BAB III PROGRAM PERANCANGAN. dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROGRAM PERANCANGAN. dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:"

Transkripsi

1 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan mengambil konsep dari filosofi objek yang merupakan dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu: Edukatif : Objek diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi pengunjung baik dari luar atau pengunjung lokal. Rekreatif : Objek mampu memberikan suasana rekreasi dan rileks dalam mencapai salah satu target dari objek itu sendiri yaitu tempat hiburan musik. Dinamis : Bertujuan untuk menampilkan nuansa dinamis kepada pemakai dan pengunjung dengan memberikan suatu tampilan yang memberikan ciri khas tersendiri berupa bentuk bangunan yang menarik dengan tampilan di buat dengan ketinggian yang berbeda-beda dan bentuk yang menyerupai cangkang hewan trenggiling, untuk memberi irama dan kedinamisan pada bangunan sehingga ketika dipandang akan memberikan kesan dan keunikan tersendiri. B. Tata Ruang Makro 1. Lokasi a. Studi Penentuan Lokasi Untuk menentukan lokasi dalam mendirikan suatu fasilitas bangunan ada beberapa persyaratan yang harus diketahui, yaitu : Lokasinya harus strategis, yaitu mudah dicapai oleh masyarakat umum. 54

2 Lokasinya harus sehat, dalam pengertian bahwa lokasi bukan berada di daerah industri yang tinggi kadar polusinya dan bukan berada di daerah yang berlumpur/tanah rawa atau tanah yang berpasir. Faktor iklim yang berpengaruh adalah kelembaban yang harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu antara %. b. Pengenalan Lokasi Provinsi Gorontalo berdiri pada tanggal 15 februari 2001, dengan Dasar Hukum Undang-Undang No.22 tahun Gorontalo merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia yang merupakan daerah tingkat 1 yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu hanya sekitar jiwa, dengan luas wilayah sekitar ,44 Km 2. 1) Letak Astronomis Gambar 3.1 Peta Kota Gorontalo Kota Gorontalo merupakan sebuah kota yang dahulunya termasuk dalam Propinsi Sulawesi Utara, berdasarkan UU No. 38 Tahun 2000 terjadi pemekaran wilayah, dimana terbentuknya Provinsi baru dengan nama Provinsi Gorontalo yang beribukota di Kota Gorontalo. 55

3 2) Letak Administratif Luas wilayah Kota Gorontalo adalah 64,79 km 2 atau 0,28% dari luas wilayah Propinsi Gorontalo yang meliputi 6 kecamatan. Kota Gorontalo terletak di pantai barat, pada koordinat LU 00 º LU 00 º dan BT 122 º BT 123 º Batas-batas Kota Gorontalo adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo. Sebagai Ibukota Provinsi, Kota Gorontalo dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota telah menentukan arah kebijaksanaan pembangunan. Arah kebijaksanaan pembangunan ini menetapkan fungsi dan peranan kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, rekreasi dan pendidikan. Fungsi dan peranan kota ini dituangkan dalam struktur ruang kota yang disebut dengan Bagian Wilayah Kota (BWK). Di Kota Gorontalo bagian wilayah kotanya terdiri dari 5 BWK yang masing-masing memiliki rencana pengembangan dan fungsi sendiri. Bagian wilayah kota tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Gambar 3.2 Peta BWK Kota Gorontalo 56

4 BWK Utara Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Utara dan kecamatan Sipatana. dikecamatan Kota Utara antara lain Kelurahan Dulomo, Dulomo Selatan, Wongkaditi, Wongkaditi Barat, Dembe II, dan Dembe Jaya. Sedangkan dikecamatan Sipatana antara lain Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur, Molosipat U, Tapa, dan Tanggikiki. BWK ini menjadi kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman. BWK Selatan Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Selatan dan kecamatan Hulandalangi. dikecamatan Kota Selatan antara lain Kelurahan Limba U I, Limba U II, Limba B, Biawa o, dan Biawu. Sedangkan dikecamatan Hulandalangi antara lain Kelurahan Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, dan Pohe. BWK ini menjadi pusat rekreasi, transportasi laut/pelabuhan, perdagangan dan kawasan konservasi. BWK Barat Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Dungingi dan Kecamatan Kota Barat. Dikecamatan Dungingi diantaranya Kelurahan Molosipat W, Libuo, Buladu, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, Tomulabutao Timur dan Wumialo. Sedangkan dikecamatan Kota Barat antara lain Kelurahan Lekobalo, Dembe I, Pilolodaa, Buliide, dan Tenilo berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman. BWK Timur Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo Raya. Dikecamatan Kota Timur antara lain Kelurahan Heledulaa, Heledulaa Selatan, Moodu, Tamalate, Padebuolo, Ipilo, Budis, dan Tamalate. Sedangkan Kecamatan Dumbo Raya antara lain Kelurahan Botu, Talumolo, Leato Utara, dan Leato Selatan. 57

5 sebagian wilayah kelurahan Padebuolo. BWK ini dijadikan sebagai pusat industri, kerajinan dan pemukiman. BWK Tengah Meliputi beberapa wilayah kelurahan di kecamatan Kota Tengah antara lain Kelurahan Dulalowo, Dulalowo Selatan, Liluwo, Pulubala, dan Paguyaman. Dikelurahan ini menjadi pusat perdagangan regional / grosir, perbelanjaan, pemerintahan, kawasan olahraga dan rekreasi, fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan. Pembagian BWK ini sangat berperan penting dalam penentuan lokasi objek rancangan. Karena dengan adanya pembagian wilayah tersebut, objek rancangan yang dalam hal ini adalah Gedung Pementasan Musik yang dapat dikategorikan sebagai tempat rekreasi dan edukasi yang berada dalam pengelolaan pemerintah dapat ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pengelompokkan fungsi daerah/wilayah pada setiap BWK, maka objek rancangan dapat ditempatkan di kawasan BWK Selatan yang merupakan daerah yang berfungsi sebagai pusat rekreasi, transportasi, laut/pelabuhan, perdagangan, dan kawasan konservasi. Gambar 3.3 Peta BWK Selatan 58

6 2. Penentuan Site a. Kriteria Penentuan Site Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan site menyangkut fisik, tata lingkungan dan kebutuhannya : Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mendukung terciptanya Gedung Pementasan Musik. Mudah dijangkau dengan transportasi darat. Kondisi topografi atau kontur lahan relatif datar. Lalu lintas tidak padat. b. Lokasi Alternatif Site Berdasarkan pertimbangan diatas maka terdapat 2 (dua alternative site yang memiliki potensi untuk menjadi lokasi site, yaitu : Site A, altenatif yang berada pada bagian pusat kota daerah rekreatif. Site B, alternatif yang berada pada bagian selatan daerah rekreatif. SITE A SITE B Gambar 3.4 Peta Alternatif Site 59

7 a) Alternatif Site A Lokasi Site : Eks. Kantor Gubernur Jl. Jendral Sudirman, Kecamatan Kota Selatan, Kelurahan Limba U2, Kota Gorontalo. Batasan Site : Sebelah Utara : Area perkantoran dan area kampus UNISAN. Sebelah Timur : Rumah adat Dulohupa dan kolam renang Lahilote. Sebelah Selatan : Area perkantoran dan area pendidikan. Sebelah Barat : Area perkantoran. Potensi Fisik : Site terletak dikawasan area pendidikan dan perkantoran. memiliki akses/pencapaian yang baik dan mudah dijangkau. Keadaan tanah relative datar atau tidak berkontur. Aksesbilitas: Dilalui oleh jalan Arteri primer yaitu jalan Jendral Sudirman. Infrastuktur: Jaringan-jaringan infrastruktur seperti jaringan jalan, telepon, air bersih, saluran air (riol kota) tersedia. b) Alternatif Site B Lokasi Site : Eks. Bioskop Ideal Jl. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda Kota Gorontalo. Batasan Site: Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita (Bele Li M bui). Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk. 60

8 Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja. Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk. Potensi Fisik: Jangkauan untuk sampai ke site cukup dekat dari pusat kota. Site juga terletak dikawasan rekreatif. Topografi cukup landai sehingga mudah dalam penataan pedestrian. Aksesbilitas: Dilalui oleh jalan arteri primer yaitu jalan Wolter Monginsidi. Infrastruktur : Kondisi jalan baik. Drainase air kotor baik. Perolehan air bersih dan PDAM cukup baik. Memiliki jaringan listrik dan telepon. Berdasarkan beberapa alternatif lokasi site yang berpotensi didirikan suatu Gedung Pementasan Musik, serta melihat persyaratan pemilihan lokasi maka dibuat tabel pembobotan kriteria-kriteria sebagai berikut: Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site No. Kriteria Bobot SITE A SITE B NILAI N x B NILAI N x B 1. Sesuai dengan Bagian Wilayah Kota (BWK) 30 % 0,5 15 % 0,5 15 % 2. Kesediaan lahan yang cukup serta kemudahan penataan parkir. 30 % 0,3 15 % 0,5 9 % 3. Mudah dijangkau dengan transportasi darat. 20 % 0,5 10 % 0,5 10 % 4. Memiliki potensi atau keistimewaan yang bisa menjadi daya tarik. 10% 0,5 5 % 0,5 5 % 5. Lingkungan yang mendukung seperti dekat dengan area pendidikan, jasa dan perkantoran untuk menarik banyaknya 10 % 0,1 5 % 0,5 3 % pengunjung yang datang. Jumlah 100 % 42 % 50 % Keterangan Nilai : 0,5 = Baik 0,3 = Cukup 0,1 = Kurang 61

9 Dari hasil pembobotan diatas yang sesuai dengan kriteria pemilihan lokasi, maka lokasi yang terpilih adalah SITE B, sebagai lokasi yang cocok untuk pembangunan Gedung Pementasan Musik. c. Lokasi dan Analisa Site Lokasi Site Site terpilih berada di Jln. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, yang merupakan kawasan yang pesat perkembangannya serta fasilitas yang menunjang perencanaan pembangunan Gedung Pementasan Musik di Kota Gorontalo. Gambar 3.5 Peta Lokasi Site Terpilih Analisa Site 1) Pencapaian Letak lokasi site tidak jauh dari pusat Kota Gorontalo, dan dapat dicapai hanya dengan waktu 5-10 menit dari pusat Kota Gorontalo dengan menggunakan kendaraan umum. 62

10 2) Batas-Batas Site Kondisi existing site mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita Belle Li M bui Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja. Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk. Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk. Gambar 3.6 Kondisi Existing Site 3) Topografi Berdasarkan hasil survey keadaan tanah pada site yang ada relative datar dan tidak berkontur. Dengan kondisi lahan yang demikian, maka dalam perencanaan pembangunan tidak akan terlalu banyak mengalami perubahan atau perombakan. Namun pada lahan-lahan tertentu seperti untuk lansekap atau taman, maka lahan tersebut akan dibuat sedikit berkontur. 63

11 4) Klimatologi Matahari, Angin, dan Curah Hujan Gambar 3.7 Analisa Kllimatologi, Matahari. Angin,dan Curah Hujan. Orientasi Matahari Orientasi matahari sangat mempengaruhi kenyamanan hunian seseorang, karena merupakan sumber panas alam yang perlu diantisipasi. Untuk itu terdapat beberapa efek dan manfaat yang di timbulkan. a. Sinar matahari pagi sangat baik bagi tubuh manusia, yaitu antara pukul sehingga massa bangunan yang menghadap ke timur (arah matahari terbit) sebaiknya diberi bukaan yang cukup. b. Terangnya langit yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari yang merupakan sumber penerangan alamiah disiang hari, dapat dimanfaatkan sebagai penerangan pada massa bangunan. c. Selain manfaat-manfaat diatas, sinar matahari juga memiliki efek silau dan radiasi panas yang cukup tinggi, khususnya antara pukul , yang 64

12 dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakai. Untuk diterapkan beberapa hal yang dapat mengatasinya: 1) Pemanfaatan vegetasi sebagai peneduh/pelindung pada daerah-daerah dimana aktivitas diluar bangunan/ruangan dilakukan. 2) Pemakaian bahan penutup tapak yang tidak memantulkan panas, melainkan dipilih yang dapat menyerap panas, misalnya rumput. Dari analisa klimatologi diatas dpat disimpulkan bahwa matahari, angin, dan curah hujan tidak menjadi masalah dalam perancangan Gedung Pementasan Musik di site terpilih. Angin dan Curah Hujan a) Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kota Gorontalo memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Oktober-April arus angin berasal dari barat/barat laut yang mengandung banyak uap air sehingga mengakibatkan musim hujan, sedangkan pada bulan Juni-September arus angin berasal dari timur yang tidak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. b) Angin laut terjadi pada malam hari dan angin darat pada siang hari. c) Penghadiran vegetasi yang cukup banyak di sekitar bangunan yaitu untuk mengantisipasi kecepatan dan mengarahkan angin. 65

13 5) Kebisingan/Noise Gambar 3.8 Analisa Kebisingan di Sekitar Site Untuk mengatasi kebisingan yang mungkin nantinya mengganggu aktivitas objek, maka hal-hal yang dapat dilakukan antara lain: Menggunakan material yang dapat meredam dan mereduksi kebisingan. Menempatkan area privat (zona private) pada daerah dengan tingkat kebisingan yang rendah, serta mengatur massa dan ruang dalam bangunan. Menggunakan vegetasi/tumbuhan untuk mengurangi atau meredam kebisingan. 66

14 6) View/Tata Pandangan Gambar 3.9 Analisa View Sekitar Tapak a) View arah utara adalah areal pemukiman, perhotelan dan Gedung Dharma Wanita Belle Li Mbu i. b) View arah barat merupakan areal pemukiman penduduk dan Peribadatan. c) View arah selatan adalah areal pemukiman penduduk. d) View arah timur merupakan Alun-Alun Taruna Remaja, lapangan tenis dan kompleks perkantoran. 67

15 7) Utilitas Gambar 3.10 Analisa Utilitas Sekitar Site Jaringan utilitas disekitar site sangat mendukung perencanaan objek, hal ini dapat dilihat dengan tersedianya jaringan utilitas kota, yaitu: a) Jaringan listrik yang disediakan oleh PT. PLN sebagai penyuplai tenaga listrik ke objek dan sekitarnya. b) Jaringan air bersih PDAM yang dapat disuplai ke objek rancangan guna memenuhi kebutuhan air bersih. c) Jaringan komunikasi yang disediakan oleh PT. Telkom sebagai provider yang menyuplai jasa telekomunikasi. 8) Pencapaian Sirkulasi Site berada dekat dengan sarana fasilitas olahraga dan Alun-ALun Taruna Remaja yang memiliki fasilitas jalan raya sehingga untuk pencapaiannya sangat mudah, baik menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Dalam site 68

16 terdapat jalur entrance (jalur masuk) dan jalur exit (jalur keluar) sehingga tercipta kemudahan dan keteraturan sirkulasi. Gambar 3.11 Analisa Sirkulasi Sekitar Site 9) Sistem Parkir Pengguna parkir. Pengguna parkir pada area parkir adalah untuk pengunjung, baik pengunjung gedung maupun pengelola gedung tersebut. Sistem parkir. Area parkir pada tapak diberi perkerasan. Parkir untuk pengelola disediakan dalam areal yang terpisah dari areal pengunjung. Sistem parkir digunakan untuk kendaraan roda empat dan roda dua. Parkir mobil pengunjung disatukan dalam satu areal yang terpisah dari parkir pengelola. 10) Detail Lansekap Vegetasi Pada site ini diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi apabila musim kemarau tiba, maka dengan adanya vegetasi ini akan dapat memberikan 69

17 kesejukan dan kenyamanan dalam site serta dapat memperoleh nilai estetika yang baik. Melihat kondisi site yang terletak dipersimpang jalan, maka pada bagianbagian tertentu diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi kebisingan. Seperti yang diketahui bahwa disekitar site tersebut telah memiliki vegetasi tetapi vegetasi tersebut masih kurang, sehingga perlu ditanami vegetasi yang lebih banyak lagi. Saluran Air Kotor Saluran air kotor jika diolah dengan baik dan benar dapat menjadi unsur landsekap yang baik. Fungsi dari saluran air kotor selain untuk membuang air kotor juga sebagai pemisah fungsi bangunan, pemisah daerah ruang, sebagai detail pola lansekap, dan lain-lain. Perkerasan Digunakan untuk perkerasan berupa aspal untuk jalan kenderaan dan perkerasan paving block untuk area parkir dalam site, karena kenderaan yang masuk ke dalam site memiliki beban yang berat sehingga menuntut perkerasan yang kuat. Street Furniture Lampu penerangan, terdiri dari lampu penerangan jalan, ditempatkan diantara tanaman untuk memberikan kesan estetika. Serta bak sampah berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara yang kemudian akan diteruskan ke bak sampah induk, dan kemudian diangkut oleh truk sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 70

18 C. Tata Ruang Mikro 1. Analisa Pelaku Kegiatan Segala kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan tergantung pada fungsi bangunan beserta pelakunya, baik pengunjung maupun para staf pengelolanya. Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Aktifitas Pengunjung Aktifitas pengunjung yang datang ke Gedung Pementasan Musik, yaitu : Datang, Bertanya/mencari informasi, Membaca, Membeli tiket, Duduk, menonton/melihat pertunjukkan, Istrahat, Makan dan Minum, Main Musik, dan Buang air kecil dan air besar. b. Aktifitas Pengelola Aktifitas pengelola pada Gedung Pementasan Musik, yaitu : Datang, Melakukan aktivitas pengelolaan bangunan, Diskusi, Istrahat, Makan, Sholat, dan Buang air kecil dan air besar. 71

19 c. Aktifitas Pemusik Aktifitas pemusik yang menjadi objek pada Gedung Pementasan Musik adalah: Datang, Ganti kostum dan berias, Performance, Istrahat, dan Buang air kecil dan air besar. 2. Kebutuhan Ruang Berdasarkan aktifitas yang terjadi pada objek rancangan dan dari study kasus yang ada, maka diperoleh suatu pengelompokkan kebutuhan ruang yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 3.2 Pengelompokkan Kebutuhan Ruang Gedung Pementasan Musik Sifat Ruang No. Fasilitas No. Nama Ruang Semi Publik Publik Privat Servis PENGELOLA 1. Rg. Penerimaan Tamu 2. Rg. Direktur Utama 3. Rg. Sekretaris 4. Rg. Arsip 5. Rg. Meeting 6. Rg. Karyawan 7. Toilet 2. UTAMA 8. Lobby 9. Tiket Box 10. Rg. Informasi 11. Rg. Security 12. Rg. Serba Guna 13. Auditorium 14. Backstage Area 15. Stage/Panggung 16. Rg. Ganti/Rias 17. Rg. Pengamanan Stage 18. Rg. Medical Center 19. Rg. Monitoring 20. Rg. Proyektor 72

20 21. Rg. Mixer 22. Rg. Alat Pendukung Artis 23. Gudang 24. Toilet 25. Rg. Host Acara 26. Rg. Persiapan Artis 27. Rg. Komputerisasi 3. PENUNJANG 28. Restaurant 29. Mushola 30. Studio Musik 31. Studio Live Streaming 4. SERVICE 32. Penitipan Barang 33. Loading Dock 34. Rg. Mekanikal Elektrikal 35. Rg. Panel 36. Rg. Genset 37. Rg. Air Heating Unit/AHU 38. Gudang Perlengkapan Gedung 5. AREA PARKIR 34. Pos Jaga/Keamanan 35. Area Parkir Mobil 36. Area Parkir Motor 3. Organisasi Ruang a. Tujuan Penataan organisasi ruang yang sistematik bertujuan pada prinsip-prinsip yang diharapkan sebagaimana berikut : Kaitan antara lingkup kegiatan dan fungsi penunjang tidak saling mengganggu kegiatan masing-masing. 1) Komunikasi maksimal antara masing-masing lingkup kegiatan. 2) Pencapaian yang efektif ke masing-masing lingkup kegiatan. 3) Kemudahan operasional dan pengamanannya. b. Dasar Pertimbangan 1) Tuntutan karakter ruang berdasarkan sifat kegiatannya/tuntutan ketenangan. 2) Adanya fungsi kegiatan yang sejenis. 73

21 3) Adanya fungsi kegiatan yang berbeda tetapi erat hubungannya. c. Prinsip Distribusi Ruang Untuk memberikan kemudahan kontrol, kecepatan komunikasi dan interaksi antara personil akan lebih baik bila dikelompokan dalam dua lantai, maka : 1) Distribusi vertikal dan horisontal dapat dilakukan pada ruang. 2) Tiap lingkup kegiatan didistribusikan secara vertikal dan horizontal, sehingga masing-masing menempati tiap lantai dengan distribusi dua lantai. d. Pola Peruangan Faktor-faktor yang menjadi dasar petimbangan terhadap pola peruangan, antara lain: 1) Pola hubungan kerja menurut struktur organisasi. 2) Pengelompokan ruang sesuai fungsi. 3) Sistem sirkulasi pencapaian dan pola sirkulasi. Berdasarkan pada kegiatan yang ada, maka pola peruangan diwujudkan dalam: a) Pengaturan unit-unit ruang sehingga didapat pola sirkulasi dan lay-out keseluruhan yang menunjang pencapaian dan sirkulasi yang jelas. b) Sistem flow pelayanan umum dan khusus dipisahkan agar kiranya pelayanan lebih teratur dan tidak menyulitkan. c) Penyesuaian sifat dan karakter masing-masing kegiatan. 74

22 D. Study Besaran Ruang 1. Tujuan Untuk mendapatkan optimalisasi pemenuhan kebutuhan ruang yang efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan besaran ruang yang akan dipakai. 2. Dasar Pertimbangan Adapun beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mempengaruhi penentuan besaran ruang yang akan dipakai, yaitu : Jenis pemakai yang menggunakan ruang. Jenis aktivitas dan perabotan yang digunakan. Fungsi dan jenis ruang. Asumsi yang dipakai. Adapun standar yang dijadikan acuan dalam perencanaan besaran ruang objek rancangan gedung konser musik adalah dengan menggunakan Data Arsitek jilid I dan II (Architect s Data Neuvert). Hal ini digunakan apabila ada ruang yang tidak atau belum memiliki standard, besaran ruang diambil berdasarkan studi ruang gerak, sirkulasi dan perletakan perabot. 3. Tinjauan Potensi Pengunjung dan Kapasitas Kebutuhan Bangunan Kapasitas dari suatu gedung atau bangunan tidak terlepas dari jumlah pengunjung yang diperkirakan akan masuk kedalam bangunan itu, hal tersebut yang akan menentukan berapa besar bangunan itu untuk dapat menampung kapasitas dari pada pengunjung dan pengelolanya. 75

23 Tabel 3.3 Jumlah Pengunjung Jumlah No. Tahun Penonton (org/thn) Jenis Musik di Gelar Jumlah Tempat Pop Rock, Dangdut, Pop Pop, Dangdut Pop, Slow Rock, Dangdut Pop, Dangdut Pop, Dangdut 4 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, 2011 Perhitungan jumlah penonton pada gedung pentas yang datang pada tahun 2020 atau 10 tahun ke depan. jumlah penonton ini merupakan hasil dari pertunjukan musik lokal dan non lokal yang dilangsungkan di Provinsi Gorontalo. Rumus yang digunakan dalam memprediksi peningkatan pengunjung/penonton adalah pengembangan dari rumus probabilitas yang dikembangkan oleh ahli matematika Perancis Pimeon D Poisson. Rumus ini dulu digunakan untuk menghitung atau diterapkan pada putusan-putusan pengadilan pidana dan perdata, namun seiring perkembangan rumus ini digunakan untuk menghitung prediksi jumlah penduduk. (sumber pengantar teknik) RUMUS : Pn = Po ( 1 + r )ⁿ keterangan : Pn = Jumlah pengunjung tahun ke-n (2020). Po = Jumlah pengunjung tahun saat proyeksi. r = Pertumbuhan rata-rata pertahun. n = Selisih tahun antara saat proyeksi dan tahun proyeksi. maka : a. Prediksi Jumlah Pengunjung 1) Pengunjung Datang Maka Pertambahan pengunjung tiap tahun. 76

24 4 tahun terakhir = % = % = 0,36% 3 tahun terakhir = % = % = 0,56% 2 tahun terakhir = % = % = 0,63% 1 tahun terakhir = % = % = 1,68% r = 0, ,63 + 1,68 4 = 3,23 4 = 0,81% 2) Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2020 (sepuluh tahun mendatang) Pn = Po ( 1 + r )ⁿ Pn = (1 + 0,81%)¹º = (1 + 0,0081)¹º = (1,0081)¹º = (1,084) = orang 77

25 Jadi jumlah pengunjung pertahun adalah: 9.453/3 kali konser = org/thn b. Prediksi Jumlah Pengunjung pada Konser Lokal dan Non Lokal Prediksi jumlah pengunjung pada konser lokal dan non lokal adalah 1 : 2 Jumlah penonton yang datang adalah: Konser lokal = kali konser = orang Konser non lokal = kali konser = orang Jumlah pengunjung yang datang pada konser, dengan perbandinagn 1:3 adalah = orang. Persentasi pengunjung untuk konser lokal dan non lokal adalah: Konser lokal = : % = 14,3% Konser non lokal = : % = 85,7% Maka : Jumlah penonton konser lokal : 0, = orang/tahun. Jumlah penonton perkonser lokal : : 3 kali konser = 450 orang/konser. Jumlah penonton konser non lokal : = 900 orang/konser. 4. Besaran Ruang Tabel 3.4 Besaran Ruang Fasilitas Pengelolah Kebutuhan Ruang Ruang Direktur Utama Ruang Sekretaris Ruang Arsip Ruang Karyawan Kapasitas 1 orang kepala, 1 Orang Sespri Standar /orang (M²) Acuan Perhitungan Luas 16 m 2 NAD 2 16 m 2 32 m 2 1 orang 8 m 2 NAD 1 8 m 2 8 m 2 1 orang kepala bagian,1 orang Sekretaris 8 m 2 NAD 2 8 m 2 16 m 2 6 kepala bagian, 48 staf 8 m 2 NAD 54 8 m m 2 Ruang Tamu 20 orang 2,4 m 2 NAD 20 2,4 m 2 48 m 2 78

26 Ruang Meeting 60 orang 8 m 2 NAD 60 8 m m 2 Tiolet 1 toilet untuk 5-10 org. 50 % dari pengelola 60 = 30/15 org = 2 unit pria dan pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir 0,8, 1 wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 wastafel Pria 1,8 m = 2,6 Wanita 1,8 m 2 NAD 2 4,4 m 2 9 m 2 Sub total 1.025m² 30% sirkulasi 307,5m² Total 1332,5m² Tabel 3.5 Besaran Ruang Fasilitas Utama Kebutuhan Ruang Lobby Kapasitas 10 % dari 900 Orang = 90 org Standar /orang (M²) Acuan Perhitungan Luas 1,48 m 2 NAD 90 1,48 m 2 133,2 m 2 Tiket Box 2 loket (1 loket, 2 petugas) 1,5 m 2 NAD 4 1,5 m 2 6 m 2 Ruang Informasi - 1 ruangan NAD - 12 m 2 Ruang Security - NAD - 12 m 2 Ruang Serba Guna Auditorium 20% dari pengunjung 900 = 180 org 80 % dari pengunjung 900 = 720 org 1,2 m 2 NAD 180 1,2 m m 2 1,2 m 2 TSS 720 1,2 m m 2 Backstage Area 50 Orang - Asumsi 50 0rang 85 m 2 Stage/Panggung 25 Orang 3 m 2 Asumsi 25 3 m 2 75 m 2 Ruang Ganti/Rias Ruang Pengamanan Stage 10 orang 2 m 2 NAD 10 2 m 2 20 m 2-1 ruangan Asumsi - 24 m 2 Medical Center - 1 ruangan Asumsi - 16 m 2 Ruang Monitor - - NAD - 15 m 2 Ruang Proyektor - 1 ruangan Asumsi - 75 m 2 Ruang Mixer - 1 ruangan Asumsi - 36 m 2 Ruang Lighting - 60 m 2 Asumsi 60 m 2 60 m 2 79

27 Ruang Alat Pendukung Artis Ruang Host Acara 10 orang 1,8 m 2 NAD 10 1,8 m 2 18 m 2 6 orang 2 m 2 NAD 6 2 m 2 12 m 2 Ruang Persiapan Artis Ruang Komputerisasi 8 orang 2 m 2 NAD 8 2 m 2 14 m 2 15 orang 1 ruangan NAD - 38 m 2 Gudang - - NAD - 20 m 2 Toilet Pria/Wanita 1 toilet untuk org. 40 % dari pengunjung 900 = 360 / 60 org = 6 unit pria dan pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir 0,8, 1 wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 wastafel Pria 1,8 m = 2,6 m 2 Wanita 1,8 m 2 NAD 6 4,4 m 2 26,4 m 2 Sub Total 1777,6 m 2 30% sirkulasi 533,28 m² Total 2310,88 m² Tabel 3.6 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang Kebutuhan Ruang Restoran & Cafe Kapasitas 30% dari pengunjung 900 = 270 org Standar /orang (M²) Acuan Perhitungan Luas 1,48 m 2 NAD 270 1,48 m 2 399,6 m 2 Dapur 25 Orang 0,5 m 2 NAD 25 0,5 m 2 12,5 m 2 Gudang - - NAD - 5 m 2 Toilet 1 toilet untuk org. 5 % dari pengunjung 670 = 34/20org = 1,7 = 2 unit pria dan pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir 0,8, 1 wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 wastafel Pria 1,8 m = 2,6 m 2 Wanita 1,8 m 2 NAD 2 4,4 m 2 9 m 2 Mushola 10 Orang 1,5 m 2 Asumsi 10 1,5 m 2 15 m 2 Studio Musik - - Asumsi m 2 Studio Live Streaming - - Asumsi - 97 m 2 Sub Total 649,1 m 2 30% sirkulasi 194,73 m² Total 843,83 m² 80

28 Tabel 3.7 Besaran Ruang Fasilitas Service Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar /orang (M²) Acuan Perhitungan Luas Loading Dock - - Asumsi - 47 m 2 Penitipan Barang Ruang Mekanikal Elektrikal - 15 m 2 NAD 15 m 2 15 m 2-15 m 2 NAD 15 m 2 15 m 2 Ruang Panel 4 orang - NAD m 2 Ruang Genset 5 orang 5,5 m 2 NAD 5 5,5 m 2 27 m 2 Ruang Air Heating Unit/AHU 2 orang - Asumsi - 16 m 2 Gudang - - NAD - 57 m 2 Sub Total 193 m 2 30% sirkulasi 57,9m² Total 250,9m² Tabel 3.8 Lahan Parkir Kebutuhan Ruang Pos Keamanan Parkir Mobil Parkir Sepeda Motor Kapasitas 2 Loket (1 Loket, 1 Petugas) 1 mobil = 4 orang 30 % dari pengunjung & pengelola = /4 orang = 72 mobil 1 sepeda motor = 2 orang 70 % dari pengunjung & pengelola = % dari 672 = / 2 = 168 sepeda motor Ket: NAD : Neufert, Ernst, Architect Data I & II TSS : Time Saver Standart For Building Type Standar /orang (M²) Acuan Perhitungan Luas 4 m 2 NAD 2 4 m 2 8 m 2 24 m 2 / mobil 1,6 m 2 /sepeda motor NAD m m 2 NAD 168 1,6 m 2 268,8 m 2 Sub Total 2004,8 m 2 30% sirkulasi 601,44 m² Total 2606,24m² Tabel 3.9 Rekapitulasi Besaran Ruang No. Jenis Ruang Luasan Ruang 1. Fasilitas Pengelola 1332,5 m 2 2. Fasilitas Utama 2310,88 m 2 3. Fasilitas Penunjang 843,83 m 2 4. Fasilitas Service 250,9 m 2 Total 4738,11 m 2 81

29 5. Open Space Total luasan area yang dibutuhkan untuk perancangan Gedung Pementasan Musik adalah : Total Luasan Ruang (BC) = 4738,11 m² : 2 = 2369,055 m² Building Coverage (BC) : Open Space (OPS) = 40% : 60% Untuk OPS = 60 BC 40 = ,055 m² 40 = 3553,59 m² Luas lahan tapak untuk area lansekap = 3553,59 m² - Luasan Lahan Parkir Luas Lahan Efektif adalah : = 3553,59 m² ,24 m² = 947,35 m² = Building Coverage (BC) + Lahan Parkir + Lahan Lansekap = 2369,055 m² ,24 m² + 947,35 m² = 5922,645 m² 6. Pola Hubungan Ruang Hubungan ruang dalam objek rancangan terbagi atas: a. Pola Hubungan Makro Pola hubungan ruang makro menggambarkan secara skematik hubungan ruangruang antar fasilitas secara keseluruhan dalam objek rancangan. 82

30 Gambar 3.12 Pola Hubungan Ruang Makro b. Pola Hubungan Ruang Mikro Hubungan ruang mikro menggambarkan secara sistematik hubungan ruangruang tiap bagian dalam objek rancangan, baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang. Fasilitas Utama: Recital Gambar 3.13 Pola Hubungan Ruang Mikro, 83

31 E. Analisa Bangunan 1. Konsep Dasar Bentuk Terdapat 3 (tiga) wujud dasar sebagai bentuk yang paling sederhana dan teratur yang nantinya dapat dikembangkan sebagai komposisi bentuk Arsitektur, yang oleh Francis D.K Ching bentuk-bentuk dasar/murni itu, terdiri atas: Tabel 3.10 Konsep Dasar Bentuk SIFAT BENTUK OLAHAN RUANG Serentetan titik-titik yang disusun dengan dalam olahan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik. LINGKARAN Sebuah bidang datar yang mempunyai 4 buah sisi yang sama penjang dan 4 buah sudut Rileks dan santai Jika ditempatkan suatu lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat alamnya sebagai poros. Jika menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut di sekitar bentuk lingkaran dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat. Memberi kesan formal dan kaku. Memberi kesan tertib dan teratur. Menghadirkan kesan dinamis, stabil, statis, dan rasional. Pergerakan leluasa. Agak sulit dalam olahan ruang. Mudah. Ruang terpakai secara efisien. Sirkulasi mudah. PERSEGI Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh 3 buah sisi dan mempunyai 3 buah sudut. Menghadirkan kesan stabil dan dinamis. Jika terletak pada satu sisi merupakan bentuk yang stabil dan seimbang. Pada keadaan sangat kritis akan tampak tidak stabil dan cenderung jatuh. Adanya sudut yang banyak, akan membuat ruang tidak terpakai secara efektif. Sirkulasi kurang leluasa. SEGITIGA 84

32 2. Gubahan Bentuk a. Proses Perubahan Bentuk Proses perubahan bentuk dapat ditempuh dengan morfologi. dengan bentukbentuk dasar yang diubah hingga diperoleh bentukan yang cocok dengan dasar perancangan objek. Morfologi Arsitektural (architectural morphology) disebut juga studi didalam Arsitektur, hal ini secara inti menyangkut dengan batasan-batasan dimana bentuk geometri ditempatkan pada bentuk-bentuk yang memungkinkan atau tepat dan ruang-ruang dimana bangunan-bangunan dan rencana denahnya diambil. Morfologi juga merupakan proses perubahan bentuk yang diakibatkan oleh faktor penting yang mempengaruhi bentuk denah dan tampilan bangunan itu sendiri. Rencana perubahan bentuk dengan penggabungan bentuk berpengaruh terhadap denah dan tampilan bentuk objek nanti, yang dalam hal ini objek rancangan mengambil konsep biomorfik yang dapat mengambil inspirasi dari alam sekitar. b. Jenis Bentuk Bangunan Berdasarkan jenis massa yang ada maka untuk menunjang citra bangunan, kita dapat mengetahui jenis massa apakah yang cocok nantinya agar bangunan terlihat unik, dinamis, individual dan menarik. Pada objek rancangan Gedung Pementasan ini diambil jenis massa tunggal dengan pertimbangan sebagai berikut: Mudah mengelompokkan kegiatan tanpa terjadi tumpang tindih antara fungsi yang berbeda lewat perbedaan lantai dan pembagian zone tiap lantai. Aktivitas pada obyek yang memungkinkan untuk disatukan dalam suatu massa dimana aktivitas utamanya yaitu sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukkan atau pementasan musik. 85

33 Kesan bangunan yang akan ditampilkan lebih dinamis dan mudah dalam pengawasan keamanan. c. Gubahan Bentuk Bangunan Sisitem gubahan bentuk bangunan terdiri dari beberapa macam system, yaitu: Bentuk Terpusat Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengintari bentuk dominan yang berada ditengah-tengah. Bentuk ini biasanya menuntut adanya keteraturan geometris yang mempunyai dominasi visual, bentuk-bentuk yang harus terletak dipusat yang menjadi dominan. Bentuk Linier Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret dan berulang. Bentuk Radial Merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar bentuk-bentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya. Bentuk Cluster Terdiri dari bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-sama menerima kesamaan visual. Pola cluster ini dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran ataupun jarak letak dan pola ini cukup luas untuk memadukan bermacam-macam bentuk, ukuran dan orientasi kedalam struktur organisasinya. Bentuk Grid Adalah bentuk-bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain diatur oleh grid-grid tiga dimensi. 86

34 Gubahan massa bangunan yang sesuai adalah bentuk radial yang merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar bentukbentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya. 3. Tampilan Bangunan Tampilan bangunan memegang peranan penting guna menampilkan citra bangunan. yang berperan didalam citra bangunan yaitu: a. Fungsi, pemenuhan terhadap aktivitas manusia merupakan batasan fungsi secara umum dalam Arsitektur. Namun fungsi tidak selalu menentukan bentuk, dalam hal ini bentuk hanya dapat mencerminkan simbol kegiatan yang ada tapi tidak selalu form follow function. b. Skala, berperan dalam memberi kesan pada bangunan dan berlaku pada interior dan eksterior bangunan. c. Penampilan berdasarkan gubahan massa, seperti: Simetris, berkesan statis. Asimetris, berkesan dinamis. Hirarki, berdasarkan kepentingan fungsi bangunan. Pada rancangan Gedung Pementasan Musik ini, menggunakan prinsip Asimetris agar berkesan dinamis sesuai citra yang diinginkan. d. Pengolahan fasade bangunan juga mengambil konteks sejarah dari musik itu sendiri. Dari sejarahnya perkembangan musik mengalami 2 periode yaitu periode klasik dan modern. Maka pengolahan fasade yang digunakan adalah modern minimalis dengan melihat perkembangan musik saat sekarang ini jauh berkembang pesat dengan 87

35 jenis-jenis/aliran musik baru yang modern dengan fasilitas-fasilitas yang memadai dan canggih sehingga membantu perkembangan musik itu sendiri. F. Utilitas Bangunan a. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan ini terdiri atas: 1) Pencahayaan alami (day lighting) Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari melalui jendela-jendela dan skylight. Sinar matahari melalui skylight diteruskan ke ruang-ruang yang berada pada bangunan. 2) Pencahayaan buatan (artificial lighting) Pencahayaan dengan menggunakan energi listrik (berasal dari PLN), dengan tenaga cadangan dari generator. Secara umum, menggunakan lampu downlight. Downlight tidak hanya menjadi alat penerangan didaerah publik tetapi dengan penataan letak yang artistik, elemen interior ini dapat memberi nuansa berbeda yang mempecantik ruangan. Lampu taman (garden lamp) digunakan untuk ruang luar. Auditorium (Ruang Pertunjukan) Pencahayaan di ruang-ruang pertunjukan tidak sama dengan pencahayaan pada ruang-ruang lain seperti pada cafetaria, lobby, dan lain sebagainya. Hal ini karena aktivitas di ruang ini berbeda dengan aktivitas di ruangan lain. Pada ruang-ruang seperti ini sebagian pengunjung menginginkan pencahayaan secara tidak langsung mengenai objek misalnya cahaya yang berasal dari pantulan karena mengenai suatu bidang, maupun cahaya yang dihasilkan dari lampu yang tersembunyi di balik dinding yang bertekstur. Akan tetapi pada ruang-ruang 88

36 tersebut juga tetap menggunakan sistem pencahayaan langsung. Hal ini karena pengunjung yang datang ke tempat ini terdiri dari anak-anak, remaja, orang dewasa, sampai orang yang sudah tua. Cafetaria Pencahayaan pada cafetaria menggunakan pencahayaan buatan, hal ini dikarenakan ruangan tersebut yang tertutup struktur atap dari sinar matahari yang menjadi sumber pencahayaan alami. Lobby Pada area lobby sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem pencahayaan buatan seperti halnya pada cafetaria. Pada ruang-ruang lain seperti pada kantor pengelola sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem pencahayaan buatan. Hal ini karena aktivitas diruang ini tidak sama dengan aktivitas pada ruang auditorium atau ruang pertunjukan. b. Sistem Penghawaan Penghawaan pada bangunan Gorontalo Expo Center, untuk mendukung kegiatan promosi /pameran merupakan persyaratan mutlak untuk dipenuhi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penghawaan antara lain : 1) Keadaan ventilasi 2) Bentuk bidang pengarah 3) Keadaan temperatur 4) Keadaan kelembaban 5) Kebutuhan udara tiap objek 6) Arah angin terhadap bangunan dan besaran ventilasi 89

37 7) Radiasi 8) Kualitas udara dalam lingkungan sekitar. Penghawaan pada Gedung Konser ini menggunakan 2 sistem, yaitu: a) Penghawaan alami (natural ventilation) Dengan memanfaatkan aliran udara dengan cara memasukkan udara dan mengeluarkan udara kembali keluar bangunan. b) Penghawaan buatan (artificial ventilation) Memanfaatkan tenaga listrik dengan menggunakan alat pengukur suhu ruangan Air Conditioning (AC). Adapun jenis AC yang digunakan pada objek rancangan adalah: AC Split Digunakan pada fasilitas pengelola, fasilitas penunjang dan fasilitas utama. AC Split mempunyai kelembutan suara mesin yang tidak bising sehingga menjamin ketenangan. Peredam suara bising tersebut karena adanya motor kondensor yang terletak diluar ruangan. AC Central Gambar 3.14 AC Split Digunakan pada fasilitas pertunjukan/auditoriuml, yang terdiri dari mesin pengelola udara yaitu Air Handling Unit (AHU). Gambar 3.15 AC Central 90

38 c. Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran telah diatur pada peraturan-peraturan bangunan yang prinsipnya meliputi pencegahan kebakaran dengan mengadakan alat pengaman pada sistem sekring (fuse). Setiap ruangan dilengkapi dengan Alat Pemadam Air Ringan (APAR) dengan media tabung kimia/busa dengan perletakan yang mudah dijangkau, dilengkapi dengan ionizer atau head detector yang membunyikan alarm seketika bila terjadi kebakaran pada suatu ruangan. Untuk menangkal kebakaran pada bangunan ini digunakan: 1) Ionizer Detector, yang berfungsi mendeteksi ion asap secara dini. 2) Head Detector, yang mendeteksi perubahan panas yang signifikan didalam ruangan. 3) Penempatan tabung pengaman dalam firebox ditempat-tempat yang mudah terbakar pada jarak sekitar 30m. 4) Pemasangan water hydrant pada area sudut-sudut luar bangunan. 5) Pemasangan sprinkler. Bak Penampungan Water Hidrant Fire House SUMBER API Alarm Tangga Darurat APAR Gambar 3.16 Sistem Penyelamatan Terhadap Kebakaran 91

39 d. Sistem Distribusi Air Bersih Pengadaan air bersih sebagai tuntutan kebutuhan pengunjung direncanakan berasal dari PDAM. PDAM merupakan sumber air bersih yang berasal dari sungai yang kemudian dibendung, lalu diolah dan diproses oleh suatu perusahaan untuk warga/masyarakat yang memerlukan usaha ini, sedangkan sumur pompa merupakan sumber air bersih yang berasal dari air tanah yang di pompa ke atas dengan menggunakan pompa air. Syarat-syarat fisik air bersih adalah: Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Mempunyai suhu kira-kira C Memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan cara pengalirannya, untuk mendistribusikan air ke ruang-ruang yang telah ditentukan dalam bangunan dapat menggunakan sistem horizontal ataupun sistem vertikal. Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PDAM, volume air disesuaikan dengan keperluan pengguna seluruhnya yang kemudian air bersih tersebut dapat disimpan dalam ground recervoir dan tangki air. Sumur Pompa Ruangan Meteran Ground Tank Pompa Tandon Air PDAM Gambar 3.17 Sistem Distribusi Air Bersih 92

40 e. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Air Hujan Air kotor dapat dibedakan atas air kotor yang berasal dari bangunan, baik itu dari pantry, westafel, air hujan dan sebagainya. Sedangkan kotoran padat berupa kotoran manusia yang berasal dari toilet. Secara rinci proses pembuangan air kotor pada bangunan dapat dilihat dalam skema berikut ini: Limbah Bak Kontrol Septic Tank Peresapan Air Kotor (Lavatory,Westafel) Air Kotor (Dapur,Paintry) Bak Penangkap Lemak Bak Kontrol RIOL KOTA Gambar 3.18 Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran Padat Air Hujan Saluran Drainase Bak Kontrol RIOL KOTA Gambar 3.19 Sistem Pembuangan Air Hujan Kotoran atau feaces baik padat maupun cair yang berasal dari kamar mandi/wc disalurkan melalui saluran pipa-pipa yang ditanam dalam tanah ke bak kontrol lalu disalurkan ke septic tank dan berakhir pada bak peresapan. Untuk air hujan yang mengalir dari bagian atap dialirkan ke talang horizontal menuju talang vertical. Agar tidak terjadi genangan air, maka dibuat saluran air disekeliling bangunan dan tepi jalur kenderaan ke riol kota agar air hujan dapat langsung mengalir. 93

41 Sampah Sampah yang ada di dalam bangunan dibuang ke tempat sampah yang ada dalam bangunan, kemudian sampah tersebut dibuang ke tempat sampah yang ada diluar bangunan. Sampah dari bangunan dan tapak dibuang sementara ke tempat sampah didalam tapak yang kemudian diangkut keluar dengan truk pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA. Sampah Basah/Organik Sampah Basah/Conteiner Truk Pengangkut/Dump Truk TPA Sampah Kering/Anorganik Sampah Basah/Conteiner Gambar 3.20 Sistem Pengelolaan Sampah f. Sistem Telekomunikasi Sistem komunikasi yang digunakan didalam bangunan ini adalah: Telepon Digunakan untuk hubungan ekstern, dengan sistem PABX (Privat Automatic Brance Exchanges) yang dihubungkan dengan PT. Telkom. Intercom Digunakan untuk percakapan antar ruangan didalam bangunan. Walky Talkie Digunakan oleh security sebagai sarana didalam menjaga keamanan dan kenyamanan. 94

42 g. Sistem Penangkal Petir Petir adalah suatu gejala listrik diatmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat. Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen-komponen dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir yang dapat mengakibatkan kebakaran. Sistem penangkal petir tersebut dapat berupa: Sistem Franklin (Sistem Konvensional) Sistem Faraday (Sangkar Faraday) Sistem Radio AKtif Dalam sistem penangkal petir pada Gedung Pementasan ini dirancang menggunakan sistem Franklyn atau Sistem Konvensional. Pada sistem Franklyn ini sebuah batang yang runcing dipasang pada bagian paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tanah (mencapai permukaan air). Daerah yang dilindungi dari sambaran petir berbentuk segitiga kerucut dengan ujung penyalur petir pada puncaknya. Disistem ini hanya menggunakan sebuah split penangkal petir yang dipasang pada tempat tertinggi. Tiang Franklin Tembaga Penghantar Ground /Tanah Gambar 3.21 Sistem Penangkal Petir h. Sistem Penyediaan Listrik Listrik merupakan energi yang dapat diubah menjadi energi lain, menghasilkan panas, cahaya, kimia, atau gerak (mekanik). Dalam bangunan atau gedung, penggunaan listrik sangatlah penting mengingat penggunaan gedung atau bangunan yang tak pernah 95

43 lepas dari sistem pencahayaan, penghawaan, elektrikal dan sebagainya yang sebagian besar cara pengalirannya membutuhkan suatu arus listrik. Kebutuhan listrik dalam bangunan Gedung Pementasan dapat diperoleh melalui PLN sebagai sumber listrik yang utama dan generator atau genset sebagai sistem jaringan listrik cadangan apabila aliran listrik dari PLN terputus. Kedua jaringan disalurkan ke trafo dan panel kontrol pusat (MDP) kemudian dialirkan ke panel (SDP) yang akan diteruskan ke tiap-tiap ruang yang membutuhkan aliran listrik. PLN Meter Panel Listrik ATS Panel Distribusi Unit Bangunan Genset Gambar 3.22 Sistem Penyediaan Listrik i. Sistem Akustik Prinsip-prinsip perencanaan akustik ruang sebagai dasar pertimbangan antara lain: 1) Background noise/latar belakang kebisingan. 2) Bentuk dan ukuran ruang. 3) Jenis kegiatan dan fungsi ruang. 4) Penggunaan elemen-elemen ruang seperti: Plafon yang berfungsi untuk pemantulan bunyi. Dinding berfungsi untuk pemantulan, penyerapan dan pembaur bunyi. Lantai berfungsi sebagai penyerap, pemantul dan pembelok bunyi. Elemen-elemen ruang ini merupakan fungsi akustik yang sangat menentukan dalam sistem yang akan diterapkan pada suatu rancangan Gedung Pementasan Musik. 96

44 Pada Gedung Pementasan Musik ini khususnya pada ruang-ruang yang membutuhkan bahan peredaman maka digunakan kombinasi dari bahan-bahan peredam yang ada, misalnya penggunaan gypsum sebagai partisi ruang, penggunaan glasswool sebagai bahan pengisi, serta penggunaan lantai karpet dapat menciptakan sistem akustik ruang yang baik untuk ruang-ruang yang mengahasilkan bising yang tinggi. Ruang Auditorium Teknik penataan akustik pada ruang auditorium sangat perlu untuk diperhatikan agar tidak mengganggu pengguna ruangan lain. Hal ini karena pada ruang-ruang tersebut menghasilkan tingkat kebisingan yang sangat tinggi. Mengingat ruang-ruang tersebut membutuhkan peredaman yang sangat tinggi maka cara untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan menambahkan massa pada partisi ruangan. Penggunaan dinding ganda dengan memberikan rongga udara yang didalamnya terdapat material pengisi juga dapat memperoleh hasil redaman yang lebih baik. Gypsum digunakan sebagai material partisi dinding ruangan dan untuk material pengisi digunakan selimut akustik yang berupa serat kaca (glasswool). Secara umum sistem akustik yang diterapkan pada ruang ini mengacu pada lima prinsip dasar membuat ruang kedap suara yaitu penggandaan massa material yang digunakan, absorpsi atau penyerapan suara, serta penggunaan material akustik pada ruang tersebut.. Back Stage, Restaurant, dan Lobby Penataan akustik pada ruang-ruang publik seperti back stage, restoran, lobby, dan sebagainya tidak terlalu membutuhkan teknik peredaman yang lebih. Hal ini karena aktivitas di ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan kebisingan yang tinggi. Pada ruang-ruang tersebut tidak perlu menggunakan dinding ganda seperti pada ruang auditorium. Teknik peredaman di ruang-ruang ini hanya dilakukan dengan cara 97

45 permainan plafond yang naik turun. Plafond yang tidak rata atau naik turun mampu meredam suara meskipun hasil peredamannya tidak sebaik menggunakan material kedap suara. Pada ruang-ruang lain seperti ruang-ruang pengelola tidak terlalu memperhatikan sistem penataan akustik. Hal ini karena ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan kebisingan. j. Pengaturan Tata Landscape Tujuannya adalah untuk menentukan/menganalisa jenis dan fungsi tanaman yang akan digunakan pada luar tapak. Dasar pertimbangannya adalah untuk pembentukan ruang Landscape dan sebagai kontrol visual yang berfungsi sebagai penyejuk dan pereduksi panas dan bunyi yang menyebabkan kebisingan. Untuk jenis tanaman yang akan digunakan pada penataan Landscape yaitu : 1) Palem Raja, karena mempunyai banyak fungsi selain unsur estetika juga sebagai pengarah dan tata hijau. 2) Kirai Payung, karena dapat melindungi dan sebagai penahan angin selain itu juga sebagai filter kebisingan. Dari hasil analisa, dapat diketahui jenis pohon yang digunakan dan fungsinya, yaitu: a) Dapat menciptakan iklim mikro yang baik. b) Sebagai pendukung unsur estetika. c) Sebagai pembatas dan pengarah imajine. 98

46 G. Sistem Struktur Adapun 4 hal konsep struktur yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan antara lain: 1. Fungsional. Dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan bagi pemakai dalam pemanfaatan dan penggunaannya. 2. Estetika. Sebagai dasar keindahan dan keserasian pada bangunan yang mampu memberikan rasa kagum bagi pengamat dan rasa bangga bagi pemilik. 3. Struktural. Mempunyai struktur yang kuat dan mantap sehingga dapat memberikan rasa aman. 4. Ekonomis Penggunaan material yang baik sehingga bangunan tersebut dapat bertahan lama dan awet. Perencanaan suatu bangunan perlu diperhatikan dalam masalah struktur, karena struktur berfungsi untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh alam dan menyalurkan semua macam beban kedalam tanah. Struktur yang dipakai dalam Gedung Pementasan Musik ini adalah: a. Struktur Bawah (Lower Structure) Struktur bawah dibentuk oleh pondasi dan sloof dengan fungsi utama sebagai pemikul beban bangunan. Struktur bawah yang dipakai dalam rancangan bangunan ini adalah pondasi tiang pancang, yang dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Pertimbangan beban keseluruhan dan daya dukung tanah. Pertimbangan kedalam tanah dan jenis tanah 99

47 Perhitungan efesiensi pemilihan pondasi Elemen-elemen struktur yang akan dijadikan pendekatan pemilihan system struktur yag akan dipakai pada objek rancangan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Poer Plat Mendukung untuk bangunan bentang lebar, cocok untuk jenis tanah yang kerasnya tidak terlalu dalam, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam. 2) Pondasi Langsung Sistem pondasi langsung digunakan apabila lapisan tanah mempunyai daya dukung baik, dan tidak terletak terlalu jauh dari muka tanah. 3) Pondasi Tiang Pancang Digunakan apabila keadaan tanah bangunan khususnya untuk pekerjaan pondasi sangat tidak menguntungkan, yang disebabkan antara lain keadaan muka air tanah yang sangat tinggi, dan keadaan lapisan tanah memiliki daya dukung yang berbeda-beda, dan yang memiliki daya dukung tanah yang baik letaknya cukup dalam, sehingga tidak mungkin lagi dilakukan lagi penggalian maupun pengeboran. Maka alternatif terpilih untuk struktur bawah adalah Tiang Pancang. Pada masa utama bangunan yang meliputi pondasi jalur dan sloof beton yang digabung dengan pondasi tiang pancang untuk daerah gaya vertikal yang cukup besar,sedangkan pada titik-titik tertentu sebagai penopang struktur atas (Upper Structure) dibuat penggandaan kolom dari ukuran kolom lainnya (Kolom Deletasi) yang nantinya akan menjadi landasan dari struktur atap. b. Struktur Tengah (Middle Strukture) Struktur tengah dibentuk oleh lantai, kolom, balok dan dinding yang berfungsi sebagai pembentuk ruang, sebagai pembentuk bangunan dan sebagai pelindung. Struktur 100

BAB III PROGRAM RANCANGAN. Perancangan Gorontalo Art Gallery Centre akan berada di kota Gorontalo. Kota

BAB III PROGRAM RANCANGAN. Perancangan Gorontalo Art Gallery Centre akan berada di kota Gorontalo. Kota INDA PUTRI JULIANTY BAB III PROGRAM RANCANGAN 3.1. Aspek Site dan Lingkungan 3.1.1 Pemilihan Lokasi Perancangan Gorontalo Art Gallery Centre akan berada di kota Gorontalo. Kota Gorontalo sendiri sudah

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM RANCANGAN

BAB III PROGRAM RANCANGAN BAB III PROGRAM RANCANGAN A. Aspek Site Dan Lingkungan 1. Lokasi a. Pengenalan Lokasi Gambar 3.1 Peta kota Gorotalo (sumber : Buku RTRW kota Gorontalo,2013) Kota Gorontalo terletak di pulau Sulawesi yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB III PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB III PROGRAM DASAR PERANCANGAN A. Lokasi 1. Pengenalan Lokasi Gambar 3.1 Peta Kota Gorontalo Kota Gorontalo terletak di pulau Sulawesi yang berada pada posisi 00 0 28 17-00 0 35 56 LU dan 122 0 59 44-123

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Pengembangan Stasiun Alastua sebagai Depo Penyimpanan dan Perawatan Kereta Api adalah untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB III PROGRAM PERANCANGAN 29 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Tata Ruang Makro 1. Penentuan Lokasi Site Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bone Bolango (Sumber: Dokumen Faksi Bone Bolango) Pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Besaran Ruang BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Dari pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan, didapatkan program ruang yang dibutuhkan Pusat Kesenian Kabupaten Wonosobo,

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID BAB V PROGRAMMING 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Kelompok Kapasitaiber Perhitungan Un- Sum- Luas No (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID Masjid 1000 Jumlah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA A. Konsep Dasar Perencanaan Besaran ruang merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan besar ruang gerak dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan Dan Perancangan Tanjung Kelayang Beach Resort merupakan resort hotel berbintang empat di Kabupaten Belitung yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabe5.1 Rekapitulasi Program Ruang SMA Negeri 54 Jakarta Kelompok Kegiatan Utama 1. Hall 75,00

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Konsep Dasar Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. Primer sebagai pusat informasi dan edukatif, 2. Sekunder merupakan penjabaran fungsi

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perancangan 6.1.1 Program 1. Kelompok Kendaraan Tabel 6.1 Kelompok Kendaraan Emplasement kedatangan Bus AKAP Bus AKDP Angkuta Angkudes Emplasement

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA BAB VI KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA 6.1. Ide Bentuk Disain Gambar 6.1 Ide disain 6.2. Konsep Perancangan Karakter Komunikatif, rekreatif, dan atraktif serta analogi bencana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta 6.1. Konsep Perencanaan 6.1.1. Konsep Zoning Massa Berdasarkan hasil analisis pada Bab V, kawasan Studio Film di Yogyakarta terbagi atas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang a. Aktivitas Utama Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada BAB III KONSEP 3.1. KONSEP EDUKASI PADA BANGUNAN Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada pengadaan space I ruang yang memungkinkan pengunjung memahami betul bagaimana sebuah

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1. Rekapitulasi program ruang GOR Kudus Wisma Atlet untuk 30 orang 1 Hall 60 2 R.Tidur Atlet

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN 6.1. TUJUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Gedung Pertunjukan Seni di Yogyakarta direncanakan akan menjadi suatu fasilitas publik sebagai wadah seni

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Pelaku Kegiatan Pelaku pelaku yang melakukan aktivitas pada hotel diantaranya adalah : a. Pengunjung Pengunjung hotel

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Rancangan Terhadap Tapak 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan Kedungkandang Kota Malang, karena kesesuian dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

Lapas Kelas I A Kedungpane

Lapas Kelas I A Kedungpane BAB V PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA 5.1. Tapak Terpilih Lokasi tapak dipilih berdasarkan rencana pembangunan lapas wanita oleh Kemenkumham Kanwil Jawa Tengah, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK BAB V SEMARANG BATIK CENTER DAN PELATIHAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK 5.1 Program Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Semarang Batik Center dan Pelatihan merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci