BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA.1 Konsep Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa sub model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model tersebut adalah: Bangkitan dan tarikan pergerakan Sebaran pergerakan Pemilihan moda Pemilihan rute. Pengertian Bangkitan Pergerakan Bangkitan pergerakan didefenisikan sebagai pergerakan yang dibangkitkan dari suatu tempat (zona asal) dan menuju ke tempat lain (zona tujuan). Zona asal (origin zone) adalah zona asal dari mana perjalanan dimulai. Zona tujuan (destination zone) adalah kemana tujuan perjalanan berakhir. Bangkitan pergerakan adalah suatu proses analisis yang menetapkan atau menghasilkan hubungan antara aktivitas kota dengan pergerakan. (Tamin, O.Z. 1997) perjalanan dibagi menjadi dua yaitu:

2 1. Home base trip, pergerakan yang berbasis rumah. Artinya perjalanan yang dilakukan berasal dan rumah dan kembali ke rumah.. Non home base trip, pergerakan berbasis bukan rumah. Artinya perjalanan yang asal dan tujuannya bukan rumah. Pernyataan di atas menyatakan bahwa ada dua jenis zona yaitu zona yang menghasilkan pergerakan (trip production) dan zona yang menarik suatu pergerakan (trip attraction). Defenisi trip attraction dan trip production adalah: a. Bangkitan perjalanan (trip production) adalah suatu perjalanan yang mempunyai tempat asal dari kawasan perumahan ditata guna tanah tertentu. b. Tarikan perjalanan (trip attraction) adalah suatu perjalanan yang berakhir tidak pada kawasan perumahan tata guna tanah tertentu. Kawasan yang membangkitkan perjalanan adalah kawasan perumahan sedangkan kawasan yang cenderung untuk menarik perjalanan adalah kawasan perkantoran, perindustrian, pendidikan, pertokoan dan tempat rekreasi. Bangkitan dan tarikan perjalanan dapat dilihat pada diagram berikut (Tamin, O.Z. 1997). Perjalanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 1. Berdasarkan tujuan perjalanan, perjalanan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan tujuan perjalanan tersebut yaitu: Perjalanan ke tempat kerja Perjalanan dengan tujuan pendidikan Perjalanan ke pertokoan / belanja Perjalanan untuk kepentingan sosial dll

3 . Berdasarkan waktu perjalanan biasanya dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Perjalanan pada jam sibuk pagi hari merupakan perjalanan utama yang harus dilakukan setiap hari (untuk kerja dan sekolah). 3. Berdasarkan jenis orang, pengelompokan perjalanan individu yang dipengaruhi oleh tingkat sosial-ekonomi, seperti: Tingkat pendapatan Tingkat pemilikan kendaraan Ukuran dan struktur rumah tangga Dalam penelitian ini, perjalanan yang ditinjau adalah pergerakan orang yang dilakukan dari rumah (asal) ke luar kawasan penelitian (tujuan). Misalnya, perjalanan dari rumah ke kantor, dari rumah ke sekolah dan lain-lain. Sehingga satu kali perjalanan adalah satu kali pergerakan yang dilakukan seseorang dari rumah hingga sampai ke tempat tujuannya yang lokasinya berada luar kawasan perumahan tersebut..3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perjalanan Terjadinya suatu perjalanan (trip) adalah merupakan fungsi dari tiga faktor besar (Tuah G.R.), yaitu: 1. Pola tata guna tanah dan pembangunan di daerah penelitian. Karakteristik sosial ekonomi dan penduduk yang melakukan perjalanan dari daerah penelitian. 3. Sifat, jangkauan dan kemampuan dari sistem pengangkutan di daerah penelitian.

4 Penelitian tentang trip generation merupakan suatu bagian yang vital dari proses perencanaan pengangkutan, bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan faktor yang menentukan untuk perkiraan masa mendatang. Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, hal yang perlu diperhatikan bukan saja pergerakan manusia, tetapi juga pergerakan barang yaitu: 1. Bangkitan pergerakan untuk manusia. Faktor berikut dipertimbangkan pada beberapa kajian yang telah dilakukan: Pendapatan Pemilikan kendaraan Struktur rumah tangga Ukuran rumah tangga Nilai lahan Kepadatan daerah pemukiman Aksesibilitas Empat faktor pertama (pendapatan, pemilikan kendaraan, struktur dan ukuran rumah tangga) telah digunakan pada beberapa kajian bangkitan pergerakan, sedangkan nilai lahan dan kepadatan daerah pemukiman hanya sering dipakai untuk kajian mengenai zona.. Tarikan pergerakan untuk manusia. Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lahan untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapaa kajian mulai berusaha memasuki ukuran aksesibilitas.

5 3. Bangkitan dan tarikan untuk barang. Pergerakan ini hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan pergerakan (%) yang biasanya terjadi di negara industri. Vaniabel penting yang mempengaruhi adalah jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri tersebut dan total seluruh daerah yang ada..3.1 Faktor Tata Guna Tanah Tata guna tanah adalah suatu cara untuk mengklasifikasi kegiatan yang menimbulkan pergerakan. Penggunaan-penggunaan tanah yang berlainan akan menghasilkan karakteristik trip generation yang berlainan pula, misalnya tanah yang diperuntukkan untuk bangunan atau kantor-kantor dapat diharapkan menghasilkan lebih banyak perjalanan dari pada ruang terbuka. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan yang berlainan dapat menghasilkan karakteristik yang berlainan pula, misalnya satu hektar tanah pemukiman yang dikembangkan dengan kepadatan yang tinggi kemungkinan sekali akan menghasilkan lebih banyak pergerakan bila dibandingkan dengari satu hektar tanah yang dikembangkan untuk keperluan rumah tangga dengan kepadatan rendah. Asumsi yang paling penting dilakukan dalam perencanaan transportasi adalah bahwa jumlah perjalanan tergantung pada pola tata guna tanah. Demikian pula halnya dengan daerah komersial (pusat perdagangan), pusat pendidikan dan rekreasi dimana hubungannya dengan tata guna tanah di anggap sebagai tujuan untuk melakukan perjalanan.

6 .3. Sosial Ekonomi Penduduk Yang termasuk faktor sosial ekonomi dari penduduk yang mempengaruhi dalam terjadinya perjalanan adalah faktor-faktor yang merupakan kondisi kehidupan ekonomi penduduk, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Penduduk dari suatu daerah pemukiman akan menghasilkan pembangkit trip yang berbeda dengan kawasan lainnya. Jumlah anggota keluarga. Struktur keluarga yang ada di Indonesia terdiri dari bapak,ibu dan satu atau dua anak. Perkembangan perekonomian dan perkembangan budaya yang terjadi menyebabkan adanya pembatasan jumlah anak dalam satu rumah tangga. Pelaksanaan program keluarga berencana oleh pemerintah juga menjadi salah satu faktor sebuah keluarga untuk. membatasi jumlah anak. Di Indonesia dengan masih eratnya hubungan kekerabatan dalam keluarga di mana sangat memungkinkan untuk menumpangnya saudara dalam rumah tangga akan menambah jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Dan juga dengan meningkatnya perekonomian yang lebih baik, maka dalam keluarga memungkinkan untuk mempunyai satu atau dua orang pembantu. Penambahan jumlah anggota keluarga tersebut maka akan menambah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satu rumah tangga. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jumlah orang dalam keluarga adalah jumlah semua anggota keluarga termasuk pembantu yang tinggal dalam satu rumah tersebut untuk jangka waktu yang cukup lama. Pembatasan dilakukan untuk mengantisipasi adanya orang yang tinggal dalam rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang tidak cukup lama dan pada waktu

7 survey dilakukan. Pembagian atau klasifikasi anggota, yang pertama satu keluarga murni yang terdiri dari bapak, ibu dan anak. Yang kedua adalah keluarga murni tersebut ditambah dengan satu atau dua kerabat yang tinggal cukup representatif untuk mewakili karakteristik keluarga. Jumlah anggota keluarga yang bekerja Variabel ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu anggota keluarga yang bekerja sebagai PNS/ ABRI, Swasta dan mereka yang berwiraswasta. Pemilihan kendaraan Kendaraan sebagai sarana perjalanan menjadi satu faktor yang penting dalam transportasi yaitu pada kemudahan untuk melakukan perjalanan. Dalam satu keluarga yang terdiri dari beberapa orang dengan perjalanan yang berbedabeda dan tujuan perjalanan yang berbeda-beda pula maka faktor jumlah kebenaran yang dimiliki oleh keluarga tersebut menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Pada penelitian ini jumlah kendaraan yang dimiliki oleh keluarga diambil batasan pada kendaraan yaitu sepeda motor dan mobil. Jumlah sepeda motor dan mobil yang dimiliki keluarga sebagai sarana perjalanannya menjadi variabel dalam penelitian ini. Pengaruh variabel ini terhadap model trip dari suatu kawasan ditentukan oleh seberapa meratanya pemilikan kendaraan baik roda empat maupun roda dua di kawasan tersebut. Jika pemilikan kenderaan tersebut sudah merata maka pertambahan pemilikan kendaraan memberi pengaruh negatif pada model perjalanan tersebut. Jika pemilikan kendaraan tersebut belum merata maka akan memberikan nilai positif pada model tersebut. Di samping itu faktor

8 tidak adanya kendaraan umum dan tempat penyimpanan kendaraan akan sangat mempengaruhi model perjalanan. Hal itu dapat terlihat dikawasan Kampung Jawa Baru. Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga yang diperoleh dalam keluarga umumnya akan berpengaruh pada peningkatan kebutuhan keluarga, sehingga untuk memenuhi keluarga tersebut dibutuhkan suatu perjalanan. Peningkatan pendapatan keluarga juga akan meningkatkan kesempatan seseorang untuk memperoleh pendidikan, berbelanja, rekreasi dan melakukan aktivitas sosial lainnya. Semua ini dapat diperoleh dengan mengadakan perjalanan..3.3 Sifat, Luas dan Kemampuan Sistem Pengangkutan Mutu dan sanana transportasi dan tingkat kemudahan akan mempengaruhi trip, dimana jaringan transportasi yang baik cenderung meningkatkan jumlah trip. Biaya yang relatif murah dan waktu perjalanan yang relatif singkat adalah akibat dari baiknya sistem transportasi, yang mana hal ini cenderung meningkatkan jumlah trip dari kawasan penelitian. Variabel waktu tempuh dan jarak tempuh adalah variabel yang saling mempengaruhi. Jika jarak kawasan perumahan dengan pusat kegiatan sangat dekat maka tidak ada pengaruhnya terhadap waktu tempuh. Namun jika jarak tersebut relative jauh maka waktu tempuh akan mempengaruhi dalam pembentukan model perjalanan, dimana waktunya juga akan berdampak pada penghasilan karena berhubungan dengan biaya perjalanan yang harus dikeluarkan.

9 .4 Metode Analisis Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) Secara umum terdapat tiga metode untuk menganalisis bangkitan perjalanan yaitu: 1. Metode faktor pengembangan (expansion factor). Analisis regresi linear 3. Analisis kategori.4.1 Metode Faktor Pengembangan (Expansion Factor) Salah satu metode yang digunakan untuk meramalkan trip generation adalah dengan faktor pengembangan (expansion factor), yaitu dengan cara menggunakan faktor-faktor pertumbuhan untuk menaksir perjalanan di masa yang akan datang untuk zona-zona atau kawasan perkotaan. Metoda ini menghubungkan data yang dikumpulkan dari survey tata guna tanah untuk menyusun trip generation, misalnya suatu zona lalu lintas yang meliputi luas dan 3 ha dengan penduduk 6 jiwa akan mempunyai tingkat trip generation sebesar 6/3 =. Maka untuk memperoleh taksiran trip generation di masa yang akan datang dan menerapakan pada areal tersebut, misalnya dengan mengasumsikan hipotesa bagi pembangunan tempat tinggal pada tahun tertentu akan lebih dari 6 ha, lalu trip generation ditaksir menjadi 6 ha x (trip generation). Ketepatan metode faktor pengembangan sangat diragukan, maka metode mi hanya dapat digunakan untuk perencanaan jangka pendek di kawasan luar kota. (Abdullah O.K. Rahmat, R. A. 1994).

10 .4. Metode Analisis Regresi Linear Metode analisis regresi akan digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana dua (regresi sederhana) atau lebih ( regresi berganda) variabel variabel saling berhubungan satu sama lain. Salah satu langkah untuk menyelesaikan analisis regresi adalah mengetahui pasti variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau dan mengetahui dengan pasti variabel yang dianggap sebagai variable - variabel bebas atau variable -variabel tidak bebas. Untuk mengetahui dan menentukan variable - variabel mana yang sesuai untuk membuat suatu persamaan regresi, melibatkan beberapa hal yaitu dana, waktu dan tenaga yang tidak sedikit, terutama apabila angka variabel yang hendak dipakai itu besar. Jadi suatu model dianggap terbaik apabila model tersebut terdiri dari beberapa variabel bebas yang sangat berkaitan dengan variabel tidak bebas. Beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan sebelum menggunakan metode analisis regresi, yaitu: (Tamin, O.Z ) Variabel tidak bebas (Y) adalah merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X) Variabel, terutama variabel bebas, adalah tetap Tidak ada korelasi antara variabel bebas Variansi dari variabel tidak bebas terhadap garis regresi adalah sama untuk semua nilai variabel tidak bebas. Nilai variabel tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati normal.

11 Variabel - variabel bebas yang dipilih dalam analisa ini adalah : 1. Jumlah anggota keluarga. Jumlah kepemilikan kendaraan 3. Jumlah pendapatan perkeluarga 4. Jumlah anggota keluarga telah bekerja 5. Luas / type rumah A. Tata Cara Pembuatan Model Regresi Tata cara pembuatan suatu model analisis regresi adalah dengan cara sebagai berikut: 1. Perhatikan hubungan antara variabel tidak bebas dengan setiap variabel bebas. Cara yang paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan memplotkan variable - variabel tersebut dengan mempergunakan komputer. Hubungan yang tidak linear akan diubah menjadi linear. Pengujian yang biasa dilakukan adalah dengan mengubahnya ke dalam bentuk persamaan logarilma. Misalnya, jika kurva yang dihasilkan kedua variabel tersebut berhenti Y = ax b. kurva tersebut harus diubah menjadi. Log Y = Log a + b Log X. Membuat Matriks Korelasi Koefisien korelasi dapat bernilai positif atau negatif. Nilai positif menujukkan hubungan yang positif, yaitu kemiringan garis regresi adalah positif, sementara bernilai negatif menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu kemiringan garis regresi yang negatif. Memeriksa melalui matriks korelasi, apabila ada variable bebas berhubungan erat dengan variable

12 bebas lainnya. Misalnya variabel pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel kepemilikan kendaraan. Oleh karena hal tersebut maka hanya satu variabel saja dan kedua variabel tersebut yang dipilih dalam membentuk suatu persamaan regresi. 3. Analisis setiap kombinasi variabel tidak bebas terhadap variabel bebas, Kemudian pilih salah satu kombinasi yang terbaik dari nilai koefisien determinan (R ). 4. Hitung parameter dari persamaan regresi yang dibentuk dari beberapa variabel bebas dan analisis setiap : a. Nilai R b. Tanda (+/-) bagi setiap variabel c. Hubungan yang kuat untuk bagi setiap variabel (nilai korelasi) d. Uji-t e. Uji-F Langkah yang berikutnya adalah memilih persamaan yang terbaik dan sesuai dengan syarat yang telah disebutkan di atas dan juga dapat digunakan untuk membuat suatu peramalan bangkitan perjalanan. B. Contoh Pembuatan Model Data diambil dari survey sebelumya di kota Kuala Lumpur dengan tujuan untuk membuat suatu model persamaan bangkitan perjalanan pada tahun Kota Kuala Lumpur telah dibagi menjadi 37 zona dan data tentang jumlah perjalanan, tata guna lahan, sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel.1 di bawah ini:

13 Tabel.1 Sosial ekonomi, tata guna tanah, dan jumlah total perjalanan Zona Kend. Pend. R.Tinggal R.Peng Kamar R.Tingkat J.Kel J.Ker Jp+Jb+Jr Perjanan ,71,4173,1814,4116,5739,458,6749 1, ,9,73, ,76 13,9 81,15 154,36 153, 96,9 17, ,3 817,56 47, ,7 1134, Sumber: Abdul lah O.K. Rahmat, R. A. (1994) Dengan menggunakan data ini model bangkitan perjalanan akan dibuat dengan menggunakan analisis regresi. Langkah-langkah pembuatan suatu model adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa hubungan antara variabel bebas dengan setiap variabel tidak bebas. Jika perlu buat kedalam bentuk logaritma. Masalah ini dapat dilakukan dengan memplotkan setiap variabel bebas satu persatu terhadap variabel tidak bebas.. Membuat matriks korelasi untuk melihat variable - variabel yang saling berkaitan dengan variabel bebas dan juga untuk melihat seandainya ada variabel bebas yang berhubungan erat dengan variabel bebas lain. Hasil dari matriks korelasi dapat dilihat pada Tabel. dari tabel matriks korelasi dapat dilihat beberapa hal yang tidak umum. Pada umumnya, semakin tinggi jumlah kepemilikan kendaraan, semakin banyak jumlah perjalanan yang dilakukan. Tetapi dalam matriks korelasi tersebut,

14 hubungan antara jumlah total perjalanan dengan jumlah kepemilikan kendaraan dengan jumlah kepemilikan kendaraan dan juga jumlah pendapatan keluarga adalah negatif (-,647 dan -,19948). ini berarti apabila semakin tinggi jumlah kepemilikan kendaraan dari pendapatan, semakin kecil jumlah perjalanan yang dilakukan. Masalah ini tidak mungkin, dan dengan demikian kedua variabel ini lebih baik dikeluarkan dari model. Kedua variabel ini juga mempunyai hubungan yang kuat karena nilai korelasinya yang tinggi, yaitu, Hubungan antara jumlah keluarga dengan jumlah rumah tinggal, rumah panggung, kamar, dan rumah tingkat juga tinggi. Oleh karena itu hanya variabel jumlah keluarga saja yang diambil dalam pembinaan suatu model. Tabel. Matriks korelasi antar variable Pi Kend. Penda R.Tinggal R.Pang. Kamar R.Tingkat J.Kel J.Ker Jp+Jb+Jr Pi Kend. Penda. R.Tinggal R.Pang. Kamar R.Tingkat J.Kel J.Ker Jp+Jb+Jr 1, -,647 -,19948,155,5754,3488,3564,5966,56,4959 -,647 1,,83539,558 -,31658,6475 -,8686 -,8537 -,576 -,5556 -,19948, ,, ,5578,1565 -,466 -,156 -,958,836,155,558, ,,4685,7416,5941,6439 -,877,878,5754 -, ,5578,4685 1,,4917,3895,63115,5345,49167,3438,6475,155,7416,4917 1, -,681,1959,115,17368,3438 -,8537 -,456,5941, ,,55134,318 -,7136,5966 -, ,6439,63115,4959, ,,5631,5486,856,579,958 -,877,5345,1158,318,5631 1,,44115,4959 -,5556,836,878,49167, ,7136,5486, , Sumber: Abdul lah O.K. Rahmat, R. A. (1994). 3. Memeriksa semua kombinasi variabel tidak bebas yang saling berhubungan erat. Dari langkah kedua di atas oleh karena jumlah kepemilikan keadaan, pendapatan keluarga, jumlah rumah tinggal, rumah panggung, kamar dan rumah tingkat telah dikeluarkan dari model, yang

15 tinggal hanya 3 variabel bebas saja. Tabel.3 menunjukkan kombinasi semua variabel beserta nilai koefisien determinannya (R ). Tabel.3 Kombinasi variable tidak bebas Jumlah Variabel Dalam Model R Standard Deviasi Variasi Dalam Model 1 1 1, , , ,87 443, ,837 Jppp Jk Jker, , , , , ,83 Jk Jppp Jker Jppp Jk Jker 3, ,66 Jk Jppp Jker Sumber: Abdul lah O.K. Rahmat, R. A. (1994). Catatan: Jppp Jk Jker = Jumlah pasar, pusat membeli belah, dan pasar raya = Jumlah Keluarga = Jumlah Pekerjaan Tabel.3 menujukkan bahwa kombinasi yang memberikan nilai R yang tertinggi adalah kombinasi yang berisikan ketiga variabel bebas yang terdapat dalam model persamaan tersebut, tetapi yang memberikan nilai standard deviasi minimum adalah kombinasi variabel jumlah keluarga dengan jumlah pekerjaan. 4. Menentukan model persamaan yang terbaik. Pi = 5,31 Jk + 3,44 Jker -8.(.1) Standard deviasi = R =,994 Nilal -t bagi koefisien Regresi = 13,6 dan 19,1 pada selang kepercayaan

16 1%. P1 5,6 Jk + 3,O7Jker + 811,6 Jppp- 178.(.) Standart deviasi = 13,19 R =,945 Nilai -t bagi koef. Regresi = 1,88 ; 16,7 dan,44 pada selang kepercayaan 1%. Pertama yaitu persamaan (.1). Nilai koefisien determinan (R ) tinggi, sebesar,944. Uji-t menujukkan bahwa semua variabel memberi pengaruh yang signifikan terhadap jumlah perjalanan yang terjadi pada tahap selang kepercayaan 1%. Nilai t-tabel pada tahap keyakinan 1 % dengan derajat kebebasan adalah,7 ( lihat tabel sebaran t pada lampiran). Oleh karena itu model yang pertama memenuhi syarat analisis regresi. Perhatikan juga model persamaan yang kedua, yaitu persamaan (.). Nilai koefisien determinan (R ) tinggi, yaitu,945. Uji-t bagi koefisien variabel Jppp memberikan nilai t yang sangat kecil, yaitu,44 dan ini berarti bahwa standard deviasinya tinggi. Oleh karena itu Jppp dianggap tidak berpengaruh dan boleh dikeluarkan dari model. Dengan demikian model yang kedua tidak boleh digunakan. Dibawah ini adalah model persamaan bangkitan pergerakan keluarga di beberapa kota, yaitu: 1. Y = 1,499 Xl +,831 X -.853

17 Dengan Y = total trips, Xl = jumlah anggota keluarga, X = jumlah pekerja dan determinasi sebesar,6184 dan standard error 1,413. (Pemodelan Bangkitan dari Perumahan, Studi Kasus Perumahan Type 54 Plamongan lndah, Semarang. Mieke Ariyani, Monica Andhy Winata).. Y =, ,61 X3 Dengan Y = total pergerakan, X3 jumlah anggota keluarga dengan koefisien determinasi sebesar,76 dan nilai F-hitung sebesar 115,656 serta t-hitung sebesar 33,951. (Analisis Model Bangkitan Pergerakan Keluarga di Kawasan Perumahan Sawojajar Malang. Muhammad Isradi, ST). C. Penggunaan Model Regresi untuk Peramalan Koefisien regresi pada persamaan (.1) dapat ditafsirkan sebagai berikut : Nilai koefisien variabel 5,31 jumlah keluarga menunjukkan bahwa setiap keluarga jumlah total perjalanannya sebanyak 5,31 kali dalam sehari. Dengan kata lain, dalam sebuah keluarga, Bapak keluar bekerja sekali dalam sehari, Ibu keluarga berbelanja sekali dalam sehari, dan tiga anaknya pergi ke sekolah setiap hari. Kemudian sesekali mereka pergi rekreasi atau yang lainnya. Nilai intersep 3,44 bagi variabel jumlah pekerjaan memberi arti bahwa setiap pekerja akan menghasilkan perjalanan 3,44 kali sehari dari lokasi tempat ia bekerja, sekali untuk pulang ke rumah, sekali untuk keluar makan siang, sekali keluar untuk urusan kantor, dan sesekali keluar untuk urusan tertentu.

18 Nilai pembanding 8 menunjukkan adanya hubungan antara keluarga dengan keluarga dan pekerja dengan pekerja. Nilai pembanding sedemikian besar berarti bahwa persamaan regresi linear ini hanya boleh digunakan untuk zona yang besar/luas. Untuk peramalan tahun yang akan datang, angka - angka ini mungkin menyebabkan peramalan yang berlebihan karena jumlah anggota keluarga mungkin akan menjadi kecil dan ini menyebabkan jumlah bangkitan perjalanan akan semakin kecil. Demikian halnya dalam bidang pekerjaan, besar kemungkinan pada masa yang akan datang kebanyakan urusan kantor akan dijalankan secara elektronik. Hal ini menyebabkan seorang pekerja tidak perlu keluar dari kantor. Tabel dibawah ini menampilkan contoh lain dengan menggunakan dua variabel regresi (X 1 ) adalah variabel tata guna lahan, data yang digunakan untuk zona 8 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel.4 Bangkitan pergerakan dan total pemilikan kendaraan perzona Nomor Zona Bangkitan Pergerakan /hari Total Pemilikan Kendaraan Sumber : (Black, 1981)

19 Data pada tabel di atas digambarkan dengan menggunakan program excel (Black. 1981) sehingga menghasilkan Gambar.1. Terlihat bahwa bangkitan pergerakan merupakan variabel tidak bebas ( sumbu-y). grafik menunjukkan hubungan linier positif antara bangkitan pergerakan dengan kepemilikan kendaraan dengan hubungan Y = βo + β 1 X dengan βo adalah intersep dan β 1, adalah kemiringan. Gambar.1 Grafik bangkitan pergerakan dan pemilikan kendaraan Sumber: Black, (1981) Metode kuadrat terkecil kemudian digunakan dalam proses regresi ini, karena garis linear tersebut hanya mempunyai nilai total jumlah kuadrat residual (atau simpangan) yang paling minimum antara hasil pemodelan dengan hasil pengamatan. Dengan persyaratan ini data menghasilkan persamaan: Y = 89,9 +,48X (.3).5. Penentuan Jumlah Sampel

20 Sesuai dengan topik ini maka objek adalah penduduk yang berdomisili di kawasan pusat Kota Langsa. Berdasarkan data dari kelurahan dan dari kepala lingkungan setempat maka besar sampel yang diakui sebagai dasar home interview mengikuti batasan berdasarkan jumlah penduduk pada kawasan tersebut. Agar perolehan sampel sesuai dengan (proporsional) terhadap besar jumlah penduduk pada kawasan perumahan, maka penarikan sampel dilakukan secara random sampling. Jumlah responden dalam hal ini dengan satuan keluarga, diperoleh dengan menggunakan rumusan SE = ± z [ SE] [ SE] [ SE] a = z = z + z a a P a ( 1 P) n P P 1 ( 1 P) P n z a P x n = [ SE] + za x P n = SE + Z N a ( 1 P) P( 1 P) ( 1 P) P( 1 P) n n ( 1 P) P( 1 P) ( 1 P) P( 1 P) 1 z = z n n N n N a a n n 1 dikalikan = za x (.4) Dimana :

21 n = jumlah sampel yang akan diteliti N = jumlah populasi Z a/ = factor tingkat keyakinan SE P = sampling eror = proporsi sebenarnya dan populasi Dalam mencari nilai P (proporsi), ada berbagai cara yaitu : (i) Jika sampel besar, n> 3, distribusi P akan mendekati normal a. Pergunakan prosedur untuk menghitung perkiraan interval U b. Pergunakan perkiraan nilai P (ii) Jika sampel kecil dan P tidak mendekati normal a. Pergunakan limit distribusi Binominal yang di hitung dari table nilai Binominal. (iii) Menggunakan grafik (chart) yang sudah disiapkan oleh beberapa ahli statistik, yaitu: a. C lopper & Pearson charts b. The Chung & Delury charts c. Fisher & Yate s Statistical table Dari beberapa cara tersebut, hanya cara (i) b dan cara (iii), a yaitu dengan cara memperkirakan nilai P. dan membaca tabel. (J Supranto, 1986) Maka dalam penelitian ini, digunakan nilai P (proporsi), yaitu dengan cara (i) b memperkirakan nilai P sebesar 5 %. BAB III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997) dalam Tamin (2008), permasalahan transportasi bertambah luas dan bertambah parah baik di negara maju

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 MODEL BANGKITAN PERGERAKAN KELUARGA DI KAWASAN PEMUKIMAN DI PUSAT KOTA LANGSA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997), permasalahan transportasi bertambah parah baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model 2 3 Kuliah Pertemuan 3 Trip Generation Model (Model Bangkitan Perjalanan) Apakah bangkitan perjalanan (trip generation)? suatu proses dimana aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Ismadarni* * Abstract The trip generation is a submodel of four steps transportation planning model, used for calculating the mount of trip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4.1. Tinjauan pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi yang menghitung jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan di suatu zona, kemudian diikuti oleh distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK Jessi Tri Joeni Mahasiswa Manajemen Transportasi STMT-Amni Semarang Jln. Soekarno Hatta No. 180 Tlp. (024)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Jurair Patunrangi * Abstract District zone is attracting and generator of trip for the needs of the societies.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk menjamin lancarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA ejournal Teknik Sipil, 2016, 1 (1): 1-14 ISSN 0000-0000, ejournal.untag-smd.ac.id Copyright 2016 MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA Nugroho Dwi Puspito Abstrak Nugroho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang relatif sangat pesat, peningkatan daya

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN (Studi Kasus Perumahan di Lingkungan Taman Griya, Jimbaran) TUGAS AKHIR Oleh : LINDA PRANASARI 0704105014 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PEELITIA 3.1. Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian yang mengambil lokasi di beberapa perumahan seperti Perumahan Graha Permai dan Ciputat Baru, secara garis besar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi) BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan data jumlah kepala keluarga pada masing-masing perumahan yang didapatkan pada survei pendahuluan, maka dapat dilakukan penentuan jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) Diah Anggraeni Damiyanti Masalle M. J. Paransa, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA Ahmad Yani Abas Alumni Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permasalahan Transportasi Perkotaan Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja selain itu kota menawarkan begitu banyak kesempatan baik di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan : 1. Tarikan perjalanan pada kawasan bandara dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu perjalanan masuk, perjalanan keluar

Lebih terperinci

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan Oleh: Yuliantini Eka Putri Abstract Transportation problems arise as a result of the population growth rate

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA Pelaksanaan survei ini diawali dengan permohonan izin ke Badan Pemberdayaan Masyarakat kota Bandung sebagai pengantar untuk perijinan ke kantor

Lebih terperinci

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Dr. Tonny Judiantono, 2 Rica Rachmawati 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi adalah suatu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat penunjang yang digerakan dengan tenaga manusia, hewan dan

Lebih terperinci

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG Iwan Cahyono e-mail : iwan.ts@undar.ac.id Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum e-mail : iwan.suraji@yahoo.co.id Abstrak Berdirinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Regresi Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Galton melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan proses yang pembahasannya menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel

Lebih terperinci

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA AALISA BAGKITA PERJALAA PADA KECAMATA DELI TUA Yusandy Aswad 1 dan Daniel Simbolon 1 Departemen Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan o. 1 Medan Email: yusandyaswad@gmail.com Departemen Sipil,

Lebih terperinci

2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI

2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI 2.1.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi dan Korelasi 2.1.1 Analisis Korelasi Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat hubungan Y dan X dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemilihan Moda Menurut Tamin (2000), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (taksi dan bus). Hal tersebut disebabkan karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya

Lebih terperinci

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Magister Teknik Sipil Oleh : DANANG TRIWIBOWO NIM. L4A004031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Tata Guna Lahan Transportasi atau perangkutan dapat didefinisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Proses pemodelan transportasi, ketepatan model sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN 2302-4240 KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK Juang Akbardin, Didi Arie Wibowo Teknik Sipil-FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Jl.Setiabudi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis data responden pada ketiga tipe perumahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor yang mempengaruhi bangkitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir francis

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir francis BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir francis Galton. Galton melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan anak.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SOSIO-EKONOMI YANG BERPENGARUH BESAR TERHADAP JUMLAH BANGKITAN PERJALANAN DI SUATU KAWASAN PERUMAHAN EVI AYUNINGTYAS 0800773480 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel

Lebih terperinci

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi. 10 BAB II METODE ANALISIS DATA 2.1 Pengertian Regresi Berganda Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih dari dua variabel, yaitu memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu

Lebih terperinci

JURNAL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MISFALAH RASAINDO KOTA GORONTALO. dipersiapkan dan disusun oleh FIDYA MAYESTIKA NIM :

JURNAL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MISFALAH RASAINDO KOTA GORONTALO. dipersiapkan dan disusun oleh FIDYA MAYESTIKA NIM : JURNAL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MISFALAH RASAINDO KOTA GORONTALO dipersiapkan dan disusun oleh FIDYA MAYESTIKA NIM : 5114 08 018 Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG Yeldy Septomiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Korespondensi Penulis : YeldySeptomiko@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku di Negara Republik Indonesia yang semakin berkembang, dikarenakan pertumbuhan penduduk di kota Ambon semakin hari semakin

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN Hamzani 1), Mukhlis 2) Juli 3) 1), 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh, 3) Alumni Teknik Sipil email: 1) hamzani.hasbi@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR Ir. Syafruddin Rau, fmt. Staf Pengajar Faluktas Teknik Unhas Juusan. Teknik Sipil Jl.Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil survei didapatkan gambaran umum mengenai karakteristik

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO F. C. Woran. Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado F. Jansen, E. Lintong. Dosen Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pergerakan Penduduk Kebutuhan akan pergerakan bersifat umum. Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE ABSTRAK LALU MUHAMAD GIAN FARISKY, APRIANSYAH SAPUTRA, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Juni 2015, STUDI

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pembahasan mengenai Model Bangkitan Pergerakan Perumahan Perumahan di Kota Cimahi ini muncul dilatar belakangi oleh beberapa ayat Al Quran d ibawah ini : 1. Al-Quran Surat Saba ayat 18

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI Erlangga Kawengian Freddy Jansen, Semuel Y. R. Rompis Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: erlanggakaw15@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin bertambahnya penduduk dan makin tingginya aktifitas ekonomi. Tingginya intensitas pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arti Transportasi Miro (2005 : 4) menyebutkan bahwa transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu variabel yang

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR TECHSI ~ Jurnal Penelitian Teknik Informatika Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Aceh Transport mode used by students to the campus are public transport, private cars, motorcycles and walk. Mukhlis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi pertama kali digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Gallon, istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

Model Bangkitan Perjalanan Kerja dan Faktor Aksesibilitas pada Zona Perumahan di Yogyakarta

Model Bangkitan Perjalanan Kerja dan Faktor Aksesibilitas pada Zona Perumahan di Yogyakarta 44 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 12, No.1, 44-54, Mei 2009 Model Bangkitan Perjalanan Kerja dan Faktor Aksesibilitas pada Zona Perumahan di Yogyakarta (Work-Trip Generation Model and Accessibility

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data yang dilakukan dibatasi hanya di dalam wilayah Jabodetabek. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer maupun data sekunder. Data primer meliputi kriteria drainase

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

PEMILIHAN MODA PERJALANAN Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke - 8 PEMILIHAN MODA PERJALANAN Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. PEMODELAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Transportasi Setiap Tata Guna Lahan akan terdapat suatu kegiatan yang akan menimbulkan bangkitan pergerakan dan tarikan pergerakan. Kegiatan itu dapat berupa

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Rahayu Widhiastuti 1), Eka Priyadi 2), Akhmadali 2) Abstrak Penelitian ini meneliti kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA UNIVERSITAS (STUDI KASUS DI WILAYAH SURAKARTA)

ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA UNIVERSITAS (STUDI KASUS DI WILAYAH SURAKARTA) ISSN 2354-8630 ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA UNIVERSITAS (STUDI KASUS DI WILAYAH SURAKARTA) Aditya Mahindera Putra 1), Syafi i 2), Slamet Jauhari Legowo 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama

Lebih terperinci

BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MENTENG INDAH DI KECAMATAN MEDAN DENAI

BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MENTENG INDAH DI KECAMATAN MEDAN DENAI BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MENTENG INDAH DI KECAMATAN MEDAN DENAI Michael Octavianus 1, Indra Jaya Pandia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci