ABSTRAKSI Animatusa adah Efektivitas Suscatin Dalam Membentuk Keluarga. Kata Kunci : Suscatin dan Keluarga Sakinah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAKSI Animatusa adah Efektivitas Suscatin Dalam Membentuk Keluarga. Kata Kunci : Suscatin dan Keluarga Sakinah"

Transkripsi

1 ABSTRAKSI Animatusa adah Efektivitas Suscatin Dalam Membentuk Keluarga Sakinnah Di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Skripsi. Jurusan Syari ah Program Studi Ahwal Syakhsiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Rif ah Roihanah, SH, M. Kn. Kata Kunci : Suscatin dan Keluarga Sakinah Memiliki keluarga sakinnah merupakan dambaan semua pasangan suami istri baik yang baru menikah atau yang sudah menjalani kelurga. BP4 merupakan institusi pemerintahan yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang memberikan penasihatan, pendampingan keluarga. Suscatin atau kursus pra-nikah merupakan salah satu programnya yang seyogyanya dilaksanakan. Di Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun angka perceraian terbilang cukup banyak, sebagaimana data dari Pengadilan Agama Kabupaten Madiun tahun 2010 perkara masuk 1279 dan diputus 1147, tahun 2011 perkara masuk 1289 dan diputus 1231, tahun 2012 perkara masuk 1395 dan diputus 1249, tahun 2013 perkara masuk 1472 dan diputus 1387 dan tahun 2014 perkara masuk 1570 dan diputus Hal ini salah satu penyebabnya adalah tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membina keluarga yang baik, sehingga terjadi perpecahan dalam keluarga. Masalah tersebut bisa teratasi salah satunya dengan adanya kursus calon pengantin, namun saat ini program tersbut tidak berjalan dengan optimal. Suscatin diatur dalam Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Untuk itu peneliti berkeinginan menelitinya dengan merumuskan masalah sebagai berikut : 1). Bagaimana pelaksanaan suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun ditinjau dari teori efektivitas hukum? 2). Bagaimana pengaruh suscatin terhadap terbentuknya keluarga sakinnah bagi masyarakat di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun?. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dan Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pertama, bahwa pelaksanaan suscatin di KUA Kecamatan Dolopo tidak berjalan secara optimal. Sesuai dengan teori efektivitas hukum banyak faktor yang mempengaruhinya yakni hukum itu sendiri, penegak hukum, sarana dan fasilitas, msyarakat dan kebudayaan dan yang menjadi tidak efektif adalah pelaksanaan dari pada program suscatin itu sendiri. Kedua, bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dengan adanya suscatin yang sekarang, hanya sedikit sekali efeknya dan bahkan bisa dikatakan tidak ada karena dilaksanakan dengan waktu yang singkat. Kontrol sosial dan rekayasa sosial juga tidak terwujud dan dari segi peraturannya secara internal tidak semua terpenuhi dan secara eksternal sudah terpenuhi sesuai teori pembentukan peraturan perundang-undangan. 1

2 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan yang harmonis dan sejahtera dilandasi dengan terpenuhinya suatu syarat dalam sebuah perkawinan seperti yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan dengan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Sesuai dengan bunyi Pasal 2 Undang-undang No. 1 tahun 1974, maka perkawinan bagi orang Indonesia sah apabila telah dilakukan sesuai dengan hukum Islam dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undangundang perkawinan. Jadi perkawinan yang tidak sah dan batal apabila pernikahan dilakukan dengan tidak memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan dalam Undang-undang No. 1 tahun Tidak hanya Undang-undang yang mengatur perihal perkawinan sedemikian rupa, melainkan agama Islam juga mengaturnya. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, menjadi rahmat (Kedamaian dan kebahagiaan) bagi seluruh alam. Seluruh ajarannya dimaksudkan untuk mewujudkan dan memelihara kemaslahatan manusia. Liberty, 1986), 8. 1 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Yogyakarta,

3 3 Salah satu perhatian Islam terhadap kehidupan rumah tangga adalah diciptakannya aturan dan syari at yang luwes, adil, dan bijaksana sehingga kehidupan keluarga akan berjalan damai dan sentosa. Kedamaian ini tidak saja dapat dirasakan oleh keluarga yang bersangkutan, tapi juga dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. 2 Perkawinan merupakan suatu solusi yang diberikan Allah SWT untuk menghindarkan manusia dari perbuatan zina yang secara jelas telah diharamkannya. Kebutuhan biologis manusia yang disalurkan tanpa wadah perkwinan niscaya akan menimbulkan masalah dan kerusakan, seperti garis keturunan yang tidak jelas, rusaknya moralitas umat manusia, timbulnya berbagai penyakit fisik maupun psikis dan banyak masalah lainnya yang pada akhirnya akan menghinakan martabat manusia lebih rendah dari pada binatang. 3 Keluarga terbentuk melalui perkawinan, karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah mempunyai kemampuan. Tujuan itu dinyatakan baik dalam al-qur an ataupun Sunnah. 4 Suatu rumah tangga dapat terbina dan tercipta yang sakinah, mawaddah dan rahmah apabila hak dan kewajiban masing-masing suami istri 2 Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW (Poligami Dalam Islam vs Monogami Barat), (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993), 5. 3 Musfir Aj-Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), Cet Ke-2, Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta : Prenada Media, 2013), 64.

4 4 sudah terpenuhi. 5 Tapi untuk mewujudkan keinginan tersebut bukanlah perkara yang mudah karena banyak permasalahan yang timbul dan menganggu bahtera rumah tangga yang pada akhirnya menghambat cita-cita atau tujuan mulia perkawinan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan langkahlangkah yang tepat dan sesuai dari setiap individu yang berkeinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinnah, mawaddah dan rahmah. Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Kabupaten Madiun tahun 2010 perkara masuk 1279 dan diputus 1147, tahun 2011 perkara masuk 1289 dan diputus 1231, tahun 2012 perkara masuk 1395 dan diputus 1249, tahun 2013 perkara masuk 1472 dan diputus 1387 dan tahun 2014 perkara msuk 1570 dan diputus 1436, sejak 5 tahun sebelumnya angka perceraian dari tahun ke tahun terus meningkat cukup tajam. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka pemerintah juga mendukung, dengan menerbitkan peraturan tentang kursus pra nikah atau suscatin, yaitu dengan memberi arahan, pembekalan tentang seluk beluk rumah tangga, dengan waktu yang diberikan selama 16 jam. 6 Dengan adanya hal tersebut diharapkan para calon pengantin bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang keluarga. sehingga harapan yang diinginkan tercapai yakni mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Peraturan tersebut adalah Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin Nomor DJ Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998 ), 6 Daftar perkara di Pengadilan Agama Kabupaten Madiun tahun

5 5 11/491 Tahun 2009 yang diperbarui dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Kwalitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan kematangan kedua calon pasangan dalam menyongsong kehidupan rumah tangga. Perkawinan sebagai peristiwa sakral dalam perjalanan hidup dua individu. Banyak sekali harapan untuk kelanggengan suatu pernikahan, namun ditengah perjalanan kandas yang berujung pada perceraian karena kurangnya kesiapan dari kedua belah pihak dalam mengarungi rumah tangga. Agar harapan membentuk rumah tangga bahagia dapat terwujud maka diperlukan pengenalan terlebih dahulu tentang kehidupan baru yang akan dialaminya nanti. Sepasang calon suami isteri diberi informasi singkat tentang kemungkinan yang akan terjadi dalam rumah tangga, sehingga pada saat terjadi permasalahan keluarga dapat mengantisipasi dan bisa berfikir untuk mencari jalan keluarnya. Oleh karena itu bagi remaja usia nikah atau calon pengantin sangat perlu mengikuti pembekalan singkat, dalam bentuk kursus pranikah yang merupakan suatu upaya penting dan strategis yang diadakan pemerintah. 7 Sesuai dengan peraturan Kementerian Agama melalui peraturan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam tentang Kursus Calon 7 Pedoman Penyelenggaraan Kursus pra Nikah, Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementrian Agama : Nomor DJ.11/542 Tahun 2013.

6 6 Pengantin Nomor DJ 11/542 Tahun 2013, Instansi atau lembaga yang berwenang terhadap pelaksanaan Kursus Calon Pengantin adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4), atau badan atau lembaga lain yang telah mendapat akreditasi dari Departemen Agama. Materi khusus yang diberikan sekurang-kurangnya dalam kurun waktu 16 jam. Materi disampaikan oleh narasumber yang terdiri dari konsultan perkawinan yang melibatkan tokoh agama yang sesuai keahlian yang dimiliki dengan metode ceramah, dialog, simulasi serta studi kasus. Sarana penyelenggaraan kursus calon pengantin seperti silabus, modul sertifikat tanda lulus peserta dan sarana prasarana lainnya disediakan oleh Kementerian Agama. Sertifikat tanda lulus kursus calon pengantin merupakan syarat kelengkapan pencatatan perkawinan yaitu pada saat pendaftaran perkawinan. Berkenaan dengan hal tersebut sebagai instansi yang menyelenggarakan kursus pra nikah atau suscatin bagi calon pengantin, salah satu KUA di Kabupaten Madiun yaitu KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun, dalam Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin dilakukan kurang lebih hanya 1 jam saja, itupun bukan dalam waktu khusus dengan modul, serta simulasi sesuai dengan aturan yang telah ada. Pelakasanaan hanya disisipkan sepintas pada waktu pemeriksaan berkas (Rafa ). Dengan ini dapat dipastikan hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Padahal yang perlu disampaikan agar dipahami oleh para calon pengantin itu adalah materi yang meliputi tata cara dan prosedur perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami istri, kesehatan reproduksi, upaya

7 7 menjaga kesehatan saat ibu hamil samapai melahirkan, pentingnya program keluarga berencana (KB), problematika pernikahan dan penyelesaiannya, dan lain-lain. Dengan waktu yang singkat itu tentu tujuan dari diterbitkannya peraturan tentang Kursus Calon Pengantin sebagaimana dalam Pasal 2 yang berisikan : Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinnah, mawaddah wa rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian,dan kekerasan dalam rumah tangga. 8 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah ini belum dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Dari Permasalahan yang telah diuraiakan di atas terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di mana peraturan yang diterbitkan tentang Kursus Calon Pengantin seharusnya direalisasikan sesuai dengan aturan yang ada, namun kenyataannya di KUA Kecamatan Dolopo tidaklah seperti itu. Berdasarkan hal tersebut dirasa menarik untuk dibahas dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada dalam bentuk karya ilmiah dengan mengangakat tema skripsi yang berjudul Efektivitas Suscatin Dalam Membentuk Keluarga Sakinnah Di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. 8 Ibid.

8 8 B. Penegasan Istilah Untuk memahami dan mengetahui konsep yang dimaksud oleh penulis maka terdapat penegasan istilah yaitu : 1. Suscatin atau Kursus pra nikah Adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga Keluarga Sakinnah Keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara layak dan seimbang. 10 C. Rumusan Masalah Agar pembahasan ini nantinya tersusun secara sistematis, maka perlu dirumuskan permasalahan. Berdasarkan kronologi permasalahan disampaikan dalam latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun ditinjau dari teori efektivitas hukum? 2. Bagaimana pengaruh hukum Suscatin terhadap terbentuknya keluarga sakinnah bagi masyarakat di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun? 9 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. 10 Peraturan Direktur Jendral Kementrian Agama, Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, Nomor DJ.11/542, 2013.

9 9 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah penting dalam sebuah penelitian, sebab tujuan itu akan memberikan gambaran tentang arah penelitian yang akan dilaksanakan, sebagai konsekuensi dari permasalahan, maka penelitian ini memiliki tujuan : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun ditinjau dari teori efektivitas hukum. 2. Untuk mengetahui pengaruh hukum Suscatin terhadap terbentuknya keluarga sakinnah bagi masyarakat di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan khasanah keilmuan keagaman khususnya dibidang munakahat 2. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam bidang hukum Islam tentang pernikahan guna mewujudkan keluarga sakinnah. 3. Dapat dijadikan sebagai salah satu kajian lebih lanjut bagi penulis khususnya dan para rekan-rekan yang berminat dengan masalah-masalah tentang munakahat.

10 10 F. Telaah Pustaka Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang hubungan permasalahan yang penulis teliti yang mungkin belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain, sehingga tidak ada pengulangan penelitian secara mutlak atau plagiasi. Sejauh penulis melakukan penelitian terhadap karya-karya ilmiah yang lain ataupun skripsi-skripsi yang telah dahulu khususnya pada fakultas atau jurusan syariah (ahwal syakhsiyah), penulis menemui beberapa karya ilmiah atau skripsi diantaranya : Pertama, Karya Ahmad Faisal yang berjudul Efektifitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan Penataran Atau Bimbingan Pada Calon Pengantin. Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dengan rumusan masalah yaitu bagaimana fungsi dan peran BP4 KUA Kecamatan Kembangan dalam memberikan bimbingan calon pengantin, upaya-upaya apa saja yang dilakukan BP4 KUA Kecamatan Kembangan dalam memberikan bimbingan calon pengantin di wilayah KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat dan bagaimana tingkat efektifitas BP4 KUA Kecamatan Kotamadya Jakarta Barat dalam peranannya memberikan bimbingan pada calon pengantin. Hasilnya bahwa keberadaan Lembaga BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat yang berperan dalam memberikan penataran dan pembimbingan pada Calon Pengantin sebelum mereka melaksanakan akad nikah atau menjadi

11 11 pasangan suami-istri dalam ikatan perkawinan sangatlah besar terbukti dengan beberapa upaya yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan Kembangan. 11 Kedua, Karya ilmiah Diah Maziatu Chalida yang berjudul Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Oleh KUA di Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara (Study Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara). Fakulatas Syari ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Seamarang, Dengan permasalahn yaitu bagaimana pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) oleh KUA di Kecamatan Pegedongan Kabupaten Banjarnegara dan mengapa KUA mewajibkan kursus calon pengantin bagi calon pasangan suami istri. Hasilnya bahwa penyelenggaraan SUSCATIN dengan pemberian materi yang sangat tepat, karena calon pengantin membutuhkan ilmu. Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) sesuai dengan peraturan yang ada dan dengan tujuan KUA membekali para calon penagntin dalam mengarungi kehidupan rumah tangga dengan materi-materi yang telah diharapkan mampu menjadi pedoman untuk berumah tangga. 12 Ketiga, Karya ilmiah Agoes Baihaqi yang berjudul Analisa Maslahah Terhadap Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di Kabupaten Ponorogo. Fakultas Syari ah STAIN Ponorogo Dengan permasalahan yaitu bagaimana materi kursuscalon pengantin (suscatin) yang ada di Kabupaten 11 Ahmad faisal, Efektifitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan Penataran Atau Bimbingan Pada Calon Pengantin (Skripsi Fakultas Syari ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007). 12 Diah Maziatu Chalida, Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Oleh KUA di Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara (Study Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara) (Skripsi Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang tahun 2010).

12 12 Ponorogo, apa tujuan kursus calon pengantin (suscatin) yang diselenggarakan di Kabupaten Ponorogo dan bagaimana hukum mengikuti kursus calon pengantin (suscatin) bagi remaja usia nikah/calon pengantin yang ada di Kabupaten Ponorogo. Hasilnya adalah bahwa materi kursus calon pengantin (SUSCATIN) yang ada di Kabupaten Ponorogo sudah sesuai dengan kemaslahatan. Sedangkan tujuannya agar para calon pengantin mampu dan memahami tentang bagaimana membina perkawinan yang baik dan benar dan hukumnya wajib bagi remaja usia nikah lulusan SD, SMP dan SMA, sedangkan lulusan S1, S2 dan S3 tidak wajib. 13 Keempat, Karya ilmiah Helida Filialies Ferawati dengan judul Efektifitas Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 Departemen Agama Kabupaten Ponorogo Dalam Melestarikan Perkawinan. Fakultas Syari ah STAIN Ponorogo Dengan permasalahn yaitu bagaimana peran BP4 Kabupaten Ponorogo dalam melestarikan perkawinan dan bagaimana efektifitas kegiatan suscatin dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo. Hasilnya adalah tentang Peran BP4 Kabupaten Ponorogo dalam melestarikan perkawinan adalah dengan memberikan kursus-kursus kepada remaja usia nikah, mengadakan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) kepada para pasangan calon pengantin dan 13 Agoes Baihaqi, Analisa Maslahah Terhadap Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di Kabupaten Ponorogo (Skripsi Jurusan Syari ah STAIN Ponorogo tahun 2007).

13 13 memberikan problem salving kepada mereka yang telah menikah dan sedang mengalami kegoncangan dalam rumah tangga. 14 Dari hasil penelusuran tersebut dapat diketahui bahwa penelitan terdahulu belum ada pembahasan yang sama dengan apa yang dibahas oleh penulis. Karena penelitian terdahulu belum mengungkap kejadian yang seperti halnya yang penulis bahas yakni tentang efektifitas suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dalam membentuk keluarga sakinnah khususnya bagi masyarakat Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Perbedaannya penelitian sebelumnya memfokuskan pada pembahasan programnya, sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada pelaksanaan dan hasil serta penggunaan aturan terbaru yakni Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dirjen No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. G. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk mengerjakan sesuatu secara sistematik dan metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses berfikir, analitis berfikir serta mengambil kesimpulan yang tepat dalam suatu penelitian 15. Jadi metode ini merupakan langkah- 14 Helida Filialies Ferawati, Efektifitas Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 Departemen Agama Kabupaten Ponorogo Dalam Melestarikan Perkawinan (Skripsi Jurusan Syari ah STAIN Ponorogo tahun 2007). 15 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat ( Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2001), 3.

14 14 langkah dan cara yang sistematis, yang akan ditempuh oleh seseorang dalam suatu penelitian dari awal hingga pengambilan kesimpulan. 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan, penelitian lapangan ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu, kelompok atau masyarakat. Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 16 Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis amati bahwa angka perceraian yang cukup tinggi di Kecamatan Dolopo yang terbukti dari data yang penulis peroleh menimbulkan permasalahan dalam hal keluarga. Selanjutnya suscatin merupakan program pemerintah untuk berupaya mengurangi angka perceraian dan meningkatkan kesejahteraan keluarga menurut penulis masih belum tercapai. Oleh karena itu penelitian ini penulis tindaklanjuti untuk memperoleh kebenaran dan mengapa hal ini terjadi serta bagaimana solusinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Moleong penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan malainkan menggambarkan dan 16 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Reneka Cipta, 1991), 188.

15 15 menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau kata- kata, dengan kata lain meneliti yang tidak menggunakan perhitungan statistik. 17 Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah dengan Metode deskriptif yaitu suatu model dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, 18 Dengan tujuan untuk membuat diskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual atau akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dari data yang peneliti dapatkan akan dipaparkan secara sistematis dan runtut agar dalam menyajikan data berupa pendeskripsian data hasil penelitian tersaji dengan baik. Data yang didapat peneliti yakni tentang suscatin sebagai langkah dalam membentuk keluarga sakinnah oleh KUA Kecamatan Dolopo dan respon masyarakat terhadap adanya suscatin tersebut dikumpulkan dan dipaparkan secara deskriptif. 2. Sumber Data Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang dimana nantinya sebagai bahan untuk dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu setiap penelitian memerlukan sumber data yang lengkap dan valid. Sumber data dapat diperoleh dari mana saja yang berkaitan dengan topik yang dibahas yakni. Dalam hal ini sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 17 Soetrisno Hadi, Metodologi Riset (Yogyakarta : Andi Offset, 1997), Moh Nasair, Metode Penelitian (Bogor : Galia Indonesia, 2005), 54.

16 16 Data primer adalah informasi secara langsung yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data. 19 Dengan kata lain sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dengan menggunakan alat ukur atau pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitihan ini yang menjadi subjek secara langsung adalah masyarakat Desa Bader Kecamtan Dolopo Kabupaten Madiun dan pegawai KUA Kecamatan Dolopo. a. Adapun sumber data primernya meliputi : Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah wawancara kepada pegawai KUA Kecamatan Dolopo dan masyarakat Desa Bader terkait suscatin. Kemudian dokumen untuk melakukan analisis yang berupa peraturan suscatin dan pedoman perkawinan. b. Sumber Data Sekunder Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder meliputi berbagai referensi atau buku-buku fiqh tentang keluarga sakinnah serta data-data lain yang diperlukan. 3. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis akan menempuh atau menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: Noeng Muhadjirin, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasian, 1990),

17 17 a. Observasi Tekhnik observasi adalah alat untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. 20 Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun serta pengamatan terhadap masyarakat Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. b. Wawancara Teknik wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan yang di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan informasi secara lanngsung informasi-informasi atau keterangan. 21 Wawancara dilakukan pada pegawai KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tentang pelaksanaan Kursus calon Pengantin(Suscatin) dan Masyarakat Desa Bader sebagai subyek pelaksana perkawinan. c. Dokumentasi Tekhnik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari sumber non-insani, sumber ini dari dokumen-dokumen dan rekaman-rekaman Cholid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 21 Ibid., Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach (Yogyakarta : Fakultas Psikologi, 1991), 226.

18 18 d. Alat Pengumpul Data Pengumpulan data-data dari penelitian penulis menggunakan bantuan alat berupa perekam suara dan/atau catatan-catatan kecil hasil wawancara yang berkaitan dengan obyek penelitian tersebut. Selain itu jika diperlukan penulis menggunakan foto sebagai alat bukti konkrit 4. Lokasi Penelitian Peneliti melakukan studi dengan memilih lokasi penelitian di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dan masyarakat di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Lokasi diambil dengan berbagai pertimbangan, di antaranya adalah Kecamatan Dolopo termasuk salah satu kecamatan yang angka perceraiannya terbilang cukup banyak. Kedua, peneliti dapat lebih mudah mengambil data dan melakukan wawancara langsung tentang efektivitas suscatin dalam membentuk keluarga sakinnah. 5. Tekhnik Pengolahan Data a. Editing Editing adalah kegiatan untuk meneliti kembali catatan data yang telah dikumpulkan oleh pencari data dalam waktu penelitian. 23 Dalam penelitian ini penulis meneliti kembali dengan cermat terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian, relevansi dan keseragaman antara yang satu dengan yang lainnya. 23 Muhammad Teguh, Methodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarata : Raja Grafindo Persada, 2001), 173.

19 19 6. Metode Analisa Data Proses Analisa dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber baik dari data primer maupun sekunder. Setelah dipelajari dan ditelaah maka tugas penyusun selanjutnya adalah mereduksi data tersebut dengan merangkum masalah yang diteliti. Selain itu Metode deskriptif ini bertujuan untuk menyajikan data secara runtut agar mudah untuk dimengerti oleh pembaca. Sebagai pisau analisis teori efektivitas digunakan untuk menganalisa kasus untuk menemukan hasil apakah sudah baik atau masih perlu banyak pembenahan. H. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi menjadi beberapa bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub bab yang antara masing-masing bab terdapat keterkaitan yang sangat erat. Untuk lebih jelasnya, maka sistematika pembahsan sekripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Merupakan pola dasar yang memberikan gambaran secara umum dari seluruh isi skripsi yang meliputi : Latar belakang masalah, Penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II Merupakan landasan teori, dalam bab ini penulis mengenal lebih dekat tentang kerangka teoritik, untuk mencapai pemahaman yang

20 20 utuh tentang pewembahasan ini. Maka pada bab ini diuraikan tentang : Pengertian suscatin, dasar hukum, peran dari BP4 dalam pelaksanaan suscatin dan teori efektivitas hukum. BAB III Merupakan paparan tentang hasil penelitian yakni efektivitas suscatin dalam membentuk keluarga sakinnah yang meliputi : bagaimana pelaksanaan suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun untuk membentuk keluarga sakinnah dan pengaruh suscatin terhadap terbentuknya keluarga sakinah di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. BAB IV merupakan analisis hasil penelitian bab ini atau inti dari hasil penelitian penulis, yaitu analisis terhadap efektivitas pelaksanaan suscatin di KUA Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dalam membentuk keluarga sakinnah. BAB V merupakan bab yang terakhir dalam pembahasan ini yang terdiri dari kesimpulan dan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

21 21 BAB II ARTI PENTING SUSCATIN DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINNAH A. Pengertian Kursus Calon Pengantin. Suscatin merupakan salah satu program dari Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang difokuskan pada pemberian pengetahuan dan pemahaman terhadap masalah keluarga. Program ini dilaksanakan untuk memberikan bekal kepada calon pengantin (catin) tentang pegetahuan berkeluarga dan reproduksi sehat agar calon pengantin memiliki kesiapan pengetahuan, fisik dan mental dalam memasuki jenjang perkawinan untuk membentuk keluara sakinnah, sehingga angka perceraian dan perselisihan dapat di tekan. 24 Sedangkan pengertian kursus calon pengantin itu sendiri adalah pendidikan singkat pra-nikah yang diikuti para calon pengantin atau remaja usia nikah tentang pelaksanaan perkawinan dan pembinaan keluarga sakinnah. Selain itu ada istilah-istilah yang berkaitan dengan hal di atas adalah sebagai berikut : Kursus adalah pelajaran tentang sesuatu pengetahuan atau kepandaian yang berikan dalam waktu singkat. 2. Calon pengantin adalah seorang laki-laki dan/atau seorang perempuan yang akan dan sedang mengajukan permohonan kehendak nikah di Kantor Urusan Agama (KUA). 24 Depag, Majalah Mimbar (No. 189 Juni 2002), Ibid., 39.

22 22 3. Remaja usia nikah adalah seorang laki-laki dan/atau seorang perempuan yang telah mencapai batas minimal usia nikah, sesuai Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 4. BP4 adalah singkatan dari Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan, adalah sebuah lembaga semi resmi yang bertugas membantu Kementerian Agama (Kemenag) dalam mewujudkan keluarga sakinnah. 5. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah institusi Kementerian Agama (Kemenag) yang bertugas melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama kabupaten atau kota dibidang urusan agama Islam di wilayah kecamatan. 6. STMK adalah singkatan dari surat tanda mengikuti kursus calon pengantin, adalah surat tanda bukti yang di berikan kepada mereka yang telah mengikuti kursus calon pengantin. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1 disebutkan Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinnah, mawaddah dan rohmah Islam telah memberi petunjuk tentang hak dan kewajiban sebagai suami istri. Apabila hak dan kewajiban

23 23 masing-masing sudah terpenuhi, maka dambaan suatu rumah tangga yang sakinnah akan terwujud. 26 Akan tetapi dalam mewujudkan keinginan tersebut bukanlah perkara yang mudah, karena ternyata banyak permasalahan yang timbul dan mengganggu bahtera rumah tangga yang pada akhirnya menghambat cita-cita mulia perkawinan itu sendiri. 27 Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah preventif, selektif dan antisipatif dari setiap individu yang berkeinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinnah, mawaddah dan rahmah. Perceraian memang halal namun Allah SWT sangat membencinya. Bahkan Rasulullah SAW pernah menyatakan istri-istri yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan dia tidak akan mencium bau surga. Karena itu pula pemerintah Indonesia merumuskan perundangundangan yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehatan perkawinan atau lebih dikenal BP4. Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sedini mungkin, yaitu sejak sebelum terjadinya pernikahan. Melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) No.477 Tahun 2004, pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus calon pengantin (suscatin) Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998), 27 Ibid.

24 24 Dengan keluarnya Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542/2013 membuat gerak langkah suscatin semakin jelas. Lahirnya peraturan-peraturan tentang kursus calon pengantin tersebut, merupakan bentuk kepedulian Pemerintah terhadap tingginya angka perceraian dan kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di Indonesia. Mayoritas perceraian di Indonesia terjadi dalam usia perkawinan kurang dari 5 tahun. Hal ini mengindikasikan di lapangan bahwa masih sangat banyak pasangan pengantin muda yang tidak sepenuhnya tahu dan mengetahui tentang apa yang harus dilakukan dalam sebuah pernikahan. Pengetahuan mereka tentang dasar-dasar pernikahan masih sangat kurang, sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama mengeluarkan peraturan untuk mengadakan kursus calon pengantin. Dengan mengikuti suscatin pasangan calon pengantin yang akan melenggang ke jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar pengetahuan dan ketrampilan seputar kehidupan berumah tangga. Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai penyelenggara memasukkan kursus calon pengantin (suscatin) sebagai salah satu syarat prosedur pendaftaran pernikahan. 28 Dengan persyaratan peserta merupakan orang yang sudah memasuki usia menikah, meski belum berencana menikah. Apabila peserta telah mengikiti kursus tersebut akan diberikan sertifikat yang dapat digunakan sebagai salah satu persyaratan menikah. Jika ada pasangan calon pengantin (catin) telah melangsungkan akad nikah, akan tetapi belum mengikuti kursus calon pengantin maka akan dikenakan sanksi administratif, 28 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, 182.

25 25 berupa buku nikah ditahan atau tidak diberikan untuk sementara sampai pasangan tersebut mengikuti kursus. 29 Diharapkan dengan dimasukkannya suscatin sebagai salah satu syarat prosedur pernikahan maka pasangan calon pengantin sudah memiliki wawasan dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya akan mampu secara bertahap untuk mengurangi atau meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. B. Dasar Hukum Pelaksanaan Suscatin Suscatin atau kursus pra-nikah salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan keluarga sakinnah. Diharapkan dengan dimasukkannya suscatin sebagai salah satu syarat prosedur pernikahan maka pasangan calon pengantin sudah memiliki wawasan dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya akan mampu secara bertahap untuk mengurangi atau meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. Adapun dasar hukum yang menjadi dasar pelaksanaan kursus calon pengantin adalah : Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 Pasal 1 yang menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk 29 Depag, Majalah Mimbar, Majalah Perkawinan dan Keluarga, 4.

26 26 keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa Kompilasi Hukum Islam (KHI) Dalam Pasal 2 KHI disebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan pada Pasal 3 lebih dipertegas lagi tentang tujuan dari perkawinan yaitu perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinnah, mawaddah dan rahmah Keputusan Menteri Agama Nomor 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah Dalam KMA No 477 tahun 2004 Pasal 2 ayat (1) huruf c disebutkan bahwa tugas dari kepala KUA adalah melakukan pembinaan kepenghuluan, keluarga sakinnah, ibadah sosial, pangan halal, kemitraan, zakat, wakaf, ibadah haji dan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan haji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 18 ayat (3) disebutkan Dalam waktu 10 (sepuluh) hari sebelum penghulu atau pembantu penghulu meluluskan akad nikah. Calon suami istri diharuskan mengikuti kursus calon pengantin (suscatin) 31 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Pdf (diakses pada tanggal 15 Oktober 2012, Jam 12.05). 32 Kompilasi Hukum Islam, Pdf (diakses pada tanggal 1 Maret 2013, Jam 09.57).

27 27 dari badan penasehatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP-4) setempat Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Pasal 2 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) KUA menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan nikah dan rujuk. b. Penyusunan statistik, dokumentasi dan pengelolaan system informasi manajemen KUA. c. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA. d. Pelayanan bimbingan keluarga sakinnah. e. Pelayanan bimbingan kemasjidan. f. Pelayanan bimbingan syari ah, serta g. Penyelenggaraan fungsi lain di bidang agama Islam yang ditugaskan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 34 C. Materi Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Sebagaimana umumnya dalam sebuah kursus terdapat materi-materi yang diberikan, demikian juga dengan kursus calon pengantin. Adapun materi-materi dalam pelaksanaan kursus calon pengantin adalah meliputi : Keputusan Menteri Agama Nomor 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah. Pdf (diakses pada tanggal 16 November 2015, Jam 10.17). 34 Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama. Pdf (diakses pada tanggal 16 November 2015, Jam 10.08)

28 28 1. UU Perkawinan, sebagai narasumber Kasi Urais atau BP4 dengan materi kehendak nikah, ijab qabul, sighot taklik talak, surat nikah, khutbah dan konseling. 2. Fiqih Munakahat sebagai narasumber MUI, dengan materi hikmah perkawinan, hukum perkawinan dan dampak perkawinan. 3. Reproduksi sehat sebagai narasumber Dinkes atau BKKBN, dengan materi hal-hal yang terkait dengan kedudukan manusia dan reproduksi, tumbuh kembang remaja, alat reproduksi pria dan wanita, kehamilan, perilaku seksual berisiko dan akibatnya, kenakalan remaja, penyakit menular seksual, persiapan pranikah dan bimbingan serta konseling. 4. Ekonomi keluarga sebagai narasumber Perguruan Tinggi atau MUI, dengan materi halal haram, karunia dan barokah, usaha dan kreatifitas, semangat untuk bekerja dan home industri. 5. Psikologi perkawinan sebagai narasumber Psikolog, dengan materi pengertian ilmu jiwa perkawinan, menuju perkawinan sakinnah dan memupuk kemesraan suami istri. 6. Managemen rumah tangga sebagai narasumber Ulama atau Kepala KUA, dengan materi kebutuhan vital biologis atau jasmani, kebutuhan ruhani dan kebutuhan sosial. 7. Pembinaan keluarga sakinah sebagai narasumber Seksi Urais atau Tim Penggerak PKK, dengan materi persiapan perkawinan, dasar-dasar pembentukan rumah tangga sakinnah, kriteria rumah tangga sakinnah, 35 BP4, Juklak Suscatin (Malang: BP-4, 2007), 1-4.

29 29 kewajiban dan hak suami istri, perilaku yang harus di miliki suami istri dan perilaku yang harus di hindari suami dan istri. 8. Pendidikan agama dalam rumah tangga sebagai narasumber Seksi Penamas, dengan materi tanggung jawab orang tua dalam pendidikan agama, aspek-aspek pendidikan agama dalam keluarga, pembentukan kepribadian, pola pendidikan keluarga, akhlakul karimah, iman dan Islam. D. Tujuan, Visi dan Misi Suscatin Sebuah program kerja sudah semestinya memiliki tujuan kedepannya dengan baik dan dipertimbangkan bagaimana untuk mewujudkan tujuan tersebut. Begitu juga dengan suscatin yang memiliki tujuan, visi dan misi yang baik yang di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Tujuan a) Peserta mengetahui bagaimana mempersiapkan, menatalaksanakan dan membina perkawinan yang baik dan benar. b) Peserta memiliki motivasi yang kuat dan tangguh, bagaimana membentuk keluarga yang berhasil bahagia, sejahtera dan kekal. c) Dapat mengatasi dan memahami tantangan, ancaman, gangguan dan problematika perkawinan.

30 30 d) Mengetahui dan memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga dan menejemen ekonomi. e) Dapat menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam berkeluarga. 2. Visi Terwujudnya keluarga yang sakinnah, mawadah dan rahmah. 3. Misi a) Memberikan pengetahuan dan bimbingan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah kepada calon pengantin dan remaja usia nikah. b) Mempersiapkan generasi muda-muda membina keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal berlandaskan norma-norma agama dan nilai luhur budaya bangsa. 36 E. Analisis Deskriptif Situasi dan Kondisi Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) 1. Kekuatan a. Dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang mendukung organisasi BP4. b. Dukungan kuat dari Departemen Agama sebagai mitra kerja BP4 dan instansi terkait dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan. c. Ketersediaan tenaga ahli di bidangnya untuk mendukung tugas dan fungsi BP4 di pusat dan daerah. 36 BP4, Surat Edaran BP-4 Provinsi Jawa Timur, No. 07/BP-4/JATIM/II/2007 (Jawa Timur : TP, 2007), 1.

31 31 d. Perhatian dan dukungan yang besar dari pemerintah dan masyarakat akan terwujudnya keluarga yang sehat sejahtera lahir dan batin, yang diliputi suasana sakinah, mawadah, warahmah. 2. Kelemahan a. Posisi/status BP4 terkait dengan bantuan APBN dan APBD belum jelas. b. Belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4 karena masih lemahnya SDM serta terbatasnya sarana dan prasarana pendukung. c. Kemampuan menejerial pengurus BP4 yang belum memadai. d. Sosialisasi terhadap keberadaan dan peran BP4 masih kurang, sehingga masyarakat belum mengenal dan tidak dapat memanfaatkan pelayanan konsultasi BP4. 3. Peluang a. Besar harapan dan dukungan masyarakat terhadap pembentukan keluarga sakinah. b. Kuatnya dukungan dari instansi pemerintah terhadap lembaga BP4 dalam mewujudkan instansi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan tujuan perkawinan sebagimana tercantum dalam UU Nomor 1 Tahun c. Terbukanya hubungan kerjasama yang sinergis dengan berbagai organisasi/lembaga kemasyarakatan yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama.

32 32 d. Tingginya partisipasi dari instansi/lembaga lintas sektoral dan Ormas Islam. 4. Tantangan a. Perkembangan globalisasi serta meningkatnya pengaruh teknologi informasi yang membawa dampak bagi kehidupan masyarakat dan keluarga, seperti meluasnya gaya hidup hedonistik, materialistik dan konsumerisme yang bertetangan dengan nilai-nilai agama. b. Semakin mningkatnya keluarga bernasalah yang memerlukan bantuan konseling. c. Masih tingginya angka perceraian dan nikah di bawah tangan. 37 F. Peran BP4 Dalam Suscatin Sejak BP4 dibentuk pada tanggal 3 Januari 1960-an dan dikukuhkan oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961, diakui bahwa BP4 adalah satu-satunya badan yang berusaha dibidang penasihatan perkawinan dan Pengurangan Perceraian untuk meningkatkan kualitas perkawinan menurut ajaran Islam. Maka diperlukan bimbingan dan penasihatan perkawinan secara terus-menerus dan konsisten agar dapat mewujudkan rumah tangga atau keluarga yang sakinnah, mawaddah warahmah. 38 Fungsi dan tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang-undangan lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas keluarga yang baik. 37 Musyawarah Nasional (MUNAS) Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) ke XIV/2009, Muqaddimah Anggaran Dasar BP4 yang merupakan Hasil Munas BP4 ke XIV, 2009.

33 33 Hal ini sejalan dengan Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3) menyebutkan bahwa Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga. 39 Selain itu untuk memaksimalkan peranannya, BP4 telah berupaya dan mengusahakan berbagai hal, sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Dasar BP4 Bab III Pasal 6 tentang upaya dan usaha, adalah sebagai berikut : Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok. 2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga. 3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama. 4. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di Peradilan Agama. 5. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat. 6. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun luar negeri. 39 Muqaddimah Anggaran Dasar BP4. 40 BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) ke XIV (Jakarta: BP4 Pusat, 2009), 5.

34 34 7. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur dan media elektronik yang dianggap perlu. 8. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga. 9. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam rangka membina keluarga sakinnah. 10. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah. 11. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga. 12. Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Dari beberapa hal di atas BP4 dengan giatnya terus melakukan kegiatan-kegiatan yang dirasa bisa meminimalisir angka perceraian, agar tercipta sebuah keluarga yang harmonis dalam tatanan sakinah, mawadah dan rahmah. Lebih lanjut lagi bahwa diawal berdirinya BP4 fokus utama yang dilakukan adalah dalam bentuk penasehatan. Penasehatan di sini tidak seperti nasihat pada umumnya yang dilakukan sehari-hari, namun nasihat di sini secara ilmiah dan harus dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu tertentu atau setidaknya menguasai metode tertentu. Proses dan metode yang dipraktekkan oleh BP4 saat sekarang berpedoman pada apa yang disarankan oleh seorang tokoh BP4 yaitu

35 35 almarhum KH. Nasaruddin Latif dalam buku Lili Rasjidi yang menyatakan bahwa : Nasehat perkawinan adalah suatu proses pertolongan yang diberikan kepada pria dan wanita, sebelum dan/atau sesudah kawin agar mereka memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan keluarganya. Nasihat yang diberikan sebelum kawin ditujukan pada pemuda dan pemudi atau calon-calon suami istri agar mereka benar-benar siap untuk menghadapi masalah-masalh perkawinan yang akan ditempuh. Ini agar mereka bertanggung jawab masing-masing dalam mencapai kerukunan dan kebahagiaan hidup rumah tangga dan berkeluarga. Sedangkan nasehat kepada mereka yang telah kawin lebih ditujukan pada usaha pemeliharaan agar hubungan perkawinan itu tetap berjalan lancer, rukun, harmonis dan terhindar dari segalamacam godaan yang datang. Dengan demikian penasehatan perkawinan adalah suatu pelayanan sosial mengenai masalah keluarga khususnya hubungan suami istri. Tujuan yang hendak dicapai adalah terciptanya situasi yang menyenangkan dalam suatu keluarga sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Proses penasehatan perkawinan merupakan suatu proses yang relatif lama tidak hanya sekali saja. Namun hal tersebut relatif tergantung dari pasangan suami istri bersangkutan bagaimana pemahamannya tentang arti sebuah keluarga (rumah tangga). 41 G. Pelaksanaan Suscatin Oleh BP4 41 Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Pdf, (diakses pada tanggal 12 Agustus 2015, Jam 11.21).

36 36 Meningkatnya jumlah kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) disikapi serius oleh Kementerian Agama (Kemenag). Lembaga yang mengurusi masalah keagamaan ini mewajibkan pasangan calon suami istri untuk mengikuti kursus calon pengantin (suscatin). 42 Kewajiban tersebut menyusul keluarnya Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (SE Dirjen Bimas Islam) Nomor DJ.II/542/2013 tentang Kursus Calon Pengantin. Kepala Bidang (Kabid) Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Jatim HM Asyhuri mengatakan, terbitnya SE Dirjen Bimas Islam tersebut untuk merespons semakin tingginya angka perceraian dan kasus KDRT di Indonesia. Dengan mengikuti suscatin, muda-mudi atau pasangan calon pengantin yang akan melenggang ke jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar tentang pengetahuan dan keterampilan tentang kehidupan berumah tangga. "Materi yang diberikan sangat penting bagi calon suami istri untuk menjalani rumah tangga yang bahagia sampai tua. Calon pengantin yang ikut suscatin dan dinyatakan lulus akan diberi sertifikat. 43 Berdasarkan Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin Pasal 8 ayat (4) disebutkan bahwa suscatin dilaksanakan oleh BP4 selama 16 jam pelajaran. Agar calon pengantin benar-benar paham, materi-materi tersebut nantinya akan disampaikan lewat metode ceramah, diskusi, Tanya jawab dan 42 (diakses pada pukul 22.00, tanggal ) (diakses pada pukul 22.00, tanggal ).

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah Saw kepada umatnya. Beliau menganjurkan agar segera menikah apabila telah sampai pada masanya dan ada kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan 56 BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan Indonesia. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan dalam beberapa hal, seperti Negara dengan mayoritas muslim terbanyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1 Tugas KUA adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1. Peranan BP4 dalam pembinaan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah pada

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA

BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA 39 BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA A. Kursus Calon Pengantin di Malaysia. Sebagai hukum yang hidup yang inheran Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan BAB I PENDAHULUAN L Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah suatu perbuatan hukum. Suatu perbuatan hukum yang sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (suami dan istri)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi hak-hak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) OLEH KUA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan antara laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. insan antara laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan atau pernikahan atau nikah artinya adalah penyatuan dua insan antara laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang harmonis dan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 A. Profil Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Ikatan pernikahan bukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin

BAB IV ANALISIS. A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin BAB IV ANALISIS A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin Implementasi Peraturan Nomor DJ. II/ 491/ 2009 tentang kursus calon pengantin di KUA Wonokromo dapat ditinjau dari beberapa aspek

Lebih terperinci

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai dan mempunyai hasrat (syahwat)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi kaula muda zaman sekarang, nikah di usia dini seakan menjadi tren. Dengan dalih berbekal rasa cinta dan kasih sayang membuat mereka yakin melangsungkan

Lebih terperinci

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqan ghalîdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 A. Analisis Peran Mediasi Perkara Syiqaq Di BP4 Kota Semarang Pasca Munas Ke XIV Tahun 2009. Kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai, sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun. keturunan sehingga kelestarian hidup manusia akan terjaga.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai, sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun. keturunan sehingga kelestarian hidup manusia akan terjaga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkawinan disyariatkan dengan berbagai macam tujuan yang hendak dicapai, sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, lebih khusus lagi agar mereka bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian 122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentangperan Konselor Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan(BP4) dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KURSUS PRA NIKAH PENDIDIKAN KELUARGA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama kabupaten/kota di bidang urusan agama islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, menikah jelas kaitannya dengan rumah tangga. Adapun kuliah hubungannya dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Yang Maha Indah sengaja menciptakan manusia secara berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan sebagai salah satu bagian dari romantika kehidupan. Supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen, merupakan fungsi yang pertama dan utama. Setiap organisasi dalam setiap tugasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat perkawinan adalah penyatuan dua pribadi yang saling mengikatkan diri dalam interaksi atau hubungan suami istri, yaitu hubungan yang menjadikan seorang laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Disampaikan pada : Seminar Pra Nikah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mensyariatkan perkawinan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai ibadah dan untuk memadu kasih sayang serta untuk memelihara kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kota Pekanbaru Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) resmi

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH I. Pendahuluan Allah SWT menurunkan Agama Islam sebagai rahmatan lil alamin, Agama Islam merupakan tuntunan dan petunjuk bagi umat dalam memelihara hubungan dengan Allah, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, manusia dibekali dengan keinginan untuk melakukan pernikahan, karena pernikahan itu adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Contohnya dalam hal pemenuhan kebutuhan lahiriah dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk membina suatu hubungan. Sebagai realisasi manusia dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr A. Analisis terhadap proses penyelesaian wali adhal di Pengadilan Agama Singaraja Nomor.

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS KUISIONER HASIL SURVEI TESIS STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERAGAMA ISLAM PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA PEKALONGAN Oleh : Nama : HENRI RUDIN NIM :

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikannya hewan jantan dan betina begitu pula tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA CERAI GUGAT

PROBLEMATIKA CERAI GUGAT PROBLEMATIKA CERAI GUGAT (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1.A Kendari Tahun 2015) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Jurusan Peradilan Agama Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Hidup bersama di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Guna memperoleh informasi sesuai dengan yang terumuskan dalam perumusan atau tujuan penelitian, perlu suatu desain atau rancangan menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam

Lebih terperinci

AD/ ART HASIL MUSYAWARAH NASIONAL BP4 XV/2014

AD/ ART HASIL MUSYAWARAH NASIONAL BP4 XV/2014 AD/ ART HASIL MUSYAWARAH NASIONAL BP4 XV/2014 Jakarta, 15 16 Agustus 2014 Oleh : BP4 PUSAT BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) PUSAT TAHUN 2014 Office : Masjid Istiqlal Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB III DATA HASIL PENELITIAN. A. Latar Belakang Berdirinya BP4 Kota Semarang

BAB III DATA HASIL PENELITIAN. A. Latar Belakang Berdirinya BP4 Kota Semarang BAB III DATA HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Berdirinya BP4 Kota Semarang Badan penasehatan perkawinan, perselisihan dan perceraian (BP4) bahwa menurut sejarah tumbuhnya organisasi tersebut dimulai

Lebih terperinci

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HANIEF MARDHOTILLAH NPM : 11144200103 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong

BAB 1 PENDAHULUAN. penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Haji adalah rukun Islam yang terakhir yang menjadi penyempurna dan penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong mampu tetapi tidak mau

Lebih terperinci

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik 2 Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk perzinaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 69 BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 1. Faktor-Faktor Kawin di Bawah Umur Penyebab terjadinya faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan dalam keluarga merupakan keinginan yang diharapkan semua orang yang membina rumah tangga. Suami dan isteri berjalan beriringan melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di indonesia bagi sebagian masyarakat hampir selalu dipandang sebagai sebuah sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. di indonesia bagi sebagian masyarakat hampir selalu dipandang sebagai sebuah sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berbicara mengenai birokrasi menjadi sebuah topik yang tidak ada habisnya menjadi bahan atau topik perbincangan di berbagai kalangan di Indonesia. Perspektif mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk diciptakan saling berpasangan, begitu juga manusia. Jika pada makhluk lain untuk berpasangan tidak memerlukan tata cara dan peraturan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN 2014 2017 A. Sekilas Tentang KUA 1. Profil KUA Buduran Kantor urusan agama dalam peraturan menteri agama nomor 9 tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya dijelaskan dengan jelas dan baik. Adapun judul skripsi ini berjudul:

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya dijelaskan dengan jelas dan baik. Adapun judul skripsi ini berjudul: BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Judul merupakan salah satu cerminan pokok dalam suatu penelitian karya ilmiah, maka untuk menghindari kesimpang siuran dalam memahami judul ini perlu kiranya dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan tanggung jawab. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dengan wanita, yang dengan persetujuan diantara keduanya, dan. berlandaskan pada ketentuan dan petunjuk Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dengan wanita, yang dengan persetujuan diantara keduanya, dan. berlandaskan pada ketentuan dan petunjuk Allah SWT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan persyaratan pembentukan keluarga. Dalam konsep Islam pernikahan dapat dirumuskan sebagai suatu ikatan suci lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN Mochammad Didik Hartono 1 Mulyadi 2 Abstrak Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk individu, memiliki emosi yang memerlukan perhatian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan emosional dari manusia lainnya dalam kebersamaan

Lebih terperinci