BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Mendaki Tangga Pendidikan Pesan Pokok telah membuat kemajuan besar dalam memberikan akses pendidikan dasar, termasuk bagi penduduknya yang paling miskin. Agar berhasil dalam proses peralihannya menjadi negara berpenghasilan menengah dengan daya saing yang tinggi, penduduknya harus memiliki pendidikan dan keterampilan teknis untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan memperkuat peran dalam ekonomi global. Berdasarkan sasaran tersebut maka dibutuhkan upaya-upaya baru. 1. Reformasi yang efektif untuk meningkatkan pendidikan dasar sembilan tahun mensyaratkan sekolah dan daerah untuk bertanggung jawab atas pemberian layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk menjamin akuntabilitas dibutuhkan: Keharusan menggunakan instrumen penilaian untuk secara terus-menerus memantau kemajuan individu siswa. Keharusan menggunakan Buku Rapor oleh daerah dan sekolah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemberian layanan. Sekolah mendapat kewenangan dan anggaran untuk merekrut dan memberhentikan guru kontrak. Penilaian rutin kinerja guru di dalam kelas oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dan penggunaan supervisi klinis terhadap efektivitas pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemerintah pusat harus menyediakan sarana bagi sekolah dan pemerintah daerah untuk menilai dan memberikan umpan balik mengenai kinerja siswa dan guru, melakukan reformasi formula susunan pegawai di tingkat sekolah, menyediakan dana untuk para guru melalui dana bantuan yang sebanding dengan jumlah siswa atau jumlah anak usia sekolah; mendukung pembelajaran kelas-rangkap oleh satu guru (multi-grade teaching) dan memberikan peluang bagi para guru untuk memperoleh sertifikasi untuk lebih dari satu mata pelajaran. 2. Melakukan investasi dalam pengembangan sistem pendidikan tingkat menengah atas dan pendidikan tinggi yang berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan angkatan kerja terampil, termasuk para guru. Pembagian jalur pendidikan umum dan kejuruan harus ditunda hingga tahun kedua atau ketiga sekolah menengah atas agar para siswa dapat membangun dasar teori yang kokoh. Penggunaan voucher sekolah untuk membiayai pendidikan dapat meningkatkan jumlah murid sekolah menengah atas di daerah-daerah berpenghasilan rendah; mendorong kompetisi antar sekolah; dan merangsang pertumbuhan sekolah-sekolah swasta. Pendanaan pemerintah untuk pendidikan tinggi harus ditingkatkan sehingga dapat mengatasi rendahnya tingkat partisipasi anak-anak yang paling miskin. Bantuan dana langsung kepada siswa miskin yang berprestasi merupakan upaya yang lebih adil, mendorong persaingan antar lembaga dan secara khusus memberikan insentif bagi lembaga swasta untuk meningkatkan kualitas. Sumber-sumber pendanaan pemerintah untuk penelitian pada lembaga pendidikan tinggi dapat diperoleh dari berbagai sumber termasuk departemen kesehatan, kementerian riset dan teknologi, serta departemen lain yang berkepentingan di dalam sistem. Kurikulum dan program pendidikan tinggi keguruan harus ditingkatkan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi, mempertahankan dan menyiapkan lulusan universitas berkaliber atas sebagai pendidik generasi berikutnya

2 2 BANGKITNYA INDONESIA Posisi Saat Ini Pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan akses dan kualitas serta pengelolaan sistem pendidikannya pada beberapa tahun terakhir, menempatkan sumber daya keuangan yang berarti untuk sektor tersebut. Kemajuan telah dibuat di semua bidang tetapi masih banyak tantangan yang dihadapi, khususnya karena beralih menuju posisi yang lebih bersaing sebagai negara berpenghasilan menengah. Pencapaian dan Akses Sistem pendidikan belum menghasilkan angkatan kerja dengan tingkat produksi yang tinggi maupun jumlah kelas menengah yang cukup besar. Hanya tujuh persen dari penduduk berusia 25 hingga 64 tahun pernah mengecap pendidikan tinggi dan hanya satu dari lima orang pernah menerima pendidikan sekolah menengah atas. Angka-angka ini lebih rendah dari sebagian besar negara-negara dengan tingkat pendapatan yang sebanding. Peningkatan pendaftaran untuk pendidikan menengah atas merupakan tanda yang menjanjikan, tetapi pertumbuhan pendidikan tinggi berjalan lebih lambat dibanding laju yang diperlukan untuk negara yang baru mencapai tingkat penghasilan menengah. telah membuat langkah-langkah besar untuk meningkatkan akses pendidikan dan diperkirakan akan mencapai pendidikan dasar sembilan tahun secara universal dalam waktu dekat. Dorongan pemerintah untuk meningkatkan akses pendidikan berhasil meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat sekolah dasar dari di bawah 70 persen pada tahun 1975 hingga hampir mencakup seluruhnya pada tahun berada pada jalurnya dalam menyediakan pendidikan dasar sembilan tahun secara universal, dengan APK siswa sekolah menengah pertama mencapai lebih dari 80 persen pada tahun Dana Bantuan Operasional Sekolah yang berlaku nasional untuk sekolah dasar dan menengah pertama, yang dimulai sejak thn 2005 dan mendanai sekolah berdasarkan jumlah siswa menunjukkan komitmen pemerintah untuk meraih tonggak pencapaian utama ini. Di luar pendidikan dasar, masih tertinggal di belakang negara-negara tetangganya yang berpenghasilan menengah. Walaupun tingkat partisipasi siswa sekolah menengah atas makin meningkat, hingga tahun 2007 besarnya hanya mencapai 56 persen dan kesenjangan yang terjadi relatif terhadap dengan negaranegara berpenghasilan menengah lainnya. Kesenjangan ini Gambar 1. Tingkat pendidikan penduduk dewasa berusia tahun Russia US Canada Korea New Zealand EU19 average OECD average Australia Chile Brazil Mexico 0% 25% 50% 75% 100% Gambar 3. Perbandingan antar negara atas hasil pengujian matematika standar TIMSS Korea Singapore Chinese Taipei Australia International Median Sumber: Hasil pengujian TIMSS tahun 2007 below upper secondary upper secondary post-upper secondary /tertiary Sumber: Tinjauan sekilas pendidikan OECD tahun 2008 (data tahun 2006); Data dari Sakernas 2008; tahun 2002 dari ILO; tahun 2003/04 dari ILO. Gambar 2. Perbandingan lintas negara atas Angka Partisipasi Kasar (APK) beberapa negara Asia Timur terpilih Primary Junior Secondary Senior Secondary Tertiary Gross Enrollment Rate (2006) Sumber: EDSTATS database tahun 2006 Syria Morocco Colombia Ghana China Mongolia Philippines Vietnam Cambodia Lao PDR Advanced >625 High Intermediate Low Under Low <400 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007.

3 Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 3 makin melebar ketika terkait dengan tingkat partisipasi di pendidikan tinggi, yang selalu berada pada kisaran 20 persen pada tahun-tahun terakhir. Kendala pada sisi permintaan dan penawaran harus ditangani untuk mempercepat keikutsertaan siswa. Kendala-kendala utama pendaftaran ke pendidikan tingkat menengah atas dan tinggi meliputi biaya yang tinggi, terutama bagi kaum miskin, kesan akan buruknya kualitas pendidikan dan tidak adanya manfaat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Kurangnya jumlah sekolah, terutama pada tingkat menengah, juga tetap menjadi masalah utama. Kualitas Kualitas pendidikan masih terus menjadi tantangan, terutama untuk pendidikan dasar. Walaupun akses pendidikan dasar telah meningkat, hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kualitas pendidikan: masih menempati peringkat yang rendah dalam pengujian berstandar internasional. Sebagai contoh, pada Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2006 dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, kemampuan matematika lebih dari setengah siswa yang diuji berada di bawah tingkat yang digariskan sebagai tingkat kemampuan dasar. Hasil tes siswa berada di bawah negara-negara lain, walaupun setelah dilakukan penyesuaian untuk status sosial dan ekonomi keluarga, menunjukkan kekurangan dalam sistem sekolah, bukan karena keadaan ekonomi rumah tangga sebagai kontributor utama terhadap rendahnya kinerja. tertarik untuk berkarir sebagai pengajar. Undang-Undang tersebut juga memicu penyempurnaan pelatihan prajabatan guru dan berbagai upaya saat ini sedang dilakukan untuk melengkapi para guru dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memenuhi standar baru yang lebih tinggi. Tata Kelola dan Pendanaan Pemerintah telah menempatkan bagian yang makin meningkat dari anggarannya untuk pendidikan, tetapi masih terdapat masalah belanja pendidikan yang tidak mencukupi dan tidak seimbang, terutama pada tingkat pendidikan tinggi. Belanja pemerintah untuk pendidikan yang biasanya rendah telah meningkat, secara relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dari 2,8 persen di tahun 2001 menjadi 3,1 persen di tahun 2006 dan 3,3 persen di tahun 2008, menempatkan sebanding, Gambar 4. Tren belanja nasional Billion rupiah 300, , ,000 75,000 % of education to total expenditure Total education spending (2006=100) Total education spending nominal percent Terdapat bukti yang jelas bahwa para guru merupakan faktor yang paling penting dalam kualitas pendidikan. Pada beberapa tahun terakhir telah melaksanakan reformasi besar untuk meningkatkan kualitas guru. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama, hanya 18 persen dan 67 persen guru yang memiliki kualifikasi pendidikan tinggi empat tahun dengan gelar. Sebagian besar guru sekolah dasar hanyalah lulusan sekolah menengah atas atau lulusan program Diploma 2. Dengan Undang-Undang Guru (UU 19/2005), memulai salah satu program reformasi guru yang terbesar dan paling ambisius di dunia, yang mencakup hampir 3 juta guru. Undang-Undang tersebut mengharuskan guru untuk setidaknya meraih gelar dari pendidikan tinggi 4 tahun, dan menetapkan penyelenggaraan sistem sertifikasi guru. Sebagai insentif tambahan, guru-guru yang telah mendapat sertifikasi berhak menerima tunjangan profesi yang sebanding dengan gaji dasar guru, dan terdapat bukti bahwa caloncalon dengan kaliber yang lebih tinggi sekarang mulai * 2009** Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan proyeksi APBN dan APBD; **2009 berdasarkan proyeksi anggaran Gambar 5. Pengeluaran publik dan swasta untuk Pendidikan Tinggi sebagai persentase dari total PDB Tunisia OECD avearage Jamaica India Paraguay Argentina Private Public Korea Uruguay Chile Peru percentage Sumber: UNESCO: Indikator Pendidikan Dunia (WEI, 2007). Angka-angka mencerminkan perkiraan untuk Angka-angka berasal dari anggaran tahun

4 4 BANGKITNYA INDONESIA atau di depan sebagian besar negara-negara berpenghasilan menengah. Walaupun investasi pada layanan pendidikan dasar telah meningkat, belanja pemerintah untuk pendidikan tinggi tetaplah rendah (sekitar 0,3 persen dari PDB), dan itupun terpusat secara tidak seimbang pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi negeri yang hanya merupakan sepertiga dari seluruh jumlah siswa pendidikan tinggi. Hal ini berlanjut pada sistem pembiayaan yang sangat tidak adil untuk pendidikan tinggi. Dua puluh persen kaum terkaya menikmati manfaat dari 60 persen belanja pemerintah yang ditujukan bagi pendidikan tinggi. Tujuh puluh lima persen dari keseluruhan pembiayaan di pendidikan tinggi bergantung pada biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga, menghasikan kesenjangan besar antara yang kaya dan yang miskin: kurang dari 2 persen dari anak-anak dari keluarga termiskin dapat mengecap pendidikan tinggi, dibanding dengan 60 persen dari keluarga terkaya. Sistem pengukuran prestasi dan penilaian yang handal merupakan hal yang vital untuk mendukung penggunaan yang efektif dan efisien dari meningkatnya ketersediaan dana. Makin banyaknya dana tidak akan secara otomatis menghasilkan sistem pendidikan yang lebih baik, dan tanpa penjagaan yang baik, akan cenderung terbuang percuma. Penggunaan dana harus memiliki sasaran yang tepat dan pihak yang berkepentingan utama yang meningkatkan sistem tersebut harus mendapatkan pengakuan dan imbalan yang sesuai. Langkah menuju penganggaran berbasis kinerja merupakan langkah yang penting dan menyiapkan suatu landasan untuk pengembangan sistem pengukuran dan pertanggungjawaban. Bidang-bidang yang mendapatkan penekanan utama termasuk pengelolaan dana pemerintah dan penilaian pemberian layanan, penggunaan kontrak Gambar 6. Perbandingan lintas negara Rasio Guru Murid Philippines India Cambodia Lao PDR World Low & middle income Vietnam Mongolia Primary Secondary Lower middle income Korea, Rep. Singapore China United Kingdom United States High income Sumber: Data database EDSTATS tahun 2006 berdasar kinerja dan tolok ukur jaminan kualitas. Banyak dari sistem pengukuran berdasarkan kinerja harus difokuskan pada tingkat sekolah dan daerah. Dengan desentralisasi, banyak tanggung jawab pengelolaan pendidikan telah bergulir ke tingkat lokal, menjadikan pengelolaan sekolah dan daerah yang kuat sebagai hal yang utama untuk kualitas dan efisiensi dalam sistem pendidikan. Standar layanan minimum untuk pendidikan hanya dapat tercapai melalui pengelolaan yang kuat pada tingkat daerah disertai dengan suatu sistem yang mengukur dan memberi imbalan pada pemberian layanan yang baik. Sementara memperkuat kapasitas lokal merupakan kebutuhan yang sering diajukan, daerah juga harus diberdayakan melalui perangkat yang membantu pemberian layanan, termasuk perangkat untuk mengukur kinerja pemberian pelayanan. Kinerja dan pertanggungjawaban berjalan bersama-sama. Saat ini masyarakat tidak mengetahui apakah pemerintah daerah dan sekolah-sekolah telah memenuhi standar minimum atau memberikan layanan berkualitas tinggi. Informasi akan hal itulah yang harus dibuka secara luas kepada masyarakat. Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan berbasis sekolah, yang dapat menjadi alat yang efektif dalam memastikan transparansi fiskal, harus terus didorong. Terlalu banyaknya jumlah dan penyebaran guru yang tidak merata merupakan masalah yang belum ditangani. Porsi gaji guru menelan lebih dari setengah dari seluruh pengeluaran pendidikan, sehingga pengelolaan tenaga yang tidak efisien sangatlah mahal. memiliki rasio guru-murid yang termasuk paling rendah di dunia, diperkirakan 21 persen kelebihan guru menghabiskan lebih dari 10 persen dari keseluruhan anggaran pendidikan. Tunjangan profesi yang baru untuk guru yang mendapat sertifikasi memperburuk keadaan ini. Ketidakseimbangan juga muncul dari distribusi guru yang tidak merata, dengan terlalu banyak guru yang ditugaskan ke sekolah tertentu dan terlalu sedikit ke sekolah yang lain. Hal ini sangat jelas terlihat pada ketersediaan guru-guru pada perkotaan, pedesaan dan daerah-daerah terpencil. Enam puluh delapan persen dari sekolah di daerah perkotaan dan 52 persen di pedesaan memiliki terlalu banyak guru, sementara dua per tiga dari sekolah-sekolah yang terletak di daerah terpencil memiliki terlalu sedikit guru. Masalah pendistribusian harus dipecahkan di tingkat daerah. Empat puluh tujuh persen sekolah-sekolah dasar di memiliki jumlah murid kurang dari 150 orang, sehingga melaksanakan pengajaran banyak tingkat (multigrade teaching) merupakan cara ideal untuk menangani masalah kualitas dan efisiensi di berbagai bidang. Hal serupa terjadi pada tingkat menengah, pelatihan guru untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran akan menghasilkan fleksibilitas dan efisiensi yang lebih besar.

5 Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 5 Prioritas Kebijakan untuk yang sedang Bangkit Terdapat kesempatan bagi untuk membentuk sistem pendidikannya sehingga dapat mendukung kemajuannya menjadi negara berpenghasilan menengah. Berikut adalah bidang-bidang utama yang harus mendapatkan penekanan. Peningkatan kualitas dan pemberian layanan pendidikan dasar sembilan tahun adalah vital bagi pendidikan siswa, dan akan didorong pada tingkat daerah dan sekolah. Memenuhi standar layanan minimum pendidikan hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan yang kuat pada tingkat daerah. Suatu sistem yang dapat dipertanggungjawabkan oleh daerah dan sekolah kepada masyarakat atas pemberian layanan pendidikan yang berkualitas merupakan pendorong utama reformasi. Bagian utama berikut harus disertakan ke dalam agenda kantor pendidikan di daerah dan manajemen sekolah: 1. Penggunaan wajib atas instrumen penilaian oleh sekolah untuk secara terus-menerus untuk memantau kemajuan proses belajar dari setiap siswa dan penggunaan upaya perbaikan untuk mendukung siswa dengan prestasi yang rendah. Suatu rencana penerapan yang rinci harus menjadi bagian yang wajib disertakan di dalam rencana dan anggaran tahunan sekolah (APBS) dan Memorandum Kesepakatan (MoU) antara pihak sekolah dan daerah. 2. Anggaran dan wewenang harus diberikan kepada sekolah-sekolah untuk mengangkat dan memberhentikan guru-guru kontrak. Guruguru kontrak harus dipandu oleh guru-guru yang mempunyai rekam jejak yang kuat dalam prestasi pengajaran. Pemutusan atau perpanjangan kontrak harus berdasarkan pada penilaian prestasi. 3. Sistem buku rapor harus digunakan oleh sekolah dan daerah untuk meningkatkan kesadaran publik atas pemberian layanan. Buku rapor tersebut harus menekankan pada pelaporan angka penilaian prestasi siswa dan prestasi guru di ruang kelas, untuk meningkatkan kesadaran dan keikutsertaan masyarakat di dalam sistem pendidikan dan menemukan bidangbidang yang dapat ditingkatkan lebih lanjut. 4. Penilaian prestasi guru harus dilaksanakan secara rutin oleh pengawas dan hasilnya dibicarakan bersama para guru. Upaya-upaya perbaikan seperti turut serta dalam supervise klinis terhadap efektivitas pembelajaran di dalam kelas harus dipertimbangkan. 5. Melakukan reformasi tenaga pengajar dan memberikan insentif bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan penempatan guru. Hal-hal utama dalam reformasi dimaksud mencakup: Lakukan revisi atas perumusan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk menghilangkan anggapan bahwa makin banyak yang direkrut, makin besar alokasi anggaran yang didapat. Bagian gaji guru pada DAU harus diberikan kepada daerah sebagai dana hibah yang sebanding dengan jumlah penduduk usia sekolah. Daerah terpencil dan tidak beruntung bisa diberikan penempatan anggaran yang lebih banyak sebagai insentif. Gunakan angka pendaftaran siswa yang akurat sebagai dasar perumusan tenaga pengajar sekolah dibanding menggunakan jumlah ruang kelas, dengan pembobotan untuk sekolah-sekolah yang lebih kecil untuk menjamin tidak terjadi kekurangan tenaga pengajar. Terapkan pendekatan pembelajaran kelas-rangkap (Multi-grade teaching) di sekolah-sekolah kecil. Tingkatkan fleksibilitas pada tingkat sekolah menengah dengan menghilangkan persyaratan hanya mengajar satu mata pelajaran saja dan mengijinkan para guru untuk mendapatkan akreditasi untuk lebih dari satu mata pelajaran 6. Pemerintah pusat harus memainkan peranan penting dalam mendorong pemberian layanan melalui (i) penyusunan perangkat bagi sekolah-sekolah dan daerah untuk menilai prestasi guru dan murid, (ii) perumusan ulang norma tenaga pengajar untuk menjamin penempatan guru yang efisien dan adil, (iii) pemberian umpan balik yang tepat waktu melalui pengawasan dan evaluasi sekolah-sekolah dan daerah Membangun sistem pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi yang kokoh sangatlah penting untuk menghasilkan angkatan kerja yang berpendidikan tinggi dan terampil, dan juga guru-guru dengan kualitas terbaik. Untuk mencapai hal itu, prioritas harus diberikan kepada reformasi kebijakan berikut: 1. Reformasi pendidikan menengah atas dengan penekanan pada penguatan kurikulum, meningkatkan kualitas pendidikan, memenuhi peningkatan permintaan akan perluasan, dan memastikan keadilan. Pendidikan menengah atas adalah jembatan yang sangat penting antara pendidikan tingkat dasar dan tinggi. Pemisahan antara jalur pendidikan umum dan kejuruan harus ditunda sampai tahun kedua atau ketiga sekolah menengah atas. Ini akan memberikan kesempatan kepada semua murid untuk membangun dasar teori yang kuat yang akan meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan penyesuaian diri dari angkatan kerja untuk menghadapi

6 6 BANGKITNYA INDONESIA pasar tenaga kerja yang cepat berubah. Sementara itu, untuk memenuhi peningkatan permintaan, sekolahsekolah swasta harus terus berperan penting, tetapi harus mengubah pandangan bahwa mereka adalah penyedia layanan pilihan kedua. Berpandangan ke depan, pemerintah harus terus menggali cara-cara yang inovatif untuk mendukung pendidikan swasta, seperti meningkatkan pembiayaan dari segi kebutuhan dengan menggunakan voucher sekolah. Voucher tersebut tidak hanya dapat memberi subsidi kepada pelajar miskin agar dapat mengecap pendidikan menengah atas, tetapi juga merupakan cara yang efektif untuk memicu persaingan antar sekolah, mendukung mereka untuk meningkatkan kualitas mengajar mereka untuk menarik siswa. 2. Reformasi pendidikan tinggi. Pendanaan pemerintah untuk pendidikan tinggi harus ditingkatkan, tetapi dalam bentuk yang adil untuk menangani rendahnya tingkat partisipasi dari kaum termiskin. Bantuan pembiayaan langsung kepada murid-murid miskin dengan prestasi yang baik, menawarkan manfaat berlipat, untuk meningkatkan keadilan dan juga memberikan insentif bagi lembaga pendidikan - baik negeri dan swasta - untuk saling bersaing. Jumlah sumber dana untuk pendidikan tinggi sangatlah terbatas dan terdapat kebutuhan untuk meragamkan sumber-sumber pendanaan dari badan-badan pemerintah yang berbeda, seperti kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mempercepat perluasan pendidikan tinggi, perlu dilakukan identifikasi hambatan-hambatan tambahan dalam hal masalah kelembagaan pasar tenaga kerja dan dampak dari pasar tenaga kerja informal. 3. Meningkatkan kualitas guru yang tidak hanya sebatas sertifikasi, melalui pendalaman reformasi prajabatan. Melalui Undang-Undang Guru (tahun 2005), upaya dan sumber daya yang cukup besar telah ditempatkan untuk meningkatkan guru-guru yang ada. Keberhasilan UU itu akan bergantung pada dampaknya terhadap karakteristik guru-guru baru yang mulai memasuki profesi ini. Dengan demikian, sekarang berada pada titik kritis dalam melaksanakan reformasi program pelatihan guru. Peningkatan kompensasi telah menarik lebih banyak calon dengan kualitas yang lebih baik masuk ke program-program pendidikan guru. Banyak program baru (seperti S1 untuk guru SD, dan pendidikan pasca program S1) yang bermunculan, membuka kesempatan peningkatan yang cukup besar dalam rancangan kurikulum dan penyampaiannya. Beban pendanaan bagi pemerintah juga dapat diatasi melalui angkatan pendidik yang lebih ramping, tapi dengan kualitas yang lebih tinggi, jika program-program tersebut direncanakan dengan baik. Program pelatihan prajabatan yang baik akan membantu pemilihan dan mempertahankan lulusan universitas berkualitas tinggi sebagai guru pengajar. Bagaimana Bank Dunia Dapat Membantu Bank Dunia mendukung program pendidikan anak usia dini, dasar dan tinggi. Keterlibatan saat ini lebih menekankan pada upaya pendidikan dasar sembilan tahun, meningkatkan kesiapan siswa pada saat masuk ke sekolah, belajar melalui program-program pengembangan anak usia dini yang dituju, meningkatkan kualifikasi guru, dan memperkuat manajemen berbasis sekolah. Bank Dunia juga telah mendukung pembangunan kapasitas penelitian dan pengajaran pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Bantuan lebih lanjut dari Bank Dunia akan bertumpu pada upaya-upaya yang ada untuk mendukung agenda reformasi pendidikan pemerintah pada bidang-bidang berikut: 1. Pertanggungjawaban yang lebih baik untuk peningkatan kualitas pendidikan dasar. Bank Dunia dapat membantu Pemerintah untuk memperkuat rancangan teknis dan meningkatkan penerapan program-program reformasi sekolah dan daerah yang bertujuan untuk membuat mereka bertanggung jawab kepada masyarakat untuk pendidikan yang berkualitas, termasuk melalui bantuan perancangan penilaian yang tepat dan perangkat pelaporan dan upaya perbaikan baik bagi pendidik dan murid; dan penyebaran praktik terbaik internasional. 2. Pendidikan guru prajabatan. Kepiawaian Bank Dunia dapat digunakan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan pelaksanaan bagi proses reformasi pemilihan dan pelatihan calon-calon peserta pelatihan guru. Juga dapat digunakan untuk mendukung pengembangan program pelatihan yang baru, memberikan nasihat kebutuhan kapasitas pelatihan prajabatan, dan memperkenalkan praktik-praktik internasional khusus yang dapat diterapkan pada lembaga pelatihan guru di. 3. Reformasi pendidikan menengah atas. Bantuan teknis dapat diberikan untuk merancang dan menerapkan restrukturisasi sistem pendidikan secara bertahap yang akan menunda pemisahan jalur umum dan kejuruan hingga tahun kedua atau ketiga dari sekolah menengah atas. Bank Dunia juga dapat memberikan model sistem voucher yang ditujukan/ dirancang dengan baik yang dilaksanakan dan dipantau secara efektif.

7 Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 7 4. Kualitas dan akses terhadap pendidikan tinggi. Bank Dunia dapat melakukan pemeriksaan terhadap pendanaan pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas dan akses yang adil; menunjukkan penghambat-penghambat utama yang membatasi perkembangan pendidikan tinggi, memberikan bantuan dalam perancangan dan penerapan program bantuan keuangan langsung kepada siswa miskin; dan menawarkan layanan konsultasi untuk diversifikasi pendanaan penelitian bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Kantor Bank Dunia Jakarta Gedung Bursa Efek Menara 2, lantai 12 Jl. Jenderal Sudirman Kav , Jakarta 12190, ph fax untuk informasi, silakan hubungi: Ms. Mae Chu Chang Lead Education Specialist mchang@worldbank.org Mendukung Institusi yang Inklusif untuk Pembangunan yang Berkelanjutan

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas untuk Semua Pesan Pokok 1. Pelayanan kesehatan di Indonesia telah membaik walaupun beberapa hal

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik Januari 213 Indonesia telah

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013

CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013 CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013 1. Perkembangan Pendidikan di Indonesia 1 Indonesia menargetkan 100 persen angka partisipasi kasar (gross enrollment rates) di tingkat sekolah dasar dan

Lebih terperinci

Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran?

Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran? Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Foto: Fitrawardi Faisal Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Jalan Menuju Peningkatan dan Pengembangan Pesan Pokok 1. Pengembangan Jalan Bebas Hambatan Trans-Jawa dan penanganan tertundanya

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Melindungi

Lebih terperinci

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Kinerja Pendidikan: Survei Kualitas Tata Kelola Pendidikan pada 50 Pemerintah Daerah di Indonesia

Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Kinerja Pendidikan: Survei Kualitas Tata Kelola Pendidikan pada 50 Pemerintah Daerah di Indonesia Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Kinerja Pendidikan: Survei Kualitas Tata Kelola Pendidikan pada 50 Pemerintah Daerah di Indonesia Wilayah Asia Timur dan Pasifik Pengembangan Manusia Membangun Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Belanja lebih banyak atau Belanja lebih baik:

Belanja lebih banyak atau Belanja lebih baik: Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Belanja lebih banyak atau Belanja lebih baik: Memperbaiki Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 1. Perkembangan Anggaran Pendidikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

Reformasi Guru di Indonesia. Ringkasan Eksekutif. Peran Politik dan Bukti dalam Pembuatan Kebijakan

Reformasi Guru di Indonesia. Ringkasan Eksekutif. Peran Politik dan Bukti dalam Pembuatan Kebijakan Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Peran Politik dan Bukti dalam Pembuatan Kebijakan Ringkasan Eksekutif Mae Chu Chang,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Insentif Daerah. Tahun Anggaran 2012. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.0965 ha atau kurang lebih 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan kebijakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) National Tripartite High Level Dialogue on Employment, Industrial Relations, and Social Security Session 3 Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) Akiko Sakamoto Skills Development

Lebih terperinci

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014 Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan World Bank September 2014 Indonesia tumbuh dengan kuat sejak krisis keuangan Asia, dan kelas menengahnya terus bertambah Pertumbuhan PDB Riil (%) 1996

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.172, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Insentif Daerah. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting dan universal. Setiap pemerintahan harus menjalankan fungsi penganggaran dalam melakukan aktivitas dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN. Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN. Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 28 November 2017 2 PERBANDINGAN ANGGARAN PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN (1/2) ANGGARAN PENDIDIKAN NEGARA LAIN LEBIH RENDAH

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, 26 27 MEI 2016 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Aliran Dana, Aliran Air Pesan Pokok Diperlukan investasi yang signifikan pada bidang air bersih dan sanitasi. Ketidakcukupan pelayanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Insentif Daerah. Alokasi. Tahun Anggaran 2014. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.07/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA Pemerintah dan DPR telah sepakat untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Keputusan tersebut telah dilegalkan dalam UUD 1945 maupun UU Nomor

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua 2000-2015: Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta

DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua 2000-2015: Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta Siaran Pers UNESCO No. 2015-xx DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua 2000-2015: Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta Paris/New Delhi, 9 April 2015

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

Indonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015

Indonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015 Indonesia National Health Accounts 2012 Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015 Bagaimana Pengeluaran Kesehatan Indonesia? Expenditure 2005 2006 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang ditetapkan dengan undang-undang telah membawa konsekuensi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N TRANS LUXURY HOTEL, BANDUNG, 2 3 MEI 2017 ALILA HOTEL, SOLO, 8 9 MEI, 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti. KESEJAHTERAAN GURU A. Pengertian Kesejahteraan Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memajukan kesejahteraan umum, itulah salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang

i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang Dpaling penting bagi kebijakan pemerintah dalam hal sumber daya manusia. Meskipun demikian, pendidikan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003 Bab IV pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah secara profesional untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al #16 2012 PDB Nasional (US$ tn) 16 12 8 4 0 #3 12.0 8.0 4.0 0.0 15.1 US Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Otonomi daerah sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah dalam mengelola potensi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia pada tahun 1999 menjadi titik tolak tumbuh kembangnya desentralisasi fiskal yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat kaitannya dengan apa yang disebut pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Mengarahkan kembali belanja publik April

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci