BAB II PROSEDUR PERIZINAN BAGI TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA. A. Sejarah Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROSEDUR PERIZINAN BAGI TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA. A. Sejarah Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia"

Transkripsi

1 BAB II PROSEDUR PERIZINAN BAGI TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA A. Sejarah Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia Selama tiga setengah abad sejak abad ke-16, Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda yang ketika itu mempunyai tujuan utama untuk mencari wilayah baru yang dapat dijadikan koloni dalam rangka memperluas kekuasaan, menambah kekayaan kerajaan, dan melakukan penyebaran agama. Apabila perhitungan jarak antara generasi adalah 25 tahun, maka penjajahan telah mengubah sistem sosial, norma, dan budaya bangsa Indonesia selama lebih dari 10 generasi, dimana orang pribumi telah dibiarkan miskin dan bodoh sehingga dengan leluasa kaum penjajah dapat mengeruk kekayaan alam dari wilayah jajahannya. Sejak awal kolonialisasi, kaum penjajah telah memperlakukan orang-orang pribumi hanya sebagai budak yang tidak memiliki status hukum dan boleh diperdagangkan. Hal ini tergambar dalam sistem hukum yang diterapkan diwilayah jajahan dengan menetapkan bahwa Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang diberlakukan sejak tahun 1823, termasuk didalamnya norma dan aturan mengenai perburuhan,tidak berlaku bagi orang pribumi. Perlakuan terhadap pribumi sebagai budak belian tersebut disahkan dala berbagai aturan resmi kolonial yang menurut Dr.Agusmidah, antara lain 22

2 dituangkan dalam peraturan tentang Pendaftaran Budak (Stb No.58), Peraturan Pajak atas Pemilikan Budak (Stb No.39a). Setelah memperoleh banyak perlawanan diwilyah jajahan dan adanya gerakan global yang menentang praktek perbudakan, Belanda mulai mengubah strategi dengan memperlunak praktek perbudakan menjadi sistem Perhambatan (Bediende) dimana seseorang harus menyerahkan jasa dan tenaganya kepada orang lain yang bertindak sebagai tuan atau pemberi pekerjaan (bukan orang yang menggunakan jasa dan tenaga orang lain) tanpa menggunakan kesepakatan yang tertuang dala perjanjian kerja dengan upah yang ditentukan secara sepihak oleh situan atau pemberi pekerjaan atas dasar pengabdian, kesetian (Loyal) dan kedekatan emosi secara pribadi dengan memberi pekerjaan. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah 350 tahun dijajah, sistem kerja dan pembedaan pekerja belum sempat direformasi, sehingga masih ada bembedaan struktur warga negara yang melaksanakan pekerjaan di Indonesia yakni warga negara yang bekerja sebagai : 1. Pegawai Negeri Sipil 2. Pegawai Negeri Militer 3. Pegawai Badan Usaha Milik Negara 4. Pegawai Swasta Murni, serta ditambah dengan 5. Pekerja lepas, yakni Pekerja yang melaksankan pekerjaan berdasarkan kebutuhan (pekerja informal)

3 Sehingga saat ini, semua pekerja dan pegawai yang melaksanakan pekerjaan relatif tanpa kesepaktan kerja yang dibuat antara pekerja/buruh (Employee) sebagai penyedia jasa dan tenaga dengan pengguna jasa dan tenaga (Employer) dalam kedudukan yang sama (Equal) yang dituangkan dalam perjanjian kerja. 39 Tenaga Kerja Asing sudah menjadi fenomena yang lumrah tidak hanya dalam sejarahnya tetapi dewasa ini yang disebut sebagai Globalisasi namun juga telah ada sejak dimulainya Industrialisasi dimuka bumi. Dilihat dari perkembangannya, latar belakang digunakannya Tenaga Kerja Asing di indonesia mengalami perubahan sesuai zamanya. Tujuan pengaturan mengenai Tenaga Kerja Asing ditinjau dari aspek hukum ketenagakerjaan pada dasarnya adalah untuk menjamin dan memberi kesempatan kerja yang layak bagi warga negara Indonesia diberbagai lapangan dan level. Karenanya dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang ketat dimulai dengan seleksi dan prosedur perizinan hingga pengawasan. 40 Berlakunya UU 13 Thaun 2003 telah mencabut UU No.3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing di Indonesia. Bab VIII Pasal 42 sampai 49 UU 13 Tahun 2003 menjadi acuan dasar dalam hal Penempatan Tenaga Kerja Asing di Indonesia saat ini ditambah sebagai peraturan pelaksanaan Diakses pada 20 Juni 201 Pukul 23:00 Wib. 40 Bandingkan dengan Thoga M.Sitorus, Membatasi penggunaan Tenaga Kerja asing, (Analisa, Selasa 30 Oktober 2007).

4 B. Pengertian Pemberian Izin Kerja bagi Tenaga Kerja Asing Izin adalah merupakan dispensasi dari sebuah larangan. Dalam hal mempekerjakan tenaga kerja asing, seperti telah diuraikan di depan, sebenarnya penggunaan tenaga kerja asing dilarang, namun untuk mengisi kekosongan tenaga kerja karena keahlian tertentu masih dimungkinkan penggunaan tenaga kerja asing. Maka untuk itu diberikan izin untuk mempekerjakan tenaga kerja asing, dengan pengawasan sesuai dengan peraturan yang mengatur yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20 tahun 2004 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing sebagai pelaksanaan dari UUK. Izin Kerja pada prinsipnya ialah izin yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk olehnya kepada majikan atau perusahaan tertentu untuk mempekerjakan tenaga asing di Indonesia dengan menerima upah atau tidak selama waktu tertentu. Ada 2 (dua) macam izin, yaitu : 1. Izin mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing; 2. Izin melakukan pekerjaan bebas Menurut jenisnya ada 3 (tiga) macam izin kerja tenaga kerja asing, yaitu : a. Izin kerja tenaga asing (baru); Izin yang diberikan untuk mempekerjakan tenaga asing tertentu untuk pertama kali. b. Izin kerja tenaga asing (perpanjangan).

5 c. Izin kerja tenaga asing (pindah jabatan). Izin yang diberikan untuk memindahkan jabatan baru. Untuk selanjutnya dalam uraian pembahasan disebut dengan istilah Izin. 41 Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 menegaskan bahwa majikan dilarang mempekerjakan orang asing tanpa izin dari Menteri. Ditegaskan kata majikan dalam pasal ini menunjukkan bahwa izin hanya diperlukan apabila tenaga kerja asing tersebut bekerja dalam suatu hubungan kerja. Pertimbangan pemberian izin tersebut dititkberatkan pada penilaian pemanfaatan kehadiran tenaga asing diwilayah Indonesia untuk menunjang pembangunannegara pada waktu sekarang. Dalam pasal 3 ayat (2) undang-undang tersebut ditegaskan bahwa izin diberikan dengan memperhatiakan : 1. Keadaan pasar kerja 2. Perkembangan pasar kerja 3. Aspirasi nasional untuk menduduki tempat-tempat yang penting dalam segala lapangan masyarakat yang disesuaikan dengan rencana pendidikan, kejujuran, dan rencana pembangunan yang kongkret. 42 Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang pengawasan pemberian izin, disini akan diuraikan dulu tentang arti perizinan. Perizinan yang berasal dari kata dasar izin, mempunyai makna beraneka ragam sesuai bidangnya diakses pada 23 April 2013, pukul Wib. 42 Abdul Rachmad Budiono,S.H.,M.H, Hukum Perburuhan Di Indonesia,( PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995),halaman

6 Izin (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi, 2010, 168). Jadi perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan bersnaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan ini dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Peraturan Menteri ini dikelurakan dalam rangka pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) UUK. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing ini maka beberapa peraturan sebelumnya terkait dengan pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) UUK ini yakni : Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.228/MEN/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing; Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.21/MEN/III/2004 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Pemandu Nyanyi/Karaoke; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

7 Nomor PER.07/MEN/III/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/IV/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/III/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.34/MEN/III/2006 tentang Ketentuan Pemberian Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Kepada Pengusaha Yang Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Pada Jabatan Direksi atau Komisaris; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Pasal 44). 1) Tata Cara Permohonan Pengesahan RPTKA Selain harus memiliki izin mempekerjakan tenaga kerja asing, sebelumnya pemberi kerja harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 3 menyebutkan bahwa pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki RPTKA yang digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis yang dilengkapi alasan penggunaan TKA dengan melampirkan : 1. formulir RPTKA yang sudah dilengkapi; 2. surat ijin usaha dari instansi yang berwenang; 3. akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

8 4. keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat; 5. bagan struktur organisasi perusahaan; 6. surat penunjukan TKI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan; 7. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di perusahaan; dan 8. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi tertentu apabila diperlukan. Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada huruf a memuat : 1. Identitas pemberi kerja TKA; 2. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur bagan organisasi perusahaan yang bersangkutan; 3. Besarnya upah TKA yang akan dibayarkan; 4. Jumlah TKA; 5. Lokasi kerja TKA; 6. Jangka waktu penggunaan TKA; 7. Penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan; dan 8. Rencana program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia. 2) Pengesahan RPTKA Dalam hal hasil penilaian kelayakan permohonan RPTKA telah sesuai prosedur yang ditetapkan, Dirjen atau Direktur harus menerbitkan keputusan

9 pengesahan RPTKA. Penerbitan keputusan pengesahan RPTKA dilakukan oleh Dirjen untuk permohonan penggunaan TKA sebanyak 50 (lima puluh) orang atau lebih; serta Direktur untuk permohonan penggunaan TKA yang kurang dari 50 (lima puluh) orang. Keputusan pengesahan RPTKA ini memuat : 1. Alasan penggunaan TKA; 2. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan; 3. Besarnya upah TKA; 4. Jumlah TKA; 5. Lokasi kerja TKA; 6. Jangka waktu penggunaan TKA; 7. Jumlah TKI yang ditunjuk sebagai pendamping TKA; dan 8. Jumlah TKI yang dipekerjakan. 3) Perubahan RPTKA Pemberi kerja TKA dapat mengajukan permohonan perubahan RPTKA sebelum berakhirnya jangka waktu RPTKA. Perubahan RPTKA tersebut meliputi: a. penambahan, pengurangan jabatan beserta jumlah TKA; b. perubahan jabatan; dan/atau c. perubahan lokasi kerja. 4) Persyaratan TKA Bagi Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan yakni: memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan

10 didudukinya; bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja warga negara Indonesia khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pendamping; dan dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. 5) Perijinan Ijin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) diberikan oleh Direktur Pengadaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi kepada pemberi kerja tenaga kerja asing, dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk mendapatkan rekomendasi visa (TA-01) dengan melampirkan (Pasal 23) : 1. Copy Surat Keputusan Pengesahan RPTKA; 2. Copy paspor TKA yang akan dipekerjakan; 3. Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan; 4. Copy ijasah dan/atau keterangan pengalaman kerja TKA yang akan dipekerjakan; 5. Copy surat penunjukan tenaga kerja pendamping; dan 6. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 1 (satu) lembar. Dalam hal Ditjen Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa untuk dapat bekerja atas nama TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan permohonan IMTA dengan melampirkan (Pasal 24): 1. copy draft perjanjian kerja; 2. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

11 3. copy polis asuransi; 4. copy surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa; dan 5. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar. 6) Perpanjangan IMTA Mengenai perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 28. IMTA dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun, bila masa berlaku IMTA belum berakhir. Oleh karena itu permohonan perpanjangan IMTA selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir. Permohonan perpanjangan IMTA dilakukan dengan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan melampirkan : 1. Copy IMTA yang masih berlaku; 2. Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri; 3. Copy polis asuransi; 4. Pelatihan kepada TKI pendamping; 5. Copy keputusan RPTKA yang masih berlaku; dan 6. Foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh : 1. Direktur untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah propinsi;

12 2. Gubernur atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di provinsi untuk TKA yang lokasi kerjanya lintas Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) provinsi; 3. Bupati/Walikota atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota untuk TKA yang lokasi kerjanya dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota; 7) IMTA Untuk Pekerjaan Darurat Pekerjaan yang bersifat darurat atau pekerjaan-pekerjaan yang apabila tidak ditangani secara langsung mengakibatkan kerugian fatal bagi masyarakat umum dan jangka waktunya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari, yang mana jenis pekerjaan mendesak itu ditetapkan oleh instansi pemerintah yang membidangi sektor usaha yang bersangkutan. Permohonan pengajuan IMTA yang bersifat mendesak ini disampaikan kepada Direktur dengan melampirkan : 1. Rekomendasi dari instansi pemerintah yang berwenang; 2. Copy polis asuransi; 3. Fotocopy paspor TKA yang bersangkutan; 4. Pasfoto TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; 5. Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri; dan 6. Bukti ijin keimigrasian yang masih berlaku. 8) IMTA Untuk Kawasan Ekonomi Khusus Untuk memperoleh IMTA bagi TKA yang bekerja di kawasan ekonomi khusus, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada

13 Pejabat yang ditunjuk di kawasan ekonomi khusus. Tata cara memperoleh IMTA di kawasan ekonomi khusus mengikuti ketentuan dalam poin 5 (lima). 9) IMTA Untuk Pemegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA pemegang ijin tinggal tetap wajib mengajukan permohonan kepada Direktur dengan melampirkan : 1. Copy RPTKA yang masih berlaku; 2. Copy izin tinggal tetap yang masih berlaku; 3. Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan; 4. Copy ijasah atau pengalaman kerja; 5. Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri; 6. Copy polis asuransi; dan 7. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar. 10) IMTA Untuk Pemandu Nyanyi/Karaoke Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke wajib memiliki ijin tertulis dari Direktur. Jangka waktu penggunaan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke diberikan paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang. Untuk menjapatkan ijin pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan IMTA dengan melampirkan : 1. Copy ijin tempat usaha yang memiliki fasilitas karaoke; 2. RPTKA yang telas disahkan oleh direktur; 3. Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

14 4. Copy polis asuransi; dan 5. Perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja. 11) Alih Status Pemberi kerja TKA instansi pemerintah atau lembaga pemerintah atau badan internasional yang akan memindahkan TKA yang dipekerjakannya ke instansi pemerintah atau lembaga pemerintah atau badan internasional lainnya harus mengajukan permohonan rekomendasi alih status kepada Direktur. Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk perubahan KITAS/KITAP yang digunakan sebagai dasar perubahan IMTA atau penerbitan IMTA baru. 12) Perubahan Nama Pemberi Kerja Dalam hal pemberi kerja TKA berganti nama, pemberi kerja harus mengajukan permohonan perubahan RPTKA kepada Direktur Penyediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Setelah RPTKA disetujui, Direktur Penyediaan dan penggunaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk mengubah KITAS/KITAP sebagai dasar perubahan IMTA, dengan terlebih dahulu menyampaikan permohonan dengan melampirkan : 1. Copy RPTKA yang masih berlaku; 2. Copy KITAS/KITAP yang masih berlaku; 3. Copy IMTA yang masih berlaku; 4. Copy bukti perubahan nama perusahaan yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang.

15 13) Perubahan lokasi Kerja Dalam hal pemberi kerja melakukan perubahan lokasi kerja TKA, pemberi kerja wajib mengajukan permohonan perubahan lokasi kerja TKA kepada Direktur Penyediaan dan Penggunaan tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan melampirkan copy RPTKA dan IMTA yang masih berlaku. 14) Pelaporan Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan pendamping TKA di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Dirjen. Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota melaporkan IMTA yang diterbitkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen. 15) Pengawasan Pengawasan terhadap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundangundangan 16) Pencabutan Ijin Dalam hal pemberi kerja mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA, Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota berwenang mencabut IMTA. 43 Orang asing adalah tiap orang bukan warga negara Republik Indonesia.Sedangkan menurut pasal 1 angka (2) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa: Tenaga Kerja adalah setiap 43 Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

16 orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dan pasal 1 angka (13) Tenaga kerja asing adalah warga Negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia Jadi dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa Tenaga Kerja Asing adalah tiap orang yang bukan warga Negara Republik Indonesia yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kebutuhan masyarakat. Tujuan penggunaan tenaga kerja asing tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan professional dibidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia serta mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan tekonologi dan meningkatkan investasi asing sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataanya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaanperusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri. 44 C. Prosedur Perizinan bagi Tenaga Kerja Asing Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa setiap pemberi kerja yang memperkerjakan 44 Diakses tanggal 20 Mei 2013.

17 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. 45 Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1958 tentang, Penempatan Tenaga Kerja Asing menyatakan bahwa majikan dilarang memperkerjakan tanpa izin dari Menteri. 46 Izin merupakan dispensasi dari sebuah larangan. Untuk mengisi kekosongan tenaga kerja karena keahlian tertentu masih dimungkinkan penggunaan TKA sehingga diberikan izin untuk mempekerjakan TKA. Izin tersebut diberikan dengan pengawasan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20 tahun 2004 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Mempekerjakan TKA sebagai pelaksanaan dari UUK. Izin Kerja pada prinsipnya ialah izin yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk olehnya kepada majikan atau perusahaan tertentu untuk mempekerjakan tenaga asing di Indonesia dengan menerima upah atau tidak selama waktu tertentu. Ada 2 (dua) macam izin, yaitu : 1. Izin mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing; 2. Izin melakukan pekerjaan bebas. Menurut jenisnya ada 3 (tiga) macam izin kerja TKA, yaitu : 1. Izin kerja tenaga asing (baru); Izin yang diberikan untuk mempekerjakan tenaga asing tertentu untuk pertama kali. 2. Izin kerja tenaga asing (perpanjangan). 45 Pasal 42 Undang-undang Republik Indonesia N0. 3 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan. 46 Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No.3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing.

18 3. Izin kerja tenaga asing (pindah jabatan); Izin yang diberikan untuk memindahkan jabatan baru. Untuk selanjutnya dalam uraian pembahasan disebut dengan istilah Izin. TKA yang akan di pekerjakan di Indonesia tentu saja harus mendapatkan izin untuk masuk kedalam wilayah Indonesia yang diwakili dengan adanya Visa. Yang dimaksud dengan Visa dalam Undang-undang Keimigrasian adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau ditempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia (Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Keimigrasian). 47 Selanjutnya, Pemberi kerja yang menggunakan TKA harus memiliki rencana penggunaan TKA yang disahkan oleh Menteri. Rencana Penggunaan TKA. RPTKA merupakan dokumen awal yang harus disiapkan pemberi kerja yang berisi Rencana Penggunaan TKA pada jabatan tertentu untuk jangka waktu tertentu dan harus mendapat pengesahan dari menteri atau pejabat yang ditunjuk yang berguna sebagai dasar untuk mendapatkan izin mempekerjakan TKA (IMTA). Kepmen No. 228/MEN/2003 tentang tata cara pengesahan RPTKA menentukan bahwa pemberi kerja TKA merupakan: Kantor perwakilan dagang asing, kantor perusahaan asing atau kantor perwakilan berita asing yang melakukan kegiatan di Indonesia. 47 Sujono sukanto, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan ketenagakerjaan, (Jakarta: PT. Adi Kencana Aji, September 2001), halaman Agusmidah (buku I), Opcit, halaman

19 2. Perusahaan swasta asing yang berusaha di Indonesia. 3. Badan usaha pelaksana proyek pemerintah termasuk proyek bantuan luar negeri. 4. Badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia. 5. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, kebudayaan, atau keagamaan. 6. Usaha jasa impresariat yaitu usaha mendatangkan dan mengembalikan artis, musisi, olahragawan serta pelaku seni hiburan lainnya yang bekewarganegaraan asing. Berikut adalah gambaran prosedur yang harus dilaksanakan oleh TKA untuk mendapatkan izin bekerja di Indonesia: 1. Pemberi kerja yang ingin mendapatkan pengesahan RPTKA harus mengajukan permohonan dilengkapi dengan alasan penggunaan TKA secara tertulis dengan melampirkan: 49 a) Formulir RPTKA yang sudah dilengkapi; b) Surat izin usaha dari instansi yang berwenang; c) Akte pengesahan sebagai badan hukum bagi perusahaan yang berbadan hukum; d) Keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat e) Bagan struktur organisasi perusahaan; f) Copy surat penunjukan TKI sebagai pendamping; dan 49 Ibid, halaman 106

20 g) Copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan yang masih berlaku. Sesuai ketentuan Pasal 42 (4) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( UUK ), tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. Untuk bisa mendapatkan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), berarti Tenaga Kerja Asing (TKA) tersebut juga harus berada pada jabatan-jabatan yang memang diperbolehkan atau tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Pasal 46 ayat (1) UUK menentukan bahwa tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu. Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asinglebih spesifik lagi menyebutkan jabatan-jabatan apa saja yang dilarang untuk diduduki oleh TKA di Indonesia, antara lain: 50 (1). Direktur Personalia (Personnel Director); (2). Manajer Hubungan Industrial (Industrial Relation Manager); (3). Manajer Personalia (Human Resource Manager); (4). Supervisor Pengembangan Personalia (Personnel Development Supervisor); (5). Supervisor Perekrutan Personalia (Personnel Recruitment Supervisor); 50 Keputusan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.40 tahun 2012 tentang Jabatan.

21 (6). Supervisor Penempatan Personalia (Personnel Placement Supervisor); (7). Supervisor Pembinaan Karir Pegawai (Emlployee Career Development Supervisor); (8). Penata Usaha Personalia (Personnel Declare Administrator); (9). Kepala Eksekutif Kantor (Chief Executive Officer); (10). Ahli Pengembangan Personalia dan Karir (Personnel and Careers Specialist); (11). Spesialis Personalia (Personnel Specialist); (12). Penasehat Karir (Career Advisor); (13). Penasehat Tenaga Kerja (Job Advisor); (14). Pembimbing dan Konseling Jabatan (Job Advisor and Counseling); (15). Perantara Tenaga Kerja (Employee Mediator); (16). Pengadministrasi Pelatihan Pegawai (Job Training Administrator); (17). Pewawancara Pegawai (Job Interviewer); (18). Analis Jabatan (Job Analyst); (19). Penyelenggara Keselamatan Kerja Pegawai (Occupational Safety Specialist). Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud diatas memuat: 51 a) Identitas pemberi kerja TKA b) Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam sturktur bagan organisasi perusahaan yang bersangkutan c) Besarnya upah TKA yang harus dibayarkan; 51 Ibid.

22 d) Jumlah TKA; e) Uraian jabatan dan persyaratan jabatan TKA; f) Lokasi kerja; g) Jangka waktu penggunaan TKA; h) Penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA yang di pekerjakan; 52 dan i) Rencana program pendidikan dan pelatihan TKI. Beberapa hal diatas tidak berlaku bagi usaha jasa impersariat adalah: 53 a) Copy surat penunjukan TKI sebagai pendamping b) Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur bagian organisasi perusahaan yang bersangkutan c) Rencana program pendidikan dan pelatihantenaga kerja Indonesia d) Uraian jabatan dan persyaratan TKA e) Penunjukan TKI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan f) Rencana program pendidikan dan pelatihan TKI RPTKA yang dinilai layak baik dari segi alasan penggunaan TKA dan telah melampirkan semua dokumen sebagaimana diisyaratkan berhak mendapatkan SK (Surat Keputusan) Pengesahan RPTKA. Wewnang Pengesahan tersebut dapat dilakukan oleh pejabat sebagai berikut: Untuk tercapainya alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing ke tenaga kerja warga negara Indonesia, maka diadakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing kecuali bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris 53 Agusmidah (Buku I), Opcit. Halaman Ibid.

23 a) Dirjen, dalam hal permohonan penggunaan TKA mencapai 50 (lima puluh) orang atau lebih; b) Direktur, dalam hal permohonan TKA kurang dari 50 (lima puluh) orang. Surat keputusan pengesahan RPTKA 55 sebagaimana dimaksud memuat: 56 a) Alasan penggunaan TKA; b) Jabatan dan/atau kedudukan TKA; c) Besarnya upah; d) Jumlah TKA; e) Lokasi kerja TKA; f) Jangka waktu penggunaan TKA; g) Jumlah TKI yang ditunjuk sebagai pendamping (tidak berlaku untuk usaha impersariat). Permohonan perpanjangan RPTKA harus dilengkapi: a) Laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan b) Surat keputusan RPTKA yang akan diperpanjang 2. Perubahan RPTKA Pemberi kerja TKA dapat mengajukan permohonan perubahan RPTKA sebelum berakhirnya jangka waktu RPTKA. Perubahan RPTKA tersebut meliputi: a) penambahan, pengurangan jabatan beserta jumlah TKA; b) perubahan jabatan; dan/atau c) perubahan lokasi kerja. 55 RPTKA yang telah disahkan tadi diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama dengan memperhatikan kondisi pasar kerja dalam negeri. 56 Agusmidah (buku I), Dinamika Opcit, halaman 107

24 3. Persyaratan TKA Bagi Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan yakni: memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan didudukinya; bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja warga negara Indonesia khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pendamping; dan dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. 4. Izin Penggunaan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Izin penggunaan TKA (IMTA) merupakan langkah selanjutnya setelah pemberi kerja mendapat pengesahan RPTKA. Mengenai IMTA diatur dalam Kepmenakertrans No.20/Men/2004 tentang tata cara memperoleh IMTA dan Permenakertrans No.07/MENIV/2006 tentang penyederhanaan prosedur memperoleh IMTA 57. Kepmenakertrans No. 20 Tahun 2004 memaparkan syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh TKA yaitu mencakup: 58 a) Memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki. b) Bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja WNI khususnya TKI Pendamping. c) Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia 57 IMTA dikeluarkan oleh Direktur penyediaan dan penggunaan tenaga kerja Depnakertrans. Apabila permohonan telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur harus menerbitkan rekomendasi (TA-01) dan menyampaikan kepada Direktur Lalu Lintas Keimigrasian (Lantaskim), Direktorat Jenderal Imigrasi dalam waktu selambat-lambatnya pada hari berikutnya dengan ditembuskan kepada pemberi kerja TKA (Pasal 23 ayat (2)). Selanjutnya, dalam hal persyaratan telah dipenuhi semua, Direktur menerbitkan IMTA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja (Pasal 24 ayat (2)) 58 Agusmidah (buku I), Opcit.

25 d) Dalam hal jabatan yang akan diduduki TKA telah mempunyai standar kompetensi kerja maka TKA yang akan dipekerjakan harus memenuhi standar tersebut. e) TKI pendamping sebagai mana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b harus memiliki latar belakang bidang pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA. Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA terlebih dahulu harus mengajukan permohonan kepada direktur untuk mendapatkan rekomendasi guna memperoleh Visa untuk bekerja dengan melampirkan: 59 a) Copy SK Pengesahan RPTKA; b) Copy paspor TKA yang akan dipekerjakan; c) Daftar Riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan; d) Copy ijazah dan/atau keterangan pengalaman kerja TKA yang akan dipekerjakan; e) Pas poto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 3 lembar; 59 Agusmidah (Buku I), Opcit, Halaman 107. Dalam hal persyaratan telah dipenuhi semua, Direktur menerbitkan IMTA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja (Pasal 24 ayat (2))

26 Bagan 1. Proses Penyelesaian Izin Mempekerjakan TKA (IMTA) Permohonan Depnakertrans Ditjen Imigrasi RPTKA IMTA KITTAS DPKK Telex ke KBRI 5. Perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Mengenai perpanjangan IMTA diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 28. IMTA dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun, bila masa berlaku IMTA belum berakhir. Oleh karena itu permohonan perpanjangan IMTA selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir. Permohonan perpanjangan IMTA dilakukan dengan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan melampirkan : a) Copy IMTA yang masih berlaku; b) Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri; c) Copy polis asuransi; d) Pelatihan kepada TKI pendamping; e) Copy keputusan RPTKA yang masih berlaku; dan

27 f) Foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh : a) Direktur untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah propinsi; b) Gubernur atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di provinsi untuk TKA yang lokasi kerjanya lintas Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) provinsi; Bupati/Walikota atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota untuk TKA yang lokasi kerjanya dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota; Selanjutnya bagi permohonan pemberi kerja TKA harus disertai: a) Copy kartu ijin tinggal terbatas (KITAS) untuk bekerja atas nama TKA yang bersangkutan b) Copy perjanjian kerja c) Bukti pembayaran dana kompensasi, penggunaan TKA Pemberi kerja diwajibkan untuk membayarkan dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana yang ditetapkan sebesar US $ 100 (seratus dollar Amerika) perbulan untuk setiap TKA dan dibayarkan dimuka. Pembayaran dana kompensasi tersebut dilakukan oleh pemberi kerja, dan disetorkan pada rekening Dana Pengembangan keahlian dan Keterampulan (DPKK) pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh menteri.

28 Pasal 1 dan pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1997 Tentang Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan, menyatakan: 1. Setiap pengguna Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP) wajib membayar Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan (DPKK); 2. DPKK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebesar US $ 100 (Seratus Dollar Amerika) per bulan untuk setiap TKWNAP. 3. Pembayaran DPKK sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilakukan oleh Pengguna TKWNAP kepada Bank Rakyat Indonesia di seluruh Indonesia atas nama rekening DPKK; 4. Bank Rakyat Indonesia menerbitkan tanda bukti penerimaan DPKK yang dibuat dalam rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk : a. Pengguna TKWNAP; b. Penerbit Izin Kerja Tenaga Kerja Asing (IKTA); c. Departemen Tenaga Kerja Pusat. 5. Bukti pembayaran DPKK merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan IKTA (Izin Kerja Tenaga Kerja Asing) DPKK sebagaimana dimaksud diatas, dikecualikan terhadap hal-hal sebagai berikut : 1. TKWNAP sebagai rohaniawan yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Agama;

29 2. TKWNAP sebagai tenaga ahli dalam rangka kerja sama dan bantuan program atau proyek dari luar negeri kepada Pemerintah Republik Indonesia dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Sekretaris Kabinet Republik Indonesia; 3. TKWNAP sebagai pekerja sosial yang telah memperoleh persetujuan dari pimpinan instansi dan/atau lembaga terkait; 4. TKWNAP yang melakukan pekerjaan yang bersifat mendesak atas persetujuan Menteri Tenaga Kerja berdasarkan pertimbagan dari Menteri teknis terkait; 5. TKWNAP bagi tenaga pengajar dan instruktur asing setelah mendapat persetujuan dari pimpinan instansi dan/atau lembaga terkait. Kewajiban membayar kompensasi dimaksudkan dalam rangka menunjang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Beberapa hal yang tidak boleh dilanggar oleh pemberi kerja yaitu: 60 a) Pemberi kerja dilarang memperkerjaakan TKA pada lebih dari 1 (satu) jabatan; b) Pemberi kerja dilarang memperkerjakan TKA yang telah dipekerjakan oleh pemberi kerja lain; c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan bagi TKA yang diangkat untuk menduduki jabatan. Pemberi kerja wajib melaporkan penggunaan TKA dan pendamping TKA diperusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali kepada 60 Ibid., halaman 109

30 Direktur/Gubernur/Bupati/Walikota/dengan tembusan kepada Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Depnakertrans, selanjutnya direktur atau Gubernur melaporkan semua IMTA yang diterbitkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada menteri dengan tembusan kepada Dirjen. Bagi pemberi kerja yang mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA, Direktur/Gubernur berwenang mencabut IMTA. Pengajuan permohonan IMTA ke Depnakertrans disertai dengan dokumen RPTKA dari pihak pemohon, selanjutnya Depnakertrans akan mengeluarkan IMTA berdasarkan besarnya DPKK (10 USD untuk 1 bulan). Selanjutnya IMTA yang diberikan dapat di perpanjang jika jangka waktu yang diberikan berakhir. Berikut ini bagan proses penyelesaian perpanjangan IMTA menurut Permenakertrans 7/III/2006: 61 Bagan 2. Proses Penyelesaian Perpanjangan IMTA Depnakertrans dan Dinas Kanim RPTKA IMTA Perpanjangan KITTAS DPKK 61 Ibid., halaman 110

31 6. IMTA Untuk Pekerjaan Darurat Pekerjaan yang bersifat darurat atau pekerjaan-pekerjaan yang apabila tidak ditangani secara langsung mengakibatkan kerugian fatal bagi masyarakat umum dan jangka waktunya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari, yang mana jenis pekerjaan mendesak itu ditetapkan oleh instansi pemerintah yang membidangi sektor usaha yang bersangkutan. Permohonan pengajuan IMTA yang bersifat mendesak ini disampaikan kepada Direktur dengan melampirkan : a) Rekomendasi dari instansi pemerintah yang berwenang; b) Copy polis asuransi; c) Fotocopy paspor TKA yang bersangkutan; d) Pasfoto TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; e) Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri; dan f) Bukti ijin keimigrasian yang masih berlaku. 7. IMTA Untuk Kawasan Ekonomi Khusus Untuk memperoleh IMTA bagi TKA yang bekerja di kawasan ekonomi khusus, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pejabat yang ditunjuk di kawasan ekonomi khusus. Tata cara memperoleh IMTA di kawasan ekonomi khusus mengikuti ketentuan dalam poin 5 (lima). 8. IMTA Untuk Pemegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA pemegang ijin tinggal tetap wajib mengajukan permohonan kepada Direktur dengan melampirkan : a) Copy RPTKA yang masih berlaku;

32 b) Copy izin tinggal tetap yang masih berlaku; c) Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan; d) Copy ijasah atau pengalaman kerja; e) Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri; f) Copy polis asuransi; dan g) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar. 9. IMTA Untuk Pemandu Nyanyi/Karaoke Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke wajib memiliki ijin tertulis dari Direktur. Jangka waktu penggunaan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke diberikan paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang. Untuk menjapatkan ijin pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan IMTA dengan melampirkan : a) Copy ijin tempat usaha yang memiliki fasilitas karaoke; b) RPTKA yang telas disahkan oleh direktur; c) Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri; d) Copy polis asuransi; dan e) Perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja. 10. Alih Status Pemberi kerja TKA instansi pemerintah atau lembaga pemerintah atau badan internasional yang akan memindahkan TKA yang dipekerjakannya ke instansi pemerintah atau lembaga pemerintah atau badan internasional lainnya

33 harus mengajukan permohonan rekomendasi alih status kepada Direktur. Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk perubahan KITAS/KITAP yang digunakan sebagai dasar perubahan IMTA atau penerbitan IMTA baru. 11. Perubahan Nama Pemberi Kerja Dalam hal pemberi kerja TKA berganti nama, pemberi kerja harus mengajukan permohonan perubahan RPTKA kepada Direktur Penyediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Setelah RPTKA disetujui, Direktur Penyediaan dan penggunaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk mengubah KITAS/KITAP sebagai dasar perubahan IMTA, dengan terlebih dahulu menyampaikan permohonan dengan melampirkan : a) Copy RPTKA yang masih berlaku; b) Copy KITAS/KITAP yang masih berlaku; c) Copy IMTA yang masih berlaku; d) Copy bukti perubahan nama perusahaan yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. 12. Perubahan lokasi Kerja Dalam hal pemberi kerja melakukan perubahan lokasi kerja TKA, pemberi kerja wajib mengajukan permohonan perubahan lokasi kerja TKA kepada Direktur Penyediaan dan Penggunaan tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan melampirkan copy RPTKA dan IMTA yang masih berlaku.

34 13. Pelaporan Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan pendamping TKA di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Dirjen. Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota melaporkan IMTA yang diterbitkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen. 14. Pengawasan Pengawasan terhadap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 15. Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Retribusi Perpanjangan IMTA diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. Peraturan Pemerintah tersebut disahkan pada tanggal 29 Oktober 2012 dan khusus untuk Retribusi Perpanjangan IMTA baru mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2013 dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Daerah untuk mempersiapkan kebijakan daerah dan hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemungutan Retribusi Perpanjangan IMTA. 62 Retribusi Perpanjangan IMTA merupakan pemberian perpanjangan IMTA oleh Gubernur atau Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja TKA yang telah memiliki IMTA dan menteri yang bertanggung jawab di 62 Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

35 bidang ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk. Pungutan perpanjangan IMTA sebelumnya merupakan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang dengan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai retribusi. Sementara itu, pemilihan retribusi perpanjangan IMTA dilakukan dengan pertimbangan pemberian perpanjangan IMTA sudah merupakan kewenangan Pemerintahan Daerah berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. Retribusi Perpanjangan IMTA hanya merupakan pengalihan kewenangan pungutan Pemerintah. 63 Sementara itu, untuk penerbitan perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan yang lokasi kerjanya dalam wilayah kabupaten/kota yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah memenuhi kriteria sebagai Retribusi Perizinan. Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 64 Berikut ini merupakan hal-hal pokok yang diatur dalam PP No. 97 Tahun 2012 terkait dengan Retibusi Perpanjangan IMTA, antara lain: 1) Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, yang selanjutnya disebut Retribusi Perpanjangan IMTA, adalah pungutan atas pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga kerja asing (Pasal 1 ayat (3)). 63 Agusmidah (Buku I), Opcit, halaman Huruf b pada unsur Menimbang dalam Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

36 2) Perpanjangan IMTA adalah izin yang diberikan oleh gubernur atau bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Pasal 1 ayat (4)). 3) Tenaga Kerja Asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (5)). 4) Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing adalah badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 ayat (6)). 5) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribus diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu (Pasal 1 ayat (7)). 6) Pemungutan Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh (Pasal 2 ayat (3)): a. Pemerintah Provinsi untuk perpanjangan IMTA yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan; dan b. Pemerintah Kabupaten/Kota untuk perpanjangan IMTA yang lokasi kerjanya dalam kabupaten/kota yang bersangkutan. 7) Objek Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b meliputi pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing (Pasal 13 ayat (1)).

37 8) Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan (Pasal 13 ayat (2)). 9) Subjek Retribusi Perpanjangan IMTA meliputi Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing (Pasal 14 ayat (1)). 10) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi (Pasal 14 ayat (2)). 11) Besarnya tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan paling tinggi sebesar tarif penerbitan IMTA yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada kementerian di bidang ketenagakerjaan (Pasal 15 ayat (1)). 12) Besarnya tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Pasal 15 ayat (2)). 13) Penerimaan Retribusi Perpanjangan IMTA digunakan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal (Pasal 16 ayat (1)). 14) Pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah (Pasal 16 ayat (2)). 15) Bagi pemerintah daerah yang telah melaksanakan pemungutan Perpanjangan IMTA sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini,

38 penerimaannya disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP (Pasal 17 ayat (1)). 16) Mekanisme penyetoran ke Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyetoran PNBP (Pasal 17 ayat (2)). 17) Ketentuan mengenai Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 (Pasal 18). 15. Pencabutan Ijin Dalam hal pemberi kerja mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA, Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota berwenang mencabut IMTA. Guna mendukung iklim investasi, pemerintah mempermudah prosedur IMTA dengan menyederhanaan prosedur dan waktu pengurusan izin yang dituangkan dalam Permenakertrans No. 07/III/Men/2006 tentang IMTA. Peraturan yang berlaku per 1 Mei 2006 ini memuat prosedur yang lebih singkat dibandingkan dengan ketentuan lama yang tertuang dalam SK Menakertrans No. 20 Tahun Berdasarkan aturan baru tersebut, rekomendasi pengurusan Visa dari Depnakertrans harus sudah dikeluarkan selambat-lambatnya satu hari setelah permohonan mengajukan permintaan rekomendasi. Jika permohonan sudah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan, paling lambat 4 (empat) hari IMTA sudah harus dikeluarkan dan dalam hal perpanjangan IMTA memakan waktu kurang dari seminggu.

39 Dalam mempekerjakan tenaga kerja asing pemerintah juga memberi kewajiban bagi perusaahan atau korporasi membuat rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Kahadiran tenaga kerja asing dapat dikatakan sebagai salah satu pembawa devisa bagi negara dimana adanya pembayaran kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan. Pembayaran kompensasi ini dikecualikan pada pemberi kerja tenaga kerja asing merupakan instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan. 65 Besanya dana kompensasi untuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri sebesar US$15, sedangkan kompensasi untuk tenaga kerja asing di Indonesia sebesar US$ Dalam rangka pelaksanaan Transfer of Knowledge dari tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia, kepada pemberi kerja diwajibkan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja pendamping (Pasal 49 UUK). D. Perkembangan Rencana Penggunaan TKA (RPTKA) di Indonesia Sejak masa Orde Baru hingga saat ini, kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten yaitu bersifat selektif terhadap jabatan-jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia dan harus mendapatkan izin terlebih dahulu 65 Pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigarasi Nomor 223 Tahun 2003 Tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi 66 Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 02 / MEN /III / 2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 02 / MEN /III / 2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 02 / MEN /III / 2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 20/MEN/III/2004 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH IJIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republi

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republi MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) Undang-undang Nomor 13

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-07/MEN/IV/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-07/MEN/IV/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-07/MEN/IV/2006 TENTANG PENYEDERHANAAN PROSEDUR MEMPEROLEH IJIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA) MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PENGGUNAAN TKA

PERATURAN PENGGUNAAN TKA PERATURAN PENGGUNAAN TKA UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 DAN PERMEN NO : 07 TAHUN 2006 DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI DEPNAKERTRANS R.I KEWAJIBAN PEMBERI KERJA YANG MEMPEKERJAKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 29 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI DAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 228 TH 2003

KEPMEN NO. 228 TH 2003 KEPMEN NO. 228 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 228 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 52 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA ASING DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Tenaga Kerja Asing. Oleh : Dr. Agusmidah, SH.,M.Hum. 1. Latar belakang dan filosofi penggunaan TKA di Indonesia

Pokok Bahasan : Tenaga Kerja Asing. Oleh : Dr. Agusmidah, SH.,M.Hum. 1. Latar belakang dan filosofi penggunaan TKA di Indonesia Pokok Bahasan : Oleh : Dr. Agusmidah, SH.,M.Hum 1. Latar belakang dan filosofi penggunaan TKA di Indonesia (TKA) sudah menjadi fenomena yang lumrah tidak hanya dewasa ini yang disebut sebagai era globalisasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018 LAMPIRAN KAJI CEPAT PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018 KETENTUAN PERPRES 72 TAHUN

Lebih terperinci

KEPENTINGAN NASIONAL GLOBALISASI

KEPENTINGAN NASIONAL GLOBALISASI 1 KEPENTINGAN NASIONAL 1. Perlindungan terhadap kesempatan kerja Indonesia (pasal 27 ayat 2 UUD 1945) 2. Investasi/modal asing; 3. Teknologi dan tenaga ahli/skill; 4. Perdagangan internasional. GLOBALISASI

Lebih terperinci

PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PADA WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PADA WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PADA WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH www.indonesianindustry.com I. PENDAHULUAN Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA) DI KABUPATEN SERANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA) DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA) DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2018 KETENAGAKERJAAN. Tenaga Kerja Asing. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA PENDAMPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendukung perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN REKOMENDASI TERHADAP PERPANJANGAN IJIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent No.885, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Orang Asing. Pengurusan Dokumen. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGURUSAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

MANAJEMEN PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MANAJEMEN PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING Mulyadi Kurdi e-mail: mulyadi_kurdi@yahoo.com Jakarta, oktober 2014 LATAR BELAKANG 1. Ketidakseimbangan penyediaan dan permintaan tenaga kerja menurut sektor, daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. (www.tka-online.depnakertrans.go.id)

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. (www.tka-online.depnakertrans.go.id) KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. (www.tka-online.depnakertrans.go.id) FILOSOFI PENGGUNAAN TKA FILOSOFI PENGGUNAAN TKA ASAS MANFAAT ASPEK KEAMANAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA MEKANISME PEGENDALIAN TKA (Termasuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2003 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PERPANJANGAN IZIN PENGGUNAAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 53 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN IJIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERPANJANGAN IJIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING LEMBARAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PER RATURAN DAERAH KABUPATEN LOM MBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2014 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 6 2001 SERI : C NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DAN IURAN DANA PENGEMBANGAN KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DAN TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam BAB II maka diambil kesimpulan :

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam BAB II maka diambil kesimpulan : 74 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam BAB II maka diambil kesimpulan : 1. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada yang telah sesuai aturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA PENDAMPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BUPATI PURWAKARTA,

NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BUPATI PURWAKARTA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 24 Tahun 2015 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN

Lebih terperinci

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing; LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 183 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : Tahun 2016 TANGGAL : 2016 SOP BIDANG NAKERTRANS

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : Tahun 2016 TANGGAL : 2016 SOP BIDANG NAKERTRANS LAMPIRAN IV : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : Tahun 2016 TANGGAL : 2016 SOP BIDANG NAKERTRANS KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP) PROVINSI NTT 1. Undang-Undang Nomor 7

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 14, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG IJIN KERJA PERPANJANGAN, SEMENTARA DAN MENDESAK BAGI TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 17 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 15

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 17 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 15 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 17 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 15 PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor 11 Tahun 2002 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Beberapa ketentuan diubah dengan Permenakertrans Nomor PER.12/MEN/VI/2009 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 61 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG DANA PENGEMBANGAN KEAHLIAN DAN KETRAMPILAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 14 Tahun 2001 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN BIDANG PENEMPATAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal LAMPIRAN PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PEDOMAN DAN TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA BOGOR. PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha Jasa. Penempatan Tki. Dalam Negeri. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 229 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, www.hukumonline.com KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.110/MEN/1997 TAHUN 1997 TENTANG PELAKSANAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG PADA SEKTOR PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG M MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN USAHA JASA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI, KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 208 TAHUN 2008 TENTANG PEMBATALAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN DAN IZIN KETENAGAKERJAAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG . MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal

PEDOMAN DAN TATA CARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN. I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal LAMPIRAN PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR : 45 TAHUN 2017 TANGGAL : 4 September 2017 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN WALI KOTA TENTANG PEDOMAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2012, No Mengingat Peraturan Pemerintah tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja As

2012, No Mengingat Peraturan Pemerintah tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja As No.216, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Retribusi. Lalu Lintas. Tenaga Kerja Asing. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5358) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 4 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 4 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 4 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G PENEMPATAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke: Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke: puu.sdbh.minerba@gmail.com MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN SURAT IZIN PELAKSANA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING SALINAN 1 GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 38/MEN/XII/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/III/2008 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa hak-hak dasar

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2074, 2015 KEMENAKER. TKI. Surat Izin. Pemberian. Perpanjangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 08/MEN/ V/2008 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN

Lebih terperinci

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KEPMEN 226/MEN//VII/2003 TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM DAN KEPMEN 112/MEN/VII/2004 PERUBAHAN KEPUTUSAN MENAKERTRANS R.I Nomor : KEP. 226/MEN/VII/2003 TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH NOMOR 06 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013

NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci