INFORMASI PRODUK TERAPETIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INFORMASI PRODUK TERAPETIK"

Transkripsi

1 Vol. 21/No. 1 NOVEMBER 2011 INFORMASI PRODUK TERAPETIK EDITORIAL ISSN: Pembaca yang terhormat, Pembaca yang terhormat, Buletin Informasi Produk Terapetik edisi saat ini menyajikan artikel mengenai Obat Anti anemia, Monografi Obat Baru Eltrombopag. Eltrombopag berinteraksi dengan transmembran dari thrombopoietin reseptor (TPO-R) manusia sehingga merangsang proliferasi dan diferensiasi megakaryocytes dari sel-sel progenitor sumsum tulang. Eltrombopag diindikasikan untuk pengobatan thrombocytopenia pada pasien dengan chronic immune (idiopathic) thrombocytopenic purpura (ITP) yang tidak respon terhadap kortikosteroid, imunoglobulin, atau splenektomi. Informasi Daftar Obat Baru yang disetujui antara lain GAFORIN (Obat tetes mata steril mengandung Gatifloksasin Seskuihidrat setara dengan 3 mg Gatifloxacin), DIAMICRON MR (tablet modified release mengandung Glikazida 60 mg), GADOVIST (Larutan injeksi mengandung Gadobutrol 604,72 mg per ml ekuivalen 1,0 mmol), SIFROL (tablet & tablet lepas lambat Pramipexol 0,125; 0,25; 1,0 mg). LYRICA (Kapsul Pregabalin 50mg, 75mg, 150mg). Selain itu terdapat pula Informasi Obat Copy yang telah disetujui bulan Januari Mei 2011 serta informasi singkat tentang Sentra Informasi Nasional (SikerNas) Keracunan. Untuk memudahkan akses informasi produk terapetik kami sediakan pula KONTAK (saluran informasi). Redaksi berharap informasi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan seputar Produk Terapetik bagi para pembaca. Masukan terhadap isi dan tampilan buletin sangat kami harapkan. Redaksi DAFTAR ISI OBAT ANTI ANEMIA MONOGRAFI OBAT BARU DAFTAR OBAT BARU Daftar Obat copy yang disetujui bulan Januari - Mei 2011 INFORMASI SINGKAT Kontak (Saluran Informasi) ANTI ANEMIA Pengertian anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen. Anemia berdampak pada kualitas kemampuan berpikir dan kecerdasan anak yang sedang tumbuh. Ini karena anemia mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen ke seluruh sel tubuh termasuk otak. Gejala anemia Gejala anemia diantaranya cepat lelah, wajah pucat, kurang bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, mengantuk, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemutan, rasa mual, jantung berdebar, dan warna kulit serta bagian putih kornea mata tampak kekuningan. Diagnosa Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit dimana persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dapat diketahui. Ukuran hemoglobin untuk laki-laki sehat adalah Hb gr, sedangkan untuk wanita sehat mempunyai Hb12-16 gr. Tingkat keparahan anemia yaitu: - Kadar Hb 8-10 gr disebut anemia ringan. - Kadar Hb 5-8 gr disebut anemia sedang - Kadar Hb kurang 5 gr disebut anemia berat. Penyebab anemia 1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B 12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi. 3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia. 5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll). 6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah. 8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah. VOL. 21 NO. 2 NOVEMBER...bersambung ke hal 7 1

2 MONOGRAFI OBAT PROFIL FARMAKOLOGI Eltrombopag termasuk dalam kelas terapi antihemoragik. Eltrombopag berinteraksi dengan transmembran dari thrombopoietin reseptor (TPO-R) manusia sehingga merangsang proliferasi dan diferensiasi megakaryocytes dari sel-sel progenitor sumsum tulang. Indikasi Eltrombopag diindikasikan untuk pengobatan thrombocytopenia pada pasien dengan chronic immune (idiopathic) thrombocytopenic purpura (ITP) yang tidak respon terhadap kortikosteroid, imunoglobulin, atau splenektomi. Eltrombopag hanya diberikan pada pasien ITP dengan kondisi klinis tertentu dan level thrombocytopenia yang dapat meningkatkan risiko perdarahan. Eltrombopag tidak boleh digunakan dalam upaya untuk menormalkan jumlah trombosit. Dosis Pengobatan eltrombopag harus di bawah pengawasan dokter yang berpengalaman dalam pengobatan penyakit hematologi. Dosis Eltrombopag diberikan khusus pada pasien secara individu berdasarkan jumlah trombositnya. Tujuan dari pengobatan Eltrombopag tidak untuk menormalisasi jumlah trombosit tetapi hanya untuk mempertahankan jumlah trombosit agar berada diatas tingkat risiko terjadinya perdarahan (> /μl). Pada sebagian besar pasien kenaikan jumlah trombosit terukur setelah 1-2 minggu. - Dewasa Dosis awal yang direkomendasikan yaitu 50 mg per hari. Untuk pasien Asia, dosis awal yang diberikan 25 mg per hari. - Monitoring dan Penyesuaian Dosis Setelah pemberian awal eltrombopag, dosis disesuaikan agar jumlah trombosit mencapai dan dipertahankan lebih dari /μl sehingga menurunkan risiko terjadinya perdarahan. Dosis yang diberikan tidak boleh lebih dari 75 mg per hari. Hematologi klinik dan fungsi hati harus dimonitor secara teratur selama terapi dan regimen dosis diatur berdasarkan jumlah trombosit seperti pada Tabel 1. - Penghentian Pengobatan Pengobatan dengan eltrombopag harus dihentikan jika setelah 4 minggu terapi dengan dosis 75 mg per hari jumlah trombosit tidak naik secara klinis ke level yang cukup untuk menghindari terjadinya perdarahan. - Pasien dengan gangguan fungsi ginjal Tidak diperlukan penyesuaian dosis. - Pasien dengan gangguan fungsi hati Eltrombopag tidak boleh diberikan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati sedang sampai berat (Child-Pugh score 7), kecuali jika manfaat pada thrombosis vena portal lebih besar dari risiko. Jika pengobatan dengan Eltrombopag dinilai perlu, dosis awal yang diberikan yaitu 25 mg satu kali per hari. Risiko kejadian tromboembolik meningkat pada pasien penyakit hati kronik yang mendapatkan eltrombopag 75 mg per hari selama 2 minggu untuk persiapan prosedur invasif. - Pediatrik Eltrombopag tidak direkomendasikan untuk anak dan remaja usia di bawah 18 tahun karena tidak cukup data efikasi dan keamanan. - Pasien usia lanjut Data terbatas untuk penggunaan Eltrombopag pada pasien usia 65 tahun atau lebih. Studi klinik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna secara klinis penggunaan eltrombopag untuk pasien usia 65 tahun atau lebih dengan pasien dewasa. - Pasien Asia Timur Dosis awal eltrombopag 25 mg per hari dapat diberikan untuk pasien Asia Timur (Cina, Jepang, Taiwan, atau Korea). Jumlah hitung trombosis harus dimonitor terus menerus dan standar kriteria untuk modifikasi dosis diikuti. - Cara Pemberian Obat Obat diberikan secara oral. Eltrombopag harus diberikan dalam waktu setidaknya 4 jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi antasida, produk susu (atau makanan lain yang mengandung kalsium), atau suplemen mineral yang mengandung kation polivalen (contoh: Fe, Ca, Mg, Al, Se, atau Zn). Kontraindikasi Pasien hipersensitif terhadap eltrombopag atau zat tambahan lainnya. Peringatan dan Perhatian Diagnosis ITP pada orang dewasa dan pasien lanjut usia harus ditegakkan terlebih dahulu. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan aspirasi sumsum tulang dan biopsi selama proses diagnosis penyakit dan pengobatan, terutama untuk pasien usia lebih dari 60 tahun, pasien dengan gejala sistemik atau tanda-tanda abnormal. Efikasi dan keamanan penggunaan Eltrombopag untuk kondisi trombositopenia lain termasuk trombositopenia yang diinduksi oleh kemoterapi dan sindrom myelodysplastic belum dibuktikan. - Risiko Hepatotoksisitas Penggunaan eltrombopag dapat menyebabkan fungsi hati menjadi abnormal. Dalam studi klinik eltrombopag, diamati terjadinya peningkatan serum alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST) dan bilirubin. - Trombotik/Komplikasi Thromboembolik Trombotik/komplikasi tromboembolik dapat terjadi pada pasien ITP. Jumlah trombosit diatas nilai normal merupakan parameter terjadinya risiko trombolik/komplikasi tromboembolik. Perhatian pada pasien dengan faktor risiko tromboembolisme termasuk tapi tidak terbatas pada faktor turunan (contoh: Faktor V Leiden) atau faktor risiko ikutan seperti: defisiensi ATIII, sindrom antifosfolipid, pasien dengan periode immobilisasi yang panjang, usia lanjut, adanya keganasan, pasien yang menggunakan kontrasepsi dan Hormone Replacement Therapy, operasi/luka, kegemukan dan merokok. Tabel 1. Penyesuaian Dosis Eltrombopag Jumlah trombosit < /μl dilanjutkan dengan terapi minimal selama 2 minggu /μl sampai /μl > /μl sampai /μl > /μl Penyesuaian Dosis atau Respon Tingkatkan dosis harian dari 25 mg menjadi maksimum 75 mg/hari Gunakan dosis eltrombopag terendah dan/atau terapi tambahan ITP agar jumlah trombosit dapat dipertahankan untuk menghindari atau menurunkan risiko perdarahan. Dosis diturunkan menjadi 25 mg per hari. Tunggu sampai 2 minggu untuk melihat efek obat dan perlu tidaknya dilakukannya penyesuaian dosis. Hentikan penggunaan eltrombopag, tingkatkan frekuensi monitoring jumlah trombosit menjadi 2 kali seminggu. Ketika jumlah trombosit /μl, ulangi terapi eltrombopag dengan dosis awal 25 mg per hari....bersambung ke hal 12 2 INFORMASI PRODUK TERAPETIK ETIK

3 Monografi Obat Baru 2011 Nama Obat Jadi / Zat Berkhasiat GAFORIN Obat tetes mata steril mengandung Gatifloksasin Seskuihidrat setara dengan 3 mg Gatifloxacin Kategori: Indikasi baru Farmakalogi Indikasi Dosis dan Cara Pemberian Kontraindikasi Gatifloksasin merupakan antibiotik golongan 8-metoksi fluorokuinolon untuk penggunaan topikal pada mata. Cara kerja antibiotik gatifloksasin adalah dengan penghambatan DNA gyrase dan topoisomerase IV. DNA gyrase adalah enzim esensial yang terlibat dalam replikasi, transkripsi dan reparasi DNA bakteri. Topoisomerase IV adalah enzim yang diketahui memainkan peranan penting dalam membagi kromosom DNA selama pembelahan sel bakteri. Resistensi in vitro terhadap gatifloksasin berkembang melalui beberapa tahap mutasi. Resistensi in vitro terhadap Gatiflokasasi terjadi pada frekuensi yang umum yaitu 1x10-7 sampai Gatifloksasin diindikasikan untuk pengobatan infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis dan keratitis bakterialis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka terhadap Gatifloksasin seperti: Bakteri aerob gram positif: - Corynebacterium propinquum - Staphylococcus aureus - Staphylococcus epidermidis - Staphylococcus mitis - Staphylococcus pneumonia Bakteri aerob gram negatif: - Haemophilus influenzae Hari ke-1 dan ke-2: satu tetes pada mata yang sakit (dimulai saat bangun tidur) tiap 2 jam sampai 8 kali sehari. Hari ke-3 sampai ke-7: satu tetes pada mata yang sakit (dimulai saat bangun tidur) hingga 4 kali sehari. Hipersensitifitas terhadap Gatifloksasin, kuinolon lain atau komponen lain dari obat ini. DIAMICRON MR tablet modified release mengandung Glikazida 60 mg Kategori: Kekuatan baru Glikazida adalah suatu anti diabetik oral golongan sulfonil urea. Glikazida menurunkan kadar gula darah dengan merangsang sekresi insulin dari sel β di pulau Langerhans. Peningkatan insulin posprandial dan sekresi C-peptida terjadi terus-menerus setelah 2 tahun pengobatan. Sebagai tambahan sifat metabolik, glikazida mempunyai sifat haemovaskular. Efek pelepasan insulin: Pada diabetes melitus tipe 2, glikazida menormalkan puncak pertama sekresi insulin dalam merespon glukosa dan meningkatkan fase kedua sekresi insulin. Peningkatan signifikan respon insulin terlihat pada respon stimulasi yang disebabkan oleh makanan atau glukosa. Sifat haemovaskular. Glikazida menurunkan mikrotrombosis melalui dua mekanisme yang mungkin terjadi pada komplikasi diabetes. - Inhibisi sebagian platelet aggregation dan adhesi, dengan penurunan pada pembuat aktivasi platelet (beta tromboglobulin, tromboksan B 2 ). - Bekerja pada aktivitas fibrinolitik endotelium vaskular dengan peningkatan aktivitas tpa Diabetes yang tidak tergantung insulin (Diabetes melitus tipe- 2) pada orang dewasa bila diet, olahraga dan penurunan berat badan tidak cukup untuk mengontrol gula darah. Penggunaan oral: Hanya untuk dewasa. Dosis harian bervariasi dari 1,5 sampai 2 tablet per hari; 30 sampai 120 mg diberikan per oral dalam dosis tunggal pada waktu sarapan. Dianjurkan untuk langsung ditelan tanpa dihancurkan atau dikunyah. Jika lupa mengkonsumsi obat, tidak boleh ada peningkatan dosis pada hari berikutnya. Seperti obat hipoglikemik lainnya, penyesuaian dosis harus dilakukan sesuai respon metabolik pasien (gula darah, HbAIc). - Hipersensitifitas terhadap glikazida atau zat tambahan lain, golongan sulfonilurea atau sulfonamida lain. - Diabetes melitus tipe 1 - Pre-koma dan koma diabetik, diabetik ketoasidosis. - Gangguan berat fungsi ginjal dan hati; pada kasus ini dianjurkan untuk menggunakan insulin. - Pengobatan dengan mikonazol - Menyusui GADOVIST Larutan injeksi mengandung Gadobutrol 604,72 mg per ml (ekuivalen 1,0 mmol) Kategori: Sediaan baru Gadobutrol adalah zat kontras paramagnetik untuk Magnetic Resonance Imaging (MRI). Gadobutrol adalah suatu kompleks netral (non ionik) terdiri dari gadolinium (III) dan ligan makrosiklik asam dihidroksihidroksimetilpropil- tetraazasiklododekane- triasetik (butrol). Ligan makrosiklik ini membentuk kompleks dengan ion gadolinium paramagnetic yang sangat stabil secara in-vivo dan in-vitro. Gadobutrol bersifat hidrofilik dan sangat larut air. Zat ini tidak menunjukkan ikatan protein atau interaksi inhibitor dengan enzim. Hasil uji klinik tidak menunjukkan bukti bahwa gadobutrol menyebabkan kerusakan pada fungsi hati, ginjal dan kardiovaskular. Meningkatkan kontras pada MRI tengkorak dan tulang belakang. Meningkatkan kontras Magnetic Resonance Angiography (CE-MRA). Meningkatkan kontras MRI hati atau ginjal pada pasien yang diduga kuat atau terbukti mempunyai luka yang digolongkan sebagai luka ringan atau berat Rute pemberian intravaskular, jika mungkin, harus dengan posisi pasien berbaring. Setelah pemberian, pasien harus tetap dalam observasi setidaknya selama 30 menit, karena umumnya efek yang tidak diinginkan terjadi pada saat itu. Dosis tergantung pada indikasi yang digunakan. MRI tengkorak dan tulang belakang: 0,1 ml per kg berat badan (BB). CE-MRA: - Untuk gambar satu bagian: BB<75 kg : 7,5 ml BB>75 kg : 10 ml - Untuk gambar lebih dari satu bagian: BB<75 kg: 15 ml BB>75 kg : 20 ml Belum ada uji klinik pada pasien usia di bawah 18 tahun. - Hipersensivitas terhadap zat aktif atau zat tambahan lain. - Tidak boleh digunakan selama kehamilan. - Hentikan menyusui selama 24 jam setelah pemberian gadobutrol. Nama Pemohon Nama Pabrik PT. Sanbe Farma, Bandung-Indonesia Pendaftar: PT. Prafa, Citeureup Bogor-Indonesia Produsen: Les Laboratories Servier Industrie Gidy - France Pendaftar: PT. Bayer Indonesia, Jakarta-Indonesia Produsen: Bayer Schering Pharma AG, Berlin- Germany. 3 VOL. 21 NO. 1 NOVEMBER

4 Nama Obat Jadi / Zat Berkhasiat SIFROL tablet & tablet lepas lambat Pramipexol 0,125; 0,25; 1,0 mg Kategori : Indikasi baru Farmakalogi Indikasi Dosis dan Cara Pemberian Kontraindikasi Pramipexole adalah agonis dopamin yang terikat secara selektif dan spesifik terhadap reseptor subfamily dopamine D2 dan memiliki afinitas terhadap reseptor D3. Promipexole mengurangi keterbatasan motorik pada penderita Parkinson dengan merangsang reseptor dopamin di striatum. Studi pada hewan menunjukkan pramipexole menghambat sintesa, pelepasan dan pergantian dopamin. Pramipexole mencegah degenerasi neuron dopamine berkaitan dengan iskemia atau neurotoksisitas metamfetamin. Pada studi in vitro pramipexole juga melindungi neuron dari toksisitas levodopa. Terapi gejala dan tanda penyakit Parkinson Idiopatik apabila efek levodopa yang digunakan berkurang atau menjadi inkonsisten sehingga efek terapi yang muncul fluktuatif. Promipexole dapat digunakan tunggal tanpa levodopa atau kombinasi dengan levodopa. Tablet promipexole diindikasikan untuk terapi gejala Idiopathic Restless Legs Syndrome. Penyakit Parkinson: - Tablet: Tablet diberikan secara oral ditelah utuh dengan air dan dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Dosis harian diberikan dalam tiga kali dosis terbagi perhari. - Tablet lepas lambat: Tablet lepas lambat harus diberikan sekali sehari dalam waktu yang sama setiap harinya. Tablet lepas lambat harus ditelan utuh dengan air, tidak boleh dikunyah dibelah atau dihaluskan. Tablet lepas lambat ini dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. dosis harian diberikan Terapi awal: Seperti yang tertera dalam tabel dosis harus meningkat secara bertahap dari dosis awal 0,375 mg/hari dan meningkat setiap 5-7 hari. Apabila pasien tidak mengalami efek samping yang berat maka dosis harus ditingkatkan untuk mencapai efek terapi yang maksimal. - Hipersensitif terhadap Pramipexole atau komponen lainnya Tabel Peningkatan Dosis pramipexole Minggu Total dosis harian (mg) Tablet (mg) Tablet Lepas Lambat (mg) 1 0,375 3 X 0,125 0, ,75 3 X 0,25 0,75 3 1,50 3 X 0,5 1,50 Jika diperlukan peningkatan dosis, dosis harian harus ditingkatkan 0,75 mg dalam interval mingguan hingga dosis maksimum 4,5 mg per hari. Pasien yang sudah mengkonsumsi tablet pramipexole dapat diganti dengan tablet lepas lambat dengan dosis harian yang sama. Dosis pemeliharaan: Dosis individual yang digunakan antara 0,375 mg sampai maksimum 4,5 mg per hari. Penyesuaian dosis harus dilakukan berdasarkan respon klinis dan tolerabilitas. Penghentian dosis: Penghentian secara mendadak terapi dopaminergik dapat menimbulkan aneuroleptic malignant syndrome. Dengan demikian penurunan pramipexole harus secara bertahap pada dosis 0,75 mg perhari sampai dosis harian mencapai 0,75 mg, kemudian dosis diturunkan 0,375 mg per hari. Dosis pada pasien dengan terapi bersama Levodopa: Dianjurkan dosis levodopa diturunkan baik selama dosis peningkatan maupun dosis perawatan dengan pramipexole. Pasien dengan gangguan ginjal: Proses eliminasi pramipexole sangat tergantung pada fungsi ginjal. Pasien dengan creatinine clearance diatas 50 ml/menit tidak memerlukan penurunan dosis harian atau frekuensi penggunaan obat. Nama Pemohon Nama Pabrik - Produsen: Boehringer Ingelheim Pharma Gmbh & Co. KG Ingelheim am Rhein, Germany untuk Boehringer Ingelheim International GmbH, Germany - Diimpor oleh: PT. Boehringer Ingelheim Indonesia Bogor, Indonesia 4 INFORMASI I PRODUK TERAPETIK ETIK

5 Nama Obat Jadi / Zat Berkhasiat Farmakalogi Indikasi Dosis dan Cara Pemberian Kontraindikasi Tablet: Pada pasien dengan creatinine clearance antara ml/menit dosis awal pramipexole harus diberikan dalam dua dosis terbagi, mulai 0,125 mg dua kali sehari (0,25mg per hari). Dosis maksimum harian tidak boleh melebihi 2,25 mg Pada pasien dengan creatinine clearance kurang dari 20 ml/menit dosis harian pramipexole harus diberikan dalam dosis tunggal, mulai 0,125 mg per hari. Dosis maksimum harian tidak boleh melebihi 1,5 mg per hari. Jika fungsi ginjal menurun selama terapi pemeliharaan menggunakan pramipexole, kurangi dosis harian pramipexole dengan persentasi yang sama seperti penurunan kadar creatinine clearance, contohnya jika creatinine clearance nya menurun 30% maka dosis harian pramipexole dikurangi 30%. Dosis harian dapat diberikan dalam dua dosis terbagi jika kadar creatnine clearance antara ml/menit dan sebagai dosis tunggal jika kadar creatinine clearance kurang dari 20 ml/menit. Tabet lepas lambat: Pasien dengan kadar creatinine clearance antara ml/menit, terapi harus dimulai pada dosis 0,375 mg untuk tablet lepas lambat setiap harinya. Respon terapetik dan tolerabilitas harus diperhatikan sebelum meningkatkan dosis harian setelah satu minggu. Jika diperlukan peningkatan dosis, dosis harian harus ditingkatkan 0,375 mg dalam interval mingguan sampai dosis maksimal 2,25 mg pramipexole perhari. Pasien dengan gangguan hati : Penyesuaian dosis mungkin tidak diperlukan pada pasien dengan gangguan hati, karena 90% obat yang diabsorpsi dieksresikan melalui ginjal. Restless Legs Syndrome Tablet harus diberikan secara oral, ditelan dengan air, dengan atau tanpa makanan. Dosis awal pramipexole yang dianjurkan adalah 0,125 mg sekali sehari diminum dua atau tiga jam sebelum waktu tidur. Bagi pasien yang membutuhkan tambahan pereda gejala, dosis dapat ditingkatkan setiap 4-7 hari hingga mencapai dosis maksimum 0,75 mg perhari sebagaimana ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel Peningkatan Dosis pramipexol * Tahapan Peningkatan Satu kali sehari Dosis malam hari (mg) 1 0, ,25 3 0,5 4 0,75 *Jika diperlukan Khasiat pramipexole jangka panjang pada perawatan RLS belum cukup teruji, respon pasien harus dievaluasi setelah terapi tiga bulan dan kebutuhan untuk perawatan lanjutan perlu dipertimbangkan. Jika terapi terganggu lebih dari beberapa hari maka harus dilakukan inisiasi ulang dengan peningkatan dosis seperti tersebut pada tabel di atas. Nama Pemohon Nama Pabrik VOL. 21 NO. 1 NOVEMBER ER

6 Nama Obat Jadi / Zat Berkhasiat LYRICA Kapsul Pregabalin 50mg, 75mg, 150mg Kategori : sediaan baru Farmakalogi Indikasi Dosis dan Cara Pemberian Kontraindikasi Penghentian perawatan: Pramipexole dapat dihentikan tanpa pengurangan dosis. Pregabalin berikatan dengan sub unit tambahan (α 2 δ protein) saluran kalsium voltage-gated pada sistem syaraf pusat, menggantikan [ 3 H]-gabapentin. - Nyeri neuropati Untuk pengobatan nyeri neuropati periferal dan pusat pada orang dewasa. - Epilepsi Sebagai terapi tambahan pada orang dewasa dengan seizures parsial dengan atau tanpa generalisasi sekunder. - Pengobatan Generalized Anxiety Disorder (GAD) pada orang dewasa - Fibromyalgia Untuk mengurangi nyeri pada penanganan Fibromyalgia. Rentang dosis lyrica adalah mg perhari dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Lyrica dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. - Nyeri neuropati Dosis awal lyrica yang di rekomendasikan adalah 75 mg 2x sehari (150 mg per hari) dengan atau tanpa makanan keefektifan pregabalin dapat terlihat pada minggu pertama. Dosis dapat ditingkatkan sampai 150 mg 2x sehari setelah rentang 3-7 hari dan jika diperlukan dapat ditingkatkan sampai dosis maksimum 300 mg, 2x sehari setelah 1 minggu tambahan. - Epilepsi Dosis awal efektif lyrica yang direkomendasikan adalah 75 mg, 2x sehari (150 mg perhari) dengan atau tanpa makanan. Keefektifan pragebalin dapat terlihat pada 1 minggu pertama, meskipun demikian dosis dapat ditingkatkan sampai 150 mg, 2x sehari setelah 1minggu dan jika diperlukan dapat ditingkatkan sampai dosis maksimum 300 mg 2x sehari setelah 1 minggu tambahan. - Generalized Anxiety Disorder (GAD) Rentang dosis lyrica adalah mg perhari dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Perlunya pengobatan dengan lyrica pada GAD perlu dianalisis secara regular. Pengobatan dengan pregabalin dapat dimulai dengan dosis 150 mg perhari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 300 mg perhari setelah 1 minggu. Minggu tambahan selanjutnya dosis maksimum 450 mg perhari. Maksimum dosis 600 mg perhari dapat dicapai setelah 1 minggu tambahan berikutnya. - Fibromyalgia Dosis lyrica yang direkomendasikan adalah mg perhari dalam 2 dosis terbagi. Dosis dimulai dengan 75 mg 2x sehari (150 mg perhari) dan dapat ditingkatkan sampai 150 mg 2xsehari (300 mg perhari) dalam 1 minggu berdasarkan keefektifan dan toleransi terhadap obat. Pasien yang kurang mengalami manfaat dengan dosis 300 mg perhari dapat ditingkatkan menjadi 225 mg 2x sehari (450 mg perhari). Tidak ada bukti bahwa dosis 600 mg perhari memberikan tambahan manfaat, dan dosis ini kurang dapat ditoleransi pasien. Pengobatan dengan dosis diatas 450 mg perhari tidak direkomendasikan karena dapat menimbulkan efek samping. Eliminasi utama lyrica adalah melalui ginjal, sehingga perlu penyesuaian dosis pada pasien dengan fungsi ginjal yang menurun. Hipersensitif terhadap pregabalin atau zat tambahan lain dalam formulasi obat Penghentian pengobatan dengan lyrica baik pada pasien nyeri neuropati dan epilepsi direkomendasikan minimal 1 minggu dan secara bertahap. - Pasien dengan gagal ginjal Karena pregabalin dieliminasi dari sirkulasi sistemik melalui ekskresi ginjal sebagai bentuk tidak berubah, oleh karena itu dosis harus dikurangi pada pasien dengan fungsi ginjal berdasarkan tiap individu sesuai dengan tingkat creatinine clearance (CLcr) - Pasien dengan gagal hati Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gagal hati. - Anak-anak dan remaja (12 sampai 17 tahun) Keamanan dan keefektifan pregabalin pada pasien anak-anak dibawah 12 tahun dan pada remaja belum ditetapkan. Penggunaan pregabalin tidak disarankan. - Lansia Perlu pengurangan dosis karena fungsi ginjal telah berkurang. Nama Pemohon Nama Pabrik Nama pabrik : - Pfizer Manufacturing Deutschland GmbH, Freiburg, Germany - Pendaftar : PT. Pfizer Indonesia PO Box 2706, Jakarta Indonesia 6 INFORMASI I PRODUK TERAPETIK ETIK

7 ANTI ANEMIA...sambungan dari halaman 1 Pada umumnya obat anemia memiliki efek samping berupa gangguan gastrointestinal seperti mual-mual, muntah, kembung, konstipasi atau diare. Selain itu obat anemia juga memiliki kontra indikasi seperti dilarang diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau anemia yang tidak disebabkan oleh kekurangan zat besi, pasien dengan ulkus peptikum, hemokromatosis, colitis, ulseratif, enteritis atau penderita yang hipersensitif terhadap salah satu atau kedua zat aktif. Selain anemia karena kekurangan zat besi, masih ada tiga jenis lagi anemia yang sering terjadi: Pencegahan Hal yang paling penting untuk menghindari anemia adalah menjaga pola makan. Sertakan makanan yang mengandung banyak zat besi. Dari buahbuahan seperti apel, pisang. Dalam sayur-sayuran bisa didapat dari asparagus, labu, ubi rambat, brokoli, tumbuhan merambat, kacang merah, tahu dan biji-bijian. Makan makanan yang mengandung zat vitamin C. Ini akan membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Jika mengkonsumsi obat, usahakan atas saran dokter. Beberapa obat bisa menghambat masuknya zat besi dan vitamin B ke dalam tubuh. Bagi vegetarian sebaiknya diskusikan masalah kesehatan dengan ahlinya mengingat vitamin B 12 banyak didapat dari makanan berdaging. 1. Anemia aplastik Terjadi bila sel yang memproduksi sel darah merah (pada sumsum tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu. 2. Anemia megaloblastik Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan oleh kekurangan vitamin B 12 atau folat. Penting untuk menentukan defisiensi apa yang menjadi penyebab pada setiap kasus. 3. Anemia hemolitik Terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia hemolitik ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia, sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obatobatan tertentu, sel darah merah dirusak oleh antibodi tubuh. DAFTAR PUSTAKA - Dipiro, J.T., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7 th edition,. Mc Graw Hill, New York, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Gaya Baru, Jakarta, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008, Sagung Seto, Jakarta, Pengobatan Beberapa jenis obat dapat digunakan sebagai anti anemia. Pada tabel terlampir dapat dilihat beberapa obat yang digunakan disesuaikan dengan jenis anemia. Efek samping obat Bagi yang sering mengkonsumsi obat anemia secara langsung dan berulang, sebaiknya perhatikan efek samping dari produk obat yang dikonsumsi. Sebagai gambaran singkat, sejumlah obat anemia tetap memiliki efek samping apabila digunakan dengan tidak tepat. Jadi disarankan tetap berkonsultasi ke dokter apabila sudah mengkonsumsi obat anemia lebih dari 3 hari dan belum ada perubahan. VOL. 21 NO. 1 NOVEMBER

8 No. Jenis Anemia Obat Dosis & Cara Pemberian Keterangan 1 Anemia kekurangan zat besi Sediaan garam zat besi oral: a. Fero sulfat b. Fero fumarat c. Fero glukonat a. Pencegahan, 1 tablet 200 mg per hari; pengobatan, 1 tablet 200 mg 2-3 kali sehari. b. 1-2 tablet 200 mg 3 kali sehari. Sirup Fero Fumarat 140 mg (besi 45 mg)/5 ml, dosis: ml 2 kali sehari, bayi premature 0,6-0,4 ml/kg/hari, anak hingga 6 tahun 2,5-5 ml dua kali sehari. c. Pencegahan 2 tablet sehari sebelum makan; pengobatan 4-6 tablet sehari dalam dosis terbagi sebelum makan; anak 6-12 tahun, pencegahan dan pengobatan, 1-3 tablet sehari sesuai dengan usia. Anemia kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal. 2 Anemia megaloblastik karena kekurangan asam folat Asam folat Permulaan, 5 mg sehari untuk empat bulan; pemeliharaan, 5 mg setiap 1-7 hari tergantung penyakit dasarnya. Anak sampai 1 tahun, 500 mcg/kg bb/hari; di atas 1 tahun, dosis seperti orang dewasa. Asam folat bersama vitamin B 12 sangat penting untuk metabolisme intrasel. Asam folat dan vitamin B 12 dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga kekurangan salah satu vitamin ini menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit yang memberikan gambaran sebagai anemia megaloblatik. 3 Anemia pernisiosa, degenerasi medula spinalis kombinasi sub akut a. Hidroksikobalamin b. Sianokobalamin a. Dengan injeksi intramuskuler, dosis awal 1 mg diulangi 5 kali dengan interval 2-3 hari; dosis pemeliharaan 1 mg setiap 3 bulan; dosis anak seperti pada orang dewasa. b. Pasien anemia pernisiosa berat: 100 μg sianokobalamin dan asam folat 1-5 mg secara IM selanjutnya 100 μg sianokobalamin IM dan 1-2 mg asam folat per oral selama 1-2 minggu. Terapi awal: 100 μg sehari parenteral selama 5-10 hari. Terapi penunjang: μg sebulan sekali sampai jumlah eritrosit dalam darah ±4,5 juta/mm 3 Penyerapan yang tidak adekuat dari vitamin B 12 (kobalamin) menyebabkan anemia pernisiosa. Agar dapat diserap, vitamin B 12 harus bergabung dengan faktor intrinsik (suatu protein yang dibuat di lambung), yang kemudian mengangkut vitamin ini ke ileum, menembus dindingnya dan masuk ke dalam aliran darah. Tanpa faktor intrinsik, vitamin B 12 akan tetap berada dalam usus dan dibuang melalui tinja. Pada anemia pernisiosa, lambung tidak dapat membentuk faktor intrinsik, sehingga vitamin B 12 tidak dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun sejumlah besar vitamin dikonsumsi dalam makanan sehari-hari. Dalam hal ini penderita tidak dapat menyerap vitamin B 12 per-oral karena itu maka diberikan melalui suntikan. 4 Anemia karena kekurangan zat eritropoietin Epoetin (rekombinan eritropoietin manusia) a. Epoetin Alfa Fase koreksi : Dosis awal untuk pasien hemodialisa adalah IU/kg bb/minggu terbagi dalam 2-3 dosis. Jika hematokrit meningkat, bukanlah suatu yang diharapkan (<0,5% /minggu), dosis dapat diganti setelah 4 minggu dari terapi awal sampai dosis meningkat IU/kg bb/minggu. Pasien non dialisa : 100 IU/kg bb/minggu terbagi dalam 3 dosis. Tahap perawatan: Untuk memantapkan hematokrit antara 30 dan 35 %, dosis menjadi IU /kg bb/ minggu terbagi dalam 2-3 dosis (penurunan menjadi 2/3 dari dosis sebelumnya) b. Epoetin Beta Dewasa dan anak dalam 2 tahun; melalui injeksi subkutan dosis awal 60 IU/kg bb tiap minggu (dalam 1-7 dosis terbagi) untuk 4 minggu, ditingkatkan sebulan sekali sesuai dengan respon masing-masing 60 IU/kg bb. Secara injeksi intravena dalam 2 menit (atau infus intravena jangka pendek) dosis awal 40 IU/kg bb 3 kali tiap minggu untuk 4 minggu, ditingkatkan sampai 80 IU/kg bb 3 kali seminggu bila kenaikan hemoglobin awal kurang dari 1 g/100 ml/bulan, bila perlu dapat dinaikkan lebih lanjut pada interval bulanan masing-masing 20 IU/kg bb. a. Epoetin alfa digunakan untuk mengobati anemia yang disebabkan oleh obat tertentu seperti kemoterapi dan zidovudine obat yang digunakan untuk mengobati HIV. Epoetin alfa juga digunakan sebelum dan sesudah operasi tertentu untuk mencegah dan mengobati anemia yang mungkin terjadi karena kehilangan darah sewaktu operasi. Epoetin alfa termasuk obat protein eritropoetik. Bekerja dengan cara mempengaruhi sumsum tulang untuk membuat lebih banyak sel darah merah. Hal ini akan meningkatkan energi dan tingkat aktivitas, juga bisa mengurangi kebutuhan untuk transfusi darah. b. Epoetin beta digunakan untuk mengobati pasien dengan gejala anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronis dan untuk mengobati anemia yang berhubungan dengan kemoterapi pada pasien kanker. 8 INFORMASI PRODUK TERAPETIK

9 DAFTAR OBAT COPY YANG DISETUJUI bulan Januari - Mei 2011 NO. NAMA OBAT JADI NAMA ZAT AKTIF KEMASAN NIE NAMA PENDAFTAR 1 A-BE KETOCONAZOLE, 20 mg/ml Dus, 10 ml; 15 ml; 30 ml larutan DKL A1 BIO KUSUMA - Indonesia 2 ACARBOSE ACARBOSE, 50 mg; 100 mg Dus, tablet GKL A1; GKL B1 DEXA MEDICA - Indonesia 3 ACLONAC DICLOFENAC DIETHYLAMINE, 1 % Dus, 20 gram; 50 gram gel DTL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 4 ACYCLOVIR (YAR) "G" ACICLOVIR, 400 mg Dus, 5 10 tablet GKL A1 YARINDO FARMATAMA - Indonesia 5 AGRIPPAL S1 VIRUS INFLUENZA YANG DIINAKTIVASI (VAKSIN) Dus,1 PrefIilled 0,5 ml (1 dosis) DKI A1 NOVARTIS INDONESIA - Indonesia 6 ALOVELL ACIDUM ALENDRONICUM, 70 mg Dus, 1 4 tablet DKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 7 AMBROXOL "G" (BRN) AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 15 mg/5ml; 30mg/5ml 60 ml elixir GKL A1; GKL B1 BERNOFARM - Indonesia 8 AMBROXOL (BRN) "G" AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 30 mg Dus, tablet GKL A1 BERNOFARM - Indonesia 9 AMBROXOL (ERE) AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 15 mg/5ml Dus, 60 ml sirup GKL A1 ERELA - Indonesia 10 AMBROXOL (ERE) "G" AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 30 mg Dus, tablet; GKL A1 ERELA - Indonesia 11 AMBROXOL (PHP) "G" AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 30 mg Dus, tablet ; Dus, tablet GKL A1; GKL A2 PHAPROS - Indonesia 12 AMLOGAL AMLODIPINE BESYLATE, 5 mg Dus, 3 10 tablet DKL A1 GALENIUM PHARMASIA LAB - Indonesia 13 AMOXICILLIN (CAP) "G" AMOXICILLIN TRIHYDRATE, 125 mg/5 ml 60 ml sirup kering GKL A1 CAPRIFARMINDO LABS - Indonesia 14 ANALTRAM PARACETAMOL 325 mg, TRAMADOL HYDROCHLORIDE 37,5 mg Dus, 3 10 kaplet salut selaput DKL A1 LAPI - Indonesia 15 ANTASIDA DOEN (SEJ) "G" ALUMINIUM HYDROXIDE, MAGNESIUM HYDROXIDE 1000 tablet kunyah GBL A1 SEJAHTERA LESTARI FARMA 16 APRION PREGABALIN, 150 mg; 300 mg; 75 mg Dus, 2 10 kapsul DKL B1;DKL C1; DKL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 17 ARESPIN NOREPINEPHRINE BITARTRATE, 1 mg/ml Dus, 5 4 ml cairan injeksi DKL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 18 AVZ AZELAIC ACID, 200 mg/g 10 gram; 15 gram; 5 gram krim DKL A1 BIO KUSUMA - Indonesia 19 AZA AZELAIC ACID, 20% Dus, Botol 30 gram gel DKL A1 PHARMACORE LABS - Indonesia 20 AZITHROMYCIN (SOH) "G" AZITHROMYCIN DIHYDRATE, 200 mg/5 ml Dus, 1 15 ml sirup kering GKL A1 SOHO INDUSTRI PHARMASI - Indonesia 21 AZOVIR-200 ACICLOVIR, 200 mg Dus, 5 6 tablet DKL A1 MEDIKON PRIMA LABORATORIES - Indonesia 22 BIOGEN FORTE GENTAMICIN SULFATE, 3 mg/g Dus, 10 gram; 15 gram; 5 gram krim DKL B1 BIO KUSUMA - Indonesia 23 BIOQUIN HYDROQUINONE, 2 % Dus, 14,2 gram krim DKL B1 IKAPHARMINDO - Indonesia 24 BISACODYL (EMB) "G" BISACODYL, 5 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput GKL A1 ETERCON PHARMA - Indonesia 25 BISOPROLOL FUMARATE (PRN) "G" BISOPROLOL FUMARATE, 5 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput GKL A1 FAHRENHEIT PRATAPA NIRMALA - Indonesia 26 BODREXIN DEMAM PARACETAMOL, 120 mg Dus, 10 Blister@ 10 tablet kunyah; Dus, 25 4 tablet kunyah DBL A1 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk - Indonesia 27 BROMIFAR PLUS BROMHEXINE HYDROCHLORIDE 8 mg, GUAIFENESIN 10 mg Dus, 10 Catch 1 strip DTL A1 IFARS - Indonesia 28 CAPTOPRIL (ERR) "G" CAPTOPRIL, 25 mg Dus, tablet GKL A1 ERRITA PHARMA - Indonesia 29 CARDITOP DOBUTAMINE HYDROCHLORIDE, 250 mg/10 ml Dus, 1 10 ml cairan injeksi DKL A1 GRACIA PHARMINDO - Indonesia 30 CEFADROXIL (CAP) "G" CEFADROXIL MONOHYDRATE, 500 mg Dus, kapsul GKL A1 CAPRIFARMINDO LABS - Indonesia 31 CEFADROXIL (SOL) "G" CEFADROXIL MONOHYDRATE, 500 mg Dus, 60 ml suspensi GKL B1; GKL A1 SOLAS LANGGENG SEJAHTERA - Indonesia 32 CEFDIM CEFTAZIDIME, 1 g Dus, 1 1 gram serbuk injeksi + 1 ampul Aqua 10 ml DKL A1 PROMEDRAHARDJO FARMASI INDUSTRI - Indonesia 33 CEFIXIME (IFA) "G" CEFIXIME, 100 mg Dus, 5 10 kapsul GKL A1 IFARS - Indonesia 34 CEFPIROME (BRN) "G" CEFPIROME, 1 g Dus, 1 gram serbuk injeksi GKL A1 BERNOFARM - Indonesia 35 CEFRATAM CEFOPERAZONE SODIUM, SULBACTAM SODIUM 1,092 gram serbuk injeksi DKL A1 DEXA MEDICA - Indonesia 36 CEFTRIMAX CEFTRIAXONE SODIUM, 1 g Dus, 1 gram DKL A1 SIMEX PHARMACEUTICAL - Indonesia 37 CETIRIZINE (YAR) "G" CETIRIZINE HYDROCHLORIDE, 5mg/5 ml; 10 mg Dus, 1 60 ml sirup; Dus, 3 10 tablet GKL A1; GKL A1 YARINDO FARMATAMA - Indonesia 38 CHLORPHENIRAMINE (PIM) "G"' CHLORPHENAMINE MALEATE, 4 mg Dus, tablet; Pot 1000 tablet GTL A1; GKL A1 P.I.M 39 CIPROLEX CIPROFLOXACIN HYDROCHLORIDE, 500 mg Dus, kapsul DKL A1 MOLEX AYUS - Indonesia 40 CITICOLINE (IND) "G" CITICOLINE SODIUM, 125 mg/ml Dus, 5 2 ml cairan injeksi GKL A1 INDOFARMA - Indonesia 41 CLAMIXIN AMOXICILLIN TRIHYDRATE, CLAVULANATE POTASSIUM, ( ,25) mg/5 ml; ( )mg Dus, 60 ml sirup kering; Dus, 5 6 tablet salut selaput DKL A1; DKL A1 OTTO PHARMACEUTICALS INDS. - Indonesia 42 CLAMIXIN FORTE AMOXICILLIN TRIHYDRATE, CLAVULANATE POTASSIUM, ( ,5) mg/5 ml Dus, 60 ml sirup kering DKL B1 OTTO PHARMACEUTICALS INDS. - Indonesia 43 CLOPIDOGREL (DIP) "G" CLOPIDOGREL, 75 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput GKL A1 DIPA PHARMALAB INTERSAINS 44 COTRIMOKSAZOLE (BRN) "G" SULFAMETHOXAZOLE, TRIMETHOPRIM (200+40) mg/5 ml Dus, 1 60 ml suspensi GKL A1 BERNOFARM - Indonesia 45 CYDIPIN AMLODIPINE BESYLATE, 10 mg; 5 mg Dus, 5 10 tablet DKL B1; DKL A1 IMEDCO FARMA - Indonesia 46 DECAIN BUPIVACAINE HYDROCHLORIDE, MONOHYDRATE, 5,28 mg Dus, 1 20 ml cairan injeksi DKL A1 DEXA MEDICA - Indonesia 47 DECAPRIL RAMIPRIL 10 mg; 5 mg Dus, kaplet DKL B1; DKL A1 HARSEN - Indonesia 48 DEHIFENIN DEXTROMETHORPHAN HYDROBROMIDE 15 mg, DIPHENHYDRAMINE HYDROCHLORIDE 100 mg, GUAIFENESIN 10 mg Dus, tablet DTL A1 TROPICA MAS - Indonesia 49 DEXTROMETHORPHAN (PHP) "G" DEXTROMETHORPHAN HYDROBROMIDE, 15 mg 1000 tablet salut selaput; Dus, 10 tablet salut selaput GTL A2; GTL A1 PHAPROS - Indonesia 50 DIAZEPAM (KFJ) "G" DIAZEPAM, 2 mg tablet; tablet GPL A2; GPL A1 KIMIA FARMA, Jakarta - Indonesia 51 DOBUTAMINE - HAMELN DOBUTAMINE HYDROCHLORIDE, 5 mg/ml Dus, ml cairan infus DKI A1 COMBIPHAR - Indonesia 52 ELOMOX MOMETASONE FUROATE, 0,1% Dus, 10 gram krim; 5 gram krim DKL A1 IFARS - Indonesia 54 ERLAPECT AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 15 mg/5 ml; 30 mg Dus, 60 ml sirup; Dus, tablet DKL A1; DKL A1 ERELA - Indonesia 55 ERTUSIN ERDOSTEINE, 300 mg Dus, 2 10 kapsul DKL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 56 ETAPRIL CAPTOPRIL, 25 mg Dus, tablet DKL A1 ERRITA PHARMA - Indonesia 57 ETERCEF CEFTRIAXONE, 0,25 g; 0,5 g; 1,0 g Dus, 1 0,25 0,50 gram ; 1,0 gram DKL A1; DKL B1; DKL C1 ETERCON PHARMA - Indonesia 59 FASIDOL PLUS CAFFEINE, PARASETAMOL, 50 mg Dus, kaplet DBL A1 IFARS - Indonesia 60 FCZ FLUCONAZOLE, 2 mg/ml Dus, botol 100 ml DKL A1 PERTIWI AGUNG - Indonesia 61 FINALIN MEFENAMIC ACID, 500 mg Dus, kaplet DKL A1 CANDRA NUSANTARA JAYA - Indonesia 9 VOL. 21 NO. 1 NOVEMBER

10 62 FLOHALE TERBUTALINE SULFATE, 0,5 mg/100 ml Dus, 5 1 ml cairan injeksi DKL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 63 FLOXACAP LEVOFLOXACIN, 500 mg/100 ml 100 ml cairan infus DKL A1 CAPRIFARMINDO LABS - Indonesia 64 FLUCONAZOLE (NAT) "G" FLUCONAZOLE, 2 mg/ml Dus, ml GKL A1 NATURA LABORATORIA PRIMA - Indonesia 65 FLUCONAZOLE (PER) "G" FLUCONAZOLE 2 mg/ml Dus, Botol 100 ml GKL A1 PERTIWI AGUNG - Indonesia 66 FLUNARIZINE (PYR) "G" FLUNARIZINE DIHYDROCHLORIDE, 10 mg; 5 mg Dus, 5 10 tablet GKL B1; GKL A1 PYRIDAM FARMA - Indonesia 67 FOSULAR CEFOPERAZONE SODIUM; SULBACTAM SODIUM, 1 g Dus,1 1 gram DKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 68 FUDANTON ONDANSETRON HYDROCHLORIDE, 4 mg; 8 mg Dus, 2 6 tablet salut selaput DKL A1; DKL B1 FUTAMED PHARMACEUTICAL - Indonesia 69 GASORBID ISOSORBIDE DINITRATE, 10 mg Dus, tablet DKL A1 GALENIUM PHARMASIA LAB - Indonesia 71 GEMFIBROZIL (IND) "G" GEMFIBROZIL, 300 mg Dus, kapsul; Dus 10 Blister@ 12 kapsul GKL A1 INDOFARMA - Indonesia 72 GEMTICAR GEMCITABINE HYDROCHLORIDE, 1000 mg; 200 mg Dus, mg; Dus, mg serbuk injeksi DKI B1; DKI A1 ETHICA - Indonesia 73 GIVINCEF CEFPIROME, 1 g Dus, 1 Vial@ 1 g ml Aqua pro Injeksi DKL A1 PYRIDAM FARMA - Indonesia 74 GLITAVEN SALBUTAMOL SULFATE, (2+75) mg/5 ml Dus, 1 Botol 100 ml sirup DKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 75 GLOCAR ACETYLSALICYLIC ACID, 100 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput DKL A1 MARIN PHARMACEUTICAL INDS. - Indonesia 76 GLUBOSE ACARBOSE, 100 mg; 50 mg Dus, 5 10 tablet DKL B1; DKL A1 FERRON PAR-PHARMA-Indonesia 77 GLYCERYL GUAIACOLATE (SLF) "G" GUAIFENESIN, 100 mg Botol 1000 tablet GTL A1 SEJAHTERA LESTARI FARMA 78 GOTROPIL PIRACETAM, 200 mg/ml Dus, 1 60 ml cairan infus DKL A1 GUARDIAN PHARMATAMA, TANGERANG - Indonesia GRANOCYTE 34 (KHUSUS ASKES) <INV> HALDOL DECANOAS <KHUSUS ASKES> LENOGRASTIM, 263 mcg/vial Dus, mcg serbuk injeksi + 1 PFS 1ml DKI A1 AVENTIS INDONESIA PHARMA - Indonesia HALOPERIDOL DECANOATE, 50 mg/ml Dus, 5 1 ml cairan injeksi DKI A1 SOHO INDUSTRI PHARMASI - Indonesia 81 HEXIQUIN CIPROFLOXACIN, 2 mg/ml Dus, ml cairan infus DKL A1 FINUSOLPRIMA FARMA INTERNATIONAL-Ind 82 HIMADEX DEXAMETHASONE, 0,75 mg Dus, kaplet; Dus, botol 1000 kaplet DKL A1; DKL A2 HIMAJAYA RAYA - Indonesia 83 HUFADIAR FURAZOLIDONE, 50 mg/5 ml Dus, 60 ml suspensi DKL A1 GRATIA HUSADA PHARMA - Indonesia 84 IBUFENZ IBUPROFEN, 100 mg/5 ml Dus, Botol 60 ml suspensi DTL A1 DANKOS FARMA - Indonesia 85 IBUFENZ FORTE IBUPROFEN 200 mg/5 ml Dus, Botol 60 ml suspensi DTL B1 DANKOS FARMA - Indonesia 86 IFARSYL CHLORPHENAMINE MALEATE, DEXTROMETHORPHAN HYDROBROMIDE, GUAIFENESIN Dus, kaplet; Dus,10 Amplop@ 1 strip@ 10 kaplet; Dus, kaplet DTL A2; DTL A1 IFARS - Indonesia 87 IMICLAST CILASTATIN SODIUM, IMIPENEM, 500 mg Dus, 1 1 gram serbuk injeksi DKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 88 INCEF CEFOPERAZONE SODIUM, 1 g Dus, 1 1 gram serbuk injeksi + 1 Ampul Aqua 5 ml DKL A1 PROMEDRAHARDJO FARMASI INDUSTRI - Indonesia 89 INFUSAN D-10 GLUCOSE MONOHYDRATE, 50 g/500 ml 500 ml cairan infus DKL B1 SANBE FARMA - Indonesia 90 INTRAGAM P IMMUNOGLOBULIN HUMAN NORMAL, 60 mg/ml Dus, 200 ml ; Dus, 50 ml DKI A1 DEXA MEDICA - Indonesia 91 ITRANIDASAL METRONIDAZOLE, 250 mg; 500 mg Dus, kaplet DKI A1; DKL B1 ITRASAL - Indonesia 92 KETOROLAC (DEX) "G" KETOROLAC TROMETHAMINE, 10 mg/ml Dus, 10 1 ml cairan injeksi GKL A1 DEXA MEDICA - Indonesia 93 LACTOPAIN KETOROLAC TROMETHAMINE, 30 mg Dus, 5 1ml cairan injeksi DKL A1 LAPI - Indonesia 94 LANZOGRA LANSOPRAZOLE, 30 mg Dus, 5 4 kapsul DKL A1 GRAHA FARMA - Indonesia 95 LATOREC KETOROLAC TROMETHAMINE, 10 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput DKL A1 FUTAMED PHARMACEUTICAL - Indonesia 96 LEVOFLOXACIN (NVL) "G" LEVOFLOXACIN, 5 mg/ml Dus, ml cairan infus GKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 97 LEXADON DOMPERIDONE MALEATE, 5 mg/5 ml Dus, 60 ml suspensi DKL A1 MOLEX AYUS - Indonesia 98 LEXICAM PIROXICAM, 20 mg Dus, kapsul DKL B1 MOLEX AYUS - Indonesia 99 LIMOXIN AMBROXOL HYDROCHLORIDE, 15 mg/ml Dus, 20 ml drops DKL A1 PHAROS INDONESIA - Indonesia 100 LOCORIZ MICONAZOLE NITRATE, 2 % Dus, 10 gram; 5 gram krim DTL A1 IFARS - Indonesia 101 LOVENOX (KHUSUS ASKES) <INV> ENOXAPARIN SODIUM, IU/ml Dus, 2 0,2 ml cairan injeksi (Khusus askes) DKI A1 AVENTIS INDONESIA PHARMA - Indonesia 102 LOVIRTROP ACICLOVIR, 400 mg Dus, kaplet DKL A1 TROPICA MAS - Indonesia 103 MAXCEF CEFADROXIL MONOHYDRATE, 500 mg; 125 mg/5 ml; 250 mg/5 ml Dus, kapsul; Dus, 60ml sirup kering DKL A1; DKL A1; DKL B1 SIMEX PHARMACEUTICAL - Indonesia 104 MECLOVEL BETAMETHASONE, DEXCHLORPHENIRAMINE MALEATE Dus, 60 ml sirup DKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 105 MECOTRIN CETIRIZIN DIHYDROKLORIDA, 5 mg Dus, 60 ml sirup DKL A1 MECOSIN INDONESIA - Indonesia 106 MEDISCRUB CHLORHEXIDINE GLUCONATE, 4 % Botol 5 liter; 50 ml; 500 ml cairan obat luar DBL A1 MEDIKON PRIMA LABORATORIES - Indonesia 107 MEROPENEM (HEX) "G" MEROPENEM, 1 g Dus, 1 1 gram serbuk injeksi GKL A1 HEXPHARM - Indonesia 108 MEROPENEM (INT) "G" MEROPENEM, 0,5 g, 1 g Dus, 1 0,5 gram ; 1 gram serbuk injeksi GKL A1; GKL B1 INTERBAT - Indonesia 109 MEROPENEM (NVL) "G" MEROPENEM, 1 g Dus,10 1 gram GKL A1 NOVELL PHARMACEUTICAL LAB. - Indonesia 111 MEROPENEM (YAR) "G" MEROPENEM, 1000 mg Dus, mg serbuk injeksi GKL A1 YARINDO FARMATAMA - Indonesia 112 METAMOL PARACETAMOL, 60 mg/0,6 ml Dus, Botol 15 ml drops DBL A1 INTIJAYA META RATNA FARMA - Indonesia 113 METHYLPREDNISOLONE (IFA) "G" METHYLPREDNISOLONE, 16 mg; 8 mg Dus, 3 10 kaplet; Dus, 5 10 kaplet GKL A1 IFARS - Indonesia 114 METHYLPREDNISOLONE (MPL) "G" METHYLPREDNISOLONE, 4 mg Dus, 10 Blister@ 10 tablet GKL A1 MEDIKON PRIMA LABORATORIES - Indonesia 115 MIKAJECT AMIKACIN SULFATE, 250 mg/ml; 125 mg/ml Dus, 1 2 ml cairan injeksi DKL B1; DKL A1 MAHAKAM BETA FARMA - Indonesia 116 MIOZIDINE TRIMETAZIDINE DIHYDROCHLORIDE, 35 mg Dus, 3 10 tablet salut selaput DKL A1 FAHRENHEIT PRATAPA NIRMALA - Indonesia 117 MIRAX DICLOFENAC DIETHYLAMINE, 10 mg Dus, 1 20 gram gel DTL A1 BINANGKIT FARMASI - Indonesia 118 MIXAGRIP FLU & BATUK PLUS DEXCHLORPHENIRAMINE MALEATE, DEXTROMETHORPHAN HYDROBROMIDE, PARACETAMOL, PSEUDOEPHEDRINE HYDROCHLORIDE Dus, 6 Sachet@ 15 ml sirup DTL A1 DANKOS FARMA - Indonesia 119 MORIS FORTE IBUPROFEN, 200/5 mg Dus, ml; 60 ml suspensi DTL B1 BINANGKIT FARMASI - Indonesia 10 INFORMASI PRODUK TERAPETIK

11 INFORMASI SINGKAT KERACUNAN? JANGAN PANIK!!! Segera Hubungi Kami : SENTRA INFORMASI KERACUNAN NASIONAL (SIKer Nas) Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Telp. (021) Hp Fax. (021) pusatiomker@cbn.net.id siker@pom.go.id Website Bagaimana cara memperoleh informasi tentang keracunan? Informasi keracunan dapat diperoleh melalui: Telepon dan faksimil Surat Atau anda dapat datang langsung ke Sentra Informasi Keracunan Badan POM SENTRA INFORMASI KERACUNAN PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN Apakah diperlukan biaya? Sentra Informasi Keracunan Badan POM RI memberikan pelayanan informasi keracunan kepada masyarakat Tanpa memungut biaya. Sentra Informasi Keracunan adalah suatu unit kerja yang secara aktif mencari kemudian mengumpulkan data/informasi keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang benar serta siap pakai untuk diberikan kepada masyarakat luas, tenaga profesi kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkan. Pelayanan apa yang diberikan oleh Sentra Informasi Keracunan? Informasi dan petunjuk PENANGANAN korban keracunan. Informasi tentang PENCEGAHAN keracunan. Informasi tentang EFEK RACUN dan BAHAYA pada keracunan akut dan kronis Kepada siapa pelayanan diberikan? Masyarakat Tenaga/Profesi Kesehatan Instansi Pemerintah Instansi Swasta VOL. 21 NO. 1 NOVEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA INFO OBAT Paracetamol 500 mg Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST PENGERTIAN Defisiensi : suatu keaadaan atau kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan sesuatu dari yang seharusnya terpenuhi. Defisiensi zat gizi : suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Rumah Sakit ini merupakan

Lebih terperinci

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Gonadotropin korionik (Chorex) Menstimulasi produksi testosteron dan progesteron untuk mengobati hipogonadisme pada pria. Menginduksi ovulasi pada wanita dengan ovarium

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Defenisi motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakan (Winardi, 2007). Swanburg 2002 mendefenisikan motivasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di dunia kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Obat untuk Diabetes Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur, kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum, atau suntikan insulin. Pada diabetes tipe

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9 buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari senin jam 15.20 wib. Jika lebih dari pukul ini maka

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9 buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari jum`at jam 11.00 wib. Jika lebih dari pukul ini maka

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari jum`at, pukul 108.00 wib. Jika lebih dari pukul ini

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta NUTRISI PADA ANAK Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN 5390033 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN DIII FARMASI TAHUN 205 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN Pendahuluan Masa hamil: masa sangat penting Keadaan ibu dan janin terkait satu dengan yang lain Keadaan kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penemuan obat baru telah banyak ditemukan seiring dengan perkembangan dunia kesehatan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah tidak lagi segan minum obat pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL Menimbang : a. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik A. PENGERTIAN Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

Lebih terperinci

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Yaitu, hormon yang bekerja untuk mengubah

Lebih terperinci

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8.

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8. 1. Dika fernanda 2. Satya wirawicak 3. Ayu wulandari 4. Aisyah 5. Isti hidayah 6. Hanny dwi andini 7. Ranny dwi. H 8. Siti sarifah 9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah

Lebih terperinci

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami PENDAHULUAN Latar belakang Anemia zat besi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi dan merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Anemia zat besi akan berpengaruh pada ketahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Waktu memeriksa ke dokter menerangkan secara jelas beberapa hal dibawah ini 1.Menjelaskan

Lebih terperinci

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari

Lebih terperinci

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide Obat Penyakit Metformin Biguanide Obat Penyakit Metformin Biguanide. Obat diabetes ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin, baik pada jaringan hati maupun perifer. Peningkatan sensitivitas

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analgetik-Antipiretik Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

MIGREN INFORMASI PRODUK TERAPETIK ED I TO RIA L DAFTAR IS I. 2 3 Daftar Obat Copy yang Disetujui Bulan Januari Mei 2012 Kontak (Saluran Informasi)

MIGREN INFORMASI PRODUK TERAPETIK ED I TO RIA L DAFTAR IS I. 2 3 Daftar Obat Copy yang Disetujui Bulan Januari Mei 2012 Kontak (Saluran Informasi) ISSN: 1829-9334 Vol. 22 / No. 1 NOVEMBER 2012 INFORMASI PRODUK TERAPETIK ED I TO RIA L Pembaca yang terhormat, Buletin Informasi Produk Terapetik edisi saat ini menyajikan artikel mengenai obat anti migren

Lebih terperinci