OBAT PADA KELOMPOK KHUSUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OBAT PADA KELOMPOK KHUSUS"

Transkripsi

1 OBAT PADA KELOMPOK KHUSUS Kelompok khusus adalah kelompok yang memiliki kemungkinan besar mendapatkan risiko (efek samping) dari pemakaian obat. Kelompok khusus tersebut adalah ibu hamil dan menyusui, neonatus dan anak, serta usia lanjut. Organ-organ pada bayi dan anak yang relatif belum matang memerlukan pemberian obat yang berbeda dengan orang dewasa. Pada ibu hamil terjadi perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik yang diakibatkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Pemberian obat pada ibu hamil juga harus memperhatikan pengaruh obat pada janin. Pada orang lanjut usia terjadi proses penuaan fisiologis yang terus berjalan yang memerlukan perhatian dalam pemberian obat untuk mencegah risiko terjadinya reaksi yang merugikan. I. IBU HAMIL DAN MENYUSUI Efek obat pada wanita hamil dapat berubah karena perubahan endokrin yang disesuaikan dengan tahap kehamilan. Adanya perubahan fisiologis selama kehamilan memerlukan penggunaan obat yang berbeda dengan wanita yang tidak hamil. Dalam memberikan obat pada masa kehamilan, banyak hal harus dipertimbangkan antara manfaat pemberian obat bagi ibu dengan risiko yang dapat ditimbulkan terhadap janin. Penggunaan obat pada masa kehamilan menjadi menarik perhatian sejak terjadinya tragedi talidomid yang diikuti dengan penarikan obat tersebut pada tahun A. PERUBAHAN FARMAKOKINETIK PADA IBU HAMIL 1. Kecenderungan ph lambung yang menjadi lebih basis, ph lambung meningkat 30-40%. Hal ini dikarenakan penurunan produksi/sekresi asam lambung, akibatnya obat dengan penyerapan dalam lingkungan yang asam absorbsinya menurun dan obat dengan penyerapan pada lingkungan basa absorbsinya akan meningkat. Aspirin yang diserap dalam lingkungan asam absorbsinya akan menurun. 2. Motilitas usus pada ibu hamil mengalami penurunan, akibatnya absorbsi obat akan meningkat apabila obat tidak dimetabolisme di lumen usus dan langsung diserap, misalnya digitalis. Absorbsi akan menurun apabila obat dimetabolisme di lumen usus dan tidak langsung diserap, contohnya klorpromazin 3. Ibu hamil mengalami peningkatan volume plasma dan cairan sampai 50%, akibatnya obat yang diberikan dalam volume kecil, kadarnya akan rendah dalam tubuh. 4. Ibu hamil mengalami penurunan albumin, sehingga obat yang terikat albumin akan menjadi bebas. 5. Ibu hamil mengalami peningkatan eliminasi renal akibat peningkatan aliran darah sehingga obat yang masuk akan mudah diekskresikan. B. PENGARUH OBAT SELAMA KEHAMILAN TERHADAP JANIN Pada dasarnya ibu dan janin dipisahkan/dibatasi oleh suatu barier yaitu plasenta. Plasenta merupakan sebuah sawar lemak antara sirkulasi darah ibu dan janin. Obat melintasi plasenta dengan cara difusi pasif, difusi fasilitas dan transpor aktif. Kebanyakan obat berpindah dengan mekanisme difusi pasif. Apabila obat dapat menembus plasenta, obat akan sampai kepada fetus atau janin. Obat pada janin dapat bersifat toksik, teratogen atau lethal tergantung pada periode perkembangan fetus. Apabila obat memapar janin pada usia kehamilan kurang 3 minggu, fase implantasi akan terganggu akibatnya janin dapat lethal/mati. Apabila obat memapar janin pada usia kehamilan 3-8 minggu akan mengganggu proses embrional/organogenesis sehingga akan terjadi malformasi yang mengakibatkan cacat bawaan. Jika obat memapar janin pada usia kehamilan trimester II-III, janin akan mengalami gangguan pertumbuhan/fungsi. Adapun obat yang dikonsumsi ibu sesaat sebelum kelahiran dapat menyebabkan efek samping pada kelahiran atau pada neonatus setelah kelahirannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta 1. Sifat fisikokimiawi obat a. Berat molekul obat mempengaruhi laju transfer obat dan jumlah obat yang ditransfer. Obat dengan berat molekul yang besar cenderung tidak dapat melewati plasenta. Obat dengan BM dapat menembus plasenta dengan mudah tergantung pada kelarutan dalam lipid serta derajat ionisasinya. Obat dengan BM lebih sulit menembus plasenta, dan obat dengan BM lebih dari 1000 sangat sedikit dapat menembus plasenta. Heparin tidak dapat menembus plasenta karena memiliki berat molekul sangat besar sehingga dipilih sebagai antikoagulan pada wanita hamil. Warfarin bersifat teratogenik karena dapat menembus plasenta. 1

2 b. Obat lipofilik (mudah larut dalam lemak) cenderung menyebar dengan mudah menembus plasenta dan memasuki sirkulasi janin, misalnya thiopental. c. Obat terionisasi. Makin mudah obat terionisasi makin lambat difusinya karena dalam bentuk ion obat hanya akan bereaksi dengan ion tertentu saja. Misalnya, obat yang sangat mudah mengion seperti succinylcholine dan tubocurarine menembus plasenta perlahan-lahan dan mencapai konsentrasi yang sangat rendah pada janin. 2. Kecepatan menembus plasenta dan jumlah yang mencapai janin Kecepatan obat untuk menembus plasenta tergantung pada volume dan vaskularisasi pada daerah tersebut. Jika volume/vaskularisasi besar, kemungkinan menembus plasenta juga besar. Pada ibu hamil terjadi peningkatan cairan plasma dan keadaan ini menimbulkan peningkatan volume yang besar untuk distribusi obat. 3. Durasi paparan, makin lama menggunakan obat makin besar kemungkinan obat menembus plasenta. 4. Distribusi obat di janin Semakin banyak obat yang diabsorbsi ibu, semakin banyak juga obat yang terdistribusi di janin. 5. Periode perkembangan janin Makin tua usia kehamilan makin tipis sawar plasenta dan makin besar kemampuan plasenta memetabolisme obat. Pada trimester I, sangat mudah terjadi malformasi. Pada usia kehamilan yang lebih tua, yang akan terganggu adalah fungsi dari organ tersebut. Periode paling kritis dari pertumbuhan embrio dimulai sekitar 17 hari pascakonsepsi (pasca pembuahan) saat sistem organ sedang berkembang, hingga hari. 6. Obat kombinasi, obat yang mengandung banyak efek, contohnya obat flu yang mengandung antipiretik, mengatasi batuk, membuat ngantuk. C. AGEN TERATOGENIK Agen teratogen adalah bahan apapun yang jika diberikan kepada ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan fungsi fisiologis ataupun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah kelahiran. Tidak semua agen teratogenik adalah obat-obatan. Beberapa kondisi dapat menjadi agen teratogenik, seperti penggunaan alkohol, kokain, paparan merkuri, radiasi, sitomegalovirus, rubella, sifilis, toksoplasmosis, varicella, dan kondisi hipotiroid serta diabetes pada ibu. Suatu bahan atau obat dapat menimbulkan cacat fungsional atau struktural (pada janin dalam rahim) melalui beberapa mekanisme, yaitu: 1. Efek obat langsung terhadap janin, di mana akses obat ke janin ditentukan oleh beberapa faktor seperti jumlah/kadar obat yang melewati sawar plasenta, struktur biokimiawi (sistem enzimatik) dari plasenta, dan struktur kimiawi dari obat itu sendiri (berat molekul, terionisasi atau tidak, larut dalam lemak atau tidak). 2. Efek obat terhadap fungsi plasenta, di mana fungsi plasenta sebagai paru-paru, ginjal, usus, hati, maupun sistem endokrin janin sebelum terbentuknya organ-organ secara sempurna. Suatu obat/bahan yang dapat mengganggu fungsi plasenta juga mengakibatkan gangguan pada janin. 3. Efek obat terhadap metabolisme atau fungsi tubuh ibu, misalnya terjadinya tekanan darah tinggi pada saat kehamilan. 4. Tahap perkembangan janin dalam rahim. Efek obat berbeda terhadap tahap-tahap perkembangan janin. Misalnya, pada kehamilan yang sangat dini (sebelum tahap diferensiasi), sel-sel embrionik bersifat omnipotent (berkembang menjadi berbagai bentuk organ) dan setiap gangguan pada tahap ini cenderung berefek all or none, artinya terjadi kerusakan sel secara total atau justru tidak ada efek sama sekali karena sifat multipotent dari sel-sel tersebut. 5. Kerentanan genetik atau genetic susceptibility, di mana masing-masing ras atau suku diketahui memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap efek suatu obat. KATEGORI OBAT PADA MASA KEHAMILAN MENURUT FDA Food and Drug Administration (FDA) telah membuat kategori keamanan penggunaan obat selama kehamilan. Kategorinya adalah kategori A, B, C, D, dan X. 1. Kategori A: penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil tidak menunjukkan peningkatan risiko abnormalitas terhadap janin. Beberapa jenis vitamin dan multivitamin yang diberikan semasa hamil termasuk dalam kategori ini, namun "megavitamins" tidak termasuk kategori ini 2. Kategori B: penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat berbahaya terhadap janin, namun demikian belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil, atau penelitian pada hewan 2

3 menunjukkan efek yang tidak dikehendaki tetapi penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil tidak menunjukkan risiko terhadap janin. Beberapa antibiotika seperti penisilin termasuk kategori ini. 3. Kategori C: penelitian pada hewan telah menunjukkan efek yang tidak dikehendaki terhadap janin, namun belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil, atau belum dilakukan penelitian pada hewan dan tidak ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil. 4. Kategori D: terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita hamil atau pengamatan menunjukkan risiko bagi janin, namun demikian harus dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko yang dapat ditimbulkan. Contohnya Carbamazepine dan Phenytoin (sejenis obat untuk epilepsi) serta beberapa obat antikanker atau kemoterapi. 5. Kategori X: penelitian yang memadai pada wanita hamil dengan menggunakan pembanding pada hewan telah menunjukkan bukti positif terjadinya abnormalitas janin. Penggunaan obat dengan kategori risiko ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang hamil atau akan hamil. Contohnya, obat jerawat yang dikenal sebagai isotretinoin, dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf, wajah, maupun kardiovaskuler. Thalidomide yang diproduksi tahun 1950an yang digunakan untuk mengurangi/menghilangkan mual, muntah, serta kecemasan dapat menyebabkan kelainan yang berat seperti pokomelia dan malformasi-malformasi internal. Obat yang perlu mendapat perhatian khusus selama kehamilan a. Anti inflamasi non steroid (AINS) atau non steroid anti inflammatory drug (NSAID). Obat ini kerjanya menghambat sintesa prostaglandin sehingga kemungkinan akan terjadi gangguan pada trimester III. Akibat yang mungkin muncul yaitu persalinan lama. Jika digunakan pada akhir kehamilan, obat anti peradangan non-steroid bisa menyebabkan berkurangnya jumlah cairan ketuban. Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun bayinya. Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah janin sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan kadang kerusakan otak. b. Anti emetik (siclizin, meclizin). Meclizin yang sering digunakan untuk mengatasi mabok perjalanan, mual dan muntah pada hewan coba dapat menimbulkan abnormalitas janin tetapi pada manusia belum terbukti, meskipun demikian sebaiknya diusahakan terapi non farmakologik. c. Anti infeksi. Penisillin/ -laktam merupakan obat yang relatif paling aman (termasuk amoksisilin, sefalosporin). Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta gigi janin, bercampur dengan kalsium, akibatnya pertumbuhan tulang menjadi lambat, gigi bayi berwarna kuning dan nya lunak serta menjadi rentan terhadap karies. Resiko terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin diminum pada pertengahan sampai akhir kehamilan. Aminoglikosida (streptomycin dan canamycin) dapat mengenai N VIII sehingga menyebabkan gangguan pendengaran pada telinga bagian tengah janin dan kemungkinan menyebabkan ketulian. Chloramphenicol tidak berbahaya bagi janin tetapi bisa menyebabkan penyakit yang serius pada bayi baru lahir, yaitu sindroma bayi abu-abu. Ciprofloxacin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil karena bisa menyebabkan kelainan sendi pada hewan percobaan. Kebanyakan antibiotik golongan sulfa yang diminum di akhir kehamilan bisa menyebabkan jaundice pada bayi baru lahir, yang bisa menyebabkan kerusakan otak. d. Obat-obat golongan barbiturat dan golongan benzodiazepin dapat mengakibatkan ketergantungan obat pada janin. Fenitoin dapat menghambat sintesis asam folat dalam tubuh janin, sehingga janin kekurangan asam folat yang penting bagi perkembangan otak dan susunan saraf pusat. Akibatnya terjadi kecacatan pada janin, seperti bibir sumbing, tempurung kepala tidak sempurna, cacat pada jari dan kuku kaki, kelainan jantung, dan lain-lain. Untuk mencegah efek yang tidak diinginkan ini, maka biasanya dokter meresepkan juga asam folat untuk diminum bersama obat fenitoin. Beberapa obat anti-kejang yang diminum oleh penderita epilepsi yang sedang hamil, bisa menyebabkan terjadinya celah langit-langit mulut, kelainan jantung, wajah, tengkorak, tangan dan organ perut pada bayinya. Bayi yang dilahirkan juga bisa mengalami keterbelakangan mental. Dua obat anti-kejang yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah trimetadion (resiko sebesar 70%) dan asam valproat (resiko sebesar 1%). Carbamazepine diduga menyebabkan sejumlah cacat bawaan yang sifatnya ringan. Bayi baru lahir yang selama dalam kandungan terpapar oleh phenitoin dan phenobarbital, bisa mudah mengalami perdarahan karena obat ini menyebabkan kekurangan vitamin K yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. Efek ini bisa 3

4 dicegah bila selama 1 bulan sebelum persalinan, setiap hari ibu mengkonsumsi vitamin K atau jika segera setelah lahir diberikan suntikan vitamin K kepada bayinya. Selama hamil, kepada penderita epilepsi diberikan obat anti-kejang dengan dosis yang paling kecil tetapi efektif dan dipantau secara ketat. Wanita yang menderita epilepsi, meskipun tidak memakai obat anti-kejang selama hamil, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan cacat bawaan. Resikonya semakin tinggi jika selama hamil sering terjadi kejang yang berat atau jika terjadi komplikasi kehamilan atau jika perawatan kesehatannya tidak memadai. e. Anti koagulan. Janin sangat rentan terhadap antikoagulan (obat anti pembekuan) warfarin. Cacat bawaan terjadi pada 25% bayi yang terpapar oleh obat ini selama trimester pertama. Selain itu, bisa terjadi perdarahan abnormal pada ibu maupun janin. Jika seorang wanita hamil memiliki risiko membentuk bekuan darah, lebih baik diberikan heparin, tetapi pemakaian jangka panjang selama kehamilan bisa menyebabkan penurunan jumlah trombosit atau pengeroposan tulang (osteoporosis) pada ibu. f. Vitamin A dosis tinggi. Vitamin A (retinol) terbukti memiliki daya kerja pengatur diferensiasi pada jaringan normal. g. Etil alkohol yang menahun dapat menyebabkan syndrom alkohol janin (termasuk malformasi kraniofasial). Meminum alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan. Bayi yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar bisa mengalami sindroma alkohol. Bayi ini kecil, seringkali memiliki kepala yang kecil (mikrosefalus), kelainan wajah dan kelainan mental. kadang terjadi kelainan sendi dan kelainan jantung. bayi ini tidak berkembang dan kemungkinan akan meninggal sesaat setelah dilahirkan. h. Stilbestrol dapat menyebabkan karsinoma vagina setelah usia tahun pada anak perempuan dan penyakit reproduksi pada laki-laki. i. Anti hipertensi Obat untuk menurunkan tekanan darah seringkali diberikan kepada wanita hamil yang menderita pre-eklamsi atau eklamsi. Obat ini bisa mempengaruhi fungsi plasenta dan harus digunakan secara hati-hati untuk mencegah kelainan pada janin. Biasanya, kelainan timbul karena penurunan tekanan darah ibu berlangsung terlalu cepat dan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. j. Antagonis Kalsium (verapamil, nifedipin, diltiazem) dapat menyebabkan hipoksia fetal bila terjadi hipotensi pada ibu hamil tersebut. k. Diuretik dapat mengurangi volume plasma sehingga akan menurunkan perfusi uteroplasenta l. Reserpin, tidak digunakan pada trimester 3 karena akan mengganggu termoregulasi. m. Penyekat Neuroadrenergik dapat menyebabkan hipotensi postural, penurunan perfusi uteroplasental (contoh : guanetedin) n. ACE inhibitor, dapat meningkatkan mortalitas janin. ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak digunakan selama kehamilan karena bisa menyebabkan masalah yang serius pada janin. D. PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PADA WANITA HAMIL 1. Pertimbangkan perawatan tanpa obat 2. Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar daripada resiko kepada janin 3. Hindari penggunaan obat pada trimester pertama kehamilan 4. Penggunaan obat trimester 1 dan 2 selalu konsultasikan dengan dokter, termasuk pemakaian beberapa bahan kosmetik 5. Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui dengan pasti 6. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dan jangka waktu sesingkat mungkin 7. Hindari polifarmasi 8. Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada beberapa obat, seperti misalnya fenitoin, litium. E. PENGGUNAAN OBAT SELAMA MASA MENYUSUI Terapi obat pada ibu menyusui harus memperhatikan kemungkinan adanya ekskresi obat ke dalam air susu ibu (ASI) yang dapat memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap bayi. Obat dapat mencapai ASI melalui mekanisme difusi pasif melewati membran. Jumlah obat yang mencapai ASI tergantung pada gradien konsentrasi antara plasma dan ASI, kelarutan obat di dalam lemak, pka (konstanta disosiasi asam), kapasitas ikatan protein, dan ph ASI. ph ASI sedikit lebih rendah dari pada ph plasma, sehingga obat basa lemah cenderung memiliki konsentrasi rasio ASI terhadap plasma 4

5 yang lebih tinggi dibandingkan obat asam lemah. Konsentrasi dalam ASI obat-obat basa lemah seperti linkomisin, antihistamin, isoniazid, antipsikotik, antidepresan, litium, kinin, tiourasil, dan metronidazol umumnya sama atau lebih tinggi dari pada konsentrasi plasma. Signifikansi klinik suatu obat pada ASI tergantung pada konsentrasinya dalam ASI, jumlah ASI yang dikonsumsi oleh bayi dalam periode waktu tertentu, absorpsi ASI oleh bayi, dan efek obat terhadap bayi. Obat yang perlu mendapat perhatian khusus selama masa menyusui 1. Tetrasiklin, konsentrasi dalam ASI sekitar 70% dari konsentrasi obat dalam serum maternal dan menimbulkan resiko terjadinya noda permanen pada gigi bayi. 2. Klorampenikol, konsentrasi kloramphenicol dalam ASI tidak cukup untuk menimbulkan Grey baby Syndrom tetapi terdapat sedikit kemungkinan menyebabkan penekanan sunsum tulang. 3. Isoniazid, cepat mencapai keseimbangan antara ASI dan darah maternal. Konsentrasi yang dicapai dalam ASI cukup tinggi sehingga tanda defisiensi pyridoxine dapat terjadi pada bayi bila ibu tidak mendapatkan suplemen pyridoxine. 4. Obat sedatif dan hipnotik, mencapai konsentrasi cukup dalam ASI untuk menimbulkan efek farmakologis pada bayi. 5. Barbiturate, dapat mengakibatkan lethargi, sedasi dan reflek hisap yang lemah pada bayi. 6. Chloral hydrate, dapat menyebabkan sedasi bila si bayi disusui pada saat tercapai konsentrasi puncak dalam ASI. 7. Diazepam dapat menimbulkan efek sedatif pada bayi yang menyusu, dan waktu paruh yang panjang dapat menyebabkan akumulasi obat secara bermakna. 8. Opioid, seperti heroin, methadone, dan morphine memasuki ASI dalam jumlah yang cukup potensial memperpanjang kondisi ketergantungan narkotik pada bayi 9. Litium, memasuki ASI dalam konsentrasi yang setara dengan yang terdapat dalam serum maternal. Wanita yang diberi Lithium dapat memaparkan jumlah obat yang relatif besar pada bayinya. 10. Unsur radioaktif, Albumin 125I yang diiodinasi dan radioiodine dapat menyebabkan supresi tiroid dan meningkatkan resiko kanker tiroid. Pemberian ASI sebaiknya dihindari. Pedoman pemberian obat selama masa menyusui 1. Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat ke dalam ASI 2. Hindari formulasi obat yang long action, misalnya sustained release 3. Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama 4. Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai puncak plasmanya 5. Obat dosis tunggal diminum sesaat sebelum periode tidur bayi paling lama. 6. Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya 7. Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa, seperti sedasi, iritasi, penurunan nafsu makan, kesulitan menelan 8. Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih berat. II. NEONATUS DAN ANAK Pemberian obat pada anak berbeda dengan orang dewasa. Anak dan bayi memiliki organ yang belum matang sehingga dalam pemberian obat perlu diawasi dengan ketat untuk mencegah resiko terjadinya reaksi yang merugikan dari obat dan kemungkinan terjadinya toksisitas obat. Proses fisiologis yang mempengaruhi variabel farmakokinetika pada bayi berubah secara bermakna pada tahun pertama kehidupan, terutama selama beberapa bulan pertama. Oleh sebab itu harus diberikan perhatian khusus pada farmakokinetik usia tersebut. Farmakokinetik pada anak berbeda dengan orang dewasa. Pemilihan dosis obat dan interval dosis didasarkan pada efek absorbsi, distribusi volume darah, pengikatan pada protein, metabolisme obat dan eliminasi. A. FARMAKOKINETIK PADA ANAK 1. Absorbsi a. Produksi asam lambung masih rendah, ph lambung lebih tinggi daripada orang dewasa. Obat-obat seperti penisilin diserap lebih cepat, sehingga mungkin dibutuhkan dosis obat yang lebih rendah. Neoanatus (usia < 1 bulan) dan bayi (usia 1 bulan sampai 1 tahun) mempunyai getah lambung yang bersifat basa dan 5

6 fungsi ginjal dan hati yang belum matang sehingga menyebabkan menurunnya metabolisme dan ekskresi obat. b. Waktu pengosongan lambung yang lambat akibat peristaltik yang lambat atau tidak teratur. Obat-obat yang diberikan per oral biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kadar puncak dalam plasma. Orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar mempunyai laju absorbsi yang lebih cepat. c. Eliminasi first-pass oleh hati rendah. Lebih banyak obat tersedia untuk distribusi sehingga dibutuhkan dosis obat yang lebih rendah bagi obat-obat yang menjalani first-pass yang ekstensif pada hati. d. Obat-obat topikal mungkin diabsorbsi lebih cepat daripada orang dewasa karena bayi secara proporsional memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar. Selain itu kulit bayi tipis dan obat-obat dapat menembus kulit lebih cepat. Absorbsi sistemik yang meningkat dapat mengakibatkan efek yang merugikan. Krim steroid untuk dermatitis harus dipakai dengan hemat. 2. Distribusi a. Bayi dan anak-anak mempunyai tekanan darah yang lebih rendah yang mempengaruhi aliran darah ke jaringan. Hati dan otak secara proporsional lebih besar dan menerima lebih banyak aliran darah, ginjal menerima lebih sedikit. b. Bayi terdiri dari 65%-75% air, bayi prematur terdiri dari 85% air. Obat yang larut dalam air diencerkan dalam volume yang besar daripada cairan tubuh mereka. Akibat pengenceran obat dalam volume air yang lebih besar maka diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai kadar obat dalam plasma yang diinginkan. c. Bayi mempunyai tempat pengikatan pada protein yang lebih sedikit maka diperlukan dosis yang lebih rendah. Dengan tersedianya tempat pengikatan yang lebih sedikit maka terdapat obat bebas yang lebih banyak. Dosis obat harus diturunkan pada kebanyakan antibiotik termasuk sefalosporin dan sulfonamid, demikian juga dengan fenobarbital dan teofilin. Semua obat harus diperiksa untuk batas dosis pediatrik yang dianjurkan. d. Sawar darah-otak belum sepenuhnya berkembang pada bayi sehingga lebih banyak obat yang bisa masuk ke dalam sel-sel otak. 3. Metabolisme atau Biotransformasi a. Terdapat penurunan aktivitas enzim-enzim hati akibat belum matangnya hati bayi. Waktu paruh dari obat mungkin lebih panjang daripada anak yang lebih besar atau orang dewasa, oleh karena itu dapat terjadi akumulasi obat. b. Waktu paruh obat pada anak yang lebih besar dapat lebih singkat akibat meningkatnya laju metabolisme. Dosis yang lebih tinggi untuk anak yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengimbangi laju metabolisme yang meningkat. 4. Ekskresi a. Eliminasi obat melalui ginjal masih rendah sampai usia satu tahun. Volume aliran darah melalui ginjal lebih sedikit daripada orang dewasa. Penurunan dalam ekskresi obat menyebabkan waktu paruh yang lebih panjang dan ada kemungkinan terjadinya toksisitas obat. Banyak dari antibiotik dan analgetik diekskresi dengan lambat. Anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam memekatkan urin. Ekskresi obat melalui ginjal merupakan hasil akhir dari filtrasi glomerolus, sekresi tubulus secara aktif dan reabsorbsi secara pasif. Jika terdapat penyakit ginjal, seorang anak mungkin tidak dapat mengekskresi obat sehingga terjadi akumulasi obat dan mungkin terjadi toksisitas. B. FARMAKODINAMIK PADA ANAK 1. Belum matangnya organ-organ pada neonatus dan bayi mempengaruhi kerja obat, sehingga dosis obat perlu disesuaikan. Kepekaan tempat reseptor berbeda-beda pada neonatus, bayi dan anak kecil sehingga dosis obat mungkin perlu diturunkan atau dinaikan. Contohnya beberapa obat seperti aspirin, morfin, dan fenobarbital lebih toksik pada anak-anak daripada orang dewasa. 2. Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat pada bayi dan anak-anak kecil dapat lebih peka terhadap obat-obatan tertentu. Contohnya terapi kortikosteroid yang diberikan pada anak-anak kecil dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Tinggi badan anak harus diukur dan beratnya harus dipantau. 6

7 C. PERHITUNGAN DOSIS PADA ANAK Dosis obat pada anak berbeda dengan dosis untuk orang dewasa. Dosis anakanak ditentukan berdasarkan tingkat usia, berat badan dan luas permukaan badan. Perhitungan dosis dianjurkan berdasarkan luas permukaan tubuh karena dikhawatirkan umur tidak sesuai dengan berat badan yang seharusnya. D. PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK DAN NEONATUS 1. Neonatus a. Pemberian obat melalui oral sebaiknya dihindari karena sangat beresiko terjadi aspirasi b. Injeksi intra muskular sebaiknya dilakukan di paha depan, jangan di pantat karena pada anak otot gluteusnya masih kecil dan di pantat terdapat syaraf yang menginervasi estremitas bawah yang dapat terjadi kelumpuhan jika terjadi salah suntik. c. Pemberian obat pada periode ini dapat mendesak bilirubin dan albumin sehingga dapat terjadi ikterus. d. Jangan memberikan cloramphenicol karena dapat menimbulkan Grey baby syndrom. 2. Anak a. Waspadai obat-obat yang proses metabolismenya dengan oksidasi dan hidrolisa karena waktu paruh pendek sehingga lebih cepat dimetabolisme bila dibandingkan dengan orang dewasa, contoh: fenitoin, barbital, teofilin. b. Dosis, cara pemberian, jadwal praktis dan efektif c. Hindarkan obat dari jangkauan anak d. Antibiotik harus tepat dosis dan durasinya e. Untuk penyakit kronis, perlu dipantau farmasetik, farmakokinetik dan farmakodinamik serta tumbuh kembang anak III. USIA LANJUT Reaksi obat yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada orang lanjut usia adalah tiga sampai tujuh kali lebih banyak daripada mereka yang berusia pertengahan dan dewasa muda. Orang lanjut usia menggunakan obat karena penyakit-penyakit kronik dan banyaknya penyakit mereka, oleh karena itu mereka mudah mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan. Masalah tambahan yang juga mengakibatkan reaksi yang merugikan dari obat-obat adalah pengobatan diri sendiri dengan obat-obat bebas, memakai obat-obat yang diresepkan untuk masalah kesehatan yang lain, menggunakan obat-obat yang diberikan oleh beberapa dokter, dosis yang berlebihan jika gejala tidak mereda, menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan proses penuaan fisiologis yang terus berjalan. Perubahanperubahan fisiologis yang berkaitan dengan proses penuaan mempunyai efek utama dalam terapi obat. A. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA ORANG LANJUT USIA 1. Gastrointestinal a. Peningkatan ph (basa) sekresi asam lambung. b. Penurunan peristaltik dengan menghambat waktu pengosongan usus halus 2. Jantung dan sirkulasi a. Penurunan curah jantung b. Penurunan aliran darah 3. Hati a. Penurunan fungsi enzim b. Penurunan aliran darah 4. Ginjal a. Penurunan aliran darah b. Penurunan fungsi nefron ginjal c. Penurunan laju filtrasi glomerulus B. FARMAKOKINETIK PADA ORANG LANJUT USIA 1. Absorbsi a. Berkurangnya keasaman lambung mengubah absorbsi obat-obat yang bersifat asam lemah, seperti aspirin. b. Berkurangnya aliran darah ke saluran gastrointestinal (berkurang 40-50%) adalah akibat dari curah jantung yang menurun. Karena adanya aliran darah yang berkurang, maka absorbsi diperlambat tetapi tidak berkurang. 7

8 c. Berkurangnya laju motilitas gastrointestinal (peristaltik) akan mengakibatkan tertundanya kerja. 2. Distribusi a. Berkurangnya air tubuh menyebabkan obat-obat yang larut dalam air akan lebih terkonsentrasi (pekat). b. Terdapat peningkatan dalam rasio lemak terhadap air pada orang lanjut usia. Obat-obat yang larut dalam lemak disimpan dan cenderung mengalami akumulasi c. Serum protein dan kadar albumin berkurang sehingga terdapat lebih sedikit tempat pengikatan protein, akibatnya terdapat lebih banyak obat bebas. Obat-obat dengan afinitas yang tinggi terhadap protein bersaing untuk mendapatkan tempat pengikatan pada protein dengan obat-obat yang lain. Interaksi obat mengakibatkan berkurangnya tempat pengikatan pada protein dan bertambahnya obat bebas. 3. Metabolisme a. Terdapat penurunan produksi enzim hati, aliran darah, dan fungsi hati total yang mengakibatkan berkurangnya metabolisme obat. b. Berkurangnya laju metabolisme obat, sehingga waktu paroh (t ½) meningkat dan dapat terjadi akumulasi obat. Metabolisme suatu obat menginaktivasi obat dan merupakan persiapan untuk eliminasi ginjal. Toksisitas obat mungkin terjadi jka waktu paruh diperpanjang. 4. Ekskresi a. Terdapat penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus sebanyak 40-50%. Dengan penurunan fungsi ginjal terdapat penurunan ekskresi obat dan terjadi akumulasi obat. Toksisitas obat harus dinilai secara terus menerus selama klien menerima pengobatan. C. FARMAKODINAMIK PADA ORANG LANJUT USIA Farmakodinamik menerangkan bagaimana suatu obat mengalami interaksi pada tempat reseptor atau pada organ sasaran. Karena terdapat berkurangnya afinitas terhadap tempat reseptor di seluruh tubuh pada orang lanjut usia maka respon farmakodinamik mungkin berubah. Orang lanjut usia dapat lebih atau kurang peka terhadap kerja obat karena perubahan-perubahan yang berkaitan dengan usia pada susunan saraf pusat, perubahan dalam jumlah reseptor obat, dan perubahan dalam afinitas reseptor terhadap obat. Seringkali dosis obat perlu dikurangi. Pada orang lanjut usia respon kompensasi terhadap perubahan fisiologis juga berkurang. Jika suatu obat dengan efek dilatasi diberikan dan umpan balik simpatis tidak terjadi secara cepat maka hipotensi ortostatik (menurunnya tekanan darah secara cepat jika bangun dengan mendadak) dapat terjadi. Pada orang dewasa muda, respon simpatis vasokontriksi segera terjadi untuk mengatasi efek hipotensi yang berat. D. KETIDAKPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN PADA ORANG LANJUT USIA Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah yang khusus pada orang lanjut usia. Penyebab ketidakpatuhan terhadap aturan obat pada lansia yaitu: 1. Memakai terlalu banyak pengobatan pada waktu yang berbeda-beda. Perlu dibuat diagram yang menunjukan waktu pemakaian obat. Sediakan ruang kosong untuk memberi tanda setiap kali obat dipakai. 2. Tidak mengerti tujuan atau alasan pemakaian obat. Perlu diberikan penjelasan tujuan, kerja obat, dan pentingnya pengobatan. Sediakan waktu untuk bertanya dan menugaskan kembali. 3. Menurunnya daya ingat. Anggota keluarga atau teman didorong untuk memantau aturan pengobatan 4. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak. Lansia dapat mengalami kesulitan dalam membuka penutup botol obat. Keluarga atau teman perlu membantu untuk menyediakan obat dan air sesuai kebutuhan klien. 5. Gangguan penglihatan dan pendengaran. Perlu disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata dan telinga (kacamata dan alat bantu dengar) 6. Keuangan yang berkurang 7. Efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat tersebut. Orang lanjut usia lebih cenderung untuk mengalami efek samping dari pemberian obat dibandingkan orang muda. Jika suatu obat seperti ibuprofen (Motrin) mengiritasi saluran gastrointestinal, seringkali lansia tidak akan memakai obat tersebut. Tetapi obat lain seperti magnesium hidroksida (maalox) dapat diberikan sebelum pemberian Motrin untuk mengurangi efek samping. 8

9 IV. IMPLIKASI KEPERAWATAN 1. Penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui a. Perawat perlu memiliki pengetahuan yang memadai dan terbaru tentang obatobatan yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada ibu hamil dan menyusui. b. Perawat harus memahami pemakaian dan pemberian obat pada ibu selama masa hamil dan menyusui. c. Perawat perlu memberi penjelasan pada ibu hamil untuk menghindari penggunaan obat selama kehamilan, terutama trimester I. Apabila diperlukan, disarankan menggunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui dengan pasti. d. Perawat perlu memberi penjelasan kepada ibu menyusui kapan waktu yang tepat minum obat untuk meminimalkan perpindahan obat ke ASI 2. Penggunaan obat pada anak dan neonatus a. Perawat harus memantau secara ketat terhadap efek samping obat-obat pada bayi karena fungsi organ yang belum matang. b. Bayi dan anak kecil mempunyai kemampuan berkomunikasi yang sangat terbatas maka perubahan-perubahan dalam perilaku mungkin menunjukan adanya efek samping, perawat perlu memperhatikan hal tersebut. c. Perawat perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain (terutama dokter) mengenai dosis obat untuk bayi yang meragukan karena memanjangnya waktu paruh akibat berkurangnya ekskresi obat. d. Perawat harus menghitung dosis berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh untuk menentukan dosis yang tepat. 3. Penggunaan obat pada lanjut usia a. Perawat perlu mengkaji indera atau status mental pada orang lanjut usia, apakah mengalami gangguan mental atau disorientasi dan apakah sifatnya sementara atau permanen. b. Pada lansia perlu dikaji adanya gangguan penglihatan. Pantau pemakaian kacamata pada lansia dan tanggal terakhir dari pemeriksaan mata c. Tentukan jika lansia memakai obat bebas, seberapa sering dan dalam jangka waktu berapa lama. Secara khusus tanyakan pemakaian laksatif dan antasid yang dapat mempengaruhi ph lambung, keseimbangan elektrolit dan motilitas gastrointestinal d. Kenali perubahan dari perilaku yang biasa atau bertambahnya kebingungan yang berkaitan dengan aturan obat. Pada orang lansia dengan kemungkinan berkurangnya kemampuan kognitif maka reaksi dan efek samping obat mungkin sulit dideteksi. Kemampuan berkomunikasi pada lansia mungkin juga berkurang e. Jelaskan pada lansia atau keluarganya mengenai pentingnya regimen obat. Tekankan untuk memakai obat sesuai dengan perintah dalam resep, buang obat yang tidak terpakai atau obat yang sudah lama dan buat catatan obat untuk referensi. f. Berikan penjelasan termasuk alasan pengobatan, cara pemakaian, frekuensi pemberian, efek samping dan kapan memberitahu kepada petugas kesehatan jika muncul suatu gejala. g. Perawat perlu mengkaji riwayat gangguan ginjal, hati, gastrointestinal. Menurunnya fungsi hati dan ginjal meyebabkan waktu paruh memanjang. h. Pantau klien untuk reaksi yang tidak diinginkan jika beberapa macam obat diberikan. Seorang yang lanjut usia dengan hipertensi dan gagal jantung mungkin memakai diuretik dan digoksin. Diuretik mungkin menyebabkan kehilangan kalium dan penggantian kalium diperlukan karena dapat terjadi toksisitas digitalis. Hipokalemia menambah kerja digoksin menyebabkan toksisitas. 9

10 DAFTAR PUSTAKA Katzung, B. G Farmakologi : Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika Lee, J. L & Hayes, E. R Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC Tamboyang, J Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medika 10

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit Sensitivitas reseptor obat

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Penggunaan Obat pada Anak Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Penggunaan Obat pada Anak Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit

Lebih terperinci

EVALUASI KEAMANAN PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN MARET 2009 SKRIPSI

EVALUASI KEAMANAN PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN MARET 2009 SKRIPSI EVALUASI KEAMANAN PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN MARET 2009 SKRIPSI Oleh: JOHANES VALENTINUS RAINANDHITA K. 100 050 309 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

PENGANTAR FARMAKOLOGI

PENGANTAR FARMAKOLOGI PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pendahuluan Interaksi Obat : Hubungan/ikatan obat dengan senyawa/bahan lain Diantara berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

ISU KONTEMPORER DALAM FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

ISU KONTEMPORER DALAM FARMAKOLOGI KEPERAWATAN ISU KONTEMPORER DALAM FARMAKOLOGI KEPERAWATAN Isu Kontemporer Imunisasi Penyalahgunaan obat dan alkohol Penggunaan obat pada kelompok khusus (anak, bumil, busu, lansia) Pengembangan obat 1 IMUNISASI Definisi:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

INTERAKSI FARMAKOLOGI. Oleh: Wantiyah

INTERAKSI FARMAKOLOGI. Oleh: Wantiyah INTERAKSI FARMAKOLOGI Oleh: Wantiyah KAD: Mahasiswa mampu: Menjelaskan definisi, etiologi, dan macammacam interaksi obat Menjelaskan mekanisme terjadinya interaksi obat Menjelaskan implikasi keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi Keperawatan

Pengantar Farmakologi Keperawatan Pengantar Farmakologi Keperawatan dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional: Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan

Lebih terperinci

2/20/2012. Oleh: Joharman

2/20/2012. Oleh: Joharman PENGANTAR FARMAKOLOGI Oleh: Joharman Farmakologi Interaksi bahan dgn sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau penghambatan proses tubuh

Lebih terperinci

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 1 Rute pemberian obat Untuk memperoleh efek yang cepat obat biasanya diberikan secara

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi dr H M Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

ACE Inhibitor di Awal Masa Kehamilan. Web site: Desember 1998 Medsafe Editorial Team

ACE Inhibitor di Awal Masa Kehamilan. Web site: Desember 1998 Medsafe Editorial Team ACE Inhibitor di Awal Masa Kehamilan Web site: Desember 1998 Medsafe Editorial Team Oligohydramnios, gagal ginjal, cacat tulang, dan hippotensi berkepanjangan biasanya terjadi pada usia kehamilan trimester

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Obat

Mekanisme Kerja Obat Mekanisme Kerja Obat Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau dengan beinteraksi dengan tempat reseptor. Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prevalensi 2.1.1. Pengertian Prevalensi Prevalensi adalah pengukuran jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita satu penyakit pada satu titik di waktu tertentu. (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional: Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN.

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Sri Yuliana 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Rony 3 Kesalahan pada

Lebih terperinci

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Apa yang terjadi pada obat setelah masuk ke tubuh kita? Pharmacokinetics: science that studies routes of administration, absorption* and distribution*, bioavailability,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peresepan obat terkadang tidak hanya dengan satu macam obat, melainkan dengan kombinasi berbagai macam obat dan digunakan secara bersamaan tergantung dari kebutuhan

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini FARMAKOKINETIKA Oleh Isnaini Definisi: Farmakologi: Kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan

Lebih terperinci

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin Pengertian Macam-macam obat uterotonika Cara kerja / khasiat obat uterotonika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Uterotonika - 2 Pada aterm, sekresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Obat on-label On-label adalah penggunaan obat yang telah memiliki izin penjualan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Obat on-label On-label adalah penggunaan obat yang telah memiliki izin penjualan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat on-label On-label adalah penggunaan obat yang telah memiliki izin penjualan berkaitan dengan indikasi, rute pemberian, dosis, usia, dan kontraindikasi. Lembaga berwenang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI Oleh Nina Puspitasari NIM I1A003009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2005 Halaman Pengesahan ABSORBSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medis bayi (infant), anak-anak (children), dan remaja (aldosents) (Anonim a,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medis bayi (infant), anak-anak (children), dan remaja (aldosents) (Anonim a, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasien Pediatrik 2.1.1 Pengertian Pediatrik Pediatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan perawatan medis bayi (infant), anak-anak (children), dan remaja (aldosents)

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN IBU HAMIL DI POLIKLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN IBU HAMIL DI POLIKLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN IBU HAMIL DI POLIKLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : DAHLIA NUGRAHINI K100050115 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Obat anti inflamasi terbagi 2 : 1. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Kronis, bekerja di saraf perifer Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal Ex : Ibuprofen,

Lebih terperinci

DRUGS USED IN EPILEPSI

DRUGS USED IN EPILEPSI DRUGS USED IN EPILEPSI Dwi Bagas Legowo, dr Depart. Of Pharmacology & Therapy Medical School Malahayati University Benzodiazepine dan Barbiturate Farmakokinetik : A. Absorpsi : kecepatan absorbsi dari

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat

Lebih terperinci

PENDEKATAN KLINIS INTERAKSI OBAT DAN UPAYA MEMINIMALISASI EFEK MERUGIKAN AKIBAT INTERAKSI OBAT

PENDEKATAN KLINIS INTERAKSI OBAT DAN UPAYA MEMINIMALISASI EFEK MERUGIKAN AKIBAT INTERAKSI OBAT PENDEKATAN KLINIS INTERAKSI OBAT DAN UPAYA MEMINIMALISASI EFEK MERUGIKAN AKIBAT INTERAKSI OBAT Oleh : Aslida Satya Mirna Eunike Victoria Evi Noviyanti Farah Soraya Happy Monda Linnon Bastian Rusman Edi

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA NEONATUS, MASA LAKTASI, ANAK DAN LANSIA

FARMAKOTERAPI PADA NEONATUS, MASA LAKTASI, ANAK DAN LANSIA FARMAKOTERAPI PADA NEONATUS, MASA LAKTASI, ANAK DAN LANSIA I. PENDAHULUAN Sejauh ini prinsip pemakaian obat pada anak dalam praktek sehari hari lebih banyak didasarkan atas prinsip pengobatan pada dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi konstan dari gen, hormon, nutrisi, dan beberapa faktor lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. interaksi konstan dari gen, hormon, nutrisi, dan beberapa faktor lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integrasi pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar dipertahankan oleh interaksi konstan dari gen, hormon, nutrisi, dan beberapa faktor lain seperti sosioekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt KEGUNAAN FARMAKOKINETIKA 1. Bidang farmakologi Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini

FARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini FARMAKOKINETIKA Oleh: Isnaini Farmakologi Interaksi bahan dgn sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau penghambatan proses tubuh yang normal

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir.

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir. Uji Pra-Klinik Uji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai. Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Toksikokinetik racun

Toksikokinetik racun Toksikokinetik racun Mekanisme kerja suatu racun zat terhadap suatu organ sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama : Fase Toksikokinetik Fase Eksposisi

Lebih terperinci

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN 5390033 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN DIII FARMASI TAHUN 205 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur kadar cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam tubuh. Kerusakan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh : IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI - JUNI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI CARA PEMBERIAN OBAT DISUSUN UNTUK MEMENUHI LAPORAN MATA KULIAH FARMAKOLOGI Disusun oleh : Bella Sakti Oktora (12010012) Darma Wijaya (120100 ) Fuji Rahayu (12010030) S-1 FARMASI

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi?

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi? Seorang wanita memiliki banyak keputusan untuk membuat ketika mempertimbangkan aborsi. Jika Anda berpikir tentang aborsi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin berbicara dengan Anda tentang beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium Kimia Medisinal Proses absorpsi dan distribusi obat Absorpsi Distribusi m.b. m.b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk PENDAHULUAN Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme, dengan kata lain diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti Mengidentifikasi peran perawat dalam terapi obat Mengidentifikasi langkah-langkah proses keperawatan dalam terapi obat Menentukan prinsip-prinsip pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan rencana terapi

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari ketepatan rancangan aturan dosis yang diberikan. Rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses yang kompleks. Selama masa kehamilan kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah mual dan muntah (Tiran, 2007).

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat. A. PENDAHULUAN Tujuan praktikum ini lah mengenal dan memahami yang mungkin terjadi antara obat-obat p resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium

Lebih terperinci