ROMAN BERSURAT DIE LEIDEN DES JUNGEN WERTHER KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SEBAGAI KRITIK SOSIAL TERHADAP NORMA-NORMA MASYARAKAT JERMAN ABAD KE-18

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROMAN BERSURAT DIE LEIDEN DES JUNGEN WERTHER KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SEBAGAI KRITIK SOSIAL TERHADAP NORMA-NORMA MASYARAKAT JERMAN ABAD KE-18"

Transkripsi

1 ROMAN BERSURAT DIE LEIDEN DES JUNGEN WERTHER KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SEBAGAI KRITIK SOSIAL TERHADAP NORMA-NORMA MASYARAKAT JERMAN ABAD KE-18 ATINA HASANAH NPM : UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA JERMAN BANDUNG 2012

2 ABSTRAK Setiap orang berhak menentukan arah hidupnya dan berhak menikmati kebebasan dalam hidupnya. Itulah yang menjadi titik utama Johann Wolfgang von Goethe sebagai pengarang roman Die Leiden des jungen Werther. Melalui jalan cerita serta bentuk roman yang menarik inilah, penulis tertarik untuk menjadikan roman ini sebagai bahan pengamatan. Roman ini memiliki bentuk roman bersurat dan bercerita tentang kisah percintaan yang tragis antara Werther dan Lotte yang berujung dengan bunuh diri. Goethe menjadikan roman ini sebagai sarana kritik sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk-bentuk kritik sosial Goethe terhadap norma-norma yang berlaku pada masyarakat Jerman abad ke-18. Dengan menggunakan metode sosiologi interpretasi yakni menghubungkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masyarakat melalui tema yang tersirat dalam roman Die Leiden des jungen Werther dan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang meliputi politik, sosial dan moral keagamaan. Kata kunci: roman bersurat, Werther, norma, kritik

3 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roman Die Leiden des jungen Werther merupakan roman bersurat karya Johann Wolfgang von Goethe yang ditulis berdasarkan kisah pribadinya. Roman ini menceritakan tentang kisah percintaan yang tragis antara Werther dan Lotte, selain itu Goethe menyelipkan beberapa kritik sosialnya terhadap masyarakat Jerman abad ke-18 melalui roman ini. Melalui penggambaran Werther sebagai tokoh utama dan beberapa tokoh lain dalam roman, Goethe ingin menunjukan bagaimana masyarakat mengalami berbagai masalah sosial diantaranya normanorma yang berlaku dalam masyarakat sebagai suatu pengekangan, adanya perbedaan kesetaraan golongan masyarakat yang dilakukan oleh kaum bangsawan yang disebabkan oleh hak-hak istimewa yang dimiliki kaum bangsawan sejak lahir dan juga berbagai tindakan buruk yang dialami oleh para pelaku bunuh diri pada masa itu. Dibalik kejayaannya, roman die Leiden des Jungen Werther juga merupakan roman terlaris di Eropa dan paling berpengaruh pada masanya kejayaannya. Ein Briefroman verfasst von Johann Wolfgang von Goethe. Es wird u.a heute als Kultbuch und als bestes Buch Goethes angesehen. Sebuah roman bersurat di tulis oleh Johann Wolfgang von Goethe. Roman ini menjadi buku pujaan dan menjadi buku terhebat Goethe. ( volesungen/epik/briefroman.html). B. Identifikasi Masalah Fokus penelitian ini adalah cerminan masyarakat Jerman abad ke-18 yang dituangkan dalam roman serta kritik sosial yang yang dilancarkan Goethe dalam roman die Leiden des jungen Werther terhadap masyarakat Jerman abad 18 yang meliputi: 1. Bagaimana tokoh utama Werther digambarkan dalam roman? 2. Bagaimana sikap-sikap beberapa tokoh lain terhadap Werther?

4 3. Norma-norma masyarakat Jerman abad ke-18 apa yang digambarkan dalam roman ini yang merupakan kritik sosial? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan tokoh utama Werther dalam roman; 2. Mendeskripsikan sikap-sikap beberapa tokoh lain terhadap Werther; 3. Mengkaji norma-norma masyarakat Jerman abad ke-18 yang digambarkan dalam roman sebagai kritik sosial. D. Metode Penelitian Metode penulisan yang dipakai untuk membahas skripsi ini adalah penelitian kepustakaan. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode interpretasi sosiologi (Soziologische Interpretationsmethode). Soziologische Interpretationsmethode adalah metode yang menganalisis permasalahan yang ada dan menonjol melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat dan oleh pengarangnya diangkat sebagai tema utama dalam karyanya. Dan melalui karyanya seorang pengarang mengemukakan pandangannya tentang segala jenis aktivitas kehidupan masyarakat.

5 PEMBAHASAN Roman die Leiden des jungen Werther tergolong dalam jenis Briefroman (Roman bersurat\epistolary novel), yaitu bentuk karya sastra yang berjaya dan paling banyak disukai pada akhir abad ke-18. Briefroman memiliki bentuk menyerupai dokumen dari serangkaian surat yang ditulis oleh satu atau lebih karakter. Roman bersurat die Leiden des jungen Werther ini lahir pada abad ke-18 yaitu jaman Sturm und Drang. Di Eropa, istilah Sturm und Drang merupakan lanjutan dari istilah yang berlaku pada jaman sebelumnya, yakni Aufklärung. Pada jaman Aufklärung yang dianggap penting hanyalah akal budi (Verstand) dan penalaran (Vernünft), sementara pada jaman Sturm und Drang yang dipentingkan adalah perasaan (Gefühl). Pada jaman ini, terdapat sebuah kelompok yang terdiri dari para intelektual sebagai protes terhadap situasi saat itu (1870-an). Para penganut aliran Sturm und Drang menentang pembatasan-pembatasan dalam bidang politik, moral, dan kesusastraan. Dengan cara yang radikal mereka menolak semua pembatasanpembatasan dalam bidang moral, norma-norma masyarakat, kesewenangwenangan kaum tua atau hierarki dalam masyarakat. Jika dilihat dari keadaan sosial pada jaman Sturm dan Drang dan juga jaman-jaman sebelumnya, terdapat perlakuan yang sangat buruk terhadap perlakuan bunuh diri. Perlakuan yang buruk tersebut dilancarkan oleh negara, gereja, dan masyarakat, bukan saja terhadap orang meninggal karena bunuh diri, melainkan juga terhadap seluruh anggota keluarganya yang masih hidup. ( Penelitian ini menganalisis tiga hal, yaitu: 1. Gambaran tokoh utama Werther dalam roman Werther merupakan seorang pemuda yang menjadi tokoh utama dalam roman die Leiden des Jungen Werther. Werther menggambarkan dirinya sendiri

6 sebagai seorang pemuda pintar yang berjiwa muda. Kepintarannya dan ambisinya yang meluap-luap menyebabkan dirinya terlihat seperti orang yang penuh gairah yang meledak-ledak. Namun, Werther juga merupakan seorang pemuda yang berperasaan sangat halus, lembut, dan penuh empati terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Ia sangat mementingkan perasaan dan eksistensinya sebagai seorang individu. Kehalusan perasaanya tersebut membuat Werther bisa dekat dengan masyarakat kalangan bawah dan bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Dalam roman diceritakan bahwa Werther mengalami patah hati dengan Lotte gadis pujaannya. Penggambaran tokoh utama dalam Briefroman ini, menunjukkan adanya kehancuran hati yang disajikan secara langsung melalui tokoh Werther melalui surat-surat yang ditujukan kepada sahabatnya, Wilhelm. Kehancuran hati yang dialami oleh Werther berakhir begitu tragis, yaitu tindak bunuh diri yang dilakukan Werther pada akhir cerita. 2. Gambaran sikap-sikap beberapa tokoh lain terhadap Werther Briefroman die Leiden des jungen Werther memiliki alur kronologis yaitu berupa kumpulan surat-surat yang membentuk urutan-urutan peristiwa yang terjadi secara urut, mulai dari tanggal 4 Mei 1771 dan diakhiri oleh sebuah surat pada tanggal 21 Desember Kisah Werther dalam Briefroman ini didukung oleh beberapa tokoh yang ikut terlibat dalam alur cerita. A. Lotte Lotte yang merupakan gadis pujaan Werther digambarkan sebagai gadis yang anggun, cantik, bertubuh proposional dengan rona bibir dan pipi yang segar serta bola matanya yang coklat. B. Der Philister dan Die Base Dua tokoh ini digambarkan sebagai seorang yang tidak memberikan kebebasan kepada seeorang, terutama dalam hal percintaan. C. Albert

7 Albert adalah sosok laki-laki yang sangat dicintai oleh Lotte. Dia digambarkan sebagai laki-laki yang baik, jujur, dan memberikan kebebasan terhadap Lotte untuk bergaul dengan siapapun termasuk dengan Werther. D. Der Medikus Tokoh Doktor digambrkan sebagai seorang yang sangat otoriter dan dogmatis. Tokoh ini merefleksikan bagaiman karakter kaum bangsawan pada masa itu. E. Grafen C Graf C adalah seorang dari kalangan bangsawan yang baik. Werther merasa sangat dihargai oleh Graf C sehingga ia merasa nyaman menjalin persahabatan sekaligus berkerja dengannya. F. Der Gesandte Dia adalah orang yang sangat teliti, yang tidak ada tandingannya; langkah demi langkah dan rumit seperti seorang Tante; dia adalag seorang manusia yang tidak pernah puas pada dirinya sendiri dan tidak dapat berterima kasih kepada siapapun. G. Fraulein B (Nona B) Dia adalah seorang gadis yang bernama Nona B. Werther menganggap Nona B adalah gadis yang baik dan menyenangkan serta berbeda dengan orangorang bangsawan lainnya yang angkuh. H. Die Tante von B Tokoh yang merupakan cerminan kaum bangawan yang sombong dan membedakan status sosial. 3. Kritik Sosial terhadap Norma-norma Masyarakat Jerman Abad ke-18 Kritik pengarang dalam kajian sosiologi sastra mempunyai arti sebagai kritik yang diajukan dengan menggunakan pendekatan sosiologis, artinya seorang pengarang dapat menghasilkan suatu karya sastra berdasarkan keadaan sosial kemasyarakatan yang berlangsung pada saat kelahiran karya sastra tersebut dan karya sastra yang dihasilkannya merupakan perwujudan dari ungkapan kritik mengenai suatu hal tertentu yang kemudian akan disampaikan kepada pembaca. (Sapardi Damono, 1997:30)

8 A. Norma-norma yang Berlaku di Masyarakat sebagai Sebuah Pengekangan Dalam perjalanan kehidupan Werther terselip berbagai kritik sosial terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku pada saat itu yang dianggapnya sebagai suatu pengekangan atas kebebasan individu. Dalam surat di bawah ini, Werther menceritakan bagaimana masyarakat memandang keberhasilan seseorang hanya dari jabatan dan harta yang mereka miliki: Am 17. Mai 1771 wie die Leute hier sind, muß ich dir sagen: wie überall! Es ist ein einförmiges Ding um das Menschengeschlecht. Die meisten verarbeiten den größten Teil der Zeit, um zu leben, und das bißchen, das ihnen von Freiheit übrig bleibt, ängstigt sie so, daß sie alle Mittel aufsuchen, um es los zu werden. O Bestimmung des Menschen! (hlm.10) Tanggal 17 Mei 1771 seperti orang-orang di sini, aku harus mengatakan padamu: seperti di mana-mana! Umat manusia di mana-mana sama saja. Kebanyakan dari mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk hidup dan mencemaskan sedikit dari waktunya yang tersisa untuk kebebasan, sehingga mereka mencari cara untuk menghabiskannya. Oh, nasib para manusia! Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada masa itu terpaku oleh norma-norma yang mengikat mereka dari kebebasan hidup. Seseorang akan dianggap keberadaannya jika mereka bekerja dari siang sampai malam dan mengabaikan waktunya untuk bersenang-senang dan beristirahat. Pada kenyataannya, mereka yang bekerja siang dan malam merasa sangat kelelahan dan bersedih. Namun mereka tetap melakukannya demi mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain. Manusia yang melakukan hal-hal seperti ini dianggap sebagai manusia yang bodoh dan tertindas oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam die Leiden des Jungen Werther, banyak disinggung tentang hilangnya kebebasan masyarakat jaman ini akibat terganjal oleh norma-norma yang berlaku. Pengekangan ini tergambar ketika der Philister yang memiliki jabatan datang menemui Werther untuk mencoba mengusik rasa cintanya terhadap Lotte. Ia memberikan nasehat kepadanya bagaimana seharusnya ia mencintai

9 wanita. Werther kembali menunjukan ketidaksukaannya terhadap nasehat tersebut. Menurutnya, mencintai seseorang adalah suatu kebebasan dan hak seseorang yang tidak bisa diatur oleh orang lain. Bahkan ia tidak memperdulikan status Lotte yang telah bertunangan dengan Albert. Kemudian Goethe melalui tokoh Werther mengkritik adanya pendidikan otoriter yang dilakukan oleh generasi tua melalui tokoh Der Medikus. Mereka mendidik anak-anak dengan kaku dan keras. Anak-anak selalu diatur tanpa diberi kebebasan. Mereka dilarang untuk bermain, berteriak, bersenda gurau, dan lainlain. Menurut Werther, masyarakat itu sangat buruk dengan hanya selalu melarang seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan suara hatinya. Dengan demikian Werther tetap dengan pendiriannya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan suara hatinya meskipun orang lain tidak berterima dengan hal itu dan membuatnya dianggap asing oleh masyarakat. B. Perbedaan Kesetaraan Golongan Masyarakat Roman die Leiden des jungen Werther mengandung protes yang menentang kebijakan pemerintah dan gereja yang bertindak secara otoriter dalam kaitannya dengan perbedaan kesetaraan golongan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kali muncul kesenjangan masyarakat yang diakibatkan oleh adanya perbedaan kesetaraan golongan dalam masyarakat. Hal ini digambarkan pula dalam roman ini. Kepindahan Werther dari tempat yang satu ke tempat lainnya membuatnya lebih bisa memahami karakter orang-orang di sekelilingnya. Werther menganggap bahwa kaum bangsawan pemegang kekuasan pada masa itu memiliki tabiat seperti sebuah boneka yang dogmatis, yaitu manusia yang diikat norma-norma kebangsawanan picik yang hanya mementingkan kehormatan di atas segalanya. Mereka berperilaku serba mewah dan terkesan dibuat-buat hanya demi mendapatkan sebuah kedudukan. Am 29. Juni 1771 Der Doktor, der eine sehr dogmatische Drahtpuppe ist, unterm Reden seine Manschetten in Falten legt und einen Kräusel ohne Ende

10 herauszupft, fand dieses unter der Würde eines gescheiten Menschen. (hlm.27) Tanggal 29 Juni 1771 Dokter itu adalah boneka bertabiat dogmatis sekali, jika berbicara selalu melipat lengan kemejanya dan tidak henti-hentinya mencabuti renda bajunya. Ia beranggapan bahwa yang kulakukan itu merendahkan diri seorang terpelajar. Begitupun dengan pejabat-pejabat pemerintah yang selalu menggunakan kedudukannya dengan semena-mena dan berperilaku buruk. Sebagai contoh, mereka selalu memerintah bawahan dan memperlakukan mereka seperti budak yang tidak memiliki harga diri sama sekali. Bahkan mereka suka menggunakan cara kekerasan dalam memerintah dan mendapatkan kedudukan. Menurut Werther, semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan tertinggi dengan berbagai cara. Begitupula dengan cara berpakaian, berprilaku, serta jenis obrolan yang mereka lakukan sangat tidak bisa diterima oleh Werther. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh kaum bangsawan itu terlalu dibuat-buat dan berlebihan. Sebagai contoh, cara berpakaian mereka yang menggunakan gaun serta setelan jas yang sangat formal dan juga upacara-upara penobatan yang berlebihan. Gaya berbicara serta jenis obrolan yang mereka bicarakan juga sangat dibuat-buat dan hanya obrolan-obrolan tertentu saja yang mereka bicarakan, seperti kekayaan dan jabatan. Norma-norma yang dibuat oleh penguasa seolah-olah di buat untuk kalangan tertentu saja. Mereka memperlakukan kaum bawah sebagai budak. Kaum bangsawan yang bisa berbuat apapun yang mereka inginkan dengan kemewahan yang mereka miliki, tanpa memikirkan hak dan perasaan orang lain. C. Perlakuan Buruk terhadap Jasad Pelaku Bunuh Diri Bunuh diri menjadi istilah yang cukup penting dalam roman ini. Werther sebagai tokoh utama dalam roman mengambil keputusan secara mengejutkan dengan melakukan bunuh diri pada akhir cerita. Keputusan Goethe untuk mematikan tokoh utama dengan cara bunuh diri tentunya memiliki maksud

11 tertentu, yaitu untuk mempertanyakan norma-norma yang berlaku di masyarakat pada masa itu: Mit dem Selbstmord Werthers stellt Goethe Grundlagen der Gesellschaft in Frage.( Tokoh Albert diibaratkan sebagai refleksi dari tokoh agama, pejabat pemerintah dan masyarakat pada masa itu. Secara jelas Albert mengutarakan ketidaksukaannya terhadap tindakan bunuh diri. Ia mengutarakan pendapatnya tentang pelaku bunuh diri yang dianggapnya tidak memiliki akal pikiran yang sehat bahkan niat yang telah terpikirkan oleh pelaku bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya dengan sia-sia adalah hal yang begitu memuakkan. Inilah yang dilakukan oleh masyarakat, gereja bahkan negara pada masa itu. Sementara itu, tokoh Werther yang mewakili kaum bawah pada masa itu justru menganggap bahwa tindakan bunuh diri merupakan tindakan yang tidak pantas untuk diperlakukan buruk. Menurutnya, masyarakat pada masa itu terlalu cepat menilai seseorang dan tidak pernah berfikir secara matang apa yang menyebabkan orang-orang melakukan tindakan bunuh diri. Dalam pandangan Werther, seseorang akan melakukan tindak bunuh diri di saat ia merasa hidupnya sudah buruk dan tidak bisa dipertahankan lagi. Norma-norma yang terbentuk dalam masyarakat pada masa itu hanya menguntungkan beberapa pihak saja. Kaum bangsawan, gereja dan pemerintah melakukan hal tersebut sedangkan kaum yang tertindas selalu menjadi korban dari norma-norma tersebut. Norma yang mengharuskan untuk menyiksa dan memperlakukan pelaku bunuh diri secara keji dan tanpa perasaan hanya bertujuan untuk semakin menambah penderitaan para pelaku bunuh diri serta keluarga yang ditinggalkan.

12 SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan bahwa roman Die Leiden des Jungen Werther merupakan roman bersurat yang menceritakan tentang kisah cinta yang tragis antara Werther dan Lotte. Tokoh Werther diciptakan sebagai gambaran pribadi pemuda jaman Sturm und Drang (abad ke-18). Roman die Leiden des jungen Werther mengandung kritik sosial yang dilancarkan oleh Johann Wolfgang von Goethe sebagai pengarang. Ia menyisipkan kritik sosialnya melalui perjalanan hidup Werther sebagai tokoh utama dalam roman. Goethe juga berusaha melibatkan pembaca untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada masa itu dengan kaitannya terhadap norma-norma yang berlaku seperti yang tergambar dalam roman ini. Goethe mengkritik masyarakat Jerman abad ke-18. Dalam roman die Leiden des jungen Werther, ia mengkritik norma-norma yang berlaku di masyarakat yang dianggapnya sebagai sebuah pengekangan atas kebebasan individu. Goethe menceritakan keadaan masyarakat pada jaman Sturm und Drang melalui Werther. Berbagai norma yang berlaku pada masyarakat saat itu menggambarkan betapa terkekangnya masyarakat. Masyarakat dipaksa untuk tunduk dan mengikuti segala aturan yang berlaku pada masa itu. Goethe menjelaskan bahwa masyarakat pada masa itu hanya memandang keberhasilan hanya dari jabatan dan harta yang mereka miliki saja. Mereka dituntut untuk bekerja siang malam dan mengabaikan waktu mereka untuk bersenang-senang demi mengejar kekayaan dan jabatan. Norma seperti inilah yang dianggapnya sebagai sebuah kekangan dan menjadikan manusia sebagai budak yang bodoh dan tertindas. Masyarakat seperti berada dalam penjara yang sempit dan tidak memiliki keberanian untuk melawan semua itu. Sikap otoriter dan kaku yang diperlihatkan oleh generasi tua pada jaman itu juga menjadi sebuah pengekangan. Masyarakat kehilangan kebebasan dan dirampas haknya oleh norma-norma yang mengharuskan mereka untuk mendidik anak secara keras. Hal serupa juga terjadi untuk urusan percintaan, mereka tidak diperbolehkan untuk mencintai seseorang sesuai dengan suara hati mereka.

13 Selanjutnya Goethe melancarkan kritik sosialnya terkait dengan perbedaan kesetaraan golongan masyarakat. Dalam roman ini disisipkan berbagai protes yang menentang kebijakan pemerintah dan gereja yang bertindak secara tidak adil. Adanya kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat jaman Sturm und Drang digambarkan melalui hubungan-hubungan Werther dengan tokoh-tokoh lain dalam roman. Werther merasa kesulitan dalam menjalin hubungan pertemanan dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan golongan. Werther diibaratkan sebagai kaum dari golongan bawah yang selalu ditindas dan diperlakukan tidak adil oleh orang-orang disekitarnya yang berasal dari golongan bangsawan. Kaum bangsawan digambarkan sebagai pemegang kekuasaan yang disebabkan karena hak-hak istimewa yang dimilki kaum bangsawan sejak lahir. Mereka yang hanya mementingkan kehormatan dan kedudukan di atas segalanya tanpa melalui usaha dan kemampuannya masingmasing. Goethe mempertanyakan perlakuan buruk yag dilakukan oleh negara, tokoh agama dan masyarakat terhadap pelaku bunuh diri pada masa Sturm und Drang. Menurutnya, orang yang melakukan bunuh diri adalah orang yang malang dan patut dikasihani. Mereka melakukan hal tersebut karena tidak sanggup melanjutkan hidupnya yang penuh dengan permasalahan dan kesedihan. Pada akhir penulisan skripsi ini membuktikan bahwa tiga bentuk kritik sosial ini menjadi bukti bahwa sebuah karya tidak dapat lepas dengan pengarang, masyarakat dan pembaca sebagai penikmat karya tersebut. Hal inilah yang menjadi ide penciptaan roman sehingga menjadi sebuah karya sastra dengan kritik tajam dan kisah cinta yang penuh kehancuran.

14 DAFTAR PUSTAKA Von Goethe, Johann Wolfgang Die Leiden des jungen Werther. Stuttgart: Phillip Reclam Jun. Damono, Sapardi Djoko Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hermann, Otto Goethe Erzählt sein Leben. Frankfurt : Fischer Bucherei. Loewenthal, Erich Sturm und Drang: Kritische Schriften. Heidelberg : Lambert Schneier Verlag. Martini, Fritz Klassische Deutsche Dichtung. Romane u.erzälungen. Freiderburg : Herder. Neis, Edgar (1993) Menschen Werke Epochen. Max Hueber Verlag, Ismanig. Wellek, Renèe, Warren, Austin Teori Kesusastraan, Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia. Literatur Online (di akses pada tanggal 25/11/2011 pukul 21:04) ( (di akses pada tanggal 25/2011 pukul 22:12 ) (di akses pada tanggal 11/05/2012 pukul 18:34)

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu karya manusia yang menarik untuk dikaji adalah sastra, karena dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Hidayatik, Sukirno, Bagiya Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah wadah bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sebagaimana yang dikutip Sudjiman dalam Memahami Cerita Rekaan (1991: 12) menurut Horatius karya sastra memang bersifat dulce et utile (menyenangkan dan bermanfaat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA Ayu Puspita Indah Sari dan Hastari Mayrita Universitas Bina Darma Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra memiliki fungsi sesuai sifatnya. Konsep dan fungsi sastra tidak banyak berubah. Karya sastra sebagai proses kreatif yang dimunculkan oleh pengarang, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra terbentuk dari hasil cipta rasa, dan karsa manusia atau pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil pemikirannya mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol

Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Nama : Janice Anastasia Lee-Layhadi No. Kandidat : 00076-06 Sesi : Mei 007 Mata Pelajaran : Indonesian A Sekolah : The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil proses pemikiran dan pengalaman batin pengarang yang dicurahkan lewat tulisan dengan mengungkapkan berbagai hal yang digali dari masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari fenomena yang dialami atau terjadi di sekeliling pengarang. Karya sastra yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA RESENSI BUKU SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA Nia Kurnia Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas Buku Judul Novel Pengarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menhadi objek penelitian ialah tokoh. Tokoh merupakan satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menhadi objek penelitian ialah tokoh. Tokoh merupakan satu bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra ialah proyeksi kenyataan yang diramu dengan menggunakan daya imajinasi pengarang dan disampaikan melalui media bahasa dan mengandung unsur-unsur yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII Oleh: Alif Nurcahyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Melalui analisis yang dilakukan oleh penulis pada bab 3, secara keseluruhan penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin secara

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya,

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya, BAB III KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan teori kekuasaan Lord Acton dan teori teokrasi St.Agustinus dengan pendekatan sosiologi sastra. Teori sosiologi sastra yang digunakan sebagai acuan dasar adalah

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan analisis struktur ketiga cerita Sage yaitu Kobold in

BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan analisis struktur ketiga cerita Sage yaitu Kobold in BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan analisis struktur ketiga cerita Sage yaitu Kobold in der Mühle, der Kobold, dan der Bauer mit seinem Kobold dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Tokoh

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Univeristas Indonesia. 1 Buku cerita anak adalah segala jenis teks yang diproduksi untuk anak-anak. Pengarang buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Univeristas Indonesia. 1 Buku cerita anak adalah segala jenis teks yang diproduksi untuk anak-anak. Pengarang buku cerita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia mengalami peristiwa kelahiran dan kematian. Berbeda dengan kelahiran, kematian merupakan suatu hal yang menakutkan dan menyedihkan. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Melalui analisis, dapat terlihat berbagai kritik sosial yang diungkapkan oleh SGA dalam Kalatidha. Kritik dalam Kalatidha dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA Oleh Fatmawati Nurul Ayu R Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain

BAB I PENDAHULUAN. lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori sastra modern membagi jenis sastra menjadi tiga, yaitu prosa, lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain novel, cerita pendek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS. 5.8.1 Nabi Syu aib AS. dan Kaum Madyan Kaum Madyan, kaumnya Nabi Syu aib, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama Aikah di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang

Lebih terperinci