BAB II KAJIAN PUSTAKA. (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karate Kata karate dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata (Wahid, 2007). Karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur. Karate-do merupakan sebuah seni bela diri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi (Wahid, 2007). Karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang sistematis serta mengikuti kaidah, arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang dikenal dengan nama Karate-do (Rudianto, 2010). Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan 7

2 8 bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Oleh karenanya, hakekat olahraga karate tidak hanya sebatas keterampilan olah gerak beladiri tetapi secara komprehensif membentuk manusia yang mampu mengendalikan jiwa dan spirit bagi dirinya yang ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat (Rudianto, 2010). Teknik-teknik dalam karate terdiri dari teknik pukulan (tsuki waza), teknik sentakan (ucki waza), teknik tendangan (ken waza), teknik tangkisan (uke waza), dan teknik bantingan (nage wasa), (Gambar 2.1). Pada pertandingan kumite, teknik yang berperan langsung untuk mendapatkan nilai teknik pukulan, teknik sentakan, dan teknik tendangan (Suharno, 1985). Gambar 2.1 Pengelompokan Teknik-Teknik Karate (Morris, 1982) Dalam cabang olahraga karate terdapat beberapa teknik dasar (kihon) yakni: a. Tsuki (pukulan) Pada umunya pukulan ini digunakan untuk teknik puluhan yang lurus kedepan (chokuzuki), bila lawan berada langsung di depan, lengan disodok lurus ke depan dan sasaran di pukul dengan buku jari-jari dari kepalan depan. Pada

3 9 waktu melepaskan pukulan lengan yang memukul diputar kearah dalam. Adapun tsuki tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978): 1) Seiken chokuzuki, adalah kepalan (tinju) bagian depan 2) Oi Zuki /Gyaku Zuki, Ippon adalah pukulan lurus 3) Nukite adalah pukulan dengan jari lurus kecuali ibu jari (tangan terbuka) 4) Tate zuki, adalah pukulan tinju ke atas 5) Age zuki, adalah hantaman (pukulan) naik keatas 6) Mawashi zuki adalah pukulan (tinju) memutar 7) Ura zuki, adalah pukulan (tinju) tertutup 8) Morotte zuki adalah pukulan sejajar (paralel) 9) Yama zuki adalah pukulan (tinju) melebar U 10) Kagi zuki adalah pukulan berkait b. Geri (tendangan) Faktor-faktor teknik tendangan dalam karate adalah sebagai berikut (Nakayama, 1978): 1) Angkat lutut dari kaki yang akan menendang setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada. Lutut akan menekuk penuh, kemudian pindahkan berat kaki ke pinggul. 2) Lentingkan, tekukkan dan pelurusan lutut. Terdapat 2 cara menendang: Menggunakan daya pegas lutut yang dilentingkan sepenuhnya dan dengan meluruskan kuat-kuat lutut kaki yang ditekuk, menyerupai gerakan menyodok.

4 10 3) Daya pegas pinggul dan pergelangan kaki. Di lain pihak, kekuatan kaki itu sendiri tidak cukup. Harus diperkuat dengan tenaga yang dihasilkan oleh pegas dan lutut. Teknik tendangan adalah bentuk dari teknik kaki, dilakukan dengan mengangkat lutut setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada, kemudian melentingkan atau menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk menendang (Nakayama, 1977). Gambar 2.2 Teknik Tendangan, Ahmad (1994) Ada dua cara dalam melakukan teknik tendangan, cara pertama ialah dengan melentingkan lutut (snap), sedang cara kedua ialah dengan menyodok (thrust). Di dalam bela diri karate, teknik- teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik-teknik pukulan (Nishiyama dan Brown, 1975). Teknik tendangan bahkan memiliki keunggulan yaitu memiliki jarak jangkauan lebih

5 11 panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan teknik pukulan. Teknik tendangan yang dilakukan dengan melentingkan kaki terdiri atas tendangan ke depan (mae geri), tendangan mengangkat ke samping (yoko geri keage), tendangan memutar (mawashi geri), tendangan melompat ke depan (mae tobi geri), tendangan memutar ke belakang (ushiro mawashi geri), tendangan bulan sabit ke dalam (mika zuku geri), dan tendangan bulan sabit ke luar (ura mika zuku geri). Teknik tendangan dengan cara menyodokkan kaki terdiri atas tendangan menyodok ke samping (yoko geri kekomi), tendangan melompat ke samping (tobi yoko geri), dan tendangan menyodok ke belakang (ushiro geri). Bagian kaki yang membentur terhadap sasaran (striking point) adalah sebagai berikut kaki macan (koshi), kaki pedang (shuto), tumit (kakato), punggung kaki (haisoku) dan ujung jari kaki (tsumasaki). Penggunaan bagian kaki yang membentur terhadap sasaran (striking point) tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang menggunakannya, arah sasaran tendangan dan keefektifan tendangan terhadap sasaran yang di tuju. c. Uke (tangkisan) Teknik tangkisan pada cabang olahraga karate dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping itu dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat anggota tubuh yang ada,misalnya tangan atau lengan dan kaki atau tungkai. Pada dasarnya tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai menyerang. Oleh karena itu sangat perlu memperkirakan lebih dahulu adanya serangan. Adapun uke tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978):

6 12 1) Age uke adalah tangkisan atas 2) Ude Uke adalah tangkisan depan 3) Shuto Uke adalah tangkisan samping, 4) Gedan Barai adalah tangkisan dari atas kebawah 5) Morote Uke adalah Meningkatkan tangkisan 6) Juji Uke adalah tangkisan bawah dengan posisi keduan telapak tangan mengepal (menyilang) 7) Kawiwake Uke adalah Tangkisan langkah pertama dari kekalahan Terdapat tiga bentuk latihan yang dilalui oleh setiap orang yang berlatih karate. Bentuk latihan itu adalah bentuk latihan kihon (dasar), bentuk latihan kata (jurus), dan bentuk latihan kumite (sparring). 1. Bentuk Latihan Kihon (Latihan Dasar) Bentuk latihan kihon merupakan bentuk latihan dasar yang dilalui oleh semua orang yang berlatih seni beladiri karate pada saat baru mulai berlatih. Latihan dasar ini di praktekkan dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan dikatakan bahwa tidak ada batasan waktu dalam melatih kihon. Bentuk latihan ini penting, karena latihan kihon menentukan kualitas seluruh teknik yang akan dipelajari nantinya. Bentuk latihan ini yang akan membentuk karakter, kekuatan, postur tubuh dan teknik-teknik yang dipelajari. Orang dengan teknik dasar yang lemah akan memiliki teknik yang lemah, sama seperti rumah yang memiliki pondasi yang tidak kuat, sebaliknya, orang yang teknik dasarnya kuat akan memiliki teknik yang baik dengan kualitas yang jauh lebih baik pada nantinya (Nakayama, 1978).

7 13 Dalam latihan kihon ini, yang dipelajari adalah teknik-teknik dasar dari karate seperti kuda-kuda (dachi), pukulan (tsuki), tendangan (geri) dan tangkisan (uke). Namun tidak hanya teknik-teknik itu saja yang dipelajari. Dalam bentuk latihan kihon, selain teknik-teknik dasar, yang juga dilatih adalah pemahaman mengenai bentuk (katachi), pernapasan (kokyo), kiai, kime (fokus), pinggang (koshi), kecepatan dan kekuatan, memperkuat otot, irama dan ketepatan. Semua komponen ini penting untuk dilatih karena akan menunjang teknik yang nanti akan dipelajari. Bentuk latihan kihon ini merupakan latihan yang dilakukan sebelum masuk pada bentuk latihan kata (Ahmad, 1994). 2. Bentuk Latihan Kata Kata dalam bahasa Jepang secara harfiah memiliki arti gaya, bentuk, model. Kata dalam karate adalah suatu rangkaian teknik yang dirangkai dalam suatu urutan yang sudah ditentukan. Gerakan-gerakan di dalam kata terdiri dari gerakan memukul, menangkis, menendang, berputar, dan melangkah. Setiap kata memiliki karakternya masing-masing. Beberapa kata memiliki karakter yang sangat keras, solid, dan berat. Kata merupakan satu-satunya cara yang digunakan untuk mengajarkan karate sampai pada tahun 1930-an. Kata, walaupun jika dilihat dari kumpulan gerakannya merupakan kumpulan jurus-jurus karate yang merupakan suatu teknik untuk bertarung, kata tidak pernah diperuntukkan sebagai suatu alat untuk menyerang. Seluruh gerakan awal dari kata dalam seni beladiri karate adalah gerakan untuk bertahan dan bukan gerakan untuk menyerang lawan terlebih dahulu. Tidak

8 14 hanya itu, kata juga adalah suatu bentuk latihan yang sebenarnya ditujukan untuk melatih tubuh dan pikiran suatu ritual spiritual yang membawa orang yang berlatih kata kepada suatu jalan akan pertumbuhan dan pengertian. Kata dilihat sebagai suatu urutuan gerakan yang sudah ditetapkan yang telah dirancang untuk dapat bertahan secara efektif dalam menghadapi serangan dari lawan, tetapi kata sebenarnya memiliki arti lebih dari itu, kata adalah jiwa dari latihan dan perkembangan karate. Esensi pokok dalam memainkan sebuah kata berupa tenaga, irama dan keindahan (Wahid, 2007). Basis dari kata adalah Kata ni sente nashi yang artinya adalah tidak ada serangan pertama di dalam kata seni beladiri karate. Melalui latihan kata, seorang karateka (orang yang berlatih karate) dapat mempelajari bahwa seorang karateka sejati tidak pernah menyerang duluan, dan tidak pernah menyerang karena dikuasai oleh amarah (Nakayama, 1978). Walaupun jumlah kata sebenarnya sangat banyak, Gichin Funakoshi mengatakan bahwa menguasai seluruh kata yang ada membutuhkan waktu seumur hidup, menguasai enam belas kata adalah cukup. Ia juga, dalam buku Karate-Do Kyohan mengatakan bahwa tidak semua orang cocok dengan seluruh kata yang ada, sehingga seseorang cukup mencari satu kata yang cocok dengan dirinya dan pelajarilah seumur hidup. Kata yang merupakan kumpulan teknik yang sudah dirancang dapat dibagi ke dalam 3 kelompok, sesuai dengan 4 aliran karate yang pertama ada di Okinawa, yakni Shotokan, Shito-ryu, Goju-ryu dan Wado-ryu (Wahid, 2007). Ada banyak jenis kata lainnya, yang dikatakan mencapai 1000 jenis,

9 15 namun dari jumlah yang demikian hanya sedikit sekali yang masih tersisa, kata tradisional yang dikembangkan di Okinawa pun sudah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kata yang tersisa dan masih dipraktekkan oleh orang-orang yang berlatih karate hanyalah kata yang dibawa ke luar dari Okinawa dan diperkenalkan oleh Gichin Funakoshi. 3. Bentuk Latihan Kumite Kumite atau sparring merupakan suatu bentuk dari aplikasi teknik pertahanan dan penyerangan yang dilatih dalam kata dan kihon dalam situasi yang sebenarnya. Dalam karate aliran shotokan, bentuk latihan kumite yang diajarkan untuk pertama kalinya adalah Yakusoku Kumite, secara harafiah dapat diartikan sebagai kumite perjanjian. Dalam bentuk kumite ini, dua orang berhadapan setelah menentukan teknik apa yang akan digunakan. Saat kumite berlangsung, teknik yang boleh dilancarkan hanyalah teknik yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Bentuk kumite yang seperti ini disebut juga sebagai kihon kumite. Ada enam tipe dari kihon kumite, yakni gohon kumite, sanbon kumite, kihon ippon kumite, kaeshi ippon kumite, okuri ippon kumite, dan jiyuu ippon kumite (Nishiyama dan Brown, 1975). Gohon kumite, yakni kumite lima langkah. Dalam latihan gohon kumite ini, lawan yang bertindak sebagai orang yang bertahan melangkah mundur setiap kali penyerang bergerak maju, lalu pada gerakan terakhir, yang bertahan melakukan serangan balasan setelah gerakan tangkisan terakhir. Serangan balasan yang dilancarkan biasanya berupa satu pukulan kearah perut. Sanbon kumite, prinsipnya sama seperti gohon kumite namun dalam sanbon kumite hanya terdapat tiga langkah saja. Sanbon kumite ini berfungsi untuk melatih

10 16 kecepatan, tenaga dan teknik. Kihon ippon kumite, adalah bentuk sparring dimana seluruh gerakan menyerang dan bertahan diselesaikan dalam satu langkah. Fungsinya adalah untuk melatih kemampuan bertahan. Kaeshi ippon kumite merupakan inovasi dari kihon ippon kumite. Dalam bentuk kumite ini, pihak yang bertahan maju selangkah penuh melancarkan serangan balasan dan memaksa pihak penyerang untuk bertahan. Dalam Okuri ippon kumite, penyerang melancarkan dua serangan, namun hanya serangan pertama yang sudah disepakati dengan pihak yang bertahan. Serangan ke dua merupakan serangan yang secara bebas ditentukan oleh pihak yang menyerang. Jiyuu ippon kumite merupakan kumite dengan gaya semi bebas. Pihak penyerang bebas menentukan serangan dan pihak bertahan bebas memilih teknik pertahanan (Nishiyama dan Brown, 1975). Keenam bentuk kumite diatas merupakan bentuk kumite dasar yang dilatih oleh karateka mulai dari kyu 10 hingga kyu 4 (tingkatan dalam karate, kyu 10 adalah yang paling dasar). Jiyuu Kumite merupakan bentuk latihan kumite bebas. Bentuk ini dilatih oleh orang-orang yang sudah lebih senior dalam karate seperti yang sudah menyandang kyu 4 atau dan 1. Bentuk kumite ini tidak diajarkan sebagai latihan dasar. Dalam jiyuu kumite ini, terjadi pertarungan satu lawan satu dimana kedua pihak mengadakan simulasi pertarungan seperti dalam situasi yang nyata, dimana mereka melancarkan teknik serangan seperti tendangan dan pukulan secara bebas dengan kekuatan penuh dan harus dapat mempertahankan diri mereka. Dalam latihan kumite, biasanya tidak diperbolehkan untuk mengenakan pukulan pada lawan dengan kekuatan penuh. Pukulan harus dikurangi dan ditahan tenaganya sebelum mengenai tubuh lawan (Morris, 1982).

11 Mawashi Geri Jodan Mawashi geri, atau tendangan berputar, adalah teknik tendangan dalam karate yang dapat digunakan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari menyerang lutut/bagian bawah (gedan), punggung/bagian tengah (chudan) hingga menyerang kepala/bagian atas (jodan). Jika di eksekusi dengan tepat, tendangan ini dapat menjadi suatu tendangan yang cepat dan efektif untuk melumpuhkan lawan. Prinsip dari tendangan ini sama dengan mae geri, yang membedakan adalah posisi tubuh. Dalam mae geri, posisi tubuh tegak dan lurus, sedangkan dalam mawashi geri, posisi tubuh tegak namun agak sedikit menyamping (Gambar 2.3). Gambar 2.3 Posisi Mawashi geri Ushiro mawashi geri atau tendangan belakang berputar ini merupkan variasi dari mawashi geri. Prinsipnya sama dengan mawashi geri, namun bagian yang di gunakan untuk menyerang adalah tumit. Daerah yang diincar pada saat menyerang adalah daerah kepala dari lawan (Gambar 2.4).

12 18 Gambar 2.4 Posisi Ushiro Mawashi geri Tendangan mawashi adalah tendangan samping, sehingga lontaran yang menendang membentuk jalur melengkung seperti busur dari luar ke dalam, dengan sasaran yang ada di depan atau samping. Tendangan mawashi geri menggunakan punggung kaki untuk mengenai sasaran seperti muka, leher dan punggung (Putra, 2005), (Gambar 2.5). Gambar 2.5 Tendangan Mawashi Geri

13 19 Berdasarkan Gambar 2.5 terlihat bahwa mawashi geri adalah tendangan lurus mengarah ke pipi/kepala (jodan), dan ke arah punggung (chudan). Mawashi geri dapat dieksekusi dari berbagai sikap, dan ada beberapa metode pelaksanaan yang tepat. Porsi pelaksanaannya yang selalu konsisten adalah bahwa tendangan yang dieksekusi ke dalam dan pada sudut yang mana saja yang sejajar dengan lantai ke arah 45 derajat ke atas. Secara umum, itu adalah tendangan lateral yang menyerang dengan kaki. Jika Mawashi geri sedang dilakukan dengan kaki depan, kaki datang langsung dari tanah, pindah ke posisi dengan lutut ditekuk ke belakang dan menunju pada area target yang diinginkan pada lawan. Tanpa berhenti, kaki bagian atas berputar ke dalam apa pun sudut tendangan akan dilakukan, dan akhirnya, tungkai bawah keluar untuk menyerang lawan, dan kemudian segera kembali masuk (Putra, 2005). Tendangan mawashi ini melibatkan Otot-otot yang dominan, antara lain quadriceps, glutes maximus, hamstring, calf muscle (Gambar 2.6). Gambar 2.6 Otot yang Dominan

14 Kecepatan Tendangan Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang olahragawan dapat melakukan gerakan sesingkat-singkatnya bila dirangsang. Seperti yang dikatakan oleh Sukadiyanto (2002) kemampuan menjawab rangsang dengan bentuk gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan juga diartikan sebagai kemampuan untuk berjalan, berlari atau bergerak dengan cepat (Rusli, 2000). Sedangkan menurut Brown (2001) yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan bergerak dari satu titik ke titik lain setelah mendapat rangsang. Kecepatan termasuk komponen biomotor yang sangat berpengaruh pada penampilan atlet karate. Kecepatan juga potensi tubuh yang digunakan sebagai modal atau sangat menunjang dalam melakukan gerakan. Dalam pertandingan karate kecepatan dapat dilihat dalam melakukan serangan baik tendangan, pukulan, serta reaksi saat mendapat serangan dari lawan seperti menghindar, menangkis atau membalas serangan lawan. Tendangan merupakan serangan yang dominan dilakukan. Dengan itu kecepatan tendangan sangat dibutuhkan dalam pertandingan karate untuk memperoleh nilai (Brown, 2001). Teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar dibanding dengan kekuatan pukulan. Pada saat menendang keseimbangan yang baik sangat diutamakan, bukan hanya berat badan yang bertumpu pada satu kaki saja tetapi juga disebabkan akibat guncangan tenaga balik pada saat benturan. Kaki memiliki jangkauan panjang yang tidak terjangkau oleh tangan. Penggunaan teknik

15 21 tendangan harus disertai dengan koordinasi yang baik antara sikap kaki, sikap tangan, dan sikap badan (Rusli, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan tendangan diantaranya : proses mobilitas syaraf, perangsangan-penghentian, kontraksi-relaksasi, peregangan otot-otot, kontraksi kapasitas otot-otot, koordinasi otot-otot sinergis dan antagonis, elastisitas otot, kekuatan kecepatan, ketahanan kecepatan, teknik olahraga, dan daya kehendak. Seorang karateka harus mempunyai kualitas kecepatan tendangan yang baik, agar dalam setiap tendangan yang dilakukan tidak mudah ditangkap/ditepis oleh lawan kemudian dijatuhkan (Wahid, 2007). Kecepatan ada dua macam yaitu kecepatan gerak dan kecepatan reaksi. Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi kecepatan gerak siklus dan kecepatan gerak non-siklus. Gerak siklus adalah kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan serangkaian gerakan dalam waktu sesingkat mungkin sebagai contoh sprint. Sedangkan kecepatan gerak non-siklus merupakan kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal dalam waktu sesingkat mungkin (Sukadiyanto, 2002). Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menjawab rangsang dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan lagi menjadi kecepatan reaksi tunggal dan kecepatan reaksi majemuk. Reaksi tunggal yaitu kemampuan sesorang untuk menjawab rangsang yang telah diketahui arah dan tujuannya, sedangkan reaksi majemuk adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang sesingkat mungkin dimana arah dan sasaran dari rangsang tersebut belum diketahui (Sukadiyanto, 2002).

16 Pelatihan Pelatihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama pelatihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standar yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan pelatihan, Suharno menyatakan bahwa dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlit secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-ulang waktunya (Arifqi, 2011). Sudjarwo menyatakan bahwa, pelatihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan (Arifqi, 2011). Hal senada dikemukakan Andi Suhendro yang berpendapat pelatihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat (Arifqi, 2011). Pengertian pelatihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, pelatihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Pelatihan yang sistematis adalah program pelatihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar.

17 23 Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks. Pelatihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya pelatihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal pelatihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan. Beban pelatihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan, dan tidak harus dilakukan pada setiap kali pelatihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlit merasakan pelatihan yang dilaksanakan terasa ringan. Pelatihan adalah suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 1994). Masih menurut Bompa latihan fisik yang dilakukan dengan sistematis, berulang-ulang dan terprogram akan memberi dampak positif bagi tubuh, sebagai berikut: 1. Jantung akan membesar, lebih kuat, penambahan volume dan curah jantung. 2. Bertambahnya jumlah pembuluh kapiler di sekitar otot. 3. Bertambahnya kemampuan darah membawa oksigen. 4. Bertambahnya kemampuan sel otot menghasilkan energi dengan penambahan konsentrasi enzim penghasil energi. 5. Bertambahnya kemampuan sel otot untuk menetralisir dan menghancurkan sisa-sisa pembakaran.

18 24 6. Bertambahnya kemampuan sel otot dan hati untuk bahan bakar terutama glikogen. 7. Bertambah besarnya ukuran otot. Pelatihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban pelatihannya. Proses sistematis pelatihan adalah pelatihan berencana menurut jadwal yang telah ditentukan (Harsono, 2007), juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah ke susah, teratur dari sederhana ke kompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa. Tujuan utamanya adalah membantu atlet untuk meningkatkan keterampilan prestasinya semaksimal mungkin, untuk mencapai tujuan utama pelatihan, yakni peningkatan keterampilan dan penampilan seseorang, maka atlet yang dituntut oleh pelatih harus memenuhi tujuan umum pelatihan (Arifqi, 2011). Selanjutnya tujuan-tujuan itu dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan fisik secara umum 2. Meningkatkan kemampuan khusus, sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni 3. Menyempurnakan koordinasi gerakan dan teknik cabang olahraga yang ditekuni 4. Mengembangkan keperibadian serta kemampuan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat serta disiplin. 5. Untuk menjamin dan mengamankan secara kesiapan tim secara optimal

19 25 6. Mencegah terjadinya cedera 7. Untuk memelihara kesehatan 8. Untuk meningkatkan pengetahuan secara teori dengan memparhatikan dasardasar fisiologis, psikologis dan gizi. Tujuan pelatihan untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan, yaitu (Harsono, 2007) : 1. Latihan fisik (Physical training) Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara meenyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima. 2. Latihan Teknik (Technical Training) Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik-teknik baru. 3. Latihan taktik (Tactical Training) Latihan untuk menumbuh kembangkan daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna. 4. Latihan Mental (Physcological Training) Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

20 26 Tujuan pelatihan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan adalah untuk menjuarai suatu kompetisi sebagai sasaran terakhir berdasarkan kalender kompetisi yang ditetapkan. Tujuan khusus pelatihan adalah untuk membentuk, meningkatkan dan mempertahankan kondisi biomotor ability, fisiologis, psikologis dan keterampilan motorik dalam teknik dan taktik berdasarkan fase-fase yang telah ditetapkan, tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan (Arifqi, 2011). Pelatihan akan memberikan hasil yang optimal apabila didasarkan pada prinsip-prinsip pelatihan. Prinsip dasar pelatihan merupakan upaya untuk meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, sedangkan penggunaan prinsip pelatihan yang tepat bagi pelatih adalah dapat menghasilkan organisasi latihan yang baik. Berikut ini beberapa prinsip pelatihan secara umum yang perlu diperhatikan oleh pelatih diantaranya (Arifqi, 2011): 1. Prinsip Beban Lebih Prinsip overload ini merupakan prinsip yang paling mendasar dan individual, oleh karena itu tanpa prinsip ini sulit rasanya prestasi atlet dapat ditingkatkan. Prinsip overload merupakan prinsip latihan yang paling mendasar, prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang di berikan kepada siswa haruslah cukup berat, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi dalam olahraga. Agar prestasi dapat ditingkatkan siswa harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang rangsang kepekaannya. Kalau beban latihan terlalu ringan dan tidak ditambah maka berapa lamapun kita berlatih, seringpun kita berlatih atau sampai

21 27 bagaimanapun capeknya kita mengulang-ulang latihan tersebut tidak akan mungkin meningkatkan prestasi. Jadi faktor beban atau overload dalam hal ini merupakan faktor yang sangat menentukan (Harsono, 2007). 2. Prinsip Spesifikasi atau Kekhususan Aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka harus didasarkan pada dua hal yaitu : (1). Melakukan latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut, (2). Melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut. Spesialisasi berarti merupakan segala kemampuan, baik fisik maupun psikis pada cabang olahraga tertentu. Kekhususan adalah latihan untuk satu cabang olahraga, mengarah pada perubahan harus ada kaitannya dengan keterampilan khusus (Harsono, 2007). 3. Prinsip Individual Pemberian latihan yang akan diberikan hendaknya memperhatikan kekhususan individu, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai ciri yang berbeda, baik secara fisik maupun mental. Adanya perbedaan anatomis dan fisiologis, maka latihan yang diberikan juga secara perorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setiap orang mempunyai perbedaan individu masing-masing, demikian pula setiap siswa berbeda kemampuan, potensi dan karakteristik belajarnya, oleh karena itu prinsip individualisasi yang merupakan salah satu syarat yang penting dalam latihan kontemporer, harus diterapkan kepada siswa, sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang sama. Seluruh konsep latihan harus disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai (Harsono, 2007).

22 28 4. Prinsip Beragam (Variety principle) Latihan merupakan proses panjang yang dilakukan berulang kali, hal ini sering menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasinya perlu ciptakan suasana yang menyenangkan serta membuat aneka bentuk latihan. 5. Prinsip perkembangan menyeluruh (Multilateral principle) Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada interpendensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan sistem tubuh manusia dan proses-proses lahiriah dengan psikologis (Harsono, 2007). 6. Prinsip latihan beraturan (The principle of progresissive resistance) Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar, kemudian dilanjutkan dengan otot yang kecil. Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk peningkatan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan secara optimal ketika berolahraga. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang maksimal, harus memiliki prinsip pelatihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, terutama pelatih dan atlet pemula dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis dengan memberikan beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011). Adapun prinsip-prinsip pelatihan itu menurut Bompa (1994) adalah: 1. Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan. 2. Prinsip pengembangan multilateral.

23 29 3. Prinsip spesialisasi. 4. Prinsip individu. 5. Prinsip variasi dan keserbaragaman. 6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan. 7. Prinsip peningkatan beban progresif dalam pelatihan. Jadi ketujuh prinsip tersebut merupakan satu kesatuan yang harus diikuti serta ditaati oleh setiap pemain yang ingin mencapai prestasi optimal pada cabang olahraga yang ditekuninya. 2.5 Pelatihan Pliometrik Istilah Pliometrik adalah sebuah kombinasi kata yang berasal bahasa latin, yaitu plyo dan metrics yang memiliki arti peningkatan yang dapat di ukur. Menurut Radcliffe dan Farentinos (2002), dalam buku pliometrik untuk meningkatkan power, dari sudut pandang praktis pliometrik relatif mudah diajarkan dan dipelajari. Power otot tungkai dapat ditingkatkan melalui latihan-latihan mengarah pada hasil kecepatan. Latihan pliometrik memiliki ciri khusus yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan. Intensitas latihan pada metode pliometrik adalah pengontrolan dari tipe latihan yang ditampilkan, gerak pliometriknya dari yang sederhana ke gerakan yang komplek. Latihan pliometrik adalah salah satu latihan yang dilakukan terutama pada cabang olahraga yang membutuhkan daya ledak otot tungkai atau otot lengan (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

24 30 Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakangerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif. Latihan pliometrik adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrik-kosentrik) yang mempergunakan pembebanan dinamik. Regangan yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot-otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Konsep latihan pliometrik menggunakan regangan awal pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama (Johansyah Lubis, 2005). Dalam latihan pliometrik terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Pemanasan dan Pendinginan Latihan pliometrik ini fokus untuk menentukan satu gerak kerja yang aktif, fleksibel dan fit maka gerakan ini dimulai dengan pemanasan yang sempurna dan konsklusif. Kemudain di akhiri dengan pendinginan. 2. Intensitas Tinggi Intensitas adalah faktor yang penting di dalam latihan pliometrik. Kebugaran dengan kekuatan daya yang maksimal sangat perlu untuk mendapatkan efek yang optimal dari latihan yang dilakukan. Penilaian ulangan regangan otot adalah lebih penting dari latihan itu. 3. Beban Lebih Progresif Setiap latihan pliometrik harus meliputi latihan ketahanan, temporal dan kelebihan beban. Penambahan beban memaksa otot untuk bekerja dengan

25 31 intensitas yang lebih. Kelebihan beban yang tidak sempurna akan berpengaruh yang negatif pada atlet. 4. Memaksimalkan Gaya atau Meminimalkan Waktu Pergerakan dan daya keduanya penting dalam latihan pliometrik. Dalam banyak kondisi, kelajuan gerakan badan dititik beratkan. 5. Konstruksi Dasar yang Benar Kekuatan merupakan dasar latihan pliometrik maka suatu program latihan harus direncanakan dan diatur agar produksi energi terintegrasi secara maksimal. 6. Program Latihan Individualitas Setiap pelatih harus mengetahui jenis dan periode program latihan yang mampu dan berguna untuk dilakukan oleh setiap individu atlet supaya menghasilkan yang terbaik.

2015 KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE

2015 KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karate adalah seni beladiri yang berasal dari Jepang pada tahun 1869 di Okinawa yang pertama kalinya memperagakan Tea atau Okinawa-Te. Pada tahun 1929 banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kihon (gerakan dasar) yang mencakup antara lain : a) Dachi (kudakuda) b) Uke (Tangkisan) c) Tsuki (pukulan) d) Geri (tendangan)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kihon (gerakan dasar) yang mencakup antara lain : a) Dachi (kudakuda) b) Uke (Tangkisan) c) Tsuki (pukulan) d) Geri (tendangan) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga bela diri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan bela

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah, mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENTUKAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA PERGURUAN WADOKAI DOJO UNIMED

HUBUNGAN KELENTUKAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA PERGURUAN WADOKAI DOJO UNIMED HUBUNGAN KELENTUKAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA PERGURUAN WADOKAI DOJO UNIMED Pangondian Hotliber Purba Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks dalam kehidupannya. Pada dasarnya manusia mempunyai kelebihan dari mahkluk lain meliputi cipta, rasa dan karsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini di Indonesia karate berkembang dengan baik, bahkan merupakan salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap kejuaran ditingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong,

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan seni beladiri yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1922 (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. arah ulu hati yang berlawanan dengan langkah kuda-kuda. Gyaku Tzuki merupakan teknik

BAB II KAJIAN TEORITIS,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. arah ulu hati yang berlawanan dengan langkah kuda-kuda. Gyaku Tzuki merupakan teknik BAB II KAJIAN TEORITIS,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Pukulan Gyaku Tzuki Dodi Rudianto (2010: 103) mengemukakan bahwa: Gyaku Tzuki adalah pukulan lurus arah ulu hati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tangan. Kedua kanji tersebut bermakna tangan kosong (pinyin : segi fisik tidak ada artinya (Sujoto J.B, 1996 : 1).

II. TINJAUAN PUSTAKA. tangan. Kedua kanji tersebut bermakna tangan kosong (pinyin : segi fisik tidak ada artinya (Sujoto J.B, 1996 : 1). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karate a. Pengertian Karate Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji, yaitu Kara yang berarti kosong, dan te yang berarti tangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah proses sistematis yang berupa segala bentuk kegiatan atau usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina potensi jasmani

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIHON DALAM OLAHRAGA BELADIRI KARATE. Pangondian Hotliber Purba *

PEMBELAJARAN KIHON DALAM OLAHRAGA BELADIRI KARATE. Pangondian Hotliber Purba * Volume 14 Nomor 2, Juli Desember 2015: 57-64 PEMBELAJARAN KIHON DALAM OLAHRAGA BELADIRI KARATE Pangondian Hotliber Purba * Abstrak: Keberadaan sarana kompetisi olahraga beladiri karate pencetak karakter

Lebih terperinci

2015 DAMPAK LATIHAN KELINCAHAN TERHADAP PENINGKATKAN SERANGAN TENDANGAN TEKNIK MAWASHI GERI PADA CABANG OLAHRAGA KARATE

2015 DAMPAK LATIHAN KELINCAHAN TERHADAP PENINGKATKAN SERANGAN TENDANGAN TEKNIK MAWASHI GERI PADA CABANG OLAHRAGA KARATE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri dari timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan tangkisan kaki dan tangan

Lebih terperinci

I N K A I KRITERIA PENILAIAN. KYU 8 KYU 7 (Ke KUNING) KIHON :

I N K A I KRITERIA PENILAIAN. KYU 8 KYU 7 (Ke KUNING) KIHON : KYU 8 KYU 7 (Ke KUNING) KIHON : 2. Maju Oi Zuki Chudan 5 kali; 3. Mundur Age Uke 5 kali; 4. Maju Soto Uke 5 kali; 5. Mundur Uchi Uke 5 kali; 6. Maju Shuto Uke 5 kali, balik belakang Gedan Barai; 7. Kamaite

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran dalam Penjasorkes Pembelajaran dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah upaya untuk

Lebih terperinci

meningkatkan prestasi dalam pertandingan kumite dan kata. Kata adalah jurus

meningkatkan prestasi dalam pertandingan kumite dan kata. Kata adalah jurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kebudayaan masyarakat pada masa sekarang ini telah beralih ke arah teknologi industri yang semakin modern. Perubahan tersebut tentu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila kondisi fisik baik, maka ia akan cepat menguasai teknik-teknik gerakan

BAB I PENDAHULUAN. apabila kondisi fisik baik, maka ia akan cepat menguasai teknik-teknik gerakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga yang tertinggi tentu selalu didambakan oleh setiap atlet, terutama bagi atlet atau mereka yang menekuninya dengan baik secara individu atau

Lebih terperinci

KIHON (Gerakan Dasar)

KIHON (Gerakan Dasar) KIHON (Gerakan Dasar) A. DACHI WAZA ( Teknik Kuda-kuda ) : 1. Shizen-tai ( Posisi Netral/Alami) Posisi berdiri netral/alami dimana badan tetap rileks/santai namun tetap waspada. Dalam posisi ini berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembinaan di usia dini baik dari kemapuan tehnik taktik dan strategi serta

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembinaan di usia dini baik dari kemapuan tehnik taktik dan strategi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sebuah akivitas fisik yang mana bertujuan olahraga untuk mencapai prestasi setinggi tingginya dengan semaksimal mungkin baik yang individu

Lebih terperinci

KONTRIBUSI LATIHAN BACK-UP

KONTRIBUSI LATIHAN BACK-UP KONTRIBUSI LATIHAN BACK-UP DAN DECLINE PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN PADA ATLET KARATEKA PUTERA KEI SHIN KAN DOJO HKBP SIDORAME MEDAN Irwansyah Siregar Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN BOX SKIP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP N 1 KALASAN SLEMAN SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN BOX SKIP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP N 1 KALASAN SLEMAN SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BOX SKIP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP N 1 KALASAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA DOJO CAPITAL KARATE CLUB TAHUN Rahman Situmeang.

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA DOJO CAPITAL KARATE CLUB TAHUN Rahman Situmeang. 17 HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA DOJO CAPITAL KARATE CLUB TAHUN 2015 Rahman Situmeang Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara power

Lebih terperinci

JUJUR GUNAWAN MANULLANG

JUJUR GUNAWAN MANULLANG HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA WADOKAI DOJO SMK GAJAH MADA PALEMBANG JUJUR GUNAWAN MANULLANG Pendidikan Olahraga Universitas PGRI Palembang Email :jujurgm@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PANGONDIAN HOTLIBER PURBA Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PANGONDIAN HOTLIBER PURBA Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan  ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASHI GERI PADA ATLET KARATEKA WADOKAI DOJO KHUSUS UNIMED PANGONDIAN HOTLIBER PURBA Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI.

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI. HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI Khavisa Pranata 1 Abstrak Penelitian ini tergolong dalam metode survey dengan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (1) Januari Juni 2014: 23-33

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (1) Januari Juni 2014: 23-33 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DECLINE PUSH-UP DENGAN LATIHAN STALL BARS HOPS TERHADAP POWER OTOT LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN PADA ATLET PUTRA KARATEKA WADOKAI DOJO UNIMED TAHUN 2013 Pangondian

Lebih terperinci

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY ABSTRAK Ajaran dalam pencak silat meliputi empat aspek, yaitu aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan seni budaya asli dari bangsa Indonesia, telah berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai manca negara. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencak silat merupakan olahraga beladiri yang lahir dan berkembang dalam masyarakat rumpun melayu. Pada awalnya pencak silat berfungsi sebagai alat untuk membela diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cabang olahraga yang didalami.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cabang olahraga yang didalami. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya diperlukan yang namanya usaha dan kerja keras yang latihannya sudah terencana dan terukur yang sesuai dengan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga khususnya beladiri yang cukup lama berkembang di Indonesia. Karate juga merupakan suatu cabang olahraga prestasi

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DECLINE PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN PUKULAN LURUS PADA SISWA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT MADRASAH ALIYAH NEGERI BATUDAA

PENGARUH PELATIHAN DECLINE PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN PUKULAN LURUS PADA SISWA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT MADRASAH ALIYAH NEGERI BATUDAA PENGARUH PELATIHAN DECLINE PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN PUKULAN LURUS PADA SISWA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT MADRASAH ALIYAH NEGERI BATUDAA (Elsye Martina Idji, Aisah R. Pomatahu, Marsa Lie Tumbal) elsyeidji@yahoo.co.id

Lebih terperinci

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di berbagai Negara Asia, Malaysia, Brunei,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pencak Silat Ikatan pencak silat indonesia (IPSI) memandang pencak silat sebagai sesuatu kesatuan (catu tunggal), seperti tercermin dalam senjata

Lebih terperinci

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4 Dasar Melatih Indah prasetyawati tri purnama sari indah_prasty@uny.ac.id Fik uny Materi 4 Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya.

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup yang sehat tidak hanya dengan makan makanan sehat, bergizi, dan penuh serat, ataupun dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Olahraga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang berkembang di Indonesia maupun di dunia yang berasal dari negara Korea Selatan, taekwondo mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan berkesinambungan. Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan berkesinambungan. Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap cabang olahraga yang sifatnya kompetitif tentu mengharapkan tercapainya prestasi yang menekuninya baik secara individu maupun kelompok atau tim, itu artinya

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

1. ICHI AGE ZUKI REN HAN KO Penyerang : Hidari Chudan gamae (-) Gyaku jodan zuki Bertahan : Hidari chudan gamae (+) Gyaku uchi age uke, jun chudan

1. ICHI AGE ZUKI REN HAN KO Penyerang : Hidari Chudan gamae (-) Gyaku jodan zuki Bertahan : Hidari chudan gamae (+) Gyaku uchi age uke, jun chudan 1. ICHI AGE ZUKI REN HAN KO Penyerang : Hidari Chudan gamae (-) Gyaku jodan zuki (+) Gyaku uchi age uke, jun chudan zuki 2. ICHI AGE GERI REN HAN KO (-) Gyaku jodan zuki Bertahan : Migi judan gamae (+)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 11 orang termasuk penjaga gawang. Dalam bermain sepakbola hanya diizinkan melakukan gerakan kaki, kepala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang digemari masyarakat dan telah berkembang karena dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila kondisi fisik baik, maka ia akan cepat menguasai teknik-teknik gerakan

BAB I PENDAHULUAN. apabila kondisi fisik baik, maka ia akan cepat menguasai teknik-teknik gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga yang tertinggi tentu selalu didambakan oleh setiap atlet, terutama bagi atlet atau mereka yang menekuninya dengan baik secara individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai jenis olahraga prestasi, beladiri merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang di Indonesia. Olahraga beladiri yang ada di Indonesia antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN

PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr.

Lebih terperinci

MATERI UJIAN BELADIRI POLRI -INKANAS DAN PELAKSANAANNYA.

MATERI UJIAN BELADIRI POLRI -INKANAS DAN PELAKSANAANNYA. MATERI UJIAN BELADIRI POLRI -INKANAS DAN PELAKSANAANNYA. ( Hasil Rujukan dan Modifikasi dari Rumusan terbaru thn 2012 dari Komisi Kurikulum di Dojo Umum / S Rene S dkk, yang sudah disesuaikan dengan Kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taekwondo merupakan salah satu jenis olahraga fisik beladiri yang berasal dari Korea, karena itu taekwondo mengandung unsur filosofi yang mendalam sehingga dengan mempelajari

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki untuk menghancurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga yang sifatnya persaingan satu dengan lainnya, termasuk dalam olahraga permainan sepakbola untuk mencapai prestasi dibutuhkan kemampuan kondisi

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae yang berarti kaki, kwon

BAB II KAJIAN TEORETIK. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae yang berarti kaki, kwon 8 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Definisi Taekwondo Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae yang berarti kaki, kwon yang berarti tangan, serta do yang berarti seni. Suryadi (2003: xv) mengartikan

Lebih terperinci

(-) Memegang tangan kanan lawan seperti Gyaku Gote Sewaktu hendak di-gyaku Gote, dorong tangan lawan

(-) Memegang tangan kanan lawan seperti Gyaku Gote Sewaktu hendak di-gyaku Gote, dorong tangan lawan 1. GEDAN GAESHI REN HAN KO Penyerang : Hidari ichiji gamae (-) Sashi komi ashi, jun mawashi geri : Migi ichiji gamae (+) Jun harai uke, jun geri, ren han ko 2. HARAI UKE DAN ZUKI REN HAN KO Penyerang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi status sosial dalam beberapa komunitas. Karate juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi status sosial dalam beberapa komunitas. Karate juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang cukup lama berkembang di Indonesia. Perkembangan itu terus terjadi sejak karate diperkenalkan oleh mahasiswa-mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Selain olahraga dapat berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam bidang olahraga mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga mempunyai tujuan yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Olahraga Karate Karate adalah seni beladiri yang berasal dari Jepang pada tahun 1869 di Okinawa yang pertama kalinya memperagakan Tea atau Okinawa-Te. Pada tahun 1929

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani dan direncanakan secara sistimatis dan bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Nusantara yang merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan atau disebarluaskan.

Lebih terperinci

A. NOMOR-NOMOR PERTANDINGAN CABOR KARATE

A. NOMOR-NOMOR PERTANDINGAN CABOR KARATE A. NOMOR-NOMOR PERTANDINGAN CABOR KARATE Berdasarkan peraturan terbaru yang dikeluarkan WKF (World Karate-do Federation), nomor-nomor yang dapat dipertandingkan pada kejuaraan cabang olahraga karate dibagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Karate Karate merupakan salah satu seni bela diri timur pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang 1 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari dua kata yaitu sepak dan takraw. Sepak berarti gerakan menyepak sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoretis 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw Mengontrol bola merupakan salah satu teknik dasar permainan sepak takraw.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang dinamis dan penyebaran yang semakin luas dan fenomena olahraga selama puluhan tahun terakhir ini telah membawa olahraga menjadi lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.selain itu pendidikan jasmani yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.selain itu pendidikan jasmani yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan rangkaian aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga untuk membangun peserta didik yang sehat dan kuat sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga selain untuk menjadikan pelajar menjadi sehat sehingga dapat menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia. Pembinaan olahraga merupakan faktor yang sangat penting dalam memajukannya, dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ukuran semakin tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ukuran semakin tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Pada BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan Latihan adalah penerapan rangsangan fungsional secara sistematis dalam ukuran semakin tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat secara fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling terkenal di dunia. Olahraga ini dapat menarik perhatian banyak penonton, memiliki sisi tontonan atau hiburan

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMK AHMAD YANI KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh sebelas orang di atas lapangan yang berbentuk persegi panjang. Sepakbola merupakan olahraga tim,

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi para pemuda untuk berlari, melompat dan melempar. Permainan dengan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga judo merupakan olahraga kompetitif yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga judo merupakan olahraga kompetitif yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga judo merupakan olahraga kompetitif yang memberikan kesempatan bagi atlet yang menunjukan prestasi dan pembinaan atlet, baik melalui latihan di klub-klub,maupun

Lebih terperinci