PEDOMAN TATA KELOLA LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TATA KELOLA LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT INDONESIA BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 PEDOMAN TATA KELOLA LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mendukung program penurunan tingkat kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Perjanjian Hibah Millennium Challenge Compact antara Pemerintah Amerika Serikat melalui the Millennium Challenge Corporation dan Pemerintah Republik Indonesia (Compact), yang telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Ruang lingkup program yang akan dilaksanakan dalam Program Compact tersebut adalah kegiatan lintas sektoral yang terdiri dari: (1) Kegiatan Green Prosperity yang merupakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis lahan; (2) Kegiatan nutrisi yang merupakan kegiatan untuk mengurangi dan mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah, serta mengurangi kekerdilan dan kekurangan gizi anak dan meningkatkan pendapatan rumah tangga; dan (3) Kegiatan modernisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah yang merupakan kegiatan untuk meningkatkan penghematan pengeluaran secara signifikan dalam pengadaan barang dan jasa. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian, dalam hal Dana Perwalian digunakan oleh lebih dari satu Kementerian/Lembaga atau lintas sektoral, pembentukan Lembaga Wali Amanat oleh salah satu menteri/ pimpinan lembaga terkait, dilaksanakan berdasarkan penunjukan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, dan untuk menindaklanjuti proses penandatangan Hibah Compact telah dibentuk Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia melalui Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun Dalam rangka menjabarkan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Menteri tersebut terutama ketentuan tentang pengelolaan pelaksanaan program, kegiatan dan pengelolaan anggaran perlu ditetapkan Pedoman Tata Kelola Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia. 1

2 B. Tujuan Pedoman Tata Kelola Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia ditetapkan dengan tujuan memberikan pedoman bagi organ Millennium Challenge Account-Indonesia dalam melaksanakan tugas mengelola Program Compact. C. Ruang Lingkup Ketentuan tentang Kedudukan Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia; 1. Ketentuan tentang Majelis Wali Amanat; 2. Ketentuan tentang Unit Pelaksana Program; 3. Ketentuan tentang Kelompok Pemangku Kepentingan; 4. Ketentuan tentang Unit Pendukung Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); 5. Ketentuan tentang Kebijakan MCA-Indonesia; dan 6. Ketentuan lain-lain D. Ketentuan Hukum Terkait 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah; 3. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Pembentukan Dana Perwalian; 6. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 7 Tahun 2012; 7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pembentukan Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pembentukan Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia; 2

3 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.05/2012 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah Millennium Challenge Corporation; 9. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.82/M.PPN/HK/2012 tentang Pembentukan Majelis Wali Amanat Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account-Indonesia; E. Definisi dan Pengertian Dalam Pedoman Tata Kelola ini yang dimaksud dengan: 1. Millennium Challenge Corporation Amerika Serikat, yang selanjutnya disingkat MCC, adalah sebuah lembaga yang dibentuk Pemerintah Amerika Serikat untuk menyalurkan hibah dengan misi mengurangi kemiskinan global melalui pendekatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 2. Program Compact adalah program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dengan MCC untuk penanggulangan kemiskinan sebagaimana disepakati dalam Millennium Challenge Compact antara Amerika Serikat melalui the Millennium Challenge Corporation dan Republik Indonesia 3. Millennium Challenge Compact antara Amerika Serikat melalui the Millennium Challenge Corporation dan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Compact, adalah perjanjian tertulis tentang pelaksanaan Program Compact antara Pemerintah Indonesia dengan MCC yang ditandatangani pada tanggal 19 November 2011, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 5 (lima) tahun sejak tanggal efektif. 4. Millennium Challenge Account-Indonesia, yang selanjutnya disingkat MCA-Indonesia adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan Program Compact sesuai dengan Compact. 5. Pedoman Tata Kelola MCA-Indonesia adalah dokumen yang berisi tentang pengaturan mekanisme pelaksanaan Program Compact. 6. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Menteri Perencanaan, adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional. 7. Menteri Keuangan adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara. 8. Satuan Kerja, yang selanjutnya disebut Satker, adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu organisasi yang membebani dana APBN. 9. Lembaga Wali Amanat adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh Kementerian/Lembaga untuk mengelola Dana Perwalian sesuai dengan kewenangan yang disepakati dalam Perjanjian Hibah. 10. Majelis Wali Amanat, yang selanjutnya disebut MWA, adalah bagian dari Lembaga Wali Amanat yang dipersamakan dengan Satker 11. Dasar Hukum Pembentukan (Establishment Regulations) adalah produk hukum berupa peraturan dan keputusan yang terdiri atas Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian, Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan 3

4 Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.05/2012 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah Millennium Challenge Corporation 12. Entitas Pelaksana (Implementing Entity) adalah suatu badan/kementerian/bukan Kementerian yang dilibatkan oleh pemerintah untuk menerapkan dan melaksanakan kegiatan dalam pelaksanaan Program Compact. 13. Perjanjian Pelaksanaan Program (Program Implementation Agreement), yang selanjutnya disingkat PIA, adalah kesepakatan yang memberikan penjelasan rinci mengenai tata laksana implementasi, akuntabilitas fiskal, pencairan, penggunaan Dana MCC, dan hal lain yang terkait. 14. Kelompok Pemangku Kepentingan (Stakeholder Group) adalah lembaga yang dibentuk MWA untuk memberikan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan Program Compact. 15. Transfer Agreement adalah perjanjian antara MCA-Indonesia dan Bank Dunia (World Bank) yang berisi ketentuan dan persyaratan mengenai pendanaan dan partisipasi MCA-Indonesia dalam program nasional Fasilitas Pendukung Pemberdayaan Masyarakat. 16. Perjanjian Pelengkap (Supplemental Agreement) adalah perjanjian antara: (a) Pemerintah (atau afiliasi Pemerintah) dan MCC (termasuk, tetapi tidak terbatas pada, PIA); atau (b) MCC dan/atau Pemerintah (atau afiliasi Pemerintah), di satu pihak, dan pihak ketiga, di lain pihak, termasuk penyedia apapun, yang dalam setiap kasus, akan menguraikan perincian pendanaan, pelaksanaan atau pengaturan lainnya guna memajukan dan mematuhi Compact. 17. Personil Inti (Key Staff) adalah unsur dari Unit Pelaksana Program, yang terdiri atas satu atau beberapa Direktur yang bertanggung jawab kepada Direktur Eksekutif. 18. Pendanaan MCC (MCC Funding) adalah pendanaan Program Compact dan Pendanaan Pelaksanaan Compact sebagaimana dimaksud dalam Bagian 2.3 Compact. 19. Material Agreement adalah perjanjian-perjanjian antara Pemerintah dan MCA-Indonesia, dan perjanjian-perjanjian yang mengangkat, mempekerjakan atau mengikat (i) Auditor atau Pemeriksa, (ii) Fiscal Agent, (iii) Procurement Agent, (iv) Bank, (v) Entitas Pelaksana, (vi) Manajer Proyek Luar (termasuk Manajer Fasilitas Green Prosperity) dan (vii) Anggota MWA (termasuk setiap Pemantau) atau Pejabat MCA-Indonesia (termasuk perjanjian mengenai kompensasi atas orang tersebut). 20. Pedoman Pengadaan MCC (MCC Procurement Guidelines) adalah pedoman pengadaan barang dan jasa yang ditetapkan oleh MCC. 21. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 22. Perjanjian Bank (Bank Agreement) adalah perjanjian antara MWA atas nama MCA-Indonesia dengan lembaga keuangan yang disetujui oleh MCC untuk mengelola Permitted Accounts yang mengatur ketentuan dan persyaratan sesuai dengan Compact. 23. Direktur Eksekutif (Executive Director) adalah Pejabat yang memimpin Unit Pelaksana Program. 24. Dokumen Rencana Pelaksanaan (Implementation Plan Document) adalah dokumen yang terdiri dari (i) Rencana Kerja, (ii) Rencana Rinci Keuangan, (iii) Rencana Audit dan (iv) Rencana Pengadaan dengan bentuk dan isi yang disetujui oleh MCC. 25. Perjanjian Entitas Pelaksana (Implementing Entity Agreement) adalah perjanjian antara MCA- Indonesia dengan Entitas Pelaksana yang ditunjuk dan yang menguraikan peran dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang bentuk dan isinya disetujui oleh MCC. 4

5 26. Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut KPA, adalah Kepala Satker atau pejabat yang ditunjuk pada Satker yang mengelola dana hibah MCC yang penetapannya dilakukan oleh Menteri Perencanaan. 27. Rencana Pemantauan dan Evaluasi adalah rencana yang menguraikan komponen-komponen rencana pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Compact. 28. Situs web MCA-Indonesia adalah situs yang dikelola oleh MCA-Indonesia yang memuat informasi mengenai pelaksanaan Program Compact. 29. Laporan Periodik (Periodic Report) adalah laporan yang dibuat oleh MCA-Indonesia kepada MCC sesuai yang disyaratkan dalam pedoman laporan (Reporting Guidelines). 30. Permitted Accounts adalah satu atau beberapa rekening bank yang dibuka oleh MCA-Indonesia dengan persetujuan MCC. 31. Pejabat Pembuat Komitmen, yang selanjutnya disebut sebagai PPK, adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 32. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar, yang selanjutnya disebut sebagai PPSPM, adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran atau KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. 33. Perwakilan Non Pemerintah adalah Anggota MWA yang bukan berasal dari Kementerian/Lembaga. 34. Tim Pelaksana adalah unit kerja yang di bawah pengarahan dan pengawasan MWA untuk melaksanakan dan mendukung pelaksanaan tugas sehari-hari dalam melaksanakan Program Compact, dan terdiri dari Unit Pelaksana Program yang dibantu oleh Fiscal Agent, Procurement Agent, dan Unit Pendukung KPA. 35. Fiscal Agent adalah lembaga profesional dalam bidang manajemen keuangan yang dipilih oleh MWA melalui seleksi terbuka untuk mendukung tugas Tim Pelaksana. 36. Procurement Agent adalah lembaga profesional yang dipilih oleh MWA melalui seleksi terbuka untuk mendukung tugas Tim Pelaksana dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. 37. Aset Program (Program Assets) adalah semua aset, barang atau properti (nyata, berwujud atau tidak berwujud) yang dibeli atau dibiayai secara keseluruhan atau sebagian (langsung atau tidak langsung) dari Dana MCC. 38. Pedoman Program (Program Guidelines) adalah dokumen-dokumen yang terdiri dari Audit Guidelines, MCC Enviromental Guidelines, MCC Gender Policy, Governance Guidelines, MCC Policy for Monitoring and Evaluation of Compacts and Threshold Programs, MCC Cost Principles for Government Affiliates Involved in Compact Implementation (termasuk penggantian dari yang disebutkan di atas) dan pedoman dan kebijakan lain yang berhubungan dengan administrasi dana hibah MCC yang dari waktu ke waktu dimuat pada situs web MCC. 39. Dana Rupiah Murni adalah dana yang diberikan Pemerintah untuk membiayai kegiatan Unit Pendukung KPA dan membayar penggantian (reimbursement) pajak. 40. Pengelola Dana Amanat adalah lembaga keuangan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh MWA untuk mengadministrasikan penggunaan dana perwalian yang ditampung dalam Permitted Accounts sesuai dengan Compact. 41. Perwakilan Pemerintah adalah Anggota MWA yang berasal dari Kementerian/Badan. 5

6 BAB II LEMBAGA WALI AMANAT A. Kedudukan 1. Organ pelaksana MCA-Indonesia terdiri dari: a. MWA; b. Pengelola Dana Amanat yang diangkat oleh MWA; c. Tim Pelaksana yang terdiri atas Unit Pelaksana Program (Program Implementation Unit) yang dibantu oleh Fiscal Agent dan Procurement Agent, dan Unit Pendukung KPA 2. MWA bertindak sebagai pengarah program dan sebagai satuan kerja 3. Dalam melaksanakan tugasnya, MCA-Indonesia dapat dibantu oleh satu atau lebih Kelompok Pemangku Kepentingan (Stakeholder Group) yang bertugas memberi nasehat dan masukan serta melakukan diseminasi informasi tentang pelaksanaan Program Compact kepada masyarakat. 4. MCA-Indonesia didirikan untuk jangka waktu paling kurang enam puluh empat bulan sejak Compact berlaku efektif B. Tujuan dan Kewenangan 1. Pembentukan MCA-Indonesia ditujukan untuk bertindak sebagai lembaga akuntabel yang mewakili Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana Program Compact sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati dalam Compact. 2. MCA-Indonesia merupakan agen utama untuk melaksanakan Program Compact dan melaksanakan hak dan kewajiban Pemerintah Indonesia untuk mengawasi, mengelola dan melaksanakan Program Compact, termasuk namun tidak terbatas, untuk mengelola pelaksanaan berbagai proyek dan kegiatannya serta mengalokasikan sumber daya dan mengelola pengadaan barang/jasa. 3. MCA-Indonesia diberi kewenangan oleh Compact, PIA dan Dasar Hukum Pembentukan (Establishment Regulation) untuk melaksanakan berbagai kewajiban Pemerintah berdasarkan Compact secara independen, transparan dan akuntabel. C. Tugas 1. MCA-Indonesia bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan Program Compact sesuai dengan ketentuan Compact. 2. MCA-Indonesia mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan hal-hal sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 jo Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2012, sebagai berikut: a. koordinasi dengan lembaga terkait dalam penyiapan Program Compact; 6

7 b. koordinasi dengan lembaga terkait dalam pelaksanaan kebijakan operasional Program Compact serta pemecahan masalah dalam pelaksanaan tugas; c. perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengadaan barang/jasa, manajemen keuangan, pengendalian pengawasan dan pelaporan pelaksanaan Program Compact, termasuk melakukan Transfer Agreement sebagaimana diatur dalam Compact; d. mewakili Pemerintah Indonesia dalam melakukan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga, organisasi masyarakat sipil, swasta, dan lembaga keuangan dalam rangka pelaksanaan Program Compact; dan e. melaksanakan fungsi lainnya untuk pelaksanaan Program Compact sesuai dengan Compact. 3. Dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengadaan barang/jasa, manajemen keuangan, pengendalian pengawasan dan pelaporan Program Compact, termasuk pelaksanaan Transfer Agreement yang telah diatur dalam Compact sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, dijabarkan sebagai berikut: a. melaksanakan hak dan tanggung-jawab yang ditetapkan dalam Compact dan dalam perjanjian terkait lainnya, yang mengikat Pemerintah secara penuh atas hak dan tanggung jawab tersebut; b. menyusun anggarannya sendiri (DIPA) dan melaksanakan semua keputusan MWA; c. melakukan pembayaran dengan Dana MCC; d. memperoleh, memiliki, mempunyai dan melepaskan kepemilikan atas nama MCA- Indonesia; e. memiliki kapasitas hukum untuk menuntut dan untuk dituntut di muka pengadilan; f. mengikatkan diri dan melaksanakan kontrak atas nama MCA-Indonesia dengan badan hukum private, badan hukum publik termasuk MCC, berbagai instansi Pemerintah serta berbagai unit-unit lainnya (seperti unit-unit pelaksana program, profesional, penyedia jasa lainnya dan konsultan); g. mengikatkan diri atas nama MCA-Indonesia dalam perjanjian hibah dengan badan hukum private, badan hukum publik termasuk MCC, berbagai instansi Pemerintah serta berbagai unit-unit lainnya (misalnya unit-unit pelaksana program), profesional, penyedia jasa lainnya dan konsultan; h. melaksanakan hubungan dengan berbagai Entitas Pelaksana (Implementing Entities), melalui Perjanjian Entitas Pelaksana (Implementing Entity Agreement) termasuk memberikan kewenangan tertentu sesuai dengan Compact dengan persetujuan MCC; i. melaksanakan berbagai kewajibannya sebagaimana diatur dalam Transfer Agreement; j. mengasuransikan semua risiko komersial yang berlaku umum terkait dengan pelaksanaan kegiatan; k. membuka rekening bank atas nama MCA-Indonesia; dan l. melaksanakan tugas dan kewenangan lainnya selaku lembaga akuntabel (accountable entity) sebagaimana diatur dalam Compact, PIA, dan Pedoman Program (Program Guidelines). 4. MCA-Indonesia dilarang melakukan kegiatan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang melanggar Compact. 7

8 BAB III MAJELIS WALI AMANAT A. Peran Majelis Wali Amanat 1. MCA-Indonesia diarahkan oleh MWA. 2. Sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2012 jo Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2012, MWA memiliki kewenangan membuat keputusan secara independen. 3. MWA akan memiliki kewenangan dan tanggung jawab pokok, sebagai berikut: a) pengawasan, pengarahan dan pembuatan keputusan MCA-Indonesia; b) pelaksanaan keseluruhan Program Compact sesuai dengan Compact, PIA dan perjanjian tambahan lainnya (Supplemental Agreement); 4. MWA bertindak independen dan menjadi pembuat keputusan akhir tentang hal-hal yang menyangkut Compact, dengan persetujuan dari MCC sebagaimana dinyatakan dalam Compact dan dalam PIA. 5. Keputusan MWA tidak dapat diganggu gugat ataupun dibatalkan oleh badan atau pejabat Pemerintah manapun, selain oleh lembaga peradilan yang melaksanakan kewenangan yuridiksi. B. Tugas dan Tanggung Jawab Majelis Wali Amanat 1. Ketentuan Umum a. MWA memiliki tugas dan tanggung jawab untuk: 1) menaati seluruh dokumen pengaturan antara lain surat keputusan, peraturan, piagam, kesepakatan, termasuk melaksanakan Compact; 2) berpartisipasi aktif dalam mengawasi pengelolaan MCA-Indonesia, termasuk evaluasi laporan kinerja dari Personil Intinya (Key Staff); 3) mengawasi, memonitor, mengevaluasi, dan memberi arahan kepada Unit Pelaksana Program, dan memastikan bahwa Unit Pelaksana Program terdiri atas pegawai yang memenuhi syarat baik dari sektor publik maupun swasta, dan telah melalui proses penerimaan dan seleksi yang terbuka dan kompetitif; 4) melindungi, memelihara, dan mengelola Aset Program yang berasal dari dana MCC dan menjamin bahwa Dana MCC digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan; 5) membuat catatan tertulis/notulensi dari setiap pertemuan yang dilaksanakan MWA, yang menggambarkan semua pengambilan keputusan dan semua tindakan yang diambil; 6) memastikan bahwa semua data dan informasi MCA-Indonesia akurat dan lengkap; 7) menjamin bahwa audit atas MCA-Indonesia dilakukan oleh auditor independen setiap enam bulan; 8

9 8) menyerahkan kepada MCC laporan akuntabilitas periodik yang telah disetujui MWA, terkait penggunaan anggaran, neraca, arus kas, dan berbagai catatan tentang laporan keuangan dan laporan kinerja dari MCA-Indonesia sesuai dengan Compact; 9) mengundang dan menilai usulan pengadaan barang/jasa dan/atau usulan hibah sebagaimana dimaksud pada Bab II huruf C angka 3.f dan g untuk kegiatan yang telah diatur dalam Program Compact serta apabila diperlukan dapat memberikan persetujuan berdasarkan MCC Procurement Guidelines dan berdasarkan Bagian 3.6(b) dari Compact; 10) menyerahkan dokumen pengesahan APBN kepada Kementerian Keuangan, menyerahkan dokumen pengesahan realisasi penerimaan dan pengeluaran kepada Kementerian Keuangan, dan menyerahkan laporan keuangan kepada Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan; 11) menyampaikan laporan semesteran kemajuan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan Dana Perwalian kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan MCC; 12) secara aktif bekerjasama dan memertimbangkan berbagai rekomendasi dan nasehat dari Unit Pelaksana Program, apabila diperlukan dapat meminta Kelompok Pemangku Kepentingan (Stakeholders Groups) menyampaikan informasi yang responsif dan dokumen yang diperlukan kepada MWA; dan 13) mengangkat dan menetapkan Pengelola Dana Amanat, sebagaimana dituangkan dalam Bank Agreement, dengan persetujuan MCC. b. Tugas dan tanggung jawab MWA sebagaimana dimaksud pada huruf a, tidak mengurangi tanggung jawab umum MWA sebagaimana yang dimaksud dalam huruf A, serta tanggung jawab MWA yang tidak dapat didelegasikan sebagaimana disebut pada angka 2 di bawah ini, serta tugas MWA lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 8 dan 16 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun Tanggung Jawab yang Tidak Dapat Didelegasikan Tanggung jawab MWA yang tidak dapat didelegasikan kepada Unit Pelaksana Program atau unit lainnya adalah sehubungan dengan tanggung jawab untuk mempertimbangkan, menyetujui atau tidak menyetujui : a. setiap Rencana Pengadaan, Fiscal Accountability Plan, dan Rencana Pemantauan dan Evaluasi maupun setiap perubahan secara substansial yang terkait padanya; b. setiap Material Agreement atau setiap modifikasi, pengakhiran, atau penundaan darinya, atau setiap tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya suatu modifikasi, pengakhiran atau penundaan dari suatu Material Agreement, setiap pembebanan atas Dana MCC atau Aset Program, tindakan yang menimbulkan utang atau penjaminan, baik langsung maupun tidak langsung, dari setiap tindakan atau perjanjian utang; c. setiap pelepasan, baik seluruhnya atau sebagian, likuidasi, pembubaran, penutupan, reorganisasi atau perubahan lain, dari MCA-Indonesia, termasuk pencabutan, atau perubahan atau tambahan pada, setiap Dokumen Pelaksanaan; d. setiap perubahan anggota MWA (termasuk anggota bukan pemilik suara), perubahan anggota yang berperan sebagai ketua MWA, perubahan komposisi atau jumlah anggota MWA, dan pengisian jabatan dari MWA (termasuk setiap anggota bukan pemilik suara); e. mempekerjakan, dengan persetujuan MCC, sebagaimana dimaksud pada Bab IV huruf C, memberhentikan atau mengisi jabatan Direktur Eksekutif yang memimpin Unit Pelaksana 9

10 Program, dan setiap perubahan dalam komposisi atau jumlah personil Unit Pelaksana Program; f. setiap pembentukan atau akuisisi sub-agen atau afiliasi dari MCA-Indonesia; g. setiap keputusan untuk merubah, menambah, penggantian, mengakhiri, atau perubahan dari setiap hal yang disebut di atas; h. kelayakan dari usulan program dan kegiatan (dalam rangka melaksanakan proyek serta kegiatan yang ditentukan dalam Compact) yang direkomendasikan oleh Unit Pelaksana Program, dengan pertimbangan, persetujuan atau ketidaksetujuannya harus dicatat dalam notulen tertulis dari MWA; dan i. setiap dokumen, perjanjian, atau usulan lain manapun yang disebut pada Pedoman Program (Program Guideline) sebagai dokumen, perjanjian atau tindakan yang harus mendapat persetujuan MWA. 3. Komite Eksekutif. a. MWA dapat membentuk Komite Eksekutif sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Tata Kelola ini yang para anggotanya terdiri dari beberapa anggota MWA yang diberi wewenang untuk mengambil berbagai tindakan tertentu. b. Dalam hal MWA membentuk Komite Eksekutif, maka harus memenuhi komposisi sebagai berikut: 1) mayoritas anggotanya berasal dari anggota pemilik suara; 2) paling sedikit satu anggotanya berasal dari Perwakilan Non Pemerintah; dan 3) Direktur Eksekutif. c. Anggota MWA mempunyai hak untuk memperoleh seluruh dokumen yang disiapkan untuk Komite Eksekutif dan, dapat berperan sebagai pengamat dalam pertemuan Komite Eksekutif dengan sebelumnya mengajukan permohonan. d. MWA wajib memeriksa seluruh tindakan dari Komite Eksekutif untuk menjamin konsistensinya dengan Compact, Dokumen Pelaksanaan, dan semua pelaksanaan program, pada pertemuan berkala MWA. e. Pemberitahuan dari setiap tindakan yang diambil dan salinan dari setiap dokumen yang telah disetujui oleh Komite Eksekutif akan diberikan kepada semua anggota MWA dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak diambilnya tindakan tersebut. f. Komite Eksekutif dengan kewenangan yang diberikan oleh MWA dapat memeriksa dan menyetujui dokumen-dokumen di bawah ini: 1) setiap permintaan Pembayaran (Disbursement); 2) dokumen Rencana Pelaksanaan selain rencana pengadaan dan semua perubahannya; 3) Rencana Audit dan setiap perubahannya; dan 4) Laporan Berkala. g. Dalam hal Komite Eksekutif tidak dibentuk atau tugas sebagaimana diatur pada huruf f tidak didelegasikan kepada Komite Eksekutif oleh suatu Keputusan MWA, maka wewenang atas tindakan dan persetujuan tersebut dapat didelegasikan kepada Direktur Eksekutif. 10

11 4. Komite Lain a. MWA dapat membentuk Komite lain untuk memberi rekomendasi kepada MWA pada saat diperlukan; b. Komite tersebut dapat terdiri atas para anggota pemilik suara, anggota bukan pemilik suara, dan pihak lain yang mempunyai keahlian khusus yang diperlukan untuk Komite ini; c. MWA dapat menggunakan informasi, pendapat, laporan dan sejenisnya yang telah dipersiapkan oleh Komite yang telah dibentuk oleh MWA, namun anggota MWA, yang telah menggunakan informasi, pendapat, laporan dan sejenisnya tersebut tetap bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuatnya mengenai berbagai hal yang telah disampaikan oleh Komite tersebut, atau yang dalam hal lainnya diperlukan atau bermanfaat atas nama MCA-Indonesia dan untuk lancarnya pelaksanaan Program ini. 5. Tugas MWA selaku Penerima Amanat (Fiduciary Duties) a. semua anggota dari MWA akan menjalankan tugas selaku penerima amanat dari MCA- Indonesia, kecuali untuk Wakil MCC yang merupakan Anggota Bukan Pemilik Suara pada MWA; b. Anggota MWA akan melaksanakan tugas dengan mengikuti setiap perkembangan dan informasi, melaksanakan pengawasan, dan melaksanakan pertemuan rutin dalam rangka memberikan pertimbangan dan persetujuan kegiatan MCA-Indonesia selama diperlukan; c. Anggota MWA harus melaksanakan penilaiannya secara obyektif dan independen dan melaksanakan kewajibannya yang mencerminkan kepentingan terbaik dari Program Compact dan dari MCA-Indonesia. 6. Keanggotaan MWA. a. MWA terdiri atas 7 (tujuh) anggota pemilik suara, dan 2 (dua) anggota bukan pemilik suara. 1) Anggota pemilik suara berasal dari Perwakilan Pemerintah dan Perwakilan Non Pemerintah: (a) Perwakilan Pemerintah (1) dua orang perwakilan Kementerian Perencanaan; (2) satu orang perwakilan Kementerian Keuangan; (3) satu orang perwakilan Kementerian Dalam Negeri. (b) Perwakilan Non Pemerintah (1) satu orang perwakilan organisasi masyarakat sipil; (2) satu orang perwakilan sektor swasta; (3) satu orang perwakilan dari akademisi 2) Anggota Bukan Pemilik Suara (a) Direktur Eksekutif; (b) Perwakilan MCC. 11

12 3) Anggota Bukan Pemilik Suara mempunyai hak untuk menghadiri dan mengikuti semua pertemuan MWA dan menerima semua surat-menyurat dan dokumentasi yang disampaikan kepada MWA. 4) Direktur Eksekutif dikecualikan dari ketentuan di atas dalam hal pertemuan dan surat menyurat tersebut berkaitan dengan pembahasan kinerjanya. 7. Anggota Pengganti a. anggota pengganti adalah pihak yang ditunjuk Anggota Pemilik Suara dalam hal anggota tersebut berhalangan hadir dalam suatu pertemuan; b. setiap Anggota Pemilik Suara memiliki masing-masing satu orang anggota pengganti yang diusulkan pada pertemuan MWA yang agendanya membahas mengenai penetapan anggota pengganti, dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Ketua MWA; c. anggota pengganti dari Perwakilan Pemerintah paling kurang merupakan pejabat yang eselonisasinya satu tingkat dibawah eselonisasi anggota pemilik suara yang digantikan; d. Anggota pengganti dari Perwakilan Non Pemerintah diusulkan oleh Perwakilan Non Pemerintah, dan disepakati oleh seluruh anggota MWA dalam pertemuan yang agendanya membahas mengenai penetapan anggota pengganti. C. Seleksi, Pengangkatan, dan Masa Jabatan 1. Anggota Perwakilan Pemerintah dipilih oleh pimpinan Kementerian yang bersangkutan. 2. Anggota Perwakilan Pemerintah memiliki kewenangan untuk bertindak atas nama dan mengikat Kementerian yang ia wakili. 3. Ketua MWA merangkap anggota, paling kurang merupakan Pejabat Eselon I di Kementerian PPN/Bappenas 4. Anggota Perwakilan Pemerintah paling kurang merupakan Pejabat Eselon I 5. Setiap anggota Perwakilan Pemerintah menjabat dalam kapasitanya sebagai pejabat Pemerintah dan bukan dalam kapasitas pribadinya (ex officio). 6. Jika seorang yang menjabat sebagai anggota Perwakilan Pemerintah mengundurkan diri atau diberhentikan dari lembaga Pemerintah tersebut, maka jabatan orang tersebut di MWA akan diambil alih oleh pejabat yang menggantikan dalam kapasitas Pemerintah tersebut. 7. Perwakilan Non Pemerintah harus diseleksi melalui proses yang transparan, obyektif, tidak diskriminatif dan akuntabel dan disetujui oleh MCC. Pemilihan perwakilan dilaksanakan oleh masing-masing organisasi tersebut. 8. Masa jabatan Perwakilan Non Pemerintah adalah 18 (delapan belas) bulan, dimana masa jabatan tersebut dapat diperpanjang kembali selama 18 (delapan belas) bulan. 9. Perpanjangan masa jabatan bagi Perwakilan Non Pemerintah ditentukan oleh MWA dengan persetujuan MCC. 10. Dalam hal terjadi kekosongan dari satu atau lebih Perwakilan Non Pemerintah, dilakukan kembali pemilihan sebagaimana diatur pada angka 7. 12

13 D. Kompensasi/Penggantian. 1. Anggota MWA tidak berhak menerima remunerasi dari Dana MCC dalam melaksanakan tugas MWA; 2. Anggota MWA hanya berhak mendapatkan penggantian atas biaya dalam jumlah wajar yang timbul dari kehadirannya pada pertemuan berkala atau khusus atau biaya perjalanan resmi untuk kepentingan MCA-Indonesia; Ketentuan pemberian penggantian biaya bagi Anggota MWA adalah sebagai berikut: a. sesuai dengan Compact dan rincian anggaran Program Compact; b. dibuat atas dasar persetujuan terlebih dahulu dari MCC; c. sesuai dengan Cost Principles for Government Affiliates Involved in Compact Implementation, yang dapat dilihat pada situs web MCC; dan 3. Perwakilan Pemerintah dilarang untuk menerima remunerasi dari Pemerintah atau dari sumber manapun sebagai MWA kinerjanya dalam melaksanakan tugas-tugas nya sebagai Anggota MWA. 4. Berdasarkan PIA, maka Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi dan tidak menuntut setiap Anggota MWA, dengan ketentuan Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk memberi ganti rugi kepada setiap anggota jika dan dalam hal tuntutan ganti rugi, kerugian, tindakan, utang, biaya, kerusakan atau pengeluaran yang disebabkan oleh penipuan, kelalaian, atau kelakuan bersalah dari anggota tersebut. E. Ketua Majelis Wali Amanat 1. Ketua MWA (Ketua) ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perencanaan, yang merupakan jabatan yang bersifat tetap. 2. Ketua sekaligus merangkap jabatan sebagai KPA, dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan hubungan kerja antara Unit Pendukung KPA dan Unit Pelaksana Program untuk memastikan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan Program Compact. 3. Ketua bertanggung jawab untuk : a. menyatakan bahwa semua dokumen dan laporan yang disampaikan kepada MCC oleh MWA telah sesuai dengan Pedoman Tata Kelola atau Compact serta telah disetujui oleh MWA; dan b. menyatakan bahwa yang disampaikan tersebut adalah benar, akurat dan lengkap. 4. Ketua bertugas untuk: a. memfasilitasi proses pengambilan keputusan MWA; b. menandatangani seluruh keputusan MWA; dan c. menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan Program dan pengelolaan dana MCA- Indonesia kepada Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. 13

14 F. Sekretaris Majelis Wali Amanat 1. Sekretaris MWA (Sekretaris) ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perencanaan, yang merupakan suatu jabatan yang bersifat tetap. 2. Sekretaris bertanggung jawab untuk : a. mengelola dokumen dan catatan MCA-Indonesia di kantor MCA-Indonesia; b. menyampaikan pemberitahuan/undangan pertemuan MWA; c. menyiapkan, menghadiri dan menyimpan notulensi pertemuan MWA; d. menandatangani semua dokumen yang memerlukan tanda tangan Sekretaris; e. memberi kesaksian tentang keabsahan setiap dokumen yang dibuat MCA-Indonesia; f. menyiapkan bahan-bahan penunjang untuk pengambilan keputusan MWA; g. mengkoordinasi persiapan penyusunan laporan MWA dan melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan lainnya yang dianggap perlu dan layak. 3. Sekretaris akan menyiapkan notulensi yang setidaknya memuat agenda dan informasi mengenai waktu pemberitahuan/ undangan disampaikan kepada para Anggota MWA, daftar anggota yang hadir dan tidak hadir, serta ringkasan pembahasan butir-butir agenda dan keputusan yang diambil oleh MWA. 4. Keputusan dari setiap pertemuan MWA dipublikasikan pada situs web MCA-Indonesia dalam waktu dua minggu sebelum pertemuan MWA berikutnya dilaksanakan sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Bab VII huruf C angka Notulensi dibuat dan dipublikasikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 6. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris dapat dibantu oleh Direktur pada Unit Pelaksana Program yang tugas fungsinya di bidang hukum dan perjanjian; 7. Direktur sebagaimana dimaksud pada angka 6, bertugas membantu Sekretaris dalam mempersiapkan dan mengkoordinasikan seluruh dokumen yang terkait dalam ruang lingkup tugas-tugas Sekretaris. G. Pertemuan dan Pengambilan Keputusan 1. MWA akan menyelenggarakan pertemuan yang diperlukan untuk melaksanakan kewajibankewajibannya dan untuk memastikan pelaksanaan Compact secara efektif pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dari waktu ke waktu oleh MWA. 2. MWA paling kurang akan melaksanakan pertemuan rutin setiap tiga bulan. 3. Setiap pertemuan MWA harus memenuhi persyaratan minimum tertentu agar dapat dinyatakan sah sehingga tindakan yang diambil oleh MWA menjadi sah dan efektif. 4. Persyaratan minimum sebagaimana dimaksud pada angka 3, mencakup hal sebagai berikut: a. Pemberitahuan 1) Setiap Anggota MWA akan mendapatkan pemberitahuan pada saat akan dilaksanakan pertemuan. 14

15 2) Pemberitahuan untuk pertemuan rutin disampaikan kepada setiap Anggota MWA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pelaksanaan. 3) Pemberitahuan untuk pertemuan khusus disampaikan kepada setiap Anggota MWA selambat-lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam sebelum pelaksanaan. 4) Ketentuan mengenai Pemberitahuan/undangan adalah sebagai berikut: a. disampaikan kepada seluruh Anggota MWA, baik anggota pemilik suara maupun bukan pemilik suara; b. memuat rincian tanggal, waktu dan tempat pertemuan; dan c. memuat agenda pertemuan, serta salinan dokumen yang sekiranya diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pertemuan tersebut. 5) Dengan mengesampingkan ketentuan di atas, (i) setiap anggota MWA, dapat mengesampingkan secara tertulis persyaratan, untuk menerima pemberitahuan, sehubungan dengan setiap adanya pertemuan, dan (ii) kehadiran anggota MWA pada setiap pertemuan tersebut, merupakan suatu pengesampingan atas persyaratan untuk menerima pemberitahuan tersebut. Pertemuan MWA yang sah, tidak dapat diselenggarakan, kecuali masing-masing anggota MWA menerima pemberitahuan (atau mengesampingkan, atau dianggap telah mengesampingkan pemberitahuan) atas adanya pertemuan tersebut. b. Kuorum. 1) Kuorum untuk setiap pertemuan MWA adalah, jika dihadiri oleh 4 (empat) Anggota Pemilik Suara yang terdiri atas: a) dua Perwakilan Pemerintah; b) satu Perwakilan Non Pemerintah; dan c) satu Perwakilan Pemerintah atau Non-Pemerintah. 2) Para Anggota Pemilik Suara yang berhalangan hadir diwakili oleh anggota pengganti sebagaimana diatur dalam Bab III B angka 7. 3) Apabila kuorum tidak terpenuhi, maka pertemuan ditunda sampai dengan dipenuhinya kuorum dalam pertemuan tersebut. c. Pemungutan Suara 1) Kecuali dinyatakan seperti pada ayat (2) tersebut di bawah dan pada Bab VI, keputusan MWA diambil oleh mayoritas Anggota Pemilik Suara yang hadir pada pertemuan yang memenuhi kuorum. 2) Keputusan untuk melepaskan, seluruh atau sebagian, melikuidasi, membubarkan, menutup, reorganisasi atau menyebabkan perubahan besar pada MCA-Indonesia harus disepakati oleh 75% (tujuhpuluh lima persen) dari anggota pemilik suara yang hadir pada pertemuan yang telah memenuhi kuorum. 3) Seorang pemilik suara memiliki satu suara. 4) Dalam hal terjadi jumlah suara yang sama, maka Ketua yang memimpin pertemuan berhak memberi suara yang menentukan pengambilan keputusan tersebut. 5) Setiap keputusan, pemilihan, pengangkatan atau tindakan MWA, baik secara khusus ditentukan di dalam Pedoman Tata Kelola ini ataupun tidak, dilaksanakan sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam Bab III huruf G angka 4. 15

16 d. Keputusan Tanpa Pertemuan. Keputusan penting dapat diambil oleh MWA tanpa melalui pertemuan, dengan ketentuan: 1) konsep tertulis keputusan/agenda diedarkan kepada seluruh Anggota MWA; dan 2) paling kurang empat Anggota Pemilik Suara menyetujui secara tertulis konsep putusan/agenda yang akan diputuskan tersebut, dengan komposisi suara yang setuju adalah paling kurang satu suara dari Perwakilan Pemerintah, dan paling sedikit satu suara berasal dari Perwakilan Non Pemerintah. e. Pertemuan Melalui Konferensi Telepon 5. Wakil MCC 1) Anggota MWA dapat berpartisipasi dalam suatu pertemuan melalui konferensi telepon atau dengan peralatan komunikasi sejenis yang memungkinkan seluruh anggota yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut dapat mendengar dan berbicara satu sama lain. 2) Partisipasi dalam pertemuan MWA sebagaimana dimaksud pada huruf e angka 1) dianggap hadir pada pertemuan. 3) Ketua akan memimpin setiap pertemuan MWA, dan dalam hal Ketua berhalangan hadir, pertemuan akan dipimpin oleh Sekretaris MWA. 4) Ketua akan memfasilitasi proses pengambilan keputusan atas suatu agenda tertentu dan memfasilitasi pengambilan tindakan/ keputusan MWA untuk menyetujui, tidak menyetujui atau menunda keputusannya mengenai agenda atau dokumen tertentu. 5) MWA akan menjamin bahwa MCA-Indonesia tidak akan mengambil tindakan apapun tanpa persetujuan MCC sesuai dengan Compact, PIA, Dokumen Rencana Implementasi, dan perjanjian tambahan lainnya, atau Pedoman Program dimana setiap kasus harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari MCC (secara tertulis kecuali ditetapkan lain). a. MCC Resident Country Director untuk Indonesia (Wakil MCC), atau orang lain orang yang diangkat MCC untuk mewakili MCC dalam MWA, harus berpartisipasi pada setiap pertemuan MWA. b. Wakil MCC berhak menghadiri seluruh pertemuan MWA, berpartisipasi dalam pembahasan-pembahasan MWA, dan menyetujui serta meninjau seluruh surat menyurat dan dokumentasi yang disampaikan kepada MWA. c. Wakil MCC mewakili kepentingan MCC yang menyangkut pelaksanaan, kepatuhan terhadap Compact, dan tidak memiliki tanggung jawab fidusia (fiduciary duty) kepada MCA-Indonesia. BAB IV UNIT PELAKSANA PROGRAM A. Peran dan Tugas Unit Pelaksana Program 1. Unit Pelaksana Program mempunyai tugas utama (tunduk pada arahan dan hasil pengawasan MWA dan pada semua persetujuan terkait atau hak-hak dari MCC) untuk pelaksanaan 16

17 pengelolaan Program Compact, termasuk peran-peran dan tugas yang secara khusus ditetapkan dalam PIA. 2. Secara khusus, tugas-tugas dari Unit Pelaksana Program adalah: a. pengelolaan dan pengurusan administrasi keuangan, pengadaan barang/jasa, pemantauan dan evaluasi, akuntabilitas fiskal, rencana pekerjaan, audit dan personalia; b. pengelolaan pembukuan (accounting records) Program Compact dan semua Proyeknya; c. penyiapan, penilaian dan penyerahan semua laporan menyangkut keuangan, akuntansi, audit, pemantauan dan evaluasi, pengadaan dan kinerja MCA-Indonesia dan Program Compact, termasuk semua laporan kepatuhan yang dipersyaratkan oleh Compact, PIA dan peraturan perundang-undangan, dan lain-lain laporan serupa dan dokumen sebagaimana dapat dipersyaratkan oleh MWA, termasuk laporan pelaksanaan Program dan laporan realisasi keuangan yang dikeluarkan setiap triwulan (laporan realisasi penyerapan) yang akan disampaikan kepada MWA. d. pengkoordinasian pelaksanaan Program Compact dan Proyek-Proyeknya agar konsisten dengan Compact, PIA, dan seluruh Supplemental Agreements; e. pengelolaan, pelaksanaan dan pengkoordinasian semua komponen dari rencana pemantauan dan evaluasi; f. penyiapan dan pengelolaan semua Permintaan Pembayaran (sebagaimana didefinisikan di dalam PIA) untuk disampaikan kepada MCC; g. pengawasan dan pengelolaan rutin seluruh pengadaan dan semua kegiatan yang terkait dengan pengadaan sesuai dengan MCC Procurement Guideline sebagaimana dipersyaratkan oleh Compact dan oleh PIA, termasuk mengkoordinasikan dan mengelola Procurement Agent; h. penyiapan dan penyerahan semua dokumentasi terkait pengecualian pajak dari Dana MCC sebagaimana dipersyaratkan dalam Bagian 2.8 dari Compact, berkoordinasi dengan Unit Pendukung KPA; i. pengadaan sistem manajemen informasi agar dapat menelusuri secara sistematis semua pelaksanaan program dan keuangan dari dan penerapan berdasarkan Compact, termasuk untuk masing-masing Proyek; j. pengelolaan administrasi situs web MCA-Indonesia untuk mengunggah informasi terkini tentang kegiatan-kegiatan Compact, laporan Rencana Pemantauan dan Evaluasi, laporan keuangan dan tentang semua pengadaan yang terkait dengan Compact; k. pengembangan, pengawasan, pengelolaan, pengkoordinasian dan pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedur yang diperlukan, untuk memfasilitasi pelaksanaan Compact secara efektif dan mungkin dibutuhkan, sehubungan dengan setiap Supplemental Agreements, dan kebijakan lainnya, prosedur atau kegiatan yang diperlukan oleh MWA dalam rangka melaksanakan Compact; l. penyiapan masukan dan rekomendasi tertulis kepada MWA menyangkut hal-hal yang memerlukan keputusan/arahan MWA; m. penyiapan dan penyerahan kepada MWA semua perjanjian terkait, dokumen ataupun tindakan-tindakan yang memerlukan persetujuan, bersama-sama dengan rekomendasi tertulis kepada MWA tentang bagaimana langkah-langkah selanjutnya atas perjanjianperjanjian, dokumen-dokumen ataupun tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mendukung rekomendasi tersebut. 17

18 n. penyiapan dan penyerahan kepada MWA laporan-laporan, dokumen, perjanjian atau tindakan lain yang dipersyaratkan Compact, PIA atau Supplemental Agreements lainnya, atau sebagaimana ditunjuk atau diminta oleh MWA sewaktu-waktu, bersamaan dengan rekomendasi tertulis kepada MWA tentang bagaimana menindaklanjutinya; o. melaporkan dan melaksanakan pertemuan dengan Kelompok Pemangku Kepentingan sekurang-kurangnya setiap tiga bulan mengenai kemajuan pelaksanaan Program Compact; p. pengelolaan dan pengkoordinasian dana Program Compact yang dikelola Pengelola Dana Amanat yang terdapat dalam Permited Account; q. membantu Unit Pendukung KPA dalam mempersiapkan pengesahan dokumen realisasi penerimaan dan pengeluaran MCA-Indonesia, serta laporan keuangan pencairan dana MCA-Indonesia (financial report of MCA-Indonesia expenditure funds); r. memberikan bantuan teknis kepada Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya; s. melaksanakan tugas lain dalam ruang lingkup pelaksanaan Program Compact yang diminta oleh MWA, dan tugas-tugas lain sesuai Compact, PIA, atau perjanjian tambahan lainnya. 3. Seluruh rencana, laporan, dan dokumen lain yang disampaikan kepada MWA dari MCA- Indonesia akan disampaikan oleh Unit Pelaksana Program kepada MCC. 4. Setiap anggota Unit Pelaksana Program wajib melaksanakan seluruh tugasnya semata-mata untuk kepentingan terbaik bagi MCA-Indonesia, Program Compact, tujuan Compact dan tujuan kegiatan; 5. Setiap anggota Unit Pelaksana Program tidak diperbolehkan melakukan tindakan apapun yang bertentangan dengan kepentingan sebagaimana yang dimaksud pada angka 4 di atas, atau melakukan sesuatu dengan maksud untuk mendapatkan manfaat pribadi atau melakukan tindakan menimbulkan konflik kepentingan. B. Komposisi 1. Komposisi Unit Pelaksana Program antara lain akan terdiri dari jabatan-jabatan (Pejabat) sebagai berikut: a. Direktur Eksekutif; b. Asisten Direktur Eksekutif; c. Direktur Keuangan; d. Direktur Hukum dan Perjanjian/Direktur yang tugas dan tanggungjawabnya dibidang hukum; e. Direktur Pengadaan/Direktur yang tugas dan tanggungjawabnya dibidang pengadaan; f. Direktur Penelitian Sosial dan Lingkungan Hidup; g. Direktur Monitoring dan Evaluasi; h. Direktur Bidang Green Prosperity; i. Direktur Bidang Pemberdayaan Kesehatan dan Nutrisi Masyarakat; j. Direktur Modernisasi Pengadaan Barang/Jasa; dan 18

19 k. Personil Inti lain yang dapat disepakati oleh Pemerintah dan MCC. 2. Direktur Eksekutif dengan dibantu oleh Asisten Direktur Eksekutif akan mengelola kegiatan MCA-Indonesia sehari-hari. 3. Direktur Eksekutif menandatangani kontrak atas nama MCA-Indonesia bersama dengan PPK. 4. Direktur Eksekutif melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Bab III huruf B 3. huruf f; 5. Dalam hal dipersyaratkan dalam Compact, perjanjian tambahan lainnya atau Pedoman Program maka penandatanganan kontrak harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari MWA dan MCC; 6. Unit Pelaksana Program dimungkinkan mendapatkan delegasi kewenangan dari MWA melalui Surat Keputusan MWA, untuk menyetujui dokumen sebagaimana dimaksud pada Bab III huruf B 3. huruf f. 7. Dalam hal Unit Pelaksana Program mendapatkan delegasi kewenangan sebagaimana dimaksud pada angka 6, seluruh salinan dokumen yang telah mendapat persetujuan harus disampaikan kepada MWA dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak memperoleh diberikannya persetujuan. 8. Pejabat akan didukung oleh staf administrasi dan staf lain yang diperlukan, sesuai dengan rencana kepegawaian yang disepakati oleh MCC dan sesuai dengan Rencana Keuangan Detail. C. Seleksi, Pengangkatan dan Pemberhentian 1. Direktur Eksekutif akan dipilih dan dipekerjakan dengan persetujuan MCC, melalui keputusan MWA setelah melalui proses seleksi yang terbuka dan kompetitif. 2. Pejabat selain Direktur Eksekutif akan ditunjuk dan dipekerjakan, dengan persetujuan MCC, oleh Direktur Eksekutif setelah melalui proses seleksi yang terbuka dan kompetitif. 3. Staf non-pejabat Satuan Pelaksana Program diseleksi dan dipekerjakan oleh Direktur Eksekutif setelah dilaksanakan proses seleksi yang terbuka dan kompetitif. 4. MCA-Indonesia hanya akan mempekerjakan staf yang memenuhi syarat dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan Compact, PIA dan perjanjian tambahan lainnya. 5. MCA-Indonesia bertanggung jawab dan akan mengambil segala tindakan yang diperlukan terhadap kesalahan atau kegagalan dari staf yang dipekerjakan MCA-Indonesia, baik Pejabat maupun non-pejabat. 6. Ketentuan kepegawaian bagi Pejabat dan profesional lainnya akan diatur dalam perjanjian jasa profesional (professional service agreement), yang disetujui MCC, yang akan dibuat antara MCA-Indonesia dan masing-masing calon profesional, dengan ketentuan, bahwa setiap Pejabat dapat diputus hubungan kerjanya oleh Direktur Eksekutif. 7. MCC secara langsung ataupun tidak langsung tidak akan bertanggung jawab terhadap perjanjian atau pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka Pengangkatan dan pemecatan setiap Pejabat serta ketentuan dalam setiap perjanjian jasa profesional (professional service agreement), harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan MCC. 19

20 9. Direktur Eksekutif, Pejabat dan profesional lainnya dari Unit Pelaksana Program merupakan warga Negara Indonesia atau bukan warga negara Indonesia. 10. Mereka sebagaimana dimaksud pada angka 9, tidak akan dianggap sebagai pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pegawai negeri sipil. D. Remunerasi 1. Gaji atau segala bentuk remunerasi lainnya untuk setiap anggota dari Unit Pelaksana Program, termasuk staf pendukungnya, harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh MWA. 2. Gaji dan segala bentuk remunerasi sebagaimana disebut pada angka 1, harus disetujui terlebih dahulu oleh MCC dan sesuai dengan Detailed Financial Plan dan standar-standar yang dimuat dalam Cost Principles for Government Affiliates Involved in Compact Implementation, yang dapat diperoleh di situs MCC. E. Direktur Eksekutif 1. Direktur Eksekutif bertanggung jawab, terhadap setiap kontrak yang dibuat MCA-Indonesia terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa, untuk persiapan, pelaksanaan dan persyaratan sertifikasi/pernyataan kepada PPK yang menyatakan bahwa proses pengadaan yang akan diakhiri dengan kontrak telah dilaksanakan sesuai dengan Program Guidelines dan telah tersedia dana untuk pengadaan barang dan/atau jasa tersebut. 2. Sertifikasi/pernyataan sebagaimana dimaksud pada angka1, akan dibuat oleh Direktur Eksekutif sesuai dengan bentuk yang ditentukan dalam keputusan KPA, dengan pengertian bahwa PPK dapat memberikan persetujuannya berdasarkan sertifikasi/pernyataan tersebut. 3. Direktur Eksekutif wajib menyampaikan bukti-bukti pembayaran terhadap setiap pelaksanaan pekerjaan kepada PPK. BAB V KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN A. Peran Kelompok Pemangku Kepentingan 1. Kelompok Pemangku Kepentingan akan dibentuk dengan persetujuan MCC, untuk mewakili masing-masing konstituen pada tiap-tiap kegiatan. 2. MCA-Indonesia akan memanfaatkan Kelompok Pemangku Kepentingan dalam rangka proses konsultasi selama pelaksanaan Compact. 3. Kelompok Pemangku Kepentingan dibentuk dengan tujuan untuk memberi informasi kepada berbagai kelompok konstituen tentang pelaksanaan Program Compact dan untuk memberi nasehat dan masukan kepada MCA-Indonesia terkait dengan Program Compact, dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi. 4. Untuk mencapai tujuan tersebut maka: a. Project Directors MCA-Indonesia, akan memberikan berbagai hal yang terkait dengan Program kepada masing-masing Kelompok Pemangku Kepentingan dan melaporkan 20

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pembentukan. Lembaga. Wali Amanat. PERATURAN MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwakilan. Perubahan Iklim. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.588, 2015 BAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Millennium Chalange Account. Indonesia. Pembentukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT - INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT - INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ NOMOR 2 TAHUN 2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA SATUAN KERJA PENGELOLA HIBAH MCC BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Page 1 of 12 Daftar Isi 1. Organisasi 2. Independensi 3. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 4. Fungsi Direktur Utama 5. Direktur Kepatuhan 6. Rapat 7. Benturan Kepentingan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA SATUAN KERJA PENGELOLA HIBAH BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

No. 1616, 2014 KEMENBAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwalian. Perubahan Iklim. Indonesia. Pembentukan. Perubahan.

No. 1616, 2014 KEMENBAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwalian. Perubahan Iklim. Indonesia. Pembentukan. Perubahan. No. 1616, 2014 KEMENBAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwalian. Perubahan Iklim. Indonesia. Pembentukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.953, 2015 KEMENSETNEG. Hibah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Mandom Indonesia TBK 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2017 KEMENDAGRI. Hibah. Penerimaan dan Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Mandom Indonesia Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk I. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 35 Ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan PIAGAM KOMISARIS A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan I. Struktur: 1. Dewan Komisaris paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang anggota. Salah satu anggota menjabat sebagai Komisaris Utama dan satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk.

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk. PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk. I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT Indosat Tbk. ( Indosat atau Perseroan ) adalah suatu penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan serta suatu penyedia

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS I. Pengantar Pedoman ini membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Direksi dan Dewan Komisaris di Perseroan, seperti : tugas, wewenang, pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.296, 2014 KESRA. Haji. Pengelolaan. Keuangan. Dana. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5605) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA SATUAN KERJA PENGELOLA HIBAH BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420)

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20... -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK..../20... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR IX.I.6 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34/POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34/POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34/POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MINYAK DAN GAS BUMI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Per 17 Desember 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Dewan Komisaris... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Waktu

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK I. LATAR BELAKANG Komite Nominasi dan Remunerasi ( Komite ) PT Unilever Indonesia Tbk., ( Perseroan ) adalah komite yang dibentuk dan bertanggung

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1165, 2014 KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. DPR. DPRD. BPK. KY. Hakim MK. Hakim Agung. Menteri, Wakil Menteri. Pejabat Tertentu. Pertanggungjawaban.

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GUNUNG POTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan ANGGARAN DASAR SAAT INI ANGGARAN DASAR PERUBAHAN PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan PASAL 3 MAKSUD DAN

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci