BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Luka Operasi (ILO) Definisi dan Kriteria Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2015, infeksi luka operasi dibagi atas tiga jenis, yaitu: a. ILO Superfisial Infeksi dengan jenis superfisial terjadi dalam 30 hari setelah tindakan operasi dimana infeksi hanya meliputi kulit dan jaringan subkutan yang memiliki minimal satu dari kriteria dibawah : 1. Drainase purulen berasal dari insisi superfisial dengan atau tanpa konfirmasi laboratorium. 2. Organisme yang diisolasi dari kultur cairan asepsis berasal dari jaringan pada insisi superfisial. 3. Muncul salah satu dari gejala klinis berikut: nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan (insisi superfisial dibuka dengan sengaja oleh dokter bedah kecuali jika hasil kultur insisi adalah negatif). 4. Diagnosis mengenai ILO superfisial dikemukakan oleh dokter atau dokter bedah. b. ILO Insisi Dalam Infeksi dengan insisi dalam terjadi dalam 30 hari setelah tindakan operasi dengan kondisi tidak ada implan yang tertinggal, atau jika dalam satu tahun implan tidak diangkat dan infeksi yang muncul berkaitan dengan tindakan operasi meliputi jaringan lunak bagian dalam (contoh: otot, wajah) dari insisi dan memiliki minimal salah satu dari kriteria dibawah : 1. Drainase purulen berasal dari insisi dalam namun tidak dari komponen organ yang berkaitan dengan operasi. 2. Insisi dalam secara sengaja dilakukan oleh dokter bedah ketika pasien mengalami salah satu dari gejala klinis berikut: demam (>38 0 C), nyeri yang terlokalisir kecuali jika hasil kultur dari insisi adalah negatif.

2 5 3. Suatu abses atau bukti lain mengenai infeksi yang meliputi insisi dalam ditemukan ketika pemeriksaan langsung, saat pengerjaan operasi kembali, atau pada saat operasi histopatologi maupun pemeriksaan radiologi. 4. Diagnosis mengenai ILO insisi dalam ditegakkan oleh dokter atau dokter bedah. c. ILO Organ ILO organ terjadi dalam 30 setelah tindakan operasi dengan kondisi tidak adanya implan yang tertinggal, atau dalam jangka waktu satu tahun implan tidak diangkat namun gejala infeksi muncul berkaitan dengan tindakan operasi dan meliputi bagian anatomi (contoh: organ) namun tidak dari insisi yang dibuka selama tindakan operasi, dan memiliki minimal salah satu dari kriteria dibawah: 1. Drainase purulen berasal dari tempat dimana sebelumnya terdapat luka tusukan organ ketika tindakan operasi. 2. Organisme yang diisolasi dari kultur cairan asepsis berasal dari kelenjar di dalam organ. 3. Munculnya abses atau gejala infeksi lainnya yang meliputi organ, ditemukan saat pemeriksaan langsung, saat tindakan operasi kembali, atau saat operasi histopatologi maupun pemeriksaan radiologi. 4. Diagnosis mengenai ILO organ dikemukakan oleh dokter atau dokter bedah Etiologi Bakteri penyebab timbulnya ILO disimpulkan berdasarkan jenis operasinya sebagai berikut:

3 6 Tabel 2.1 Bakteri Penyebab ILO Berdasarkan Prosedur Operasi No. Prosedur Organisme ILO yang Dilaporkan 1 Apendiktomi Escherichia coli Klebsiella pneumonia Streptococci lainnya Bakteri anaerob 2 Kolesistektomi Escherichia coli Enterobater spp 3 Herniorrhaphy Staphylococci koagulase negatif 4 Operasi pada saluran empedu, hati dan pankreas Klebsiella pneumonia Escherichia coli 5 Operasi pada kolon Escherichia coli Bakteri anaerob Metichillin sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) Pseudomonas spp Staphylococci koagulase negatif Enterococcus spp Klebsiella spp 6 Operasi pada usus kecil Klebsiella pneumonia MSSA Coliform spp 7 Laparotomi Acinetobacter spp Bakteri anaerob Streptococci lainnya 8 Sistem integumen lainnya Proteus spp Enterococci spp Staphylococci koagulase negatif Escherichia coli 9 Endokrin Staphylococci koagulase negatif 10 Bedah digestif lainnya MSSA Sumber : (Wexford General Hospital, 2008) Coliform spp Enterococci spp

4 Jenis Luka Operasi Semakin terkontaminasi suatu luka operasi, maka kemungkinan untuk berlanjut menjadi ILO akan semakin besar, hal ini bisa dilihat dari salah satu penelitian pada pasien pascaoperasi di RS Universitas Aga Khan di Kota Nairobi, Kenya dimana insidensi ILO pada pasien dengan luka operasi bersih adalah 5.5%, meningkat pada pasien dengan luka operasi bersih terkontaminasi yaitu 8.8%, lalu pasien dengan luka operasi terkontaminasi 20%, dan insidensi terbanyak dengan persentase 29.9% yaitu pada pasien dengan luka kotor terinfeksi (Victor et al., 2013). Laporan lain mengenai angka terjadinya ILO menunjukan penderita ILO sebanyak 61.5% pada operasi dengan durasi lebih dari dua jam dan 38.5% penderita pada operasi kurang dari dua jam. Hal ini menunjukan adanya pengaruh durasi operasi terhadap kejadian ILO (Haryanti et al., 2013). Selain dari lamanya durasi operasi, semakin minimal invasi pada tindakan operasi akan semakin mengurangi terjadinya ILO dibandingkan dengan operasi terbuka (Pal dan Guhathakurta, 2012). Berikut adalah pengertian dari masing masing jenis luka operasi yang sudah disebutkan sebelumnya: a. Class I/Clean (Bersih) Luka operasi bersih adalah luka operasi yang tidak terinfeksi atau tidak ditemukannya suatu inflamasi pada sistem respirasi, sistem pencernaan, alat genital, maupun saluran kemih. Luka operasi bersih harus tertutup dan dilakukan drainase dengan drainase tertutup jika diperlukan. Luka insisi operasi yang dilakukan tanpa trauma penetrasi (tumpul) tergolong ke dalam kategori ini jika kriterianya sesuai (Mangram et al., 1999). b. Class II/Clean-Contaminated (Bersih-Terkontaminasi) Luka operasi bersih-terkontaminasi adalah luka operasi pada sistem respirasi, sistem pencernaan, alat genital, maupun saluran kemih yang terjadi secara direncanakan dan tanpa kontaminasi. Secara lebih spesifik, jenis dan teknik operasi yang dikerjakan berkaitan dengan saluran empedu, apendiks,

5 8 vagina, dan orofaring termasuk kedalam kategori luka operasi ini namun pada luka tidak ditemukan tanda infeksi (Mangram et al., 1999). c. Class III/Contaminated (Terkontaminasi) Luka operasi terkontaminasi adalah luka terbuka yang terjadi secara tidak direncanakan dan ditemukannya inflamasi nonpurulen pada tindakan operasi yang dimulai dengan teknik yang steril (Mangram et al., 1999). d. Class IV/Dirty-Infected (Kotor-Terinfeksi) Luka operasi kotor-terinfeksi adalah luka trauma tua dengan adanya kelemahan jaringan, dan luka pada operasi yang meliputi munculnya gejala infeksi maupun adanya perforasi organ internal. Definisi ini mengarahkan bahwa organisme yang menyebabkan infeksi luka operasi sudah ada pada area operasi sebelum tindakan operasi dimulai (Mangram et al., 1999). ILO Berdasarkan Luka Operasi Jumlah tindakan operasi Bersih Bersih terkontaminasi Luka operasi Terkontaminasi Kotor terinfeksi ILO (%) Jumlah tindakan operasi ILO (%) Gambar 2.1 Angka ILO berdasarkan kelas operasi (Wexford General Hospital, 2008) Menurut penelitian pada tahun 2008 di RSU Wexford, pada 324 prosedur operasi dengan luka operasi bersih, presentase terkecil diantara seluruh jenis luka operasi yaitu 2.2% prosedur operasi berujung dengan ILO. Sedangkan 4.3% kejadian ILO terjadi pada luka operasi bersih-terkontaminasi, 11.2% pada luka terkontaminasi, dan 15.6% pada luka kotor-terinfeksi. Distribusi kasus ini seperti

6 9 yang tertera pada gambar di atas memperjelas signifikansi angka kejadian ILO pada masing masing jenis luka operasi (Wexford General Hospital, 2008) Penatalaksanaan ILO Menurut Brooks dalam Amelia (2011) infeksi pada luka operasi menandakan infeksi yang timbul karena prosedur operasi dimana tindakan tersebut dilakukan di rumah sakit. Oleh karena itu, pada umumnya kuman penyebab infeksi ini banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik. Penanganan infeksi tidak harus menunggu hingga hasil kultur keluar. Pasien dapat diberikan antibiotik golongan betalaktam antara lain cephalosporin, cefoperazone (cefobid) IM/IV setiap 12 jam (Amelia, 2011) Pencegahan ILO Beberapa organisasi yang bergerak di bidang medis, salah satunya Surgical Care Improvement Project (SCIP) pada tahun 2003 melaporkan tentang pengurangan kejadian ILO seperti di bawah ini (tiga langkah pertama merupakan langkah terpenting dalam pencegahan): 1. Antibiotik profilaksis diberikan satu jam sebelum insisi operasi, atau dalam dua jam jika pasien sedang menerima pemberian vancomycin atau fluoroquinolones. 2. Pasien diberikan antibiotik profilaksis yang sesuai dengan prosedur yang spesifik. 3. Gula darah pascaoperasi terkontrol (200 mg/dl atau kurang) pada pasien operasi kardio. 4. Penyingkiran rambut pada area insisi operasi yang sesuai. 5. Pasien operasi colorectal harus dalam suhu badan normal pada 15 menit pasca operasi di luar ruangan operasi. (Salkind dan Kavitha, 2011)

7 10 Tabel 2.2 Profilaksis Antimikroba Sesuai Dengan Jenis Operasi Jenis Operasi Indikasi Jenis Obat Traktus gastrointestinal bagian atas Gastro-duodenal (risiko tinggi) : Hepato-Billiary System Laparoskopi Operasi kantung empedu Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) Apendiktomi - Obstruksi - Perdarahan - Ulkus lambung - Keganasan - H 2 Blocker - Proton pump inhibitor - Obesitas - Gastric Bypass - Endoskopi gastrotomi secara perkutan - Operasi esophagus dengan manipulasi faring Risiko tinggi - Usia>70 years - Kolesistitis akut/pankreatitis - Obstruksi jaundice - Batu empedu - Obesitas - Kolangiogram intraoperatif - Kebocoran cairan empedu - Kehamilan - Imunosupresi - Terdapat perangkat prostetik - Perubahan tindakan laparoskopi menjadi laparotomi - iv Cefuroxime 1.5g atau - iv Amoxicillinclavulanate 1.2g - iv Cefuroxime 1.5 g - iv Cefazolin 1g +/- Metronidazole 500mg - iv Cefuroxime 1.5g + iv Metronidazole 500 mg atau - iv Amoxicillinclavulanate 1.2 g Obstuksi bilier - po Ciprofloxacin mg 2 jam sebelum prosedur atau - iv Tacozin 4.5 g 1 jam sebelum operasi - iv Cefuroxime 1.5 g + iv Metronidazole 500mg atau - iv Amoxicillin-

8 11 clavulanate 1.2g Kolorektal Kebanyakan prosedur Parenteral memerlukan profilaksis parenteral atau oral - iv Cefuroxime 1.5g + iv Metronidazole 500mg atau - iv Amoxicillinclavulanate 1.2g Oral - po Neomycin dan Erythromycin base 1g 3x1, 1 hari sebelum operasi Sumber : (Scientific Committee on Infection Control and Infection Control Branch, Centre for Health Protection, Department of Health, 2009) Tujuan pemberian antibiotik profilaksis pada kasus pembedahan antara lain untuk menurunkan angka kejadian ILO, penurunan morbiditas dan mortalitas pascaoperasi, penghambatan munculnya flora normal resisten, dan meminimalkan biaya pelayanan kesehatan. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis diindikasikan terhadap jenis operasi bersih dan bersih-terkontaminasi (Permenkes, 2011). Pemberian antibiotik untuk profilaksis menurut Permenkes pada tahun 2011, yaitu berdasarkan: 1. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri pathogen terbanyak pada kasus yang bersangkutan. 2. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri. 3. Toksisitas rendah 4. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat anastesi. 5. Bersifat bakterisidal. 6. Harga terjangkau. Pemberian antibiotik menggunakan sefalosporin generasi I-II untuk profilaksis bedah, namun pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazole. Antibiotik sefalosporin generasi III-

9 12 IV, antibiotik golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak dianjurkan untuk profilaksis bedah (Permenkes, 2011). Antibiotik diberikan secara intravena dan diberikan 30 menit sebelum insisi kulit, idealnya diberikan pada saat induksi anastesi. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam (Permenkes, 2011). 2.2 Langkah-Langkah Identifikasi Bakteri ILO Pengambilan Spesimen Spesimen yang layak dan proses pengangkutan dan penyimpanan dari spesimen adalah bagian terpenting yang wajib diperhatikan, yaitu pada pengambilan spesimen di bawah: 1. Abses Ketika suatu abses ditemukan, dokter bedah dan dokter mikrobiolgi harus bekerjasama dalam penentuan hal yang harus dilakukan. Teknik dalam pengambilan pus dan bagian dari dinding abses dilakukan dalam prosedur operasi. Syringe dan jarum digunakan untuk mengaspirasi sebanyak mungkin material purulen yang dipindahkan secara asepsis ke kontainer steril. Jika kontainer tidak tersedia maka spesimen dibiarkan di dalam syringe dan segera dibawa ke laboratorium mikrobiolgi (Vandepitte et al., 2003). 2. Eksudat Akumulasi cairan yang tidak normal di dalam tubuh seperti pada rongga pleura, persendian, dan rongga peritoneum membutuhkan prosedur operatif untuk dilakukannya aspirasi material yang tarakumulasi ke dalam kontainer steril untuk segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi dan laboratorium sitology (Vandepitte et al., 2003) Evaluasi Makroskopik 1. Warna Pus memiliki macam warna seperti hijau-kuning hingga cokelat-merah. Warna merah menandakan adanya campuran dari darah ataupun haemoglobin. Aspirasi

10 13 dari abses liver memiliki konsistensi seperti agar-agar dan berwarna cokelat tua hingga cokelat-kekuningan. Pus pada ILO ataupun luka trauma bisa berwarna biru-hijau karena adanya pigmen pyocanin yang diproduksi oleh Pseudomonas aeruginosa (Vandepitte et al., 2003). 2. Konsistensi Konsistensi pada pus bervariasi, salah satunya seperti cairan keruh yang sangat tebal dan lengket. Eksudat yang diaspirasi dari persendian, rongga pleura, kantung prikardium, dan rongga abdomen pada umumnya adalah cair, dengan banyak kemungkinan adanya peralihan antara eksudat serius dan pus (Vandepitte et al., 2003). 3. Bau Bau yang pekat adalah salah satu karakteristik paling sering pada infeksi bakteri anaerob maupun bakteri aerob-anaerob. Hasil pengamatan bau pada spesimen sekaligus dengan hasil pemeriksaan gram-nya harus dilaporkan pada klinisi untuk membantu penentuan antimikroba yang tepat, juga membantu diperlukan atau tidaknya kultur anaerob (Vandepitte et al., 2003) Evaluasi Mikroskopik Evaluasi mikroskopik pada penelitian dengan menggunakan pewarnaan gram. Hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan ini menurut Vandepitte dan kawan-kawan pada tahun 2003 adalah : - Polymorphonuclear granulocytes (pus cells). - Kokus gram positif yang berkelompok (mengindikasikan staphylococci). - Kokus gram positif yang berantai (mengindikasikan streptococci atau enterococci). - Gram negatif berbentuk batang (Escherichia coli, Klebsiella, etc.), dan Enterobacteriaceae (Proteus, Serratia, etc.), batang tidak terfermentasi (Pseudomonas spp.), ataupun obligat anaerob (Bacteroides spp.). - Batang lebar gram positif dengan akhir persegi mengindikasikan Clostridium perfringens, yang merupakan agen dari gangrene, ataupun Bacillus antrachis, agen dari antraks.

11 14 - Bakteri pleomorphic campuran yang sangat berat termasuk Streptococci, batang gram positif dan gram negatif dari berbagai macam ukuran, termasuk batang fusiform; diindikasikan sebagai flora anaerobik campuran kultur. Ketika bakteri terlihat pada pemeriksaan mikroskopik, maka kultur yang tepat harus segera dilakukan. Terlepas dari hasil mikroskopis, seluruh spesimen dari pus maupun eksudat harus diinokulasi kedalam sedikitnya tiga media kultur yaitu: - Blood agar untuk isolasi staphylococci dan streptococci. - MacConkey agar untuk isolasi bakteri basil gram negatif. - Tabung kaldu yang dapat menyajikan medium dengan nutrisi yang cukup untuk bakteri aerob seperti thioglycollate atau media daging matang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu yang menjadi perhatian dunia dengan adanya globalisasi teknologi dan informasi adalah keselamatan pasien dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan jumlah rekam medik yang tercatat dengan kode tindakan operasi pada semua bagian periode bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi menjadi masalah utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Infeksi dapat terjadi pada pasien pasca bedah yang

Lebih terperinci

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015 POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015 Oleh : REVIN HIRA KHAIRINNISA 120100345 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Infeksi Luka Operasi Menurut kamus kedokteran Dorland (2012) infeksi merupakan masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

Lebih terperinci

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP)

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP) ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP) PENDAHULUAN Pemeriksaan penunjang dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan

Lebih terperinci

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian (Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian 30,4% (Wilar, 2010). Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berkenaan atau berasal dari rumah sakit, digunakan untuk infeksi yang tidak ada atau mengalami masa inkubasi sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klebsiella pneumonia Taksonomi dari Klebsiella pneumonia : Domain Phylum Class Ordo Family Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik-teknik operasi, penggunaan antibiotik dan anestesia yang semakin baik serta penemuan alat elektronik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resistensi antibiotik memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, setidaknya 2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi yang terjadi pada luka yang ditimbulkan oleh prosedur operasi invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1 IDO merupakan komplikasi pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jalan fecal-oral, seperti diare. Diare didefinisikan sebagai buang air

Lebih terperinci

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis yang invasif di Instalasi Perawatan Intensif merupakan salah satu faktor penting yang

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan penyakit infeksi ini dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5.00 4.60 4.00 3.50 3.50 2.00 1.00 1.50 Jan-17 Feb-17 Mar-17 TW I 2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 4,6 3,5 3,5 3,06 1,64 1,41 1,47 0,50 0,00

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Luka 1. Definisi Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan, PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT RS ADVENT MANADO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN No. Dokumen... No. Revisi... Ditetapkan, Halaman 1 dari 5 Kepala RS Advent Manado Tanggal Terbit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kesehatan yang utama adalah penyakit saluran nafas bawah, walaupun telah terjadi kemajuan yang pesat dalam kemampuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 7 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5 4.6 4.5.5.64.......6 Jan Feb Mar Apr May Jun SM I 6 SM I 7 Semester Target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan inflamasi di bagian sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi saluran kemih di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antibiotik merupakan suatu molekul yang memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik pertama ditemukan oleh Alexander Fleming

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Luka Operasi 2.1.1. Definisi Infeksi Luka Operasi Infeksi luka operasi adalah infeksi pada tempat didaerah luka setelah tindakan bedah. infeksi luka operasi dibagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA INFEKSI NOSOKOMIAL BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA INFEKSI NOSOKOMIAL 2.1 Definisi Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, penggunaan antibiotik profilaksis untuk infeksi luka operasi (ILO) pada pembedahan harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang. Enterobacter sp. ini sering menyebabkan infeksi saluran kemih, berhubungan erat dengan trauma dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi di lingkungan Rumah Sakit. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Multidrug-Resistant (MDR) didefinisikan sebagai organisme yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang dilakukan di Paris, didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala seperti gastroenteritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran saat ini terkait erat dengan kejadian-kejadian infeksi. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-data yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, insiden apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum INFEKSI NIFAS PRINSIP DASAR Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum PREDISPOSISI - Malnutrisi - Anemia - Higiene jelek - Persalinan macet / bermasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. diare. Infeksi enteric yang disebabkan oleh bakteri E.coli dapat terjadi pada usus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. diare. Infeksi enteric yang disebabkan oleh bakteri E.coli dapat terjadi pada usus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Escherihia coli merupakan mikrobiota normal dalam saluran intestinal. Sebagian besar dari E.coli merupakan bakteri komensal yang tidak berbahaya, tetapi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia karena menjadi penyebab kematian dan kecatatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif melalui pengamatan secara prospektif terhadap kejadian infeksi luka AV fistula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cholecystolithiasis merupakan pembentukan batu empedu yang berlokasi di kandung empedu. 1 Sekitar 10%-15% penduduk Amerika Serikat memiliki batu empedu. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi. Infeksi ini dapat menyebabkan ketidakmampuan fungsional, stress, penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme

Lebih terperinci

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang dikumpulkan oleh lebah dari tanaman, terutama dari bunga dan tunas daun (Mlagan et al, 1982 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur dental yang invasif sering diikuti dengan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan tidak semua dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci