baik karena subjek mempunyai semangat hidup dan mensyukuri waktu yang tersisa dalam hidupnya. (2) Faktor yang mempengaruhi kualitas resiliensi subjek adalah rasa empati terhadap lingkungan sekitar, subjek selalu mandiri dalam kehidupan sehari-harinya, subjek memiliki hubungan baik dengan orang lain, subjek memiliki inisiatif yang baik dalam kehidupan sehari-harinya, subjek memiliki kreativitas yang baik dalam bidang musik, subjek memiliki rasa humor dalam kehidupan sehari-harinya, dan subjek memiliki moralitas yang baik. (3) Kemampuan yang mempengaruhi resiliensi pada subjek adalah pengendalian diri yang baik, subjek mampu mengendalikan keinginan ataupun tekanan dalam hidupnya, subjek selalu optimis dalam menjalani hidup, subjek selalu percaya diri dalam melakukan sesuatu, dan subjek memiliki tujuan hidup yang baik dari sebelumnya. Kata Kunci : Resiliensi, HIV/AIDS, Remaja
2 A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan pastinya ada kebahagian dan juga kesedihan, keduanya tidak dapat dipungkiri, kebahagian dan kesedihan akan seiring datang dalam kehidupan individu. Ketika apa yang individu inginkan tercapai individu tersebut pasti merasa senang, gembira dan bahagia. Tetapi ketika cobaan datang yang dirasakan pasti kecewa, sedih, bahkan merasa menderita. Sebagai manusia yang hidup di dunia ini pastinya seorang individu akan berusaha menerima cobaan yang datang di dalam hidup ini, walaupun awalnya tidak bisa terima dengan cobaan yang menimpa individu tersebut, lambat laun seorang individu akan mencari cara untuk tetap bertahan dengan cobaan yang datang. Begitu juga dengan cobaan yang menimpa ketika individu mempunyai penyakit yang sangat berat yang di luar dugaan, seperti penyakit HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan manusia, Virus ini merusak salah satu sel darah putih yang dikenal sel T. AIDS atau disebut juga sindrom cacat kekebalan tubuh merupakan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Bambang, 2000). Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub- Sahara, perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua Negara (Wikipedia, 2009). Revalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang tahun 2007, hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS. HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa
3 seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau toilet yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain (Parikesit, 2008). Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien (Parikesit, 2008). Ketika individu mengetahui mengidap penyakit tersebut, individu tersebut pasti merasa marah, kecewa, sedih, takut, bahkan frustasi. Tetapi dengan semangat hidup yang besar individu punya kemampuan untuk tetap bertahan dengan penyakit yang ia derita, kemamapuan individu untuk tetap bertahan dengan cobaan yang ada disebut dengan resiliensi yaitu kemampuan untuk bangkit kembali dengan sukses meskipun didapatkan melalui resiko-resiko yang berat (Benard dalam Krovertz, 1999). Werner dan Smith (dalam Isaacson, 2002) mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas secara efektif untuk menghadapi stres internal berupa kelemahan-kelemahan, maupun stres eksternal, misalnya penyakit, kehilangan, atau masalah dengan keluarga.
4 Terdapat individu yang mampu bertahan dan pulih dari situasi negatif secara efektif sedangkan ada individu lain yang gagal karena mereka tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan, individu yang mampu bertahan dari situasi negatif berarti individu tersebut sudah resilien (Tugade & Fredrickson, 2004). Tidak dapat dipungkiri jika seorang individu mempunyai penyakit yang berat, ia stress memikirkan penyakit tersebut dan bertanya-tanya dalam diri mengapa ia yang mengalami penyakit tersebut. Stres yang dialami oleh penderita HIV/AIDS, cenderung membuat cara berpikir menjadi tidak akurat. Hal itu membawa individu menjadi tidak resilien dalam menghadapi masalah, stres membahayakan sistem kekebalan, yang memungkinkan individu menjadi lebih sering sakit. Individu dengan resiliensi yang baik mampu menghadapi masalah dengan baik, mampu mengontrol diri, mampu mengelola stress dengan baik dengan mengubah cara berpikir ketika berhadapan dengan stres. Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus pada persoalan yang sesungguhnya, dan tidak menyimpang ke dalam perasaan dan pikiran yang negatif, sehingga individu bisa mengatasi resiko depresi dan banyak tantangan. Pikiran dan perasaan adalah inti dalam memahami individu dalam rangka meningkatkan resiliensi (Grahacendikia, 2009). Individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa individu dapat mengontrol arah kehidupannya. Optimis membuat fisik menjadi lebih sehat dan mengurangi kemungkinan menderita depresi. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup seharihari. Faktor yang mendukung resiliensi, diantaranya adalah dukungan sosial, berhubungan dengan tingkat stress yang rendah. Individu dengan resiliensi yang tinggi memiliki dukungan sosial yang lebih baik dan memiliki tingkat stress yang rendah (Aitken & Morgan, 1999). Resiliensi sebagai kemampuan untuk secara terus menerus mendefinisikan diri dan pengalaman, menjadi dasar untuk proses kehidupan yang menghubungkan antara sumber daya individu dan spiritual (Grahacendikia, 2009). Jika individu yang menderita HIV/AIDS mempunyai resiliensi, maka individu tersebut akan lebih mempunyai semangat hidup dan mensyukuri waktu tersisa dalam hidupnya. Reivich & Shatte (2002) menyatakan regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan. Regulasi emosi erat kaitannya dengan pengendalian
5 impuls. Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Pengendalian impuls berhubungan dengan empati, orang dengan pengendalian impuls rendah akan sulit untuk berempati dengan orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. Faktor-faktor resiliensi lainnya adalah optimise. Optimisme yang dimiliki oleh seorang individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini juga merefleksikan Self-Efficacy yang dimiliki oleh seseorang, yaitu kepercayaan individu bahwa ia mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dan mengendalikan hidupnya. Individu yang resilien juga memiliki fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak pada salah satu gaya berpikir explanatory. Gaya berpikir mempengaruhi bagaimana pencapaian individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya. Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa disebut dengan reaching out. Faktor-faktor resiliensi ini juga memberikan kemampuan untuk meraih level tertinggi dalam suatu pekerjaan, mengalami kepenuhan, hubungan yang penuh kasih, meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan anak-anak yang sukses. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang dibutuhkan dan dapat menikmati kebahagiaan bersama keluarga. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran resiliensi yang dimiliki pengidap HIV/AIDS? 2. Faktor faktor apa yang mempengaruhi kualitas resiliensi pada Subjek? 3. Kemampuan apa saja yang mempengaruhi resiliensi pada Subjek?
6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada subjek, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas resiliensi pada subjek, dan untuk mengetahui kemampuan apa saja yang mempengaruhi resiliensi pada subjek. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan masukan dan manfaat bagi perkembangan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Klinis, Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan terutama yang berkaitan dengan teori-teori resiliensi dan HIV/AIDS. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi penderita HIV/AIDS, agar lebih memahami tentang resiliensi pada pengidap HIV/AIDS. Dan bagi masyarakat agar lebih memahami tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan resiliensi dan HIV/AIDS. E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Resiliensi Secara etimologis resiliensi diadaptasi dari kata dalam Bahasa Inggris resilience yang berarti daya lenting atau kemampuan untuk kembali dalam bentuk semula (Poerwadarminta, 1982). Menurut Reivich & Shatte (2002) resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Grotberg (dalam Schoon, 2006) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami
7 kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan. Jadi, dapat disimpulkan resiliensi adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Terdapat individu yang mampu bertahan dan pulih dari situasi negatif secara efektif sedangkan ada individu lain yang gagal karena mereka tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan, kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau setelah mengalami tekanan yang berat dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Fredrickson, 2004). Menurut Desmita (2005), resiliensi (daya letur) adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu yang wajar untuk diatasi. Werner dan Smith (dalam Isaacson, 2002) mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas untuk secara efektif untuk menghadapi stres internal berupa kelemahan-kelemahan, maupun stres eksternal, misalnya penyakit, kehilangan, atau masalah dengan keluarga. Menurut Wolin dan Wolin (1999), resiliensi adalah proses tetap berjuang saat berhadapan dengan kesulitan, masalah atau penderitaan. Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dengan sukses meskipun didapatkan melalui resiko-resiko yang berat (Benard dalam Krovertz, 1999). Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, stres internal maupun eksternal, dan proses tetap berjuang untuk bangkit kembali dari tekanan hidup, masalah dan penderitaan serta belajar dan mencari elemen positif dari lingkungannya, meskipun didapatkan melalui resiko-resiko yang berat.
8 2. Karakteristik Resiliensi Wolin dan Wolin (1999), memberikan bagian-bagian karakteristik resiliensi yaitu sebagai berikut : a. Insight Insight adalah kemampuan mental untuk bertanya pada diri sendiri dan menjawab dengan jujur. Hal ini untuk membantu individu untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain serta dapat menyesuaikan diri dari berbagai situasi. Insight adalah kemampuan yang paling mempengaruhi resiliensi. b. Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber masalah dalam hidup seseorang. Kemandirian melibatkan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara jujur pada diri sendiri dengan peduli pada orang lain. c. Hubungan Seseorang yang resilien dapat mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan atau memiliki role model yang sehat. d. Inisiatif Inisiatif melibatkan keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab dengan kehidupan sendiri atau masalah yang dihadapi. Individu yang resilien bersikap proaktif, bukan reaktif, bertanggung jawab dalam pemecahan masalah, selalu berusaha memperbaiki diri ataupun situasi yang dapat di ubah, serta meningkatkan kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat di ubah. e. Kreativitas Kreativitas melibatkan kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup. Individu yang resilien tidak terlibat dalam perilaku negatif, sebab ia mampu mempertimbangkan konsekuensi dari tiap perilakunya dan membuat keputusan yang benar. Kreativitas juga melibatkan daya imajinasi yang digunakan untuk mengekspresikan diri dalam seni, serta membuat seseorang mampu menghibur dirinya sendiri saat menghadapi kesulitan.
9 f. Humor Humor adalah kemampuan untuk melihat sisi terang dari kehidupan, menertawakan diri sendiri, dan menemukan kebahagian dalam situasi apapun. Individu yang resilien menggunakan rasa humornya untuk memandang tantangan hidup dengan cara yang baru dan lebih ringan. Rasa humor membuat saat-saat sulit terasa lebih ringan. g. Moralitas Moralitas atau orientasi pada nilai-nilai ditandai dengan keinginan untuk hidup secara baik dan produktif. Individu yang resilien dapat mengevaluasi berbagai hal dan membuat keputusan yang tepat tanpa rasa takut akan pendapat orang lain. Mereka juga dapat mengatasi kepentingan diri sendiri dalam membantu orang yang membutuhkan. 3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Wolin dan Wolin (1999), Faktor - faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu sebagai berikut dibawah ini : a. Regulasi emosi Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Pengekpresian emosi yang tepat salah satu kemampuan individu yang resilien. b. Pengendalian impuls Pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. c. Optimisme Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Mereka memiliki harapan di masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah hidupnya. d. Empati Empati merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain.
10 e. Analisis penyebab masalah Konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab masalah yaitu gaya berpikir. Gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan individu untuk menjelaskan sesuatu hal yang baik dan buruk yang terjadi pada dirinya. f. Efikasi diri Efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. g. Peningkatan aspek positif Resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. 4. Sumber Pembentukan Resiliensi Upaya mengatasi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dan mengembangkan resilensi, sangat tergantung pada pemberdayaan tiga faktor dalam diri individu, yang oleh Grotberg (1994) disebut sebagai tiga sumber dari resiliensi (three sources of resilience), yaitu I have (aku punya), I am (aku ini), I can (aku dapat). 5. Interaksi antara Faktor I have, I am, I can terdapat lima faktor yang sangat menentukan kualitas dari I have, I am, dan I can tersebut (Grotberg, 1999) yaitu : a. Kepercayaan (Trust) yakni faktor yang berhubungan dengan bagaimana lingkungan mengambangkan rasa percaya seseorang. b. Otonomi (autonomy), yaitu faktor yang berkaitan dengan beberapa individu menyadari bahwa dirinya terpisah dan beberapa dari lingkungan sekitar sebagai kesatuan diri pribadi. c. Inisiatif (initiative), yaitu faktor ketiga pembentukan resiliensi yang berperan dalam penumbuhan minat individu melakukan sesuatu yang baru.
11 d. Industri (industry), yaitu faktor resiliensi yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan-keterampilan berkaitan dengan aktivitas rumah, sekolah, dan sosialisasi. e. Identitas (identity), yaitu faktor resiliensi yang berkaitan dengan pengembangan pemahaman individu akan dirinya sendiri, baik kondisi fisik maupun psikologisnya. B. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Barnet (dalam Bartlet & Adler,1996) HIV (Human Immunedeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS, HIV terdapat didalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi didalam darah, air mani atau cairan vagina. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5-10 hari. Walaupun mereka tampak sehat tetapi dapat menularkan HIV pada orang lain. Sedangkan AIDS (Acuquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit, karena sistem kekebalan didalam tubuhnya telah tertular. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS. 2. Penyebab HIV/AIDS Menurut Johnson (dalam Asih, 1995) pengidap HIV/AIDS dapat menularkan melalui hubungan seks yang tidak aman (oral, anal, vaginal). Transfusi darah yang mengandung virus HIV. Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lain (tusuk jarum, tindik, tattoo), pisau cukur, dan sikat gigi yang telah terkena darah pengidap HIV/AIDS yang tidak tersterilkan dengan benar. Melalui ibu hamil yang mengidap virus HIV/AIDS kepada bayi yang dikandungnya. 3. Gejala dan Pembagian HIV/AIDS Menurut Prawirohartono (1996) menjelaskan perjalanan gejala HIV/AIDS : a. Hari ke-1 1) Terinfeksi HIV 2) Belum terlihat tanda-tanda penurunan kesehatan 3) Pemeriksaan darah negatif
12 b. Setelah bulan ke-3 1) Belum terlihat tanda-tanda penurunan kesehatan yang nyata. 2) Pemeriksaan darah positif. c. Setelah tahun ke-8 1) Cepat dan sering merasa lelah. 2) Pembesaran kelenjar (dileher, ketiak, lipatan paha). 3) Berat badan turun secara mencolok. d. Tahun ke-8 sampai dengan tahun ke-10 1) Diare (mencret). 2) Radang (infeksi paru-paru). 3) Kanker kulit (berupa koreng diseluruh badan), radang (infeksi) selaput otak. 4) Tidak bisa mengurus diri sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. 4. Fase fase HIV/AIDS Menurut Johnson (dalam Asih, 1995) ada 4 fase HIV/AIDS, yaitu: a. Fase pertama Belum terlihat gejala apapun meskipun sudah positif terinveksi HIV melalui tes darah. b. Fase kedua Belum terlihat gejala penyakit tetapi sudah bisa menularkan kepada orang lain. Berlansung sekitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. c. Fase ketiga Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang tetapi belum pada tahap AIDS d. Fase keempat Sudah masuk pada fase AIDS dan kekebalan tubuh sangat berkurang. Mulai ada infeksi oportunistik yaitu kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, infeksi usus yang
13 menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala 5. Penanggulangan HIV/AIDS Menurut Kusnandar (2001) HIV/AIDS dapat ditanggulangi dengan perilaku hidup yang sehat dan tanggung jawab seperti : a. Perilaku seksual 1) Abtinace (tidak melakukan hubungan seks diluar nikah) 2) Be Faithful (saling setia terhadap pasangan) 3) Kondom (menggunakan kondom jika pasangan kita mengidap HIV, atau jika tidak yakin terhadap pasangan) b. Pengamanan darah Jika memerlukan darah, korban atau keluarga harus minta kepastian terlebih dahulu bahwa darah yang akan dipakai telah melalui proses skrining. c. Penggunaan jarum suntik dan benda tajam lainnya Penggunaan peralatan yang sudah disterilisasi dengan benar. 6. Masalah yang Dihadapi Penderita HIV/AIDS Menurut Richardson (2002) seseorang yang mengetahui bahwa dirinya menjadi seorang pengidap HIV positif akan menghadapi banyak masalah yang saling berhubungan dan terus dipikirkannya, diantaranya adalah : a. Diskriminasi AIDS Diskriminasi terhadap penderita AIDS ini menyiksa individu yang mengidap HIV positif sehingga penderita mudah marah, merasa takut, menjadi cemas yang berlebihan, dan minder. b. Isolasi Penderita HIV/AIDS sering kali dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini karena salahnya info yang beredar mengenai AIDS dan penularannya sehingga membuat masyarakat takut dan was-was.
14 c. Kekuatiran Kekuatiran yang dialami terasa lebih berat dan lebih dalam karena AIDS merupakan suatu penyakit yang menakutkan karena sampai saat ini penyembuhannya belumditemukan. d. Depresi Kebanyakan orang menjadi depresi saat mereka dinyatakan mengidap AIDS. e. Seksualitas Penderita HIV/AIDS membutuhkan bantuan dalam menyampaikan bahwa ia terkena HIV kepada pasangan seksnya. Selain itu terjadi penurunan aktivitas seksual karena dirinya merasa mengidap penyakit yang salah satu penularannya melalui hubungan seks. F. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna suatu atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara yaitu teknik wawancara terstruktur dan observasi tidak terlibat (non partisipan). G. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah seorang laki laki remaja akhir yang berusia 20 tahun yang telah menderita virus HIV/AIDS selama 1 tahun akibat penggunaan narkoba dimana jarum suntik sebagai alatnya. Subjek yang dibutuhkan 1 orang dengan 1 orang significant other. H. HASIL PENELITIAN (1). Resiliensi yang dimiliki oleh subjek cukup baik karena subjek mempunyai semangat hidup dan mensyukuri waktu yang tersisa dalam hidupnya. (2) Faktor yang mempengaruhi kualitas resiliensi subjek adalah rasa empati terhadap lingkungan sekitar, subjek selalu mandiri dalam kehidupan sehari-harinya, subjek memiliki hubungan baik dengan orang lain, subjek memiliki inisiatif yang baik dalam kehidupan sehari-harinya, subjek memiliki kreativitas yang baik dalam bidang musik, subjek memiliki rasa humor dalam kehidupan sehari-harinya, dan subjek memiliki moralitas yang baik. (3) Kemampuan yang
15 mempengaruhi resiliensi pada subjek adalah pengendalian diri yang baik, subjek mampu mengendalikan keinginan ataupun tekanan dalam hidupnya, subjek selalu optimis dalam menjalani hidup, subjek selalu percaya diri dalam melakukan sesuatu, dan subjek memiliki tujuan hidup yang baik dari sebelumnya. I. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan oleh penulis yaitu: 1. Kepada Subjek Untuk meningkatkan resiliensi para penderita HIV dapat mempertahankan aktivitasaktivitas positif yang telah terbangun dalam masyarakat, seperti, pengajian, perkumpulan, dan aktivitas sosial lainnya. Aktivitas-aktivitas ini akan mendorong resiliensi pada para pengidap HIV. Juga diharapkan untuk proaktif dan peka terhadap dukungan yang menunjang mereka untuk menjadi resilien saat menghadapi penyakitnya. 2. Kepada Seluruh Masyarakat Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat menjadi mediator untuk mendorong dan mensosialisasikan kegiatan yang dapat menjadi dukungan dan meningkatkan resiliensi bagi para penyintas, antara lain: kegiatan yang terkait dengan penyuluhan-penyuluhan psikologis serta mendukung aktivitas masyarakat setempat yang berperan meningkatkan resiliensi. Pemerintah sebaiknya juga lebih menata organisasi bantuan bagi para penyintas sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Ada baiknya untuk masyarakat tetap memberikan sosialisasi yang sama terhadap pengidap HIV/AIDS, karena para pengidap HIV/AIDS bukan untuk dijauhi melainkan harus didukung agar mereka tetap semangat menjalani hidup. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya Penelitian selanjutnya terkait resiliensi pada penderita HIV masih sangat diperlukan terutama untuk memperdalam kajian budaya dalam hubungannya dengan resiliensi dan dukungan sosial. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, ada baiknya penelitian dilaakukan lebih mendalam agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
16 DAAFTR PUSTAKA Amita, W. R. (2001). Dukungan Sosial yang Diperlukan pada Masa Penyembuhan Remaja Ketergantungan Heroin; Ditinjau dari Teori Developmental Model of recovery. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Arli, A, P. (2008). Lebih jauh dengan HIV/AIDS dan penanggulanggannya ( 20 Juni 2010) Bambang, H. (2000). Perkembangan penyakit HIV/AIDS. Jakarta: Departemen Kesehatan Bartlet, G.J, & Adler, W, A. (1996). Petunjuk penting AIDS. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Benard. Resiliency: What We Have Learned. San Fransisco: WestEd Departemen Sosial. (2004). AIDS: Penanggulangannya. Jakarta: Studio Driya Media Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Erviani, Ni Komang Jalan Panjang Melepas Kecanduan. [online]. melepaskecanduan.html. Tanggal Akses: 3 Oktober 2010 Green, C. W. (1996). Perawatan dan dukungan untuk orang dengan HIV/AIDS di masyarkat. Jakarta: Yayasan Pelita Ilmu diterbitkan dengan dukungan The Ford Foundation Grahacendikia Resiliensi pada penderita kanker ditinjau dari dukungan sosial. ( 20 Juni 2010 ) Grotberg. (1994). A guide to promoting resilience in children: Strengthening the Human Spirit. Denhaag Grotberg, E. H. (1999). Taping your inner strenght : How to Find the Resilience to Deal with Anything. Oakland, CA : New Harbinger Publication Inc Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma Isaacson B. Characteristics and Enhancement of Resilency in Young People. University of Winconsin Stout (August, 2002) Johnson, E. M. (1995). Cara menghindari AIDS. Alih Bahasa: Asih, Y. G. Jakarta: Arcan
17 Kartono. K. (1980). Pengantar metodologi research sosial. Bandung: Penerbit Alumni Kidder, L. H. and C. M. Judd Research methods in social relations. Holt, Reinhart andwinston, Inc. The Dryden Press, Orlando, Florida, USA Kusnandar, H. (2001). Menanggulangi bahaya penyakit menular seksual. Edisi 1. Bandung: CV. Pioner Jaya Bandung Moleong, L. (2004). Metodologi gabungan kuantitatif / kualitatif dan analisis data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Moleong, L. (2005). Metodologi penelitian kualitatif (ed,revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B., Okongo, J. M., Lubega, R. and Whitworth, J. A. (2002). "HIV-1 infection in rural Africa: is there a difference in median time to AIDS and survival compared with that in industrialized countries?". AIDS 16 (4): Narbuko, C, & Achmadi, A. (2003). Metode penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara Nasution, S. (1996). Metode research (1 st ed). Jakarta: PT Bumi Aksara Nawawi, H. (2003). Metodologi penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi Universitas Indonesia Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok: Lembaga Pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi Universitas Indonesia Poerwadarminta. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka Prawirohartono, S. (1996). Sains biologi 3b. Jakarta: PT. Bumi Aksara Reivich, K & Shatte, A The Resilience Factor ; 7 Essential Skill For Overcoming Life s Inevitable Obstacle. New York, Broadway Books Richardson, D. (2002). Perempuan dan AIDS. Yogyakarta: Med Press Sabrawi, K, Maclaren langkah memahami AIDS, LP3Y, Yogyakarta Sarafino, Edward P. (2006). Health Psychology. USA: Copyright Clearance Center. inc. Sasangka, Hari. (2003). Narkotika Psikotropika dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju Schoon, Ingrid. (2006). Risk and Resilience. New York: Cambridge University Press. Sugiyono, (2007), Memahami penelitian kualitatif; Bandung; Alfabeta
18 Supramono, Gatot. (2004). Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan Tugade, M. M, & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient individuals use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psycgology, Vrisab, R. (2001). Menanggulangi bahaya penyakit menular seksual. Edisi 3. Bandung: CV. Pioner Jaya Bandung Wartono, H. JH AIDS/HIV dikenal untuk dihindari. Jakarta: Lembaga Pengembangan Informasi Indonesia (LEPIN) Wikipedia AIDS. (20 Juni 2010) Wikipedia Resiliensi : (20 Juni 2010) Willy, Heriadi. (2005). Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara: Tanya Jawab & Opini. Jakarta: UII Press Wolin, S, & Wolin, S. (1999). Projeck resilience avaliable. (20 Juni 2010) Yin, R. K. (2004). Studi Kasus : daerah & metode. Jakarta. Rajawali: Pers
RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN
RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008
Lebih terperinciVirus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.
Lebih terperinciHIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciH.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok
H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap
Lebih terperinciMenggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan
Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara
Lebih terperinciBerusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.
Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba
Lebih terperinciStudi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciMakalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal
Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From
DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan
Lebih terperinciResiliensi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Resiliensi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Eva Ardana (10410133) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah Tidak ada asap tanpa adanya api, tentu tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau
Lebih terperinciJangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti
Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus
PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI
RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: RAYI DWI
Lebih terperinci2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinci# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki tubuh yang sehat dan terbebas dari segala jenis penyakit merupakan harapan bagi setiap individu, karena kesehatan merupakan salah satu aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan
Lebih terperinciPeran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna
Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi
Lebih terperincib/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T
S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS.Sejak pertama
Lebih terperinciHepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis
Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciI. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini beragam sekali masalah yang dihadapi manusia, baik itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal dari dalam dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciA. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan (LP) merupakan suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lembaga tersebut disediakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciResiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati
Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : 19510348 Pembimbing : Diana Rohayati BAB I Latar Belakang Peningkatan tahun kekerasan seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciHIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan
HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.
Lebih terperinciOleh: Logan Cochrane
Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinci2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran warga negara dalam terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara adalah penting hukumnya. Pemerintahan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan
Lebih terperinciApakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu?
WASPADA HIV/AIDS Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu? Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Kelamin adalah penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan kelamin.
Lebih terperinciPENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciSukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT
Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Menurut Smet (1994, dalam Desmita, 2009) istilah resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN HIV/AIDS OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/AIDS
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006
LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006 Nama :. ( inisial ) Jenis Kelamin : L / P ( lingkari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh manusia rentan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama di berbagai media cetak dan elektronik Indonesia. Mulai dari kasus mengenai gizi buruk,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia menginginkan kesejahteraan hidup dimana kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia menginginkan kesejahteraan hidup dimana kesejahteraan tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek kesehatan. Tubuh
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS
Lebih terperinci2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih akan berkepanjangan karena masih terdapatnya faktor-faktor yang memudahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga masih akan berkepanjangan karena masih terdapatnya faktor-faktor yang memudahkan penularan
Lebih terperinciBuku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda
BAB 5. HIV Dan AIDS Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunice
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinci