KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU KELURAHAN LEUWIGAJAH KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU KELURAHAN LEUWIGAJAH KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI"

Transkripsi

1 KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU KELURAHAN LEUWIGAJAH KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI Nedi Sunaedi Salsa Nuritsa Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRACT SALSA NURITSA, "Local Wisdom of Indigenous Village People Village Cireundeu Leuwigajah District of South Cimahi Cimahi". Geography Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Siliwangi University Tasikmalaya. The background of this research on local knowledge that is still present in traditional village communities Cireundeu Leuwigajah Village District of South Cimahi Cimahi, the village of Indigenous Peoples Cireundeu are people who still adhere to the traditions of their ancestors with the supervision of traditional leaders. This study used descriptive qualitative method of data collection techniques, both primary data collected through interviews and observation methods (direct observation) and secondary data obtained from the literature. Subjects taken are some people who are Indigenous Village Cireundeu Kampung Village Cireundeu Leuwigajah District of South Cimahi Cimahi. Interviews were conducted with informants were 3 people including Indigenous Village Elders Cireundeu, Chief RT Cireundeu village, and the village leaders Cireundeu.hasil Society study concluded that the cultural elements that exist in the village of Indigenous Cireundeu the use Sundanese language, knowledge systems that exist in Kampung Cireundeu ie knowledge in farming, and the arts, social organizations that exist in the village of Indigenous Cireundeu the farmer group, herd, and mothers cassava processing, system equipment and technology live in Kampung Cireundeu namely cassava grater, tool sealer, plastic wrap, livelihood systems in Kampung Cireundeu that as farmers, religious system in the Sunda wiwitan Cireundeu Kmapung, arts in Kampung Cireundeu the puppet. While local wisdom in Kampung Cireuneu is a staple food and traditions 1 Sura. Indigenous Peoples Cireundeu village has decided to switch the staple food of rice rice into rice cassava. And in a traditional ceremony 1 Sura aims to be grateful for all the blessings God has given them one of them grateful for the abundance of natural resources that they can use for the course of their lives. To complement the deficiency in this study the authors expect it to other writers to examine in depth and detail.

2 A. Latar Belakang Di Kota Cimahi, terdapat sebuah kampung yang masih melakukan apa yang dilakukan leluhurnya dulu. Tepatnya di Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Kampung Cireundeu merupakan suatu tempat yang memiliki karakteristik tersendiri, didalamnya terbentuk suatu komunitas adat kesundaan yang mampu memelihara, melestarikan adat istiadat secara turun temurun dan tidak terpengaruhi oleh budaya dari luar. Kampung Cireundeu memiliki 5 ke RT-an dan dari 5 RT yang terdapat di Kampung Cireundeu, komunitas adat kesundaan tersebut sebagian besar berada di RT 02 dan RT 03. Cireundeu berasal dari nama pohon reundeu, karena sebelumnya di kampung ini banyak sekali populasi pohon reundeu. Pohon reundeu itu sendiri ialah pohon untuk bahan obat herbal. Maka dari itu kampung ini disebut Kampung Cireundeu. Masyarakat Kampung Cireundeu khususnya yang terdapat di RT 02 dan 03, masih memegang teguh tradisi para leluhur mereka dengan pengawasan ketua adat. Tradisi yang masih dipertahankan oleh Warga Adat Kampung Cireundeu yaitu bahan makanan pokok dan tradisi 1 Sura. Masyarakat Kampung Adat Cireundeu telah memutuskan untuk beralih makanan pokok dari beras nasi menjadi beras singkong. Dengan maksud lain agar manusia tidak ketergantungan pada satu makanan pokok saja, misalnya sebagai bahan makanan pokok negara Indonesia yaitu beras, namun pandangan masyarakat Kampung Adat Cireundeu memiliki alternatif dalam bahan makanan pokok yaitu singkong. Dan dalam tradisi 1 Sura, warga adat melakukan upacara adat yang bertujuan untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan Tuhan kepada warga salah satunya mensyukuri berlimpahnya kekayaan alam yang bisa mereka manfaatkan untuk keberlangsungan hidup warga adat Cireundeu. Masyarakat Kampung Cireundeu khususnya yang berada di RT 02 dan RT 03 mayoritas bekerja dalam bidang bercocok tanam, dan hampir semua keluarga mempunyai lahan tanah untuk menanam tanaman singkong untuk keberlangsung hidup. Kegiatan bercocok tanam tersebut hampir tidak mengalami perubahan yang cukup besar dari generasi-generasi dahulu. Masyarakat di Kampung Adat Cireundeu

3 kehidupannya masih kental dengan sifat gotong-royong dan saling tolong menolong antar sesama warga. Meskipun termasuk ke dalam masyarakat adat, masyarakat Kampung adat Cireundeu sudah mengalami perubahan pada segi sosial ekonomi, perubahan tersebut terjadi karena ada unsur modernisasi yang masuk ke daerah Kampung Cireundeu. Masyarakat adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman, akan tetapi mengikutinya seperti terdapat teknologi, televisi, alat komunikasi berupa hand phone, dan penerangan. Tetapi masyarakat Kampung adat Cireundeu juga tetap memilih dan memilah terhadap semua budaya yang masuk sehingga bisa diambil yang bermanfaatnya saja. Disamping adanya perubahan tersebut, masyarakat Kampung adat Cireundeu masih tetap bisa dibilang masyarakat yang masih kental dengan adat yang tetap teguh dijalankan sesuai dengan apa yang leluhur jalankan dulu dan tetap mampu mempertahankan kearifan lokal daerah Kampung Cireundeu. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui unsur budaya apa saja yang menjadi ciri khas Masyarakat Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. 2. Untuk mengetahui kearifan lokal apa saja yang terdapat pada masyarakat Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji masalah yang terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data. Penelitian deskripsi mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kehidupan yang dilakukan masyarakat Kampung Adat Cireundeu di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. D. Fokus Penelitian Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih berdasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh di lapangan. Yang menjadi fokus penelitian

4 dalam karya tulis ini adalah kearifan lokal masyarakat Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Ciamahi Selatan Kota Cimahi. Dengan memperhatikan hal-hal yang telah di paparkan di atas, maka penulis memaparkan pernyataan penelitian, sebagai berikut: 1. Unsur budaya apa saja yang menjadi ciri khas Masyarakat Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. 2. Kearifan lokal apa saja yang terdapat pada masyarakat Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Teknik observasi b. Wawancara c. Teknik studi kepustakaaan d. Teknik studi dokumentasi F. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data dalam penelitian digunakan beberapa instrument atau alat pengumpulan data diantaranya: a. Pedoman observasi b. Pedoman Wawancara G. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah kearifan lokal masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Dalam penelitian ini orang yang penulis ambil merupakan orang yang mewakili dari populasi yaitu masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Adapun menurut hasil observasi kriteria informan yang penulis gunakan adalah: 1. Sesepuh masyarakat Kampung Adat Cireundeu 2. Kepala RT 02 Kampung Cireundeu 3. Tokoh Masyarakat Kampung Cireundeu 4. Masyarakat Kampung Adat Cireundeu H. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Informan a. Latar belakang riwayat hidup sesepuh Kampung Adat Cireundeu

5 Sesepuh Kampung Adat Cireundeu bernama Abah Asep Wardiman, beliau berumur 52 tahun, beliau anak ke tiga dari tiga bersaudara. Abah Asep bertempat tinggal di Kampung Cireundeu RT 02 RW 10 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Pendidikan yang pernah abah Asep raih hanya sampai SMA, abah Asep tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena alasan faktor ekonomi yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Beliau melanjutkan hidupnya dengan bekerja. Beliau bekerja sebagai kontraktor. Abah Asep sudah menjadi Sesepuh selama 1 tahun. Tugas dari seorang Sesepuh adalah menjaga keserasian dan harmoni keluarga besar tersebut, perselisihan-perselisihasn yang mungkin timbul diantara keluarga harus diselesaikan oleh Sesepuh, upacara-upacara dan peristiwa-peristiwa sosial lainnya di kalangan keluarga harus dihadiri oleh Sesepuh, b. Latar belakang riwayat hidup Kepala RT Cireundeu Kepala RT Kampung Cireundeu bernama Sudrajat, beliau berumur 36 tahun, beliau anak ke satu dari dua bersaudara. Bapak Sudrajat biasa dipanggil Kang Jajat di Kampung Cireundeu. Kang Jajat bertempat tinggal di Kampung Cireundeu RT 02 RW 10 yang berada di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Kang Jajat bekerja sebagai kepala RT 02 RW 10 di Kampung Cireundeu baru berjalan selama 2 bulan. Dalam prosedur pemilihan kepala RT ini tidak ditunjuk secara faktor keturunan, akan tetapi diambil sesuai suara masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Tugas kang Jajat sebagai kepala RT disini adalah membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, memelihara kerukunan hidup warga, menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat. c. Latar belakang riwayat hidup bapak Widia Bapak Widia adalah seorang Ais Pangampih yang ada di Kampung Adat Cireundeu. Ais Pangampih adalah sebuah jabatan yang memiliki tugas untuk menasehati warga adat pada daerah tersebut. Bapak Widia biasa dipanggil abah Widi di Kampung Cireundeu ini, pada 2014 lalu beliau

6 sempat menjadi kepala RT di Kampung Cireundeu RT 02 RW 10 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Dan baru berganti kepala RT pada bulan januari lalu. Abah Widi berumur 47 tahun, abah Widi bertempat tinggal di Kampung Cireundeu RT 02 RW 10 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. d. Latar belakang riwayat hidup ibu Titin Ibu Titin adalah seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kampung Adat Cireundeu. Ibu Titin berusia 38 tahun dan mempunyai anak dua yakni anak pertama berusia 7 tahun yang masih menduduki bangku SD, dan anak kedua masih berusia 4 tahun. Ibu Titin menikah dengan bapak Adang yang mempunyai pekerjaan sebagai petani. Ibu Titin bertempat tinggal di Kampung Cireundeu RT 02 RW 10 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Selain menjadi ibu rumah tangga, ibu Titin selalu membantu suami ke kebun, dan pekerjaan sampingan ibu Titin yakni berjualan makanan ringan. 2. Deskripsi Objek Penelitian Kampung Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Seluruhnya terdiri dari 340 Kepala Keluarga, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kampung Cireundeu sendiri memiliki luas keseluruhan sekitar 65 ha terdiri dari 20 ha untuk pertanian, 20 ha untuk hutan larangan, 20 ha untuk hutan cadangan, dan 5 ha untuk pemukiman. Kampung Cireundeu terdiri dari RW 10 dan 5 ke RT-an. Sebagian besar penduduk Kampung Cireundeu ini beragama Islam. Namun selain Islam adapula warga yang memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan, yakni bagian dari masyarakat yang berada di RT 02 dan RT 03. Terdiri dari 70 Kepala Keluarga yang menjadi warga Adat, dan memiliki luas lahan sekitar 1 ha. Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaan, kebudayaan serta adat istiadat mereka. Mereka memiliki prinsip Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman arti kata dari Ngindung Ka Waktu ialah sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing. Sedangkan Mibapa Ka Jaman memiliki arti masyarakat Kampung Adat

7 Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman akan tetapi mengikuti seperti adanya teknologi, televisi, alat komunikasi berupa hand phone, dan penerangan. Kampung Cireundeu mempunyai hutan yang dibagi menjadi: a. Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat Kampung Cireundeu khususnya dan untuk tempat hidup hewan. Hutan ini tidak boleh dimasuki sembarangan orang, karena ditakutkan akan merusak lingkungan disekitar hutan. Hutan ini memiliki luas 20 ha. b. Leuweung Tutupan (hutan cadangan) yaitu hutan yang digunakan untuk cadangan, hutan tersebut dapat dipergunakan untuk pertanian apabila hutan pertanian rusak, namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Hutan ini mempunyai luas 20 ha. c. Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat Kampung Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian. Luas lahan hutan ini adalah 20 ha. Dalam perkawinan, masyarakat Adat Cireundeu dianjurkan untuk menikah dengan sesama warga adat. Tetapi tidak jarang pula ada warga adat yang menikah dengan masyarakat diluar warga adat. Tetapi dalam proses pernikahan yang berbeda keyakinan, dalam proses pernikahan tersebut harus pada persetujuan dua keluarga tersebut. Sedangkan prosedur yang harus dilewati oleh para calon pengantin yang sesama keyakinan yakni: a. Nyeureuhan (tunangan), pada tahapan pertama ini calon pengantin pria melamar dan mengenalkan keluarga pria kepada keluarga calon pengantin wanita dan menentukan tanggal pernikahan. Waktu yang ditentukan untuk menuju proses pernikahan setelah Nyeureuhan ini adalah 40 hari. Tetapi pada zaman sekarang ini sudah tidak ditentukan 40 hari, karena masalah ekonomi yang menjadi faktor utama. b. Upacara masaran (pembekalan), biasa dilaksanakan di bale saresehan saresehan. Calon pengantin diberikan pertanyaan-pertanyaan oleh Sesepuh.

8 Apabila calon pengantin tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan para Sesepuh, maka pernikahan pun diundur kembali. c. Ngaleyek Seureuh (membuka simbol-simbol), pada tahap ini biasanya dilaksanakan sekitar pukul 4 sore sampai waktu magrib. Dalam acara Ngaleyek Seureuh ini telah disediakan sesajen yang berisi buah-buahan. Tujuan dari Ngaleyek Seureuh ini adalah agar calon pengantin tahu makna kehidupan yang akan datang dengan disimbolkan sesajen buah-buahan tersebut. d. Ngalemar (nyirih atau makan sirih), pada tahap ini dilakukan oleh pengantin wanita. Sirih tersebut tidak boleh dibuang, akan tetapi harus ditelan oleh pengantin wanita. Hal ini dimaksudkan dengan kehidupan kelak setelah berstatus suami istri, bagaimanapun manis, pahit, asam rumah tangga harus tetap mempertahankan rumah tangga tersebut dan tidak boleh sampai terjadi perceraian. e. Ngaras (mencuci kaki ibu bapak pengantin), waktu yang dihabiskan pada acara ini adalah sekitar satu jam. Pengantin pria maupun wanita harus mencuci kaki ibu bapak masing-masing. f. Siraman, pada tahap ini pengantin disiram oleh air yang telah dicampur bunga 7 rupa dan dibantu oleh 7 orang yang masih terikat sanak saudara wanita termasuk ibu. g. Ikral jatukrami (meminta pelurusan), pada tahap ini pengantin wanitalah yang diminta untuk melakukan ikral jatukrami. Sama seperti ijab kabul dalam Islam. h. Resepsi, pada tahap ini dilakukan seperti resepsi yang lain. 3. Sejarah beralihnya makanan pokok beras menjadi singkong Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Sejak tahun 1918, masyarakat adat Kampung Cireundeu tidak pernah menggunakan beras lagi sebagai bahan makanan pokok. Masyarakat adat memegang teguh pepatah Karuhun Cireundeu, yaitu: Teu boga sawah asal boga pare. Teu boga pare asal boga beas. Teu boga beas asal nyangu. Teu nyangu asal dahar. Teu dahar asal kuat.

9 Pangeran Haji Ali Madrais adalah nenek moyang masyarakat adat Cireundeu, beliau mendapat gelar Haji bukan karena benar-benar pergi memenuhi rukun Islam, tetapi mendapat sebutan Haji karena dianggap sebagai pemimpin atau imam. Pangeran Madrais ini yang mengenalkan masyarakat kepada ajaran Sunda Wiwitan dan mengganti makanan pokok beras menjadi makanan pokok yang lain. Berawal pada tahun 1918, ketika itu sawah-sawah yang ditanami padi oleh masyarakat menjadi mengering dan masyarakat mengalami krisis pangan. Karena masalah tersebut para leluhur Kampung adat Cireundeu mengganti beras padi menjadi tanaman yang lain agar masyarakat tidak tergantung kepada beras padi. Para leluhur mencoba beberapa tanaman pengganti beras padi, seperti jagung, kentang, umbi-umbian, dan lain-lain. Pada tahun 1924 para leluhur beserta masyarakat memutuskan untuk mengganti makanan pokok beras padi menjadi singkong. Karena dilihat dari keadaan wilayah Kampung Cireundeu yang berbukit, serta memilih tanaman yang bisa tumbuh dimana saja dan bukan tanaman musiman. Singkong yang digunakan masyarakat untuk dikonsumsi adalah jenis karihkil dan garnawis. Hasil dari olahan singkong tersebut beraneka ragam, yakni seperti beras singkong (rasi), tepung aci, opak, dendeng kulit singkong, peuyeum mutiara, awug, kerupuk, egg roll, kue nastar, pasta, makroni dan lain-lain. 4. Unsur kebudayaan yang ada di Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi a. Bahasa Dalam berkomunikasi antar masyarakat, bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa ibu yakni bahasa Sunda. b. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Kampung adat Cireundeu yakni pengetahuan dalam bidang pertanian, kesenian, dan cara mengolah beras singkong (Rasi) yang diajarkan secara turun temurun.

10 c. Organisasi Sosial Dalam sistem organisasi sosial, yang ada di Kampung Cireundeu adalah kelompok tani, kelompok ternak domba, dan kelompok ibu-ibu adat yang mengolah singkong. d. Sistem peralatan dan teknologi Dalam sistem teknologi atau peralatan hidup yang dimiliki oleh masyarakat Kampung adat Cireundeu sudah mulai berkembang misalnya dalam bidang pertanian, masyarakat masih menggunakan cangkul untuk penanaman singkong. Dalam cara mengolah beras singkong, masyarakat sudah mulai menggunakan mesin pemarut dan alat sealer plastik kemasan. e. Sistem Mata Pencaharian Dalam segi mata pencaharian, masyarakat adat Cireundeu mayoritas bekerja sebagai petani dan peternak domba. Mereka mempunyai lahan garapan masing-masing, dan tanaman yang mereka tanam sebagian besar singkong dan yang lainnya tanaman seperti kacang-kacangan dan lain-lain. Masyarakat adat Cireundeu menggunakan pupuk alami dari kotoran domba sebagai pupuk. f. Sistem Religi Masyarakat adat Cireundeu menyebut diri mereka penganut Sunda Wiwitan, Sunda Wiwitan sendiri mengandung arti Sunda yang paling awal dan bagi mereka agama bukan sarana penyembahan namun sarana aplikasi dalam kehidupan, karena itu mereka memegang teguh tradisi dan jarang sekali ditemukan situs-situs penyembahan. g. Kesenian Dalam sistem kesenian pada masyarakat adat Cireundeu terdapat wayang yang biasa ditampilkan pada saat acara Suraan. 5. Kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Cimahi Selatan Kota Cimahi a. Upacara 1 Sura Upacara atau ritual ini merupakan hari besar umat pemeluk aliran kepercayaan Sunda Wiwitan yang dirayakan pada dua waktu, yakni setiap tanggal 1 Sura menurut penanggalan tahun Sunda yang dirayakan khusus

11 untuk warga adat dan tanggal 20-an yang berisi hiburan yang bisa dihadiri masyarakat umum. Biasanya dilakukan mulai dari pagi hari hingga malam hari yang bertempat di Bale saresehan Saresehan (tempat berkumpul masyarakat adat). Makna upacara 1 Sura ini yaitu untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Sang Pencipta selama ini kepada masyarakat adat Cireundeu. Saat upacara adat, kaum lelaki mengenakan pakaian pangsi warna hitam, sementara kaum perempuan mengenakan kebaya atau pakaian warna putih. Gunungan sesajen, berupa buah-buahan dan nasi singkong, tersaji di tengah reriungan warga di Bale saresehan saresehan. Susunan acara Suraan, yakni: 1) Persiapan Beberapa persiapan sebelum dilaksanakan upacara Suraan: a) Pembentukan kepanitiaan Pembentukan kepanitiaan ini dilaksanakan kurang lebih tiga minggu. Dalam pembentukan panitia di diskusikan di bale saresehan saresehan bersama Sesepuh adat. b) Pendanaan/biaya pelaksanaan Dana untuk perayaan Suraan ini berasal dari swadaya masyarakat adat Cireundeu sendiri. Masyarakat tidak pernah meminta dana kepada pemerintah. c) Tempat dan peralatan Tempat yang dipilih untuk pelaksanaan 1 Sura biasa digelar di bale saresehan saresehan, sedangkan untuk ngajayak atau hiburannya dilakukan di panggung dekat bale saresehan saresehan. d) Latihan ngamumule Latihan ngamumule ini adalah berbicara sambil diiringi oleh musik tradisional yaitu kecapi. e) Merangkai sesajen Dalam merangkai sesajen ini masyarakat mengumpulkan hasil olahan pertanian seperti buah-buahan. Dan sesajen ini disimpan di tengahtengah bale saresehan tempat berkumpul masyarakat adat.

12 f) Memasak Olahan Singkong Memasak olahan singkong ini dilakukan pada acara 1 Sura pagi sebelum acara 1 Sura dimulai. Para ibu-ibu adat memasak untuk semua warga adat dan tamu yang hadir juga untuk para warga sekitar. 2) Acara 1 Sura Dan rangkaian acara 1 Sura ini antara lain: a) Ngamumule b) Nasehat sesepuh, sesepuh memberikan nasehat agar warga adat Cireundeu tetap bisa menjaga apa yang diwariskan oleh leluhur mereka. c) Sungkeman, semua warga adat melaksanakan sungkeman dengan cara memutar ke semua warga adat disana. d) Makan bersama, makan bersama disini tidak dibatas hanya warga adat, tetapi para tamu pun diajak untuk makan bersama. e) Mulung sesajen, pada acara ini dikhususkan kepada anak-anak. Sesajen yang telah dirangkai di buka pada acara ini dan di ambil oleh anak-anak. f) Nyekar, setelah mulung sesajen selesai dilanjutkan nyekar, yaitu berziarah kepada makam leluhur. 3) Acara ngajayak pada tanggal 20-an Pada acara ini tidak tentu diselenggarakan tanggal berapa, karena ini keputusan Sesepuh dan ketua panitia. Tetapi biasanya diselenggarakan lebih dari tanggal 20. Pada acara ini terbuka untuk semua masyarakat umum, masyarakat bisa ikut berpartisipasi menyumbangkan bakat. Dan pada acara ini ada beberapa dari Kampung Adat lain yang datang dari luar Kampung Cireundeu. Acara ini digelar selama dua hari dua malam, dan acara puncak adalah penampilan wayang. b. Makanan pokok Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi

13 Masyarakat kampung adat Cireundeu pada umumnya telah terbiasa dengan kegiatan budidaya tanaman singkong, dari mulai proses pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pembuatan beraneka ragam jenis makanan yang berbahan dasar singkong, salah satu yang terkenal adalah rasi atau beras singkong. Cara pembuatan beras singkong, yaitu: singkong dikupas lalu dicuci sampai bersih. Sesudah dicuci bersih, kemudian singkong diparut dengan mesin parutan. Setelah di parut, singkong hasil parutan diperas hingga air perasan tidak keruh. Setelah selesai diperas, ampas perasan kemudian dijemur sampai kering. Setelah di jemur hingga kering, lalu ampas tersebut ditumbuk atau digiling. Setelah ditumbuk dan digiling, singkong yang akan dijual di bungkus dengan plastik kemasan I. SIMPULAN DAN SARAN 1. SIMPULAN 1. Unsur kebudayaan yang ada di Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi a. Sistem bahasa Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar sesama masyarakat, adalah bahasa Sunda. b. Sistem pengetahuan Di Kampung Adat Cireundeu, sistem pengetahuan yang ada yakni pengetahuan bertani, pengetahuan tentang kesenian, dan ada pengetahuan tentang cara pengolahan makanan singkong. c. Sistem organisasi sosial Di Kampung Adat Cireundeu sistem organisasi sosial yang ada yakni kelompok tani, kelompok ternak Kampung Cireundeu, dan kelompok ibu-ibu adat yang mengolah hasil pertanian singkong menjadi berbagai macam makanan. Dan makanan tersebut hanya dijual di Kampung Adat Cireundeu, tidak dipasarkan keluar Kampung Cireundeu. d. Sistem teknologi atau peralatan Di Kampung Adat Cireundeu sistem teknologi yang digunakan mesin pemarut untuk memarut singkong tersebut, serta dalam

14 pengemasan makanan olahan mereka menggunakan plastik kemasan dan sealer untuk membungkus. e. Sistem mata pencaharian (ekonomi) Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, memiliki mata pencaharian yang khas yakni masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dan juga peternak domba. f. Sistem religi Masyarakat Kampung Adat Cireundeu memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan, Sunda Wiwitan adalah agama atau kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda. Upacara Suraan yakni upacara yang diajarkan oleh para leluhur Kampung Adat Cireundeu dan masih dilaksanakan hingga saat ini. g. Sistem kesenian Kesenian yang di Kampung Adat Cireundeu adalah kesenian wayang, yang biasa ditampilkan pada acara Suraan yang digelar selama dua hari dua malam. 2. Kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi a. Upacara 1 Sura2 Upacara atau ritual ini merupakan hari besar umat pemeluk aliran kepercayaan Sunda Wiwitan yang dirayakan pada dua waktu, yakni setiap tanggal 1 Sura menurut penanggalan tahun Sunda yang dirayakan khusus untuk warga adat dan tanggal 20an yang berisi hiburan yang bisa dihadiri masyarakat umum. Biasanya dilakukan mulai dari pagi hari hingga malam hari yang bertempat di Bale Saresehan (tempat berkumpul masyarakat adat). Susunan acara Suraan, yakni: 1) Persiapan Beberapa persiapan sebelum dilaksanakannya upacara Suraan: a) Pembentukan kepanitiaan

15 Pembentukan kepanitiaan ini dilaksanakan kurang lebih tiga minggu. Dalam pembentukan panitia di diskusikan di bale saresehan bersama Sesepuh adat. b) Pendanaan/biaya pelaksanaan Dana untuk perayaan Suraan ini berasal dari swadaya masyarakat adat Cireundeu sendiri. Masyarakat tidak pernah meminta dana kepada pemerintah. c) Tempat dan peralatan Tempat yang dipilih untuk pelaksanaan 1 Sura biasa digelar di bale saresehan, sedangkan untuk ngajayak atau hiburannya dilakukan di panggung dekat bale saresehan. d) Latihan ngamumule Latihan ngamumule ini adalah berbicara sambil diiringi oleh music tradisional yaitu kecapi. e) Merangkai sesajen Dalam merangkai sesajen ini masyarakat mengumpulkan hasil olahan pertanian seperti olahan singkong, olahan daging ayam, sapi, kentang dan buah-buahan. Dan sesajen ini disimpan di tengah-tengah bale tempat berkumpul masyarakat adat. 2) Acara 1 Sura Dan rangkaian acara 1 Sura ini antara lain: a) Ngamumule b) Nasehat sesepuh, sesepuh memberikan nasehat agar warga adat Cireundeu tetap bisa menjaga apa yang diwariskan oleh leluhur mereka. c) Sungkeman, semua warga adat melaksanakan sungkeman dengan cara memutar ke semua warga adat disana. d) Makan bersama, makan bersama disini tidak dibatas hanya warga adat, tetapi para tamu pun diajak untuk makan bersama. e) Mulung sesajen, pada acara ini dikhususkan kepada anak-anak. Sesajen yang telah dirangkai di buka pada acara ini dan di ambil oleh anak-anak.

16 f) Nyekar, setelah mulung sesajen selesai dilanjutkan nyekar, yaitu berziarah kepada makam leluhur. 3) Acara ngajayak pada tanggal 20an Pada acara ini tidak tentu diselenggarakan tanggal berapa, karena ini keputusan Sesepuh dan masyarakat. Tetapi biasa diselenggarakan lebih dari tanggal 20. Pada acara ini terbuka untuk semua masyarakat umum, masyarakat bisa ikut berpartisipasi menyumbangkan bakat. Dan pada acara ini beberapa dari Kampung Adat lain yang datang dari luar Kampung Cireundeu. Acara ini digelar selama dua hari dua malam, dan acara puncak adalah penampilan wayang. b. Makanan pokok Kampung Adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Masyarakat kampung Adat Cireundeu telah terbiasa dengan kegiatan budidaya tanaman singkong, dari mulai proses pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pembuatan beraneka ragam jenis makanan yang berbahan dasar singkong, salah satunya adalah rasi atau beras singkong. Cara pembuatan beras singkong, yaitu: singkong dikupas lalu dicuci sampai bersih, sesudah itu singkong diparut dan hasil parutannya diperas. Ampas perasan kemudian dijemur sampai kering, setelah itu ditumbuk atau digiling lagi lalu diayak. Selain diolah menjadi rasi, singkong ini di olah juga menjadi tepung aci, kerupuk, dendeng kulit singkong, pasta, makroni, seroja, awug, dan lainlain. 2. SARAN a. Menjaga kelestarian dan mengembangkan kearifan lokal yang ada di Kampung adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.

17 b. Pemerintah hendak memberikan bantuan dana dan lebih mengekpos kearifan lokal yang ada di Kampung adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini, karena masih banyak kearifan lokal di Kampung adat Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi yang belum sempat diteliti karena keterbatasan waktu.

TINJAUAN KONSISTENSI MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT LELUHUR

TINJAUAN KONSISTENSI MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT LELUHUR TINJAUAN KONSISTENSI MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT LELUHUR Pirie Marie Tramontane Abstrak: Kampung adat Cireundeu, diambil dari nama tanaman Cireundeu yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan gejala yang tak dapat dihindari, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

2016 PERENCANAAN PAKET WISATA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI WISATAWAN YANG DATANG KE KAMPUNG CIREUNDEU KOTA CIMAHI

2016 PERENCANAAN PAKET WISATA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI WISATAWAN YANG DATANG KE KAMPUNG CIREUNDEU KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cimahi merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Kota Cimahi ini mempunyai letak geografis yang cukup strategis, yaitu diapit oleh Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Adat Cirendeu terletak di Lembah Gunung Kunci, Gunung Cimenteng, dan Gunung Gajahlungu, Cimahi. Kampung Adat Cirendeu adalah salah satu daerah yang masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah kemiskinan, nampaknya sudah menjadi gejala umum di seluruh dunia. Karena itulah, pemberantasan kemiskinan dimasukkan kedalam agenda pertama dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era modern ini banyak masyarakat yang melupakan pola hidup sehat dalam kesehariannya. Padatnya kegiatan dan meningkatnya kebutuhan materi membuat banyak

Lebih terperinci

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah

Lebih terperinci

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota Cimahi adalah salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik wisatawan untuk datang ke kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

ß Îh ÇçΡ BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

ß Îh ÇçΡ BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id ( BAB I PENDAHULUAN y7ï9 x Ÿ2 4#Y Å3tΡāωÎ) ßlãøƒs Ÿω y]ç7yz Ï%!$#uρ ϵÎn/u ÈβøŒÎ*Î/ çµè?$t6tρßlãøƒs Ü=Íh Ü9$# à$s#t7ø9$#uρ tβρáä3ô±o 5Θöθs)Ï9ÏM tƒfψ$# ß Îh ÇçΡ Artinya : Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya

Lebih terperinci

MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)

MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014) MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014) PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MEMPERTAHANKAN KETAHANAN PANGAN (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 24, No. 2, Edisi Desember 2015 161 PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIREUNDEU SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS Triani Widyanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Lebih terperinci

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu pendidikan yang memiliki peran penting didalam upaya pembentukan karakter dan penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan masalah sosial yang saling berkaitan dengan faktor lainnya seperti ekonomi, sosial dan budaya. Kemiskinan bukan hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL KAMPUNG ADAT CIREUNDEU

IV. PETA SOSIAL KAMPUNG ADAT CIREUNDEU IV. PETA SOSIAL KAMPUNG ADAT CIREUNDEU 4.1. Lokasi Kampung Cireundeu merupakan salah satu lokasi yang berada di wilayah Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi dan terletak di antara

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN

BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN A. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo 1. Keadaan Geografis dan Pembagian Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh : Desy Dwijayanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Cahyo_desy@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy MAKNA TRADISI ADAT BARANYUN BAGI SUKU DAYAK BALANGIN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS MASYARAKAT DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN A. Letak Geografis Agrowisata Belimbing terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, yang dikenal sebagai desa agrowisata Belimbing jaraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kini Kota Cimahi telah dianggap sebagai salah satu daerah yang unik, karena

BAB I PENDAHULUAN. Kini Kota Cimahi telah dianggap sebagai salah satu daerah yang unik, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kini Kota Cimahi telah dianggap sebagai salah satu daerah yang unik, karena masyarakat yang hidup di daerah ini sangat majemuk. Kemajemukan masyarakat Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Gili Timur Luas wilayah Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya

Lebih terperinci

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi DesaTualang merupakan salah satu Desa dari sembilan Desa yang terdapat di KecamatanTualang Kabupaten Siak Sri Indrapura di Provinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat yang masih memegang teguh adatnya yaitu adat Banten Kidul. Dan Ciptagelar bisa dikatakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkawinan di Indonesia dapat berlaku hukum menurut peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penguatan tugas, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan merupakan salah satu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan merupakan salah satu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah pencipta dan pengguna dari kebudayaan. Maka dari itu, kebudayaan merupakan salah satu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Sulasman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Berbicara tentang permasalahan keluarga, setiap keluarga pastilah memiliki permasalahan tersendiri dalam membina rumah tangga. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum didapati dalam wilayah agraris yaitu petani. Petani merupakan orang yang bekerja dalam hal bercocok

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pulau besar di wilayah Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan sub etnis adalah pulau Sumatera. Setiap etnis memiliki ciri tersendiri,

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci