BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan yang penting, karena mempertemukan penjual dan pembeli. Pembeli membutuhkan komoditas untuk memenuhi kebutuhannya dan penjual membutuhkan pembeli agar mereka juga mendapatkan keuntungan dari komoditas yang dijual (Batu, 1990: 4). Definisi pasar secara umum sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk berjual beli terutama yang berhubungan dengan kebutuhan hidup seharihari. Pasar dapat diartikan juga sebagai suatu ruang terbuka yang berisi barangbarang pajangan untuk dijual atau dapat juga disebut sebagai kompleks tempat barang-barang kebutuhan yang mudah didapatkan atau dijual (Jatmiko, 1999: 14). Dalam skala kecil pasar berfungsi sebagai tempat bertemunya antara penjual dengan pembeli untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing baik untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun dalam bidang jasa (Batu, 1990: 4). Ditinjau dari sistem perdagangannya, pasar sebagai wadah perdagangan terbagi menjadi dua, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan suatu wadah perdagangan yang aktivitas perdagangannya masih menyertakan komponen perdagangan secara langsung, yaitu adanya barang, pembeli dan penjual di suatu tempat (Sutiyani, 2003: 4). Adapun pasar modern merupakan wadah atau tempat suatu aktivitas perdagangan yang tidak 1

2 2 mengharuskan adanya elemen-elemen aktivitas perdagangan tersebut (Sutiyani, 2003: 4). Dalam suatu kota, pasar merupakan tanda pengenal kota yang juga berperan sebagai daya tarik terhadap orang-orang untuk datang berkunjung (Sumintarsih, 2011: 20). Dalam pelaksanaan pemerintahan masa lalu, keberadaan pasar sangat penting karena dapat menjadi identitas sebuah wilayah dan juga sebagai sumber pemasukan bagi penguasa setempat (Poesponegoro, 1990: 30). Peranan pasar juga dapat dilihat sebagai pusat kebudayaan. Di dalam pasar, proses sosial budaya terjadi akibat kontak nilai-nilai dan barang. Oleh karena itu pasar pada masyarakat di samping berperan sebagai pusat ekonomi sekaligus sebagai pusat kebudayaan. Sebagai pusat ekonomi, pasar melancarkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi, sedangkan sebagai pusat kebudayaan, pasar menjadi sumber informasi bagi masyarakat sekitarnya (Batu, 1990: 4). Pasar selain sebagai tempat bertemu pembeli dan penjual, atau antar pembeli, atau antar penjual, pasar juga sebagai tempat untuk melakukan interaksi sosial. Di pasar mereka saling memberitahu aktivitas sosial, misalnya perkawinan, upacara adat, maupun aktivitas lainnya termasuk mencari jodoh (Nayati, 2005). Peranan pasar yang dilihat dari pusat kegiatan ekonomi yaitu perubahanperubahan yang terjadi di bidang produksi, konsumsi maupun distribusi (Batu, 1990: 5). Perubahan bukan hanya dalam waktu yang pendek, namun juga dapat membantu menengarai perubahan konsumsi masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini juga karena pasar dapat disebut sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003: 53). Sistem pasar disini adalah segala sesuatu yang berkaitan dan

3 3 berhubungan satu sama lain yang berada di dalam pasar dalam wilayah yang kecil, sedang maupun luas; serta dalam jangka waktu yang pendek, menengah maupun panjang. Pasar sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan dari komponenkomponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung komponennya secara keseluruhan. Dengan demikian maka sistem pasar tampak sebagai suatu kesatuan yang koheren, sehingga terjadi saling ketergantungan atau interdependensi diantara masing-masing komponen pasar tersebut (Nastiti, 2003: 53). Pasar merupakan pranata penting dalam kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat sejak dulu. Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat. Tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri, atau sebaliknya kelebihan dari hasil produksinya perlu tempat atau sarana untuk menyalurkannya. Pemenuhan kebutuhan untuk mendapatkan barang dengan cara menukar atau membeli, kemudian mendorong timbulnya sebuah arena perdagangan yang disebut dengan pasar (Sumintarsih, 2011: 18). Salah satu pasar tradisional yang terdapat di Pulau Nusa Tenggara Timur, terdapat di wilayah Kerajaan Amarasi di Baun. Pasar tersebut dijadikan sebagai sarana pemenuh kebutuhan hidup bagi masyarakat Kerajaan Amarasi, yang saat ini secara administratif telah berubah menjadi Kecamatan Amarasi. Pasar ini dahulu merupakan wilayah Kerajaan Amarasi. Kerajaan Amarasi merupakan salah satu kerajaan di Nusa Tenggara Timur, dari banyaknya kerajaan seperti Kerajaan Biboki, Insana, Amanatun, Amanuban dan Wehali (Parera, 1994: 176). Menurut sejarah, Kerajaan Amarasi ada sejak tahun 1643 dan beribu kota di Buraen, dan

4 4 menjadi tempat persembunyian Kerajaan Taebenu dan selama 18 tahun Kerajaan Taebenu menetap di Amarasi (Hagerdal, 2012: 102). Kerajaan Amarasi diperintah oleh raja yang pertama yakni Raja Ishak Koroh (Parera, 1994: 176). Namun mulai tahun 1960-an Kerajaan Amarasi beribu kota di Baun, raja yang memerintah adalah Viktor Koroh. Saat ini Kerajaan Amarasi secara de jure sudah tidak ada, namun secara de facto, kerajaan ini masih kuat keberadaannya. Saat ini Kerajaan Amarasi secara administratif telah menjadi sebuah kecamatan, yaitu Kecamatan Amarasi. Kecamatan tersebut menjadi salah satu kecamatan dari bagian Kabupaten Kupang dengan Ibukota di Baun. Namun secara adat, di Kecamatan Amarasi ini, Raja Amarasi atau yang disebut dengan Usif masih memiliki pengaruh yang kuat. Dengan kata lain camat yang memimpin Kecamatan Amarasi pun patuh terhadap Usif Amarasi, terutama dalam urusan adat. Usif saat ini adalah Usif ke-21 yang memimpin Kerajaan Amarasi yaitu Usif Robbert Koroh. Setiap kerajaan memiliki pola tertentu. Dilihat dari Kerajaan Amarasi yang sudah lama ada sejak tahun 1643 dengan Ibu Kota di Buraen (Hagerdal, 2012: 102). Kerajaan Amarasi memiliki istana, pasar, pemukiman masyarakat, fasilitas keagamaan, dan kuburan/makam. Pasar merupakan aspek yang selalu ada dalam tata letak suatu wilayah/kerajaan. Demikian halnya dengan pasar yang berada di Kecamatan Amarasi saat ini, yaitu pasar (bekas) Kerajaan Amarasi yang ada di Baun. Pasar Amarasi ini merupakan pasar kerajaan yang menjadi sarana pemenuh kebutuhan hidup bagi masyarakat Amarasi. Pasar Kerajaan Amarasi ini hingga sekarang

5 5 masih digunakan. Pasar ini merupakan jenis pasar tradisional, sehingga pasar ini tidak buka setiap hari, tetapi hanya buka seminggu satu kali pada hari Sabtu. Menurut informasi yang didapatkan, dari dahulu hingga sekarang hari pasaran dan lokasi pasar tidak berubah. (Sumber : Wawancara Usif Kerajaan Amarasi, Robbert Koroh tanggal 18 Mei 2013, WITA) Walaupun lokasinya tetap, tetapi pasar ini sudah diperluas dan ada tambahan bangunan permanen. Jenis komoditas yang dijual beragam seperti pasar-pasar yang ada di Nusa Tenggara Timur. Keberagaman komoditas tersebut juga mendapat pengaruh dari kebutuhan masyarakat atau pembeli yang mulai beragam, menyesuaikan dengan kebutuhan uang saat ini. Saat ini data sejarah Amarasi hanya berupa pemerintahan raja-rajanya saja (Parera, 1994: 175). Kehidupan masyarakat Amarasi jarang diungkapkan. Untuk itu penelitian tentang pasar di Amarasi penting untuk merekonstruksi aktivitas perdagangan masa lalu di Pasar Amarasi yang terletak di Baun Permasalahan Berhubungan dengan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana pasar Kerajaan Amarasi di Baun pada tahun 1960? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui pasar sebagai pusat perekonomian dalam suatu wilayah Kerajaan Amarasi. Selanjutnya dari penelitian ini peneliti ingin

6 6 mengetahui Pasar Tradisional Baun Amarasi, serta merekonstruksi aktivitas perdagangan masa lalu di Pasar Baun, bekas pasar kerajaan Amarasi. Penelitian terhadap Pasar di Baun, penting dilakukan untuk merekonstruksi aktivitas perdagangan Pasar Baun Amarasi pada tahun 1960 dengan melihat aktivitas Pasar Amarasi pada masa kini (tahun 2013). Rekonstruksi Pasar Amarasi ini penting untuk dilakukan karena melihat bahwa pasar ini sudah ada sejak lama. Selain itu pada Pasar Amarasi ini tidak banyak yang berubah, terutama hari pasaran yang masih sama sejak dahulu dan lokasi yang tidak berubah dari dulu hingga saat ini. Penelitian Pasar Amarasi penting dilakukan bagi Ilmu Arkeologi, karena dengan melihat aktivitas pasar ini maka dapat digunakan dan membantu dalam menjawab paradigma arkeologi dengan merekonstruksi aktivitas perdagangan pada tahun 1960 di Pasar Baun Amarasi. Upaya yang dilakukan untuk merekonstruksi tersebut dapat dilihat melalui studi etnoarkeologi, yakni dengan menggunakan data etnografi mengenai pasar Baun Amarasi yang digunakan untuk merekonstruksi aktivitas pasar Baun pada tahun Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibedakan atas ruang lingkup kajian dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup kajian meliputi aktivitas perdagangan di Pasar Baun Amarasi. Ruang lingkup wilayah penelitian meliputi wilayah Baun, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

7 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja untuk memperoleh dan mengelola objek pada suatu penelitian. Sifat penelitian ini adalah eksploratif dengan penalaran induktif, yaitu dengan mencari data tentang aktivitas pasar Baun di Kerajaan Amarasi. Metode penalaran ini diawali dengan pengumpulan data atau deskripsi data. Data tersebut kemudian dianalisis dan akhirnya ditarik kesimpulan. Selain itu, dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan etnoarkeologi yaitu merekonstruksi aktivitas pasar Baun Amarasi pada tahun Pengertian Etnoarkeologi dalam studi ini menjelaskan peristiwa masa lampau, yaitu mengenai aktivitas perdagangan yang ada di Pasar Baun Amarasi dengan menggunakan data etnografi, yaitu pengamatan terhadap perilaku yang masih berlangsung sehingga tidak ada lagi kesenjangan antara data arkeologi yang ditemukan dengan pola tingkah laku yang menyebabkannya (Tanudirjo, 1989: 34). Ada beberapa pengertian untuk etnoarkeologi menurut beberapa ahli, Etnoarkeologi adalah Ilmu yang mempelajari aspek-aspek tingkah laku sosio kultural masa kini dari perspektif arkeologi (Kramer, 1979: 1). Kemudian dijabarkan dalam penggunaan analogi secara teoritis yang dihasilkan dari observasi masa kini untuk membantu dalam interpretasi tentang proses dan kejadian masa lalu (Kramer, 1979: 2). Pendekatan yang mencoba untuk menentukan bagaimana tingkah laku yang nampak dapat dipantulkan di dalam peninggalan yang dapat ditemukan oleh arkeolog (Kramer, 1979: 2). Seperti halnya seorang arkeolog berbalik untuk mempelajari evolusi budaya dan

8 8 rekonstruksi perilaku manusia dan lingkungan masa lalu, mereka menyadari bahwa refleksi yang masuk akal pada pengalaman mereka sendiri dan pada kekayaan informasi sejarah dan etnografi pada masyarakat (Kramer, 1979: 1). Kemudian pendapat ahli lainnya menurut Colin dan Paul Bahn (1991), Etnoarkeologi adalah studi yang mencakup penggunaan maupun makna artefak, bangunan, dan struktur-struktur masa kini dalam suatu masyarakat yang masih hidup, dan bagaimana barang-barang itu tergabung dalam catatan arkeologi. Terdapat pula pengertian Etnoarkeologi menurut Mundardjito (1981), adalah cabang disiplin arkeologi yang berusaha mempelajari dan menggunakan etnografi untuk menangani masalah-masalah arkeologi. Hakekat dari etnoarkeologi sendiri adalah studi masa kini untuk melihat masa lalu. Dari data etnografi Pasar Baun Amarasi yang didapatkan, maka etnoarkeologi digunakan sebagai cara untuk menjawab semua persoalan yang berkaitan dengan pemikiran arkeologi dan perspektif arkeologi. Data etnografi mengenai pasar Amarasi yakni mengenai aktivitas masa lalu apa saja yang ada di pasar Baun Amarasi pada tahun 1960, dimana aktivitas tersebut berupa aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Untuk itu, pendekatan etnoarkeologi ini juga akan digunakan untuk dapat merekonstruksi aktivitas pasar Baun Amarasi pada masa lalu (1960). Data-data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan itu adalah data-data observasi lapangan serta wawancara terhadap sasaran penelitian dan studi literatur. Untuk membahas permasalahan yang diajukan dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

9 Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui Observasi / Pengamatan langsung di lapangan dan Studi Pustaka. a. Observasi Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan Observasi langsung yang dilakukan terhadap objek di lapangan yang bertujuan untuk merekam sebanyak mungkin data di pasar dan lingkungan yang ada di sekitar Pasar Baun Amarasi. Dari observasi yang dilakukan didapatkan, berupa barang-barang komoditas apa saja yang dijual saat hari pasaran berlangsung, adanya transaksi penjualan gelang-gelang atau barang adat yang dilakukan sesuai permintaan dan kesepakatan, adanya pembeli dan penjual yang masih mengenakan pakaian tradisional atau adat dan ada pula yang sudah mengenakan pakaian modern, serta bahasa yang digunakan terdapat Bahasa Indonesia maupun Bahasa Lokal. Observasi yang dilakukan juga dengan melihat, mencatat dan mendokumentasikan artefak yang dimiliki oleh Usif Amarasi seperti ikat pinggang, wadah sirih pinang, dan manik-manik serta adapula perlengkapan acara adat. Artefak atau barang tersebut didapat dari adanya pertukaran barang lokal yang ditukarkan dengan komoditas non lokal, sehingga muncul adanya barangbarang Kerajaan Amarasi tersebut. Observasi dilakukan saat hari pasaran berlangsung yakni pada Hari Sabtu dan Hari Minggu ketika kondisi pasar sedang tidak ada aktivitas perdagangan di

10 10 dalamnya. Observasi terhadap Pasar Baun Amarasi ini dibantu oleh 7 orang peneliti 1 termasuk penulis yang terjun langsung mengamati kondisi dan aktivitas perdagangan di Pasar Baun Amarasi. b. Studi Pustaka Studi Pustaka dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan tema penelitian yang akan dikaji. Sumber tentang Kerajaan Amarasi serta pasar di Amarasi diperlukan untuk dapat memberikan informasi tentang aktivitas kehidupan masa lalu Amarasi, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan analisis untuk menjawab mengenai permasalahan penelitian. c. Wawancara Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang ada dan mendapatkan keterangan yang tidak terdapat dalam pustaka atau tidak tampak pada data lapangan. Wawancara dilakukan dengan narasumber yang mengetahui permasalahan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Wawancara akan dilakukan dengan metode snowball, yaitu peneliti akan mengajukan pertanyaan kepada narasumber secara tanya-jawab dan tidak 1 Merupakan penelitian payung dengan Tema Karakteristik Perdagangan Kayu Cendana Timor Sebelum Abad 19 : Upaya Untuk Menjadikan Kembali Kayu Cendana Sebagai Komoditas Dunia. Peneliti tersebut yakni Dr. Widya Nayati, M.A., Jujun Kurniawan, S.S. M.A., Wachid Azis, Sekar Mirah Satriani, Sinta Akhirian,S.S. dan Cipta Giyanto, S.S. Penelitian ini merupakan penelitian Hibah FIB UGM Tahun 2013.

11 11 menggunakan kuesioner, sehingga narasumber akan menjawab pertanyaan tersebut dengan uraian, dan pertanyaan akan bergulir sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh narasumber. Narasumber yang diwawancarai adalah narasumber yang paham dengan pasar, komoditas, sejarah Kerajaan Amarasi, sejarah pasar, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Wawancara diajukan terhadap narasumber yang mengetahui tentang sejarah dari Kerajaan Amarasi dan sejarah Pasar Amarasi, maupun aktivitas perdagangan yang ada di Pasar ini. Narasumber yang diwawancarai adalah orangorang tua, pejabat kerajaan, pejabat kecamatan yang mengerti dan paham terhadap Sejarah Kerajaan Amarasi dan pasar Baun Amarasi yang menjadi bagian penting bagi kerajaan tersebut. Narasumber yang diwawancarai diantaranya adalah Usif dari Kerajaan Amarasi saat ini, yaitu Usif Robbert Koroh. Kemudian istri dari Usif Amarasi, tetua adat di Amarasi serta beberapa pedagang yang berjualan di Pasar Amarasi. Wawancara dilakukan secara langsung saat observasi di lapangan, serta wawancara juga dilakukan melalui via telepon Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang diajukan. Data yang diperoleh berupa data etnografi pada aktivitas Pasar Baun Amarasi di masa kini (2013) digunakan untuk merekonstruksi aktivitas perdagangan pada masa lalu (1960) di pasar yang sama, yaitu Pasar Baun Amarasi. Untuk mengetahuinya akan dilakukan dengan cara membandingkan bagaimana aktivitas pasar Baun Amarasi pada tahun 1960 dengan aktivitas pasar Baun Amarasi pada saat ini, tahun 2013.

12 12 Data yang diperoleh tersebut dibandingkan, baik data etnografi tentang pasar maupun data arkeologi seperti artefak milik Usif berdasarkan pada teoriteori yang ada dengan melihat serta mempelajari aspek-aspek tingkah laku sosio kultural masa kini dari perspektif arkeologi (Kramer, 1979: 1). Data etnografi yang didapat tersebut dibandingkan antara data aktivitas perdagangan Pasar Baun Amarasi yang ada pada masa kini tahun 2013, untuk melacak dan mengetahui bagaimana aktivitas perdagangan di Pasar Baun Amarasi pada tahun Data-data yang diperoleh dari hasil observasi tersebut dibandingkan, seperti dilihat dari segi komoditas yang diperjualbelikan di Pasar Baun Amarasi masa kini, dapat dilihat dan dikelompokkan dari komoditas yang sudah ada sejak dahulu dengan komoditas baru yang masuk ke pasar Amarasi. Selain itu dapat dilihat dari sistem perdagangan yang digunakan dan aturan-aturan yang ada di pasar. Bahasa yang digunakan serta pakaian yang dikenakan oleh penjual dan pembeli Kesimpulan Penarikan kesimpulan terhadap objek penelitian dilakukan setelah pertanyaan yang diajukan terjawab dan mencapai tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran Pasar Tradisional Baun Amarasi, serta merekonstruksi aktivitas perdagangan masa lalu di Pasar Baun, bekas pasar kerajaan Amarasi pada tahun 1960.

13 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian yang membahas mengenai pasar sudah pernah dilakukan. Penelitian yang membahas tentang pasar antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Titi Surti Nastiti pada tahun 2003 mengenai pasar di Jawa pada Masa Mataram Kuno. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sam Kalli Batu, dkk pada tahun 1990 yang membahas Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan daerah Nusa Tenggara Timur. Sam Kalli Batu menjelaskan tentang fungsi ekonomi, sosial dan budaya di dalam pasar. Selanjutnya skripsi sarjana oleh Sutiyani (2003) yang membahas tentang Pasar Johar di Semarang sebagai sentral ekonomi di kota Semarang dan aktivitas perdagangan di dalam Pasar Johar Semarang. Skripsi sarjana oleh Uji F. Kusmawarti (1996) yang membahas Pola Hari Pasar di Gunung Kidul. Menurutnya pasar-pasar yang ada di kawasan gunung kidul sebagian besar masih melaksanakan aktivitas jual beli dalam satu hari di lima hari pasaran, seperti Pon, Wage, Kliwon, Manis, dan Pahing. Kemudian, F.A. Soetjipto dalam tulisannya yang membahas tentang Beberapa Catatan tentang Pasar-pasar di Jawa Tengah abad 17-18, dalam tulisannya Soetjipto membahas mengenai keberadaan pasar-pasar di Jawa Tengah dimulai dari awal terbentuknya pasar, tipe-tipe dari pasar, alat transportasi hingga sistem pembayarannya. Sumintarsih, dkk (2011) membahas tentang Eksistensi Pasar Tradisional di Kota Surabaya, yang membahas mengenai eksistensi pasar di era modern, dimana telah banyak tempat perbelanjaan yang modern yang muncul di wilayah

14 14 perkotaan seperti carrefour, alfa, indo grosir, dan lain sebagainya. Kehadiran pasar modern memang sangat dibutuhkan untuk mengakses kebutuhan masyarakat kota yang semakin kompleks, akan tetapi tidak berarti kemudian menggeser pasar tradisional. Pasar tradisional diperlukan untuk pemberdayaan dan pembangunan ekonomi yang berbasis ekonomi rakyat. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yakni membahas Pasar Kerajaan Amarasi di Baun, Nusa Tenggara Timur yang bertujuan untuk merekonstruksi aktivitas perdagangan pada tahun 1960 di Pasar Baun Amarasi.

15 Bagan Penelitian Bagaimana Pasar Kerajaan Amarasi di Baun pada tahun 1960? Observasi Wawancara Studi Pustaka Etnografi Pasar Baun Amarasi 2013 Sejarah Pasar Baun Amarasi Sejarah Kerajaan Amarasi -Etnoarkeologi Analisis Etnoarkeologi - Komoditas masa lalu - Aktivitas perdagangan masa lalu - Transportasi masa lalu Rekonstruksi aktivitas perdagangan masa lalu di Pasar Baun Amarasi tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan ekonomi merupakan salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Faktor yang mendorong manusia untuk melalukan kegiatan ekonomi pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau kegiatan manusia di suatu wilayah. Mundardjito (1990) mengistilahkan pemukiman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Kajian tentang hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies (kajian

Lebih terperinci

WILAYAH KERAJAAN AMARASI, NUSA TENGGARA TIMUR: ANALISIS KEWILAYAHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

WILAYAH KERAJAAN AMARASI, NUSA TENGGARA TIMUR: ANALISIS KEWILAYAHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI WILAYAH KERAJAAN AMARASI, NUSA TENGGARA TIMUR: ANALISIS KEWILAYAHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI The Territory of Amarasi Kingdom, East Nusa Tenggara: Territory Analysis with Geographic

Lebih terperinci

D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi

D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi 1. Persamaan dan Perbedaan antara kedua ilmu Persamaannya terdapat pada tujuannya yaitu untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat banyak sekali keragaman. Keragaman tersebut meliputi keragaman budaya, adat istiadat, bahasa, agama, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1 PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1 Oleh Anwar Rinjani, Alpa Laeli, Lusy Beliana S, M. Denis Juliansyah, Ulpah Mardiani dan Wilda Yustiadini 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak tempo dulu terkenal dengan julukan Kota Jajan dan Kota Belanja. Kota ini sekarang dikenal dengan sebutan Kota Outlet dan Kota Super Mall

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia hidup secara berkelompok

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat merupakan sistem

Lebih terperinci

1 Belshaw, Cyril S Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta : Gramedia.

1 Belshaw, Cyril S Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta : Gramedia. 1.1 Latar Belakang Esensi Proyek Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pasar sebagai sarana pendukung. Timbulnya pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis kuliner tradisional yang sangat beragam. Kuliner tradisional Indonesia banyak menggunakan berbagai bumbu dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan memiliki beragam budaya, seni serta wisata yang telah dikenal keindahannya di Indonesia. Ibukota Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan BAB I PENDAHULUAN JUDUL PROYEK Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan Pendekatan Sai Bumi Ruwa Jurai. A. LATAR BELAKANG MASALAH Tapis Lampung, kain tenun khas Lampung memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggapan orang dengan kata bir yang berarti minuman yang mengandung alkohol

BAB I PENDAHULUAN. anggapan orang dengan kata bir yang berarti minuman yang mengandung alkohol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bir pletok adalah adalah minuman khas dari betawi yang terbuat dari rempahrempah seperti jahe, daun pandan wangi, dan serai dan untuk menambah warna merah pada minuman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu

Lebih terperinci

BAB VIII BENTUK-BENTUK PASAR. Kata Kunci PETA KONSEP

BAB VIII BENTUK-BENTUK PASAR. Kata Kunci PETA KONSEP BAB VIII BENTUK-BENTUK PASAR Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. PETA KONSEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi essai menceritakan sebuah kisah. Antara lain, menceritakan pentingnya pelestarian lingkungan dan topic lainnya. Gambar-gambar yang dipilih bias dibuat ditempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu institusi ekonomi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari tetap eksisnya pasar tradisional baik di perkotaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Perkembangan Antropologi A. Sejarah Antropologi Sebagai Ilmu B. Ruang Lingkup Antropologi:

Lebih terperinci

Memotret Utuh Keragaman Budaya

Memotret Utuh Keragaman Budaya Metode Pohon Filomemetika Memotret Utuh Keragaman Budaya Hoferdy Zawani Perhimpunan Budaya Indonesia Indonesian Archipelago Culture Initiatives (PBI IACI) pasivis@yahoo.com Sebuah perspektif baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi yang tanpa batasan ruang dan jarak, yang semakin. tumbuh dan berkembangnya peradaban baru di abad 21 ini.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi yang tanpa batasan ruang dan jarak, yang semakin. tumbuh dan berkembangnya peradaban baru di abad 21 ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang tanpa batasan ruang dan jarak, yang semakin memudahkan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain menyebabkan tumbuh dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara administratif, Pulau Samosir adalah adalah pulau vulkanik di tengah Danau Toba, danau terbesar di Asia Tenggara, yang termasuk dalam Kabupaten Samosir, Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk merupakan daerah asal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak Keberadaan Pasar Kaget Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial-ekonomi Masyarakat desa

BAB I PENDAHULUAN. Dampak Keberadaan Pasar Kaget Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial-ekonomi Masyarakat desa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Upaya dan usaha secara terencana akan memberikan peningkatan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu proses kepergian seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal yang mendorong kepergiannya seperti kepentingan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari tahun ke tahun banyak sekali membawa perubahan bagi generasi muda media elektronik dan media cetak sebagai penyampai pesan modern banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transportasi merupakan pengangkutan barang yang menggunakan berbagai jenis kendaraan sesuai dengan perkembangan teknologinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PERBELANJAAN BAHAN BANGUNAN DAN PERLENGKAPAN TEKNIK DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK JUAL BELI PIRING BONUS DI TOKO NURUL ILMU MAUMERE NUSA TENGGARA TIMUR. A. Gambaran tentang Toko Nurul Ilmu Maumere Nusa Tenggara Timur

BAB III PRAKTEK JUAL BELI PIRING BONUS DI TOKO NURUL ILMU MAUMERE NUSA TENGGARA TIMUR. A. Gambaran tentang Toko Nurul Ilmu Maumere Nusa Tenggara Timur BAB III PRAKTEK JUAL BELI PIRING BONUS DI TOKO NURUL ILMU MAUMERE NUSA TENGGARA TIMUR A. Gambaran tentang Toko Nurul Ilmu Maumere Nusa Tenggara Timur 1. Sejarah berdiri Toko Nurul Ilmu Maumere Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup sering dikunjungi oleh wisatawan sebagai negara pariwisata. Hal ini disebabkan banyaknya wilayah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam pengolahan data serta proses penelitian perancangan buku wisata keraton Sumenep berbasis fotografis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang pesat di era globalisasi seperti sekarang ini menyebabkan kenaikan harga komoditas dunia yang dikarenakan para pembisnis saling bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini memuat metode dan pendekatan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam sebagai agama merupakan suatu fenomena global yang telah memberikan perubahan yang signifikan dalam peradaban dunia. Satu abad saja dari kemunculannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Glodok masa kini yang dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan salah

BAB I PENDAHULUAN. Glodok masa kini yang dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glodok masa kini yang dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan salah satu sentra penting perekonomian Jakarta memiliki sejarahnya tersendiri. Dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji pada penelitian ini, yang merupakan deskripsi dari peragaan busana pada relief Candi Panataran dengan menggunakan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali mempunyai perjalanan yang tidak diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci