HUBUNGAN PEMBERIAN TROMBOLITIKDENGAN PENURUNAN ST ELEVASI PADA PASIEN INFARK MIOCARD AKUT DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN. Saifudin Zukhri* ABSTRAC
|
|
- Sudirman Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN PEMBERIAN TROMBOLITIKDENGAN PENURUNAN ST ELEVASI PADA PASIEN INFARK MIOCARD AKUT DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAC Background: IMA with ST elevation (ST Elevation Myocardial Infarct) is part of a spectrum of acute coronary syndrome (ACS). Cardiac arrest (cardiac arrest) is responsible for 60% of the adult mortality rate of patients experiencing AMI. Management therapy is the most effective choice of thrombolytic therapy. This study aims to determine the relationship of thrombolytic administration with a decrease in ST elevation acute myocardial infarction. Results: For determine the relationship of thrombolytic administration with a decrease in ST elevation acute myocardial infarction patients. Conclusion: Design description of correlation using cross-sectional observational study approach. Total population 85 records medic purposive sampling technique sample of 50 respondents with 25 data to obtain the data as a thrombolytic and 25 controls who did not receive thrombolytic of medical record data inclusion and exclusion criteria. Bivariate analysis of the characteristics of respondents and used univariate chi square with correlation coefficient to determine the relationship contingency. Keywords : STEMI, thrombolytic, decrease in ST elevation. *Dosen Keperawatan Stikes Muhammdiyah Klaten
2 A. Latar Belakang Sindrom koroner akut adalah kegawatan kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian. Kematian terbanyak terjadi di luar rumah sakit. Kematian yang terjadi sebelum pasien sampai di rumah sakit berhubungan dengan aritmia malignan (VT/VF). Banyak kejadian terjadi dalam 4 (empat) jam pertama setelah awal serangan. Kematian dirumah sakit lebih banyak berhubungan dengan penurunan curah jantung termasuk gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik. Kematian berhubungan pula dengan luasnya infark Miokard oleh karena itu membatasi infark akan menurunkan mortalitas,(perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2008). IMA dengan ST elevasi (ST Elevation Myocardial Infarct) merupakan bagian dari spektrum Sindrom Koroner Akut (SKA) yang terdiri atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa ST elevasi dan IMA dengan ST-elevasi. IMA dengan ST elevasi (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid. (Santoso M. Setiawan, 2005). Kejadian mati mendadak masih merupakan penyebab kematian utama baik di negara maju maupun negara berkembang seperti di Indonesia. Henti Jantung (cardiac arrest) bertanggungjawab terhadap 60% dari angka kematian penderita dewasa yang mengalami penyakit jantung koroner. Di Eropa diperkirakan terdapat kasus multi jantung sekitar orang/tahun, untuk di Indonesia berdasarkan laporan hasil riset kesehatan dasar RISKESDAS Indonesia tahun 2007 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehtan RI tahun 2008 di Jakarta bahwa Prevalensi Nasional penyakit jantung adalah 7,2% (Riskesdas Indonesia tahun 2007 hal. XIV). Propinsi Jawa Tengah 2011 menunjukkan bahwa kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak sebanyak kasus (72,13 %), (dinas kesehatan kota Semarang, 2010). Proporsi angka kematian berdasarkan daerah perkotaan dalam kelompok umur 45 s/d 45 tahun penyakit jantung iskemik menduduki urutan ke tiga (8,7%) sebagai penyebab kematian urutan pertama adalah stroke (15,9%). Urutan ke dua adalah diabetes militus (14,7%). Untuk daerah pedesaan pada kelompok umur yang sama penyakit jantung iskemik merupakan urutan nomor empat (Riskesdas
3 Indonesia, 2008 hal. 283). Dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan penyakit jantung koroner di Kabupaten Klaten adalah 3,82 %. Sindrom koroner akut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi Unstable Angina (UA), ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI) dan Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). IMA tipe STEMI sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya. Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera yaitu tindakan reperfusi, berupa terapi trombolitik maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat dilakukan terapi trombolitik bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas infark (ongoing chest pain), (Dinas kesehatan Kota Semarang, 2010). Penanganan IMA dengan tata laksana umum diberikan dengan suplemen oksigenasi yang cukup, nitrogliserin sublingual, morfin sebagai analgesik pilihan yang paling efektif untuk mengurangi nyeri dada dalam tata laksana STEMI dan aspirin merupakan tata laksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spectrum sindroma koroner akut. Konsep tromboemboli pada lesi stenotik (plak atero sklerotik) merupakan dasar pada mayoritas kejadian penyakit jantung koroner. Dalam rangka penanggulangan masalah lesi stenotik dan trombosis upaya dapat dibedakan sebagai usaha preventif (primer/sekunder). Maka manajemen terapi yang logis adalah melisiskan trombus dan mencegah berulangnya gangguan utama tersebut dimasa datang (Amstrong P. et al, 2003). Penanganan di Rumah Sakit Islam Klaten menggunakan trombolitik dilakukan sejak tahun Pada tahun 2011 penderita IMA sebanyak 53 kasus, sebanyak 35 kasus dengan trombolitik. Pada tahun 2012 sebanyak 72 kasus dan 50 kasus mendapatkan trombolitik. Sehingga didapatkan prosentase penanganan dengan trombolitik sebesar 68 %. Angka keberhasilan antara pasien yang diberikan trombolitik lebih efektif dari pada pasien yang berikan MONA. Dapat dilihat dari penurunan ST elevasi dan lama perawatan diruang ICCU. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kewaspadaan perawat karena sebagai observer 24 jam dalam menangani kondisi pasien dalam kegawatan kardiovaskuler dan mampu mendeteksi segera kondisi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan fenomena penyakit jantung koroner yang semakin meningkat maka peneliti tertarik untuk
4 melakukan penelitian tentang hubungan pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi pada pasien IMA (STEMI) B. Metode Metode pelaksanaan penelitian ini dengan desain penelitian secara diskripsi korelasi. Analisis data yang digunakan crossectional yaitu membandingkan perbedaan antara subyek. Jenis penelitian ini mempelajari dinamika hubungan atau korelasi yang dapat diukur menurut keadaan atau status pada saat observasi. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pemberian trombolitik dan penurunan ST elevasi. Pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) yang pernah dirawat di RS Islam Klaten. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 85 data rekam medik yang mendapatkan trombolitik dan tidak mendapatkan trombolitik. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive data rekam medik dari seluruh pasien infark miokard akut ST elevasi (STEMI) yang dirawat di Rumah Sakit Islam Klaten sebanyak 50 dengan perbandingan 25 responden yang mendapatkan trombolitik dan 25 responden sebagai kontrol yang tidak mendapat trombolitik. Kriteria inklusi : pasien infark miokard akut ST elevasi (STEMI) yang pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Klaten yang mendapatkan terapi trombolitik <30 menit sampai dengasn 6 jam setelah serangan, pasien infark miokard akut ST elevasi (STEMI) dengan gambaran ST elevasi, pasien yang lama rawat lebih dari 3 hari. Kriteria eksklusi : pasien STEMI yang datang dengan penyakit komplikasi, pasien dengan gangguan hemodinamik, pasien meninggal dunia. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Pemberian trombolitik Tabel 1 distribusi frekwensi pemberian trombolitik di RS Islam Klaten (n:50) Pemberian trombolitik f % Diberikan Tidak diberikan Total
5 Pada tabel didapatkan data pasien AMI yang mendapatkan trombolitik sebanyak 25 responden sedang pasien AMI yang tidak diberikan trombolitik sebanyak 25 responden. b. Penurunan ST elevasi Tabel 2distribusi frekwensi penurunan ST elevasi di RS Islam Klaten (n:50) Penurunan ST elevasi f % Turun Tidak Turun 24 Total Pada tabel didapatkan data pasien terjadi penurunan ST elevasi sebanyak 26 responden (58%) sedangkan yang tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 24 responden (42%). Tabel 3 Distribusi frekwensi pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi di RS Islam Klaten (n:50) Penurunan ST elevasi Pemberian trombolitik turun tidak turun f % f % Diberikan Tidak diberikan Total Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa responden yang diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 18 responden(36%), sedangkan yang diberikan trombolitik namun tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 7 responden(14%). Responden yang tidak diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 8 responden(16%) sedangkan responden yang tidak diberikan trombolitik tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 17 responden(34%).
6 c. Analisis Bivariat Tabel 4 hubungan pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi di RS Islam Klaten (n:50) Penurunan ST elevasi Pemberian trombolitik turun tidak turun P value f % f % Diberikan ,005 Tidak diberikan Total Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa responden yang diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 18 responden(36%), sedangkan yang diberikan trombolitik namun tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 7 responden(14%). Responden yang tidak diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 8 responden(16%) sedangkan responden yang tidak diberikan trombolitik tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 17 responden(34%). Disimpulkan bahwa antara pemberian trombolitik dan penurunan ST elevasi dari hasil uji Chi Square ditunjukkan pada nilai pearson Chi Square nilai Significancy-nya adalah P value 0,005 artinya interpretasi menurut Sugiyono (1999) dapat dikatakan terdapat hubungan antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi karena faktor peluang <5% maka hasil tersebut bermakna. Tabel 5 hasil analisa koefisiensi kontingensi pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi di RS Islam klaten (n:50) Penurunan ST elevasi Pemberian trombolitik r p n 0,400 <0,001 50
7 Hasil analisis selanjutnya dengan uji korelasi koefisiensi kontingensi didapat nilai r = 0,400, p = <0,001 n = 50 yang berarti ada hubungan sedang antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi. D. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi. Dasar teoritis menyatakan bahwa penurunan ST elevasi pada pasien IMA sangat menentukan status kesehatan pasien. Dalam penanganan IMA diharapkan untuk segera melisiskan plak yang ada dalam pembuluh darah jantung karena jantung sebagai organ vital yang membutuhkan oksigenasi sendiri untuk memenuhi kebutuhan jantung yang kemudian untuk menjalankan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Pada kasus IMA disarankan untuk segera membuka plak tersebut dengan memberikan trombolitik. Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi jaringan miokard dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat.bekuan darah yang terdapat dalam darah mengganggu aliran darah ke organ tubuh yang dialiri oleh pembuluh darah.terapi trombolitik digunakan untuk melisiskan plak yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi. ST elevasi pada gambaran elektrokardigrafi menunjukan adanya thrombus komplet/oklusif. Trombus tersebut disebabkan oleh terlepasnya plak yang mempengaruhi terjadinya agresi trombosit dan thrombosis sehingga pada akhirnya menimbulkan stenosis atau oklusi pada arteri koroner dengan atau tanpa emboli. Pemberian trombolitik dapat mencegah kematian karena nekrosis jantung. Sebagai petugas kesehatan yang mengetahui dampak besar akan kelangsungan hidup pasien harus dapat memberikan pelayanan yang bermutu sehingga dapat menyembuhkan dengan baik dan memuaskan. Seperti penelitian sebelumnya bahwa streptokinase dapat menurunkan angka kematian dan reperfusi fraksi ejeksi yang lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ST elevasi ada yang bisa dikendalikan maupun ada yang tidak bisa dikendalikan. Zeiher,1993 mengatakan bahwa semua bentuk penyakit kardiovaskuler meningkatkan frekwensi berhubungan dengan usia, menunjukkan bahwa usia lanjut mengubah fungsi vaskuler. Studi relaksasi endothelium dependent oleh asetilkolin menurun karena
8 ketuaan. Jika dilihat dari hasil penelitian karakteristik responden bahwa rerata umur 58 tahun.dikarenakan umur semakin tua sehingga fungsi fisiologis jantung menurun sehingga dengan usia kisaran usia tersebut dapat mempengaruhi proses pemberian trombolitik dan mempengaruhi hasil penurunan ST elevasi. Berdasarkan distribusi frekwensi pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi bahwa responden yang diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 18 responden (36%), sedangkan yang diberikan trombolitik namun tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 7 responden(14%). Responden yang tidak diberikan trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 8 responden (16%) sedangkan responden yang tidak diberikan trombolitik dan tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 17 responden (34%). Berdasarkan hasil uji chi square ditunjukkan pada nilai pearson chi square nilai significancy-nya adalah p value 0,005 artinya interpretasi menurut Sugiyono (1999) dapat dikatakan ada hubungan antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi karena factor peluang <5% maka hasil tersebut bermakna. Hasil analisis selanjutnya dengan uji korelasi koefisiensi kontingensi didapat nilai r = 0,400, p = <0,001 n = 50 yang berarti ada hubungan sedang antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi. E. Keterbatasan penelitian 1. Dalam pengambilan data di RS Islam Klaten peneliti menemui sedikit kendala belum adanya data komputerisasi tentang data rekam medis pasien IMA, hal ini menyebabkan peneliti harus menyeleksi semua status pasien IMA dan memeriksa kelengkapan datanya karena subyek yang diteliti adalah pasien IMA yang masuk rumah sakit karena serangan. Hal ini tentunya akan menghambat dari efisiensi waktu dan tenaga. 2. Penggunaan data sekunder pada penelitian ini juga menyebabkan variabel faktor resiko terjadinya IMA tidak dapat diteliti yaitu aktivitas,diet,gaya hidup,stress.hal ini juga akan berpengaruh pada derajat atau hubungan antara dua variabel.faktor resiko tersebut tidak dapat diteliti karena belum adanya data hasil pemeriksaan spesifik terhadap indikator variabel terkait.
9 F. Penutup 1. Kesimpulan a. Angka kejadian pasien ST elevasi (STEMI) yang mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 36% yang mendapat trombolitik sedangkan 14% meskipun mendapatkan trombolitik tidak terjadi penurunan ST elevasi. Responden yang tidak mendapat trombolitik mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 16% sedangkan yang tidak diberi trombolitik tidak mengalami penurunan ST elevasi sebanyak 34%. b. Jumlah pasien yang mendapatkan trombolitik sebesar 50% dari 50 responden. c. Analisis chi square didapatkan nilai sigfinicancy p value yang diartikan ada hubungan pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi, hasil analisis selanjutnya dengan uji korelasi koefisiensi kontingensi didapat nilai r = 0,400, p = <0,001 n = 50 yang berarti ada hubungan sedang antara pemberian trombolitik dengan penurunan ST elevasi. 2. Saran 1) Bagi Profesi Keperawatan Menganjurkan tenaga kesehatan menjadi edukator kesehatan yaitu meningkatkan peran pendidik kesehatan dalam kasus STEMI. 2) Bagi Rumah Sakit Membuat kebijakan finansial dalam penanganan kasus IMA agar dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, penelitian ini menjadikan bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan kualitas pelayanan penanganan IMA pada khususnya dan rumah sakit pada umumnya. 3) Bagi Peneliti Lain Menganjurkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan jumlah responden lebih banyak sehingga didapatkan hasil yang lebih baik, dan apabila dilakukan penelitian lanjutan disarankan langsung kepada pasien sehingga akan didapatkan hasil data yang lebih akurat.
10 Daftar Pustaka Amerikan Heart Association. update Handbook of Emergency cardiovascular care for healthcare providers. Amstrong P. Wagner G, Shaun Goodman, Frans Van de Werf, Christopher G et al For the ASSENT-3 (Assesment of the Safety an Efficacy of a New Thrombolytic) Investigators ST Segmen Resolution in ASSENT-2: Insight into the Role of Three Different treatment Strategies for Acute Myocardial Infarction. Eur Heart J. 24 (16) : Antono, Eko Streptokinase pada Infark Miokard Akut di RSJHK Jakarta [Thesis]. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cannon CP dan Braun Wald E Unstable Angina and non ST-elevation Myocardial Infarction. Dalam: Libby P, Bonow RO, Mann DL Ziper DP, Braunwald E Heart Discase : a textbook of cardiovascular medicine, Edisi ke 8. Saunders Elsevier, Bab 53 : Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang tahun Up date Juli 2010, Cited 2012 Januari 27. Available from http: /dinkes-kota semarang.go.id./ KelanaKusuma Dharma MetodologiPenelitianKeperawatan.CetakanPertama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Buku Panduan ACLS. Pratanu S Dasar-dasar pengobatan aritmia. Simposium Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IV. Surabaya 28 Juni Pratanu S Elektrokardiografi Normal. Dalam: Kursus Elektrokardiografi. Edisi ke Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) & Prof. Dr. dr. Sofyan Ismael, Sp.A (K) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi ke-4. Robin SL, Cotran RS, GC Kumar V Buku ajar Patologi Robbins, Jakarta: E. Santoso M. Setiawan T Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia Kedokteran
11 Sudoyo Aw. Setyohadi B. Alwi I dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II edisi V. Jakarta: Interna publishing Sugiri Penggunaan Trombolisis pada penderita Infark Miokard Akut. Jurnal Kardiologi Indonesia. 28(3). Task Force on acute heart failure of the ESC ESC Guideline Executive Summary of the guide lines on the diagnosis and treatment of acute heart failure, European Heart Journal, 384
BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya. Infark miokard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization (WHO) melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas
Lebih terperinciPREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.
PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. HAJI ADAM MALIK KARYA TULIS ILMIAH Oleh: SASHITHARRAN S/O NALLATHAMBI 110100511
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit sindroma koroner akut yang paling sering dijumpai pada usia dewasa. Penyakit ini terutama disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah sindrom koroner akut (Lilly, 2011). Sindom koroner akut (SKA) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab kematian utama di dunia dan merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia pada tahun 2002
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Acute Coronary Syndrome (ACS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Hasil penelitian Tim
Lebih terperinciANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH
ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang (Rima Melati, 2008). Menurut WHO, 7.254.000 kematian
Lebih terperincisebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan
Lebih terperinciTatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital
Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital dr Jetty RH Sedyawan SpJP K FIHA FAsCC Sindroma koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu spektrum penyakit jantung
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J
PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) >139 mmhg dan/ atau, Tekanan Darah Diastolik (TDD) >89mmHg, setelah dilakukan pengukuran rerata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga
Lebih terperinciGambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011
Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Oleh : Raisa Khairuni 100100115 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di negaranegara maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan diseluruh dunia, penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan stroke yang tergolong dalam penyakit kardiovaskular adalah pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokard. Hal ini
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Angka kematian penyakit kardiovaskular di Indonesia meningkat setiap tahunnya, tahun 2004 mencapai 30% dibandingkan tahun 1975 yang hanya 5%. Data Survei
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: JULIAN KOMALA DEIWI
HUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK PSIKOLOGIS PADA PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian
Lebih terperinciInformed Consent Penelitian
62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan memperpendek harapan hidup (Wong, 2014). Pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di negara-negara maju
Lebih terperinciABSTRAK... 1 ABSTRACT
DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada negara maju antara lain heart failure, ischemic heart disease, acute coronary syndromes, arrhythmias,
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri 2, Malinda Meinapuri 3
486 Artikel Penelitian Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Miokard yang Diukur dengan Menggunakan Metode Skoring QRS Selvester pada Pasien Infark Miokard Akut Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard merupakan perkembangan yang cepat dari nekrosis miokard yang berkepanjangan dikarenakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.
HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H. ADAM MALIK TESIS MAGISTER Oleh ARY AGUNG PERMANA NIM : 117115004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %. Prevalensi depresi pada pasien coronary artery disease (CAD) meningkat menjadi 14 % sampai 47 % dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciTIDAK DAPAT DIUBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME
FAKTOR RESIKO YANG TIDAK DAPAT DIUBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Maria Yunita Indriarini.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.M.B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu penyakit dalam. 2. Waktu Pengambilan Sampel Waktu pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011. Penyakit jantung iskemik menyebabkan 7 juta kematian dan menjadi penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma koroner akut merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan terjadinya infark/iskemik miokard yang terjadi secara akut. Keadaan ini biasanya disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan
Lebih terperincidari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang
Definisi Sindroma koroner akut adalah spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah
Lebih terperinciGAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010
GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010 1 Bagus Yuvi Setyo Ramadhani 2 L. W. A. Rotty 2 Frans Wantania 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan bahwa infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia. Terhitung sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara fokal maupun global, yang berlangsung cepat, lebih dari 24 jam, atau berakhir kematian, tanpa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu sindroma klinis berupa sekumpulan gejala khas iskemik miokardia yang berhubungan dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK FISIK PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK FISIK PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AMINUR ITRASARI 21112172
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark miokardium, penyakit vaskular
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Pada
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG
AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LUAS INFARK MIOKARD BERDASARKAN HASIL EKG DENGAN KADAR TROPONIN T PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT STEMI DAN NON STEMI DI RSUP H
HUBUNGAN ANTARA LUAS INFARK MIOKARD BERDASARKAN HASIL EKG DENGAN KADAR TROPONIN T PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT STEMI DAN NON STEMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DARI 01 JANUARI 2008 31 DESEMBER 2009
Lebih terperinciGambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun
167 Artikel Penelitian Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun 2011-2012 Fitri Zahara, Masrul Syafri, Eti Yerizel Abstrak Penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR.
PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR. SOERATNO SRAGEN Akhmad Rifai, Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik
Lebih terperinciPanduan Registri Online
Panduan Registri Online Sindroma Koroner Akut istemi www.istemi.id Indonesia STEMI 2016 Daftar Isi Daftar Gambar...ii Daftar Singkatan... iii I. Pendahuluan... 1 1.1 Tujuan... 1 1.2 Struktur Keanggotaan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Lebih terperinciILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI)
1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI) JUDUL ISDN Diterima Dalam Waktu 24 Jam Dari Kedatangan Ke Rumah Sakit Untuk Pasien Dengan Akut Miokard
Lebih terperinciPREVALENSI PASIEN INFARK MIOKARD AKUT YANG MENJADI CARDIAC ARREST DI ICU/HCU RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PREVALENSI PASIEN INFARK MIOKARD AKUT YANG MENJADI CARDIAC ARREST DI ICU/HCU RSUP DR. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan pembangunan diikuti oleh pergeseran pola penyakit yang ada di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular dan infeksi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012
KARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH MYOCARDIAL INFARCTION IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN Cahyaning Wijayanti* Yunani** Abstrak Latar Belakang: Tingkat kekambuhan
Lebih terperinciPrevalensi sindrom koroner akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2014
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Prevalensi sindrom koroner akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014 1 Biancha Tumade 2 Edmond L. Jim
Lebih terperinciPROFIL FAKTOR RISIKO ATHEROSKLEROSIS PADA KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ST-SEGMENT ELEVASI DI RSUP DR KARIADI SEMARANG
PROFIL FAKTOR RISIKO ATHEROSKLEROSIS PADA KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ST-SEGMENT ELEVASI DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Gibran Rinaldi Muhammad 1, Pipin Ardhianto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR TROPONIN DENGAN KEJADIAN MAJOR ADVERSE CARDIOVASCULAR EVENTS PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI RSI JEMURSARI SURABAYA
Elsa Kusumawati, Abraham Ahmad A.F., Reza Hery M.P., Hubungan antara Kadar Troponin dengan Kejadian Major Adverse Cardiovascular Events pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSI Jemursari Surabaya HUBUNGAN
Lebih terperinci