KEBIJAKAN. Abstraksi. Negara, Penulis inginn. tentang Pengelolaann. Nomor 6 Tahun Barang antaralain. Menteri. Peraturan. keuangan.

Transkripsi

1 KEBIJAKAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA KERJASAMA PEMANFAATAN TANAH DAN / ATAU BANGUNANN (Tinjauan Harmonisasi Kebijakan Dalam Peraturan Perundang-Undangan) Oleh Drs. Herri Waloejo Widyaiswara Pusdiklat KNPK Abstraksi Saat ini terdapatbeberapa peraturan terkait kebijakan penggunaan Barang Milik Negara.Tulisan ini Penulis batasi hanyadalam hal Kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Negaraa berupa Kerjasama Pemanfaatan Tanah dan / atau bangunan. Penulis inginn memotret setiap kebijakan terkait Pemanfaatan Pemanfaatan Tanah dan / atau bangunan yang Barang Milik Negara berupa Kerjasamaa terdapatdalam Undang Undangg Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaann Barang Milik Negara/Daerah dengan beberapa Peraturan/ Keputusan Menteri Keuangan, antaralain Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Caraa Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, Keputusan Menteri keuangan Nomor 218/KM.6/2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangann Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negaraa Kepada Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat. Penulis ngin melihat adakah keharmonisan kebijakan terkait Pemanfaatan Barang Milik Negaraa berupa Kerjasamaa Pemanfaatan Tanah dan / atau bangunan dalam Peraturan atau pun Keputusan Menteri Keuangan dengann peraturan lain di atasnya, sehingga sesuai dengan Undang Undangg Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, berlaku asass 1

2 Lex Superior Derogat Legi Inferiori, yaitu peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang lebih tinggi.selain itu, suatuu peraturan harus memenuhi asas kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai pelaksanaannya. hukum yang jelas dan mudah macam interprestasi dalam Pendahauluan Perumusan kebijakan merupakan proses yang dapat menghasilkann kebijakan yang memayungi dan Berdasarkan Undang Undangg Nomor mendasari kebijakan yang lebih rendah, menghasilkan 12 Tahun 2011 tentang pembentukan kebijakan yang mempererat, merenggangkan, dan peraturan perundang undangan, pada prinsipnya peraturan perundang membatasi hubungan tata kerja bagian organisasi, undangan tersebut tidak boleh serta menghasilkan kebijakan yang merupakan bertentangan antara peraturan yang penjabaran yang lebih operasional terhadap kebijakan lebih rendah tingkatannya dengan yang lebih tinggi, atau yang dikenal yang lebih tinggi. Perumusan tersebut harus dengan istilah Lex Superiori mencakup keseluruhan aspek pengelolaan atau derogate legi Inferio. pelaksanaan manajemen dari suatu kegiatan yang meliputii perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pelaporan sampai kepada pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pada tingkatt nasional atau secara makro, kebijakan publik merupakan produk dari sistem politik yang lahir dalam wujud undang undang yang merupakan kesepakatan politik antara lembaga legislatif dengan eksekutif. Untuk melaksanakan Undang Undang tersebut, Pemerintah menetapkan kebijakan tingkat Pusat dalam bentuk Peraturan Pemerintah dan atau Peraturan Presiden sampai kepadaa Peraturan Menteri. Bahkan ditetapkan juga peraturan Direktur Jenderal sebagai wujud pelaksanaann kebijakan teknis operasional. 2

3 Berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang perundang undangan tersebut tidak undangan, pada prinsipnya peraturan boleh bertentangan antara peraturan yang lebih rendah tingkatannya dengan yang lebih tinggi, atau yang dikenal dengan istilah Lex Superiori derogate legi Inferio. Selain itu pentukan peraturan perundang undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunann sistematika, mudah dimengerti / jelas bahasa hukumnya sehingga tidak menimbulkan berbagai macamm interprestasi dalam pelaksanaannya (memenuhi asas kejelasan rumusan). Demikian pula halnya dengan keuangan negara. Untuk mengatur kebijakan teknis operasional terkait keuangan negara, disusunlah Peraturan Menteri Keuangan. Segala bentuk Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur kebijakan teknis operasional tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang mengatur kebijakan umum, dan Peraturan Pemerintah tersebut tidak boleh bertentangan dengan landasan konstitusional dalam bentuk Undang Undang, dan selanjutnya Undang yaitu Undang Undang Dasar Undang selaku landasan konstitusional tidak boleh bertentangan dengan landasan filosofis KETENTUAN UMUMM KERJASAMA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 96/PMK.06/2007 tentang Tataa Cara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Peraturan Menteri Keuangan tersebut mengatur definisi, subjek dan objek kerjasama pemanfaatan, serta pertimbangan dalam pelaksanaan kerjasama pemanfaatan. I. Definisi Kerjasama pemanfaatann adalah pendayagunaan Barang Milik Negara (BMN) oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya 3

4 II. Pertimbangan Kerjasama pemanfaatann BMN dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan BMN yang belum / tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraann pemerintahan, meningkatkan penerimaan negara, dan mengamankan BMN. Arti mengamankann BMN ini adalah mencegah penggunaan BMN tanpa didasarkan pada ketentuan yang berlaku. III. Barang Milik Negara yang Dapat Dijadikan Objek Kerjasama Pemanfaatan BMN yang dapat dijadikan objek kerjasama pemanfaatan adalah tanah dan / atau bangunann yang ada pada Pengelola Barang, maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, serta Barang Milik Negara selain tanah dan / atau bangunan. IV. Subjek Pelaksana Kerjasama Pemanfaatan Terkait pelaksana kerjasama pemanfaatan, peraturan menteri keuangan ini membedakan antaraa pihak yang dapat melakukan kerjasama pemanfaatan dan pihak yang dapat menjadi mitra kerjasamaa pemanfaatan BMN. Pihak yang dapat melakukan Pihak yang dapat menjadi mitra Pengelola Barang Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang Badan Usahaa Milik Negaraa Badan Usaha Milik Daerah Badan Hukum lainnya Pengelola Barang dapat melakukan kerjasama pemanfaatan untuk tanah dan atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang. Sedangkan pengguna barang dapat melakukan kerjasama pemanfaatan n dengan persetujuan pengelola barang untuk : 1. Sebagian tanah dan / atau bangunann yang berlebih dari tanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya; 2. Barang Milik Negara selain tanah dan / atau bangunan V. Ketentuan dalam Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan 4

5 Beberapa hal terkaitt pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, yaitu : 1. Kerjasama pemanfaatantidak akan pemanfaatan. merubah status BMN yang menjadi objek kerjasamaa 2. Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan adalah Barang Milik Negara sejak pengadaannya. 3. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara paling lama 30 tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan jangka waktu kerjasama dapat diperpanjang. 4. Terdapat penerimaan negarayang wajib disetorkan mitra kerjasama pemanfaatan selama jangkaa waktu kerjasama pemanfaatan. Penerimaan negaraa ini terdiri dari : a. Kontribusi tetap b. Pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasamaa pemanfaatan Barang Milik Negara Untuk menentukan besaran kontribusi tetap perlu dilakukan penilaian atas BMN yang berada padaa Pengelola Barang maupun yang berada pada Pengguna Barang. Penilaian ini dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang. Besaran kontribusi tetap atas BMN berupa tanah dan / atau bangunanditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungann penilai. Sedangkan besaran kontribusi tetap atas BMN selain tanah dan / atau bangunan ditetapkan Penerimaan negara ini terdiri dari: a. Kontribusi tetap b. Pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasama pemanfaatan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan Barang Milik Negara Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai. 5. Pembayaran pertama atas pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama pemanfaatan harus dilakukan pada saat ditandatanganinya perjanjian kerjasama pemanfaatan. Sedangkann pembayaran kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Maret sampai berakhirnya perjanjian kerjasama pemanfaatan. Mitra kerjasama pemanfaatan menyetorkan n kontribusi tersebut ke rekening kas umum negara 6. Pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasama pemanfaatan BMN harus disetorkan ke rekening kas mum negara paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya. 5

6 7. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran, baik atas pembayaran kontribusi tetap maupun pembagian keuntungan, akan dikenakan denda paling sedikit sebesar 1 ( satu per mil) per hari. 8. Penentuan mitra kerjasama pemanfaatan dilakukan melalui pemilihan calon mitra kerjasamaa pemanfaatan (tender) yang dilakukan dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang undangann pengadan barang / jasa. Terdapat pengecualian untuk BMN yang bersifat khusus. Penentuan mitra kerjasama pemanfaatan dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung. 9. Dalam tahap persiapan dan pelaksanaan kerjasamaa pemanfaatan, mungkinn saja timbul biaya biaya, seperti biaya perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan hukum, dan biaya pemeliharaan objek kerjasama pemanfaatan. Biaya tersebut menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan. 10. Surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola Barang harus ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaatan. tahun sejak 6 Apabila dalam jangka waktu 1 surat persetuajuan tersebut ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaatan, maka surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola Barang tersebut dinyatakan tidak berlaku. 11. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama Pemerintah Republik Indonesia VI. Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan Tanah dan/ataubangunan 1. Pembentukan tim oleh pengelola barang. Tim tersebut beranggotakan unsur Pengelola Barang, tetapi dapat juga mengikutsertakan unsure instansi/lembaga teknis yang berkompeten. Tim tersebut melakukan penelitian mengenai tanah dan / atau bangunann yang dijadikan objek kerjasama pemanfaatan, menyiapkan hal hal yang bersifat teknis, dan melakukan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan. 2. Untuk menghitung besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitunga an nilai Barang Milik Negara yang akan dijadikan objek kerjasama pemanfaatan. 3. Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim.

7 4. Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang terkait dengan hasil penelitian atas tanah dan / atau bangunan, penghitungan besaran kontribusi tetap, dan Menuangkan kerjasama pemanfaatan dalam naskah pembagian hasil keuntungan yang didasarkan pada perjanjian, yaitu dalam akte laporan penilaian. notaris antara Pengelola Barang 5. Pengelola Barang menerbitkan surat penetapan nilai dengan mitra kerjasama pemanfaatann tanah dan / atau bangunan, besaran kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan berdasarkan laporan dari Tim. 6. Tim melakukan tender untuk mendapatkan mitra kerjasama pemanfaatan sesuai dengan ketentuann yang berlaku. 7. Hasil pelaksanaan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditetapkan. 8. Apabila telah memenuhi persyaratan dan disetujui, Pengelola Barang menerbitkann keputusan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan tanah dan / atau bangunan. Keputusan ini harus memuat objek kerjasama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan mitra kerjasama pemanfaatan, dari jangka waktu kerjasama pemanfaatan. 9. Tim menyiapkan konsep perjanjian kerjasama pemanfaatan serta menyiapkan konsep berita acaraa serah terima barang. 10. Menuangkan kerjasama pemanfaatan dalam naskah perjanjian, yaitu dalam akte notaris antaraa Pengelola Barang dengan mitra kerjasama pemanfaatan. Naskah perjanjiann tersebut memuat objek kerjasama pemanfaatan, mitra kerja sama pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, hak dan kewajiban para pihak, mekanisme pembayaran, sanksi, serta jangka waktu kerjasama pemanfaatan dengan memperhatikan azas optimalisasi daya guna dan hasil guna Barang Milik Negara, serta peningkatan penerimaan negara. 11. Pengelola Barang melakukan monitoring evaluasi, dan penatausahaanpelaksanaann kerjasamaa pemanfaatan Barang Milik Negara 12. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara dapat diperpanjang setelah dievaluasi oleh Pengelola Barang. 7

8 13. Permohonan perpanjangann jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus disampaikan oleh mitra kerjasama kepada Pengelola Barang paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan 14. Setelah berakhirnya jangkaa waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan objek kerjasamaa pemanfaatan, berikut dengan saranaa dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaann kerjasama pemanfaatan, dilengkapi dengan dokumen terkait kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima. HARMONISASI KEBIJAKAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA KERJASAMA PEMANFAATANN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN Undang Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal mempunyai tugas melaksanakan fungsi Bendaharaa Umum Negara. Selanjutnya dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwaa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkann kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik Negara. Beberapa hal terkait pengelolaan BMN yang diatur dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 antara lain adalah: Menteri Keuangan mengatur pengelolaan Barang MilikNegara. Menteri / Pimpinan Lembaga adalah Pengguna Barang bagi Kementerian Negaraa / Lembagaa yang dipimpinnya. Kepala Kantor dalam lingkungan Kementerian / Lembaga adalah Kuasa Pengguna Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan. Pengguna Barang dan / Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negaraa yang berada dalam penguasaannyaa dengan sebaik baiknya. 8

9 Barang Milik Negara yang berupa tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Pusat harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI. Bangunan Milik Negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib. Tanah dan Bangunan Milik Negara yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraann tugas pokokk dan fungsi Instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepadaa Menteri Keuangan untuk kepentingan penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Negara. Tanah dan Bangunan Milik Negara / Daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingann penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ Gubernur/Bupati/Walikota untuk kepentingann penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Negara/Daerah Pengelolaan barang milik negaraa yang terdapat dalam Undang undang Nomor 1 tahun 2004, selanjutnyaa dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa : Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umumm Negara adalah pengelola Barang Milik Negara. Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang harus diserahkan oleh Pengguna Barang karena sudah tidak digunakan untuk menyelenggarakann tugas pokokk dan fungsi instansi bersangkutan Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan tanah dan / atau bangunan tersebut meliputi: a. Ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Lainnya. b. Dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi Barang Milik Negara / Daerah c. Dipindahtangankan. Peraturan Pemerintah tersebutt menjabarkan bahwa pemanfaatan BMN berupa tanah / dan atau bangunan dilaksanakan oleh Pengelola Barang. Selain itu, pemanfaatan Barang Milik Negara / Daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengann memperhatikan kepentingan Negara/ Daerah dan kepentingan Umum. Bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara / Daerah berupa : a. Sewa ; b. Pinjam pakai ; c. Kerjasama Pemanfaatan ; d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna. 9

10 Kerjasama pemanfaatan yang merupakan salah satu bentuk dari pemanfaatann BMN dilakukan dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN dan meningkatkan Penerimaan Negara. Kerjasama pemanfaatan dapat dilakukan dengan bentuk : a. Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Negara atas tanah dan / atau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang; b. Kerjasama Pemanfaatan atas sebagian tanah dan / atau bangunann yang masih digunakann oleh Pengguna Barang; c. Kerjasama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara selain tanah dan / atau bangunan. Dalam pelaksanaan pengelolaann BMN, dapat terjadi kondisi dimanaa biaya operasional / pemeliharaan / perbaikan yang diperlukan terhadap BMN tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBN / APBD. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengguna/pengelola barang untuk melakukan kerjasama pemanfaatan. Peraturan Pemerintah tersebut juga menyebutkan bahwa Mitra Kerjasama Pemanfaatan (KSP) ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang kurangnya 5 peserta / peminat, kecuali untuk BMN yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukkan langsung. Jangkaa waktu KSP paling lamaa 30 tahun sejak perjanjian ditandatangani, dan dapat diperpanjang. Selain itu disebutkan pula bahwa mitra KSP harus membayar kontribusi tetap tetap ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil KSP ditetapkan dari Hasil Perhitungann TIM yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang. Selama jangka waktu pengoperasian,mitra KSP dilarang menjaminkan atau menggadaikann BMN/D yang menjadi objek KSP. Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan KSP tidak dapat dibebankan pada APBN/APBD. Selanjutnya Penulis akan menjabarkan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangann Nomor 96 / PMK.06/2007 tentang Tata Caraa Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Terkait kebijakan Penggunaan Barang Milik Negara antara lain Dalam pelaksanaan pengelolaan BMN, dapat terjadi kondisi dimana biaya operasional / pemeliharaan / perbaikan yang diperlukan terhadap BMN tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBN / APBD. 10

11 untuk Pemanfaatan Barang Milik Negara diatur hal hal sebagai berikut: Pemanfaatan BMN dapat pula dilakukan terhadap sebagian BMN yang tidak digunakan oleh Pengguna Barang sepanjang menunjang Kementeriann / Lembaga tersebut. Pemanfaatan tersebut diatas tidak mengubah status kepemilikan BMN. Pemanfaatan BMN tersebut diatas dilakukan dalam bentuk : a. Sewa ; b. Pinjam pakai ; c. Kerjasama Pemanfaatan; d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna. Pelaksanaann Pemanfaatan berupa tanah dan / atau bangunan dilakukan oleh Pengelola Barang dan sebagian tanah dan / bangunan dilakukan oleh PenggunaBarangdengan persetujuan Pengelola Barang. 111 Pemanfaatan BMN dilakukan terhadap BMN yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas dan Lembaga. fungsi Kementerian Negara / penyelengaaraan tugas dan fungsi Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 218 / KM.06/ 2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangann Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negaraa Kepada Pejabat Dilingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negaraa Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/ /atau Keputusan Menteri Keuangan Pelaksanaann Pemanfaatan selain tanah dan / atau bangunan dilakukan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang. Pelaksanaan pemanfaatan BMN dapat dilakukan oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang. Terkait hal ini ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 218 / KM.06/ 2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat Dilingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/atau Keputusan Menteri Keuangan. Untuk bentuk pemanfaatan BMN dalam bentuk kerjasama pemanfaatan untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan, pelimpahan wewenang tersebutt dapat dilimpahkan kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi ( Direktur PKNSI), Kepalaa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan

12 Negara (Kakanwil DJKN) dan Kepala Kantor Pelayanann Kekayaan Pelimpahan wewenang ini dapat dilihat padaa bagan dibawah ini. Negara dan Lelang (Kepala KPKNL). BMN Tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang dihitung secara proporsional dari nilai BMN per usulan BMN yang berada di luar negeri. Rp 5 M < Nilai BMN Rp 10 M Rp 2,5 M < Nilai BMN 5 M Rp Nilai BMN < Rp 2,5 M Nilai BMN per usulan Rp 5 M Direktur PKNSI Kakanwil DJKN Kepala KPKNL Direktur PKNSI Apabila dikaji bentuk tingkatan peraturan perundang undangan mengenai kebijakan Kerjasamaa Pemanfaatan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dari Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangann Negara,Undang Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaann Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006tentang Pengelolaan Barang Milik Negara, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/ /PMK.06/2007 tentangtata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara serta Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218/KM.06/2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat Dilingkungan Direktoratt Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/atau Keputusan Menteri Keuangan, jelasterlihat alur pikir kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Negara dalam bentuk Kerjasama Pemanfaatann Barang Milik Negara berupa tanah dan/bangunan, sehingga Penulis berpendapat telah terdapat harmonisasi kebijakan pemanfaatan Barang Milik Negara dalam bentuk Kerjasama Pemanfaatan tanah dan/bangunan Milik Negara. 12

13 Kesimpulan Peraturan perundang undangann mengenai kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Negara dalam bentuk Kerjasama Pemanfaatan Tanah dan / atau bangunan dari Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/ PMK.06/ 2007dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218 / KM.06/ 2013 tidak terjadi disharmoni Kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Negara berupa Kerjasama Pemanfaatan tanah dan / atau bangunan. Dengan kata lain hal ini telah memenuhi amanat yang terdapat dalam Undang bertentangan n Undang Nomor 12 Tahun 2011, yaitu peraturan perundang undangan tersebut tidak boleh antara peraturan yang lebih rendah tingkatannya dengan yang lebih tinggi (Lex Superiori derogate legi Inferiori) dan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan sistematika, mudah dimengerti / jelas bahasa hukumnya sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interprestasi dalam pelaksanaannyaa (memenuhi asas kejelasan rumusan). Sumber / REFERENSI: Peraturan peraturann mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara a. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negaraa b. Undang Undang Nomor1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaann Barang Milik Negara/Daerah; d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; e. Peraturan Menteri Keuangann Nomor 96/ /PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan Dan Pemindah Tanganann Barang Milik Negara; f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218 / KM.06/ 2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenag Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepadaa Pejabat Dilingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangann Menandatangani Surat dan / atau Keputusan Menteri Keuangan Sumber Gambar: a. http: //4.bp.blogspot.com/ eu8jqjbay08/t2wnh4zwhti/aaaaaaaaagi/drpjdgwup c/s320/undang2.jpg b. tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:and9gcs7pswqlolj4mbh_1d7wsveub vsrvsl35dffybw0sqho26w 4Oog c. http: //t2.gstatic.com/images?q=tbn:and9gcsodzk8gvlbblxh0dklz2vgiknerb6_xcyib2utnbo6eldoi5jv 13