PERSEPSI ANAK BINAAN TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DI LSM EMPHATY MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI ANAK BINAAN TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DI LSM EMPHATY MEDAN"

Transkripsi

1 Indrawan & Edward, Kesejahteraan Sosial Anak... PERSEPSI ANAK BINAAN TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DI LSM EMPHATY MEDAN Marlina Parhusip & Sudirman Abstract In poor community is not all of families can fulfill the children s education needs and carry them to school. Whereas education is very essential and important to children s growing. So, Indonesia which has large number of people are the poor families need helping from any one at all to fulfill children s education needs. Hope government helping program carry their children to school is not guaranteed, because government financial ability is limited. Emphaty Fondation is one of NGO who has children s education specific program. Emphaty Fondation has program to help street children from poor families from Medan and suburban area to formal school and informal scholl to get life skill. Emphaty Fondation has Children House. Emphaty Fondation s officials give them education and training. Another program of Emphaty Fondation is get scholarship, so the children get formal school. All of children and their parents agreed, that Emphaty Fondation help them very seriously and care the children s future very well. Keywords: child worker, street children Pendahuluan Semua orang tentu saja sependapat bahwa hidup matinya suatu bangsa di masa mendatang sangat tergantung pada kondisi anakanak sekarang. Anak-anak merupakan generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan oleh bangsa tersebut kepada anak-anak masa kini. Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh yang dapat bersaing diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa kanak-kanak sampai masa-masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Jika masa kanak-kanak mengalami eksploitasi atau perlakuan yang tidak wajar dengan sendirinya pertumbuhan anak tersebut akan terganggu yang berdampak pada perkembangan kemampuan IQ-nya. Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan perlindungan dari eksploitasi atau perlakuan yang tidak wajar. Walaupun begitu, banyak kita jumpai anak terpaksa bekerja dengan alasan sosial ekonomi. Menurut ILO (999) di seluruh dunia saat ini lebih dari 50 juta anak berusia 5 tahun terpaksa bekerja dan kehilangan masa kanak-kanaknya karena mereka harus mencurahkan waktunya terlibat dalam proses produksi, baik di keluarganya sendiri maupun di tempat lain. Munculnya anak-anak jalanan bukan semata karena kemiskinan, tetapi juga karena faktor lain. Salah satunya adalah terjadinya kekerasan dalam keluarga, telah membuat anakanak untuk meninggalkan keluarganya. Kondisi ini semakin potensial bila keluarga itu mengalami tekanan ekonomi. Di berbagai kota besar, dengan mudah disaksikan jumlah anak jalanan terus bertambah dan berkembang, meski sebenarnya sudah cukup banyak upaya yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun LSM, untuk mengurangi jumlah anak yang hidup dijalanan. Kalau dilihat pekerjaan yang ditekuni anak-anak pada umumnya merupakan pekerjaan kasar dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Atas dasar status pekerjaan yang ditekuni, paling Marlina Parhusip adalah Tutor di Yayasan Galatea Medan, Sudirman adalah Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU 6

2 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 tidak dapat dibedakan tiga jenis status, yakni: anak yang bekerja atau berusaha sendiri secara mandiri, anak yang bekerja dan berusaha dengan orang lain, dan anak-anak yang menjadi bagian dari pekerja keluarga. Jumlah anak di Indonesia pada tahun 00 berdasarkan sensus tahun 000 adalah sekitar 79, 8 juta jiwa atau sekitar 7,% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama. Banyaknya jumlah anak-anak yang ada pada saat ini ternyata tidak terlalu mengembirakan. Mengingat kondisi anak-anak yang sangat menyedihkan saat ini. Yang semenjak terjadinya krisis moneter pada tahun 997, jumlah anak putus sekolah adalah anak dan pada tahun 999, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ada sekitar anak yang putus sekolah. Akibat krisis tersebut, banyak anak di Indonesia yang dipaksa atau dengan sukarela terpaksa harus bekerja, mengemis, manjadi anak jalanan ataupun melakukan hal yang melanggar hukum, norma dan susila, seperti melakukan tindak kekerasan dan melacur. Kemiskinan tampaknya merupakan faktor utama penyebab eksploitasi yang dialami oleh anak-anak. Persoalan anak jalanan di kota-kota besar di negeri ini sudah lama diperbincangkan. Sejak krisis ekonomi, jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat 85%. Menurut data yang dikumpulkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 00 jumlah anak terlantar usia 5 8 tahun sebanyak anak dari 0 provinsi. Sedangkan anak balita yang terlantar berjumlah.78, 8 dan anak jalanan tercatat ada 9.67 anak. Anak nakal 9.55, anak yang membutuhkan perlindungan khusus sekitar anak, dan yang potensial terlantar sebanyak anak. Dan sekitar anak Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. ( Di samping alasan ekonomi, meningkatnya anak jalanan dilandasi pula oleh karakter hidup bebas anak jalanan yang sangat sulit diubah. Didaerah kota besar seperti Medan, di berbagai pertigaan atau perempatan lampu merah seringkali kita lihat anak-anak sekitar 5 9 tahun sudah bekerja mencari nafkah sebagai pengemis atau pengamen dewasa yang samasama mencoba mengais rezeki dari belas kasihan pemilik mobil yang terhenti sejenak di daerah lampu merah. Kebanyakan anak jalanan bekerja lebih dari 8 jam per hari, bahkan sebagian di antaranya lebih dari jam per hari. Penghasilan satu anak jalanan mencapai angka Rp..000 sampai Rp (www. kestepro.com). Akibatnya dapat ditebak, anakanak jalanan malas diajak ke habitat normal anak umumnya, misalnya untuk bersekolah. Wajar jika jumlah anak jalanan terus meningkat. Bagi anak-anak jalanan, keterlibatan mereka dalam perekonomian sektor informal biasanya membuahkan rasa bangga dan layak karena kemampuannya menyumbang kepada kelangsungan hidup keluarganya. Namun hal ini juga terbukti pada akhirnya menghilangkan minat anak pada sekolah karena keinginan untuk mendapatkan uang lebih banyak. Kendati penghasilan yang diperoleh anak jalanan itu besarnya kira-kira Rp Rp per hari, bahkan mungkin lebih namun dibandingkan ancaman dan bahaya yang dihadapi, sesungguhnya besar uang yang diperoleh tidaklah dapat dijadikan pembenaran bagi mereka untuk tetap hidup dijalanan. Anak yang hidup dijalanan, mereka bukan saja rawan dari ancaman tertabrak kendaraan, tetapi acapkali juga rentan terhadap serangan penyakit akibat cuaca yang tidak bersahabat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang tidak selayaknya terjadi di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak oleh PBB melalui Kepres No. 6 Tahun 990. Apabila ada negara yang melanggar konvensi ini maka negara tersebut akan mendapat sanksi moral. Konvensi hak anak tersebut menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak-hak yaitu Pertama; hak untuk hidup, setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan akses atas pelayanan kesehatan dan menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan. Kedua; hak untuk tumbuh berkembang, setiap anak berhak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Berhak memperoleh pendidikan baik formal maupun informal secara memadai. Konkretnya anak berhak diberi kesempatan untuk bermain, berekreasi, dan beristirahat. Ketiga; hak memperoleh perlindungan, artinya setiap anak berhak untuk melindungi dari eksploitasi ekonomi dan seksual, kekerasan fisik atau mental, penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang dan segala bentuk diskriminasi, ini juga berlaku bagi anak yang tidak lagi mempunyai orang tua dan anak-anak 6

3 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... yang berada di kamp pengungsian. Mereka berhak mendapatkan perlindungan. Keempat; hak untuk berpartisipasi, artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandanganpandangan, ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak (Konvensi Hak Anak, 999). Di dalam Keputusan Presiden No. 6 Tahun 990 tentang Hak-Hak Anak dinyatakan anak-anak seperti juga halnya dengan orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan khusus dan kerawanannya, maka hak-hak anak perlu diperlakukan dan diperhatikan secara khusus. Adapun hak-hak anak, antara lain sebagai berikut:. Hak untuk hidup yang layak, di mana setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhankebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.. Hak untuk berkembang, di mana setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan. Mereka berhak mendapatkan pendidikan, bermain, mengeluarkan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinanya, dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya.. Hak untuk dilindungi, di mana setiap anak berhak utuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekuatan ketidakpedulian dan eksploitasi.. Hak untuk berperan serta, di mana setiap anak berhak utuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya termasuk kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan. 5. Hak untuk memperoleh pendidikan. Sebagai manusia yang tengah tumbuh kembang, anak memiliki keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarga seringkali tidak memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan orang tuanya rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua, masyarakat, dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal. Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah anak jalanan yang sangat besar di Indonesia. Menurut data dari beberapa lembaga swadaya masyarakat di Medan, menyebutkan bahwa jumlah anak-anak jalanan yang tersebar di sudut-sudut Kota Medan pada tahun 00 lebih kurang berjumlah 000 anak. Sedangkan menurut aparat pemerintah memperkirakan jumlah anak jalanan di Kota Medan berjumlah lebih kurang 5000 anak ( Menurut data dari Departemen Sosial Republik Indonesia di Jakarta (00) mencatat jumlah anak jalanan di Sumatera Utara.80 anak, sedangkan menurut data dari organisasi masyarakat terdapat sekitar anak (Analisa, 9 Maret 00). Keadaan ini bila terus dibiarkan akan menimbulkan masalah sosial yang lebih parah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia jalanan adalah dunia yang penuh dengan kekerasan dan eksploitasi. Berbagai penelitian, laporan program, hasil monitoring, dan pemberitaan media massa telah banyak mengungkapkan situasi buruk yang dialami oleh anak jalanan. Terjadinya hubungan seksual pranikah, terkena penyakit menular seksual, pemakaian obat-obat terlarang, homoseksual dan kekerasan seksual (Kompas, 6 Februari 999) Kemiskinan keluarga telah mendorong orang tua untuk memaksa anak bekerja. Kurangnya keterampilan dan pendidikan merupakan alasan mengapa mereka kemudian terjun ke sektor informal yang seringkali menuntut mereka untuk bekerja tanpa batas waktu, sehingga keberadaan anak-anak jalanan dalam jangka waktu yang lama menjadi tidak terelakkan. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan munculnya masalah-masalah sosial yang akut di antaranya banyaknya anak yang putus sekolah atau sama sekali tidak sekolah. Pergaulan dan lingkungan jalanan juga membawa perubahan ke arah pelecehan dan pelanggaran norma dan hukum. Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan dalam menangani masalah anak jalanan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh 65

4 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 pemerintah dalam menangani anak jalanan mendapat dukungan dari masyarakat yang terbukti dengan terbentuknya lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan misalnya lembaga swadaya masyarakat, lembaga non-pemerintah, panti sosial dan yayasan-yayasan lainnya. Melihat kondisi anak jalanan yang semakin lama semakin muncul kepermukaan, semakin banyak pula lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi masalah anak jalanan tersebut. Seperti lembaga swadaya masyarakat, pendampingan anak jalanan melalui rumahrumah singgah, dan lembaga sosial lainnya. Salah satu lembaga yang aktif dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak jalanan di Kota Medan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Emphaty Medan. Berbagai kegiatan dilakukan oleh lembaga ini dalam rangka mendampingi masyarakat miskin perkotaan khususnya anak-anak yang beraktivitas dan mencari penghidupan di jalanan. Metode Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 990; 6). Penelitian ini dilakukan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Emphaty Medan yang berada di Jalan Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan. Alasan memilih lokasi ini adalah saya tertarik untuk mengetahui sejauh mana anak-anak jalanan tersebut menerima program pendidikan yang diberikan LSM Emphaty. Di mana kebanyakan dari anak-anak tersebut banyak yang putus sekolah, tidak sekolah atau bahkan kurang mendapatkan pendidikan karena diharuskan untuk bekerja. LSM ini merupakan lembaga kemasyarakatan yang memberikan bantuan bagi anak jalanan salah satunya adalah dengan memberikan program pendidikan. Dan dengan adanya program tersebut diharapkan kelak anak jalanan tersebut dapat membaca, menulis, dan lebih memahami kehidupan mereka yang berada di jalanan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak jalanan yang ada di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Emphaty Medan yang terdiri dari 00 anak. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 0% dari 00 yaitu 0 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan peneliti adalah purposive sampling yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam menentukan sampel dengan menggunakan purposive sampling adalah dengan pertimbangan usia anak jalanan, di mana anak jalanan yang peneliti anggap dapat mengerti dan memahami kegunaan dari program yang diberikan lembaga tersebut adalah anak yang berusia sekolah 0 8 tahun. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini digunakan wawancara yang dipadu dengan kuesioner. Dengan instrumen (alat) ini, data yang dapat dihimpun bersifat informasi dengan atau tanpa penjelasan/interprestasi berupa pendapat, buah pikiran, penilaian, ungkapan perasaan, dan lainlain (Nawawi, 995; 9). Teknik analisa data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik analisa data tabel tunggal (tabel frekuensi). Teknik ini dilakukan dengan mentabulasikan data yang berhasil dijaring melalui keteranganketerangan dari para responden dan kemudian di cari frekuensinya dan dicari persentasenya dari hasil jawaban yang terkumpul. Kemudian tabel dibuat dan diberikan representasi sesuai dengan gejala-gejala yang diamati selaras dengan teori yang diberikan dalam penelitian ini. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebelum kita analisis data yang bersumber dari variabel, sebelumnya kita perlu mengenal responden, di mana kita awali berdasarkan usia seperti yang disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Berdasarkan Usia No. Usia F % 5 tahun 0 tahun tahun 5 tahun 6 tahun 0 tahun 8 9 0,0 Total 0 00,0 Usia anak yang turun ke jalan untuk mencari nafkah beragam. Pada umumnya anak 66

5 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... mulai bekerja pada usia sekolah. Usia mereka ini tergolong masih sangat muda dan seharusnya mereka tidak berada di jalanan. Pada usia ini semestinya anak-anak tersebut mengisi masa kecilnya dengan bermain, sekolah, dan bukan memikirkan bagaimana caranya mencari uang. Tetapi karena keadaan ekonomi keluarga yang minim, mereka dituntut untuk dapat ikut memenuhi kebutuhan keluarga. Dilihat dari segi jenis kelamin, baik responden laki-laki maupun responden perempuan besarnya jumlah anak jalanan pada kelompok usia 0 5 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan adalah mereka yang usia remaja/usia sekolah dan merupakan aset bangsa yang potensial. Ditegaskan dalam UU No. 0/999 mengenai batas minimum anak yang bekerja adalah 5 tahun, anak diperbolehkan untuk bekerja dengan catatan tidak membahayakan kesehatan, keselamatan, dan tidak menganggu mereka disekolah/pelatihan; kejuruan. Sementara anak-anak yang berusia 5 tahun tidak boleh bekerja karena sangat membahayakan mental dan kesehatannya sebab pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang tidak boleh dilakukan di bawah umur 8 tahun. Selanjutnya kita perlu meninjau responden berdasarkan pendidikan seperti yang disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan F % Tidak sekolah SD SLTP SMU Total 0 00,0 Anak-anak yang berada di LSM Emphaty ini, rata-rata masih duduk di bangku sekolah. Jumlah anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar dan sekolah lanjut tingkat pertama hampir seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak anak yang berusia muda terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk membantu orang tuanya. Mereka bekerja dijalanan pada waktu mereka belum memasuki jam sekolah atau setelah keluar dari jam sekolah. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena akan membuat anak menjadi malas untuk bersekolah. Sedangkan anak yang tidak bersekolah hanya 5% dari jumlah keseluruhan responden yang menjadi sampel. Penyebab utamanya adalah keterbatasan biaya untuk sekolah atau melanjutkan sekolah mereka karena orang tua mereka memiliki perekonomian rendah. Demikian halnya dengan faktor jumlah anggota keluarga responden sangat perlu diketahui, karena berdampak terhadap pengelolaan keluarga, di mana data tentang hal ini disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No. Jumlah Anggota F % orang 6 orang 7 9 orang 5 0,0 7 Total 0 00,0 Jumlah keluarga yang besar cenderung membuat keluarga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Prinsip banyak anak, banyak rejeki ternyata tidak selalu benar. Hal ini terlihat dari gambaran anak-anak jalanan yang ada di LSM Emphaty. Jumlah anggota keluarga yang banyak mengakibatkan orang tua tidak mampu untuk membiayai kebutuhan sehari-hari apalagi untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Sehingga membuat anak-anak turun ke jalan guna membantu perekonomian keluarganya. Pendidikan adalah barang yang berharga bagi orang tua juga bagi masyarakat. Jika sebuah keluarga memiliki lebih dari 5 anak, keluarga besar seperti itu akan sulit memperbaiki pengasuhan dan pendidikan anak dan menghalangi seluruh upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan keluarga (Julian, 00: 7) Data lain yang perlu kita ketahui adalah apakah responden hidup atau tinggal bersama keluarga atau tidak. Data mengenai hal ini disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Hidup Bersama Keluarga No. Jawaban Responden F % Bersama keluarga Tidak bersama keluarga 7 8 Total 0 00,0 67

6 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 Jumlah anak jalan yang tinggal dengan keluarganya lebih banyak atau sekitar 85% dari anak jalanan yang tidak tinggal dengan keluarganya atau sekitar 5%. Pola hubungan sosial yang terjadi dalam situasi sosial anak jalanan dapat dilihat dari beberapa aspek. Salah satu aspek tersebut adalah: Tinggal dengan orang tua sampai putus dengan orang tuanya. Terdapat hubungan anak jalanan dengan orang tuanya, yaitu: a. Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, yakni: tinggal dijalanan, disebut anak yang hidup dijalanan (children of the street). b. Anak yang tidak berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. Umumnya mereka tidak bersekolah lagi, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sebulan, dua bulan atau tiga bulan sekali. Disebut anak yang bekerja di jalanan (children on the street) c. Anak masih tinggal dengan orang tuanya, tiap hari mereka pulang ke rumah, masih sekolah atau sudah putus sekolah. Disebut anak yang rentan menjadi anak jalanan (vulnerable to be the street children) Pengelompokan di atas dapat menunjukkan tingkat kesulitan penanganan anak jalanan. Anak yang hidup di jalanan apalagi sudah lama di jalanan sangat sulit ditangani dan memakan waktu lama karena tiada kelompok pendamping dan sudah terinternalisasinya nilai-nilai jalanan dalam sikap dan perilaku mereka. Hidup atau tinggal dengan pihak siapa responden penelitian ini, perlu lebih dirincikan seperti yang disajikan datanya pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggal dengan Siapa No. Dengan Siapa F % Keluarga kandung Rumah singgah 7 8 Total 0 00,0 Pada Tabel 5 di atas anak jalanan memiliki tempat tinggal artinya mereka hidup bersama orang tua atau tinggal bersama orang tua sebanyak 7 orang (85%). Sebagian besar anak jalanan masih tinggal dengan keluarga kandung mereka karena jarak antara LSM Emphaty dengan rumah orang tua mereka tidak terlalu jauh. Ada juga anak yang tinggal di LSM Emphaty yaitu ada orang (5%) karena mereka benar-benar tinggal jauh dari rumah orang tuanya dan tidak memiliki saudara kandung yang dekat dengan LSM Emphaty tersebut. Anak-anak yang tinggal di LSM Emphaty ada yang berasal dari luar kota yaitu berasal dari Kota Kabanjahe dan Sidikalang. Mereka meninggalkan orang tuanya karena mereka tidak lagi bersekolah. Dan untuk mengurangi beban keluarganya, maka anak tersebut pergi meninggalkan rumah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seharihari. Apakah responden berasal dari keluarga broken home? Datanya disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Orang tua No. Status Orang Tua F % Bercerai Tidak bercerai Ayah/ibu meninggal 6 80,0 Total 0 00,0 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anak-anak jalanan yang berada di LSM Emphaty masih memiliki orang tua atau keluarga yang utuh. Hanya sekitar 5% saja anak dari jumlah keseluruhan yang berada di LSM Emphaty di mana orang tuanya telah bercerai. Hal ini tentunya sangat mengganggu perkembangannya. Diketahui bahwa anak yang memiliki orang tua bercerai tidaklah selalu begitu menguntungkan. Kehilangan salah satu perhatian atau kasih sayang dari salah satu orang tua menyebabkan anak mencari kelengkapan tersebut di luar. Salah satunya diperoleh dari pergaulan di jalanan. Di mana kekosongan tersebut dapat diisi oleh teman-teman sebaya yang berada di jalan. Sedangkan anak yang kehilangan orang tua yang dikarenakan meninggal hanya 5% dari jumlah anak yang ada di LSM Emphaty. Keharmonisan hubungan dalam keluarga sangat mendukung perkembangan anak. Pada 68

7 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... Tabel 7 berikut disajikan hubungan keluarga responden. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga No. Hubungan Keluarga F % Harmonis Kurang harmonis Tidak harmonis 7 60,0 Total 0 00,0 Dalam keadaan yang normal, maka lingkungan yang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudarasaudaranya serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi (Soerjono, 990: 70). Meningkatnya gejala keluarga seperti kemiskinan, pengangguran, perceraian, kawin muda serta kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan hubungan dalam keluarga tidak harmonis. Kenyamanan yang diharapkan anak dalam keluarga tidak dapat diperoleh lagi. Pertengkaran antara sesama anggota keluarga menyebabkan kurangnya komunikasi. Agar anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas, maka tugas tersebut menjadi tanggung jawab orang tua. Akan tetapi kenyataan menunjukkan orang tua belum sepenuhnya memberikan yang menjadi hak-hak anak sebagai manusia. Adapun hak anak secara universal dalam konvensi hak-hak anak terdiri dari: hak kelangsungan hidup, yakni hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sehingga terhindarkan dari berbagai penyakit infeksi mematikan. Selanjutnya adalah hak berkembang, yakni pemberian gizi dan pendidikan yang baik serta kebutuhan sosial budaya yang memungkinkan anak dapat berkembang sebagai manusia dewasa beridentitas dan bermartabat. Di samping itu juga terdapat hak memperoleh perlindungan, yakni hak memperoleh perlindungan dari berbagai diskriminasi dan tindak kekerasan baik karena warna kulit, ideologi, politik, agama, maupun kondisi fisik. Hak untuk berpartisipasi juga sangat penting, yakni hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang menyangkut kepentingan hidupnya. Belum terpenuhinya hak-hak anak disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Ali Bustam (98: ) hal ini dipengaruhi oleh, seperti hubungan yang tidak serasi dalam keluarga ketegangan dan perceraian orang tua, orang tua terlalu sibuk sehingga kurang memperhatikan anak, ketidakmampuan orang tua secara sosial dan ekonomi, dan pengaruh lingkungan yang sifatnya negatif. Sikap orang tua terhadap anak juga mempengaruhi sikap betah atau tidak anak di rumah, di mana datanya disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Orang tua No. Sikap Orang Tua F % Perhatian Kurang perhatian Tidak perhatian 5 7 0,0 Total 0 00,0 Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan sebaliknya perlakuan orang tua terhadap anak mempengaruhi sikap anak terhadap orang tua dan perilaku orang tua itu sendiri. Pada dasarnya hubungan orang tua dengan anak tergantung pada sikap orang tua. Jika sikap orang tua menguntungkan, maka hubungan orang tua dan anak akan jauh lebih baik daripada sikap orang tua yang tidak positif. Sikap orang tua sangat menentukan hubungan keluarga. Jika sikap ini positif, tidak akan ada masalah. Sikap orang tua tidak hanya mempunyai pengaruh kuat pada hubungan di dalam keluarga, tetapi juga pada sikap dan perilaku anak. Kebanyakan orang tua yang berhasil setelah dewasa berasal dari keluarga dengan orang yang bersikap positif dan hubungan antara mereka dan orang tua sehat. Menurut Harlock terdapat beberapa sikap orang tua yang khas, yaitu: 69

8 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman Melindungi secara berlebihan, mencakup pengasuhan dan pengendalian.. Permisivitas/membiarkan anak berbuat sesuka hati atau anak yang berlebihan dengan sedikit kekurangan.. Memanjakan, anak menuntut perhatian dan pelayanan dari orang lain yang menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk di rumah dan di luar rumah.. Penolakan, mengabaikan kesejahteraan anak/dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang terbuka. 5. Penerimaan, ditandai dengan perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Anak diterima umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, loyal secara emosional stabil dan gembira. 6. Dominasi, pada anak yang didominasi sering berkembang rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban. 7. Tunduk pada anak, orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi dan rumah mereka. Anak belajar untuk menentang semua yang berwenang dan mencoba mendominasi orang di luar lingkungan rumah. 8. Favoritisme, meskipun orang tua berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya daripada anak lain dalam keluarga. Faktor lain yang perlu kita ketahui adalah pekerjaan orang tua, sebagaimana disajikan datanya pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua No. Pekerjaan Orang Tua F % Buruh kasar Tukang becak Pengangguran Supir Petani Berjualan Dan lain-lain 9 0,0 0,0 0,0 Total 0 00,0 Fenomena anak jalanan pada saat ini dipandang sebagai suatu gejala dalam masyarakat terutama merebak di kota-kota besar. Timbulnya anak jalanan yang sudah melebar di provinsi, sudah dikatakan menjadi suatu permasalahan bangsa bukan semata karena jumlahnya yang semakin banyak dengan persebarannya yang semakin meluas, tetapi telah terkait dengan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Salah satu penyebab utama permasalahan anak jalanan adalah faktor kemiskinan para orang tuanya, terlebih lagi dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, yang membuat mereka semakin terpuruk. Kemiskinan para orang tua tidak saja menjadi penyebab, tetapi sebagai suatu akibat dari beberapa faktor seperti kondisi sosial dan ekonomi yang tidak mendukung untuk kelangsungan hidup dan penghidupan suatu keluarga. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar orang tua dari anak-anak jalanan bekerja di sektor informal. Pendapatan dari pekerjaan tersebut tidaklah begitu besar. Apalagi bila didukung dengan jumlah anggota keluarga yang besar. Maka sangatlah tidak mungkin untuk terpenuhinya kebutuhan hidup sehariharinya. Selain mengetahui pekerjaan orang tua, kita juga perlu mengetahui pekerjaan responden sendiri, di mana datanya disajikan pada Tabel 0 berikut. Tabel 0. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan Responden F % 5 6 Jual rokok Jual koran Jual plastik Tukang semir Tukang parkir Pemulung 5 0,0 0,0 Total 0 00,0 Krisis moneter yang melanda negara kita telah menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja, kehilangan 70

9 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... pekerjaan, menurunnya daya beli, serta harga bahan pokok yang melambung, sehingga keluarga tidak mampu memenuhi hak dan kebutuhan anak. Akibat lebih jauh yaitu banyaknya anak yang terpaksa harus meninggalkan orang tua dan rumah serta meninggalkan sekolah guna mengais nafkah di jalan. Situasi kehidupan di jalan memang memberikan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan nafkah atau sekedar bergaul dan bermalam bersama dengan teman-teman sebaya. Hampir semua anak jalanan melakukan pekerjaan yang sama misalnya menyemir sepatu, mengamen, menjual koran, pengasong sering terlihat bersama-sama atau meski sendirian melakukan pekerjaan yang sama tidak jauh dari mereka. Menurut Tata Sudrajat bahwa anak jalanan didorong oleh kondisi keluarga dan ekonomi seperti:. Mencari nafkah. Terlantar. Ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar. Kesulitan berhubungan dengan keluarga dan tetangga 5. Lari dari kewajiban. Pekerjaan anak jalanan secara umum terbagi dua, yakni pekerjaan yang membutuhkan modal dan jasa, misalnya untuk yang memerlukan modal adalah tukang asong, tukang koran, penyemir sepatu, dan beberapa pekerjaan lainnya. Sedangkan jenis yang memerlukan jasa meliputi mengemis, mengamen, pemulung, tukang parker, dan pekerjaan lainnya yang memerlukan tenaga. Sebagai orang yang terjun secara langsung dalam bekerja, tentu responden memiliki pendapatan, di mana datanya disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan No. Penghasilan Responden F % Rp.000 Rp Rp Rp Rp.000 Rp Rp Rp ,0 0,0 0,0 Total 0 00,0 Bagi anak-anak yang kerjanya sebagai penjual plastik, jual koran, jual rokok, dan pemulung, rata-rata memperoleh penghasilan di bawah Rp 0.000,- bahkan ada juga anak-anak tersebut yang memperoleh penghasilan di bawah Rp 5.000,-. Ini disebabkan banyaknya anak yang memiliki pekerjaan yang sama. Sehingga mereka harus bersaing untuk memperoleh penghasilan yang lebih banyak lagi. Persaingan mereka biasanya adalah dengan lebih giat lagi untuk bekerja. Sebagian besar anak-anak jalanan memperoleh penghasilan yang lumayan banyak. Anak-anak yang memperoleh penghasilan yang banyak tersebut adalah mereka yang bekerja sebagai tukang semir, tukang parkir, maupun lainnya. Mereka mampu mengumpulkan uang per harinya sebesar Rp Rp Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Penghasilan No. Alokasi Penghasilan F % Membantu keluarga Keperluan sekolah Untuk sendiri ,0 Total 0 00,0 Sebagian besar anak jalanan mempergunakan uangnya untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya. Selain itu, uang yang mereka peroleh biasanya dipergunakan untuk kebutuhan sendiri dan keperluan sekolahnya. Jarang ada anak jalanan yang teratur menabung terus menerus meskipun penghasilannya besar seringkali tidak konsisten. Jadi uang yang disimpan tidak bertahan lama, kemudian digunakan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apakah pendapat responden mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya? Data mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan No. Pemenuhan Kebutuhan F % Ya Tidak 6 0,0 70,0 Total 0 00,0 7

10 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 Minimnya pendapatan yang diperoleh oleh anak jalanan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebagian anak merasa kebutuhannya tidak terpenuhi dikarenakan semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dari hari ke hari. Berbeda dengan sebagian anak lainnya yang merasa terpenuhi dengan penghasilan yang diperolehnya. Mereka hanya membutuhkan sedikit untuk membantu orang tuanya. Karena sebagian kebutuhan hidupnya, orang tuanyalah yang memenuhinya. Sewajarnya anak-anak yang menjadi responden belum memasuki dunia pekerjaan, namun kondisi yang dihadapi memaksa mereka terjun ke dunia kerja. Apakah mereka senang bekerja atau tidak, datanya disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Sikapnya Bekerja No. Sikap Bekerja F % Senang Tidak senang 6 0,0 70,0 Total 0 00,0 Banyak anak-anak tersebut merasa tidak senang dengan pekerjaan mereka sekarang. Karena sebagian dari mereka masih duduk di bangku sekolah. Alasannya adalah mereka tidak memiliki banyak waktu untuk belajar ataupun mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Selain itu perasaan lelah, juga menjadi ketidaksenangan mereka terhadap apa yang mereka kerjakan sekarang. Sedangkan beberapa anak-anak yang lainnya merasa senang dengan pekerjaan mereka. Dengan bekerja mereka memperoleh uang. Di mana penhasilan tersebut mereka bisa pergunakan untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. Informasi yang perlu kita ketahui adalah tentang bekerjanya si anak, apakah atas pengetahuan orang tua atau tidak, di mana datanya disajikan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua atas Pekerjaan Responden No. Jawaban Responden F % Diketahui orang tua Tidak diketahui orang tua 7 6 Total 0 00,0 Tingkat pendidikan, keterampilan orang tua menjadi gantungan hidup mereka, setidaknya secara formal, ternyata kurang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang mampu memberikan penghasilan yang mendekati atau memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Sebagian dari orang tua itu adalah pekerja kasar, buruh, pegawai rendah, dan pengangguran. Ekonomi keluarga anak jalanan semakin dipersulit oleh besarnya kebutuhan yang ditanggung oleh kepala keluarga mereka. Kebanyakan dari mereka mempunyai saudara kandung sekitar 6 orang atau lebih. Kondisi ekonomi keluarga seperti ini menyebabkan orang tua mereka memprioritaskan kelangsungan hidup keluarga daripada pendidikan anak-anak mereka. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sekitar 65%, orang tua dari anak-anak tersebut mengetahui pekerjaan yang dilakoni oleh anakanaknya. Dan selebihnya yaitu 5% orang tua anak-anak tersebut tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh anaknya. Dukungan orang tua atas kegiatan si anak sangat diperlukan, termasuk dalam hal pekerjaan anak, di mana datanya disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Orang Tua atas Pekerjaannya No. Jawaban Responden F % Didukung Tidak didukung 6 0,0 80,0 Total 0 00,0 Ternyata, meskipun orang tua banyak yang mengetahui apa yang dikerjakan oleh anak-anaknya tidak selalu mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya. Dikarenakan untuk membantu orang tuanya, anak-anak tersebut tetap melakukan pekerjaannya. 7

11 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... Sebanyak 0% dari jumlah anak-anak tersebut malah memperoleh dukungan dari orang tuanya. Hubungan anak dengan orang tua dapat pula dilihat dari latar belakang anak berada di jalanan untuk menolong orang tuanya. Beberapa latar belakang yang muncul adalah:. Kesadaran anak sendiri menolong orang tua dan dirinya sendiri.. Anak diminta membantu memenuhi kebutuhan keluarganya secara sukarela.. Anak disuruh bekerja dengan kewajiban menyerahkan penghasilan padanya. Jika tidak, mereka memperoleh hukuman (child abuse).. Anak ditolak orang tua atau diusir dari rumah. 5. Anak meninggalkan rumah karena orang tua bercerai atau tidak tahan dengan tindak kekerasan. Sudah berapa lama responden mendapat binaan dari LSM Emphaty? Informasi ini sangat perlu diketahui, di mana datanya disajikan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Dibina LSM Emphaty No. Lama Responden F % tahun tahun tahun 6 tahun 7 6 Total 0 00,0 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anak-anak jalanan telah lama mengetahui dan tetap berada di LSM Emphaty. Ada orang (65%) yang masih tetap berada di lsm Emphaty selama tahun tahun. Sedangkan untuk masa tahun 6 tahun berada di LSM Emphaty sebanyak 7 orang (5%). Sedangkan data tentang sumber informasi tentang LSM Emphaty bagi responden dapat diketahui pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang LSM Emphaty No. Sumber Informasi F % Teman Orang tua Pekerja sosial Tahu sendiri 8 60,0 0,0 Total 0 00,0 Pada Tabel 8 tentang informasi mengenai keberadaan LSM Emphaty, para responden lebih banyak tahu dari temantemannya yaitu orang (60%), berasal dari orang tua sebanyak 5%. Akan tetapi ada juga anak-anak tersebut yang mengetahui keberadaan LSM Emphaty dari pekerja sosial. Meskipun hanya sebagian kecil saja yaitu orang (5%) namun dapat memberikan perhatian anak tersebut untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik untuknya. Dan informasi yang didapat sendiri berjumlah 8 orang (0%). Mereka mengetahuinya dan melihat sendiri ketika mereka beraktivitas melewati LSM Emphaty. Hampir keseluruhan anak-anak jalanan yang berada di LSM Emphaty telah terdaftar. Mereka mengatakan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh ketika berada di LSM Emphaty. Dan menurut mereka tidak ada ruginya bila mereka terdaftar di LSM Emphaty. Tanggapan responden secara umum terhadap LSM Emphaty umum disajikan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapannya terhadap LSM Emphaty No. Tanggapan Responden F % Menyenangkan Kurang menyenangkan 9 9 Total 0 00,0 Anak-anak jalanan yang berada di LSM Emphaty ini merasa senang (95%). Karena selama ini mereka merasakan masih ada orang atau pihak yang memperhatikan dan peduli dengan keadaan mereka. Di LSM Emphaty, mereka memperoleh banyak teman dan sering bermain bersama. Sebagai orang yang telah bergabung dan mendapat binaan dari LSM Emphaty, responden semestinyalah mengetahui keberadaan institusi tersebut dengan segala programnya, di mana menyangkut hal ini disajikan datanya pada Tabel 0. Tabel 0. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan atas Program Pendidikan di LSM Emphaty No. Informasi Program F % Tahu Tidak tahu 9 9 Total 0 00,0 7

12 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 Dari Tabel 0 di atas sekitar 9 orang (95%) mengetahui tentang program-program yang diberikan oleh LSM Emphaty. Pekerja sosial juga berperan dalam memberitahu program-program apa saja yang ada di lembaga tersebut. Sehingga memudahkan mereka untuk memilih ataupun lembaga tersebut yang memilih jenis program apa yang cocok untuk anak-anak tersebut disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Hanya orang (5%) saja yang tidak mengetahui program tersebut. Tentang ketertarikan mengikuti program pendidikan, 0 (00%) orang anak jalanan merasa tertarik untuk mengikutinya. Karena kegiatan yang dilakukan oleh LSM tersebut tidak menganggu aktivitas mereka sehari-hari. Dan banyaknya manfaat yang dirasakan oleh mereka membuat mereka tetap berminat untuk berada di LSM Emphaty. Sedangkan data tentang jenis pendidikan yang diikuti responden dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Program Pendidikan yang Diikuti No. Program yang Diikuti F % Beasiswa Belajar paket A,B, C Les ,0 Total 0 00,0 Dari sekian banyak anak yang memperoleh program pendidikan, program jenis tambahan belajarlah yang paling banyak diikuti oleh mereka (50%). Sebagian besar dari mereka masih duduk di bangku sekolah. Dan ketika mereka pulang sekolah, mereka harus melakukan kegiatan sehari-hari mereka yaitu membantu orang tuanya untuk mencari nafkah. Sehingga tidak cukup banyak waktu untuk mengulang kembali pelajaran dari sekolah mereka. Dan untuk itu, mereka memanfaatkan program yang diberikan oleh LSM Emphaty untuk dapat mengulang dan mengejar ketertinggalan mereka. Dan sekitar 7 orang (5%) yang ikut mengambil program beasiswa. Beasiswa yang diberikan ini berupa uang untuk pembayaran uang sekolah mereka, keperluan sekolah, dan bantuan berupa buku-buku pelajaran sekolah. Dan selebihnya ada orang (5%) yang mengambil program paket A (SD), paket B (SLTP), dan paket C (SMU). Di antara ketiga paket tersebut, ketiga-tiganya mengambil program paket B setara dengan SLTP. Di mana mereka tidak sampai menamatkan sekolahnya waktu SLTP. Alasan dari ketiga responden adalah masalah ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan sekolah mereka. Dan di sinilah mereka dapat memperoleh dan melanjutkan pendidikan mereka. Hal yang sangat perlu diketahui adalah perihal partisipasi responden dalam program yang dilakukan oleh LSM Emphaty, dimana datanya disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi dalam Program No. Partisipasi F % Aktif Kurang aktif 8 90,0 0,0 Total 0 00,0 Tabel partisipasi responden dalam mengikuti program yang diberikan oleh LSM Emphaty keseluruhannya diikuti secara aktif yaitu 8 orang (90%) sedangkan orang (0%) lagi mengatakan kurang aktif untuk mengikutinya. Kadang mereka lupa untuk mengikutinya karena keasyikan bermain ataupun bekerja di luar. Namun mereka masih mengikutinya sekali-kali agar mereka bisa melanjutkan pendidikan di atasnya lagi yakni SMU. Mereka mengatakan cukup hanya sampai SMU-lah mereka untuk bersekolah. Karena untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membayarnya. Terdapat beberapa alternatif program yang dapat diikuti oleh responden. Data berikut ini merupakan informasi tentang siapa yang aktif dalam menentukan pilihan program yang diikuti tersebut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Program No. Yang Menetapkan F % Responden sendiri LSM Emphaty 8 0,0 90,0 Total 0 00,0 7

13 Parhusip & Sudirman, Persepsi Anak Binaan... Dari Tabel yaitu tabel penentuan jenis program apa yang harus anak-anak jalan ambil dapat diketahui bahwa sekitar 8 orang (8%) mengatakan bahwa program yang mereka ambil sekarang ini, ditentukan oleh pihak yayasan. Di sini yayasan melihat bahwa anak-anak jalanan yang berada di LSM Emphaty kebanyakan masih duduk di bangku sekolah atau usia sekolah. Dan program yang cocok untuk mereka ikuti adalah jenis program tambahan belajar, beasiswa dan belajar paket A, B, dan C. Sedangkan untuk orang (0%) lagi lebih senang untuk memilih jenis program yang diminati. Hampir seluruh responden berpendapat bahwa program yang diberikan oleh LSM Emphaty sangat baik. Ini disebabkan oleh setiap program yang diberikan pada mereka, mereka merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bagi mereka yang masih duduk dibangku sekolah, maka LSM Emphaty akan memberikan bantuan berupa beasiswa, peralatan sekolah, dan buku-buku sekolah sedangkan bagi mereka yang putus sekolah, diberikan berupa pelatihan keterampilan maupun belajar paket A, B, dan C. Seluruh anak yang berada di LSM Emphaty merasa senang. Hal ini diperoleh dari hasil kuesioner yang didapat dengan jumlah responden yang menyatakan senang ada sebanyak 0 orang (00%). Penulis juga dapat melihat ekspresi mereka ketika berada di LSM Emphaty. Mereka terlihat bahagia dan tampak bercanda dengan teman-temannya ketika mereka berkumpul. Selain itu terkadang ada anak yang datang kepada pekerja sosial untuk sekedar mengobrol atau bercerita tentang keluarganya. Hampir seluruh responden setuju atau menjawab bahwa semenjak mereka berada di LSM Emphaty dan mengikuti program-program LSM Emphaty, pengetahuan atau keterampilan mereka semakin bertambah. Keingintahuan yang besar tentang suatu pelajaran membuat anakanak tersebut untuk lebih maju dari temantemannya. Baik teman di sekolah maupun di LSM Emphaty itu sendiri. Selama berada di LSM Emphaty, responden tentu mengetahui kelengkapan sarana dan kegiatan belajar, di mana respons mereka disajikan pada Tabel berikut. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Kelengkapan Sarana dan Kegiatan Belajar di LSM Emphaty No. Kelengkapan F % Lengkap Kurang lengkap 6 70,0 0,0 Total 0 00,0 Pada umumnya anak jalanan berpendapat bahwa sarana yang dapat mendukung kegiatan belajar yang ada di LSM Emphaty sudah cukup lengkap. Peralatan yang mendukung adalah tersedianya 6 unit komputer yang sewaktuwaktu dapat dipergunakan oleh anak jalanan untuk belajar yang dipandu oleh pekerja sosial yang ada di LSM Emphaty tersebut. Sedangkan sebagian kecil berpendapat bahwa sarana yang ada di LSM Emphaty kurang lengkap. Penilaian ini cukup positif di mana anak merasa bahwa sarana yang ada di LSM Emphaty perlu penambahan ataupun perbaikan sehingga nantinya anak dapat lebih tertarik untuk belajar ataupun berlatih guna kemajuan anak-anak itu sendiri. Sikap senang atau tidak senang dari responden terhadap program yang diselenggarakan oleh LSM Emphaty merupakan persepsi tersendiri dari responden terhadap LSM Emphaty, di mana datanya disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Program No. Senang F % Senang Biasa-biasa saja 7 8 Total 0 00,0 Tabel 5 menunjukkan bahwa sekitar 7 orang (85%) merasa senang terhadap programprogram yang ada di LSM Emphaty. Hal ini sangat membantu para anak-anak jalanan yang masih bersekolah dan kurang mampu untuk dapat lebih maju dan sama dengan anak-anak lainnya. Dan orang (5%) anak-anak lainnya berpendapat biasa saja terhadap program yang dijalankan oleh LSM Emphaty. 75

14 Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Januari 006, Volume 5, Nomor, Halaman 6-80 Apakah menurut responden perlu atau tidak dilakukan penambahan program? Data tentang hal tersebut akan disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Penambahan Program No. Jawaban Responden F % Perlu Tidak perlu 9 5 Total 0 00,0 Menurut anak-anak tersebut, perlu adanya penambahan program baru yaitu rekreasi, gerak jalan (olahraga), dan bela diri dengan alasan agar mereka tidak hanya belajar saja tetapi refreshing untuk menghilangkan kebosanan perlu juga diadakan. Sedangkan olahraga bela diri alasannya adalah supaya mereka dapat melindungi diri dari orang-orang jahat dan perlakuan kasar yang mereka terima ketika berada di jalanan. Mereka berharap kepada pihak lembaga melalui kuesioner yang penulis sebarkan, benar-benar dipertimbangkan oleh pihak yayasan. Persepsi responden tentang kemanfaatan program yang diselenggarakan LSM Emphaty merupakan kunci keikutsertaan dan kesungguhan mereka dalam menjalani program tersebut, di mana datanya disajikan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemanfaatan Program No. Manfaat F % Ya Tidak 9 9 Total 0 00,0 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa 9 orang (95%) anak mengatakan bahwa banyak manfaat yang mereka peroleh ketika mengikuti program di LSM Emphaty. Selain bertambahnya pengetahuan mereka, dalam belajar pun mereka mulai ada peningkatan. Selain itu mereka sangat terbantu dengan adanya bantuan beasiswa kepada mereka sehingga mereka dapat meneruskan sekolah mereka. Dan bantuan berupa keperluan sekolah dan buku-buku sekolah juga sangat menunjang bagi keberhasilan mereka di sekolah. Dan hanya orang (5%) saja yang mengatakan bahwa program tersebut tidak bermanfaat baginya. Karena anak tersebut memang kurang aktif mengikuti program tersebut dan malas untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh LSM Emphaty. Bentuk persepsi lainnya terlihat dari frekuensi belajar yang dilakukan oleh responden pada LSM Emphaty, di mana datanya disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Belajar No. Frekuensi belajar F % jam jam jam 5 jam > 5 jam 0,0 6 Total 0 00,0 Dari keterangan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi belajar yang diberikan LSM Emphaty rata-rata per minggunya adalah lebih dari 5 jam. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang mengatakannya yaitu sebanyak orang (65%). Dan beberapa anak lainnya menyebutkan bahwa frekuensi belajar setiap minggunya yang mereka terima adalah sampai 5 jam. Hal ini dirasa sangat kurang karena banyak waktu mereka yang tersita untuk bekerja. Sedangkan untuk memperoleh tambahan belajar waktunya dirasa sangat kurang. Namun meskipun demikian anak-anak tersebut cukup senang dan puas dengan tambahan belajar yang mereka peroleh di LSM Emphaty. Rasa puas juga merupakan indikator persepsi yang esensial dari responden terhadap program yang diselenggarakan oleh pihak LSM Emphaty, di mana data mengenai hal ini disajikan pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Fasilitas No. Tingkat Kepuasan F % Puas Kurang puas Tidak puas 6-70,0 0,0 - Total 0 00,0 76

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman pembangunan sekarang ini dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam rumah tangga, keterlibatan seluruh keluarga sangat dibutuhkan di segala lapangan kerja.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja anak merupakan salah satu fenomena tersendiri yang terjadi di Indonesia dalam hal ketenagakerjaan. Secara langsung maupun tidak langsung keberadaan pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peran strategis dan ciri serta sifat-sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang anak jalanan khususnya di desa Medan Estate dan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba ngunan dalam segala bidang. Hal ini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik demi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya posisi anak sebagai penerus bangsa sudah seharusnya diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Adanya undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan bahwa baik buruknya masa yang akan datang pada suatu bangsa ditentukan oleh generasi-generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan bahwa baik buruknya masa yang akan datang suatu bangsa ditentukan oleh generasi-generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang tentu saja sependapat bahwa hidup matinya suatu bangsa di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak amat memegang peranan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan kemampuan seseorang memandang positif dalam segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hasil yang positif pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran dan kehendak tersendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di kota-kota

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG.

PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG. PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG. NAMA : HANDAYANI WULANDARI NIM : D2B604084 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN ABSTRAKSI Ditengah meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55 Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55 Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI Pada bagian yang aktifitas ekonomi anak jalanan di Kota Pekanbaru akan menjawab beberapa persoalan pertama: apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang baru, Indonesia mengalami beberapa kenaikan harga seperti harga BBM yang naik dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik,

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dalam keluarga. Anak sudah selayaknya dilindungi serta diperhatikan hak-haknya. Negarapun dalam hal ini sudah sewajarnya menjamin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang umum di Indonesia adalah masalah perekonomian yang tidak merata. Terutama semenjak terjadinya Krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa

BAB I PENDAHULUHAN. Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial.

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pertambahan kebutuhan yang multiaspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak rintangan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku 1.1. Pengertian Perilaku Perilaku menurut Oktaviawan (2003) adalah orientasi yang dipelajari terhadapat objek, atau predi posisi untuk bertindak dengan satu cara terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan suatu wadah yang dibentuk dan digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan suatu aspirasi ataupun gagasan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kemiskinan di daerah perkotaan adalah dampak dari urbanisasi dan kekeliruan dalam menangani ledakan jumlah penduduk. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1 2 FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN Bab 1 PENDAHULUAN Berbagai dampak sosial, politik dan budaya telah mencuat sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk di kota besar di Indonesia saat ini cukup besar, sehingga terdapat berbagai masalah yang cukup besar pula. Di antaranya: masalah sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK ANAK

PERLINDUNGAN HAK ANAK PERLINDUNGAN HAK ANAK oleh Elfina Lebrine Sahetapy, SH., LLM Penulis adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Surabaya Sebelum kita membahas lebih lanjut permasalahan tentang perlindungan anak, maka

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya adalah anak- anak yang tersisih, marginal dan teralinasi dari perlakuan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga Oleh : Jemprianto Nababan Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KHA definisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KHA definisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Dalam beberapa ketentuan hukum, manusia disebut sebagai anak dengan pengukuran/batasan usia. Kondisi ini tercermin dari perbedaan batasan usia, menurut Konvensi Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11 Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11 Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN Dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1 UU RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan anak adalah seseorang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut kepada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA 1 BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA A. Latar Belakang Masalah Secara sosiologis kemajuan atau pertumbuhan suatu kota akan dibarengi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga memiliki hak untuk ikut berpartisipasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga memiliki hak untuk ikut berpartisipasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berbasis hak anak sebenarnya adalah suatu proses perubahan dari kondisi tertentu menjadi kondisi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kepentingan anak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa anak yang merupakan tunas dan generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari sebuah keluarga yang patut diberi perhatian, kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak senantiasa

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam BAB II LANDASAN TEORI A. MASA KANAK-KANAK AKHIR 1. Definisi Kanak-kanak Akhir Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi PENDAHULUAN enomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang semakin nyata. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan,

Lebih terperinci

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH Elita Metica Tamba Dra. Hetty Krisnani, M.Si. Arie Surya Gutama,S,Sos., SE.,M.Si Email: elitametica@yahoo.com ABSTRAK Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia diawali dan pergerakan kaum perempuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB III INKONSISTENSI KETENTUAN HUKUM PEKERJA ANAK Kontradiksi Pengaturan Tentang Pekerja Anak

BAB III INKONSISTENSI KETENTUAN HUKUM PEKERJA ANAK Kontradiksi Pengaturan Tentang Pekerja Anak BAB III INKONSISTENSI KETENTUAN HUKUM PEKERJA ANAK 3.1. Kontradiksi Pengaturan Tentang Pekerja Anak Terkait dengan ketentuan hukum mengenai pekerja anak telah diatur di dalam peraturan perundang undangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi di masa yang akan datang serta karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Anak adalah tunas-tunas bangsa yang memiliki peran strategis dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan membawa pengaruh pada semakin tingginya mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan membawa pengaruh pada semakin tingginya mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan yang menjadi salah satu kata kunci di semua lini pemerintahan ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di Indonesia, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

Daya Mas Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN :

Daya Mas Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN : SOSIALISASI PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK Zulin Nurchayati 1 1 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun Abstract Law No. 23 of 2002 on child protection.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang menyebabkan ia harus kehilangan pengasuhan dari orang tuanya. Berbagai macam alasan yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan cita-cita bangsa Indonesia namun hal itu belum terwujud dengan baik, karena masih banyak rakyat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti

Lebih terperinci

ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I. (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa)

ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I. (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa) Purpose of this research is analyze how is perceptions of

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci