Agus Gindo S., Erwansyah Lubis, Sudiyati, Budi Hari. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
|
|
- Widyawati Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DISTRIBUSI KONSENTRASI 137 Cs DALAM TANAH PERMUKAAN CALON TAPAK PLTN DI DAERAH LEMAHABANG Agus Gindo S., Erwansyah Lubis, Sudiyati, Budi Hari. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK DISTRIBUSI KONSENTRASI 137 Cs PADA TANAH PERMUKAAN CALON TAPAK PLTN DI DAERAH LEMAHABANG. Telah diteliti distribusi konsentrasi 137 Cs pada tanah permukaan di daerah calon tapak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Lemahabang. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada arah timur, barat dan selatan pada radius 1 km dan pada jarak 2 km sebelah Selatan dari calon tapak. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan base-line data. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata 137 Cs di daerah calon tapak berturut-turut adalah 0.69 ± 0.04 Bq/kg, 0.68 ± 0.03 Bq/kg, 0.68 ± 0.05 Bq/kg dan 0.67 ± 0.05 Bq/kg pada arah timur, barat dan selatan. Konsentrasi 137 Cs yang diperoleh dari daerah Lemahabang ternyata jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama yang diperoleh dari daerah Antartika dan Jepang. Hal ini memberikan informasi bahwa 137 Cs di daerah calon tapak PLTN Lemahabang umumnya berasal dari jatuhan (fall out). ABSTRACT THE DISTRIBUTION OF 137 Cs CONCENTRATION IN SURFACE SOIL AT NUCLEAR POWER PLANT (NPP) CANDIDATE SITE AT LEMAHABANG. The distribution of 137 Cs in surface soil at Lemahabang site was carried out. The soil samples was taken at the radius of 1 km from NPP candidate site, in the east, west and south direction. The samples also was taken at the distance of 2 km in the south direction. The objective of the investigation is to obtain base-line data of 137 Cs in surface soil. The results indicate that the 137 Cs concentrations in Lemahabang site are 0.69 ± 0.04 Bq/kg, 0.68 ± 0.03 Bq/kg, 0.68 ± 0.05 Bq/kg and 0.67 ± 0.05 Bq/kg on east, west and south directions respectively. The 137 Cs concentrations in Lemahabang are far below the concentration of the same radionuclide that found from in Antartica and Japan area. These results indicate that the 137 Cs in Lemahabang site mostly comes from fall-out. PENDAHULUAN Cesium (Cs) adalah logam dengan titik didih 28,5 o C dengan nomor atom 55 dan massanya 132,9, terdapat 35 isotop mulai dari 114 Cs hingga 148 Cs. Sebagian besar isotop Cs adalah isotop buatan yang dihasilkan melalui reaksi inti dan dari percobaan peledakan bom nuklir. Dalam terminologi radiation biology, 137 Cs merupakan isotop yang signifikan dihasilkan pada percobaan peledakan bom nuklir dan mempunyai waktu-paruh 30,2 tahun, sehingga dapat tinggal di lingkungan dalam waktu relatif lama [1]. Percobaan peledakan bom nuklir di atmosfer telah dimulai semenjak tahun 1945 hingga 1980, periode ini merupakan pembuangan zat radioaktif buatan manusia ke lingkungan yang terbesar. Percobaan peledakan bom nuklir ini semenjak tahun delapan puluhan telah dilarang, selanjutnya percobaan banyak dilakukan di bawah
2 permukaan tanah ataupun di bawah permukaan laut seperti yang terjadi di lautan Pasifik. Percobaan tunggal dengan kekuatan 1 megaton akan memberikan hasil fisi 131 I sebanyak 4200 PBq, 137 Cs sebanyak 5,9 PBq dan 90 Sr sebanyak 3,9 PBq dan berbagai jenis radionuklida lainnya. Seluruh percobaan peledakan bom nuklir di atmosfer yang pernah terjadi mencapai total daya 155 megaton [2]. Berdasarkan laporan United Nations Scientific Committee on the Efects of Atomic Radiation (UNSCEAR), radionuklida yang dihasilkan dari peledakan bom nuklir di atmosfer dan terdistribusi secara global adalah 137 Cs, 90 Sr dan 131 I masing-masing sebanyak 910 PBq, 600 PBq dan PBq. Radionuklida ini menyebar secara global hingga stratosfir, keberadaannya di stratosfir dapat mencapai 1-5 tahun dipengaruhi oleh garis lintang dan ketinggian peledakan. Pada gilirannya radionuklida ini akan terdeposisi dipermukaan bumi, dikenal sebagai jatuhan debu radioaktif (fall-out) [3]. Deposisi radionuklida yang ditimbulkan dari percobaan bom nuklir di atmosfer berpotensi meningkatkan residu radioaktif ataupun peningkatan paparan radiasi latar di lingkungan secara global. Peningkatan residu radioaktif di alam selain berasal dari fallout juga dapat berasal dari operasi dan kecelakaan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), olah-ulang bahan bakar nuklir dan pemanfaatan radioisotop di berbagai bidang kehidupan. Lepasan efluen radioaktif ke lingkungan dari pengoperasian reaktor dan instalasi daur ulang bahan bakar nuklir dan pengelolaan limbah radioaktif secara rutin bila dibandingkan terhadap percobaan bom nuklir atau pelepasan dari kecelakaan nuklir relatif kecil, karena jumlah radionuklida yang diperkenankan terlepas ke lingkungan dibatasi secara ketat dan dipantau secara kontinyu. Namun karena pelepasan yang terjadi berlangsung selama umur instalasi yang dapat mencapai tahun, pelepasan ini dapat menjadi signifikan. Kegiatan ini mempunyai potensi meningkatkan residu radionuklida secara lokal di sekitar instalasi nuklir [5]. Daerah Lemahabang di Semenanjung Muria merupakan calon lokasi pembangunan dan pengoperasian PLTN pertama di Indonesia. Data dan informasi mengenai residu radionuklida buatan yang terdapat dalam berbagai komponen ekosistem Lemahabang secara lokal mutlak diperlukan untuk penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Andal), dan pengumpulan base-line data untuk melihat adanya kecenderungan atau perubahan yang terjadi bila PLTN kelak telah beroperasi. Dalam makalah ini disampaikan hasil penelitian distribusi konsentrasi 137 Cs yang terdeposisi dalam tanah permukaan daerah calon lokasi PLTN di Lemahabang. 329
3 METODE Peralatan dan bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan seperti ; cangkul, sekop, gunting rumput, pisau, ember, kantong plastik, meteran, stiker label dan Geo Position Satellite (GPS). Peralatan persiapan contoh seperti; baki plastik, oven, ayakan ukuran 25 mesh, timbangan, beker marinelli 1 liter. Sedangkan peralatan cacah seperti : spektrometer gama yang dilengkapi dengan detektor Germanium kemurnian tinggi (HpGe) dan perangkat lunak Gamma Track untuk analisis jenis dan konsentrasi radionuklida. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pencacahan adalah Nitrogen cair dan sumber standar berupa matriks tanah yang mengandung 235 U, 137 Cs, 60 Co untuk kalibrasi energi dan efisiensi. TATA KERJA Lokasi Lokasi pengambilan contoh dipilih pada daerah yang terbuka dan datar, serta hanya ditanami oleh tanaman rumput-rumputan tidak terdapat pohon-pohon besar. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada radius 1 km dari calon tapak PLTN, masing-masing satu lokasi pada arah Timur, Barat dan Selatan, serta 1 lokasi pada arah Selatan yang jaraknya 2 km dari calon tapak. Koordinat Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (BT) lokasi pengambilan contoh ditentukan dengan menggunakan alat GPS, Pada Gambar 1 menunjukkan lokasi pengambilan contoh, masing-masing pada posisi LS. 06 o 26' 02,9'', BT. 110 o 47' 43,3'' ; LS. 06 o 26' 10,8'', BT. 118 o 47' 37,5'' ; LS 06 o 26' 12,7'', BT 110 o 47' 24,6'' dan LS 06 o 26' 28,8'', BT 110 o 47' 44,3''. Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh tanah di daerah Lemahabang 330
4 Pengambilan Contoh Tanah Permukaan Pengambilan contoh tanah permukaan dilakukan pada luasan 50 x 50 Cm hingga kedalaman 25 Cm, untuk tiap kedalaman 5 Cm tanah diambil dengan menggunakan sendok plastik secara hati-hati dan selanjutnya dimasukkan kedalam ember plastik volume 20 liter. Contoh tanah yang diperoleh dibersihkan dari akar-akar rumput, batu dan kerikil. Persiapan dan pencacahan contoh Contoh tanah untuk tiap kedalaman diambil sebanyak 5 kg dan dikeringkan di udara terbuka selama 2-3 hari dalam baki plastik. Contoh tanah selanjutnya dihaluskan dengan grinder (mortar guard) dan disaring dengan menggunakan saringan ukuran 25 mesh. Sebanyak 1 kg tanah yang telah disaring ditimbang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 o C hingga berat yang diperoleh tetap. Contoh tanah kering ini dimasukan kedalam beker marineli volume 1 liter, ditimbang dan selanjutnya dicacah dengan alat cacah spektrometer gama selama 24 jam [4]. Analisis 137 Cs Spektrum gama hasil pencacahan yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Gamma-Track untuk mendapatkan jenis maupun konsentrasi 137 Cs yang terdapat dalam contoh tanah [4]. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengukuran dengan GPS, lokasi 1 3 berada dalam radius 1 km dan lokasi-4 berada pada jarak 2 km dari calon tapak PLTN. Daerah di luar radius 2 km merupakan daerah sawah dan perkebunan penduduk sehingga tidak dilakukan pengambilan contoh tanah. Lokasi pengambilan contoh tanah merupakan daerah ladang, karena daerah yang tidak dijamah (undisturb soil) sulit di peroleh di daerah Lemahabang. Distribusi konsentrasi 137 Cs sebagai fungsi kedalaman pada tanah permukaan daerah Lemahabang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Tabel 1. Konsentrasi 137 Cs di tanah permukaan bergantung pada sifat adsorpsi dan pergerakan aliran air dalam tanah. Pergerakan air di dalam tanah ditentukan oleh intensitas curah hujan, ditribusi ukuran butiran dan porositas tanah. Sifat absorpsi ditentukan oleh perbandingan dan komposisi mineral tanah liat yang terkandung, senyawa organik, kapasitas pertukaran ion dan keasaman (ph) tanah. Parameter-parameter ini beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya. Distribusi vertikal 137 Cs di dalam undisturb soil adalah rendah kecuali pada tanah berpasir dan tanah laterite tropis. Rendahnya penetrasi/ distribusi 331
5 vertikal 137 Cs dalam tanah disebabkan oleh crystal lattices dari mineral tanah liat. Hal ini yang menyebabkan rendahnya pelindian 137 Cs masuk kedalam lapisan tanah lebih dalam, sehingga hanya terdapat dalam tanah permukaan dan akan diambil terbatas oleh akar tanaman [5,7,8]. Pada gambar 2 terlihat bahwa konsentrasi 137 Cs di 4 lokasi sampling sebagai fungsi kedalaman menunjukan adanya penurunan konsentrasi terhadap kedalaman, walaupun tidak menunjukan penurunan yang mencolok. Hal ini terjadi dikarenakan tanah permukaan di calon tapak PLTN telah dimanfaatkan/ mengalami pengolahan (disturb soil) dalam kegiatan pertanian, sehingga mempunyai kondisi fisika dan kimiawi yang relatif homogen hingga kedalaman 25 Cm Kedalaman (Cm) Gambar 2a. Distribusi konsentrasi 137 Cs dilokasi Kedalaman (Cm) Gambar 2 b.distribusi konsentrasi 137 Cs di lokasi-2 332
6 Kedalaman (Cm) Gambar 2c. Distribusi konsentrasi 137 Cs di lokasi Kedalaman (Cm) Gambar 2d. Distribusi konsentrasi 137 Cs di lokasi-4 Tabel 1. Konsentrasi 137 Cs Bq/kg (berat kering) pada tanah permukaan daerah Lemahabang, lokasi 1-4. Lokasi Kedalaman, Cm ,74 0,73 0,75 0, ,72 0,71 0,72 0, ,70 0,69 0,70 0, ,65 0,65 0,62 0, ,62 0,64 0,62 0,60 Rentang 0,62-0,74 0,64-0,73 0,62-0,75 0,60-0,74 Rerata 0,69 0,68 0,68 0,67 Deviasi standar ,03 0,05 0,05 Jenis tanah permukaan di daerah Lemahabang pada kedalaman 0-2 meter umumnya adalah tanah Tuff yang berwarna kemerahan dan bercampur dengan butiran 333
7 pasir halus, mempunai koefisien permeabilitas K = 1,0 x 10-4 m/detik dan keasaman pada ph. 5,5 ph. 6,6 [6]. Terlihat bahwa lapisan tanah ini selain tercampur dengan butiran pasir halus juga mempunyai koefisien permeabilitas yang moderat dan keasaman yang relatif netral, sehingga jenis tanah ini tidak mudah jenuh oleh air. Bila terjadi deposisi basah (wet deposition), air yang mengandung berbagai senyawa/ mineral akan mudah bermigrasi ke lapisan tanah yang lebih dalam, oleh karena itu konsentrasi 137 Cs sebagai fungsi kedalaman relatif tidak jauh berbeda. Umumnya 137 Cs akan terserap sangat kuat pada mineral-mineral lilit dan mika. Faktor lain yang menyebabkan lemahnya ikatan antara 137 Cs dengan partikel tanah karena adanya partikel organik. Partikel organik ini umumnya berada pada lapisan permukaan tanah. Pada Gambar 2 terlihat bahwa 137 Cs tidak terkonsentrasi pada lapisan 0 5 Cm atau 5 10 Cm saja. Hal in memberikan informasi bahwa jenis tanah di daerah calon tapak miskin dengan mineral-mineral lilit, sehingga 137 Cs akan terlindi kelapisan tanah yang lebih dalam dengan adanya air hujan. Konsentrasi 137 Cs di lokasi 1 s/d lokasi 4 berturut-turut adalah 0,69 ± 0,04 Bq/kg; 0,68 ± 0,03 Bq/kg, 0,68 ± 0,05 Bq/kg dan 0,67 ± 0,05 Bq/kg. Tingkat konsentrasi antara lokasi 1 s/d lokasi 4 tidak menunjukan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 90 %. Besaran konsentrasi 137 Cs yang relatif sama di sekitar calon tapak PLTN, hal ini akan memudahkan dalam perencanaan pemantauan lingkungan bila PLTN beroperasi. Perbandingan konsentrasi 137 Cs di calon tapak PLTN daerah Lemahabang dengan daerah Antartika dan Jepang sebagai negara industri nuklir, ditampilkan pada Gambar Calon PLTN Antartika Jepang Lokasi Gambar 3. Konsentrasi 137 Cs di daerah Lemahabang, Antartika dan Jepang 334
8 Daerah Antartika merupakan daerah yang tidak terdapat adanya kegiatan nuklir, sehingga 137 Cs yang terdapat di tanah permukaan daerah ini dapat diasumsikan hanya berasal dari fall-out saja. Konsentrasi 137 Cs di daerah Antartika adalah sebesar 1.40 ± 0.40 Bq/kg. Jepang merupakan negara industri nuklir dimana listrik dihasilkan dari PLTN mencapai 34,3 % [9] selain itu Jepang merupakan satu-satunya negara di dunia sebagai korban bom atom. Berdasarkan hasil penelitian tahun 1985, konsentrasi 137 Cs di tanah permukaan di Jepang mencapai ± 0.37 Bq/kg [4,6]. Konsentrasi 137 Cs yang terdapat di daerah Lemahabang bila dibandingkan dengan daerah Antartika dan di Jepang menunjukan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 % dimana konsentrasi 137 Cs pada tanah permukaan di daerah Lemahabang jauh lebih rendah dibanding daerah Antartika, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 137 Cs di calon tapak PLTN hanya berasal dari fall-out bukan berasal dari kegiatan lainnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, 1. Distribusi vertikal 137 Cs dalam tanah permukaan di daerah calon tapak PLTN hingga kedalaman 25 Cm dari permukaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini terjadi selain karena jenis tanah permukaan di sekitar calon tapak merupakan tanah pertanian (disturbing soil). Pengolahan tanah pada kegiatan pertanian telah menyebabkan kondisi tanah hingga kedalaman 25 Cm mempunyai komposisi fisika dan kimiawi yang relatif homogen. 2. Konsentrasi rata-rata 137 Cs di calon lokasi PLTN di daerah Lemahabang adalah 0.68 ± 0.04 Bq/kg. Bila dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama yang terdapat di daerah Antartika (1.40 ± 0.40 Bq/kg dan dengan di negara Jepang (16.55 ± 0.37) Bq/kg, menunjukkan konsentrasi 137 Cs di calon tapak PLTN hanya berasal dari fall-out bukan berasal dari kegiatan lainnya. DAFTAR PUSTAKA 1. ULI FIELITZ., Investigations on The Behavior of 137 Cs in Wild Boar and Other Bioproducts of Forests., Final Report Summary of the research project StSch 4324., BENNET B. G., Exposure from worldwide release of radionuclides., Proceedings of a Symosium on Environmental Impact of Radioactive Release, IAEA,Vienna, UNSCEAR, Ionizing Radiation : Sources and Biological Effects, New Tork, BATAN, Prosedur Analisis Contoh Radioaktivitas Lingkungan, Jakarta,
9 5. HASHIMOTO, T., MORIMOTO, T., IKEUCHI, Y., YOSHIMIZU, K., TORII, T. and KOMURA, K. Survey of Artificial Radionuclides in the Antartic, Proc. NIPR Symposium on Antartic Geosciences, No. 2, Tokyo, NEWJEC INC., Topical report on Geological and Geophysical Studies of the Semenanjung Lemahabang, Jakarta, NIRS-R., Radioactivity Survey Data in Japan. No. 106, ISSN , Japan, WALLING D. E., Use of 137 Cs and other fallout radionuclides in soil erosion investigations, : Progress, Problems and Properties, IAEA TECDOC 1028, Vienna, July IAEA Bulletin., Quarterly journal of the IAEA., Nuclear share of electicity generation, vol.44, Vienna,
DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA
DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA Cerdas Tarigan, Terima Ginting, Budi Hari, Sugeng Purnomo Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK DISTRIBUSI 90
Lebih terperinciPEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005
PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari, Wahyu P Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI
Lebih terperinciPenentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma
Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor
Lebih terperinciAKTIVITAS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN BANGKA SELATAN SEBAGAI BASE LINE DATA RADIONUKLIDA DI PERAIRAN INDONESIA
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 36-42 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose AKTIVITAS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN BANGKA SELATAN SEBAGAI BASE LINE DATA
Lebih terperinciPENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG
PENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 08522979 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012 Untara, Ritayanti, Budihari HP., Sri Susilah, A. Yuniarto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan
Lebih terperinciKAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000
KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 Moch Romli, M.Muhyidin Farid, Syahrir Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Gedung 50 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310
Lebih terperinciKESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI
KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk pengukuran radionuklida alam dalam sampel adalah yang sesuai dengan standar acuan IAEA (International Atomic
Lebih terperinciPEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH
PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH Heni Susiati *) dan Pande Made Udiyani **) ABSTRAK PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG
Lebih terperinciKajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs
Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Evi Setiawati Laboraturium Fisika Atom & Nuklir Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan penelitian transfer 134 Cs dari
Lebih terperinciANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciPEMANTAUAN LlNGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2006
Hasil Penefitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 fssn 0852-2979 PEMANTAUAN LlNGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2006 Untara, Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati,
Lebih terperinciStudi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 35-39 Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Evi Setiawati 1, Idam Arif 2, Poppy Intan T. 3 1. Laboratorium Fisika
Lebih terperinci(Kurnia Anzhar dan Yarianto SBS)'
Po/a Angin Laut dan Angin Darat di Daerah Ujung Lemah Abang, Semenanjung Muria (Kumia Anzhar dan Yarianto SBS.) POLA ANGIN LAUT DAN AN GIN DARAT DI DAERAH UJUNG LEMAHABANG, SEMENANJUNG MURIA (Kurnia Anzhar
Lebih terperinciANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah
Lebih terperinciKAJIAN Pb-210 DALAM BIOTA, AIR DAN SEDIMEN LAUT SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG
ISSN 0216 3128 Rosidi, dkk. 94 KAJIAN Pb-210 DALAM BIOTA, AIR DAN SEDIMEN LAUT SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG Rosidi dan Sukirno P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN Pb-210 DALAM BIOTA, AIR DAN SEDIMEN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai
Lebih terperinciPROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210
ARTIKEL PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210 ABSTRAK Arief Goeritno Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA
Lebih terperinciOPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA NOVIARTY, DIAN ANGGRAINI, ROSIKA, DARMA ADIANTORO Pranata Nuklir Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Abstrak OPTIMASI
Lebih terperinciPENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)
PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) SISWANTI, GEDE SUTRENA W Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010
Lebih terperinciPENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
ISSN 1979-2409 Pengukuran Aktivitas Isotop 152 Eu Dalam Sampel Uji Profisiensi Menggunakan Spektrometer Gamma (Noviarty) PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK
Lebih terperinciOleh: SITI SAODAH
ANALISIS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN KEPULAUAN KARIMUNJAWA SEBAGAI STUDI RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEKITAR WILAYAH RENCANA PEMBANGUNAN PLTN SEMENANJUNG MURIA Oleh: SITI SAODAH 260 202 101 410 19 Skripsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana
Lebih terperinciJurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007
PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun ISSN 0852-2979 ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Lebih terperinciUniversitas Pakuan Bogor, November ANALISIS 137 Cs DALAM AIR LAUT JEPARA DENGAN PENGKOMPLEKS KALIUM HEKSASIANOFERAT [II]
Universitas Pakuan Bogor, November 2014 ANALISIS 17 Cs DALAM AIR LAUT JEPARA DENGAN PENGKOMPLEKS KALIUM HEKSASIANOFERAT [II] Ahmad Hidayat S (1), Sutanto (2), Asep Setiawan (2) Ahahidamura@gmail.com,,
Lebih terperinciUPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA
UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER
Lebih terperinciEVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL
ISSN 0216 3128 75 EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL P3TM BATAN ABSTRAK EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI
Lebih terperinciJurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN
Lebih terperinciTANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami selama 35 tahun dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi
Lebih terperinciKONSEP DESAIN LABORATORIUM RADIOEKOLOGI KELAUTAN SEMENANJUNG MURIA DAN BANGKA BELITUNG
KONSEP DESAIN LABORATORIUM RADIOEKOLOGI KELAUTAN SEMENANJUNG MURIA DAN BANGKA BELITUNG ABSTRAK Nurokhim, Erwansyah Lubis Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN KONSEP DESAIN LABORATORIUM RADIOEKOLOGI
Lebih terperinciPENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK
ISSN 0852-4777 Penggunaan Sinar-X Karakteristik U-Ka2 dan Th-Ka1 Pada Analisis Komposisi Isotopik Uranium Secara Tidak Merusak (Yusuf Nampira) PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan
Lebih terperinciPolusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat
Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
Lebih terperinciPENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG)
PENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG) Arif Yuniarto 1, Gabriel Soedarmini Boedi Andari 2, Syahrir 1 1. Pusat Pendayagunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nuklir merupakan suatu energi yang memiliki banyak manfaat sekaligus bahaya dalam pengembangannya. Dikutip dari kompas.com Ken Buessler mengevaluasi data level caesium
Lebih terperinciEVALUASI DAMPAK RADIOAKTIVITAS UDARA DI YOGYAKARTA PASCA KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA JEPANG
EVALUASI DAMPAK RADIOAKTIVITAS UDARA DI YOGYAKARTA PASCA KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA JEPANG A.Aris Munandar, Siswanti BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK EVALUASI DAMPAK
Lebih terperinciPE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY
PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY Sudiyati*, Unggul Hartoyo**, ugraha Luhur**, Syahrir* *Pusat Teknologi Limbah Radioaktif- BATAN ** Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN ABSTRAK PE E TUA SOURCE-TERM
Lebih terperinciPRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI
PRODUKSI RADIOISOTOP NANIK DWI NURHAYATI,M.SI nanikdn@uns.ac.id Suatu unsur disebut radioisotop atau isotop radioaktif jika unsur itu dapat memancarkan radiasi. Dikenal dengan istilah radionuklida. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN
Lebih terperinciPENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi
Lebih terperinciPENGUKURAN TEBAL KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PADA PERMUKAAN TANAH SECARA IN SITU MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL
Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 9, No.4, Oktober 006, hal 197-01 PENGUKURAN TEBAL KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PADA PERMUKAAN TANAH SECARA IN SITU MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL Wijianto 1,
Lebih terperinciOPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN
ARTIKEL OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN R. Suminar Tedjasari, Ruminta G, Tri Bambang L, Yanni Andriani Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK OPTIMASI ALAT CACAH
Lebih terperinciPENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS
PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS Iswantoro, Muljono, Sihono, Sutanto W.W. Suhardi -BATAN Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN
PERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Puspiptek Gd-80, Email: pmade-u@batan.go.id Masuk:
Lebih terperinciPEMANT AUAN RADIOEKOLOGI KELAUT AN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2006
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tall/In 2006 ISSN 0852-2979 PEMANT AUAN RADIOEKOLOGI KELAUT AN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2006 Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari, Wahyu
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.)
PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.) Eem Rukmini dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan batubara sebagai sumber energi pada unit tabung pembakaran (boiler) pada industri akhir-akhir ini menjadi pilihan yang paling diminati oleh para pengusaha
Lebih terperinciMETODA CEPAT UNTUK PENENTUAN CESIUM-137 DALAM AIR LAUT
ARTIKEL ABSTRAK METODA CEPAT UNTUK PENENTUAN CESIUM-137 DALAM AIR LAUT Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN METODA CEPAT UNTUK PENENTUAN CESIUM-137 DALAM AIR LAUT. Telah dilakukan
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciEVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 ABSTRAK Endang Sukesi, Sudaryati, Budi Prayitno Pusat
Lebih terperinciMELALUI PERSENTASE ORGANIK KARBON. Barokah Aliyanta
MODEL ESTIMASI AKTIVITAS Cs-137 DALAM CONTOH TANAH MELALUI PERSENTASE ORGANIK KARBON DAN DEBU-LIAT (Barokah Aliyanta) MODEL ESTIMASI AKTIVITAS Cs-137 DALAM CONTOH TANAH MELALUI PERSENTASE ORGANIK KARBON
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,
Lebih terperinciadukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciPENENTUAN DOSIS RADIASI GAMMA TERESTRIAL DENGAN TEKNIK SPEKTROSKOPI GAMMA DAN MONTE CARLO
Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 PENENTUAN DOSIS RADIASI GAMMA TERESTRIAL DENGAN TEKNIK SPEKTROSKOPI GAMMA DAN MONTE CARLO Rasito 1, R.H. Oetami, Zulfakhri, Tri Cahyo L.,
Lebih terperinciPENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN
Lebih terperinciCONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN SPESIFIK TAPAK
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG
PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG Agus Gindo S., Arif Y., I Putu Susilah * Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN * Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN
Lebih terperinciSOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011
SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen
Lebih terperinciGAMMA RADIOACTIVITY ON DEEP GROUND IN REACTOR TRIGA 2000 BATAN BANDUNG
ABSTRACT GAMMA RADIOACTIVITY ON DEEP GROUND IN REACTOR TRIGA 2000 BATAN BANDUNG Name : Sandi Sudrajat NIM : 1209703035 Study Program : Physics Supervisor 1 : Dr. Poppy Intan Tjahaja, M.Sc Supervisor 2
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinciDISTRIBUSI Sr-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG MURIA
100 DISTRIBUSI Sr-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG MURIA Herry Poernomo, Rahardjo dan Tri Suyatno P3TM BATAN ABSTRAK DISTRIBUSI SR-90 PADA ADSORPSI KESETIMBANGAN DALAM TANAH SEMENANJUNG
Lebih terperinciVALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA
ISSN 1979-2409 Validasi Metoda Analisis Isotop U-233 Dalam Standar CRM Menggunakan Spektrometer Alfa ( Noviarty, Yanlinastuti ) VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT
PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,
Lebih terperinciANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA
Elin Nuraini, dkk. ISSN 0216-3128 383 ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA Elin Nuraini, Sunardi, Bambang Irianto PTAPB-BATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,
Lebih terperinciIRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT
86 IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT Rohadi Awaludin, Abidin, dan Sriyono Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kawasan Puspiptek
Lebih terperinciRINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya
RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciSIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Rini Heroe Oetami, dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari
Lebih terperinciPEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012
PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012 ABSTRAK Tri Bambang L Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL
Lebih terperinciKADAR 226 Ra, 232 Th, DAN 40 K DALAM TANAH DAN AIR DI TAMBANG EMAS BAWAH TANAH
Sutarman, dkk. ISSN 0216 3128 157 KADAR 226 Ra, Th, DAN 40 K DALAM TANAH DAN AIR DI TAMBANG EMAS BAWAH TANAH Sutarman, Wahyudi, R. Buchari dan Asep Warsona P3KRBiN BATAN ABSTRAK KADAR 226 Ra, Th, DAN 40
Lebih terperinciPENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp)
PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari no 71, Bandung, 40132
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI
PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK DI PERAIRAN SELAT MAKASAR
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 10 Nomor 2 Desember 2007 (Volume 10, Number 2, December, 2007) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive
Lebih terperinciPELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI
PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta
Lebih terperinciOleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS
Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
Lebih terperinciBAB II TI JAUA PUSTAKA
BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciKARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO
KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO Rasito, Zulfahri, S. Sofyan, F. Fitriah, Widanda*) ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER
Lebih terperinciPERBANDINGAN PROFIL DISTRIBUSI VERTIKAL 137Cs DI LAPISAN TANAH HASIL PENGUKURAN TERHADAP SIMULASI
89 PERBANDINGAN PROFIL DISTRIBUSI VERTIKAL 137Cs DI LAPISAN TANAH HASIL PENGUKURAN TERHADAP SIMULASI Nita Suhartini Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta 12070, Indonesia E-mail:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul
Lebih terperinciAKTIVITAS RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK 137 CS DI PERAIRAN SEMARANG BERDASARKAN SIRKULASI ARUS GLOBAL
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 73-78 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose AKTIVITAS RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK 137 CS DI PERAIRAN SEMARANG BERDASARKAN SIRKULASI
Lebih terperinciPusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu
Lebih terperincipekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi
DEFINISI Penghalang (barrier). Suatu penghalang fisik yang mencegah atau menunda pergerakan (misalnya migrasi) radionuklida atau bahan lain diantara komponenkomponen dalam sistem. Penghalang, ganda (barrier,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciB.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr.
B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr. June Mellawati, M.Si Dra. Heni Susiati, M.Si Ir. Hadi Suntoko
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BY PASS KOTA PADANG DENGAN METODE SUSEPTIBILITAS MAGNET
IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BY PASS KOTA PADANG DENGAN METODE SUSEPTIBILITAS MAGNET Dwi Puryanti, Rizka Pramita Sari Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinci