SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KOTAK SORTASI DI KELOMPOK B TK ALFIANSYAH ZANUR BTN WIRABUANA KOTA KENDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KOTAK SORTASI DI KELOMPOK B TK ALFIANSYAH ZANUR BTN WIRABUANA KOTA KENDARI"

Transkripsi

1 SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KOTAK SORTASI DI KELOMPOK B TK ALFIANSYAH ZANUR BTN WIRABUANA KOTA KENDARI ASRIATI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIK ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014

2 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Telah selesai diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan panitia ujian Skripsi Penelitian pada Jurusan PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari. Judul Nama : Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Kotak Sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari. : Asriati Nomor Stambuk : Program Studi : PG-PAUD Pembimbing Tanda Tangan Tanggal 1. Drs. H. Muh. Natsir, S.Pd., M.Si../../ 2. Ustianti, S.Pd., M.Hum../../ Mengetahui, Dekan FKIP UMK Drs. H. Muh. Natsir, M.Si. Nip

3 ABSTRAK Asriati ( ). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Kotak Sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari. Dibimbing oleh Drs. H. Muh. Natsir, M.Si., selaku pembimbing pertama dan Ustianti, S.Pd.,M.Hum. selaku pembimbing kedua, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Muhammadiyah Kendari, Rumusan masalah dalam penelitian ini mengemukakan bahwa apakah kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan melalui permainan kotak sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari? Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan kotak sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus, dalam setiap siklus harus melewati beberap tahap yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dengan menggunakan beberapa instrumen, yaitu: wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian tentang permainan kotak sortasi dalam pembelajaran meningkatkan kognitif anak menunjukkan peningkatan. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa kemampuan anak tentang permainan kotak sortasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak di kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari perlu ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal yang memperoleh nilai 50%, siklus I memperoleh 70% dan siklus II memperoleh hasil nilai 85%. Implikasi bagi guru Taman Kanak-Kanak: 1) guru hendaknya memberikan penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran menigkatkan kognitif pada anak, kemudian guru menguji kemampuan anak khususnya dalam kemampuan dalam bermain kotak sortasi, 2) dalam memberikan penilaian hendaknya terdiri dari tiga aspek yaitu motorik, kognitif dan afektif, 3) bagi pihak sekolah hendaknya memahami pembelajaran bermain kotak sortasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak, 4) guru hendaknya mendukung penerapan bermain kotak sortasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak, 5) bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan meningkatkan bentuk pembelajaran kognitif anak. DAFTAR ISI

4 Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 E. Definisi Operasional... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kognitif Pengertian Kognitif Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Tujuan dan Fungsi Media dalam Perkembangan Kognitif... 7 B. Konsep Bermain Pengertian Bermain Tahap Perkembangan Bermain Anak Tahap Perkembangan Motorik Perkembangan Motorik Kasar Melalui Bermain C. Konsep Permainan Pengertian Permainan Hakikat Bermain dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Fungsi Bermain D. Alat Permainan di TK Fungsi Alat Permainan/Mainan Persyaratan Permainan E. Pengertian Kotak Sortasi BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Faktor yang Diteliti C. Teknik Pengambilan Data D. Teknik Analisis Data E. Prosedur Penelitian F. Indikator Kinerja... 33

5 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Penelitian Hasil Temuan Sebelum Pelaksanaan Tindakan Hasil Temuan Pada Pelaksanaan Tindakan Siklus I Hasil Temuan Pada Pelaksanaan Tindakan Siklus II B. Pembahasa Hasil Penelitian BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Konversi Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Pada Tahap Hasil Evaluasi Awal Tabel 2. Deskripsi Keberhasilan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Pada Tahap Evaluasi Awal Tabel 3. Hasil Konversi Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Pada Tahap Hasil Evaluasi Siklus I Tabel 4. Deskripsi Keberhasilan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Tahap Hasil Evaluasi Pada Tindakan Siklus I Tabel 5. Hasil Konversi Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Pada Tahap Hasil Evaluasi Siklus II Tabel 6. Deskripsi Keberhasilan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Bermain Kotak Sortasi Pada Tahap Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II... 50

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Hasil Analisis Tingkat Perkembangan Anak Mulai Dari Tes Awal Hingga Tes Tindakan Siklus II... 54

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2. Skenario Pembelajaran Lampiran 3. Indikator Pengamatan Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Pertemuan I Siklus I Lampiran 5. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Pertemuan II Siklus I Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan I Siklus I Lampiran 7. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan II Siklus I Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Anak Pertemuan I Siklus I Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Anak Pertemuan II Siklus I Lampiran 10. Format Penilaian Tes Awal Pertemuan I & II Lampiran 11. Rangkuman Perolehan Nilai Tes Awal Lampiran 12. Nilai Perolehan Pada Tes Awal Lampiran 13. Format Penilaian Pada Siklus I Pertemuan I & II Lampiran 14. Rangkuman Perolehan Nilai Pada Siklus I Lampiran 15. Nilai Perolehan Pada Siklus I Lampiran 16. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Pertemuan I Siklus II Lampiran 17. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Pertemuan II Siklus II Lampiran 18. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan I Siklus II Lampiran 19. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan II Siklus II Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Anak Pertemuan I Siklus II Lampiran 21. Lembar Observasi Aktivitas Anak Pertemuan II Siklus II Lampiran 22. Format Penilaian Pada Siklus II Pertemuan I & II Lampiran 23. Rangkuman Perolehan Nilai Pada Siklus II Lampiran 24. Nilai Perolehan Pada Siklus II Lampiran 25. Gambar Praktek Anak dengan Kotak Sortasi... 99

9 59 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar kapan harus menggunakan keahlian, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya melalui bermain. Fisik motorik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Beberapa mainan dikhususkan untuk anak dengan rentang umur tertentu, yang tidak memberikan hasil baik atau bahkan bisa merusak perkembangan anak pada rentang umur yang berbeda. Ada banyak jenis mainan untuk anak yang kita jumpai di sekitar kita, salah satunya adalah mainan yang mampu mengembangkan aspek perkembangan anak atau yang biasa disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). Permainan edukatif sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan dasar anak. Antara lain dari segi kognitif, bahasa, sosial pembiasaan, fisik motorik, dan seni. Salah satu mainan yang cukup populer di mata anak-anak adalah kotak sortasi, dengan kotak sortasi anak dilatih untuk memecahkan masalah, melatih motorik tangan dan mengembangkan segi kognitif anak. Sebagian besar kotak sortasi untuk anak terbuat dari kertas dan kayu, sedangkan yang terbuat dari bahan yang lunak masih belum ada. Padahal dengan bahan yang lebih lunak tentunya relatif lebih aman. Kotak sortasi merupakan salah satu mainan sekaligus media edukatif terutama dalam menstimulasi perkembangan anak. Kotak sortasi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas. Media kotak sortasi dapat diterapkan pada anak yang berusia sekitar 2 sampai 6 tahun. Namun, media kotak sortasi akan diterapkan pada anak usia dini dalam pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif anak. Mengingat kemampuan anak usia dini memiliki keterbatasan dalam mengenal bentuk, maka peneliti akan memperkenalkan media kotak sortasi sesuai dengan kebutuhan anak. Penggunaan media kotak sortasi dalam pembelajaran 1 mengenal bentuk, diharapkan dapat membangkitkan minat belajar anak, menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan kondusif. Berdasarkan hasil observasi, kemampuan anak dalam permainan kotak sortasi belum menunjukkan hasil yang maksimal terbukti kemampuan kreatifitas anak baru mencapai 50%, anak masih aktif dengan hal-hal yang lain seperti misalnya menggambar, bermain plastisin dan lain sebagainya. Pemanfaatan permainan kotak sortasi di Taman Kanak-Kanak TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana dalam pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif anak belum menunjukkan hasil yang maksimal dikarenakan kurangnya kreativitas guru dalam memberikan bentuk-bentuk pembelajaran yang

10 60 sifatnya membangun kognitif anak. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berinisiatif memanfaatkan permainan kotak sortasi untuk meningkatkan kognitif anak di TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitiani ini adalah apakah kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan melalui permainan kotak sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan kotak sortasi di Kelompok B TK Alfiansyah Zanur BTN Wirabuana Kota Kendari. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian tentang kemampuan guru dalam meningkatkan kognitif pada anak melalui permainan sortasi ini diharapkan dapat mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan wacana khusus bagi pendidikan anak setingkat taman kanak-kanak dan diharapkan dapat menambah wawasan luas dalam meningkatkan kognitif anak, sehingga guru harus kreatif dalam mengembangkan kognitif anak. 2. Penelitian tentang peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan sortasi ini diharapkan dapat memberi manfaat, dorongan dan wawasan bagi guru dan orang tua agar lebih memperhatikan pendidikan anak di dalam pengembangan kemampuan berpikir, keterampilan, dan menumbuhkan kognitif bagi anak. E. Definisi Operasional Kemampuan kognitif anak merupakan suatu proses dan pola pikir anak untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, menyimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi baik itu melalui bimbingan maupun tanpa bimbingan.

11 61 Kotak sortasi adalah suatu media yang menumbuh-kembangkan kemampuan kognitif anak dan merupakan media tutorial bagi anak karena pada masa kanak-kanak adalah merupakan masa penuh keceriaan atau hiburan. Dengan permainan kotak sortasi bagi anak dapat meningkatkan kognitif serta keterampilan anak yang paling mendasar yakni terlatihnya kemampuan motorik halus anak. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kognitif 1. Pengertian Kognitif Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Yuliani, 2005: 1.2). Beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan : a. Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak.

12 62 b. Colvin mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. c. Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan pengetahuan. d. Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra (Yuliani, 2005: 1.3). 2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget menggambarkan empat tahap perkembangan kognitif dan berhubungan mereka untuk kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap informasi baru (Dahar, 2011: 141). a. Sensorimotor Tahap ini dimulai sekitar umur 0-2 tahun, dimana anak anak belajar tentang dirinya dan lingkungannya melalui tindakan motor dan refleks. Pemikiran berasal dari sensasi dan gerakan. 5 Anak belajar bahwa ia terpisah dari lingkunga dan aspek lingkungannya orang tuanya atau mainan favorit terus eksis meskipun mereka mungkin berada diluar jangkauan indranya. Pengajaran untuk anak dalam tahap ini harus diarahkan ke sistem sensorimotor. Anda dapat memodifikasi perilaku dengan menggunakan indra: mengerutkan kening, suara keras atau menenangkan semua melayani sebagai teknik yang tepat ( b. Praoperasional Tahap ini dimulai sekitar umur 2-7 tahun (pada saat anak mulai bicara). Menerapkan pengetahuan baru tentang bahasa, anak mulai menggunakan simbol untuk mewakili objek. Pada awal tahap ini ia juga melambangkan obyek. Dia sekarang lebih mampu berpikir tentang hal-hal dan peristiwa yang tidak segera hadir. Berorientasi hingga saat ini, anak mengalami kesulitan konseptualisasi waktu. Pemikirannya dipengaruhi oleh fantasi cara ia ingin hal yang harus dan ia menganggap bahwa orang lain melihat situasi dari sudut pandangnya. Dia mengambil informasi dan kemudian mengubahnya dalam pikirannya agar sesuai dengan ide-idenya. Pengajaran harus memperhitungkan fantasi hidup anak dan rasa waktu yang belum dikembangkan. Menggunakan kata-kata netral, tubuh menguraikan dan peralatan seorang anak bisa menyentuh memberinya peran aktif dalam belajar. ( c. Operasional Konkrit

13 63 Tahap ini dimulai sekitar umur 7-12 tahun. Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak dan untuk membuat penilaian rasional tentang fenomena beton atau diamati, yang di masa lalu yang ia butuhkan untuk memanipulasi fisik untuk memahami. Dalam mengajar anak ini, dia memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan menjelaskan hal-hal yang kembali kepada Anda memungkinkan dia untuk mental memanipulasi informasi ( d. Formal Operasi Tahap ini merupakan tahap masa remaja yang membawa kognisi untuk membentuk akhir. Orang ini tidak lagi memerlukan benda konkret untuk membuat penilaian rasional. Pada titik itu, ia mampu hipotetis dan penalaran deduktif. Pengajaran bagi remaja mungkin dalam kisaran yang luas karena dia akan mampu mempertimbangkan banyak kemungkinan dari berbagai perspektif ( 3. Tujuan dan Fungsi Media dalam Perkembangan Kognitif Beberapa fungsi dan tujuan penerapan media dalam perkembangan kognitif anak adalah sebagai berikut : a. Merangsang anak melakukan kegiatan, pikiran, perasaan, perhatian, dan minat Belajar melibatkan pikiran, minat, emosi dan persaan pribadi, disamping intelektual, akan sangat mempengaruhi anak dan berkesan lebih lama. Media pembelajaran adalah alat yang sangat kuat (pewerful) dalam membangkitkan respon emosional seperti ikut merasakan, simpatik, mencintai, dan gembira. b. Bereksperimen Hakikat seorang manusia sebagai makhluk coba-coba sudah nampak dari manusia itu balita. Ketika seorang anak belajar berjalan ia selalu mencoba berkali-kali anggota tubuh lainnya agar ia mampu berdiri dan berjalan. Proses jatuh-bangun sebelum ia mampu betul berjalan membutuhkan waktu dan keinginan untuk mencoba. Tanpa hal itu tentu ia tidak bisa berjalan. Di dalam permainan sehari-hari, mereka juga melakukan

14 64 eksperimen atau percobaan. Maianan yang bagus ia coba bongkar dan ia coba kembalikan seperti semula. Dan bahkan mainan itu mereka beri tambahan komponen atau asesoris lainnya seperti warna. c. Menyelidiki atau Meneliti Rancangan media yang dikembangkan setidaknya juga bisa meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan penyelidikan dan penelitian sederhana. Bawalah mereka ke alam terbuka, misalnya, dan bawalah beberapa rancangan media kemudian beri tugas mereka meneliti dengan menggunakan media yang dirancang. Cara ini dapat menumbuhkembangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Jika dikelolah dengan baik maka mereka akan bisa dengan sendirinya melakukan hal yang sama tanpa bantuan guru mereka. d. Alat Bantu Dalam berbagai hal memang media juga bisa dikatakan sebagai alat bantu untuk memperlancar proses belajar mengajar. Alat bantu seperti itu misalnya benda atau alat untuk membantu anak bermain dan belajar. Misalnya, air, tali, ember, alat tulis, kertas, dan sebagainya. e. Mencapai Tujuan Pendidikan yang Maksimal Salah satu komponen yang menunjang pencapaian suatu tujuan pendidikan adalah media. Oleh karena itu komponen ini tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan. Tanpa media maka proses belajar mengajar akan menjadi kurang bermakna, memperbesar kesalahpahaman, mengurangi

15 65 kualitas penerimaan informasi dan pengetahuan, mempersulit guru dalam menjelaskan, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menjelaskan, dan cenderung mengurangi kualitas belajar mengajar. f. Alat peraga untuk memperjelas sesuatu (menghilangkan verbalisme) Medai pembelajaran juga berfungsi sebagai alat peraga. Kita mengetahui bahwa dari perkembangan digunakan media dalam dunia pendidikan memang media hanya berfungsi sebagai alat bantu dan peraga dalam kegiatan belajar mengajar. Media dalam hal ini hanya berfungsi sebagai sarana yang diharapkan mampau meningkatkan motivasi, menghilangkan atau mengurangi verbalisme, memperjelas dan mempermudah konsep abstrak, dan meningkatkan daya serap belajar mengajar. g. Mengembangkan Imajinasi (kreatifitas) Adanya keluhan dari berbagai kalangan masyarakat tentang rendahnya kemampuan imajinatif dan kreatifitas anak saat ini antara lain disebabkan antara lain oleh minimnya para guru menggunakan media efektif ketika mereka mengajar. Media bisa menjadikan anak mampu berpikir logis, penalaran yang tinggi dan mampu menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Media juga bisa lebih mampu memenuhi kepuasan diri anak. h. Melaksanakan Tugas yang Diberikan

16 66 Banyak proses belajar memerlukan media untuk menyelesaikan dan memahami materi yang diberikan guru. Tugas dari gurupun demikian. Ketika seorang guru memberikan tugas yang membutuhkan suatu media maka ia harus menyediakan media tersebut agar anak bisa melaksanakan tugas yang diberikannya. Dengan demikian tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan yang diharapkan tergantung kepada ketersediaan media. Nampaklah bahwa media bisa berperan dan membantu mencapai tujuan belajar anak. i. Melatih Kepekaan Berpikir Proses belajar mengajar tidak hanya terkait dengan masalah pemberian/transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada anak semata, melainkan yang tidak kalah penting dan hakiki adalah bagaimana membangun jiwa, watak, moral, dan kepekaan berpikir anak karena dalam konteks ini pendidikan diarahkan pada pembinaan kemampuan kognitif dan efektif, dan keimanan anak secara bersinergi, bersama-sama, dan berkesinambungan. Dengan menggunakan dan memanfaatkan media dalam setiap proses kepekaan berpikir maka perencanaan media akan menjadi semakin penting. j. Digunakan sebagai Alat Permainan Media gambar yang harus diwarnai oleh anak dapat memberikan contoh untuk hal ini. Media gambar tersebut bisa juga berfungsi sebagai alat permainan para anak. Dengan diberikan spidol warna, krayon, atau kelir maka anak diberikan kesempatan bereksperesi sekaligus bermain dalam

17 67 pernuh warna di atas kertas poster. Dengan cara demikian media bisa berfungsi ganda memahami gambar yang disediakan dan yang harus diberi warna, memahami arti warna, menggunakan warna yang sesuai dengan gambar tersebut. k. Keperluan Anak dalam Melakukan Tugas yang Diberikan Guru Setiap benda berfungsi sebagai alat bantu sekaligus untuk meningkatkan kemampuan kognisi anak bisa dikembangkan sedemikian rupa sehingga media itu mampu membantu mencapai tujuan belajar anak (Zainal, 2005 : ). B. Konsep Bermain 1. Pengertian Bermain Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Schwartzman seperti disebutkan oleh Soemiarti Patmonodewo menjelaskan konsep dan makna bermain seperti dalam kutipan berikut : Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan sebagainya bekerja pun dapat diartikan bermain sementara kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sesungguhnya (Patmonodewo, 2003:102). Menurut Singer (dalam Kustanti, 2004: 16), mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya,

18 68 mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan. Bermain menurut Mulyadi (2004:12), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain: a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan bermain. Jika ditinjau dari sumber kegembiraannya, bermain di bagi menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinau dari aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama. 2. Tahapan Perkembangan Bermain Anak Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya. Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock (1999: 96) adalah sebagai berikut: a. Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage) Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya. b. Tahapan Mainan (Toy stage)

19 69 Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya. c. Tahap Bermain (Play stage) Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa. d. Tahap Melamun (Daydream stage) Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain. 3. Tahap Perkembangan Motorik Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik pada anak sesuai dengan pertumbuhan usianya: a. Anak Usia 3 Tahun 1) Berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat 2) Melompat dengan lompatan kurang lebih cm 3) Naik tangga tanpa dibantu 4) Meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan b. Anak Usia 4 Tahun 1) Sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan 2) Mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif

20 70 3) Naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian c. Anak Usia 5 Tahun 1) Mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat yang pendek 2) Mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial 3) Mampu menaik sepeda roda tiga 4) Berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang 5) Lompat ditempat dengan 1 kaki 6) Berjalan di atas papan keseimbangan (Administrator, 2011: 4. Perkembangan Motorik Kasar Melalaui Bermain Setiap anak selalu ingin bermain. Hampir sepanjang waktunya ia gunakan untuk bermain. Ia akan memilih sendiri permainannya. Kadangkala ia berlama-lama dalam satu permainan, pada saat yang lain sangat sebentar. Dalam bermain anak bereksplorasi. Situasi itu sering dilakukan tanpa disadari bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemampuan tertentu sehingga ia memiliki kemampuan-kemampuan baru. Bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal, situasi itulah yang membuat anak belajar. Belajar tentang apa saja, baik tentang objek, kejadian, situasi, dan konsep (misalnya halus, kasar, dll). Mereka juga berlatih kordinasi berbagai otot gerak misalnya otot jari. Berlatih mencari sebab akibat dan memecahkan masalah. Selain itu, melalui bermain anak berlatih mengekspresikan perasaan, dan berusaha mendapatkan sesuatu. Dari penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak. C. Konsep Permainan 1. Pengertian Permainan

21 71 Pemahaman perihal pengertian permainan akan mengilhami Anda untuk mengerti bahan ajar yang akan disampaikan. Istilah permainan sebenarnya tidak mengacu pada tipe permainan tetapi pada pensekatan pembelajaran yang digunakan. Teori bermain membahas tentang aktivitas jasmani anak yang dilakukan dengan rasa senang, sederhana serta kaitan bermain sebagai wahana pencapaian dengan rasa senang, serta kaitan bermain sebagai wahana pencapaian tujuan pendidikan (Sukintaka, 1992: 2). Selanjutnya dalam buku yang sama dilanjutkan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan dengan rasa senang, sukarela, sungguh-sungguh, tetapi bukan merupakan suatu kesungguhan, dan semata-mata hanya memperoleh kesenangan. Dari dua definisi tadi dapat dijadikan sebagai dasar bahwa permainan adalah sesuatu yang dimainkan untuk bermain yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Permainan dibagi atas dua yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995: 56). Hal tersebut diungkapkan oleh psikolog anak yaitu Hurlock (dalam Musfiroh, 2008: 23). Ia mengartikan bermain sebagai kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada perasaan atau tekanan dari luar.

22 72 Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock, 1999: 4): a. Bermain aktif Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin. b. Bermain pasif Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif. Gabbard, Leblanc, dan Lowy dalam Sukintaka (1992: 63). mengutarakan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan belajar lewat aktivitas jasmani akan mempengaruhi: a. Ranah Kognitif Kemampuan berpikir (bertanya, kreatif, dan menghubungkan) kemampuan memahami (perceptual ability) menyadari gerak, dan penguatan akademik. b. Ranah psikomotor Pertumbuhan biologik, kesegaran jasmani, keterampilan gerak, dan peningkatan keterampilan gerak. c. Ranah Afektif Rasa senang, penanggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan dirinya (mengaktualisasi diri), menghargai sendiri, dan ada konsep diri.

23 73 Permainan dapat membentuk percaya diri. Ini dimaksudkan dengan bermain dapat meningkatkan kemampuan untuk tampil di depan umum. Setiap permainan selalu melibatkan lebih dari satu orang, dengan demikian anak akan dikondisikan untuk mau tampil. Dengan tampilnya anak dihadapan teman sebaya merupakan suatu kondisi yang baik untuk menumbuhkan sikap memiliki harga diri yang pada akhirnya percaya diri akan terpupuk dengan tidak sengaja. Kesempatan untuk membentuk team (menjadi kapten) adalah contoh yang baik dimana anak mempunyai hak untuk memutuskan membuat team seperti yang dia mau. Pada waktu anak ditunjuk dan harus maju ke depan atau mengajukan diri sebagai pembentuk team merupakan pengalaman pemupukan kepercayaan diri. 2. Hakikat Bermain dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Setiap anak di dunia ini memiliki hak untuk bermain. Bermain juga adalah kegiatan pokok anak. Dengan bermain anak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang membantu perkembangannya untuk menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya. Para ahli pendidikan menganggap bahwa bermain sebagai kegiatan yang memiliki nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain merupakan jembatan bagi anak dari belajar informal menjadi formal. Dengan bermain, anak dapat melakukan kegiatan sehingga semua aspek perkembangan dapat berkembang secara maksimal.

24 74 Bermain bukan hanya menjadi kesenangan saja, tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut Cony (2002: 12), dalam kegiatan bermain, seluruh tahapan perkembangan anak dapat berfungsi dan berkembang dengan baik dan hasil dari perkembangan yang baik itu akan muncul dan terlihat pada saat si anak menginjak masa remaja. Bermain, atau permainan sebagai aktivitas terkait dengan keseluruhan diri anak, bukan hanya sebagian, namun melalui permainan (pada saat anak bermain) anak akan terdorong mempraktekkan keterampilannya yang mengarahkan perkembangan kognitif anak, perkembangan bahasa anak, perkembangan psikomotorik, dan perkembangan fisik. Pengalaman bermain akan mendorong anak untuk lebih kreatif. Mulai dari perkembangan emosi, kemudian mengarah ke kreativitas bersosialisasi. Ada beberapa prinsip permainan berdasarkan perilaku anak, yaitu antara lain: permainan adalah sesuatu yang menyenangkan, di luar dari peristiwa sehari-hari. Permainan adalah sarana bereksperimen dalam berbagai hal, terbuka tanpa batas. Permainan adalah sesuatu yang aktif dan dinamis, tidak statis sehingga tidak terbatas ruang dan waktu. Permainan juga berlaku bagi setiap anak di sepanjang zaman, memiliki konteks hubungan sosial dan spontan, bermain juga sebagai sarana komunikasi dengan teman sebaya dan lingkungan. 3. Fungsi Bermain Bermain memiliki fungsi yang sangat luas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional,

25 75 maupun psikomotorik. Perkembangan secara fisik, seperti keterampilan motorik kasar, menjadi lebih fleksibel dalam berlari, melompat, memanjat, berguling, berputar dan lain sebagainya. Keterampilan motorik halusnya meningkat, pada saat anak menyentuh, meraba, memegang suatu benda (alat permainan), secara spontan hal ini akan mengantarkan anak dalam kesiapan menggambar, mewarnai, memegang pensil atau krayon, menyuap makanan sendiri, mengikat tali sepatu dan lain-lain. Perkembangan kognitif, yaitu keterampilan anak dalam berfikir. Pada saat bermain dengan teman sebaya, anak akan belajar membangun pengetahuannya sendiri dari interaksi. Mereka dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan pada saat bermain, sehingga anak dapat terlatih untuk berfikir logis. Bermain penting untuk Perkembangan bahasa anak. Pada saat anak bermain, ketika kemampuan kognitifnya tumbuh dan berkembang, anak mulai berfikir secara simbolik melalui pemerolehan dan penggunaan bahasa. Perkembangan psikologis yaitu pemahaman diri, ketika anak tumbuh secara kognitif dan fisik, ia akan mulai menyadari keberadaan dirinya. Dalam sosial emosional, yaitu kemampuan anak berbagi rasa, secara psikologis anak telah melewati masa-masa sulit (bereaksi dengan menangis) dan dapat menyampaikan pesan dan perasaannya, keinginannya, kemauannya dengan tepat. Dengan bermain anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, baik teman sebaya, ataupun orang dewasa. Keterampilan sosial ini akan terus bertambah ketika ia mulai berhubungan dengan lebih banyak orang lagi di lingkungan yang lebih luas (Sugianto, 1995: 12).

26 76 Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera, 2008: 34): a. Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat. b. Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan keterampilan anak. c. Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran sosial. d. Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya. e. Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri. f. Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar juga bertambah luas, dengan mempunyai kreativitas, kemampuan berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak. g. Aspek ketajaman panca indra. Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal-hal yang berlangsung dilingkungan sekitarnya. h. Aspek perkembangan kreativitas. kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang. i. Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negatif menjadi positif dan lebih menyenangkan. D. Alat Permainan di TK 1. Fungsi Alat Permainan/Mainan Alat permainan dan bermain yang dipersiapkan di TK hendaknya berfungsi mendidik, memberi pemahaman dan melatih keterampilan serta pembiasaan. Alat permainana itu misalnya: a. Mainan untuk melatih otot besar dan kecil. b. Mainan untuk mengembangkan fantasi. c. Mainan untuk melatih keterampilan. d. Mainan untuk mengembangkan daya fikir. e. Mainan untuk mengembangkan perasaan social emosional anak.

27 77 f. Mainan untuk mengembangkan kreativitas. g. Mainan untuk rasa keindahan. Sebagai guru kita harus mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat permainan tersebut, agar dapat menstimulasi kemampuan anak secara optimal. 2. Persyaratan Alat Permainan a. Menonjolkan fungsi pedagogis sesuai usia dan taraf perkembangan anak. b. Ukuran dan betuknya sesuai dengan usia anak. c. Aman dan tidak berbahaya bagi anak. d. Menarik baik warna maupun bentuknya. e. Awet, tidak mudah rusak dan mudah dipelihara. f. Murah dan mudah diperoleh. g. Jumlahnya mencukupi kebutuhan anak. h. Jangan ada bagian yang runcing/tajam, bahannya tidak membahayakan, tidak mengandung racun. i. Harus dapat mendorong anak untuk melakukan penemuanpenemuan baru dan melakukan berbagai eksperimen. E. Pengertian Kotak Sortasi Kotak sortasi merupakan salah satu mainan sekaligus media edukatif terutama dalam menstimulasi perkembangan anak. Kotak sortasi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas. Media kotak sortasi dapat diterapkan pada anak yang berusia sekitar 2 sampai 6 tahun. Namun, media kotak sortasi akan diterapkan pada anak tunanetra kelas I dalam pembelajaran mengenal bangun ruang. Mengingat keterbatasan penglihatan yang dialami oleh anak tunanetra, maka peneliti akan memodifikasi media kotak sortasi sesuai dengan kebutuhan anak. Penggunaan modifikasi media kotak sortasi dalam pembelajaran mengenal bangun ruang pada anak kelas I, diharapkan dapat menanamkan konsep bangun ruang, membangkitkan minat belajar anak, menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan kondusif. Modifikasi media kotak sortasi digunakan untuk memasukkan keping-keping bangun ruang ke dalam kotak melalui lubang yang bersesuaian. Modifikasi media kotak sortasi terdiri dari enam sisi berukuran sama, lima lubang dan lima keping-keping bangun ruang yang bersesuaian dengan lubang. Sisi bagian atas kotak sortasi dapat dibuka secara otomatis, gunanya untuk mengeluarkan kembali keping-keping bangun ruang yang telah dimasukkan ke dalam kotak melalui lubang yang bersesuaian. Sisi-sisi dari kotak dibuat dengan tekstur yang sama (halus) dengan menggunakan amplas halus (Soekanto, 1997: 53). Kajian bangun ruang berkaitan dengan semua informasi tentang suatu objek yang memiliki ukuran dan ruang (tiga dimensi). Unsur-unsur bangun ruang terdiri dari sisi, rusuk dan titik. Fokus pembelajaran bangun ruang dalam penelitian yaitu mengenal lima bangun ruang terdiri dari balok, kubus, tabung,

28 78 kerucut dan bola. Keping-keping bangun ruang diberikan pewarna yang berbedabeda dengan tekstur yang sama (halus). Pengenalan bangun ruang dengan menggunakan modifikasi media kotak sortasi yang telah disediakan oleh peneliti (Susilana, 2008: 31). Menurut Somantri (2005: 65) pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa anak tunanetra mengalami keterbatasan dalam indera penglihatan. Oleh karena itu, pembelajaran anak tunanetra di kelas hendaknya dengan memaksimalkan indera pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Menurut Hardman (dalam Widjajantin, 1996: 5) pendidikan kebutaan (blindness) difokuskan pada kemampuan anak dalam menggunakan penglihatan sebagai suatu saluran untuk belajar. Anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera lain seperti pendengaran, perabaan, inilah yang disebut buta secara pendidikan. BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 pada anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Alfiansyah Zanur Kendari yang berjumlah 20 orang anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Adapun waktu dalam melakukan penelitian ini adalah bulan September sampai bulan Oktober tahun B. Faktor yang Diteliti Adapun faktor-faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Anak didik, yakni mengamati dan melakukan penilaian untuk dapat mengetahui perkembangan atau peningkatan kemampuan kognitif anak apakah tergolong anak yang sangat baik (4*), baik (3*), cukup baik (2*), atau kurang baik (1*). Selain itu, mengamati berbagai aktivitas anak-anak dalam proses pembelajaran permainan kotak sortasi guna meningkatkan/mengembangkan kemampuan kognitif anak didalam kelas. 2. Guru, yakni mangamati dan memperhatikan aktivitas guru TK yang mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran kognitif kepada anak dengan menerapkan pembelajaran permainan manipulatif yakni dengan belajar sambil bermain guna meningkatkan kemampuan kognitif anak.

29 79 3. Proses Pembelajaran, yakni melihat dan mengetahui apakah sumber pelajaran dan atau media/peralatan yang digunakan atau yang dimanfaatkan dapat mendukung pelaksanaan tindakan pembelajaran yang terapkan, dan materinya telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. C. Teknik Pengumpulan Data Sumber data, jenis data dan teknis 27 dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sumber data : Terdiri dari anak didik dan guru 2. Cara pengambilan data : a. Data hasil belajar diperoleh dari hasil penilaian perkembangan anak didik dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) anak didik. b. Data tentang situasi belajar pada saat pelaksanaan tindakan diperoleh dari lembar observasi dan wawancara. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis reaseach and development yakni pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari tahap observasi awal terhadap kondisi objek penelitian secara umum untuk dapat memberikan gambaran tentang suatu penelitian yang dilakukan dan dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan kognitif pada Rencana Kegiatan Harian yang dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini khususnya pada pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kognitif anak didik. Tahapan penilaian berada pada tahap siklus I dan II. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari kegiatan hasil pengamatan yang bertujuan memperoleh gambaran secara objektif tentang kondisi proses pembelajaran berlangsung, serta mengamati sikap anak didik selama tindakan penelitian dilakukan. Data-data atau angka-angka yang menjadi alat ukur dalam penilaian/evaluasi pada penelitian ini dilakukan dengan pemberian bobot terhadap nilai simbol, sebagai berikut: Nilai BSB = **** bobotnya = 4 Nilai BSH = *** bobotnya = 3 Nilai MB = ** bobotnya = 2 Nilai BB = * bobotnya = 1 Setelah pemberian bobot nilai, lalu dilakukan analisis perhitungan bobot seluruh jumlah nilai perolehan anak dalam kegiatan evaluasi untuk memberikan

30 80 nilai akhir setiap anak didik. Analisis perhitungan untuk nilai akhir setiap anak dilakukan dengan formulasi seperti berikut: (Depdiknas, 2010: 9) Nilai akhir setiap anak ditentukan dalam bentuk nilai konversi, adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: BSB = MB = BSH = BB = Untuk menentukan nilai akhir secara keseluruhan anak, dilakukan dengan cara menghitung banyaknya anak yang memperoleh nilai BSB (berkembang sangat baik) dan BSH (berkembang sesuai harapan). Hal ini dilakukan sebagai acuan apakah yang dilaksanakan sudah dikatakan terselesaikan atau tercapai atau apakah masih akan dilanjutkan ketahapan siklus berikutnya. Formulasi perhitungan yang digunakan dalam hal ini adalah: (Depdiknas, 2010: 10) E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Perencanaan Tindakan dengan cara : a. Melakukan wawancara dengan guru kelompok untuk bekerja sama menyusun rencana pembelajaran, persiapan mengajar dengan membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH). b. Menyiapkan lembar observasi yang memuat kondisi anak didik pada saat melakukan kegiatan.

31 81 c. Mengevaluasi kemampuan kognitif anak anak yang dapat berkembang melalui permainan sortasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan semua kegiatan sesuai dengan skenario yang ada dalam Rencana Kegiatan Harian. Dalam hal ini guru bertindak sebagai mediator dalam meningkatkan kognitif anak melalui permainan sortasi. 3. Observasi dan Evaluasi Pelaksanaan evaluasi dalam penelitian ini tetap mengacu pada penilaian perkembangan anak didik sesuai dengan pedoman penilaian Taman Kanak- Kanak, yakni : a. Observasi atau pengamatan langsung seputar aktivitas dan partisipasi anak didik yang ada dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Melaksanakan analisis data kuantitatif melalui evaluasi dengan 4. Refleksi menggunakan skenario penilaian perkembangan anak didik yang ada dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Hasil penilaian dapat digambarkan dalam bentuk simbol (tanda bintang) sebagai alat ukur penilaian, seperti: **** (empat bintang) = 4, *** (tiga bintang) = 3, ** (dua bitang) = 2, dan * (satu bintang) = 1. Hasil perolehan dari observasi/evaluasi dianalisis untuk mengetahui proses perkembangan yang terjadi pada anak selama pelaksanaan tindakan pada siklus I serta dapat mengetahui berkembang tidaknya kemampuan anak. Selanjutnya jika hasil analisis data evaluasi dan observasi belum mencapai target yang diharapkan maka peneliti tetap melaksanakan tindakan selanjutnya sehingga pada suatu kesimpulan yang memberikan gambaran ketuntasan anak didik telah tercapai dan dapat dibuktikan. Jika hasil analisis mencapai target yang telah ditetapkan maka tindakan penelitian dapat dikatakan tuntas karena terjadi sebuah perubahan pada siklus II yang menggambarkan keberhasilan suatu tindakan pembelajaran, oleh karena itu penelitian ini sudah dapat dihentikan.

32 82 Prosedur pelaksanaan tindakan penelitian ini dapat digambarkan dalam siklus sebagai berikut : Siklus I Permasalahan Alternative pemcahan (Rencana Tindakan I) Pelaksanaan Tindakan I Terselesaikan Refleksi I Analisis data I (Evaluasi) Observasi (Monitoring) Belum Terselesaikan Siklus II Rancangan Permasalahan dan Model Penelitian Alternative Tindakan pemcahan Kelas (PTK) (Tim (Prog. Pelatihan Perbaikan) Proyek (Rencana PGSM, Tindakan 1999:27) II) Pelaksanaan Tindakan II Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan Analisis rencana data II tindakan Observasi yang diharapkan Terselesaikan Refleksi II mampu memberikan dinamika dan (Evaluasi) perubahan yang (Monitoring) lebih baik kepada anak didik, guru, maupun proses pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada anak didik maka lebih dulu diberi tes awal sebelum menerapkan perlakuan/tindakan. Belum Terselesaikan Siklus Selanjutnya F. Indikator Kinerja Penilaian terhadap kemampuan kognitif anak yang diperlihatkan melalui permainan kotak sortasi, dievaluasi dengan mengacu pada pedoman pemberian penilaian dalam satuan pendidikan TK, yakni dengan diberikan dalam bentuk simbol-simbol seperti **** (4*) = BSB (anak memperoleh kemampuan kognitif dengan baik dan lancar tanpa dibimbing guru); *** (3*) = BSH (memperoleh kemampuan tapi masih dibimbing guru); ** (2*) = MB (memperoleh kemampuan dengan dibimbing secara langsung oleh guru): * (1*) = BB (kemampuan anak belum menunjukkan perkembangan), (Depdiknas, 2010: 11). Selanjutnya dilakukan penjumlahan kategori di atas yang diperoleh setiap anak berdasarkan hasil evaluasi, lalu disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang digunakan. Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika hasil perhitungan indikator minimal 75%, maka penelitian tindakan kelas ini tidak dilanjutkan pada siklus tindakan berikutnya.

33 83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Penelitian Penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak dua siklus, secara keseluruhan diawali dengan hasil observasi awal yaitu pengajaran yang berlangsung secara alamiah kemudian analisa reflektif untuk menentukan tindakan yang mengarah pada kegiatan pembelajaran kognitif anak. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menuju sasaran yang diharapkan, maka peneliti melaksanakan 4 tahap dalam penelitian yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi. Pada penelitian ini refleksi dapat dilakukan sampai pada pelaksanaan tindakan yang kedua. Sedangkan analisis, tindakan, observasi, dan refleksi diungkapkan ditiap siklus pembelajaran melalui tes awal. Yang dapat dijadikan dasar untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bermain kotak sortasi guna meningkatkan kemampuan kognitif pada anak. 1. Hasil Temuan Sebelum Pelaksanaan Tindakan a. Perencanaan Perencanaan merupakan tahap awal dalam penelitian tindakan kelas. Perencanaan pembelajaran dilakukan dalam rangka menetapkan suatu rancangan skenario tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan ditetapkan di kelas. Sebelum pelaksanaan dan observasi pembelajaran dilakukan antara peneliti dan guru melakukan diskusi untuk menyusun persiapan mengajar dengan melakukan hal-hal sebagai beikut: 1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tindakan siklus I 34

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini

Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Dosen Prodi PG PAUD FKIP UNRI Abstrak: Dengan bermain anak-anak belajar mengenai kerjasama, komunikasi, ketangkasan fisik, pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN KOTAK LAMPU AJAIB PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA I KALIOMBO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk BERMAIN DAN KREATIVITAS SEBAGAI FONDASI BAGI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk PENDAHULUAN Bermain bagi anak: tidak hanya sekedar mengisi waktu, tapi sebagai media untuk belajar.

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd. Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd. Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN BERMAIN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KUSUMA MULIA I KALIRONG KECAMATAN TAROKAN KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/ 2015 ARTIKEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Tadkiroatun Musfiroh, M.Hum. (Pusdi PAUD-Lemlit UNY, FBS-UNY, PGTK-UNY) A. Pendahuluan Bermain adalah sarana tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN Idrawati Abstrak Kemampuan motorik kasar anak di TK Melati Kabupaten Solok Selatan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK Anung Probo Ismoko 1 Danang Endarto Putro 2 1.2. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP PGRI Pacitan ismokoanung@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

BERMAIN DAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI

BERMAIN DAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI BERMAIN DAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI Nurmayani Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR Isnanizar Tanjung Guru TK Al-Kausar Surel : tanjung.isnanizar@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 KOMPETENSI INTI Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat, dan minat anak usia dini KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI Ulfa 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia 1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan prasekolah tidak perlu disangsikan lagi. Baik para ahli maupun masyarakat umum lajimnya sudah mengakui akan betapa pentingnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN Donna Amelia Abstrak Kemampuan berhitung dari siswa kelas B di TK Samudera Satu Atap Pariaman masih rendah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B 1 RA. KUSUMA MULIA TURUS KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO 1 MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO ULIYATI*) ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah masih kurangnya tingkat motorik

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA MELALUI PERMAINAN BOWLING PINTAR DI PAUD KUSUMA MULIA SUGIHWARAS KEDIRI

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA MELALUI PERMAINAN BOWLING PINTAR DI PAUD KUSUMA MULIA SUGIHWARAS KEDIRI Artikel Skripsi MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA MELALUI PERMAINAN BOWLING PINTAR DI PAUD KUSUMA MULIA SUGIHWARAS KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN

PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar 8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah 2 Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah semakin berkurangnya daya kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pendidikan, baik pendidikan di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM K A R M I L A ABSTRAK Kemampuan membaca anak kelompok B1 di TK Aisyiyah Kubang Agam masih

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P Artikel Skripsi MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN TEKA TEKI SILANG PADA ANAK KELOMPOK B TK AL HIDAYAH FATHUL HUDA SEDURI KECAMATAN WONODADI KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE Desmayanti 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemandirian halus anak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN SITI LATIFATU NAILI RISLINA; ROSA IMANI KHAN Program Studi PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMBATIK DENGAN MEDIA LILIN PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA MANYARAN II MANYARAN KECAMATAN BANYAKAN KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) TK Pertiwi Wonosari Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA DADU PINTAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB AL-AMANAH KOTA KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan tuntutan, bantuan, dan pertolongan kepada peserta didik. Peserta didik atau siswa memiliki

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

Naskah Publikasi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TINJAU DARI KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DAN FREKWENSI BELAJAR PADA MAHASISWA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU Susy Lamaka 1 ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdiri beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai tahap usianya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6

Lebih terperinci

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI Oleh: Serli Marlina serlifipunp@gmail.com Universitas Negeri Padang Abstract Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

Lebih terperinci